Anda di halaman 1dari 8

JAWABAN PERTANYAAN PADA PRESENTASI KELOMPOK 6

Materi tentang reproduksi dan pertumbuhan bakteri

Kelas 3A Pendidikan Biologi


Nama anggota kelompok 6:
Putu Devi Pradnyani (NIM.1913041002)
Made Ayu Malina Dewi (NIM. 1913041005)

JAWABAN:
1. Jika pada organisme multiseluler, yang dimaksud pertumbuhan adalah peningkatan
jumlah sel per organisme, dimana organisme juga menjadi semakin besar. Namun, pada
organisme uniseluler (seperti halnya mikroba), pertumbuhan berfungsi untuk
pertambahan ukuran sel, dan komponen sel serta bertambahnya kuantitas individu dalam
suatu populasi atau koloni.
2. Pada proses pembelahan sel pada bakteri, septa/ sekat terbentuk dari….

3. Percobaan Griffith, dilakukan pada tahun 1928 oleh Frederick Griffith, adalah salah
satu percobaan pertama yang menunjukkan bahwa bakteri dapat memindahkan informasi
genetik melalui proses yang disebut transformasi. Griffith menggunakan
dua galur Pneumococcus (yang menginfeksi tikus), galur tipe III-S dan tipe II-R. Galur
III-S memiliki kapsul polisakarida yang membuatnya tahan terhadap sistem kekebalan
inangnya sehingga mengakibatkan kematian inang, sementara galur II-R tidak memiliki
kapsul pelindung tersebut dan dapat dikalahkan oleh sistem kekebalan tubuh inang.
Dalam eksperimen ini bakteri galur III-S dipanaskan hingga mati, dan sisa-sisanya
ditambahkan ke bakteri galur II-R. Meskipun tikus tidak akan mati bila terkena baik sisa-
sisa bakteri galur III-S (yang sudah mati) ataupun galur II-R secara terpisah, gabungan
keduanya mengakibat kematian tikus inang. Griffith berhasil mengisolasi baik
galur pneumococcus II-R hidup maupun III-S hidup dari darah tikus mati ini. Griffith
menyimpulkan bahwa bakteri tipe II-R telah tertransformasikan menjadi galur III-S oleh
sebuah prinsip transformasi yang entah bagaimana menjadi bagian bakteri galur III-S
yang mati. Kini kita mengetahui bahwa prinsip pentransformasi yang diamati oleh
Griffith adalah DNA bakteri galur III-S. Meskipun bakteri itu telah mati, DNA-nya
bertahan dari proses pemanasan dan diambil oleh bakteri galur II-R. DNA galur III-S
mengandung gen yang membentuk kapsul perlindungan. Dilengkapi dengan gen ini,
bakteri galur II-R menjadi terlindung dari sistem kekebalan inang dan dapat
membunuhnya. Verifikasi DNA sebagai prinsip pentransformasi ini dilakukan dalam
percobaan oleh Avery, McLeod dan McCarty dan oleh Hershey dan Chase.

4. Daur lisogenik dikenal juga dengan daur tenang. Pada fase lisogenik, virus akan
membaur dengan sel inang (bakteri) dengan membentuk profage sehingga sel inang tidak
terlisis (rusak) setelah akhir masa inkubasi virus. Dengan kata lain, replikasi virus akan
mengikuti pembelahan (reproduksi) bakteri. Namun tidak jarang pula setelah beberapa
kali menjalani daur lisogenik, daur lisogenik dapat berubah menjadi daur litik dan
menjalani tahap lisis yang merusak. Dalam daur lisogenik, tahapan-tahapan yang dilalui
virus lebih banyak bila dibanding dengan daur litik sebab pada daur lisogenik sempurna,
akan melibatkan daur litik. Ada 8 tahap dalam daur lisogenik, yaitu:

 Tahap adsorbsi
Pada tahapan ini, sama dengan yang terjadi pada daur litik. Virus akan
menempel pada sel inang dan melubanginya dengan enzim lisozim.
 Tahap injeksi
Tahap injeksi juga sama seperti yang terjadi pada daur litik, dimana virus mulai
memasukkan asam nukleat ke dalam sel inang dan melepaskan kapsid sudah
tidak digunakan.
 Tahap penggabungan
Pada tahap penggabungan, virus akan memutus ikatan asam nukleat yang dimiliki sel
inang dan masuk kedalamnya untuk menghubungkan rantai itu lagi. Jadi pada tahapan
ini, virus tidak mengambil alih asam nukleat sel inang, melainkan membaur untuk
membentuk satu kesatuan yang disebut profage.
 Tahap pembelahan
Pada tahapan ini, asam nukleat virus yang telah tergabung dengan DNA sel inang
menjadi profage. Profage hanya akan bereplikasi ketika asam nukleat sel inang
bersintesis dan melakukan pembelahan. Profage ikut membelah ketika DNA
bereplikasi, sehingga jumlah profage akan sama dengan jumlah DNA hasil replikasi
sel inang.
 Dengan cara ini, tentu saja virus tidak merusak sel inang, melainkan membaur
menjadi satu dan mensubtitusi beberapa bagian asam nukleat sel inang. Reproduksi
virus dilakukan bersamaan dengan reproduksi sel inang dimana sel inang akan
mewariskan asam nukleat (materi genetik) virus pada proses reproduksi sel
inang. Pada tahap ini virus dapat terus membelah mengikuti sel inang, atau memasuki
daur litik.
 Tahap pemisahan (memasuki daur litik)
Pada saat kondisi lingkungan buruk, profage yang semula tenang dan tidak merusak
akan menjadi aktif. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh kedaaan lingkungan sekitar
seperti radiasi ultraviolet misalnya. Profage yang aktif akan mulai memisahkan diri
dari DNA sel inangnya, kemudian mulai mengambil alih perananan DNA dalam hal
sintesis protein.
 Tahap sintesis
Sama seperti daur litik, pada daur lisogenik DNA dan RNA dari sel inang kemudian
digunakan untuk menggandakan asam nukleat virus sebanyak mungkin. Selain itu,
virus akan menggunakan protein yang terdapat pada sel inang untuk kemudian
digunakan untuk menggandakan kapsid.
 Tahap perakitan
Sama seperti daur litik, pada daur lisogenik virus akan mulai merakit tubuh mereka.
Selain itu virus juga akan mulai memasukkan asam nukleat (DNA atau RNA) ke
dalam kapsid yang telah terbentuk. Setelah proses ini selesai, maka terbentuklah virus
baru yang telah sempurna.
 Tahap lisis
Tahap lisis merupakan tahap akhir dari daur lisogenik sempurna, dimana virus-virus
mulai dibebaskan dari sel inangnya secara eksplosif dengan menggunakan enzim
lisozim yang digunakan untuk menghancurkan sel inang.
5. Aspergillus dan Penicillium adalah dua genera ascomycetes. Aspergillus conidiophores
adalah batang non-septate dan unbranched sedangkan Penicillium conidiophores adalah
septate dan struktur seperti sikat bercabang. Jadi, ini adalah perbedaan utama antara
Aspergillus dan Penicillium. Aspergilus mempunyai hifa bersepta dan miselium
bercabang. Konidiospora bersepta muncul pada sel kaki pada ujung hifa muncul sebuah
gelembung, keluar dari gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma muncul konidium
yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian mutiara berwarna hitam, coklat, atau
kuning tua. Pada Penicillium konidium berbentuk sapu berada di ujung hifa dan berwarna
kehijauan.

