Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM

BERDARAH DENGUE PADA USIA 15-44 TAHUN DI PUSKESMAS KECAMATAN


KALIDERES JAKARTA BARAT
TAHUN 2020

Umdah Tudiniyah, Gisely Vionalita


Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Esa Unggul Jakarta Barat,

Correspondence author : umdahtudiniyah.official@gmail.com

ABSTRAK
Berdasarkan data Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2020, kasus demam berdarah dengue
masih mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan Kecamatan Kalideres selalu menjadi
penyumbang terbesar di Jakarta Barat. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor risiko
yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue pada usia 15-44 tahun di Puskesmas
Kecamatan Kalideres tahun 2020. Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional dengan
sampel sebanyak 213 orang. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariate dengan
uji Chi Square. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Juli 2020. Hasil analisis univariat
menunjukan bahwa lebih banyak yang mengalami demam berdarah dengue (53,3%), umur
berisiko (54,4%), jenis kelamin laki-laki (53,5%), responden dengan pendidikan rendah (63,4%),
dan responden yang bekerja (54,5%). Terdapat hubungan antara umur (PR = 1,547, 95% CI :
1,176-2,035), jenis kelamin (PR = 1,332, 95% CI : 1,025-1,730), pendidikan (PR = 1,415, 95%
CI : 1,059-1,891), dan pekerjaan (PR = 2,239, 95% CI : 1,638-3,059) dengan kejadian demam
berdarah dengue. Untuk mencegah kejadian demam berdarah dengue, diharapkan bagi instansi
terkait agar lebih mengutamakan pelayanan promotif agar dapat menurunkan angka kejadian
demam berdarah dengue.

Kata kunci : Demam berdarah dengue; faktor risiko demam berdarah dengue; Cross Sectional

ABSTRACT
Based on data from the Kalideres District Health Center in 2020, cases of dengue hemorrhagic
fever are still increasing from year to year and Kalideres District has always been the biggest
contributor in West Jakarta. The purpose of this study was to analyze the risk factors associated
with the incidence of dengue hemorrhagic fever at the age of 15-44 years at the Kalideres
District Health Center in 2020. This study used a Cross Sectional design with a sample of 213
people. Data analysis used univariate and bivariate analysis with Chi Square test. This study
was conducted from May to July 2020. The results of the univariate analysis showed that more
people experienced dengue hemorrhagic fever (53.3%), age at risk (54.4%), male gender
(53.5%), respondents with low education (63.4%), and respondents who work (54.5%). There
was a relationship between age (PR = 1.547, 95% CI: 1.176-2.035), gender (PR = 1.332, 95%
CI: 1.025-1.730), education (PR = 1.415, 95% CI: 1.059-1.891), and occupation (PR = 2.239,
95% CI: 1.638-3.059) with the incidence of dengue hemorrhagic fever. In order to prevent the
incidence of dengue hemorrhagic fever, it is hoped that related agencies will prioritize
promotional services in order to reduce the incidence of dengue hemorrhagic fever.

Key words: dengue hemorrhagic fever; dengue hemorrhagic fever risk factors; Cross Sectional

PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit demam akut dan menyebabkan
kematian dan disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk. Nyamuk tersebut berasal
dari nyamuk Aedes Aegypti yang tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia
(Soedarto, 2012). Penyebab timbulnya penyakit Demam Berdarah Dengue adalah dari 4
virus dengue yang kemudian ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus. Nyamuk ini sebagian besar berada di daerah tropis dan sub tropis yaitu antara
Indonesia sampai bagian utara Australia (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Data World Health Organization tahun 2016 menunjukan angka kasus demam
berdarah dengue mencapai 584.263 ribu orang dan untuk tahun 2017 mengalami
peningkatan yang cukup drastis mancapai 2.177.171 juta orang, sedangkan pada tahun 2018
penelitian terbaru tentang kasus demam berdarah dengue menunjukan 500 ribu orang positif
demam berdarah dengue berat yang harus memerlukan rawat inap setiap tahun, dengan
perkiraan 2,5% kasus kematian setiap tahunnya (World Health Organization, 2018).
Hasil penelitian Novrita, dkk (2017) menunjukan distribusi responden yang
mengalami demam berdarah dengue yaitu sebanyak 92 (89,0%) dari 114 responden, dimana
faktor penyebab kejadian demam berdarah dengue disebabkan oleh beberapa faktor risiko
seperti umur, jenis kelamin. Berdasarkan hasil penelitian Rohim (2015) pada tren ini
menunjukan distribusi responden yang tertinggi mengalami demam berdarah dengue yaitu
umur berisiko 15-44 tahun sebesar 78 (84,8%) dari 88 responden. Beberapa tahun terakhir
terjadi pergeseran kejadian DBD berdasarkan kelompok usia, yaitu terdapat peningkatan
proporsi penderita pada kelompok usia 15-44 tahun lebih rentan menderita DBD, dahulu
DBD adalah penyakit pada anak-anak dibawah 15 tahun, saat ini telah menyerang seluruh
kelompok umur, bahkan lebih banyak pada usia produktif yakni 15-44 tahun (Kementrian
Kesehatan RI, 2014).
Kejadian demam berdarah dengue di Kecamatan Kalideres selalu menjadi urutan ke 2
penyumbang terbesar di Jakarta Barat. Berdasarkan catatan pada data rekam medis
Puskesmas Kecamatan Kalideres pada tahun 2018 kejadian demam berdarah dengue
sebanyak 199 kasus (1,8 %) dari jumlah kunjungan 10.560 pasien ke poli umum, pada tahun
2019 kasus DBD mengalami kenaikan drastis menjadi 1.098 kasus (9,2 %) dari jumlah
kunjungan 11.880 pasien ke poli umum dan di tetapkan sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa),
dan pada tahun 2020 kasus DBD periode januari - juni sebanyak 659 kasus (16,6 %) dari
jumlah kunjungan 3.887 pasien ke poli umum, dimana diantaranya yang paling banyak
terkena DBD adalah pada usia produktif (15-44 tahun) yaitu sebanyak 402 kasus (10,2 %)
(Puskesmas Kecamatan Kalideres, 2020).
Upaya yang sudah dilakukan Puskesmas Kecamatan Kalideres adalah memberikan
penyuluhan pencegahan dan pemberantasan DBD, program yang sudah berjalan adalah
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Anti Demam Berdarah Dengue dititikberatkan pada
penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang
nyamuk (gerakan 3M), pemantauan angka bebas jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD
dan cara penanganannya. Program ini dilakukan satu kali dalam seminggu dengan sasaran
untuk upaya pencegahan dan pemberantasan adalah pada semua kalangan masyarakat
diwilayah kecamatan kalideres (Puskesmas Kecamatan Kalideres, 2020).
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, kejadian DBD yang ada di Kecamatan
Kalideres selalu menjadi perhatian, karena Kecamatan Kalideres selalu menjadi
penyumbang dalam kasus DBD di Jakarta Barat, maka dengan adanya hal itu peneliti ingin
melakukan penelitian mengenai “Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Demam Berdarah Dengue Pada Usia 15-44 Tahun di Puskesmas Kecamatan Kalideres
Jakarta Barat Tahun 2020”.

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif analitik
dengan cross sectional study karena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
dengan mempelajari dinamika korelasi antara variabel dimana pengukurannya dilakukan
pada satu waktu. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien usia 15-44 tahun yang
berkunjung rata-rata 814 orang selama bulan juni 2020. Pengambilan sampel dalam metode
ini menggunakan metode simple random sampling dengan total sampel sebanyak 97 orang
kemudian jumlah tersebut dikalikan 2 dan di tambah 10% untuk mengantisipasi adanya
ketidaklengkapan data selama penelitian menjadi 213 responden.

HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dari setiap
variabel penelitian. Berikut merupakan gambaran kejadian demam berdarah dengue pada pasien
usia 15-44 tahun di puskesmas kecamatan kalideres tahun 2020.

Tabel 4.1 Gambaran Demam Berdarah Dengue Pada Usia 15-44 Tahun di Puskesmas
Kecamatan Kalideres Tahun 2020
Kejadian Demam Jumlah Persentase (%)
Berdarah Dengue
Sakit 114 53,5
Tidak 99 46,5
Total 213 100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 213 responden dalam penelitian
diperoleh proporsi tertinggi terdapat pada responden yang mengalami kejadian demam berdarah
dengue yaitu sebanyak 114 orang (53,5%) sedangkan proporsi terendah pada responden yang
tidak mengalami kejadian demam berdarah dengue sebanyak 99 orang (46,5%).

Tabel 4.2 Gambaran Umur Pada Usia 15-44 Tahun di Puskesmas Kecamatan
Kalideres Tahun 2020
Umur Jumlah Persentase (%)
Berisiko 116 54,4
Tidak Berisiko 97 45,4
Total 213 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 213 responden dalam penelitian
diperoleh proporsi tertinggi terdapat pada responden dengan umur berisiko yaitu sebanyak 116
orang (54,4%) sedangkan proporsi terendah pada responden dengan umur tidak berisiko
sebanyak 97 orang (45,5%).

Tabel 4.3 Gambaran Jenis Kelamin Pada Pasien Usia 15-44 Tahun di Puskesmas
Kecamatan Kalideres Tahun 2020
Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 114 53,5
Perempuan 99 46,5
Total 213 100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 213 responden dalam penelitian
diperoleh proporsi tertinggi terdapat pada responden dengan jenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 114 orang (53,5%) sedangkan proporsi terendah pada responden dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 99 orang (46,5%).

Tabel 4.4 Gambaran Pendidikan Pada Usia 15-44 Tahun di Puskesmas Kecamatan
Kalideres Tahun 2020
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Rendah 133 62,4
Tinggi 80 37,6
Total 213 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 213 respoden dalam penelitian diperoleh
proporsi tertinggi terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 133
orang (62,4%), sedangkan proporsi terendah pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi
sebanyak 80 orang (37,6%).

Tabel 4.5 Gambaran Status Pekerjaan Pada Usia 15-44 Tahun di Puskesmas
Kecamatan Kalideres Tahun 2020
Status Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Bekerja 116 54,5
Tidak Bekerja 97 45,5
Total 213 100
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 213 responden dalam penelitian
diperoleh proporsi tertinggi terdapat pada responden yang bekerja yaitu sebanyak 116 orang
(54,5%) sedangkan proporsi terendah pada responden yang tidak bekerja sebanyak 97 orang
(45,5%).

Analisis Bivariat
Analisis bivariate yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda proporsi (Chi
Square) dengan derajat kepercayaan 95% α = 0,05. Bila P value kurang dari 0,05 berarti
terdapat hubungan yang bermakna secara statistic (Dapat disimpulkan bahwa variabel
independen merupakan karakteristik terhadap variabel dependen). Dengan ketentuan apabila
hasil analisa bivariat ditemukan tidak ada nilai expected (E) < 5, maka pada table 2x2 nilai p-
value diperoleh nilai Continuity Correction.

Tabel 4.6 Hubungan Antara Umur Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada
Usia 15-44 Tahun di Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2020
Kejadian Demam PR
P
Berdarah Dengue Total (95%
Umur Value
Ya Tidak CI)
n % n % n %
Berisiko 74 63,8 42 36,2 116 100 1,547
Tidak 0,002 (1,176-
40 41,2 57 58,8 97 100
berisiko 2,035)

Hasil penelitian pada tabel 4.6 diperoleh bahwa dari 116 responden yang memiliki umur
berisiko terdapat proporsi tertinggi sebanyak 74 orang (63,8%) yang mengalami kejadian demam
berdarah dengue. Sedangkan dari 97 responden yang memiliki umur tidak berisiko terdapat
proporsi tertinggi sebanyak 57 orang (58,8%) yang tidak mengalami kejadian demam berdarah
dengue. Hasil analisis bivariat menggunakan uji statistik dengan chi square ditemukan P value =
0,002 < 0,05 artinya P value < dari α yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara umur dengan kejadian demam berdarah dengue. Penelitian ini juga menemukan PR
(Prevalance Ratio) yaitu 1,547 dengan 95% CI: 1,176-2,035 yang artinya responden dengan
umur berisiko 1,547 kali berisiko mengalami kejadian demam berdarah dengue dibandingkan
dengan responden dengan umur tidak berisiko.

