Anda di halaman 1dari 17

Analisis Pengaruh Viral Marketing, Brand Image, dan Product Quality Terhadap

Keputusan Pembelian Baso Aci Akang

BAB 1
LATAR BELAKANG
1.1 Pendahuluan
Tahun 2020 adalah tahun yang begitu mengejutkan bagi semua orang, begitu juga
masyarakat indonesia. Serangan virus sars cov-2 atau lebih populer bila disebut Covid-
19, membuat semua kondisi, rencana, dan kebiasaan manusia berubah drastis ke arah
yang buruk dan baik. Virus corona pertama kali muncul dan tersebar di Wuhan, China,
dan diperkirakan bersumber dari Hunan Seafood Market (C. Wang et al., 2020). Virus
ini tersebar melalui droplet air liur yang keluar dari mulut manusia saat bersin, meludah,
atau berbicara, kemudian masuk ke tubuh manusia lewat saluran pernafasan, mata, atau
mulut (Shereen et al., 2020; C. Wang et al., 2020). Perubahan situasi yang drastis
tersebut juga secara langsung merubah tingkat konsumsi masyarakat indonesia yang
sebelumnya masih memiliki kebebasan untuk memikirkan bagaimana cara memenuhi
kebutuhan tersiernya, menjadi terfokus hanya pada kebutuhan primernya saja, karena
virus covid-19 secara langsung juga mempengaruhi faktor ekonomi dan sosial mereka.
Perubahan pola konsumsi masyarakat yang lebih berfokus untuk memenuhi
kebutuhan primer mereka setelah pandemi memberikan pengaruh langsung maupun
tidak langsung pada kegiatan bisnis di indonesia. Pandemi covid-19 membuat
perubahan besar pada pola konsumsi masyarakat yang kini lebih mementingkan
kesehatan fisik atau kesehatan mental masing-masing individu. Bukti paling nyata dari
perubahan pola konsumsi masyarakat tersebut adalah kenaikan harga produk kesehatan
seperti masker dan hand sanitizer yang melonjak hingga 5 sampai 10 kali lipat dari
harga normal pada bulan maret hingga juni 2020 (Sandi, 2020). Produk kesehatan
lainnya yang sangat diminati oleh masyarakat adalah berupa produk makanan, yaitu
herbal jamu tradisional, rempah-rempah, dan vitamin/multivitamin. (Handayani, 2020).
Salah satu dewan Direksi Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya menyatakan bahwa
semangat masyarakat untuk hidup sehat terihat pada penjualan perlengkapan sepeda,
yoga dan pilates, bermain sepatu roda merupakan aktivitas olahraga yang paling
digemari masyarakat selama pandemi (Sinaga, 2020).
Peningkatan penjualan yang terjadi diatas membuktikan bahwa pola konsumsi
masyarakat indonesia pada masa pandemi lebih berfokus untuk meningkatkan kesehatan
fisik dan mental yang ditunjukkan oleh angka peningkatan alat kesehatan dan obat-
obatan. Peningkatan penjualan pada produk-produk tersebut merupakan hal yang sudah
diperkirakan sebelumnya. Rohmah & Syari (2020) menjabarkan bahwa bisnis makanan
dan minuman (F&B), logistik, dan alat kesehatan, merupakan tiga sektor bisnis yang
paling kuat untuk bertahan pada pandemi covid-19. Salah satu bisnis makanan yang
berkembang pesat saat pandemi adalah Baso Aci Akang, yang saat ini telah memiliki 84
cabang di Sumatera, Jawa, dan Bali. Strategi yang digunakan oleh Baso Aci Akang agar
tetap bertahan selama pandemi covid-19 adalah menggunakan pemasaran berbasis
digital dengan memanfaatkan media sosial sebagai sarana pemasaran utama untuk tetap
mendapatkan konsumen (Arviani et al., 2020). Media sosial telah menjadi sarana
pemasaran yang efektif dan efisien saat ini, yang disebabkan oleh jumlah pengguna
media sosial mencapai 160jt penduduk atau 79% dari total populasi penduduk di
indonesia. Potensi jangkauan kepada masyarakat secara masif membuat media sosial
menjadi sarana pemasaran yang efektif, ditambah dengan biaya pemasaran yang
terjangkau dibandingkan menggunakan media mainstream membuat pemilik bisnis
dapat meningkatkan efisiensi apabila melakukan pemasaran lewat media sosial. Akan
tetapi potensi efektifitas dan efisiensi pemasaran yang besar lewat media sosial tidak
menjadikan semua bisnis dapat mengalami hal yang serupa dengan apa yang diperoleh
Baso Aci Akang selama pandemi. Terdapat faktor-faktor seperti Viral Marketing
(Helm, 2000), kepercayaan pada merk (Brand Image) (Suhaily & Darmoyo, 2017), dan
kualitas produk (Product Quality) (Tsiotsou, 2006), yang mempengaruhi keputusan
masyarakat untuk melakukan pembelian suatu produk.
Pemasaran melalui media daring atau online saat ini dianggap cara yang paling
berdampak positif, hal tersebut disebabkan oleh mayoritas konsumen pada masa
sekarang adalah para generasi milenial atau generasi Z yang menyerap informasi secara
cepat dari internet dan/atau media sosial. Kumpulan media sosial (misalnya Grup
Facebook) dapat dipandang sebagai jenis perdagangan sosial di mana perusahaan dapat
mencapai keunggulan kompetitif (misalnya, kesadaran merek) dan meningkatkan
penjualan melalui interaksi dengan konsumen (Zhang et al., 2016). Melalui media
sosial, perusahaan dapat membagikan posting komersial mereka kepada konsumen di
halaman Facebook, Instagram, atau Twitter mereka (Kizgin et al., 2020), sehingga
konsumen dapat berinteraksi dengan perusahaan dan/atau konsumen lain untuk
mendapatkan informasi apaun yang berguna untuk memenuhi kebutuhan mereka
sehingga memperkuat pengambilan keputusan pembelian (Shiau et al., 2018). Definisi
keputusan pembelian yang terjadi pada komunitas jejaring sosial mengarah pada niat
konsumen untuk membeli suatu produk yang diperdagangkan melalui media sosial (Ng,
2013). Demikian pula penelitian, Lu et al. (2016) melaporkan bahwa kepercayaan pada
penjual terhadap media sosial milik institusi bisnis tertentu merupakan aspek penting
yang dapat meningkatkan niat beli social commerce. Sohail et al. (2015) mendefinisikan
bahwa niat membeli atau keputusan pembelian adalah pilihan konsumen untuk
mengkonsumsi produk atau menggunakan jasa tertentu. Sehingga dapat dikatakan
bahwa, niat beli memiliki pengaruh lain dimana konsumen akan berbelanja suatu
produk setelah produk tersebut melewati tahapan evaluasi. Terdapat banyak faktor yang
dapat mempengaruhi niat individu dalam memilih produk, akan tetapi keputusan akhir
bergantung pada hasrat konsumen yang dipengaruhi oleh faktor eksternal yang besar.
Hal yang paling umum dilakukan agar suatu produk mendapatkan perhatian dari
calon konsumen atau pangsa pasarnya adalah dengan menggunakan strategi viral
marketing. Viral marketing adalah strategi dengan berbagai macam bentuk apa pun
yang mendorong individu untuk menyebarkan informasi pemasaran kepada individu
lain, kemudian informasi tersebut menciptakan potensi pertumbuhan penjualan dalam
pemaparan dan pesan tersebut seperti virus yang menyebar begitu cepat sehingga
membuat pesan tersebut tersebar ke ribuan hingga jutaan individu dalan jangka waktu
tertentu (Wilson & Consultant, 2005). Viral marketing, atau dapat disebut sebagai Word
of Mouth merupakan sebuah metode pemasaran informal yang mengandalkan kekuatan
komunikasi yang dilakukan oleh individu pada individu lainnya melalui percakapan
langsung, email, telepon, atau metode percakapan lainnya yang melibatkan dua atau
lebih individu (Goyette et al., 2010). Media sosial dapat menciptakan lingkungan di
mana konsumen menjadi pemain aktif dalam komunikasi Viral Marketing. Sebuah
pemberitaan yang dihasilkan oleh interaksi konsumen dalam media sosial telah
diidentifikasi sebagai sumber pemberitaan yang penting bagi perusahaan serta peserta
lain dalam komunitas tersebut (Schau et al., 2009).
Ulasan atau komentar positif yang diberikan oleh konsumen dapat memenuhi
ekspektasi orang lain mengenai suatu produk (Bansal & Voyer, 2000), ulasan tersebut
membuat produk atau layanan menjadi pilihan yang terlihat lebih menarik bagi rekan-
rekan lain sehingga terdorong untuk membeli (Jaakkola & Alexander, 2014), dan
menginspirasi orang lain untuk bergabung dengan mereka (Schau et al., 2009). Menurut
tinjauan literatur mengenai pemasaran dan perdagangan melalui media sosial, Zhang et
al. (2016) menunjukkan bahwa banyak teori telah digunakan dalam penelitian
perdagangan melalui sosial untuk menjelaskan peran Viral Marketing atau pemasaran
lewat mulut ke mulut dan pengaruhnya terhadap persepsi konsumen. Belum diketahui
secara pasti alasan mengapa konsumen lebih cenderung menyebarkan ulasan baik
mereka mengenai suatu produk di media sosial, akan tetapi ketika hal tersebut
dihubungkan dengan kebiasaan generasi milenial dan gen Z, maka hal tersebut dapat
diterima secara logis. Generasi milenial dan gen Z cenderung melakukan sesuatu untuk
mendapatkan pengakuan atau memberikan perubahan terhadap keadaan sekitar, maka
indonesia yang saat ini memiliki banyak penduduk dari generasi tersebut terdorong
untuk melakukan Viral Marketing untuk hal yang positif atau negatif.
Viral Marketing media sosial mencerminkan kesediaan konsumen untuk
memberikan ulasan positif dan merekomendasikan merek tertentu kepada orang lain
melalui media sosial (Ladwig et al., 2021). Penelitian sebelumnya telah menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif antara kepercayaan konsumen di sebuah perusahaan
(yaitu, merek) dan niat mereka untuk merekomendasikan produk perusahaan tersebut.
Chu & Kim (2011) menunjukkan bahwa kepercayaan menentukan niat WOM pengguna
di media sosial. Dalam konteks social commerce, Shi dan Chow (2015) menemukan
bahwa kepercayaan konsumen pada perusahaan berhubungan positif dengan
kemungkinan konsumen melakukan ulasan yang baik atau melakukan Viral Marketing.
Pada dasarnya hal yang mendorong terjadinya Viral Marketing adalah kepercayaan
konsumen terhadap suatu perusahaan yang diharapkan dapat menimbulkan sikap positif
konsumen terhadap merek tersebut. Dalam skenario seperti itu, mereka lebih cenderung
merekomendasikan merek dan produk tertentu kepada orang lain dan memberikan
ulasan positif di media sosial. Kepercayaan individu yang mendorong terjadinya Viral
Marketing memiliki pengaruh yang besar terhadap niat beli atau keputusan individu
lainnya untuk membeli suatu produk atau jasa (X. Wang et al., 2021).
Februari tahun 2021 baso aci akang menggandeng influencer Arief Muhammad
untuk bergabung dengan organisasinya dan berkolaborasi untuk membuat suatu karya
dengan selebriti Laleimanino. Bergabungnya influencer dan berkolaborasi dengan
selebriti dapat dianggap sebagai sebuah cara Baso Aci Akang melakukan pemasaran
dengan cara yang lebih modern, sehingga menarik masyarakat untuk melihat karya yang
dibuat oleh Baso Aci Akang, Arief Muhammad, beserta Laleimanino. Baso Aci Akang
berharap bahwa karya tersebut dapat menghibur masyarakat indonesia, akan tetapi
terdapat nilai tambah bahwa lebih banyak masyarakat akan mencoba mencari tahu
produk Baso Aci Akang dan mengkonsumsi produk mereka. Strategi viral marketing
yang menjadi primadona pengusaha di zaman sekarang terbukti efektif untuk
meningkatkan penjualan produk perusahaan (Agag & El-Masry, 2016; Helm, 2000;
Liang et al., 2011), akan tetapi Aladwani & Dwivedi (2018); Kim & Park (2013)
berpendapat bahwa reputasi perusahaan (Brand Image) merupakan faktor yang
membuat konsumen percaya pada perusahaan kemudian menyebarkan kepercayaan
tersebut pada orang lain (Viral Marketing).
Dalam istilah ekonomi, citra merek atau Brand Image menunjukkan nilai manfaat
yang diperoleh konsumen setelah mengkonsumsi produk dari merek tertentu, yang
mencerminkan hasil penilaian mereka tentang kualitas merek yang mereka buat dan
disimpulkan secara implisit (Hofmann et al., 2021). Merek merupakan aset yang tidak
dapat terlihat, tidak memiliki bentuk, dan tidak memiliki nilai ekonomi pasti kecuali hal
tersebut menjadi objek jual beli, akan tetapi sebuah merek mencerminkan keunggulan
kompetitif perusahaan, nilai perusahaan, dan potensi perusahaan di masa mendatang
(Myers, 2003). Memahami pentingnya sebuah citra pada merek dan hubungan
konsumen terhadap suatu merek merupakan hal yang sangat penting untuk membuat
rencana publikasi merek yang lebih baik dan lebih produktif guna meningkatkan
pendapatan perusahaan (Alvarado-Karste & Guzmán, 2020). Merek tidak hanya
berfungsi untuk mengidentifikasi produk dan bentuk identitas produk, tetapi juga
merupakan konsep yang menghubungkan tujuan perusahaan dengan pelanggan dalam
bentuk yang dapat di visualisasi (Nandan, 2005). Selain itu, kekuatan sebuah merek
bergantung pada apa yang dipikirkan dan dirasakan pelanggan tentang sebuah merek
yang pada akhirnya memberi penilaian pada sebuah merek, apa yang dilakukan
pelanggan sebagai tanggapan atas pikiran dan perasaan mereka terhadap suatu merek,
membangun reputasi merek yang memengaruhi nilai merek dan citra merek (Baalbaki
& Guzmán, 2016).
Kepercayaan terhadap merek muncul dari pengetahuan dan citra merek, yang
berkaitan langsung dengan nilai merek, atau akumulasi pengetahuan yang dimiliki
konsumen tentang suatu merek. Kesadaran merek adalah kondisi yang diperlukan untuk
membangun struktur pengetahuan dan mencerminkan kemampuan konsumen untuk
mengingat atau mengenali merek, yang bermanfaat untuk menyebarkan citra merek
perusahaan (Keller, 1993). Manfaat dari citra merek yang penting bagi perusahaan
memberikan alasan pada sebuah bisnis untuk melakukan publikasi merek dan
memberikan penjelasan mengapa penting bagi perusahaan untuk membangun merek
yang sesuai dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen (Alvarado-Karste &
Guzmán, 2020). Alvarado-Karste & Guzmán (2020) menyebutkan bahwa citra merek
perusahaan menjadi lebih baik ketika konsumen memberikan penilaian positif mengenai
produk, yang dapat didapatkan oleh perusahaan ketika produk mereka dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Akan tetapi, di luar pemenuhan kebutuhan
konsumen dan keinginan konsumen yang selalu berkembang, beberapa karakteristik
psikologis konsumen dapat berfungsi untuk menggerakkan orang untuk membeli
produk perusahaan yang memanfaatkan cara berpikir pangsa pasar produk tersebut
(Boyatzis & Kolb, 1991). Ketika perusahaan memberikan konsumen produk yang
mereka butuhkan dan inginkan konsumen akan memberikan penilaian positif mereka
terhadap produk tersebut, yang meningkatkan citra merek perusahaan dan bermanfaat
untuk mendorong keinginan masyarakat dalam membeli suatu produk.
Selain memberikan manfaat untuk memasarkan produk mereka kepada calon
konsumen baru, citra merek atau Brand Image memiliki kekuatan untuk meningkatkan
loyalitas konsumen lama agar tetap memiliki keinginan untuk menggunakan produk dari
merek yang sama secara berkesinambungan (Wisker et al., 2020). Citra merek adalah
penilaian individu kepada sebuah merek yang sebagian besar bersifat subjektif dan
berupa persepsi yang dibentuk melalui interpretasi konsumen, baik yang beralasan atau
emosional, dan merupakan konstruksi multi-dimensi yang menggabungkan persepsi
kualitas, nilai, sikap serta merek asosiasi dan perasaan konsumen (Paul, 2019). Ketika
perusahaan memperhatikan keinginan, kebutuhan dan keinginan pelanggan, mereka
dapat mengarah pada peningkatan niat pembelian pelanggan dan secara tidak langsung
meningkatkan transaksi antara pelanggan dan barang dan jasa yang disediakan oleh
perusahaan (Kotler & Armstrong, 2014). Di sektor kuliner, sektor yang juga mengalami
reformasi besar saat pandemi covid-19, pengusaha mungkin dapat memanfaatkan citra
merek yang positif untuk meningkatkan nilai merek mereka. Misalnya, penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa meningkatkan citra merek sebenarnya meningkatkan
niat beli konsumen terhadap suatu produk (Cretu & Brodie, 2007).
Gambaran citra yang baik sebuah merek mencakup tiga elemen, misteri,
sensualitas, serta keintiman, dan elemen-elemen ini mewakili aspek kognitif, sensorik,
dan dimensi emosional dari suatu merek, yang dapat merangsang niat pembelian
konsumen (Cho, 2011). Neupane (2015) menjelaskan, citra merek yang sukses adalah
merek dengan elemen inovatif, fokus, semangat, konsisten, fleksibel, kompetitif,
kepemimpinan, dan memiliki perbedaan dibandingkan pesaingnya. Pemilik merek-
merek hebat selalu penuh dengan inovasi yang menampilkan kebaruan dalam
produknya, karena inovasi mencegah kepuasan terjadap suatu pencapaian dan
menghilangkan bahaya dari zona nyaman (Neupane, 2015). Seperti yang diungkapkan
Neupane (2015), citra merek harus menawarkan kualitas yang dipersepsikan lebih baik,
kepuasan pelanggan yang lebih baik, loyalitas, dan komitmen yang ditingkatkan,
bersama dengan kompetensi produk atau layanan yang disampaikan, sehingga membuat
niat pembelian konsumen untuk produk tertentu meningkat.
Kepercayaan konsumen yang disebabkan karena terpenuhinya kebutuhan dan
keinginan mereka oleh produk perusahaan membuat konsumen memberikan penilaian
yang baik terhadap produk perusahaan, sehingga membuat citra merek meningkat dan
menuntun Viral marketing. Akan tetapi untuk mendapatkan penilaian konsumen yang
membuat citra merek perusahaan baik, perusahaan harus menyediakan produk yang
berkualitas terlebih dahulu, sehingga membuat niat beli konsumen terhadap suatu
produk meningkat. Industri kuliner indonesia telah berkembang selama bertahun-tahun,
merupakan salah satu sektor dengan potensi tinggi untuk tumbuh di masa mendatang
(Zollo et al., 2021), dan merupakan industri yang paling kuat terhadap krisis global
seperti pandemi covid-19. Permintaan produk makanan yang meningkat pesat memicu
persaingan global, memotivasi industri untuk menjadi lebih inovatif dan kreatif dalam
tempo yang cepat untuk mendapatkan atau mempertahankan keunggulan kompetitif
mereka. Hal tersebut perlu dilakukan oleh perusahaan agar mampu mempertahankan
kegiatan operasional perusahaan dalam jangka waktu yang lebih lama, dan mampu
bertahan dalam persaingan global yang melibatkan pelaku bisnis dari berbagai negara
(Kotler & Armstrong, 2014). Untuk meningkatkan pendapatannya, perusahaan harus
mampu untuk menyelaraskan misi dan visinya dengan meningkatnya preferensi
konsumen terhadap kebutuhan konsumsi makanan yang berkualitas baik (Ghazali et al.,
2017).
Sejalan dengan preferensi konsumen terhadap produk yang berkualitas, para
akademisi memiliki kesamaan pendapat bahwa terdapat peran penting kepedulian
konsumen terhadap kesehatan pribadi sebagai prediktor sikap positif mereka terhadap
dan niat untuk membeli produk makanan organik (Nosi et al., 2020), karena
menganggap bahwa kualitas produk organik adalah standar produk berkualitas. Selain
itu, tren pertumbuhan pasar ke depan juga dapat diprediksi menggunakan hasil riset
terkini mengenai pertumbuhan pembelian produk organik yang dilakukan oleh generasi
milenial (Molinillo et al., 2020). Jaminan kualitas produk dapat disebarkan secara sosial
oleh perusahaan, yaitu informasi mengenai kualitas produk yang disebarkan oleh
masyarakat sekitar, dan diharapkan mempengaruhi penerimaan informasi konsumen
sehingga memberi kenyamanan dan jaminan kualitas produk (Filieri, 2015). Perusahaan
dapat memberikan informasi mengenai kualitas produk yang dapat diadopsi oleh
konsumen, yang disertai bukti nyata produk sehingga memberikan jaminan kualitas.
Adopsi informasi mengacu pada orang yang dengan sengaja mencari rekomendasi untuk
suatu produk dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk memperkuat niat
pembelian mereka. Adopsi informasi mencerminkan efek positif dari ulasan dan
rekomendasi orang lain terhadap pengalaman pembelian konsumen, sehingga konsumen
secara signifikan mendapatkan keuntungan dari jaminan sosial dengan lebih efektif,
mudah, dan nyaman berdasarkan informasi dari komunitas online (Watts & Zhang,
2008).
Chen & Liu (2017) berpendapat bahwa memberikan kualitas produk terbaik
adalah cara paling efektif untuk bersaing dengan perusahaan lain, dan merupakan
senjata yang banyak digunakan oleh perusahaan terkemuka untuk meningkatkan niat
beli konsumen. Pelanggan akan tetap loyal kepada perusahaan jika nilai kualitas produk
yang diterima lebih baik dari yang diharapkan dibandingkan dengan perusahaan pesaing
(Palmatier et al., 2007). Kualitas produk merupakan hal penting untuk meyakinkan
pelanggan agar memilih produk perusahaan yang dapat memberikan kualitas lebih baik
dari perusahaan lain, banyak perusahaan menyadari bahwa dengan memberikan kualitas
produk yang konsisten, mereka akan meningkatkan niat pelanggan untuk membeli
produk perusahan (Kumar & Shah, 2004). Palmatier et al. (2007) menemukan bahwa
terdapat hubungan positif dan signifikan antara kualitas layanan dan niat pelanggan
untuk membeli produk perusahaan. Namun untuk meningkatkan nilai merek
perusahaan, perusahaan harus lebih dulu berkonsentrasi pada aspek kualitas produk
daripada kepuasan pelanggan (Wu et al., 2011). Perbaikan yang dilakukan terhadap
aspek kualitas produk akan meningkatkan kepuasan pelanggan karena kualitas produk
juga dapat menjadi tolak ukur kepuasan pelanggan (Guru & Umamaheswari, 2019).
Literatur terdahulu menemukan bahwa niat beli atau keputusan pembelian
konsumen dipengaruhi oleh kualitas produk yang baik (Chen & Liu, 2017; Filieri, 2015;
Palmatier et al., 2007), yang membuat konsumen percaya pada perusahaan sehingga
memberikan penilaian baik, hingga membuat citra merek perusahaan bagus (Filieri,
2015; Molinillo et al., 2020; Nosi et al., 2020), dan pada akhirnya menyebarkan kabar
tersebut pada orang lain (Viral Marketing) (Aladwani & Dwivedi, 2018; Ladwig et al.,
2021). Tiga hal yang dapat meningkatkan keputusan pembelian produk tersebut telah
dilakukan oleh Baso Aci Akang, yaitu menjaga kualitas produk mereka (Chen & Liu,
2017), yang membuat citra merek mereka baik (Nosi et al., 2020), dan membuat
konsumen melakukan Viral Marketing (Aladwani & Dwivedi, 2018). Dengan demikian,
penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengkonfirmasi efektifitas Viral Marketing,
Citra Merek, dan Kualitas Produk, terhadap keputusan pembelian atau niat beli
konsumen Baso Aci Akang. Baso Aci Akang dipilih sebagai subjek penelitian karena
Baso Aci Akang merupakan salah satu Usaha Miko Kecil Menengah (UMKM) dalam
bidang kuliner yang memiliki total 90 cabang dan tersebar di pulau Sumatera, Jawa, dan
Bali, memiliki tingkat popularitas yang tinggi di generasi milenial dan gen Z, dan
tergolong kuat terhadap dampak covid-19.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan pada pendahuluan diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah Viral Marketing, Brand Image (Citra Merek), dan Product Quality (Kualitas
Produk) mempengaruhi Purchase Intention (Keputusan Pembelian) Baso Aci Akang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengkonfirmasi Apakah Viral Marketing, Brand Image (Citra Merek), dan
Product Quality (Kualitas Produk) mempengaruhi Purchase Intention (Keputusan
Pembelian) Baso Aci Akang
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan memiliki
manfaat yaitu:
1. Sebagai bahan evaluasi strategi Viral Marketing, Brand Image (Citra Merek),
dan Product Quality (Kualitas Produk), yang dilakukan oleh Baso Aci Akang
untuk membuat keputusan pembelian produk Baso Aci Akang.
2. Sebagai tambahan kepada literatur terkini mengenai pengaruh Viral Marketing,
Brand Image (Citra Merek), dan Product Quality (Kualitas Produk)
mempengaruhi Purchase Intention (Keputusan Pembelian) pada UMKM di
Indonesia.

1.5 Sistematika Penulisan


Bab 1 Pendahuluan
Bab ini menjelaskan mengenai fenomena Viral Marketing, Brand Image (Citra Merek),
dan Product Quality (Kualitas Produk) sebagai variabel independen yang
mempengaruhi Purchase Intention (Keputusan Pembelian) sebagai variabel dependen.

Bab 2 Tinjauan Pustaka


Bab ini membahas teori agensi sebagai teori yang digunakan untuk membahas hasil
pengujian hipotesis. Dalam bab ini juga terdapat penelitian terdahulu yang mendukung
hipotesis penelitian.

Bab 3 Metode Penelitian


Bab ini menjelaskan mengenai pengukuran variabel penelitian yang digunakan, dan
diukur pengaruh variabel independen terhadap dependen. Bab ini juga berisi mengenai
sampel responden yang digunakan dalam penelitian, dan jenis penelitian.

Bab 4 Hasil dan Pembahasan


Bab ini berisi penjabaran mengenai gambaran umum objek penelitian yang
menggunakan konsumen Baso Aci Akang sebagai sampel.

Bab 5 Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan penelitian yang merangkum hasil analisis statistika dan
pembahasan penelitian.
Daftar Pustaka
Agag, G., & El-Masry, A. A. (2016). Understanding consumer intention to participate in
online travel community and effects on consumer intention to purchase travel
online and WOM: An integration of innovation diffusion theory and TAM with
trust. Computers in Human Behavior, 60, 97–111.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.02.038
Aladwani, A. M., & Dwivedi, Y. K. (2018). Towards a theory of SocioCitizenry:
Quality anticipation, trust configuration, and approved adaptation of governmental
social media. International Journal of Information Management, 43, 261–272.
https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2018.08.009
Alvarado-Karste, D., & Guzmán, F. (2020). The effect of brand identity-cognitive style
fit and social influence on consumer-based brand equity. Journal of Product and
Brand Management, 29(7), 971–984. https://doi.org/10.1108/JPBM-06-2019-2419
Arviani, H., Candrasari, Y., Rahmadillah, O. N., & Priambodo, A. I. (2020).
Instabranding Kepribadian di Lima Brand UKM Kuliner. Warta ISKI, 3(02), 112–
122. https://doi.org/10.25008/wartaiski.v3i02.61
Baalbaki, S., & Guzmán, F. (2016). A consumer-perceived consumer-based brand
equity scale. Journal of Brand Management, 23(3), 229–251.
https://doi.org/10.1057/bm.2016.11
Bansal, H. S., & Voyer, P. A. (2000). Word-of-Mouth Processes within a Services
Purchase Decision Context. Journal of Service Research, 3(2), 166–177.
https://doi.org/10.1177/109467050032005
Boyatzis, R. E., & Kolb, D. A. (1991). Assessing Individuality in Learning: the learning
skills profile. Educational Psychology, 11(3–4), 279–295.
https://doi.org/10.1080/0144341910110305
Chen, C.-M., & Liu, H.-M. (2017). Exploring the Impact of Airlines Service Quality on
Customer Loyalty: Evidence from Taiwan. International Journal of Business and
Management, 12(5), 36. https://doi.org/10.5539/ijbm.v12n5p36
Cho, E. (2011). Development of a brand image scale and the impact of lovemarks on
brand equity [Iowa State University, Digital Repository].
https://doi.org/10.31274/etd-180810-4450
Chu, S.-C., & Kim, Y. (2011). Determinants of consumer engagement in electronic
word-of-mouth (eWOM) in social networking sites. International Journal of
Advertising, 30(1), 47–75. https://doi.org/10.2501/IJA-30-1-047-075
Cretu, A. E., & Brodie, R. J. (2007). The influence of brand image and company
reputation where manufacturers market to small firms: A customer value
perspective. Industrial Marketing Management, 36(2), 230–240.
https://doi.org/10.1016/j.indmarman.2005.08.013
Filieri, R. (2015). What makes online reviews helpful? A diagnosticity-adoption
framework to explain informational and normative influences in e-WOM. Journal
of Business Research, 68(6), 1261–1270.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2014.11.006
Ghazali, E., Soon, P. C., Mutum, D. S., & Nguyen, B. (2017). Health and cosmetics:
Investigating consumers’ values for buying organic personal care products.
Journal of Retailing and Consumer Services, 39, 154–163.
https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2017.08.002
Goyette, I., Ricard, L., Bergeron, J., & Marticotte, F. (2010). e-WOM Scale: word-of-
mouth measurement scale for e-services context. Canadian Journal of
Administrative Sciences / Revue Canadienne Des Sciences de l’Administration,
27(1), 5–23. https://doi.org/10.1002/cjas.129
Guru, P., & Umamaheswari, D. (2019). A study on factors deciding selection of policies
of private life insurance companies among consumers in Thanjavur district.
International Journal of Recent Technology and Engineering, 7(6), 45–48.
Handayani, I. (2020). Lima Aktivitas Ini Picu Kenaikan Penjualan Produk Olahraga
Selama Pandemi. Investor Daily Indonesia. https://investor.id/lifestyle/lima-
aktivitas-ini-picu-kenaikan-penjualan-produk-olahraga-selama-pandemi
Helm, S. (2000). Viral Marketing - Establishing Customer Relationships by “Word-of-
mouse.” Electronic Markets, 10(3), 158–161.
https://doi.org/10.1080/10196780050177053
Hofmann, J., Schnittka, O., Johnen, M., & Kottemann, P. (2021). Talent or popularity:
What drives market value and brand image for human brands? Journal of Business
Research, 124(March), 748–758. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.03.045
Jaakkola, E., & Alexander, M. (2014). The Role of Customer Engagement Behavior in
Value Co-Creation. Journal of Service Research, 17(3), 247–261.
https://doi.org/10.1177/1094670514529187
Keller, K. L. (1993). Conceptualizing, Measuring, and Managing Customer-Based
Brand Equity. Journal of Marketing, 57(1), 1. https://doi.org/10.2307/1252054
Kim, S., & Park, H. (2013). Effects of various characteristics of social commerce (s-
commerce) on consumers’ trust and trust performance. International Journal of
Information Management, 33(2), 318–332.
https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2012.11.006
Kizgin, H., Dey, B. L., Dwivedi, Y. K., Hughes, L., Jamal, A., Jones, P., Kronemann,
B., Laroche, M., Peñaloza, L., Richard, M.-O., Rana, N. P., Romer, R., Tamilmani,
K., & Williams, M. D. (2020). The impact of social media on consumer
acculturation: Current challenges, opportunities, and an agenda for research and
practice. International Journal of Information Management, 51, 102026.
https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2019.10.011
Kotler, P., & Armstrong, G. (2014). Principles of Marketing (15th ed.). Pearson.
Kumar, V., & Shah, D. (2004). Building and sustaining profitable customer loyalty for
the 21st century. Journal of Retailing, 80(4), 317–329.
https://doi.org/10.1016/j.jretai.2004.10.007
Ladwig, M. A., Sciamanna, C. N., Rovniak, L. S., Conroy, D. E., Gottschall, J. S.,
Silvis, M. L., Smyth, J. M., Wang, M., & Auer, B. J. (2021). Comparative
effectiveness of an adult social physical play versus traditional group exercise
program for adherence and fitness: Protocol for a randomized-controlled trial.
Contemporary Clinical Trials Communications, 21, 100736.
https://doi.org/10.1016/j.conctc.2021.100736
Liang, T.-P., Ho, Y.-T., Li, Y.-W., & Turban, E. (2011). What Drives Social
Commerce: The Role of Social Support and Relationship Quality - International
Journal of Electronic Commerce - Volume 16, Number 2 / Winter 2011-12 - M E
Sharpe Inc. International Journal of Electronic Commerce, 16(2), 69–90.
https://doi.org/10.2307/23106394
Lu, B., Fan, W., & Zhou, M. (2016). Social presence, trust, and social commerce
purchase intention: An empirical research. Computers in Human Behavior, 56,
225–237. https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.11.057
Molinillo, S., Vidal-Branco, M., & Japutra, A. (2020). Understanding the drivers of
organic foods purchasing of millennials: Evidence from Brazil and Spain. Journal
of Retailing and Consumer Services, 52, 101926.
https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2019.101926
Myers, C. A. (2003). Managing brand equity: a look at the impact of attributes. Journal
of Product & Brand Management, 12(1), 39–51.
https://doi.org/10.1108/10610420310463126
Nandan, S. (2005). An exploration of the brand identity–brand image linkage: A
communications perspective. Journal of Brand Management, 12(4), 264–278.
https://doi.org/10.1057/palgrave.bm.2540222
Neupane, R. (2015). The Effects of Brand Image on Customer Satisfaction and Loyalty
Intention in Retail Super Market Chain UK. International Journal of Social
Sciences and Management, 2(1), 9–26. https://doi.org/10.3126/ijssm.v2i1.11814
Ng, C. S.-P. (2013). Intention to purchase on social commerce websites across cultures:
A cross-regional study. Information & Management, 50(8), 609–620.
https://doi.org/10.1016/j.im.2013.08.002
Nosi, C., Zollo, L., Rialti, R., & Ciappei, C. (2020). Sustainable consumption in organic
food buying behavior: the case of quinoa. British Food Journal, 122(3), 976–994.
https://doi.org/10.1108/BFJ-09-2019-0745
Palmatier, R. W., Scheer, L. K., & Steenkamp, J.-B. E. M. (2007). Customer Loyalty to
Whom? Managing the Benefits and Risks of Salesperson-Owned Loyalty. Journal
of Marketing Research, 44(2), 185–199. https://doi.org/10.1509/jmkr.44.2.185
Paul, J. (2019). Masstige model and measure for brand management. European
Management Journal, 37(3), 299–312. https://doi.org/10.1016/j.emj.2018.07.003
Rohmah, S. N., & Syari, F. (2020). Adakah peluang bisnis di tengah kelesuan
perekonomian akibat pandemi Corona virus Covid-19 ? ’ADALAH ; Buletin
Hukum & Keadilan, 4(1), 63–74.
Sandi, F. (2020). Banyak Negara Kena Corona, di RI Harga Masker Naik 5X Lipat.
CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/news/20200227204636-4-
141009/banyak-negara-kena-corona-di-ri-harga-masker-naik-5x-lipat
Schau, H. J., Muñiz, A. M., & Arnould, E. J. (2009). How Brand Community Practices
Create Value. Journal of Marketing, 73(5), 30–51.
https://doi.org/10.1509/jmkg.73.5.30
Shereen, M. A., Khan, S., Kazmi, A., Bashir, N., & Siddique, R. (2020). COVID-19
infection: Origin, transmission, and characteristics of human coronaviruses.
Journal of Advanced Research, 24, 91–98.
https://doi.org/10.1016/j.jare.2020.03.005
Shiau, W.-L., Dwivedi, Y. K., & Lai, H.-H. (2018). Examining the core knowledge on
facebook. International Journal of Information Management, 43, 52–63.
https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2018.06.006
Sinaga, N. (2020). Tren Penjualan Produk Olahraga Selama Pandemi Meningkat di E-
commerce Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Tren
Penjualan Produk Olahraga Selama Pandemi Meningkat di E-commerce. Tribun-
Medan.Com. https://medan.tribunnews.com/2020/09/17/tren-penjualan-produk-
olahraga-selama-pandemi-meningkat-di-e-commerce
Sohail, Y., Rasheed, F., & Zia, A. (2015). Identifying the Factors Affecting Customer
Purchase Intention. Global Journal of Management and Business Research: A
Administration and Management Volume, 15(2), 307–321. purchase intention,
quantitative study, loyal customer, independent variable.
Suhaily, L., & Darmoyo, S. (2017). Effect of product quality, perceived price and brand
image on purchase decision mediated by customer trust (study on japanese brand
electronic product). Jurnal Manajemen, 21(2).
https://doi.org/10.24912/jm.v21i2.230
Tsiotsou, R. (2006). The role of perceived product quality and overall satisfaction on
purchase intentions. International Journal of Consumer Studies, 30(2), 207–217.
https://doi.org/10.1111/j.1470-6431.2005.00477.x
Wang, C., Horby, P. W., Hayden, F. G., & Gao, G. F. (2020). A novel coronavirus
outbreak of global health concern. The Lancet, 395(10223), 470–473.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30185-9
Wang, X., Wang, Y., Lin, X., & Abdullat, A. (2021). The dual concept of consumer
value in social media brand community: A trust transfer perspective. International
Journal of Information Management, 59, 102319.
https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2021.102319
Watts, S., & Zhang, W. (2008). Capitalizing on Content: Information Adoption in Two
Online communities. Journal of the Association for Information Systems, 9(2), 73–
94. https://doi.org/10.17705/1jais.00149
Wilson, R. F., & Consultant, E. (2005). The Six Simple Principles of Viral Marketing.
Consultant, 70(1), 232.
http://library.softgenx.com/Children/marketing/ViralMarketing.pdf
Wisker, Z. L., Kadirov, D., & Nizar, J. (2020). Marketing a Destination Brand Image to
Muslim Tourists: Does Accessibility to Cultural Needs Matter In Developing
Brand Loyalty? Journal of Hospitality & Tourism Research, 109634802096366.
https://doi.org/10.1177/1096348020963663
Wu, P. C. S., Yeh, G. Y.-Y., & Hsiao, C.-R. (2011). The Effect of Store Image and
Service Quality on Brand Image and Purchase Intention for Private Label Brands.
Australasian Marketing Journal, 19(1), 30–39.
https://doi.org/10.1016/j.ausmj.2010.11.001
Zhang, K. Z. K., Benyoucef, M., & Zhao, S. J. (2016). Building brand loyalty in social
commerce: The case of brand microblogs. Electronic Commerce Research and
Applications, 15, 14–25. https://doi.org/10.1016/j.elerap.2015.12.001
Zollo, L., Carranza, R., Faraoni, M., Díaz, E., & Martín-Consuegra, D. (2021). What
influences consumers’ intention to purchase organic personal care products? The
role of social reassurance. Journal of Retailing and Consumer Services, 60,
102432. https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2020.102432

Anda mungkin juga menyukai