PEMBAHASAN MATERI 2 KOREKSI FISKAL DAN PENGHASILAN KENA PAJAK
1. Pengertian Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal merupakan koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan (pph) bagi wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak). Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan/pengakuan penghasilan maupun biaya antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak.
2. Penyebab Terjadinya Koreksi Fiskal
a. Adanya Perbedaan beda Waktu Dalam melakukan pencatatan keuangan sering terjadi adanya beda pada waktu dalam pemasukan penghasilan. Dalam catatan berbasis kas di periode catatan keuangan yang sudah lampau. Seperti catatan keuangan yang sudah lebih dari satu tahun. Penyebab yang terjadi dengan timbulnya beda waktu ini juga dikarenakan lambatnya penagihan piutang, terjadinya laba yang menyusut. Contoh biaya yang timbul dalam perbedaan beda waktu: biaya sewa, biaya penyusutan. Sedangkan penghasilan yang mungkin didapat dalam perbedaan beda waktu: Pendapatan lebih selisih kurs b. Munculnya Beda Tetap Pada kemunculan beda tetap yaitu kondisi yang terjadi saat ditemukannya transaksi perusahaan dan transaksi tersebut merupakan standar wajib pajak bagi perusahaan. Misalnya saja terdapat sumbangan untuk perusahaan artinya hal tersebut merupakan penghasilan yang diperoleh. Maka saat komponen tersebut masuk ke dalam draft laporan keuangan akan menimbulkan perbedaan pada pajak. Saat itulah dibutuhkan koreksi atau rekonsiliasi fiskal. Adanya penyebab yang terjadi pada rekonsiliasi fiskal tentu menjadikan sebuah laporan keuangan perlu adanya koreksi menyeluruh. Contoh biaya yang timbul dalam beda tetap: biaya sumbangan, biaya sanksi perpajakan. Sedangkan penghasilan yang mungkin didapat dalam beda tetap: sumbangan, penghasilan bunga deposito, hibah. 3. Jenis – Jenis Koreksi Fiskal a. Adanya Koreksi Positif Fiskal yang Dilakukan Merupakan koreksi yang dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan perbaikan pada catatan penghasilan. Serta terdapat biaya yang memberikan efek pada kenaikan jumlah biaya untuk wajib pajak. Untuk fiskal positif merupakan adanya pembagian laba atau penghasilan. Penghasilan yang didapat pasti akan kena wajib pajak. Inilah beberapa contoh dari fiskal positif. Adapun syarat – syarat yang perlu dilakukan dalam koreksi positif fiskal yaitu: - Terdapat sanksi administrasi, sanksi tersebut berupa denda. - Adanya biaya sebagai kepentingan pribadi untuk wajib pajak. - Pemberian pekerjaan yang menghasilkan imbalan dalam bentuk yang natural. - Adanya sumbangan serta dana berupa hibah. - Terdapat premi untuk asuransi kesehatan dwiguna. - Asuransi untuk beasiswa b. Perlakuan Koreksi Negatif Pada Fiskal Dalam memperlakukan koreksi negatif pada fiskal yaitu dengan melakukan perbaikan. Sementara itu hasil yang didapatkan mengurangi jumlah untuk biaya pajak, sehingga akhirnya beban dari biaya pajak terasa lebih ringan oleh wajib pajak. Contoh dari fiskal negatif yaitu adanya selisih penyusutan yang disebut nominal amortisasi fiskal. Seperti penyusutan aset perusahaan yang dimiliki berupa aset bagunan atau non bangunan. Dengan begitu akan dipilih sesuai macam dan bentuknya pada draft pajak yang akan dilaporkan.
4. Tujuan Dari Koreksi Fiskal
a. Meneliti Kembali Draft Yang Sudah Dibuat Koreksi fiskal sangat penting dilakukan setelah laporan keuangan dibuat oleh perusahaan. Teliti kembali draft tersebut sebelum diberikan ke dirjen pajak. Meneliti draft tentu didasarkan data-data yang sudah ada dengan memperhatikan transaksi, lakukan penyesuaian antara penghasilan oleh wajib pajak. b. Sebagai Alat Untuk Memenuhi Draf Laporan Dirjen pajak mengeluarkan aturan dan regulasi kepada wajib pajak. Agar draft bisa terpenuhi dengan baik maka perusahaan wajib melakukan rekonsiliasi fiskal untuk melihat ada tidaknya kerancuan pada laporan yang sudah dibuat. Karena jika terjadi kesalahan akibatnya akan terjadi kesalahan hitung untuk nominal pajak. c. Meminimalisir Adanya Kesalahan Hitung Pajak Dengan Bisnis Pentingnya koreksi pada fiskal menghindari adanya kesalahan perhitungan pajak, karena dalam bisnis jika ada nominal angka yang salah bisa jadi akan merugikan perusahaan. Oleh karena itu, ketelitian dalam melakukan rekonsiliasi fiskal ini dibutuhkan penyesuain data, transaksi hingga penghasilan yang benar.