Anda di halaman 1dari 11

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA

DENGAN BAHAN PENGIKAT ALAMI (LEM KOPAL)


Sudarsono, Toto Rusianto, Yogi suryadi
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Sudarsono1574@yahoo.co.id

ABSTRACT
The side product of coconut plantation in Indonesia is coconut fiber which along that time
only used as products such as doormat, broom, etc. Therefore, it needs to do the study to increase
the addition value of it, where coconut fiber as the side product of coconut plantation exported to
other countries to be used by them to be particle board or other products.
For increasing addition value of coconut fiber, it was done the study of making particle
board from raw material of coconut fiber by using copal glue as a binder.
This study used a mix between coconut fiber and copal glue in comparison 1:5 and 1:6
with the comparison of compression was 4:1.
The testing which was done to know physic and mechanic characters of this particle board
were density and static bending test to obtain Modulus of Elasticity (MOE) and Modulus of Rupture
(MOR).
The density testing shows that particle board with fiber comparison 1:6 has little density,
whereas the result of bending test for MOE is 1:5 =64.2672kg/mm2 ; 1:6 = 89.2009 kg/mm2, and
the result of bending test MOR is 1:5 = 2.4555 kg/mm2 ; 1:6 = 1.7513 kg/mm2.
Keywords: coconut fiber, particle board, MOE, MOR 
  

INTISARI

Hasil samping dari perkebunan kelapa di Indonesia adalah sabut kelapa, dimana selama ini
sabut kelapa hanya dimanfaatkan untuk produk-produk seperti keset, sapu dan lain sebagainya.
Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk meningkatkan nilai tambah dari sabut kelapa
ini, dimana selama ini sabut kelapa hasil sampingan perkebunan di ekspor ke manca negara
untuk dimanfaatkan oleh bangsa lain menjadi papan partikel atau produk-produk lain.
Untuk meningkatkan nilai tambah sabut kelapa, dirasa perlu untuk dilakukan penelitian
pembuatan papan partikel berbahan baku sabut kelapa dengan menggunakan lem kopal sebagai
pengikat.
Dalam penelitian ini, digunakan campuran (berat) antara sabut kelapa : lem kopal sebesar 1
: 5 dan 1 : 6, dengan perbandingan kompresi 4 : 1.
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis dari papan partikel ini,
adalah berat jenis (density), serta pengujian bending statis (Static Bending Test) untuk
mendapatkan Modulus of Elasticity (MOE) dan Modulus of Rupture (MOR).
Hasil pengujian berat jenis (density), terlihat bahwa papan partikel dengan perbandingan
serat 1 : 6 mempunyai berat jenis terkecil , sedangkan hasil pengujian bending test untuk MOE
2 2
adalah 1 : 5 = 64,2672 kg/mm ; 1 : 6 = 89,2009 kg/mm , dan hasil bending test untuk MOR
2 2
adalah 1 : 5 = 2,4555 kg/mm ; 1 : 6 = 1,7513 kg/mm .
Kata kunci : sabut kelapa, papan partikel, MOE , MOR
keperluan rumah tangga seperti keset, sapu,
PENDAHULUAN dan sebagainya.
Indonesia adalah negara agraris
dimana sebagian besar penduduknya Melihat manfaat sabut kelapa yang
bekerja sebagai petani, dimana dari hasil begitu berpotensi untuk dikembangkan ini,
sampingnya diperoleh diantaranya adalah akan menarik sekali untuk mengadakan
sabut kelapa. Petani tradisional di bidang suatu penelitian, bagaimana supaya sabut
perkebunan kelapa masih belum maksimal kelapa dapat lebih bermanfaat, salah
dalam pengolahan limbah kelapa terutama satunya yaitu di manfaatkan sebagai
sabutnya, hanya beberapa penduduk yang pembuatan papan partikel yang selanjutnya
menggunakan sabut kelapa sebagai

22 Sudarsono, Pembuatan Papan Partikel Berbahan Baku Sabut Kelapa Dengan Bahan
Pengikat Alami (Lem Kopal)
 
digunakan untuk kebutuhan rumah tangga 2. Modulus Elastisitas (MOE)
atau pun industri. 3. Modulus Pecah (MOR)
Beberapa alternatif telah TUJUAN PENELITIAN
dikembangkan dalam rangka untuk Dalam perkembangan ilmu
mengatasi makin langkanya bahan baku pengetahuan terutama di bidang teknologi
kayu dari alam, dengan memanfaatkan dituntut mengetahui lebih lanjut untuk
perkembangan teknologi telah di ciptakan mengetahui baik secara teori maupun
produk – produk turunan dari kayu seperti aplikasi pemakaian di lapangan sehingga
papan partikel, papan semen, papan serat, tujuan yang hendak di capai dalam penelitian
dan lain sebagainya. ini adalah :
Papan turunan ini dibuat dengan a) Untuk memanfaatkan sabut kelapa
menggunakan bahan penolong seperti sebagai hasil samping, agar memiliki
perekat, akan membantu terbentuknya ikatan nilai tambah dan nilai ekonomi yang lebih
antar serat yang lebih kuat sehingga tinggi
dihasilkan sifat papan yang baik. Dalam b) Untuk pemanfaatan sabut kelapa
penelitian ini dipilih resin sebagai bahan sebagai bahan teknik
pengikat dan sabut kelapa disusun secara c) Untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis
acak, sehingga terbentuk material komposit, papan partikel sabut kelapa berpengikat
karena setiap komposit yang terbuat dari lem kopal
sabut kelapa dengan perbandingan variabel
yang berbeda, mempunyai sifat fisis dan MANFAAT PENELITIAN
mekanis yang berbeda pula. Penelitian ini di harapkan dapat
Diharapkan dengan diketahui sifat memberikan manfaat berupa informasi
fisik dan mekanis papan partikel, sabut mengenai alternatif lain untuk memperluas
kelapa di harapkan dapat mengungguli pemanfaatan serat buah kelapa sebagai
papan partikel lain. Aplikasi papan partikel bahan baku dalam proses pembuatan papan
sabut kelapa antara lain untuk membuat partikel. Penelitian ini juga diharapkan dapat
meja, peredam, ceiling. memperluas alternatif sumber-sumber bahan
baku untuk membuat papan partikel untuk
RUMUSAN MASALAH mengurangi kayu hutan.
Sifat papan partikel berhubungan
erat dengan sifat bahan baku, bahan TINJAUAN PUSTAKA
penolong dan teknologi proses yang di Papan Partikel
pakainya. Dalam pembuatan papan partikel, Sudi (1990), papan partikel adalah
perekat yang digunakan dan kerapatan istilah umum untuk panel yang dibuat
sangat penting dalam pembuatan produk ini. (biasanya kayu), terutama dalam bentuk
Perekat dan kerapatan yang akan potongan-potongan kecil atau partikel
menentukan sifat fisis dan mekanis dari dicampur dengan perekat sintetis atau
papan partikel tesebut, dengan pengujian perekat lain yang sesuai dan direkat
menggunakan metode ASTM. bersama-sama di bawah tekanan dan pres di
dalam suatu alat kempa panas melalui suatu
BATASAN MASALAH proses dimana terjadi ikatan antara partikel
Ruang lingkup dari penelitian ini dan perekat yang di tambahkan.
adalah untuk mengetahui seberapa besar Kalis (2008), papan serat sabut
kekuatan papan partikel yang terbuat dari kelapa memenuhi standar FAO (1996) yang
sabut kelapa tua. Batasan masalah tersebut mensyaratkan kerapatan sebesar 0,42 – 0,80
meliputi : g/cm3, untuk pengaruh papan dengan kadar
a) Objek yang di teliti adalah papan partikel perekat dibedakan, pada benda uji kekuatan
dari sabut kelapa tua. patah diperoleh hasil modulus pecah (MOR)
b) Sabut kelapa dipotong 1 – 2 cm dijadikan pada kadar perekat 5 % = 3,71 kg/mm2, 7 %
serat pendek = 3,75 kg/mm2 dan 9 % = 3,81 kg/mm2.
c) Perbandingan campuran (berat) yang Sedangkan hasil modulus elastisitas (MOE)
digunakan antara sabut kelapa : lem dari kadar perekat 5 % = 282,44 kg/mm2, 7
kopal adalah 1 : 5 dan 1 : 6 dan % = 228,55 kg/mm2 dan 9 % = 326,54
perbandingan kompresi 4 : 1 kg/mm2. pada pengujian modulus pecah dan
d) Pengujian fisis dan mekanis : modulus elastisitas tidak memenuhi standar
1. Pengujian berat jenis
Jurnal Teknologi, Volume 3 Nomor 1 , Juni 2010, 22-32 23

 
MDF dan standar FAO untuk papan serat Bahan komposit dapat
interior. diklasifikasikan kedalam beberapa jenis,
Azhar (2007), semakin padat bergantung pada geometri dan jenis
kepadatan papan partikel sekam padi seratnya. Hal ini dapat dimengerti, karena
tersebut, maka semakin rendah angka serat merupakan unsur utama dalam bahan
konduktivitas thermal dari papan partikel komposit tersebut. Sifat-sifat mekanik bahan
sekam padi tersebut. Dan semakin rendah komposit, seperti kekuatan, kekakuan,
angka konduktivitas thermal papan partikel keliatan dan ketahanan tergantung dari
sekam padi tersebut maka semakin baik geometri dan sifat-sifat seratnya.
untuk dijadikan isolator. Secara garis besar, bahan komposit
Smith, F William (2000), definisi terdiri dari dua macam yaitu bahan komposit
komposit adalah sebuah system material partikel (particulate composite) dan bahan
yang tersusun atas campuran atau komposit serat (fiber composite). Bahan
kombinasi dari dua atau lebih papan partikel komposit partikel terdiri dari partikel-partikel
mikro maupun makro yang berbeda bentuk yang diikat oleh matriks. Bentuk partikel ini
maupun komposisi kimianya yang terikat dapat bermacam-macam, seperti : bulat,
secara erat satu dengan yang lain. kubik, tetragonal atau bahkan bentuk-bentuk
Damanalu (1982), mendefinisikan yang tidak beraturan secara acak, tetapi
papan partikel sebagai papan buatan yang secara rata-rata berdimensi sama. Sedang
terbuat dari serpihan kayu dengan perekat bahan komposit serat terdiri dari serat-serat
sintetis kemudian di pres hingga memiliki yang diikat oleh matriks. Bahan komposit
sifat seperti kayu, massif, tahan api dan serat ini juga terdiri dari dua macam yaitu
merupakan bahan isolator dan bahan akustik serat panjang (continuous fiber) dan serat
yang baik. pendek (short fiber atau whisker).
FAO (1998) dalam Kollman et al A. Bahan komposit partikel (particulate
(1975 : 551). Papan serat adalah papan composite)
tiruan yang di buat dari serat kayu atau lignin Bahan komposit yang bahan penguatnya
selulosa lain, dengan cara tenunan serat terdiri dari partikel-partikel disebut bahan
yang dikejutkan dengan penekanan oleh komposit partikel (particulate composite).
kempa plat/rol. Bahan perekat atau bahan Partikel, secara definisi adalah bukan serat,
lain dapat ditambahkan untuk meningkatkan karena tidak mempunyai ukuran panjang.
sifat papan seperti sifat mekanis, ketahanan Bahan komposit partikel pada umumnya
kelembaban, ketahanan terhadap api lebih lemah dan keliatannya (fracture
maupun serangga. toughness) lebih rendah dibanding bahan
ISO (1975) dalam Prayitno (1994), komposit serat panjang. Tetapi dari segi lain,
mendefinisikan papan partikel (serat) bahan ini sering lebih unggul, seperti
sebagai papan tiruan dengan ketebalan lebih ketahanan terhadap aus. Partikel – partikel
dari 1,5 mm yang terbuat dari serat atau ini umumnya digunakan sebagai pengisi dan
lignouselulosa lain dengan mengandalkan penguat bahan komposit bermatriks keramik
kekuatan antar serat yang terdiri dari ikatan (ceramic matrix composite), pada jenis ini
primer daya rekat serat itu sendiri. anehnya, keramik digunakan sebagai bahan
Haygreen dan Bowyer (1989), matriks. Bahan komposit keramik dan metal
mendefinisikan papan keras sebagai produk banyak digunakan untuk perkakas potong
serat kayu berkerapatan sedang sampai berkecepatan tinggi (high speed cutting tool),
tinggi yang umumnya dibuat sampai berat pipa proteksi termokopel dan piranti – piranti
jenis mendekati 1,0. Produk tersebut dibuat lain yang membutuhkan temperatur tinggi
dalam bentuk lembaran datar berkisar dari dan tahan aus (abrasi).
1/6 – ½ inchi (0,16 – 1,27 cm) tebalnya dan B. Bahan komposit serat (fiber composite)
dapat dibuat menjadi bermacam-macam Bahan komposit serat adalah jenis bahan
bentuk. komposit yang umum dikenal, paling banyak
Definisi papan partikel menurut dipakai dan dibicarakan. Karena itu
Maloney (1993), mengemukakan bahwa pengertian bahan komposit disini adalah
papan partikel atau papan serat adalah berarti bahan komposit serat. Komposit serat
salah satu jenis produk komposit atau panel ini juga merupakan jenis komposit yang
kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu hanya terdiri dari satu laminat atau satu
atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya lapisan yang menggunakan penguat berupa
yang diikat dengan perekat atau bahan serat/fiber. Fiber yang digunakan bisa berupa
perekat lainnya. glass fibers. carbon fibers, aramid fibers
Klasifikasi Bahan Komposit (polyaramid) dan sebagainya. Fiber ini bisa

24 Sudarsono, Pembuatan Papan Partikel Berbahan Baku Sabut Kelapa Dengan Bahan
Pengikat Alami (Lem Kopal)
 
disusun secara acak maupun dengan Wf
orientasi tertentu bahkan bisa dengan bentuk wf = ........................................(1)
yang lebih komplek seperti anyaman. Ada Wc
dua hal yang membuat serat dapat menahan wf + wm = 1
gaya dengan efektif, yaitu jika : Keterangan :
a) Perekatan (bonding) antara serat dan wf = fraksi massa serat
matriks sangat baik dan kuat, sehingga wm = fraksi massa matrik
serat tidak mudah lepas dari matriks Wf = massa serat
(debonding) Wc = massa komposit
b) Kelangsungan (aspect ratio), yaitu Berdasar Rule of Mixture (ROM),
perbandingan antara panjang dan kekuatan komposit berpenguat serat searah
diameter serat harus cukup besar. Hal ini kontinyu dapat dihitung dengan persamaan
disyaratkan agar tegangan geser yang yang sederhana, yaitu (Sanadi, 1986) :
terjadi pada permukaan antara serat dan σc = σf .vf + σm(1 − vf ) ..........(2)
matriks kecil. Biasanya disyaratkan agar Keterangan :
kelangsungan serat lebih besar σ c = kekuatan tarik komposit
dibanding 100, agar serta dapat σ f = kekuatan tarik serat
melaksanakan tugasnya dengan baik σ m = kekuatan tarik matrik
Tugas utama matriks adalah mengikat Modulus Elastisitas komposit dapat
serat bersama–sama, karena sekumpulan dihitung berdasar ROM dengan :
serat tanpa matriks tidak dapat menahan Ec = vf . Ef + (1 – vf) . Em....................(3)
gaya dalam arah tekan dan transversal. Keterangan :
Komposit juga merupakan material yang Ec = Modulus Elastisitas komposit
sangat berguna karena berisi susunan dari Ef = Modolus Elastisitas serat
beberapa material dalam kekuatan yang Em = Modulus Elastisitas matrik
tinggi, yang termasuk dalam pembentukan Kedua persamaan tersebut berlaku
komposit itu. Kekuatan komposit terdiri dari untuk serat kontinyu searah, sedangkan
serat dan posisi serat dalam komposit itu untuk serat acak maka persamaan tersebut
sendiri apabila posisi serat dalam matriknya dapat di modifikasi menjadi :
satu arah saja sesuai dengan arah serat. σ c = X ( σ f . Vf + σ f . Vf)........ (4)
Komposit berkualitas tinggi adalah komposit Ec = X (Vf . Ef + Vm . Em).......... (5)
yang bisa melayani gaya dari segala arah. Harga X adalah harga pembanding
antara kekuatan komposit serat acak dengan
serat searah kontinyu pada fraksi volume
yang sama.
Berdasarkan ASTM, kekuatan tarik
dan modulus elastisitas kempa yang dihitung
berdasarkan pengujian dapat dihitung
dengan persamaan :
Gambar 1. Arah Serat : (a) arah menyebar tidak p
beraturan, (b) arah menyebar beraturan, (c) arah σc =
sejajar (Sumber : Gatenholm, 1993)
A
Δσ
Ec = ................................(6)
Pada komposit berbasis selulosa, Δε
faktor yang mempengaruhi kekuatan Pada komposit acak, analisis kekuatan
komposit serat dengan matriks termoplastik umumnya berdasarkan persamaan (4) dan
adalah penyebaran serat, gaya ikat serat (5) atau dengan persaman (6).
matriks, aspek perbandingan serat (Lf/Df), Secara umum papan partikel dapat
fraksi serat dan orientasi serat (Gatenholm, diklasifikasikan berdasarkan kerapatan dan
1993 ; Kokta 1991). proses pembuatannya. Kollmann et al (1975
Fraksi massa serat adalah : 551) mengemukakan bahwa papan partikel
perbandingan massa serat dengan massa diklasifikasikan berdasarkan tipe bahan baku
komposit. Jika tidak terdapat void, maka dan metode produksi serat, metode
massa komposit sama matriks. Fraksi massa pembentukan kasuran, kerapatan papan
serat pada kondisi tanpa void dapat serta jenis dan tempat penggunaannya,
dirumuskan sebagai berikut : (Kaw, 1997) namun cara terbaik untuk mengklasifikasikan
Jurnal Teknologi, Volume 3 Nomor 1 , Juni 2010, 22-32 25

 
papan partikel adalah berdasarkan
kerapatannya. Sifat papan Satuan Nilai standar
Berdasarkan rekomendasi ASTM Kerapatan (g/cm3) 0,42 – 0,80
1974, dalam standar designation 1554-67 Modulus Patah (kg/cm2) 108 – 280
mengklasifikasikan : (MOR)
a)
Papan partikel berkerapatan rendah Modulus Elastisitas (kg/cm2) 10000 – 49000
(Low Density particleboard). Papan (MOE)
partikel berkerapatan rendah yaitu Ketangguhan tarik (kg/cm2) 85 – 210
papan partikel yang mempunyai tegak lurus
kerapatan kurang dari 37 lb/ft3 atau berat permukaan
3
jenis kurang dari 0,59 g/cm Daya serap air (%) 6 – 40
b) Papan partikel berkerapatan sedang
(Medium Density particleboard). Papan Persyaratan sifat papan serat interior
partikel berkerapatan rendah yaitu kerapatan sedang (MDF) menurut National
papan partikel yang mempunyai Particleboard Assocition/NPA (1994) dalam
kerapatan kurang dari 37 – 50 lb/ft3 atau Youngquist (1999 : 21) adalah di tunjukkan
3
berat jenis kurang dari 0,59 – 0,80 g/cm pada tabel berikut :
c)
Papan partikel berkerapatan tinggi (High
Density particleboard). Papan partikel Tabel 3. Persyaratan kekuatan (MDF)
berkerapatan rendah yaitu papan partikel menurut NPA (1994) (Sumber : Youngquist
yang mempunyai kerapatan lebih dari 50 (1999 :21))
lb/ft3 atau berat jenis lebih dari 0,80
g/cm3

MOR (Mpa)

MOE (Mpa)
Ketebalan

bounding
Klasifikasi berdasarkan kerapatannya Kelas

Internal
menurut FAO (1958) dan USDA (1955) produk

(Mpa)
(mm)
dalam Kollmann et al (1975 : 552) adalah
seperti ditujukan pada tabel berikut:
High
34,5 3,450 0,75
Tabel 1. Klasifikasi papan serat menurut FAO Density
(1958) dan USDA (1955) (Sumber : Kollmann et al ≤ 21 24,0 2,400 0,60
Medium
(1975 :552)) ≥ 21 24,0 2,400 0,55
Low
Kerapatan 14,0 1,400 0,30
Papan partikel Density
(serat) g/cm3 lb/ft3
Tidak di tekan Klasifikasi papan serat berdasarkan
Papan serat lunak proses pembuatannya adalah papan serat
agak kaku, SRF 0,02–0,15 1,25–9,5 (partikel) yang dibuat dengan cara kering dan
(semi rigid) papan yang dibuat dengan cara basah
Papan serat lunak (Suchland dan Woodson, 1986 : 3).
0,15–0,40 9,5 – 25
kaku, RF (rigid) Pembuatan papan partikel dengan cara
Di tekan kering menggunakan udara untuk membantu
Papan serat sedang terbentuknya ikatan antar serat, sedangkan
0,40–0,80 25 – 50 pembuatan papan dengan cara basah
(MDF)
Papan serat keras menggunakan air untuk membantu
0,80–1,20 50 – 75 terbentuknya ikatan antar serat.
(Hardboard/HF)
Papan serat spesial
1,20–1,45 75 – 90 Perekat Kopal
(SDHF)
Kualitas papan serat dinilai Kopal adalah hasil olahan getah
berdasarkan beberapa standar persyaratan (resin) yang disadap dari batang damar
sifat-sifat yang harus dimiliki papan serat. (Agathis alba dan beberapa Agathis lainnya)
Menurut standar industri papan serat dari serta dari batang pohon anggota suku
FAO (1996) adalah terlihat seperti pada tabel Burseraceae (Bursera, Protium). Kopal
2. merupakan bahan dasar bagi cairan pelapis
kertas supaya tinta tidak menyebar. Bahan
ini juga dipakai sebagai campuran lak dan
vernis.
Tabel 2. Sifat fisis dan mekanis papan Sering dari anggota genus
menurut FAO (1996) (Sumber : Pasaribu dan Copaifera, istilah ini terutama di-
Purba (1986 : 16)) identifikasikan dengan pohon aromatik resin

26 Sudarsono, Pembuatan Papan Partikel Berbahan Baku Sabut Kelapa Dengan Bahan
Pengikat Alami (Lem Kopal)
 
yang digunakan oleh kebudayaan- tentunya prosentase di atas akan berbeda
kebudayaan Mesoamerika pra Columbus pula.
sebagai seremonial membakar kemenyan
dan keperluan lainnya. Secara umum, istilah
kopal resinous menggambarkan zat dalam
tahap perantara polimerisasi dan pengerasan
antara lebih bergetah resin dan ambar. Kata
kopal berasal dari kata bahasa Nahuatl
copalli, yang berarti dupa.
Untuk pra Columbus Maya dan
kontemporer, bangsa ini dikenal dalam
berbagai bahasa Maya sebagai pom (atau Gambar 3. Serat Sabut Kelapa
variasi dekat daripadanya), meskipun kata itu
sendiri telah ditunjukkan untuk menjadi Sabut kelapa tersusun atas unsur
loanword untuk Maya dari Zoquean Mixe- organik dan mineral yaitu : Pectin dan
bahasa. hemisellulose (merupakan komponen yang
Kadang-kadang disamakan dengan larut dalam air), Lignin dan sellulose
atau menggantikan ambar dan dimasukkan (komponen yang tidak larut dalam air),
ke dalam perhiasan. kalium, kalsium, magnesium,nitrogen serta
Kopal masih digunakan oleh protein. Perbandingan komponen di atas
sejumlah masyarakat adat dari Meksiko dan tergantung dari umur sabut kelapanya, lignin
Amerika Tengah sebagai dupa dan selama pada serat sabut kelapa berkisar 40 % - 50
upacara mengajukan keringat. Ini tersedia % serat sabut tergolong relative pendek, sel
dalam bentuk yang berbeda. Yang keras, seratnya sepanjang kira-kira 1mm dengan
kuning seperti kopal adalah versi yang lebih diameter 15 micron dan sehelai serat terdiri
murah. Kopal putih, yang keras, seperti susu, dari 30 – 300 sel atau lebih, dilihat dari
lengket substansi, adalah versi yang lebih penampang lintangnya. Panjang serat sabut
mahal dari resin yang sama. berkisar 15 – 35 cm dengan diameter 0,1 –
1,5 mm. Serat sabut memiliki daya apung
yang tinggi, tahan terhadap bakteri, air
garam dan murah, sedang kelemahannya
ialah, tidak dapat di gintir dengan baik dan
tergolong serat kaku. Mutu serat sabut
kelapa atau coconut fibre, ditentukan oleh
warna, prosentase kotoran, kadar air dan
proporsi antara bobot serat panjang dan
serat yang pendek. Spesifikasi mutu produk
Gambar 2. Lem Kopal serat yang di ekspor oleh salah satu
perusahaan eksportir di Jakarta adalah :
Sabut Kelapa a) Kadar air < 10 %
Limbah sabut kelapa merupakan b) Kandungan gabus < 50 %
bahan yang mengandung lignoselulosa yang c) Panjang serat 2 – 10 cm
dapat dimanfaatkan sebagai salah satu d) Panjang serat 10 – 25 cm (70 %)
alternatif bahan baku pembuatan papan e) Ukuran Bale 70 x 70 x 50 cm
partikel. Optimasi proses pembuatan papan f) Bobot/Bale 50 kg/Bale
partikel sangat dipengaruhi kadar perekat Maka ketentuan-ketentuan di atas
dan kerapatan terhadap sifat fisis dan perlu diperhatikan juga sifat apa saja yang
mekanis. Proses pembuatan panel papan terkandung dalam serat tersebut.
partikel berbahan baku serbuk sabut kelapa Sabut kelapa sangat mudah
ini berkadar air kurang dari 5 % dengan didapatkan karena sabut kelapa ini hampir di
menggunakan lem kopal. setiap rumah di pedesaan khususnya di
Sabut kelapa, kulit kelapa yang tempat peneliti memiliki pohon kelapa, pada
terdiri dari serat yang terdapat diantara kulit umumnya di Indonesia di daerah pertanian
dalam yang keras (batok), tersusun kira – kelapa , kegunaan dari papan partikel sabut
kira 35 % dari berat total buah kelapa yang kelapa ini adalah :
dewasa. Untuk varietas kelapa yang berbeda a. Bahan penyerap cairan

Jurnal Teknologi, Volume 3 Nomor 1 , Juni 2010, 22-32 27

 
b. Pengisi pada partisi atau dinding bahan yang tidak tahan banting seperti
penyekat elektronik, barang gelas, dll.
Pengganti papan busa (Styrofoam) untuk
kotak pembungkus bagian dalam bahan –

DIAGRAM ALIR PENELITIAN

Persiapan

Pencampuran dengan variasi


Lem kopal komposisi berat 1 : 5 dan 1 : 6 Sabut kelapa

Pencetakan benda uji


Perbandingan kompresi 4 : 1

Pengujian sifat fisis Pengujian sifat fisis Pengujian mekanis


Berat Jenis dan mekanis MOR, MOE

Hasil Pengujian

Pembahasan

Tinjauan Pusataka Kesimpulan

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian

Pengujian Benda Uji Dalam penelitian akan dilakukan


pengujian papan partikel untuk mendapatkan
hasil data yang sesuai dengan pengujian
yang dilaksanakan, adapun pengujian yang
akan dilaksanakan berdasarkan standar
ASTM D790 – 03 untuk pengujian bending.
Pengujian berat jenis/Density ( ρ )
Berat jenis adalah suatu kinerja
komposit. Hal ini berdampak secara virtual
Gambar 5. Benda uji Bending komposisi 1 : 5
kesemua sifat-sifat bahan. Berat jenis benda
uji dijelaskan menggunakan komposit
dengan ketebalan penuh. Dimensi diukur
dengan keakuratan tidak kurang dari 0,3 %,
dan berat diukur dengan keakuratan tidak
kurang dari 0,2 % sampai berat konstan
dicapai. Berat jenis di hitung sebagai berikut
(Sumber : ASTM, 1974) :
f
Gambar 6. Benda uji Bending komposisi 1 : 6 ρ= ...................................... (7)
L.w.t
28 Sudarsono, Pembuatan Papan Partikel Berbahan Baku Sabut Kelapa Dengan Bahan
Pengikat Alami (Lem Kopal)
 
Keterangan: Keterrangan :
ρ = be
erat jenis (kg/m
m)
3
MOE = Modulus Ela astisitas
f = beraat benda uji (g)) P1 = Beban
B pada ba atas proposional (kg)
L = pannjang benda uji (m) L = Panjang
P benda uji (mm)
w = lebaar benda uji (m
m) ebar benda uji (mm)
b= Le
al benda uji (m)
t = teba d= Teebal benda uji ((mm)
Y1 = Titik pusatt kelengkunga an pada battas
Pada saat pengujian benda kerja a
propo
osional (mm)
dibentuuk menjadi ukkuran 20 mm x 20 mm x 6 Modulus Pecah ( Modulus Off Rupture)
mm, kemudian benda b kerja dipanaskan n MOR ad dalah tegangan lengkun ng
dengan n suhu 1050 C selama 30 menit.
m Bendaa akhirr sebelum te erjadinya pattah dari sua
atu
kerja yang sudah h dipanaskan kemudian n mate erial dalam kelengkungannya, dan iitu
diangkkat dan didiam mkan sebenta ar, kemudiann serin
ng digunakan untuk membandingka
m an
diukur beratnya de engan timbangan digital, mate erial satu den
ngan yang laainnya, adapuun
hasil yaang didapat dicatat
d setiap
p variabelnya. rumu us yang digunakan ad dalah sebag gai
Dari data
d yang didapat,
d dappat diketahuii berikkut (Sumber : ASTM, 1974)
4) :
seberaapa besar be erat jenis seetiap variabell
papan partikel sabut kelapa. Perhitungan n 3. p . L
OR =
MOR ........................... (9)
yang diperoleh da apat menunjukkan beratt 2.b.d2
jenis seetiap variabell komposisi dan kompresi. Keterrangan :
Pengu ujian Bending g MORR = Moduluss Pecah
Untuk mendapatkan
m moduluss P= Beeban lengkungg maksimal (kg)
elastisiitas (MOE) da an modulus pecah
p (MOR)) L= Paanjang benda uuji (mm)
digunaakan pengujia an lengkung statis (Staticc b= Le
ebar benda uji (mm)
Bendinng Test) d= Te
ebal benda uji ((mm)
Pengu ujian Modulu us Elastisitaas (Modulus s
Of Elas sticity) Padaa pengujian MOE dan MOR papa an
MOE adala ah perbandingan antara a partikkel dari sabu
ut kelapa di bentuk
b menja
adi
teganggan ( σ ) da an regangan ( ε ). MOE E ukura an 120 mm x 15 mm x 6 mm (Gamb bar
bekerjaa pada batas proporsional atau daerah h 7), kemudian
k dih
hitung luas permukaannyya
elastis. Pada penelitian ini menggunakan
m n untukk mendapatkkan A0 agarr mendapatka an
Three Point Bend ding Test. Sifat ini dii data sehingga dapat dihasilkkan data pad da
jabarkaan dari kemiiringan (slope e) dari porsii mesiin penguji.
garis lurus dari kurva
k lengkungan beban n
(P1/N1).
) MOE dihitung deng gan formula a
berikutt (Sumber : ASTM, 1974) :
( p1 .L3 )
MOE = ........................ (8)
mbar 7. Benda Uji MOE da
Gam an MOR
(4.b.d 3 .Y1 )

HASILL PENGUJIAN N
Setelah
h dilakukan pengujian,
p maaka didapatka
an data table berat
b jenis,di bawah ini :
Ta
able 4. Hasill pengujian berat
b jenis

Beerat Panjang Lebar Tebal Volume


V ρ ρ
No Variable
(gr) (cm) (cm) (cm) (ccm3) (gr/ccm3) (gr/cm3)
1 2,00957 2,05 2 0,84 3,444 0,6008507549
2 2,22475 2 2,03 1,35 5,481 0,411005291
1 :
1 3 2,33381 2,07 1,95 0,91 3,673 0,6336564116 0,5587286241
5
4 2,22328 1,97 2 1 3,94 0,5666700507
5 2,66126 2,07 1,92 0,92 3,656 0,7114606126
1 2,66185 1,99 1,96 1,13 4,407452 0,5994107434
2 2,88477 2,08 2,07 1,41 6,070896 0,4669074087
1 :
2 3 2,77490 2,12 2,1 1,33 5,92116 0,4664267136 0,5512489509
6
4 2,33257 1,96 2,13 1,2 5,00976 0,4664233815
5 3,00772 2,08 2,16 1,2 5,39136 0,5770765076

Tabel 5. Hasil peng


gujian Modulus Elastisita
as (MOE) dan
n Modulus P
Pecah (MOR)

Jurnal Teknologi, Volume


V 3 Nom
mor 1 , Juni 2010, 22-32 29

 
Tebal Panjang Lebar Ao Beban max P1 Y1
No Variable
(mm) (mm) (mm) (mm) (kg) (kg) (mm)
1 9,40 120 16,80 157,92 13 7 7
2 9,85 120 16,10 158,58 13 4 6
1 1:5 3 8 120 16,60 132,8 11 6 4
4 11,35 120 16,40 186,14 19 9 5
5 7,02 120 16,60 119,52 26 13 6
1 12,70 120 16,50 209,55 27 10 6
2 13,50 120 15,70 211,95 26 24 2
2 1:6 3 11,60 120 16,70 193,75 20 20 2
4 13,60 120 17,20 233,92 28 27 4
5 9,80 120 16,00 156,80 18 10 5

PEMBAHASAN
Berat Jenis (density) Dimana diketahui :
Nilai berat jenis (densitas) a) Sabut kelapa
berdasarkan dari hasil penelitian ini seperti d = 4,7 x 10-3 cm; r = 2,36 x 10-3 cm
terlihat pada grafik 4.1 secara berurutan, l = 5,21 cm
pengaruh perbedaan komposisi perekat m = 8 x 10-3 gr
dengan sabut kelapa 1 : 5 = 0,587286241 b) Lem kopal
gr/cm3 ; 1 : 6 = 0,512489509 gr/cm3 m = 18,367 gr
v = 14 ml
Grafik Density vsabut = π x r2 x l
= π x (2,36 x 10-3) x 5,21
0.7
= 9,2861 x 10-4
0.6
ρ sabut
Densitas (g/mm3)

0.5
0.4 1;5 m
0.3 1;6
ρ=
v
0.2
8 x10 −3
0.1 =
0 9,2861x10 − 4
1;5 1;6
= 0,869167 gr / cm 3
Komposisi
ρ kopal
Grafik 1. Grafik Perbandingan Density m
Papan Partikel Sabut Kelapa : Kopal ρ=
v
Seperti terlihat pada grafik pengujian 18,367
=
densitas terlihat semakin turun, maka 14
pengaruh perbedaan komposisi sabut kelapa = 1,31192 gr / cm 3
dengan perekat sangat mempengaruhi
terhadap berat jenis. Hal tersebut
dikarenakan terdapat perbedaan volume, Grafik Density
dimana volume komposisi 1 : 5 lebih kecil di 1.4
banding komposisi 1 : 6. 1.2
Densitas (gr/cm 3)

Jika di tinjau secara teoritis maka 1 1;5

densitas dapat diketahui hasilnya sebagai 0.8 1;5


0.6 1;6
berikut : 0.4 1;6
ρ km = ρ sk . f sk + ρ k . f k 0.2
0
Keterangan : 1;5 1;5 1;6 1;6

ρ km = Berat jenis komposit (gr/cm3) Komposisi

ρ sk = Berat jenis sabut kelapa (gr/cm3)


Grafik 2. Grafik Density Papan Partikel Dengan
f sk = Fraksi berat sabut kelapa (gr) Perbandingan Secara Teoritis
Dari grafik di atas maka dapat dilihat
ρ k = Berat jenis lem kopal (gr/cm3)
perbandingan yang berbeda, dimana besar
f k = Fraksi berat lem kopal (gr) pengujian densitas 1 : 5 = 0,587286241
g/cm3 ; 1 : 6 = 0,512489509 g/cm3,
30 Sudarsono, Pembuatan Papan Partikel Berbahan Baku Sabut Kelapa Dengan Bahan
Pengikat Alami (Lem Kopal)
 
sedangkan secara teoritis di dapat besar
densitas 1 : 5 = 1,23812 gr/cm3 ; 1 : 6 = Grafik Modulus Pecah
1,24867 gr/cm3.
3

Hasil Uji Bending 2.5

MOR (kg/mm2)
Modulus Elastisitas (MOE) 2
1 ;5
Modulus elastisitas komposit papan 1.5
1;6
dengan komposisi berbeda, maka hasil uji 1
rata-ratanya adalah 1 : 5 = 64,2672 kg/mm2 ; 0.5
1 : 6 = 89,2009 kg/mm2 0
1 ;5 1;6
Komposisi

Grafik 4. Grafik Perbandingan Modulus Pecah


Papan Partikel Sabut Kelapa : Kopal

Dilihat dari data tersebut di atas


dapat disimpulkan bahwa modulus pecah
papan partikel sabut kelapa meningkat ketika
perbandingan komposisi sabut kelapa
dengan lem kopal 1 : 5.
Pada pengujian MOR dengan
Grafik 3. Grafik Perbandingan Modulus perbandingan komposisi 1 : 6, tingkat
Elastisitas Papan Partikel Sabut Kelapa : Kopal
pecahnya menurun bila di bandingkan
dengan perbandingan komposisi 1 : 5. Hal
Dilihat dari data tersebut di atas,
tersebut dikarenakan banyaknya pemakaian
dapat disimpulkan bahwa tingkat elastisitas
lem kopal, sehingga menyebabkan papan
papan partikel sabut kelapa menurun ketika
partikel sabut kelapa dengan perbandingan
perbandingan komposisi sabut kelapa
komposisi 1 : 6 mengalami penurunan
dengan lem kopal 1 : 5. Hal tersebut
modulus pecah bila di bandingkan dengan
dikarenakan sabut kelapa tidak melekat
papan partikel sabut kelapa dengan
secara maksimal antara satu dengan yang
perbandingan komposisi 1 : 5.
lain sehingga membentuk suatu komposisi
Sifat mekanis papan pada nilai MOR
yang kurang baik
belum memenuhi standar MDF (National
Pada pengujian MOE dengan
particle Board Association, 1994) dan FAO.
perbandingan komposisi 1 : 6, tingkat
Hal ini di pengaruhi oleh volume dan
elastisitasnya meningkat bila di bandingkan
distribusi serat pada papan.
dengan perbandingan komposisi 1 : 5. Hal
tersebut dikarenakan banyaknya pemakaian
KESIMPULAN
lem kopal, sehingga menyebabkan papan
Dari hasil penelitian dan perhitungan
partikel sabut kelapa dengan perbandingan
yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
komposisi 1 : 6 mengalami kenaikan
1. Perbandingan komposisi berat sabut
modulus elastisitas bila di bandingkan
kelapa: kopal yang terbaik adalah 1 : 6
dengan papan partikel sabut kelapa dengan
2. Hasil modulus elastisitas tertinggi
perbandingan komposisi 1 : 5.
sebesar 89,2009 kg/mm2 pada
Sifat mekanis papan pada nilai MOE
perbandingan volume kompresi 4 : 1
belum memenuhi standar MDF (National
3. Hasil modulus pecah tertinggi sebesar
particle Board Association, 1994) dan FAO.
2,4555 kg/mm2 pada perbandingan
Hal ini di pengaruhi oleh volume dan
volume kompresi 4 : 1
distribusi serat pada papan.
4. Berat jenis terbaik terdapat pada
komposisi berat 1 : 5 dengan nilai berat
Modulus Pecah (MOR)
jenis yaitu 0,587286241 g/cm3
Modulus pecah pada komposit papan
5. Berdasarkan kerapatan papan partikel
dengan komposisi berbeda, maka hasil uji
sabut kelapa yang kami buat,
rata-ratanya adalah : 1 : 5 = 2,4555 kg/mm2;
perbandingan komposisi 1 : 5 dan 1 : 6
1 : 6 = 1,7513 kg/mm2
dengan perbandingan kompresi 4 : 1
termasuk dalam perbandingan papan
Jurnal Teknologi, Volume 3 Nomor 1 , Juni 2010, 22-32 31

 
partikel dengan kerapatan rendah (Low Berbahan Baku Serbuk Sabut
Density Particleboard). Kelapa Dengan Kadar Perekat UF
Yang Berbeda, Skripsi Teknik
Mesin, IST AKPRIND, Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA Prasetyo Joko Teguh, 2007, Kekuatan
Papan Partikel Terbuat dari Sekam
Kaw, K, Autar, 1997, Mechanic of Padi, Skripsi Teknik Mesin, IST
Composites Material, CRC Press, AKPRIND, Yogyakarta
Boca Raton Smith F William, Principles of Material and
Kollman, F. F. P. E. W, Kuenzi dan A. J Engineering, 3rd edition, Mc. Graw
Stamm, 1975, Principles of Wood Hill International Edition
Science and Technology II, ------------, 1991, ASTM Standard Flexural
Springer-Verlag Berlin Heidelberg Strength of Adfenced Ceramics at
New York Ambient Temperature, ASTM
Maloney, T. M, 1993, Modern Particle Board Standard C1161, American Society
and Dry Process Fibre Board for Testing Materials, Philadelphia,
Manufacturing, Miller Freeman, Inc PA
San Fransisco Yongquist, 1999, Wood Based Composites
Mahendra Kalis, 2008, Analisis Sifat Fisis and Panel Product, Forest Product
Dan Mekanis Papan Partikel Society, USA

32 Sudarsono, Pembuatan Papan Partikel Berbahan Baku Sabut Kelapa Dengan Bahan
Pengikat Alami (Lem Kopal)
 

Anda mungkin juga menyukai