JAWABAN:
1. Jika pada organisme multiseluler, yang dimaksud pertumbuhan adalah peningkatan
jumlah sel per organisme, dimana organisme juga menjadi semakin besar. Namun, pada
organisme uniseluler (seperti halnya mikroba), pertumbuhan berfungsi untuk
pertambahan ukuran sel, dan komponen sel serta bertambahnya kuantitas individu dalam
suatu populasi atau koloni.
2. Pada proses pembelahan sel pada bakteri, septa/ sekat terbentuk dari….
3. Percobaan Griffith, dilakukan pada tahun 1928 oleh Frederick Griffith, adalah salah
satu percobaan pertama yang menunjukkan bahwa bakteri dapat memindahkan informasi
genetik melalui proses yang disebut transformasi. Griffith menggunakan
dua galur Pneumococcus (yang menginfeksi tikus), galur tipe III-S dan tipe II-R. Galur
III-S memiliki kapsul polisakarida yang membuatnya tahan terhadap sistem kekebalan
inangnya sehingga mengakibatkan kematian inang, sementara galur II-R tidak memiliki
kapsul pelindung tersebut dan dapat dikalahkan oleh sistem kekebalan tubuh inang.
Dalam eksperimen ini bakteri galur III-S dipanaskan hingga mati, dan sisa-sisanya
ditambahkan ke bakteri galur II-R. Meskipun tikus tidak akan mati bila terkena baik sisa-
sisa bakteri galur III-S (yang sudah mati) ataupun galur II-R secara terpisah, gabungan
keduanya mengakibat kematian tikus inang. Griffith berhasil mengisolasi baik
galur pneumococcus II-R hidup maupun III-S hidup dari darah tikus mati ini. Griffith
menyimpulkan bahwa bakteri tipe II-R telah tertransformasikan menjadi galur III-S oleh
sebuah prinsip transformasi yang entah bagaimana menjadi bagian bakteri galur III-S
yang mati. Kini kita mengetahui bahwa prinsip pentransformasi yang diamati oleh
Griffith adalah DNA bakteri galur III-S. Meskipun bakteri itu telah mati, DNA-nya
bertahan dari proses pemanasan dan diambil oleh bakteri galur II-R. DNA galur III-S
mengandung gen yang membentuk kapsul perlindungan. Dilengkapi dengan gen ini,
bakteri galur II-R menjadi terlindung dari sistem kekebalan inang dan dapat
membunuhnya. Verifikasi DNA sebagai prinsip pentransformasi ini dilakukan dalam
percobaan oleh Avery, McLeod dan McCarty dan oleh Hershey dan Chase.
4. Daur lisogenik dikenal juga dengan daur tenang. Pada fase lisogenik, virus akan
membaur dengan sel inang (bakteri) dengan membentuk profage sehingga sel inang tidak
terlisis (rusak) setelah akhir masa inkubasi virus. Dengan kata lain, replikasi virus akan
mengikuti pembelahan (reproduksi) bakteri. Namun tidak jarang pula setelah beberapa
kali menjalani daur lisogenik, daur lisogenik dapat berubah menjadi daur litik dan
menjalani tahap lisis yang merusak. Dalam daur lisogenik, tahapan-tahapan yang dilalui
virus lebih banyak bila dibanding dengan daur litik sebab pada daur lisogenik sempurna,
akan melibatkan daur litik. Ada 8 tahap dalam daur lisogenik, yaitu:
Tahap adsorbsi
Pada tahapan ini, sama dengan yang terjadi pada daur litik. Virus akan
menempel pada sel inang dan melubanginya dengan enzim lisozim.
Tahap injeksi
Tahap injeksi juga sama seperti yang terjadi pada daur litik, dimana virus mulai
memasukkan asam nukleat ke dalam sel inang dan melepaskan kapsid sudah
tidak digunakan.
Tahap penggabungan
Pada tahap penggabungan, virus akan memutus ikatan asam nukleat yang dimiliki sel
inang dan masuk kedalamnya untuk menghubungkan rantai itu lagi. Jadi pada tahapan
ini, virus tidak mengambil alih asam nukleat sel inang, melainkan membaur untuk
membentuk satu kesatuan yang disebut profage.
Tahap pembelahan
Pada tahapan ini, asam nukleat virus yang telah tergabung dengan DNA sel inang
menjadi profage. Profage hanya akan bereplikasi ketika asam nukleat sel inang
bersintesis dan melakukan pembelahan. Profage ikut membelah ketika DNA
bereplikasi, sehingga jumlah profage akan sama dengan jumlah DNA hasil replikasi
sel inang.
Dengan cara ini, tentu saja virus tidak merusak sel inang, melainkan membaur
menjadi satu dan mensubtitusi beberapa bagian asam nukleat sel inang. Reproduksi
virus dilakukan bersamaan dengan reproduksi sel inang dimana sel inang akan
mewariskan asam nukleat (materi genetik) virus pada proses reproduksi sel
inang. Pada tahap ini virus dapat terus membelah mengikuti sel inang, atau memasuki
daur litik.
Tahap pemisahan (memasuki daur litik)
Pada saat kondisi lingkungan buruk, profage yang semula tenang dan tidak merusak
akan menjadi aktif. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh kedaaan lingkungan sekitar
seperti radiasi ultraviolet misalnya. Profage yang aktif akan mulai memisahkan diri
dari DNA sel inangnya, kemudian mulai mengambil alih perananan DNA dalam hal
sintesis protein.
Tahap sintesis
Sama seperti daur litik, pada daur lisogenik DNA dan RNA dari sel inang kemudian
digunakan untuk menggandakan asam nukleat virus sebanyak mungkin. Selain itu,
virus akan menggunakan protein yang terdapat pada sel inang untuk kemudian
digunakan untuk menggandakan kapsid.
Tahap perakitan
Sama seperti daur litik, pada daur lisogenik virus akan mulai merakit tubuh mereka.
Selain itu virus juga akan mulai memasukkan asam nukleat (DNA atau RNA) ke
dalam kapsid yang telah terbentuk. Setelah proses ini selesai, maka terbentuklah virus
baru yang telah sempurna.
Tahap lisis
Tahap lisis merupakan tahap akhir dari daur lisogenik sempurna, dimana virus-virus
mulai dibebaskan dari sel inangnya secara eksplosif dengan menggunakan enzim
lisozim yang digunakan untuk menghancurkan sel inang.
5. Aspergillus dan Penicillium adalah dua genera ascomycetes. Aspergillus conidiophores
adalah batang non-septate dan unbranched sedangkan Penicillium conidiophores adalah
septate dan struktur seperti sikat bercabang. Jadi, ini adalah perbedaan utama antara
Aspergillus dan Penicillium. Aspergilus mempunyai hifa bersepta dan miselium
bercabang. Konidiospora bersepta muncul pada sel kaki pada ujung hifa muncul sebuah
gelembung, keluar dari gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma muncul konidium
yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian mutiara berwarna hitam, coklat, atau
kuning tua. Pada Penicillium konidium berbentuk sapu berada di ujung hifa dan berwarna
kehijauan.
6. Proses terbentuknya askospora diawali dengan proses diferensiasi hifa membentuk alat
reproduksi betina yang ukurannya lebih besar yang disebut askogonium. Didekat
askogonium akan terbentuk alat reproduksi jantan yang disebut anteridium. Keduanya
berinti haploid (n) dan selanjutnya akan berhubungan melalui saluran yang terbentuk
diantara keduanya yang disebut trikogin. Melalui trikogin, inti sel dari anteridium akan
berpindah ke askogonium. Selanjutnya inti askogonium dan anteridium berpasangan dan
tumbuh membentuk hifa. Inti yang berpasangan dalam hifa membelah secara mitosis
namun masih tetap berpasangan, sementara itu hifa terus tumbuh, membentuk sekat
melintang dan bercabang banyak. Ujung hifa selanjutnya akan membentuk askus dengan
dua inti didalamnya. Kedua inti tersebut akan membelah secara meiosis menghasilkan 8
buah spora yang disebut askospora.
7. Oogami adalah salah satu jenis proses seksual anisogami. Hal ini dapat didefinisikan
sebagai peleburan sel telur besar yang immotil dengan sel sperma kecil dan motil untuk
menghasilkan zigot. Gamet jantan dan betina sebagian besar berbeda dalam ukuran,
bentuk, penampilan dan motilitas. Gamet jantan memiliki flagel; Oleh karena itu, sangat
gesit. Sel telur terdiri dari banyak nutrisi untuk penggunaan masa depan selama
perkembangan keturunan. Oogami ditunjukkan oleh semua tanaman dan hewan yang
tingkatnya lebih tinggi. Proses oogami adalah sebagai berikut. Ujung lembaran talus yang
fertil membentuk reseptakel, yaitu badan yang mengandung alat pembiak. Di dalam
reseptakel terdapat konseptakel yang mengandung anteridium yang menghasilkan
kelamin jantan (spermatozoid) dan oogonium yang menghasilkan sel telur dan benang-
benang mandul (parafisis).Anteridium berupa sel-sel berbentuk jorong yang terletak rapat
satu sama lain pada filamen pendek bercabang-cabang yang muncul dari dasar dan tepi
konseptakel. Tiap anteridium menghasilkan 64 spermatozoid.
8. Proses konjugasi pada paramaecium adalah sebagai berikut:
Dua individu yang memiliki susunan genetik berbeda akan saling mendekat dan
menempel sebagian selnya.
Mikronukleus pada masing-masing individu akan melakukan meiosis
menghasilkan empat mikronukleus yang bersifat haploid.
Salah satu mikronukleus akan membelah mitosis, sedangkan tiga yang lainnya
akan hancur.
Pasangan paramaecium tersebut kemudian akan saling bertukar mikronukleus.
Terjadi singami atau penyatuan antara mikronukleus sendiri dengan
mikronukleus yang diperolah dari sel pasangannya, penyatuan ini membentuk
mikronukleus baru yang bersifat diploid dengan susunan genetik campuran antara
dua mikronukleus.
Mikronukleus baru yang terbentuk akan melakukan tiga kali pembelahan mitosis
sehingga dihasilkan delapan mikronukleus baru.
Makronukleus pada masing-masing sel asli akan hancur. Empat mikronukleus
berkembang menjadi empat makronukleus melalui replikasi DNA secara terus
menerus, empat mikronukleus sisanya tetap sebagai mikronukleus.
Masing-masing sel akan membelah diri dan setiap sel akhirnya menghasilkan
empat individu baru yang memiliki mikronukleus dan makronukleus baru. Hasil
akhir dari dua individu paramaecium yang berkonjugasi adalah delapan sel baru
yang memiliki susunan genetik sama namun berbeda dengan susunan genetik sel
awal sebelum konjugasi.
9. Bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak menggunakan oksigen dalam pertumbuhan
dan metabolismenya. Bakteri anaerob sebagian besar merupakan mikroorganisme residen
pada kulit, permukaan mukosa, mulut, dan gastrointestinal. Infeksi oleh bakteri anaerob
terjadi jika bakteri ini berada pada tempat yang seharusnya steril di dalam tubuh.
Bakteri anaerob dibedakan menjadi anaerob fakultatif dan obligat. Anerob
fakultatif bermakna bakteri dapat tumbuh baik secara oksidatif maupun secara anaerob.
Sebagian besar bakteri kelompok anaerob fakultatif adalah pathogen. Contohnya adalah
beberapa spesies dari. Streptococcus dan Enterobacteriaceae (misalnya: E. coli). Bakteri
anaerob obligat adalah bakteri yang memiliki efek letal terhadap keberadaan oksigen. Hal
ini dikarenakan biasanya bakteri kelompok ini tidak memiliki superoksida dismutase
(SOD) dan katalase yang berfungsi menghilangkan efek toksik radikal oksigen serta
hydrogen peroksidase yang menyebabkan mampu mentoleransi terhadap oksigen
10. Prinsip pengerjaan oligodinamik adalah suatu pengujian pengaruh suatu logam terhadap
petumbuhan mikroorganisme di dalam suatu sistem pertumbuhan mikroorganisme Di
antara logam-logam berat yang umum dipakai di dalam pengujian ini adalah logam
tembaga. Logam tembaga merupakan logam yang tahan korosi dan dapat menyebabkan
kematian serta hambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Metode turbidimetri:
Jumlah sel dapat dihitung dengan cara mengetahui kekeruhan atau turbiditas
kultur, semakin keruh suatu kultur semakin banyak jumlah sel nya
Prinsip dasar nya jika cahaya mengenai sel, maka sebagian cahaya diserap dan sebagian
cahaya diteruskan. Jumlah cahaya yang diserap proporsional dengan jumlah sel.
Kelemahan tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati.