Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN TAT (Turnaround Time) PEMERIKSAAN DARAH RUTIN


DAN KIMIA DARAH DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI
PUSKESMAS RAWAT INAP WAY KANDIS

Oleh :

FARADIYAN KENCANA
1713353026

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaporan tepat waktu dari hasil tes laboratorium sekarang dianggap
sebagai aspek penting dari layanan yang diberikan oleh laboratorium klinis.
Waktu penyelesaian yang lebih cepat dapat membuat perbedaan terhadap
keputusan medis, oleh karena itu dokter menginginkan laporan hasil
pemeriksaan laboratorium secepat mungkin. Pelaporan hasil laboratorium yang
tepat waktu juga sangat penting untuk pengambilan keputusan tindakan medis
di ruang operasi dan di unit/instalasi gawat darurat (Wankar, 2014).
Manfaat hasil pemeriksaan laboratorium bagi para klinisi yaitu untuk
membantu menegakkan bahkan dapat memastikan diagnosa pasien sehingga
dengan ini dapat meminimalkan pengobatan/terapi yang tidak diperlukan.
Sebuah hasil survei yang dilakukan oleh American Society for Clinical
Pathology (ASCP) membuktikan bahwa 74 % responden dewasa di Amerika
meyakini bahwa paling sedikit 50 % keputusan dokter didasarkan pada hasil
pemeriksaan laboratorium (Mulyono, 2014).
Hasil pemeriksaan laboratorium yang cepat membantu klinisi cepat pula
menegakkan diagnosa dan menentukan terapi. Penundaan dalam
menyampaikan hasil pemeriksaan laboratorium mengacaukan rencana kerja
yang sudah dibuat klinisi serta meningkatkan risiko pada pasien akibat
tertundanya pemberian/pelaksanaan terapi. Sikap kerja laboran dan gangguan-
gangguan yang terjadi selama pemeriksaan dapat mempengaruhi waktu tunggu
pemeriksaan laboratorium (Mulyono, 2014).
Menurut Menkes nomor :129/menkes/SK/II 2008 tentang Standar
Pelayanan minimal Rumah sakit bahwa waktu tunggu hasil pelayanan
laboratorium ≤140 menit. Tertundanya hasil pemeriksaan laboratorium yang
disampaikan kepada klinisi menyebabkan klinisi bekerja tidak efisien,
mengacaukan rencana kerja yang sudah dibuat serta meningkatkan risiko pada
pasien akibat keterlambatan pemberian atau pelaksanaan terapi (Mulyono,
2014).
Waktu tunggu pemeriksaan hasil laboratorium selain tergantung pada
jumlah staf, peralatan, dan desain laboratorium khusus juga tergantung pada
seberapa cepat sampel dapat sampai ke laboratorium dan seberapa cepat hasil
ujinya sampai ke tangan dokter. Karena pelaporan hasil dapat dilakukan secara
elektronik, keterbatasan yang masih ada hanyalah kecepatan spesimen sampai
ke laboratorium. Meskipun sudah menggunakan pengiriman spesimen secara
mekanik, jarak laboratorium masih merupakan kendala yang besar untuk
mendapatkan waktu tunggu yang sangat cepat (Kuncoro, dalam Amanah,
2017).
Waktu tunggu pada pelayanan laboratorium masih sering menjadi
masalah di beberapa rumah sakit. Dan lamanya waktu tunggu pun merupakan
salah satu faktor dari kualitas mutu pelayanan kesehatan. Hartoyo dalam
penelitiannya pun membuktikan bahwa waktu tunggu pada unit laboratorium
mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit itu sendiri (Hartoyo, 2016).
Lamanya waktu tunggu pasien mencerminkan bagaimana rumah sakit
mengelola komponen pelayanan yang disesuaikan dengan situasi dan harapan
pasien. Pelayanan yang baik dan bermutu tercermin dari pelayanan yang
ramah, cepat, dan nyaman (Utami, 2012).
Penelitian Mulyono (2014), tentang pengaruh waktu tunggu pemeriksaan
laboratorium terhadap keputusan terapi pada pasien rawat inap Di RS Dr. Oen
Solo Baru tahun 2014, menunjukkan hasil waktu tunggu pemeriksaan
laboratorium di RS Dr. OEN SOLO BARU jauh melampaui ketentuan Standar
Pelayanan Minimal Departemen Kesehatan RI dengan Ratarata total waktu
tunggu pemeriksaan laboratorium mulai proses plebotomi di ruangan sampai
dengan dokter memberi instruksi adalah 309,00 menit, waktu terlama terjadi
pada tahap setelah hasil diterima di ruangan sampai dokter memberi instruksi
dengan rata-rata 195,00 menit, disebabkan hasil yang tidak cito diserahkan saat
dokter visite berikut. Gangguan yang terjadi selama pemeriksaan durasi
waktunya hanya sekitar 1 menit namun mengganggu konsentrasi laboran
sehingga rawan terjadi kesalahan dalam pengukuran, pencatatan maupun
interpretasi hasil.
Penelitian Betti Rosita dan Ulfa Khairani (2018), tentang analisis lama
waktu pelayanan laboratorium di Rumah Sakit Umum Daerah Pasaman Barat
menunjukkan bahwa Waktu pelayanan laboratorium RSUD Pasaman Barat
sudah memenuhi standar waktu yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 (≤ 140
menit) yaitu sebesar 33.94 menit untuk pemeriksaan hematologi, 83.92 menit
untuk pemeriksaan kimia klinik dan 98 menit untuk pemeriksaan hematologi
dan kimia klinik. Tahapan yang berkontribusi terhadap lamanya waktu
pelayanan laboratorium untuk pemeriksaan hematologi terletak pada tahap pra
analitik, untuk pemeriksaan kimia klinik terletak pada tahap analitik, serta
untuk pemeriksaan hematologi dan kimia klinik terletak pada tahap analitik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya waktu pelayanan laboratorium di
RSUD Pasaman Barat adalah sumber daya manusia yaitu terdapat pada
kemampuan petugas serta kelengkapan sarana prasarana.
Kepuasan pasien timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan
yang diperoleh setelah pasien membandingkan antara kesenangan terhadap
pelayanan yang diterima dengan apa yang diharapkan (Pohan, 2007).
Waktu tunggu pemeriksaan laboratorium menjadi salah satu indikator
yang paling sering dipergunakan sebagai indikator kinerja pelayanan di
laboratorium. Selain itu, para klinisi menggunakan waktu tunggu pemeriksaan
sebagai salah satu indikator untuk menilai mutu sebuah laboratorium
(Hawkins,2007).
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, puskesmas way kandis
belum menghubungkan antara turnaround time yang didapatkan dengan tingkat
kepuasan pasien. Dengan permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “hubungan turnaround time pemeriksaan darah rutin dan
Kimia darah dengan tingkat kepuasan pasien di puskesmas way kandis”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan turnaround time
pemeriksaan darah rutin dan Kimia darah dengan tingkat kepuasan pasien di
puskesmas way kandis.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini: “apakah terdapat hubungan antara
turnaround time pemeriksaan darah rutin dan kimia darah dengan tingkat
kepuasan pasien di puskesmas way kandis?”

C. Tujuan Umum Penelitian


Mengetahui hubungan turnaround time pemeriksaan darah rutin dan
kimia darah dengan tingkat kepuasan pasien di puskesmas way kandis.

D. Tujuan Khusus Penelitian


1. Mengetahui turnaround time pemeriksaan darah rutin dan kimia darah di
puskesmas way kandis.
2. Mengetahui tingkat kepuasan pasien pada pemeriksaan darah rutin dan kimia
darah di puskesmas way kandis.
3. Mengetahui hubungan turnaround time pemeriksaan darah rutin dan kimia
darah dengan tingkat kepuasan pasien di puskesmas way kandis.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan di bidang manajemen
laboratorium mengenai hubungan turnaround time pemeriksaan darah rutin dan
kimia darah dengan tingkat kepuasan pasien.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti khususnya tentang hubungan
turnaround time pemeriksaan darah rutin dan kimia darah dengan tingkat
kepuasan pasien.
b. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi mengenai hubungan turnaround time pemeriksa darah
rutin dan kimia darah dengan tingkat kepuasan pasien.
c. Institusi Pendidikan
Menambah bahan referensi dalam melakukan penelitian yang berhubungan
dengan hubungan turnaround time pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
dengan tingkat kepuasan pasien.

F. Ruang Lingkup
Bidang keilmuan adalah bidang Manajemen Laboratorium. Jenis
penelitian yang digunakan bersifat analitik dengan desain penelitian adalah
cross sectional. Variabel bebas adalah TAT (Turnaround Time) pemeriksaan
darah rutin, sedangkan variabel terikatnya adalah tingkat kepuasan pasien.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang diperiksa darah rutin dan
kimia darah di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis. Pemeriksaan dilakukan di
Laboratorium pada bulan Januari-April tahun 2021 dengan menggunakan
analisa data dengan uji Chi-Square.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Turnaround Time (TAT)
Waktu tunggu adalah waktu yang digunakan pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan mulai tempat pendaftaran sampai masuk ke ruang
pemeriksaan dokter. Waktu tunggu pasien merupakan salah satu komponen
yang potensial menyebabkan ketidakpuasan. Lama waktu tunggu pasien
mencerminkan bagaimana Puskesmas mengelola komponen pelayanan yang
disesuaikan dengan situasi dan harapan pasien.(Esti A, 2012)
Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan dibidang
pelayanan laboratorium patologi klinik adalah waktu tunggu pelayanan
laboratorium. Standar yang ditetapkan untuk waktu tunggu hasil pelayanan
laboratorium adalah ≤ 140 menit untuk kimia darah dan darah rutin (KMK RI
No. 129/MENKES/SK/II/2008).
Menurut Bustami (2011) mutu pelayanan kesehatan adalah kesesuaian
pelayanan kesehatan dengan standar profesi dengan memanfaatkan sumber
daya yang ada secara baik, sehingga semua kebutuhan pelanggan dan tujuan
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dapat tercapai. Untuk
memenuhi mutu pelayanan kesehatan maka dasar yang dipergunakan untuk
mengukur mutu pelayanan kesehatan adalah memenuhi kebutuhan dan
tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan, yang apabila berhasil
dipenuhi akan dapat menimbulkan rasa puas kepada konsumen (customer
satisfaction).
Tabel 2.1 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit Laboratorium
Patologi Klinik
No Indikator Standar
1 Waktu tunggu hasil pelayanan ≤ 140 menit
laboratorium menit
2 Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan 100%
laboratorium
3 Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil 100%
pemeriksaan laboratorium
4 Kepuasan Pelanggan ≥ 80%
Sumber Permenkes No.129/MENKES/SK/II/2008

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 411/MENKES/PER/III/2010


tentang Laboratorium Klinik yang diperbaharui dengan PERMENKES No 43
tahun 2013 tentang Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik,
bahwa proses pelayanan alur kerja (work flow) laboratorium klinik melalui
tiga tahapan yaitu, tahap pra analitik meliputi kegiatan mempersiapkan pasien,
menerima spesimen, mengambil spesimen, memberi identitas spesimen,
menguji mutu air dan reagensia. Tahap analitik meliputi kegiatan pengolahan
spesimen, pemeliharaan dan kalibrasi peralatan, pelaksanaan pemeriksaan,
pengawasan ketelitian dan ketepatan pemeriksaan dan tahap pasca analitik
meliputi kegiatan pencatatan hasil pemeriksaan, pelaporan hasil pemeriksaan
sampai kepada klinisi atau dokter yang melakukan order pemeriksaan klinik.
Kecepatan pelayanan yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan
(KEPMENPAN No. 25/M.PAN/2/2004). Waktu tunggu pemeriksaan
laboratorium menjadi salah satu indikator yang paling sering dipergunakan
sebagai indikator kinerja pelayanan di laboratorium. Selain itu, para klinisi
menggunakan waktu tunggu pemeriksaan sebagai salah satu indikator untuk
menilai mutu sebuah laboratorium (Hawkins ,2007).
Waktu tunggu merupakan waktu yang digunakan pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan. Waktu tunggu merupakan salah satu
komponen yang berpotensi menyebabkan ketidakpuasan, selain itu lama waktu
tunggu juga mencerminkan bagaimana rumah sakit mengelola komponen
pelayanan yang disesuaikan dengan situasi dan harapan pasien. (Bustami. Dkk,
2015)

2. Pemeriksaan Darah Rutin

Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang
mengandung elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang
terfikasi dalam tubuh dan lingkaran luar (Sylvia A. Price & Lorraine M.
Wilson : 2005). Spesimen darah sering digunakan untuk pemriksaan
hematologi rutin. Hematologi rutin adalah pemeriksaan rutin dan lengkap yang
mencakup sel-sel darah dan bagian-bagian lain dari darah, yang meliputi
pemeriksaan haemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC,
RDW, leukosit, hitung jenis dan trombosit (Niki Diagnostic Center, 2011).
Pada pemeriksaan hematologi rutin (darah lengkap) selalu menggunakan
sampel darah segar.
Darah segar ( fresh whole blood ) merupakan kontrol yang ideal untuk
pemeriksaan darah lengkap karena secara fsik dan biologi identik dengan
material yang akan diperiksa (Van Dun, 2007).
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang
diperlukan oleh dokter untuk membantu menegakkan diagnosis. Salah satu
pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan darah.
Darah mempunyai peran penting dalam tubuh manusia. Hasil pemeriksaan
darah secara tidak langsung dapat memantau keadaan dalam tubuh.
Pemeriksaan darah atau pemeriksaan hematologi secara umum dapat
dibedakan menjadi dua yaitu pemeriksaan hematologi rutin dan hematologi
lengkap (Brown,1993).
Pemeriksaan hematologi rutin terdiri dari hemoglobin, hematokrit,
hitung jumlah eritrosit, hitung jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, hitung
jumlah trombosit dan nilai-nilai rata- rata eritrosit. Pemeriksaan hematologi
lengkap (complete blood count) terdiri dari pemeriksaan darah rutin ditambah
pemeriksaan morfologi sel (ukuran, kandungan hemoglobin, anisositosis,
poikilositosis, polikromasi). Pemeriksaan hematologi lengkap penting untuk
mengetahui morfologi dan fungsi dari berbagai sel yang ada di dalam darah,
contohnya sel darah putih yang berperan dalam imunitas tubuh dan sel darah
merah yang berperan dalam oksigenasi tubuh (Brown, 1993, Perkins 2003;
Adamson, Longo, 2005).

Pemeriksaan darah hematologi lengkap (biasanya dirujuk sebagai hitung


darah lengkap), mencakup indeks sel darah merah, hitung leukosit dan jenis
hitung trombosit, pemeriksaan apus darah, dan Laju Endap Darah (LED) (Niki
Diagnostic center, 2013). Hasil normal lengkap pada pemeriksaan darah
lengkap dan profil biokimia, menunjukkan tampaknya tidak ada penyakit
infeksi atau peradangan. Adanya penyakit keganasan yang samar-samar, yang
menyebabkan gejala sistemik, hampir selalu menghasilkan perubahan
hematologi reaktif.
Seiring dengan kemajuan teknologi, alat-alat yang dipakai dalam
pemeriksaan hematologi juga semakin berkembang. Para peneliti
mengembangkan alat untuk menganalisa populasi sel darah secara otomatik.
Alat ini dapat digunakan untuk pemeriksaan hitung eritrosit, hitung leukosit,
Hb, Ht, platelet dan nilai-nilai rata- rata eritrosit. Metode yang banyak dipakai
pada alat-alat untuk pemeriksaan hematologi adalah metode flow cytometri
(Kearns & LaMonica, 2001; Koeswardani dkk., 2001).
Pemeriksaan hematologi dengan metode flow cytometri Sekarang sudah
popular dilakukan. Metode flow cytometri memiliki prosedur yang relatif
mudah dan hasilnya dapat diperoleh dalam waktu yang singkat. Namun,
menurut Perkins metode ini mempunyai tingkat false positive yang cukup
tinggi, yaitu 10-25%. Pemeriksaan darah rutin yang dapat diperiksa
menggunakan alat medonic adalah WBC, RBC, PLT, MCV, MCH, MCHC,
HGB, HCT, RDW, Diffcount.
Berdasarkan Laporan PKMD Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
Poltekkes Tanjungkarang tahun 2019 mengenai langkah-langkah pemeriksaan
darah rutin menggunakan alat Hematology Analyzer sebagai berikut :
1. Cara menghidupkan alat
a. Pastikan bahwa seluruh kabel pada instrument terhubung pada sumber listrik
yang sudah memiliki grounding yang baik.
b. Hidupkan saklar power pada stabilizer, UPS dan biarkan baterai pada UPS
terisi.
c. Hidupkan saklah power pada instrument yang terletak dibelakang sebelah kiri
bawah body (layar monitor akan menyala).
d. Tekan Prime System pada main menu lalu tekan OK.
e. Biarkan instrument melakukan Priming, tunggu sampai proses selesai.
f. Instrumen siap digunakan.

2. Melakukan background check


a. Dari main menu, tekan New Sampel lalu Next Profile atau PrevProfile
untuk memilih profil Background.

b. Tekan Start Plate, biarkan alat melakukan pengukuran Nol tunggu hingga
keluar hasil dengan nilai batas.

3. Quality Control

a. Mengisi nilai Quality Control


1) Dari main menu tekan Q/C lalu pilih Enter Con/Cal.
2) Lalu masukkan nilai Quality Control berdasarkan dengan No. Lot yang tertera
pada Insert sheet boule control dengan cara scaning menggunakan Barcode
yang telah tersedia.
3) Lakukan scaning pada 9 Barcode yang tersedia sesuai dengan level kontrol
yang akan digunakan, kolom kiri untuk level rendah, kolom tengah untuk level
normal dan kolom kanan untuk level tinggi.
4) Jika scaning tidak berhasil, lakukan input manual dengan menekan tombol
input manually.
b. Melakukan Quality Control
1) Dari main menu, tekan New Sampel, lalu pilih Enter Con/Cal, pilih No. Lot
yang sesuai dengan bahan kontrol yang akan diproses.
2) Masukkan bahan control ke jarum Open Tube lalu tekan start plate, darah akan
terhisap ke dalam alat.
3) Setelah mendengar bunyi beep, tarik bahan control dari jarum.
4) Hasil akan keluar dalam waktu 57 detik dan akan tampil pada layar dan akan
tersimpan di memori.
5) Untuk melihat hasil pada memori, tekan menu Sampel.
6) Pengukuran QC juga bisa dilakukan melalui inlet lainnya.

4. Mematikan Alat
a. Pastikan bahwa status alat sudah dalam keadaan Stand by.
b. Dari main menu, tekan Prime System, lalu tekan OK untuk melakukan
pencucian.
c. Biarkan instrument melakukan proses tersebut, tunggu sampai selesai.
d. Tekan Stand by pada main menu untuk membuka seluruh valve di dalam alat.
e. Power Down ada main menu lalu tekan OK.
f. Tekan tombol OFF pada saklar alat medonic, UPS dan stabilizer.

5. Pengukuran Sampel
a. Menggunakan Tube
1) Tekan New sample lalu ketik No. Sampel dan nama pasien.
2) Lakukan homogenisasi terlebih dahulu pada sampel.
3) Masukkan sampel darah pasien ke jarum open tube lalu tekan start plate darah
akan terhisap ke alat.
4) Setelah mendengar bunyi beep, tarik sampel dari jarum.
5) Hasil akan keluar dalalm waktu 57 detik dan akan tampil pada layar dan akan
tersimpan di memori.
6) Untuk melihat hasil pada memori, tekan menu sampel.
7) Untuk pemeriksaan sampel selanjutnya maka ikuti prosedur dari awal kembali.
b. Menggunakan Pre-Dilution
1) Dari main menu tekan Dispense maka dilayar akan muncul menu dispense
diluent.
2) Masukkan tabung reaksi kosong ke jarum pre-dilution lalu tekan start plate
maka cairan diluent akan keluar, lalu buang untuk membersihkan jarum pre-
diluent.
3) Siapkan tabung reaksi yang berisi darah pasien sebanyak 20ul lalu masukkan
ke jarum pre-dilutionkemudian tekan start plate maka cairan diluent akan kelar
bersama sampel pasien.
4) Setelah selesai tekan cancel untuk keluar dari untuk keluar dari menu dispense
maka tampilan di layar exiting dispense function.
5) Tekan new sampel lalu ketik no. sampel dan nama pasien
6) Masukkan tabung reaksi yang berisi darah pasien yang telah diencerkan ke
jarum pre-dilution lalu tekan start plate maka darag akan terhisap ke dalam
alat untuk dianalisis. Untuk pemeriksaan sampel selanjutnya maka ikuti
prosedur dari awal.

Berikut Pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium Puskesmas Way


Kandis:

1. Pemeriksaan Hemoglobin
Metode : Sahli
Prinsip : Darah ditambahkan HCL 0,1 N akan membentuk hematin
acid yang berwarna coklat tua. Lalu ditambahkan tetes demi
tetes aquadest hingga warnanya sama dengan warna standar.
Alat : Tabung Hb, pipet klinik, batang pengaduk, dan standar
warna.
Bahan : HCL 0,1 N, Darah Vena, dan Aquadest.
Cara Kerja :
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dimasukkan HCl 0,1 N ke dalam tabung Hb sampai skala 2
c. Dipipet darah sebanyak 20 ul dan dimasukkan kedalam tabung Hb yang telah
berisi HCl 0,1 N
d. Diencerkan menggunakan aquadest dan dihomogenkan sampai warna
menyerupai standar warna
2. Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit
Metode : Turk
Prinsip : Pengenceran darah menggunakan larutan turk menyebabkan
lisisnya sel eritrosit dan sel trombosit sehingga memudahkan
untuk menghitung sel leukosit. Sel leukosit dihitung pada 64
bidang sedang ditepi pada kamar hitung improved neubauer.
Tujuan : Mengetahui jumlah sel leukosit dalam darah
Reagensia : Turk
Alat dan Bahan: Haemocytometer, deck glass, tissue, mikroskop, dan darah
EDTA.
Cara Kerja :
a. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Dihisap darah dengan piper leukosit sampai tanda 0,5 lalu dibersihkan ujung
pipet dengan tisu.
c. Dengan puppet yang sama dihisap larutan turk sampai tanda 1
d. Dengan menutup kedua ujung pipet dengan jari dihomogenkan kira-kira 80
kali pengocokan

e. Disiapkan kamar hitung dan letakkan deck glass diatas kamar hitung
f. Dihomogenkan kembali larutan didalam pipet lalu buang 3-4 tetes
g. Dimasukkan ke kamar hitung dengan menyentuhkan ujung pipet pada kamar
hitung, kemudian di diamkan selama 2-3 menit
h. Dihitung sel leukosit pada 64 bidang sedang di tepi pada kamar hitung
improved neubauer mikroskop perbesaran 10x
Nilai normal : 5.000- 10.000 sel leukosit/ul darah
3. Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit
Metode : Rees Ecker
Tujuan : Mengetahui jumlah sel trombosit didalam darah

Reagensia : Larutan Rees Ecker


Prinsip : Darah diencerkan 200x dengan larutan Rees Ecker yang
mengandung BCB yang memberi warna biru muda pada
trombosit. Trombosit dihitung pada satu bidang besar
ditengah dalam kamar hitung improved neubauer.
Alat dan Bahan : Haemocytometer, deck glass, tissue, mikroskop, dan darah
EDTA.
Cara Kerja :
a. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Dipipet larutan Rees Ecker sampai tanda 1 kemudian di keluarkan kembali
c. Dihisap darah dengan pipet eritrosit sampai tanda 0,5 lalu dibersihkan ujung
pipet dengan tisu
d. Dengan pipet yang sama dihisap larutan Rees Ecker sampai tanda 101
e. Dengan menutup kedua ujung pipet dengan jari dihomogenkan kira-kira 80
kali pengocokan
f. Disiapkan kamar hitung dan letakkan deck glass di atas kamar hitung
g. Dihomogenkan kembali larutan didalam pipet lalu uang 3-4 tetes
h. Dimasukkan ke kamar hitung dengan menyentuhkan ujung pipet pada kamar
hitung, kemudian didiamkan selalma 2-3 menit

i. Dihitung sel trombosit pada 1 bidang besar di tengah pada kamar hitung
improved neubauer mikroskop perbesaran 40x
Nilai normal : 150.000-400.000 sel trombosit/ul darah
3. Pemeriksaan Kimia Darah
Tes kimia adalah tes darah yang mengukur tingkat beberapa zat dalam
darah (seperti elektrolit). Tes kimia akan menunjukkan kesehatan umum
pasien, membantu melihat masalah-masalah tertentu, dan mencari tahu apakah
pengobatan untuk masalah spesifik yang sedang pasien alami bekerja dengan
baik. (Lika, 2020)
Berdasarkan Laporan PKMD Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
Poltekkes Tanjungkarang tahun 2019 mengenai macam- macam pemeriksaan
kimia darah dengan alat spektrofotometer dialab sebagai berikut :

1. Pemeriksaan SGOT

Metode : IFCC

Reading Mode : Kinetik

Tujuan : Untuk mengetahui kadar SGOT dalam Serum

Prinsip : Aspartat Aminotrasnferase mengkatalisis perubahan dari


dua oxoglutarat ke L aspartate membentuk L-glutamat dan
oxaloacetate. Peningkatan kadar AST sebanding dengan
reaksi NADH dengan oxaloaceta dibawah katalis NADH
membentuk L-malat dan NAD+

Alat : Tabung reaksi, rak tabung, mikropipet, tip, dan tissue.

Bahan : Serum pasien dan Kit pemeriksaan SGOT.

Cara kerja :

Reagen Kerja :

Campurkan Reagent 1 dan Reagent 2 dengan perbandingan 4:1


Sampel 100 ul
WR 1000 ul
Campurkan, inkubasi 3 menit 37oC lalu baca pada panjang
gelombang 340
2. Pemeriksaan SGPT
Metode : IFCC
Reading Mode : Kinetik
Tujuan : Untuk mengetahui kadar SGPT dalam Serum
Prinsip : Alanin Aminotransferase mengkatalisis perubahan dari dua
oxoglutarat ke L Glutamat dan piruvat. Peningkatan kadar
katalis sebanding dengan reaksi NADH dengan piruvat
dibawah katalis laktat dehydrogenase membentuk D- Lactate
dan NAD+
Alat : Tabung reaksi, rak tabung, mikropipet, tip, dan tissue.
Bahan : Serum pasien dan Kit pemeriksaan SGPT
Cara Kerja :
Reagen Kerja :
Campurkan Reagent 1 dan Reagent 2 dengan perbandingan 4:1
Sampel 100 ul
WR 1000 ul
Campurkan, inkubasi 3 menit 37oC lalu baca pada panjang
gelombang 340

3. Pemeriksaan Urea
Metode : UV
Reading Mode : Fixed time
Tujuan : Untuk mengetahui kadar urea dalam Serum
Prinsip :Urea akan dihidrolisis dalam air dan urease akan membentuk
ammonia dan karbon dioksida dalam memodifikasi berthelot
reaksi ion ammonium dengan hipoklorit dan salisilat
membentuk warna hijau pada absorban diukur pada panjang
gelombang 578 nm yang setara dengan konsentrasi urea
dalam sampel
Alat : Tabung reaksi, rak tabung, mikropipet, tip, dan tissue.
Bahan : Serum pasien dan Kit pemeriksaan urea.
Cara Kerja :
Reagen Kerja :
Campurkan Reagent 1 dan Reagent 2 dengan perbandingan 4:1. Diamkan
selama 30 menit pada suhu 15- 25oC sebelum digunakan.
Blanko Standar Sampel
Sampel/Standar - 10ul 10ul
WR 1000ul 1000ul 1000ul
Campurkan, inkubasi 60 detik pada suhu 25/30oC lalu
baca pada panjang gelombang 340
Nilai normal : 25-50 U/L

4. Pemeriksaan Kreatinin
Metode : Jaffe
Reading Mode : Fixed Time
Tujuan : Untuk mengetahui kadar kreatinin dalam Serum
Prinsip : Kreatinin dalam serum bereaksi dengan asam pikrat dalam
suasana basa membentuk senyawa kompleks yang berwarna
kuning. Zat warna yang terbentuk dalam waktu tertentu
merupakan ukuran dari konsentrasi kreatinin.
Alat : Tabung reaksi, rak tabung, mikropipet, tip, dan tissue.
Bahan : Serum pasien dan Kit pemeriksaan kreatinin.
Cara Kerja :

Blanko Standar Sampel


Sampel - 50ul 50ul
WR 1000ul 1000 ul 1000ul
Campurkan, inkubasi 1 menit 37oC lalu baca pada
panjang gelombang 490-510

Nilai normal
Perempuan : 0,7-1,3 mg/dl
Laki-laki : 0,9-1,5 mg/dl
5. Pemeriksaan Acid (Uric Asam Urat)

Metode : TBHBA

Reading Mode : Endpoint

Tujuan : Untuk mengetahui kadar asam urat dalam Serum

Prinsip : Asam urat dalam sampel dikatalisis oleh enzim urease


membentuk peroksidase yang bereaksi dengan 4
aminoantipirin dan TBHBA dibawah katalis peroksidase
membentuk quinonemine.

Alat : Tabung reaksi, rak tabung, mikropipet, tip, dan tissue.

Bahan : Serum pasien dan Kit pemeriksaan asam urat.

Reagen Kerja : 4 bagian Reagen 1 dengan 1 bagian Reagen 2.

Cara Kerja :
Sampel Start Blanko Standar Sampel
Sampel/Standar - 20 20ul
WR 1000ul 1000ul 1000ul
Aquades 20 ul - -
Campurkan, inkubasi 30 menit 20-25oC lalu baca pada
panjang gelombang 546
Nilai normal :
Perempuan : 2,4-5,7 mg/dl
Laki-laki : 3,7-7,0 mg/dl

6. Pemeriksaan Cholesterol

Metode : CHOD-PAP

Reading Mode : Endpoint

Tujuan : Untuk mengetahui kadar cholesterol dalam serum

Prinsip : Cholesterol bebas dan cholesterol teresterifikasi dalam


sampel, bereaksi secara kimia membentuk suatu senyawa
kompleks yang berwarna quinoneimine yang setara dengan
konsentrasi kolesterol dalam sampel.

Alat : Tabung reaksi, rak tabung, mikropipet, tip, dan tissue.

Bahan : Serum pasien dan Kit pemeriksaan Cholesterol.

Cara Kerja :

Sampel Reagen Sampel


start
Sampel - 10 µl
WR 1000 µl 1000 µl
Campurkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu 37ºC lalu
baca pada panjang gelombang 546
Nilai normal : < 200 mg/dl

7. Pemeriksaan Trigliserida

Metode : GPO PAP

Reading Mode : Endpoint

Tujuan : Untuk mengetahui kadar trigliserida dalam serum

Prinsip : Adanya peroksidase, hydrogen peroksidase akan


mengoksidase clorophenol dan 4-aminoantipirin sehinngga
membentuk senyawa kompleks berwarna merah dari
derrivate quinonemine.

Alat : Tabung reaksi, rak tabung, mikropipet, tip, dan tissue.

Bahan : Seum pasien dan Kit pemeriksaan Trigliserida.


Cara Kerja :

Blanko Standar Sampel


Sampel - 10ul 10ul
WR 1000ul 1000 ul 1000ul
Campurkan, inkubasi 10 menit 37oC lalu baca pada
panjang gelombang 546
Nilai normal : 150 mg/dl
8. Pemeriksaan Glukosa

Metode : GOD PAP

Reading Mode : Endpoint

Tujuan : Untuk mengetahui kadar glukosa dalam serum

Prinsip : Glukosa dengan enzim glucose oxidase bereaksi


membentuk glukonat dan hydrogen peroksidase.
Hydrogen peroksidase yang terbentuk berasal dari bawah
katalis peroksidase, phenol dan 4 amino perazon
membentuk quinonemine yang berwarna merah muda dan
warna yang terbentuk sebanding dengan kadar glukosa
darah.

Alat : Tabung reaksi, rak tabung, mikropipet, tip, dan tissue.

Bahan : Serum pasien dan Kit pemeriksaan glukosa.

Cara Kerja :

Blanko Standar Sampel


Sampel - 10ul 10ul
WR 1000ul 1000 ul 1000ul
Campurkan, inkubasi 20 menit 25oC lalu baca pada
panjang gelombang 546
Nilai normal : < 80- 120 mg/dl
9. Pemeriksaan HDL

Metode : Precipitat Readimg Mode : Endpoint

Tujuan : Untuk mengetahui kadar HDL dalam serum

Prinsip : Dengan pemberian phosphotungstat acide dan ion


magnesium ke dalam sampel maka kolomikron, VLDL dan
LDL mengendap (presipitasi).
Serum + HDL separating reagen centrifuge HDL
fraksi (supernatant) + kilomikron ,VLDL,LDL, fraksi
(presipitasi). Setelah dipusingkan dalam supernatan hanya
terdapat LDL yang kadar kolesterolnya ditentukan dengan
metode kolorimetrik enzimatik.
Alat : Tabung reaksi, rak tabung, mikropipet, tip, dan tissue.
Bahan : Serum Pasien dan Kit pemeriksaan HDL.
Cara Kerja :
Presipitat :
Sampel/ Standar 200 µl
Cholesterol
R1 500 µl
Campurkan dan inkubasi 10 menit pada suhu 20-25oC, lalu
dicentrifuge selama 10 menit kecepatan 4000 rpm.

Pemeriksaan sampel :

Blanko Standar Sampel


Supernatan - 10ul 10ul
Sampel/Standar
WR 1000ul 1000 ul 1000ul
Campurkan, inkubasi 10 menit 37oC lalu baca pada
panjang gelombang 546.
Nilai normal :
HDL : > 65 mg/dl
LDL : < 150 mg/dl
10. Pemeriksaan Bilirubin Total

Metode : Jendrassik Grof

Reading Mode : Endpoint

Tujuan : Untuk mengetahui kadar bilirubin total dalam serum

Prinsip : Bilirubin bereaksi dengan diazotized sulfanic acid (DSA)


yang membentuk warna merah. Absorban yang diukur pada
panjang gelombang 555 nm yang sebanding dengan
konsentrasi bilirubin dalam sampel DSA hanya bereaksi
dengan bilirubin inderect albumin.

Alat : Tabung reaksi, rak tabung, mikropipet, tip, dan tissue.

Bahan : Serum pasien dan Kit pemeriksaan Bilirubin Total Reagen


kerja: Campurkan 150 bagian Reagen 1 dengan 1 bagian
Reagen 2.

Cara Kerja :

Blanko Sampel Sampel


Water/sampel - 100 µl
WR 1000 µl 1000 µl

Campurkan dan inkubasi 3 menit di suhu 30º dibaca dengan λ 555

Nilai normal : < 1,35mg/dl


11. Pemeriksaan Bilirubin Direct

Metode : Jendrassik Grof

Reading Mode : Endpoint

Tujuan : Untuk mengetahui kadar bilirubin direct dalam serum

Alat : Tabung reaksi, rak tabung, mikropipet, tip, dan tissue.

Bahan : Serum pasien dan Kit pemeriksaan bilirubin direct.

Cara Kerja :
Blanko Sampel Sampel
Water/sampel - 100 µl
WR 1000 µl 1000 µl

Campurkan dan inkubasi 30 menit di suhu 30º dibaca dengan λ 555

Bilirubin indirect = Bil. Total – Bil. Direct


Nilai normal :
Bil direct : < 0,35 mg/dl
Bil. Indirect : < 1,35 mg/dl

4. Kepuasan Pasien
Peningkatan jumlah kunjungan pasien dari waktu ke waktu juga
dapat dipengaruhi oleh faktor kepuasan yang diperoleh pasien. Kepuasan
adalah tingkat perasaan seseorang (setelah membandingkan antara kinerja atau
hasil yang dirasakan (pelayanan yang diterima) dengan yang diharapkan.
Pelayanan diharapkan membuat pasien merasa puas (customer satisfaction)
hal ini berarti dengan memberikan kepada pasien apa yang betul-betul mereka
butuhkan dan inginkan, bukan memberikan apa yang kita pikirkan dibutuhkan
oleh mereka.( William, 1996) Sedangkan Linder-Pelz mendefinisikan
kepuasan pasien sebagai evaluasi positif dari dimensi pelayanan
kesehatan.(Hilal, 2005)

Pelayanan pasien merupakan kegiatan yang dilakukan untuk


memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan pasien. Jika pelayanan yang
diterima telah sesuai dengan harapan pasien hal tersebut berarti pelayanan
memuaskan. Untuk memahami bagaimana memuaskan pasien adalah dengan
mengidentifikasi mengenai kebutuhan dan keinginan pasien.( Profile RSI
Sultan Agung) Keinginan, kebutuhan dan harapan pasien dapat diidentifikasi
dengan melihat karakteristik dari masing-masing pasien.

Kepuasan pasien didefinisikan sebagai respon pelanggan terhadap


ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual
yang dirasakannya setelah pemakaian. Kepuasan pasien/pelanggan adalah inti
dari pemasaran yang berorientasi kepada pasien/pelanggan. Pelayanan yang
memuaskan dan berkualitas akan membentuk loyalitas pasien/pelanggan, dan
kepuasan sangat erat hubungannya dengan ”word of mouth”, maka pelayanan
yang memuaskan tersebut juga akan mendatangkan pelanggan baru. Efek
selanjutnya akan berlanjut pada proses terbentuknya citra puskesmas yang
meningkat. Hal ini dikarenakan kondisi persaingan yang sangat ketat. Maka
setiap puskesmas akan berusaha untuk menempatkan dirinya sebaik mungkin
dimata pasien/pelanggannya agar dapat dipercaya untuk memenuhi
kebutuhannya dalam bidang kesehatan (Rangkuti, 2006).

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009, rumah sakit merupakan


institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan jasa kesehatan pertama
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Azwar (1996) pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan
yang dapat memuaskan setiap orang yang menggunakan jasa pelayanan yang
sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraanya
sesuai dengan standar kode etik profesi yang telah ditetapkan (Arieta, 2012).
Hasil penelitian Yeni Tri Utami (2015) terdapat hubungan waktu tunggu
pelayanan rawat jalan dengan kepuasan pasien. Hal ini disebabkan karena
yang mempengaruhi kepuasaan pasien adalah waktu tunggu pelayanan, jika
pelayanan yang diterima oleh pasien cepat maka pasien akan merasa puas,
sebaliknya apabila waktu tunggu pelayanan pasien lama maka pasien akan
merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh petugas baik mulai
dari pendaftaran sampai deri dokter agar mendapatkan pemeriksaan yang ada
di poliklinik. Waktu menunggu pasien yang lama terhadap pelayanan
kesehatan merupakan hal yang penting dalam menentukan citra suatu rumah
sakit. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 yaitu
kurang atau sama dengan 60 menit. Kategori jarak seperti pada saat pasien
datang mulai mendaftar ke loket, mengantri dan menunggu panggilan ke poli
klinik tujuan untuk diperiksa oleh dokter, perawat atau bidan lebih dari 90
menit dikategorikan lama, 30-60 menit dikategorikan sedang dan ≤30 menit
dikategorikan cepat (Esti, 2015).

Aulia Utama Dewi (2015) bahwa waktu tunggu pendaftaran pasien


rawat jalan dalam dikategorikan cepat ada 51 orang (53,7%) dan waktu tunggu
responden dikategorkan lama ada 44 orang (46,3%). ini dikarenakan terjadinya
antrian yang panjang. Antrian timbul disebabkan oleh kebutuhan akan layanan
melebihi kemampuanpelayanan, sehingga pengguna fasilitas yang datang
tidak bisa segera mendapat layanan. Instalasi rawat jalan di RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya buka pada hasi Senin sampai Kamis pukul 08.00-
12.00 WIB dan hari Jum’at dan Sabtu buka pada pukul 08.00-11.00 WIB.
Berdasarkan data kunjungan pasien ke instalasi rawat jalan di poliklinik pada
tahun 2016 mencapai 110.302 pasien. Jumlah kunjungan pasien ke instalasi
rawat jalan di poliklinik pada 3 bulan terakhir bulan Februari, Maret dan April
pada tahun 2017 mencapai 26.834 pasien, rata-rata jumlah kunjungan per hari
di poliklinik rawat jalan adalah 357 pasien. Hasil obervasi peneliti di RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangkaraya pada tanggal 27 Maret 2017 dari 30 pasien
yang diwawancarai menyatakan bahwa 27 orang yang berkunjung ke
poliklinik mengatakan waktu tunggu pelayanan bisa 120-180 menit dimulai
dari pendaftaran sampai mendapatkan pemeriksaan dokter terutama pada
poliklinik penyakit dalam dan jantung. Pasien juga mengatakan jenuh, lelah
dan penat dengan pelayanan rawat jalan yang diberikan dikarenakan lamanya
mengantri. Hal ini juga dikarenakan banyaknya kunjungan di instalasi rawat
jalan. 3 orang yang berkunjung di poliklinik mengatakan waktu tunggu
pelayanan bisa 60-80 menit dimulai dari pendaftaran sampai mendapatkan
pemeriksaan dokter. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan 20 orang
menyatakan puas dengan pelayanan yang ada di rawat jalan dan 10 orang
menyatakan tidak puas dengan pelayanan yang ada.

5. Puskesmas Way Kandis

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan
diwilayah kerjanya,puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan
untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal,dengan demikian
puskesmas berfungsi sebagai pusat pengerak pembangunan berwawasan
kesehatan,pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama.Dalam era desentralisasi dibidang kesehatan sangat
ditentukan oleh kualitas sistem kesehatan untuk mencapai tujuan tersebut UPT
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis mempunyai visi “ Menuju Kecamatan
Tanjung Senang Sehat 2021” untuk mencapai visi tersebut UPT Puskesmas
Rawat Inap Way Kandis mempunyai misi :

1. Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan


2. Menurunkan kasus penyakit menular
3. Menekan AKI / AKB
4. Meningkatkan status gizi balita
5. Meningkatkan kemandirian masyarakat
6. Meningkatkan kinerja dan kerjasama lintas program dan lintas sektor
7. Meningkatkan SIK ( Sistim Informasi Kesehatan )
Untuk mencapai tujuan misi dan visi tersebut perlu adanya penataan dan
pengembangan sistem informasi kesehatan ( SIK )sehingga dapat memberikan
indikator mutu kesehatan dengan benar,salah satu dari penyelenggaraan sistem
informasi kesehatan ( SIK ) adalah profil kesehatan yang relative lengkap dan
berisi data informasi kesehatan,upaya kesehatan,sumber daya kesehatan dan
data informasi terkait lainnya. Profil UPT Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
tahun 2018 ini disusun dengan harapan dapat memberikan gambaran situasi
kesehatan diwilayah kerja UPT Puskesmas Rawat Inap Way Kandis secara
menyeluruh baik tentang keadaan umum,lingkungan dan derajat kesehatan
maupun sumber daya pembangunan kesehatan,data profil yang disajikan
merupakan hasil kegiatan program kesehatan dari bulan januari s.d bulan
desember tahun 2018

1. MAKSUD dan TUJUAN

a. Maksud

Maksud disusunnya profil kesehatan UPT Puskesmas Rawat Inap Way


Kandis tahun 2018 adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan diwilayah
kerja UPT Puskesmas Rawat Inap Way Kandis dalam mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal dan untuk mengetahui permasalahan yang
ada di wilayah kerja UPT Puskesmas Rawat Inap Way Kandis.

b. Tujuan
Tujuan utama adalah tersedianya data/informasi yang dapat digunakan
untuk merencanakan kegiatan-kegiatan tahunan dan dalam rangka
menyediakan sarana untuk mengevaluasi pencapaian program kesehatan tahun
2018.

c. Sejarah Puskesmas
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis sebelumnya merupakan Puskesmas
Rawat Jalan yang dibangun pada tahun 1990 dan mulai beroprasi tahun
1991,sejak berdiri hingga sekarang Puskesmas Rawat Inap Way Kandis
beberap kali telah mengalami pergantian pimpinan sebagai berikut :

1. Tahun 1991 - 1993 dipimpin oleh dr.Donna Alfina


2. Tahun 1993 - 1995 dipimpin oleh dr.Arief Munandar
3. Tahun 1995 - 1996 dipimpin oleh dr.Ria Sari
4. Tahun 1996 - 1997 dipimpin oleh drg.Armita Hutabarat
5. Tahun 1997 - 2001 dipimpin oleh drg.Arthur Sagala
6. Tahun 2001 - 2002 dipimpin oleh dr.Aryanti
7. Tahun 2002 - 2006 dipimpin oleh drg.Meri Farida
8. Tahun 2006 - 2007 dipimpin oleh drg.Netty
9. Tahun 2007 - 2009 dipimpin oleh dr.Endang Legiarti
10. Tahun 2009 Bulan Februari -November 2009 dipimpin oleh
Dra.Rochani.M,kes
11. Tahun 2009 - 2011 dipimpin oleh dr.Zenobia Devi
12. Tahun 2011 - 2012 dipimpin oleh drg.Rosmaulina Girsang selaku
PLT
13. Tahun 2012 - 2013 dipimpin oleh dr.Pritha Prawieta
14. Tahun 2013 - 2016 dipimpin oleh dr.Intan Kusuma Dewi
15. Tahun 2016 sampai dengan sekarang dipimpin oleh dr.Rita
Agustina.M.Kes
Pada tahun 1991 hingga tahun 2001 Puskesmas Way Kandis merupakan
puskesmas yang masuk dalam wilayah kecamatan kedaton.Berdasarkan
Peraturan Daerah No.4 Tahun 2001 tanggal 03 oktober 2001 wilayah
kecamatan kedaton terbagi menjadi tiga ( 3 ) kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Kedaton
2. Kecamatan Rajabasa
3. Kecamatan Tanjung Senang
Dalam pemekaran wilayah kecamatan Puskesmas Way Kandis masuk
wilayah kecamatan Tanjung Senang dengan luas wilayah kerja + 973 Ha yang
terdiri dari lima ( 5 ) Kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Tanjung Senang


2. Kelurahan Way Kandis
3. Kelurahan Perumnas Way Kandis
4. Kelurahan Labuhan Dalam
5. Kelurahan Pematang Wangi

Puskesmas Way Kandis memiliki lima ( 5 )Puskesmas Pembantu yaitu :

1. Puskesmas Pembantu Tj Senang I


2. Puskesmas Pembantu Tanjung Senang.II
3. Puskesmas Pembantu Tanjung Raya Permai
4. Puskesmas Pembantu Way Kandis
5. Puskesmas Pembantu Labuhan Dalam.

Pada Tahun 2012 Puskesmas Way Kandis mengalami perubahan status


dari Puskesmas Rawat Jalan menjadi Puskesmas Rawat Inap yang diresmikan
oleh Bapak Walikota Bandar Lampung pada tanggal 18 Juli 2012.
d. Geografi
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis merupakan Puskesmas yang
ada didalam Pemerintahan Kecamatan Tanjung Senang yang terletak di
Kelurahan Perumnas Way Kandis dengan Luas Wilayah kerja + 9,73 km2
dengan membawahi 5 kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Tanjung Senang


2. Kelurahan Way Kandis
3. Kelurahan Perumnas Way Kandis
4. Kelurahan Labuhan Dalam
5. Kelurahan Pematang Wangi
6.
Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Way Kandis merupakan dataran
rendah dan bergelombang , ketinggian rata-rata 500 meter diatas ketinggian
permukaan laut dengan suhu 24 – 30 derajat celcius. Tanah diwilayah
kecamatan Tanjung Senang telah banyak beralih fungsi yang sebelumnya
merupakan tanah pertanian dan persawahan kini menjadi daerah pemukiman
penduduk.Penduduk kecamatan Tanjung Senang mayoritas bekerja sebagai
petani dan buruh,jarak tempuh Puskesmas Rawat Inap Way Kandis dari Pusat
Kota Bandar Lampung berjarak ± 7 km.
B. Kerangka Teori

Pemeriksaan Darah Pemeriksaan Kimia


Rutin Darah

Turnaround Time
(TAT) Pemeriksaan

1. Pra Analitik
2. Analitik
3. Pasca Analitik

Tingkat Kepuasan
Pasien

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas : Variabel Terikat :

TAT (Turnaround Time) Tingkat Kepuasan Pasien


Pemeriksaan Darah Rutin
dan Kimia Darah

D. Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan TAT (turnaround time) pemeriksaan


darah rutin dan kimia darah dengan tingkat kepuasan pasien
di puskesmas way kandis
Ht : Ada hubungan TAT (turnaround time) pemeriksaan darah
rutin dan kimia darah dengan tingkat kepuasan pasien di
puskesmas way kandis
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini digunakan penelitian analitik korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Rawat Inap
Way Kandis pada bulan januari sampai April 2021. Populasi pada penelitian
ini adalah seluruh pasien yang melakukan pemeriksaan kimia darah dan darah
rutin di Puskesmas Rawat Inap Way Kandis sedangkan Sampel adalah pasien
yang melakukan pemeriksaan kimia darah dan darah rutin di Puskesmas Rawat
Inap Way Kandis. Besar sampel dalam penelitian ini didapat dengan
menggunakan rumus Slovin. Pengambilan sampel dilakukan secara
Accidental Sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan
kebetulan, yang dalam penelitian adalah pasien yang datang untuk mendapat
jasa pelayanan laboratorium untuk pemeriksaan darah rutin dan kimia darah di
Puskesmas Rawat Inap Way Kandis hingga cukup jumlahnya. Alat dan
instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan observasi dan analisis data
menggunakan analisis univariat untuk mendiskripsikan karakteristik variabel
dan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan dari variabel bebas dan
variabel terikat menggunakan uji Chi Square dengan nilai p <0,05.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Way Kandis, Kecamatan Tanjung
Senang, Kota Bandar Lampung, Lampung. Pemeriksaan sampel dilakukan di
Laboratorium Klinik
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - April tahun 2021.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang akan diperiksa
darah rutin dan kimia darah di Puskesmas Way Kandis, Kecamatan Tanjung
Senang, Kota Bandar Lampung, Lampung.

2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 86 pasien yang melakukan
pemeriksaan darah rutin dan kimia darah di Puskesmas Way Kandis,
Kecamatan Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung, Lampung. Jumlah pasien
tersebut didapatkan dengan perhitungan slovin.

a. Kriteria Inklusi : Pasien yang melakukan pemeriksaan darah rutin dan kimia
darah serta bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi : Pasien yang tidak melakukan pemeriksaan darah rutin dan
kimia darah
D. Variabel dan Definisi Oprasional
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Oprasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Penelitian

1 Turnaround Waktu yang Stopwatch menit nominal


Time (TAT) dibutuhkan
untuk melakukan
pengambilan
specimen sampai
hasil diterima
pasien

2 Tingkat Hasil kuisioner Kuisioner 0 = tidak puas ordinal


Kepuasan kepuasan yang 1 = puas
Pasien diisi oleh pasien
setelah mendapat
hasil
pemeriksaan

E. Pengumpulan Data
Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer yaitu hasil kuisoner tingkat kepuasan yang diisi oleh pasien terkait,
sedangkan data sekunder yaitu hasil pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
pasien. Pengumpulan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Melakukan pra survey pada lokasi penelitian, yaitu di Puskesmas Rawat Inap
Way Kandis.
2. Mengajukan surat izin penelitian ke Direktur Poltekkes Tanjungkarang untuk
selanjutnya diteruskan kepada bagian Tata Usaha Puskesmas Rawat Inap Way
Kandis.
3. Setelah mendapat surat izin dari pihak Puskesmas Rawat Inap Way Kandis,
peneliti dapat melakukan penelitian terhadap pasien yang mendaftar sebagai
pasien yang akan melakukan pemeriksaan darah rutin dan kimia darah.
4. Pasien yang masuk ke ruang pengambilan specimen akan dilihat formulir
pendaftaran terlebih dahulu. Pasien yang akan diperiksa darah rutin dan kimia
darah, akan diminta persetujuannya untuk mejadi responden.
5. Pasien yang bersedia menjadi responden selanjutnya akan dilakukan
perhitungan waktu dari awal pengambilan specimen sampai pasien tersebut
memperoleh hasil pemeriksaan.
6. Setelah pasien mendapatkan hasil pemeriksaan, peneliti akan memberikan
kuisioner mengenai kepuasan pasien terhadap waktu pengambilan specimen
sampai pasien tersebut mendapatkan hasil.
7. Interpretasi Hasil
a. Interpretasi hasil waktu tunggu hasil
Cepat : <140 menit
Lama : >140 menit
b. Interpretasi hasil kuisioner kepuasan
0 : tidak puas
1 : puas

F. Pengolahan dan Analisa Data


1. Pengolahan Data
Setelah data didapatkan melalui pemeriksaan dan observasi, kemudian
data tersebut diolah dengan menggunkan program komputerisasi dengan
langkahlangkah sebagai berikut :
a. Editting merupakan tahap penulis melakukan penelitian terhadap data yang
diperoleh memasukan apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisian.
b. Entry Data adalah data yang telah dicoding kemudian diolah dengan
menggunkan komputer.
c. Processing adalah proses pengetikan data dari check list ke program komputer
agar dapat dianalisis.
d. Cleaning data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah
dimasukan, apakah ada kesalahan tersebut terjadi saat kita mengentri ke
komputer.
2. Analisa Data
a. Analisa univariat untuk melihat distribusi frekuensi pada masing-masing
variable penelitian.
b. Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
antara lamanya waktu tunggu hasil dengan tingkat kepuasan pasien

G. Ethical Clearance
Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subyek penelitian
dengan menjadi responden dalam menentukan tingkat kepuasan terhadap
waktu tunggu hasil pemeriksaan, sehingga perlu dilakukan proses secara etik
dengan menyerahkan naskah proposal ke Komite Etik Poltekkes
Tanjungkarang untuk dinilai kelayakannya. Seluruh subyek penelitian diberi
penjelasan mengenai tujuan dan prosedur penelitian dan diminta persetujuan
dengan informed consent tertulis. Subyek berhak menolak untuk ikut serta
tanpa konsekuensi apapun. Identitas subyek penelitian dirahasiakan. Seluruh
biaya yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditanggung oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

Adamson J W, Longo L D. 2005. Anemia and Polycythemia. In L D Kasper, S A


Fauci, L D Longo et al. Editors: Harrison’s Principle of Internal
Medicine. Volume I. 16th ed. USA: McGraw-Hill. p.329-336
Amanah. 2017. Hubungan Waktu Tunggu Pemeriksaan Hbs Ag Dengan Kepuasan
Pasien Poliklinik Bedah Rawat Jalan Di Laboratorium Rsud Dr. R.
Soeprapto CEPU. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang.
Ariadi, Hilal. Persepsi Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Dokter Ditinjau dari
Karakteristik dan Mutu Pelayanan Dokter di Instalasi Rawat Jalan RSI
Sunan Kudus Tahun 2005. Tesis, Universitas Uponegoro, Semarang,
2005. (Online),(http://eprints.undip.ac.id/17642/1/Hilal_Ari adi.pdf,
diakses 25 Juni 2013).
Arieta R. Analisis waktu tunggu pasien di Departeman Gigi dan Mulut RSPAD
Gatot Soebroto Ditkesad. Jakarta; 2012. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Tesis, Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit
Universitas Indonesia.
Brown B. 1993. Hematology: Principles and Procedures, 6 ed. America: Lea
& Febiger. 119-20, 350-55.
Bustami, 2011, Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akseptabilitasnya,
Jakarta: Erlangga.
Bustani NM, Rattu AJ, Saerang JSM. Analisis Lama Waktu Tunggu Pelayanan
Pasien Rawat Jalan Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Propinsi
Sulawesi Utara. J eBiomedik. 2015;3:872–82.
Company Profile RSI Sultan Agung
Dewi, AU, Astuti, R & Werdani, KE, Hubungan Waktu Tunggu Pendaftara
Dengan KepuasanPasien Di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan
(TPPRJ) RSUD Surakarta : FIKES UMM; 2015 available at :
journal.student. uny.ac.id/ojs/index.php/societas/arti
cle/download/4003/3664
Esti A. Pengaruh Waktu Tunggu dan Waktu Sentuh Pasien terhadap Tingkat
Kepuasan Pasien Poli Umum di Puskesmas Sukorame Kota Kediri.
Publikasi.stikesstrada.ac.id/wpcontent/uploads/2015/02/8-
PENGARUH WAKTU TUNGGU.pdf.2012.
Esti, A., Puspitasari, Y. & Rusmawati, A. Pengaruh waktu tunggu dan waktu
sentuh pasien terhadap tingkat kepuasan pasien Poli Umum di
Puskesmas Sukorame Kota Kediri. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas
Husada, 2015; available at : http:// ublikasi.stikesstrada./ pengaruh
waktu tunggu/ac.id
Gandasoebrata, R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. cetakan ke-10. Jakarta:
Dian Rakyat.1-3,7-8,15-21.
Hartoyo, Santosa B, Hartiti T. Hubungan Waktu Tunggu Hasil Pemeriksaan Darah
Rutin dan Kimia darah Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di
Laboratorium Rumah Sakit Umum Dr.R.Soetijono Blora.
Hawkins, R. C 2007. Laboratory turnaroun time. The Clinical biochemist. Reviews
/ Australian Association of Clinical Biochemist, 4.179-194.
Hawkins, R. C 2007. Laboratory turnaround time. The Clinical biochemist.
Reviews / Australian Association of Clinical Biochemist, 4.179-194.
Kearns H E, LaMonica A L. 2001. Principles of Automated Differential Analysis.
In M D Harmening. Editor: Clinical Hematology and Fundamentals
of Hemostasis.
Kementrian Kesehatan RI. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tentang Laboratorium. Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI No. 129 Tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Keputusan menteri kesehatan RI standar pelayanan minimal rumah sakit. 2008 ;
available at : http://www.kinerja.or.id/pdf/6fe431 e6-4c62-425b-89b9-
1783517
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 25 Tahun 2004 Tentang
Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
Pelayanan Instansi Pemerintah. Jakarta.
Koeswardani R, Boentoro, Budiman. 2001. Flow Cytometri dan Aplikasi Alat
Hitung Sel Darah Otomatik Technicon H-1 dan H3. Malang:
Laboratorium Patologi Klinik FK Unibraw RSUD Dr. Syaiful Anwar.
Krowinski, William J. Measuring and Managing Patient Satisfaction Second
Editio. American Hospital Association Company, America, 1996.
Laporan PKMD Poltekkes Tanjungkarang Tahun 2020
Mulyono, Margaretha. 2014. Pengaruh waktu tunggu pemeriksaan laboratorium
terhadap keputusan terapi pada pasien rawat inap. Tesis Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Pohan,I. 2002. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran
ECG.
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2005. Patofsiologi Konsep Klinis Proses
proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rangkuti, F. (2006). Measuring Customer Satisfaction. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia
dan Kanal Media.
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. Laporan data kunjungan pasien rawat
jalan Palangka raya : RSUD dr. Doris Sylvanus.,2016
Utami, YT. Hubungan waktu tunggu pelayanan rawat jalan dengan tingkat
kepuasan pasien Di RSU Assalam Gemolong. Prosiding Nasional
APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta, 2015 ISBN : 978-602-73865-
4-9.
Utami. Hubungan Waktu Tunggu Pelayanan Rawat Jalan dengan Tingkat Kepuasan
Pasien di RSU Assalam Gemolong. J APIKES Citra Med. 2012;4:195–
205.
Wankar, Abhinav D. 2014. Study of determination of laboratory turnaround time
in tertiary care hospital in India. International Journal of Research in
Medical Sciences. Vol 2, no 4 October-December 2014.

Anda mungkin juga menyukai