6. Proses terbentuknya askospora diawali dengan proses diferensiasi hifa membentuk alat
reproduksi betina yang ukurannya lebih besar yang disebut askogonium. Didekat
askogonium akan terbentuk alat reproduksi jantan yang disebut anteridium. Keduanya
berinti haploid (n) dan selanjutnya akan berhubungan melalui saluran yang terbentuk
diantara keduanya yang disebut trikogin. Melalui trikogin, inti sel dari anteridium akan
berpindah ke askogonium. Selanjutnya inti askogonium dan anteridium berpasangan dan
tumbuh membentuk hifa. Inti yang berpasangan dalam hifa membelah secara mitosis
namun masih tetap berpasangan, sementara itu hifa terus tumbuh, membentuk sekat
melintang dan bercabang banyak. Ujung hifa selanjutnya akan membentuk askus dengan
dua inti didalamnya. Kedua inti tersebut akan membelah secara meiosis menghasilkan 8
buah spora yang disebut askospora.

7. Oogami adalah salah satu jenis proses seksual anisogami. Hal ini dapat didefinisikan
sebagai peleburan sel telur besar yang immotil dengan sel sperma kecil dan motil untuk
menghasilkan zigot. Gamet jantan dan betina sebagian besar berbeda dalam ukuran,
bentuk, penampilan dan motilitas. Gamet jantan memiliki flagel; Oleh karena itu, sangat
gesit. Sel telur terdiri dari banyak nutrisi untuk penggunaan masa depan selama
perkembangan keturunan. Oogami ditunjukkan oleh semua tanaman dan hewan yang
tingkatnya lebih tinggi. Proses oogami adalah sebagai berikut. Ujung lembaran talus yang
fertil membentuk reseptakel, yaitu badan yang mengandung alat pembiak. Di dalam
reseptakel terdapat konseptakel yang mengandung anteridium yang menghasilkan
kelamin jantan (spermatozoid) dan oogonium yang menghasilkan sel telur dan benang-
benang mandul (parafisis).Anteridium berupa sel-sel berbentuk jorong yang terletak rapat
satu sama lain pada filamen pendek bercabang-cabang yang muncul dari dasar dan tepi
konseptakel. Tiap anteridium menghasilkan 64 spermatozoid.
8. Proses konjugasi pada paramaecium adalah sebagai berikut:
 Dua individu yang memiliki susunan genetik berbeda akan saling mendekat dan
menempel sebagian selnya.
 Mikronukleus pada masing-masing individu akan melakukan meiosis
menghasilkan empat mikronukleus yang bersifat haploid.
 Salah satu mikronukleus akan membelah mitosis, sedangkan tiga yang lainnya
akan hancur.
 Pasangan paramaecium tersebut kemudian akan saling bertukar mikronukleus.
 Terjadi singami atau penyatuan antara mikronukleus sendiri dengan
mikronukleus yang diperolah dari sel pasangannya, penyatuan ini membentuk
mikronukleus baru yang bersifat diploid dengan susunan genetik campuran antara
dua mikronukleus.
 Mikronukleus baru yang terbentuk akan melakukan tiga kali pembelahan mitosis
sehingga dihasilkan delapan mikronukleus baru.
 Makronukleus pada masing-masing sel asli akan hancur. Empat mikronukleus
berkembang menjadi empat makronukleus melalui replikasi DNA secara terus
menerus, empat mikronukleus sisanya tetap sebagai mikronukleus.
 Masing-masing sel akan membelah diri dan setiap sel akhirnya menghasilkan
empat individu baru yang memiliki mikronukleus dan makronukleus baru. Hasil
akhir dari dua individu paramaecium yang berkonjugasi adalah delapan sel baru
yang memiliki susunan genetik sama namun berbeda dengan susunan genetik sel
awal sebelum konjugasi.
9. Bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak menggunakan oksigen dalam pertumbuhan
dan metabolismenya. Bakteri anaerob sebagian besar merupakan mikroorganisme residen
pada kulit, permukaan mukosa, mulut, dan gastrointestinal. Infeksi oleh bakteri anaerob
terjadi jika bakteri ini berada pada tempat yang seharusnya steril di dalam tubuh.
Bakteri anaerob dibedakan menjadi anaerob fakultatif dan obligat. Anerob
fakultatif bermakna bakteri dapat tumbuh baik secara oksidatif maupun secara anaerob.
Sebagian besar bakteri kelompok anaerob fakultatif adalah pathogen. Contohnya adalah
beberapa spesies dari. Streptococcus dan Enterobacteriaceae (misalnya: E. coli). Bakteri
anaerob obligat adalah bakteri yang memiliki efek letal terhadap keberadaan oksigen. Hal
ini dikarenakan biasanya bakteri kelompok ini tidak memiliki superoksida dismutase
(SOD) dan katalase yang berfungsi menghilangkan efek toksik radikal oksigen serta
hydrogen peroksidase yang menyebabkan mampu mentoleransi terhadap oksigen

