Gate Control Theory
Gate Control Theory
Non Farmakologi)
Istilah penting
1. Specificity Theory of Pain (Teori Nyeri Spesifik ) : Teori ini menyatakan bahwa
intensitas nyeri berhubungan langsung dengan jumlah kerusakan jaringan. Sebagai
contoh nyeri akibat luka tusukan jarum lebih minimal dibandingkan dengan luka
tangan terpotong yang menyebabkan jumlah kerusakan jaringan yang lebih luas dan
nyeri yang lebih hebat.
2. Gate Control Theory (Teori Kontrol Gerbang): Teori ini di jelaskan oleh Melzack
dan Wall pada tahun 1965 untuk menjelaskan mengapa pikiran dan emosi
mempengaruhi persepsi nyeri. Teori nyeri ini membahas mengenai faktor pisikologi
yang berperan dalam mempengaruhi presepsi nyeri karena teori-teori sebelumnya
hanya menjelaskan peroses nyeri dari segi fisik saja seperti teori Specificity yang
dikemukan pada abad ke -16 oleh filsuf dan matematikawan perancis Rene Descartes.
Teori Gate Control menyatakan adanya mekanisme seperti gerbang di area dorsal
horn pada spinal cord. Serabut saraf kecil (reseptor nyeri)’Small Nerve Fibers’ dan
serabut saraf besar (reseptor normal) ’Large Nerve Fibers’ bermuara di sel proyeksi
“Projection sell” yang membentuk jalur spinothalamic menuju pusat saraf tertinggi
(otak), dan sinyal dapat diperlemah atau diperkuat oleh inhibitory interneurons.
Ketika tidak ada rangsangan nyeri, inhibitory neuron mencegah projection neuron
(Projection cell) untuk mengirim sinyal ke otak. Sehingga, kita dapat katakan gerbang
tertutup atau tidak ada presepsi nyeri.
Ketika rangsangan normal somatosensori (sentuhan, perubahan suhu, dll) terjadi.
Rangsangan akan di hantarkan melalui serabut saraf besar (hanya serabut saraf besar).
Meyebabkan inhibitory neuron dan projection neuron aktif. Tetapi inhibitory neuron
mencegah projection neuron untuk mengirim sinyal terkirim ke otak. Sehingga,
gerbang masih tertutup dan tidak ada presepsi nyeri.
Ketika nociception (rangsangan nyeri) muncul. Rangsangan akan dihantarkan melaui
serabut saraf kecil. Dan ini menyebabkan inhibitory neuron menjadi tidak aktif, dan
projection neuron mengirimkan sinyal ke otak. Sehingga, gerbang terbuka dan
presepsi nyeri muncul.
Seorang perawat akan menginfus seorang pasien dewasa, sebelumnya pasien belum pernah
diinfus merasa takut dan cemas karena katanya diinfus itu bla-bla-bla, menyebabkan
adrenalin pasien terpompa, jantung berdebar, tekanan darah naik, tangan dingin dan pucat.
Kesadaran menjadi penuh, dan kosentrasi meningkat pada area yang akan ditusuk. Pertama
dioles dengan kapas alkohol, terasa dinginnya. Kedua baru ditusuk jarum kebagian kulit,
pasien sudah reflek teriak dan menarik tangan, akhirnya infus tidak jadi.... Berdasarkan
teori ini karena faktor emosional dan perilaku yang kurang mendukung, menyebabkan
tusukan jarum infus menjadi lebih sakit.
Sebaliknya untuk mengurangi rasa nyeri, buat pasien tenang dan ikhlas (rela) untuk diinfus,
menjelaskan manfaat yang lebih besar (untuk rute obat/cairan masuk, untuk menghindari
menyuntik obat berkali-kali secara langsung lebih baik lewat infus) bisa dengan
mengutarakan tujuan infus dan dampak bila tidak diinfus, yakinkan perosesnya, ajak pasien
ngobrol untuk mengalihkan perhatian,berdoa, dan suruh klien menarik nafas saat jarum
ditusukan.
Informasi penting
1. Tindakan kita menggerak-gerakan kaki saat tersandung , memijat, atau mengusap kepala
saat terbentur, merupakan upaya untuk merangsang somatosensori. Melalui rangsangan
tersebut menyebabkan inhibitory neuron mencegah projection neuron untuk mengirim sinyal
nyeri ke otak, sehingga gerbang tertutup dan presepsi nyeri berkurang.
2. Melzack dan Wall menjelaskan mengenai rasa nyeri yang tidak dirasakan oleh seorang
anak perempuan yang mengalami luka bakar derajat III akibat memanjat radiator. Karena
nosiseptor yang berada diarea luka hancur menyebabkan tidak ada sinyal nyeri yang
dihantarkan sehingga gerbang tetap tertutup dan tidak ada presepsi nyeri.
3. Teori ini membantu menjelaskan intervensi atau manajemen nyeri yang berdasarkan pada
stimulasi somatosensory (auditori, visual, taktil/sentuhan) seperti friction Rub, terapi musik,
kompres dingin/hangat, tehnik distraksi, pijat, hipnoterapi, dll untuk mengurangi nyeri.
(penting untuk perawwat dalam memberikan asuhan keperawatan, bahwa tindakan kita
beralasan atau memiliki rasionalitas)
4. Berdasarkan konsep teori ini yang menyebabkan dorongan untuk pengembangan klinik
nyeri dan untuk menumbuhkan daya tarik terhadap terapi akupuntur dan Transcutaneous
Electrical Stimulation.
7. Fungsi nyeri, nyeri bukanlah hal negatif, nyeri bertindak sebagai sebuah "alarm". akibat
nyeri kita dapat mengindari berbagai bahaya dan cidera. Akibat nyeri juga menyebabkan kita
beristirahat sehingga mempercepat peroses penyembuhan. (Sudut Pandang positif tentang
Nyeri)