Anda di halaman 1dari 3

NAMA : AGNES VEPY SIMANJUNTAK

NIM : 207011003
MATA KULIAH : HUKUM PERJANJIAN
DOSEN : Prof. Dr. Hasim Purba, SH., MH

QUIZ HUKUM PERJANJIAN


Soal :

1. A adalah seorang direktur di PT Otsuka dan telah membuat perjanjian kerja dengan PT
Teguh. Perjanjian tersebut adalah perjanjian pemborongan pekerjaan untuk membangun
sebuah bangunan . Setelah selesai, PT Otsuka memberikan pembayaran kepada PT Teguh
pada tanggal 30 Januari 2020 berupa penerbitan sepucuk cek dengan nominal Rp. 5 Milyar.
Akan tetapi, pada tanggal 20 Januari 2020 pagi, RUPS PT Otsuka telah memberhentikan
A dari jabatannya sebagai direktur. Apakah pembayaran yang dilakukan PT Otsuka kepada
PT Teguh pada siang hari setelah A diberhentikan masih sah? Buat tanggapan analisis
hukum!
2. A adalah pengusaha di bidang CV bergerak dalam kegiatan jasa perbengkelan.
Dikarenakan kekurangan modal, maka A mengajak B untuk membuat kerja sama dengan
ketentuan B ikut menyerahkan dana modal usaha sebanyak Rp. 500 juta. Dalam
perjalanannya, antara A dan B telah melakukan beberapa kali pembagian hasil usaha.
Namun pada perkembangan selanjutnya, usaha CV yang dikelola A mengalami kesulitan
sehingga terus mengalami kerugian dan tidak ada lagi bagi usaha kepada B. Akibatnya, B
meminta kepada A agar mengembalikan uangnya sebesar Rp. 500 juta. Kemudain
diketahui bahwa pada saat perjanjian itu dibuat, B ada meminta kepada A agar bersedia
menandatangani sepucuk surat bermaterai 6.000 yang mengisikan bahwa A menerima
uang titipan sebesar Rp. 500 juta.
Akibat dari A tidak mampu lagi mengelola perusahaan dan menimbulkan kerugian bagi A
dan B, maka B menuntut A secara perdata mengembalikan uang dengan melaporkan
kepada pihak berwajib bahwa A tidak mau mengembalikan uang tersebut padahal uang
tersebut adalah objek perjanjian antara A dan B.
a. Hubungan kerja sama apa antara A dan B?
b. Apakah si B mempunyai dasar hukum menuntut pengembalian uang tersebut?
c. Apakah pengaduan B terhadap A kepada pihak berwajib secara pidana tentang
sangkaan tidak mengembalikan uang yang dititipkan sebanyak Rp. 500 juta dapat
dibenarkan secara hukum?
d. Buat perjanjian kerja sama sesungguhnya dengan akta notarial?

Jawaban :

1. Dalam kasus diatas dimana PT Otsuka melakukan pembayaran kepada PT Teguh berupa
cek 5 Milyar pada tanggal 30 Januari 2020 sedangkan pada tanggal 20 Januari 2020 pagi
RUPS PT Otsuka memberhentikan A dari jabatannya sebagai direktur. Kemudian pada
siang hari PT Otsuka melakukan pembayaran tersebut kepada PT Teguh. Karena A telah
diberhentikan dari jabatannya maka Tindakan tersebut tidak disahkan oleh RUPS untuk
mengikat dan mengatasnamakan PT Otsuka, dan segala Tindakan tersebut menjadi
mengikat secara pribadi. Sehingga untuk kasus diatas, dimana RUPS dilakukan sebelum
penandatanganan cek tersebut, maka secara hukum, cek tersebut bersifat dapat dibatalkan.
Secara umum ketentuan tersebut diatur dalam pasal 94 ayat (5) UU No. 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa “Keputusan RUPS mengenai
pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi juga menetapkan saat
mulai berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian tersebut.” Dan pada
pasal 94 ayat (6) menyatakan bahwa “Dalam hal RUPS tidak menetapkan saat mulai
berlakunya pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi,
pengangkatan, penggantian, dan pemberhentiannya anggota Direksi tersebut mulai berlaku
sejak ditutupnya RUPS”.
Namun secara perbankan, cek tersebut masih sah dan masih dapat dicairkan selama bank
belum mendapat pemberitahuan terkait pemberhentian direksi tersebut. Dikarenakan pada
saat pencairan cek, bank hanya akan mencocokkan specimen tanda tangan pada cek dengan
specimen yang terdaftar pada bank. Sehingga apabila belum terdapat pemberitahuan
kepada bank terkait pemberhentian tersebut, maka belum akan terdapat perubahan
specimen yang terdaftar pada bank.
2. a. Hubungan kerja sama A dan B termasuk dalam perjanjian innominate atau perjanjian
tidak bernama. Perjanjian tidak bernama, adalah perjanjian-perjanjian yang belum ada
pengaturannya secara khusus di dalam Undang-Undang, karena tidak diatur dalam
KUHPerdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Lahirnya perjanjian ini
didalam prakteknya adalah berdasarkan asas kebebasan berkontrak, mengadakan
perjanjian
b. Dalam perjanjian tersebut terjadi bagi hasil terhadap A dan B namun setelah beberapa
lama bagi hasil berhenti akibat usaha A mengalami kesulitan. Tetapi dalam perjanjian
tersebut belum diketahui apakah system bagi hasil didasarkan pada profit atau omzet. Jika
bagi hasil didasarkan pada profit, maka dalam hal tidak terdapat profit, tidak ada
pembagian keuntungan yang dapat dibagikan. Sedangkan, jika pembagian berdasarkan
omzet, maka B dapat meminta bagian dengan berdasarkan perhitungan yang telah
disepakati dari total omzet bulan tersebut.
Serta dalam kasus tersebut perbuatan yang dilakukan A terhadap B termasuk perbuatan
Wanprestasi karena terdapat alat bukti berupa surat yang ditandatangani oleh kedua belah
pihak diatas materai 6000 untuk menunjukkan adanya kesepakatan anatar A dan B.
c. Pengaduan B terhadap A kepada pihak berwajib secara pidana tentang sangkaan tidak
mengembalikan uang yang dititipkan sebanyak Rp. 500 juta dapat dibenarkan secara
hukum karena A dan B membuat perjanjian tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun
serta adanya bukti berupa sepucuk surat bermaterai 6.000 yang mengisikan bahwa A
menerima uang titipan sebesar Rp. 500 juta.

Anda mungkin juga menyukai