10. Prinsip pengerjaan oligodinamik adalah suatu pengujian pengaruh suatu logam terhadap
petumbuhan mikroorganisme di dalam suatu sistem pertumbuhan mikroorganisme Di
antara logam-logam berat yang umum dipakai di dalam pengujian ini adalah logam
tembaga. Logam tembaga merupakan logam yang tahan korosi dan dapat menyebabkan
kematian serta hambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme.

11. FASE-FASE PERTUMBUHAN MIKROORGANISME Ada 4 fase kurva pertumbuhan


mikroorganisme, yaitu : 1. Fase lag 2. Fase log 3. Fase stationer 4. Fase kematian Kurva
pertumbuhan mikroba :
FASE LAG/ADAPTASI. Jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium,
mulamula akan mengalami fase adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan di sekitarnya. Lamanya fase adaptasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor,
diantaranya: 1. Medium dan lingkungan pertumbuhan Jika medium dan lingkungan
pertumbuhan sama seperti medium dan lingkungan sebelumnya, mungkin tidak
diperlukan waktu adaptasi. Tetapi jika nutrient yang tersedia dan kondisi lingkungan
yang baru berbeda dengan sebelumnya, diperlukan waktu penyesuaian untuk
mensintesa enzim-enzim. 2. Jumlah inokulum Jumlah awal sel yang semakin tinggi
akan mempercepat fase adaptasi. Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena
beberapa sebab, misalnya: (1) kultur dipindahkan dari medium yang kaya nutrien ke
medium yang kandungan nuriennya terbatas, (2) mutan yang baru dipindahkan dari
fase statis ke medium baru dengan komposisi sama seperti sebelumnya.
FASE LOG/PERTUMBUHAN EKSPONENSIAL. Pada fase ini mikroba
membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik. Pada fase ini
kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya seperti
pH dan kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban
udara. Pada fase ini mikroba membutuhkan energi lebih banyak dari pada fase
lainnya. Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Akhir fase
log, kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan : 1 Nutrien di dalam
medium sudah berkurang. 2 Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau
dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
FASE STATIONER. Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel
yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi
lebih kecil karena sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena
kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan
sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap
keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.
FASE KEMATIAN. Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami
kematian karena beberapa sebab yaitu: 1 Nutrien di dalam medium sudah habis. 2
Energi cadangan di dalam sel habis. Kecepatan kematian bergantung pada kondisi
nutrien, lingkungan, dan jenis mikroba.
12. Hewan arsenik yang diinfeksi suatu mikroba akan sakit apabila mikroba yang
diinfeksikan bersifat patogen dan berkembang di dalam tubuh hewan, sedangkan hewan
arsenik akan sehat bila mikroba tidak bisa berkembang di dalam tubuh hewan arsenik
karena tidak ada zat makanan yang dibutuhkan mikroba tersebut dalam tubuh hewan
arsenic. Keuntungan hewan arsenic yaitu dapat menjadi sumber pengetahuan dan
dijadikan indicator media belajar mengenai adanya penambahan yg ditambahakan pad
ahewan tersebut. Kemudian kerugian dari adanya hewan arsenic itu yaitu dapat menjadi
sumber adanya penyakit yang ditimbulkan apabila kandungan yang terdapat pada hewa
tersebut cenderung bersifat riskan atau berisiko.
13. Tujuan dari pengenceran sampel yaitu untuk mengurangi jumlah kandungan
mikroba dalam sampel sehingga nantinya dapat diamati dan diketahui jumlah
mikroorganisme secara spesifik sehingga didapatkan perhitungan yang tepat dan
pengenceran memudahkan dalam perhitungan koloni. Perhitungan jumlah mikroba dapat
dilakukan dengan perhitungan langsung maupun tidak langsung. Perhitungan secara
langsung dapat mengetahui beberapa jumlah mikroorganisme pada suatu bahan pada saat
tertentu tanpa memberikan perlakuan terlebih dahulu, sedangkan jumlah orgnisme yang
diketahui dari cara tidak langsung terlebih dahulu harus memberikan perlakuan tertentu
sebelum dilakukan perhitungan. Perhitungan secara langsung, dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain, adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat
sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting
chamber). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah
mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viable count). Dalam
pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu: perhitungan pada cawan petri (total plate count/
TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN
methode), dan calorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri).
Kemudian Perhitungan jumlah mikroba secara langsung yaitu jumlah mikroba
dihitung secara keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup sedangkan perhitungan
jumlah miroba secara tidak langsung yaitu jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan
baik yang mati atau yang hidup atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang
hidup saja, ini tergantung cara-cara yang digunakan. Menentukan jumlah mikroba yang
hidup dapat dilakukan setelah larutan bahan atau biakan mikroba diencerkan dengan
faktor pengenceran tertentu dan ditumbuhkan dalam media dengan cara-cara tertentu
tergantung dari macam dan sifat-sifat mikroba. Banyak metode yang digunakan dalam
menaksir secara kuantitatif dari suatu populasi bakteri.
Namun, ada dua metode yang paling sering digunakan yaitu metode hitung
koloni di cawan petri (Standard/ Viable Plate Count Method) dan analisa
spektrofotometer (turbidimeter). Meskipun kedua metode tersebut kadang akan
menghasilkan hasil perhitungan yang mirip, tetapi keduanya memiliki perbedaan prinsip.
Metode plate count merupakan metode penaksiran jumlah kepadatan bakteri secara tidak
langsung dan informasi yang didapatkan hanya bakteri yang hidup (viable) saja, bakteri
yang mati tidak ikut terhitung. Perhitungan jumlah koloni dengan metode hitung cawan
(Total Plate Count) didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan
berkembang menjadi satu koloni.
Kelebihan dan Kekurangan menggunakan Hemocytometer
a. Kelebihan
Kelebihan perhitungan sel dengan menggunakan hemocytometer adalah dapat
menghitung jumlah sel yang hidup maupun mati, tergantung dari pewarna yang di
gunakan. Misalnya bila pewarna trypan blue dicampurkan ke dalam larutan sel yang
hidup tidak akan berwarna dan sel yang mati akan berwarna biru. Kelebihan lainnya
adalah morfologi sel dapat diamati, dapat mengevaluasi homogenitas dan dapat
mendeteksi kontaminasi. Selain itu cepat dalam menghasilakn data karena langsung di
hitung pada pada waktu itu juga.
b. Kekurangan
Metode ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya tidak dapat digunakan
untuk mikroba yang berukuran terlalu kecil seperti bakteri.

Metode turbidimetri:
Jumlah sel dapat dihitung dengan cara mengetahui kekeruhan atau turbiditas
kultur, semakin keruh suatu kultur semakin banyak jumlah sel nya
Prinsip dasar nya jika cahaya mengenai sel, maka sebagian cahaya diserap dan sebagian
cahaya diteruskan. Jumlah cahaya yang diserap proporsional dengan jumlah sel.
Kelemahan tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati.

Metode total plate count:


Kultur diencerkan sampai batas yang diinginkan dan diinokulaai pada medium,
sehingga diharapkan setiap sel tumbuh menjadi satu koloni. Metode ini terdiri atas pour
plate dan spread plate. Kelemahannya yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih kecil dari
sebenarnya dan tidak dapat diaplikasikan pada mikroba yang tumbuh lambat

Anda mungkin juga menyukai