Tabel 4.7 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue Pada Usia 15-44 Tahun di Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2020
Jenis Kejadian Demam Total P PR (95%
Kelamin Berdarah Dengue Value CI)
Ya Tidak
n % n % n %
Laki-laki 69 60,5 45 39,5 114 100 1,332
0,039 (1,025-
Perempuan 45 45,5 54 54,5 99 100
1,730)
Hasil penelitian pada tabel 4.7 diperoleh bahwa dari 114 responden yang berjenis
kelamin laki-laki terdapat proporsi tertinggi sebanyak 69 orang (60,5%) yang mengalami
kejadian demam berdarah dengue. Sedangkan dari 99 responden yang berjenis kelamin
perempuan terdapat proporsi tertinggi sebanyak 54 orang (55,5%) yang tidak mengalami
kejadian demam berdarah dengue. Hasil analisis bivariat menggunakan uji statistik dengan chi
square ditemukan P value = 0,039 < 0,05 artinya P value < dari α yang menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian demam berdarah dengue.
Penelitian ini juga menemukan PR (Prevalance Ratio) yaitu 1,332 dengan 95% CI : 1,025-1,730
yang artinya responden dengan jenis kelamin laki-laki 1,332 kali berisiko mengalami kejadian
demam berdarah dengue dibandingkan dengan responden dengan jenis kelamin perempuan.

Tabel 4.8 Hubungan Antara Pendidikan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue
Pada Usia 15-44 Tahun di Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2020
Kejadian Demam PR
P
Pendid Berdarah Dengue Total (95%
Value
ikan Ya Tidak CI)
n % n % n %
Rendah 80 60,2 53 39,8 133 100 1,415
0,018 (1,059-
Tinggi 34 42,5 46 57,5 80 100
1,891)
Hasil penelitian pada tabel 4.8 diperoleh bahwa dari 80 responden yang berpendidikan
rendah terdapat proporsi tertinggi sebanyak 80 orang (60,2%) yang mengalami kejadian demam
berdarah dengue. Sedangkan dari 80 responden yang berpendidikan tinggi terdapat proporsi
tertinggi sebanyak 46 orang (57,5%) yang tidak mengalami kejadian demam berdarah dengue.
Hasil analisis bivariat menggunakan uji statistik dengan chi square ditemukan P value = 0,018 <
0,05 artinya P value < dari α yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan dengan kejadian demam berdarah dengue. Penelitian ini juga menemukan PR
(Prevalance Ratio) yaitu 1,415 dengan 95% CI : 1,059-1,891 yang artinya responden dengan
pendidikan rendah 1,415 kali berisiko mengalami kejadian demam berdarah dengue
dibandingkan dengan responden dengan pendidikan tinggi.

Tabel 4.9 Hubungan Antara Status Pekerjaan Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue Pada Usia 15-44 Tahun di Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2020
Kejadian Demam PR
Status P
Berdarah Dengue Total (95%
Pekerj Value
Ya Tidak CI)
aan
n % n % n %
Bekerja 83 71,6 33 28,4 116 100 2,239
Tidak 0,001 (1,638-
31 32 66 68 97 100
Bekerja 3,059)
Hasil penelitian pada tabel 4.9 diperoleh bahwa dari 116 responden yang bekerja terdapat
proporsi tertinggi sebanyak 83 orang (71,6%) yang mengalami kejadian demam berdarah
dengue. Sedangkan dari 97 responden yang tidak bekerja terdapat proporsi tertinggi sebanyak 66
orang (68%) yang tidak mengalami kejadian demam berdarah dengue. Hasil analisis bivariat
menggunakan uji statistik dengan chi square ditemukan P value = 0,001 < 0,05 artinya P value <
dari α yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan
kejadian demam berdarah dengue. Penelitian ini juga menemukan PR (Prevalance Ratio) yaitu
2,239 dengan 95% CI : 1,638-3,059 yang artinya responden yang bekerja 2,239 kali berisiko
mengalami kejadian demam berdarah dengue dibandingkan dengan responden yang tidak
bekerja.

Tabel 4.9 Hubungan Antara Status Pekerjaan Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue Pada Usia 15-44 Tahun di Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2020
Kejadian Demam PR
Status P
Berdarah Dengue Total (95%
Pekerj Value
Ya Tidak CI)
aan
n % n % n %
Bekerja 83 71,6 33 28,4 116 100 2,239
Tidak 0,001 (1,638-
31 32 66 68 97 100
Bekerja 3,059)
Hasil penelitian pada tabel 4.9 diperoleh bahwa dari 116 responden yang bekerja terdapat
proporsi tertinggi sebanyak 83 orang (71,6%) yang mengalami kejadian demam berdarah
dengue. Sedangkan dari 97 responden yang tidak bekerja terdapat proporsi tertinggi sebanyak 66
orang (68%) yang tidak mengalami kejadian demam berdarah dengue. Hasil analisis bivariat
menggunakan uji statistik dengan chi square ditemukan P value = 0,001 < 0,05 artinya P value <
dari α yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan
kejadian demam berdarah dengue. Penelitian ini juga menemukan PR (Prevalance Ratio) yaitu
2,239 dengan 95% CI : 1,638-3,059 yang artinya responden yang bekerja 2,239 kali berisiko
mengalami kejadian demam berdarah dengue dibandingkan dengan responden yang tidak
bekerja.

PEMBAHASAN

Hubungan Antara Umur Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Pasien Usia 15-
44 Tahun di Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2020
Berdasarkan hasil penelitian 213 responden di Puskesmas Kecamatan Kalideres Kota
Jakarta Barat, diperoleh bahwa dari 116 responden yang memiliki umur berisiko terdapat
proporsi tertinggi sebanyak 74 orang (63,8%) yang mengalami kejadian demam berdarah
dengue. Sedangkan dari 97 responden yang memiliki umur tidak berisiko terdapat proporsi
tertinggi sebanyak 57 orang (58,8%) yang tidak mengalami kejadian demam berdarah dengue.
Berdasarkan hasil penelitian uji analisis menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
umur dengan kejadian demam berdarah dengue. Dari nilai PR (Prevalance Ratio) sebesar 1,547,
yang artinya responden dengan umur berisiko 1,547 kali berisiko mengalami kejadian demam
berdarah dengue dibandingkan dengan responden dengan umur tidak berisiko. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohim (2015) di Wilayah Kerja Puskesmas
Pamulang, dari hasil analisis bivariat yang menunjukan bahwa adanya hubungan antara umur
dengan kejadian DBD.
Dalam hasil penelitian terlihat bahwa umur yang berisiko memiliki proporsi tertinggi yang
mengalami kejadian demam berdarah dengue disebabkan pada kelompok usia ini memiliki
mobilitas lebih tinggi yang aktivitasnya padat (bekerja atau sekolah) sehingga memiliki risiko
dua kali lebih besar untuk tertular DBD. Pada dasarnya penyakit DBD dapat mengenai anak-
anak atau orang dewasa, tetapi dalam satu dekade terakhir kecenderungan penderita DBD
mengalami peningkatan pada kelompok dewasa dibandingkan dengan usia 5 – 14 tahun
(Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Pasien
Usia 15 - 44 Tahun di Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2020
Berdasarkan hasil penelitian 213 responden di Puskesmas Kecamatan Kalideres Kota
Jakarta Barat, diperoleh bahwa dari 114 responden yang berjenis kelamin laki-laki terdapat
proporsi tertinggi sebanyak 69 orang (60,5%) yang mengalami kejadian demam berdarah
dengue. Sedangkan dari 99 responden yang berjenis kelamin perempuan terdapat proporsi
tertinggi sebanyak 54 orang (55,5%) yang tidak mengalami kejadian demam berdarah dengue.
Berdasarkan hasil penelitian uji analisis menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
jenis kelamin dengan kejadian demam berdarah dengue. Dari nilai PR (Prevalance Ratio)
sebesar 1,332, yang artinya responden dengan jenis kelamin laki-laki 1,332 kali berisiko
mengalami kejadian demam berdarah dengue dibandingkan dengan responden dengan jenis
kelamin perempuan. Sejalan dengan hasil penelitian Novrita, dkk (2017) di wilayah kerja
Puskesmas Celikah Kabupaten Ogan Komering Ilir, dari hasil analisis bivariat menunjukan
bahwa ada hubungan antara jenis kelamin laki-laki dengan kejadian DBD.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa responden jenis kelamin laki-laki memiliki proporsi
tertinggi yang mengalami kejadian demam berdarah dengue hal ini disebabkan jenis kelamin
laki-laki cenderung lebih banyak melakukan aktivitas di luar rumah terutama dikaitkan dengan
pekerjaan sehingga memiliki mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Menurut
Kementrian Kesehatan RI (2014), jenis kelamin laki-laki lebih rentan terkena DBD dibandingkan
perempuan dengan perbandingan 4 : 1 dikarenakan nyamuk Aedes agypti yang aktif menggigit
pada siang hari dengan dua puncak aktivitas yaitu pada pukul 08.00 – 12.00 dan 15.00 – 17.00,
pada jam tersebut masyarakat lebih banyak melakukan aktifitas di luar terlebih jenis kelamin
laki-laki adalah tulang punggung keluarga.

Hubungan Antara Pendidikan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Pasien
Usia 15-44 Tahun di Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2020
Berdasarkan hasil penelitian 213 responden di Puskesmas Kecamatan Kalideres Kota
Jakarta Barat, diperoleh bahwa dari 80 responden yang berpendidikan rendah terdapat proporsi
tertinggi sebanyak 80 orang (60,2%) yang mengalami kejadian demam berdarah dengue.
Sedangkan dari 80 responden yang berpendidikan tinggi terdapat proporsi tertinggi sebanyak 46
orang (57,5%) yang tidak mengalami kejadian demam berdarah dengue. Berdasarkan hasil
analisis menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian
demam berdarah dengue. Dari nilai PR (Prevalance Ratio) sebesar 1,415, yang artinya
responden dengan pendidikan rendah 1,415 kali berisiko mengalami kejadian demam berdarah
dengue dibandingkan dengan responden dengan pendidikan tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Naftassa (2016) di Desa Kemiri, Kecamatan Jayakerta
Karawang, dari hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan antara tingkat
pendidikan rendah dengan kejadian DBD. Tingkat pendidikan formal sangat menentukan daya
nalar seseorang yang lebih baik, sehingga memungkinkan menyerap informasi-informasi juga
dapat berpikir secara rasional dalam menaggapi informasi tiap masalah yang dihadapi. Hal
tersebut menunjukkan adanya pengaruh intelejensia atau taraf pendidikan yang tinggi terhadap
kesadaran masyarakat untuk melakukan pencegahan DBD (Notoatmodjo, 2011a).
Dari hasil penelitian terlihat bahwa responden pendidikan rendah memiliki proporsi
tertinggi yang mengalami kejadian demam berdarah dengue hal ini disebabkan tingkat
pendidikan yang rendah menghasilkan daya nalar yang rendah pula, taraf pendidikan formal
yang ditempuh menentukan wawasan dan pemikiran yang luas terhadap bidang kesehatan,
contoh serta dorongan untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk DBD.

Hubungan Antara Pekerjaan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Pasien
Usia 15-44 Tahun di Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2020
Berdasarkan hasil penelitian 213 responden di Puskesmas Kecamatan Kalideres Kota
Jakarta Barat, diperoleh bahwa dari 116 responden yang bekerja terdapat proporsi tertinggi
sebanyak 83 orang (71,6%) yang mengalami kejadian demam berdarah dengue. Sedangkan dari
97 responden yang tidak bekerja terdapat proporsi tertinggi sebanyak 66 orang (68%) yang tidak
mengalami kejadian demam berdarah dengue. Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian demam berdarah dengue. Dari nilai
PR (Prevalance Ratio) yaitu 2,239, yang artinya responden yang bekerja 2,239 kali berisiko
mengalami kejadian demam berdarah dengue dibandingkan dengan responden yang tidak
bekerja. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novrita, dkk (2017) di wilayah
kerja Puskesmas Celikah Kabupaten Ogan Komering Ilir, diketahui bahwa hasil analisis bivariat
adanya hubungan antara pekerjaan dengan kejadian DBD. Penduduk yang bekerja berisiko 6,64
kali terkena DBD dibandingkan dengan penduduk yang tidak bekerja. Hal ini dikarenakan
kontak dengan nyamuk penular DBD saat ini tidak hanya terjadi di lingkungan rumah saja
namun bisa juga terjadi dilingkungan sekolah maupun lingkungan kerja (Notoatmodjo, 2010b).
Dari hasil penelitian terlihat bahwa responden yang bekerja memiliki proporsi tertinggi
yang mengalami kejadian demam berdarah dengue, adanya hubungan yang signifikan antara
pekerjaan dengan kejadian demam berdarah dengue disebabkan oleh sebagian pekerja adalah
buruh, dimana mayoritas pekerja ini banyak melakukan kegiatannya di luar ruangan dan rentan
terkena demam berdarah dengue. Menurut Kementrian Kesehatan RI (2014) infeksi nyamuk
Aedes Agypti jauh lebih tinggi ketika sedang berada diluar ruangan pada siang hari dibandingkan
didalam ruangan atau pada malam hari. Nyamuk ini akan aktif pada beberapa jam setelah
terbitnya matahari dan beberapa jam sebelum terbenamnya matahari.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue pada pasien usia 15-44 tahun di
Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2020, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran Pasien yang Mengalami Demam Berdarah Dengue pada usia 15-44 tahun di
Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2020, sebanyak 114 orang (53,5%).
2. Gambaran Umur yang berisiko lebih banyak yang mengalami demam berdarah dengue
dibandingkan dengan proporsi umur yang tidak berisiko pada Pasien Usia 15-44 tahun Di
Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2020, yaitu sebanyak 116 orang (54,4%).
3. Gambaran Jenis Kelamin Laki-laki lebih banyak yang mengalami demam berdarah dengue
dibandingkan dengan pasien Perempuan pada Pasien Usia 15-44 Tahun Di Puskesmas
Kecamatan Kalideres Tahun 2020, yaitu sebanyak 114 orang (53,5%).
4. Gambaran Pendidikan Rendah lebih banyak yang mengalami demam berdarah dengue
dibandingkan dengan Pendidikan Tinggi pada Pasien Usia 15-44 Tahun Di Puskesmas
Kecamatan Kalideres Tahun 2020, yaitu sebanyak 133 orang (63,4%).
5. Gambaran Responden Bekerja lebih banyak yang mengalami demam berdarah dengue
dibandingkan dengan Responden yang Tidak Bekerja pada Pasien Usia 15-44 Tahun Di
Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2020, yaitu sebanyak 116 orang (54,5%).
6. Ada Hubungan antara Umur dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue pada Pasien Usia
15-44 Tahun Di Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2020.
7. Ada Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue pada Pasien
Usia 15-44 Tahun Di Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2020.
8. Ada Hubungan antara Pendidikan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue pada Pasien
Usia 15-44 Tahun Di Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2020.
9. Ada Hubungan antara Pekerjaan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue pada Pasien
Usia 15-44 Tahun Di Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2020.

SARAN
Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kecamatan Kalideres disarankan meningkatkan
penyuluhan promosi kesehatan terkait pencegahan demam berdarah dengue agar lebih bisa
menekan angka kejadian demam berdarah dengue. Penyuluhan promosi kesehatan bisa
dikembangkan dalam bentuk media seperti spanduk atau leaflet untuk masyarakat yang tidak
sempat berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan seperti pekerja agar mereka tetap menerima
informasi dan pengetahuan tentang pencegahan demam berdarah dengue, Selain itu, team
surveilans puskesmas kecamatan kalideres harus lebih mengembangkan dan memperketat
kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), memeriksa angka bebas jentik (ABJ), selain di
rumah-rumah warga juga di sekolah-sekolah dan di tempat kerja agar pencegahan lebih
maksimal selain kepada anak-anak, lansia, juga pada usia produktif.

Daftar Pustaka

Achmadi, U. F., Sudjana, P., & Sukowati, S. (2010). Demam Berdarah Dengue. Indonesia.

Ariani, A. P. (2016). Demam Berdarah Dengue (DBD). Yogyakarta: Nuha Medika.

Arini, N. (2017). Hubungan Karakteristik Individu, Perilaku Individu, Tempat Perindukan


Nyamuk, dan Kondisi Lingkungan Rumah Tinggal dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue, Labuhan Batu.

Dardjito, E. (2008). Beberapa Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Banyumas. Media Litbang Kesehatan, 18.

Darwis, D. (2010). Kegawatan Demam Berdarah Dengue: Naskah Lengkap, Pelatihan Bagi
Dokter Spesialis Penyakit Dalam pada Tata Laksana Kasus DBD. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Dorland, W. N. (2010). Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: EGC.

Fakri, D., Hermansyah, & Nizamuddin. (2014). Analisis Pola Kasus Demam Berdarah Dengue
(DBD) Menggunakan Etode GIS di Kecamatan Jaya Baru Kota Banda Aceh Tahun 2014.
Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 2(3), 10.

Hungu. (2007). Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue.
Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue di


Indonesia. Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2015. Indonesia.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2014). Pusat Data dan Statistik Pendidikan.
Indonesia.

Kotler, & Keller. (2009). Manajemen Pemasaran Jilid I (13th ed.). Jakarta: Erlangga.

Lilik, Zuhriyah, & Azhar, N. H. (2010). Pemberdayaan Wamantik dengan Metode Manga Zone
sebagai Salah Satu Pencegahan Kasus Demam Berdarah Dengue di Daerah Kelurahan
Sawojajar Kota Malang.

Notoatmodjo, S. (2010a). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010b). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2011a). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni: Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.

Notoatmodjo, S. (2011b). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novrita, B., Mutahar, B., & Purnamasari, I. (2017). Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam
Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Celikah Kabupaten Ogan Komering Ilir 8.

Nugroho, A. R. H. (2015). Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di


Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga. Universitas Muhammadiyah Purwekerto.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan (4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Paputungan, M. H. (2014). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Demam


Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Gogamoman Kecamatan Kotamobagu
Barat Kota Kotamobagu. Universitas Sam Ratulangi Manado.

Prasetyowati, H., Hendri, J., & Wohono, T. (2016). Status Resistensi Aedes Aegypti (Linn.)
terhadap Organofosfat di Tiga Kotamadya DKI Jakarta.
Puskesmas Kecamatan Kalideres. (2020). Profil Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2020.
Indonesia.

Putri, R., & Naftassa, Z. (2017). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Masyarakat
Dengan Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Desa Kemiri, Kecamatan
Jayakerta, Kerawang Tahun 2016. Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran Dan Kesehatan, 1(4),
1–7.

Rohim, A. (2015). Gambaran Kejadian Demam Berdarah Dengue Berdasarkan Faktor


Lingkungan dan Host di Wilayah Kerja Puskemas Pamulang Tahun 2015. Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

Soedarto. (2012). Alergi dan Penyakit Sistem Imun. Jakarta: Sagung Seto.

Soemirat, J. (2010). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat. (2019). Profil Kesehatan DKI Jakarta. Indonesia.

Wita, Refni. (2014). Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Pondok
Kelapa Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur.

World Health Organization. (2012). Global Strategy for Dengue Prevention and Control.

World Health Organization. (2015). Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention
and Control.

World Health Organization. (2018). Guidelines for Laboratory and Field Testing of Mosquito
Larvacides.

Yogaswara, Y. M. (2018). Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi di


RT 11 Desa Pantai Hurip Kabupaten Bekasi Tahun 2018. Universitas Esa Unggul.

Yurnita, J., Mitra, M., & Susmaneli, H. (2012). Pengaruh Perilaku Masyarakat dan Kondisi
Lingkungan Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue.

Dewi, N, P., & Azam, M. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik PSN-DBD
Keluarga di Kelurahan Mulyoharjo Tahun 2017.

Badan Pusat Statistik. (2019). Kecamatan Kalideres dalam Angka. Jakarta Barat: Badan Pusat
Statistik; 2019.
Badan Pusat Statistik. (2020). Kecamatan Kalideres dalam Angka. Jakarta Barat: Badan Pusat
Statistik; 2020.

Lisa, Elisabet. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku 3M Plus Di


Masyarakat RW.01 RT.04 Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kebon Jeruk Jakarta Barat
Tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai