1
LATAR BELAKANG
2
Dasar Hukum
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
PP Nomor 5 tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam
Rangka Pelaksanaan APBN sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 178/PMK.05/2018
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-17/PB/2013 tentang Ketentuan Lebih Lanjut
Tata Cara Pembayaran PNBP atas Beban APBN sebagaimana telah diubah dengan Perdirjen
Perbendaharaan No. PER-02/PB/2019
Surat Menteri Keuangan Nomor S-446/MK.02/2020 tanggal 29 Mei 2020 hal Persetujuan Penggunaan Dana
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Mahkamah Agung Republik Indonesia
3
Munculnya PNBP
PAJAK
KLASIFIKASI PENERIMAAN
BUKAN
PAJAK
PERTIMBANGAN KEADILAN
Tidak adil jika layanan Pemerintah yang hanya dinikmati secara exclusive (Visa, Pencatatan Nikah dsb) harus dibiayai dari pajak.
4
LATAR BELAKANG PENETAPAN UU NO.9 TAHUN
2018 TENTANG PNBP
Penegasan tugas dan fungsi pengelola PNBP bersih dan mewujudkan kemandirian
mengoptimalkan PNBP
5
Perubahan Definisi PNBP
6
MEKANISME
PENGGUNAAN PNBP
6
Perubahan Konsep Penggunaan
UU No. 20 Tahun 1997 UU No. 9 Tahun 2018
Pasal 8 Pasal 33
(1) Dengan tetap memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud (1) Instansi Pengelola PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
dalam Pasal 4 dan Pasal 5, sebagian dana dari suatu jenis ayat (1) huruf a dapat mengusulkan penggunaan dana PNBP
Penerimaan Negara Bukan Pajak dapat digunakan untuk yang dikelolanya kepada Menteri.
kegiatan tertentu yang berkaitan dengan jenis Penerimaan (2) Menteri memberikan persetujuan atau penolakan dengan
Negara Bukan Pajak tersebut oleh instansi yang bersangkutan. mempertimbangkan:
(2) Kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) a. kondisi keuangan negara;
meliputi kegiatan: b. kebijakan fiskal; dan/atau
a. penelitian dan pengembangan teknologi; c. kebutuhan pendanaan Instansi Pengelola PNBP.
b. pelayanan kesehatan; (3) Penggunaan dana PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
c. pendidikan dan pelatihan; dapat digunakan oleh Instansi pengelola PNBP untuk unit-unit
d. penegakan hukum; kerja di lingkungannya dalam rangka:
e. pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual a. penyelenggaraan pengelolaan PNBP dan/atau peningkatan
tertentu; kualitas penyelenggaraan Pengelolaan PNBP dan/atau
f. pelestarian sumber daya alam. kegiatan lainnya; dan/atau
b. optimalisasi PNBP.
(4) Penggunaan dana PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat dilakukan dengan tetap memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 dan Pasal 29.
8
Usulan Penggunaan PNBP
Konsekuensi dari penggunaan PNBP adalah penambahan jumlah Belanja Negara dan diperhitungkan dalam
mengalokasikan belanja wajib sesuai amanat perundang-undangan setidaknya untuk anggaran pendidikan dan
kesehatan.
9
Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana PNBP pada Mahkamah Agung RI
Berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor S-446/MK.02/2020 tanggal 29 Mei 2020 hal
Persetujuan Penggunaan Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Mahkamah Agung
Republik Indonesia antara lain diatur:
1. Penggunaan sebagian dana PNBP pada Mahkamah Agung RI sebagaimana dimaksud dalam PP
Nomor 5 Tahun 2019, dapat disetujui paling tinggi sebesar 21% (dua puluh satu persen).
2. Persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP sebagaimana dimaksud di atas, dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan pelayanan peradilan dan pengelolaan PNBP pada
Mahkamah Agung RI dan badan peradilan di bawahnya.
10
Peraturan Teknis Penggunaan PNBP
Dalam rangka pembayaran penerimaan negara bukan pajak atas beban APBN,
Mahkamah Agung RI agar mengikuti ketentuan yang diatur dalam:
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
178/PMK.05/2018
Pasal 66 disebutkan bahwa Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat,
pembayaran dilakukan berdasarkan Pagu Pencairan sesuai Surat Edaran/Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan.
2. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-17/PB/2013 tentang
Ketentuan Lebih Lanjut Tata Cara Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak Atas
Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-02/PB/2019
11
Prinsip Penggunaan PNBP
1. Semua PNBP yang menjadi hak negara dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus disetor langsung
secepatnya ke Kas Negara
2. Satker pengguna PNBP dapat menggunakan PNBP untuk membiayai belanja negara setelah memperoleh
persetujuan Maksimal Pencairan dana dari Menteri Keuangan
3. Satker pengguna PNBP terdiri dari:
PNBP yang penyetorannya dilakukan secara terpusat, atau
PNBP yang penyetorannya dilakukan pada masing-masing satker pengguna PNBP
4. Belanja negara oleh satker pengguna PNBP dalam satu tahun anggaran hanya dapat dibiayai dari PNBP
tahun anggaran yang bersangkutan
5. Satker pengguna PNBP di bidang pendidikan dapat menggunakan PNBP melampaui satu tahun anggaran
sesuai dengan satu tahun masa pendidikan (tahun ajaran)
6. Pagu PNBP dalam DIPA merupakan batas tertinggi yang dapat digunakan
12
Penggunaan PNBP
PENGGUNAAN PNBP
FUNGSIONAL
TIDAK
TERPUSAT
TERPUSAT
PENETAPAN MAKSIMUM
PENCAIRAN (MP)
PENCAIRAN BERDASARKAN :
PENCAIRAN BERDASARKAN - BUKTI SETOR YG DIKONFIRMASI
SE/PERDIRJEN PERBEND KPPN
- DAFTAR PERHITUNGAN MP
13
Penetapan Maksimum Pencairan (MP) …(1)
1. Besarnya dana PNBP untuk membiayai belanja negara ditetapkan berdasarkan MP dana pada Satker pengguna
PNBP
2. Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formula, sebagai berikut:
Besaran PPP untuk masing-masing satker pengguna PNBP diatur berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan
Sesuai Surat Menteri Keuangan Nomor S-446/MK.02/2020 tanggal 29 Mei 2020 hal Persetujuan Penggunaan
Dana PNBP pada Mahkamah Agung Republik Indonesia diatur bahwa penggunaan sebagian dana PNBP
sebagaimana dimaksud dalam PP Nomor 5 Tahun 2019, dapat disetujui paling tinggi sebesar 21% (dua puluh
satu persen).
Persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP tersebut, dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pelayanan
peradilan dan pengelolaan PNBP pada Mahkamah Agung RI dan badan peradilan di bawahnya.
14
Penetapan Maksimum Pencairan (MP) …(2)
Maksimum Pencairan (MP) dana pada Satker pengguna PNBP dapat ditetapkan secara
terpusat berdasarkan jumlah setoran PNBP yang disetor ke Kas Negara atau ditetapkan
untuk masing-masing Satker Pengguna PNBP berdasarkan jumlah setoran PNBP pada
masing-masing Satker pengguna PNBP.
15
Alur Pengajuan MP oleh Unit Penghasil PNBP
KPPN
BAR Permohonan
1 MP
2
Rekonsiliasi 3
Direktorat PA
Unit Penghasil Unit Penghasil
PNBP Penyetoran PNBP
PNBP
Unit Penghasil
PNBP
16
Proses Pengajuan MP Pada Satker dan Dit. Pelaksanaan Anggaran
Satker untuk Pengajuan MP tahap I Satker untuk Pengajuan MP tahap II
(Jika menggunakan sisa MP TAYL) (Jika menggunakan sisa MP TAYL dan Satker untuk pengajuan MP tahap III dan
1. Surat Permohonan MP belum melunasi penggunaan MP TAYL) seterusnya:
2. BAR Penerimaan 1. Surat Permohonan MP 1. Surat Permohonan MP
3. Daftar Perhitungan pencairan dana 2. BAR Penerimaan 2. BAR Penerimaan
PNBP 3. Daftar Perhitungan pencairan dana PNBP 3. Daftar Perhitungan pencairan dana
4. SPTJM (penggunaan sisa MP TAYL) 4. SPTJM (Ijin penundaan pembayaran) PNBP
5. Daftar Alokasi Pengunaan MP 5. Daftar Alokasi Pengunaan MP 4. Daftar Alokasi Pengunaan MP
6. Realisasi Belanja TAYL 6. Prognosa PNBP TA berjalan
18
Penggunaan Sisa Maksimum Pencairan (MP) Dana PNBP.. (1)
1. Sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya dari satker pengguna, dapat dipergunakan
untuk membiayai kegiatan-kegiatan tahun anggaran berjalan setelah DIPA disahkan dan berlaku
efektif
2. Sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya dari Satker pengguna meliputi:
Kelebihan jumlah setoran yang melampaui target penerimaan PNBP satker pengguna sesuai
dengan proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan sesuai dengan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, dan/atau
Sisa pagu DIPA yang dapat dicairkan yang dibiayai dari dana PNBP
3. Penggunaan Sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya, dalam hal Satker Pengguna PNBP :
Memerlukan pembiayaan atas kegiatan yang harus segera dilaksanakan, namun belum
memperoleh MP, atau
Sudah diperoleh MP namun belum mencukupi untuk melaksanakan kegiatan yang harus
segera dilaksanakan.
19
Penggunaan Sisa Maksimum Pencairan (MP) Dana PNBP.. (2)
4. Penggunaan Sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya disertai dengan Surat Pernyataan
dari KPA bahwa sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya akan diperhitungkan dengan
PNBP tahun anggaran berjalan dan disampaikan kepada Dirjen Perbendaharaan untuk MP yang
ditetapkan secara terpusat.
5. Dana untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan tahun anggaran berjalan yang dapat dipergunakan
maksimal sebesar Sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya.
6. Penggunaan Sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya sudah diperhitungkan dengan PNBP
tahun anggaran berjalan.
7. PNBP tahun anggaran berjalan dapat digunakan dalam hal penggunaan Sisa MP dana PNBP tahun
anggaran sebelumnya sudah lunas diperhitungkan dari PNBP tahun anggaran berjalan.
20
Penggunaan Sisa Maksimum Pencairan (MP) Dana PNBP.. (3)
8. Dalam hal atas penggunaan Sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya belum lunas
diperhitungkan, Satker pengguna PNBP akan menggunakan PNBP tahun anggaran berjalan
untuk membiayai kegiatan yang segera dilaksanakan, harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan.
9. Dalam hal Satker pengguna PNBP sudah memperoleh MP namun belum mencukupi untuk
melaksanakan kegiatan yang harus segera dilaksanakan, dana PNBP yang dapat dipergunakan
maksimal sebesar sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya.
10. Permohonan penggunaan Sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran
sebelumnya (yang digunakan pada TAB), disertai dengan surat pernyataan dari KPA bahwa Sisa
Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnya akan dapat dilunasi dari
PNBP tahun anggaran berjalan.
21
DAFTAR PERHITUNGAN
Contoh Pengisian JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP) SATKER PENGGUNA PNBP
TAHUN ANGGARAN 2019
MP ...(1) 1 Nama dan kode Kantor/Satker : (..................)
2 Nama dan kode Kegiatan : (..................)
3 Nomor dan tanggal DIPA :
4 Target Pendapatan : 100.000.000
5 Pagu Pengeluaran : 90.000.000
6 Perhitungan Maksimum Pencairan Dana :
a. Jumlah Setoran PNBP TA yang lalu (TA 2019) 150.000.000
b. Maksimum Pencairan Dana TA yang lalu (90% x 6.a) / TA 2019 135.000.000
c. Realisasi Pencairan Dana TA yg lalu (maks. sesuai Pagu DIPA TA 2019) 90.000.000
d. Sisa Dana Tahun Anggaran yang lalu (b – c) / TA 2019 45.000.000
e. Sisa UP dan TUP TA yang lalu (TA 2019) 10.000.000
f. Sisa MP TA yang lalu yang dapat digunakan sebelum diperoleh realisasi 35.000.000
PNBP TA berjalan (d – e)/ TA 2020
g. SP2D TA berjalan yang dicairkan dari 6.f (TA 2020) 35.000.000
Apabila nilai rupiah 6.f yang merupakan kelebihan target PNBP tahun lalu yang akan digunakan sebagai
penambah target penerimaan TA berjalan, maka nilai realisasi SP2D TA berjalan dicantumkan pada 6.g.
sampai nilainya maksimal sebesar 6.f. atau dapat menggunakan PNBP TA berjalan sepanjang MP pada
kolom 7.b lebih besar dari realisasi SP2D pada 7.c.
22
Selanjutnya angka pada 6.g dicantumkan pada kolom 7.c sesuai jenis SP2D
DAFTAR PERHITUNGAN
Contoh Pengisian JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP) SATKER PENGGUNA PNBP
Pencairan dana berikutnya dapat dilakukan apabilaMP pada 7.b lebih besar dari
realisasi SP2D 7.c.5.
23
Pemberian UP/TUP Dana PNBP.. (1)
1. Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (dua puluh persen) dari realisasi
PNBP yang dapat digunakan sesuai pagu PNBP dalam DIPA maksimum sebesar
Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
2. Realisasi PNBP yang dapat digunakan merupakan PNBP yang telah disetor ke kas negara
3. Pemberian UP tersebut termasuk di dalam penggunaan Sisa MP dana PNBP tahun
anggaran sebelumnya
4. Penggantian UP atas pemberian UP dilakukan apabila UP telah dipergunakan paling
sedikit 50%
5. Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhan riil 1 (satu)
bulan dengan memperhatikan batas MP
6. Pembayaran UP/TUP untuk Satker Pengguna PNBP dilakukan terpisah dari UP/TUP yang
berasal dari Rupiah Murni
24
Pemberian UP/TUP Dana PNBP.. (2)
7. Satker Pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12 (satu perduabelas) dari pagu
dana PNBP pada DIPA, maksimal sebesar Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), dengan
ketentuan :
Belum memperoleh MP dana PNBP
Telah memperoleh MP dana PNBP namun belum mencapai 1/12 (satu perduabelas) dari
pagu dana PNBP pada DIPA, atau
Satker Pengguna PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat, belum memperoleh
Pagu Pencairan sesuai Surat Edaran/Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
8. Penggantian UP atas pemberian UP dilakukan setelah Satker Pengguna PNBP memperoleh MP
dana PNBP paling sedikit sebesar UP yang diberikan.
9. Penyesuaian besaran UP dapat dilakukan sampai dengan sebesar realisasi PNBP yang telah
disetor ke kas negara, dengan ketentuan penyesuaian besaran UP tidak melampaui 20% (dua
puluh persen) dari pagu DIPA maksimum sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
25
PENYETORAN
PNBP & REKENING
PENERIMAAN
Penyetoran PNBP ke Kas Negara
1. Bendahara Penerimaan berkewajiban untuk segera menyetorkan penerimaan
negara ke kas negara setiap akhir hari kerja saat penerimaan negara tersebut
diterima, baik dari wajib setor maupun dari petugas yang ditunjuk untuk
menerima.
2. Penyetoran oleh Bendahara Penerimaan dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya dalam hal:
a) Terkendala jam operasional Bank Persepsi/Kantor Pos Persepsi, dan/atau
b) PNBP diterima pada hari libur/yang diliburkan.
27
Penyetoran PNBP Secara Berkala
Penyetoran penerimaan negara oleh Bendahara Penerimaan dapat dilakukan secara
berkala (dengan persetujuan Kanwil DJPBN) dalam hal:
1. Layanan Bank/pos persepsi yang sekota dengan Bendahara Penerimaan tidak
tersedia
2. Kondisi geografis satker yang tidak memungkinkan melakukan penyetoran setiap
hari
3. Jarak tempuh antara lokasi bank/pospersepsi dengan tempat/kedudukan
Bendahara Penerimaan melampaui waktu 2 (dua) jam, dan/atau
4. Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penyetoran lebih besar daripada
penerimaan yang diperoleh
28
Pengelolaan Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah
BELANJA NEGARA
PENERIMAAN NEGARA
>>>
<<<
>>> >>>
>>>
>>>
>>>
>>>
Satuan
Bank
Kerja
Umum
>>>
BILLER *)
WP/WB/WS
DJP DJA
DJBC
BANK PERSEPSI
POS PERSEPSI
LEMBAGA PERSEPSI LAINNYA
SETTLEMENT
30
Perbankan dalam Sistem Penerimaan Negara ...(1)
Penatausahaan penerimaan Negara oleh Bank Persepsi :
Bank Persepsi
31
Perbankan dalam Sistem Penerimaan Negara ...(2)
APBN Potongan
SPM/SP2D
KPPN
32
Modernisasi dan Digitalisasi Pengelolaan Kas: Penerimaan
Lembaga Persepsi Lainnya
Pajak
E-billing DJP Online
DJP B
6c. BPN
(NTPN, NTL) 1. Registrasi Bea dan Cukai I
Saluran pembayaran yang disediakan: 2a. Membuat billing
Aplikasi CEISA L
L
2b. Kode Billing DJBC
Dompet Elektronik, Transfer Bank, 3a. Inquiry WP/WB/WS E
Virtual Account, Direct Debit, & Credit Card 4. Konfirmasi data billing R
5a. Pembayaran
PNBP
Dipersamakan
Simponi.kemenkeu.go.id
dengan Rekening
Rek. di Bank Penerimaan
DJA
~
3b. Inquiry 2c. Notifikasi 6b. Notifikasi NTPN
Billing
5b. Informasi Pembayaran
7. Pelimpahan
Kas setiap hari Settlement
6a. Penerbitan NTPN
System
Giro
Tabungan
Giro ?
Deposito
Khusus
BLU
34
Rekening Penerimaan
disetor
disimpan
Bendahara
PNBP Penerimaan BPN KasNegara
35
Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Rekening
36
Bank Yang Telah Bekerjasama
1 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk 30 PT. Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur
2 PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk 31 PT. Bank Pembangunan Daerah Papua
3 PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk 32 PT. Bank BNI Syariah
4 PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk
33 PT. Bank Syariah Mandiri
5 PT. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga, Tbk
34 PT. Bank BRI Syariah
6 PT. Bank Aceh
7 PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara
35 PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
8 PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat (Nagari) 36 PT. Bank Panin Syariah,Tbk
9 PT. Bank Riau Kepri 37 PT. Bank Jabar Banten Syariah
PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan 38 PT. Bank Syariah Bukopin
10
Bangka Belitung 39 PT. Bank Mega Syariah
11 PT. Bank Pembangunan Daerah Bengkulu 40 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
12 PT. Bank Pembangunan Daerah Jambi 41 PT. Bank Mega, Tbk
13 PT. Bank Pembangunan Daerah Lampung 42 PT. Bank Danamon Indonesia,Tbk
14 PT. DKI
43 PT. Bank Bukopin, Tbk
PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
15 44 PT. Bank Permata,Tbk
Banten,Tbk
16 PT. Bank BPD DIY 45 PT. Bank Sinarmas, Tbk
17 PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk 46 PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk
18 PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah, Tbk 47 PT. Bank MNC Internasional, Tbk
19 PT. Bank Pembangunan Daerah Bali, Tbk 48 PT. Bank Central Asia, Tbk
20 PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan, Tbk 49 PT. Bank UOB Indonesia
21 PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah, Tbk 50 PT. Bank CIMB Niaga,Tbk
22 Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur 51 PT. Bank Mayora
23 PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat 52 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional;Tbk
PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan
24 53 PT. Bank Panin, Tbk
Sulawesi Barat
54 PT. Bank Maybank Indonesia, Tbk
25 PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara
26 PT. Bank Sulteng 55 PT. Bank Mizuho Indonesia
27 PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara 56 Citibank, N.A. Indonesia
28 PT. Bank Maluku 57 Deutche Bank AG
29 PT. Bank NTB 58 PT. Bank KEB Hana Indonesia
37
Contoh Kasus #1
38
Contoh Kasus #2
39
Contoh Kasus #3
40
Contoh Kasus #4
41
Contoh Kasus #5
42
PENGELOLAAN PNBP
PADA MAHKAMAH
AGUNG DAN BADAN
PERADILAN
Obyek PNBP Pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan
Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun
2018, Obyek PNBP Pada
Mahkamah Agung dan
Badan Peradilan yang
berada di bawahnya
(sesuai PP No. 5 Tahun
2019) termasuk dalam
kategori Pelayanan
44
Jenis PNBP Pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan …(1)
1. Berdasarkan PP Nomor 5 tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang Berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya, bahwa jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada
di bawahnya berasal dari biaya perkara yang terdiri dari:
a. Hak Kepaniteraan pada Pengadilan Tingkat Pertama
b. Hak Kepaniteraan pada Pengadilan Tingkat Banding
c. Hak Kepaniteraan pada Mahkamah Agung RI
d. Hak Kepaniteraan Lainnya
2. Selain jenis PNBP berupa Hak Kepaniteraan Lainnya, jenis PNBP yang berasal dari hak kepaniteraan
lainnya juga berasal dari sisa biaya perkara
3. Sisa biaya perkara merupakan sisa uang panjar biaya perkara yang tidak diambil oleh para pihak lebih
dari 6 (enam) bulan sejak pihak yang bersangkutan diberitahu secara resmi
45
Jenis PNBP Pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan …(2)
Berdasarkan SK Ketua Mahkamah Agung RI No. 57/KMA/SK/III/2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan PNBP di Lingkungan Mahkamah Agung dan
Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya, PNBP pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada dibawahnya berdasarkan sifatnya dibagi menjadi
dua kelompok yaitu:
A. PNBP Umum
425122 Pendapatan dai Penjualan Peralatan dan Mesin
425124 Pendapatan dari Tukar Menukar Tanah, Gedung dan Bangunan
425129 Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN
425131 Pendapatan sewa tanah, gedung dan bangunan
425139 Pendapatan dari pemanfaatan BMN lainnya
425764 Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro), bagi satker yang belum ikut program Treasury National Pooling
425791 Pendapatan penyelesaian Ganti Kerugian Negara terhadap Pegawai Negeri Bukan Bendahara atau Pejabat lain
425792 Pendapatan penyelesaian Ganti Kerugian Negara terhadap Pihak lain/Pihak ketiga
425811 Pendapatan denda penyelesaian pekerjaan pemerintah
425911 Penerimaan kembali Belanja Pegawai TAYL
425912 Penerimaan kembali Belanja Barang TAYL
425913 Penerimaan kembali Belanja Modal TAYL
425916 Penerimaan kembali Belanja Hibah TAYL
425931 Pendapatan Setoran Sisa Utang Non TP/TGR Pensiunan PNS
425934 Pendapatan Setoran Sisa Utang Non TP/TGR Pensiunan Pejabat Negara
425991 Penerimaan kembali persekot/uang muka gaji
B. PNBP Fungsional
425231 Pendapatan Pengesahan Surat di Bawah Tangan
425232 Pendapatan Uang Meja (leges) dan upah pada Panitera Badan Peradilan
425233 Pendapatan Ongkos Perkara
425239 Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan Lainnya
46
Pengelolaan PNBP Pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan
Berdasarkan PP Nomor 5 tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku
pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya, terdapat Jenis PNBP yang dapat dipergunakan
kembali adalah :
No. Jenis PNBP Pengguna Tarif Mekanisme penyetoran
1 Hak Kepaniteraan Pada 1) Peradilan Umum Sesuai Lampiran angka I huruf Pemungutan dan
Pengadilan Tingkat Pertama 2) Peradilan Agama A, huruf B, huruf C, dan huruf Penyeteroran dilakukan
3) Peradilan Tata Usaha D oleh semua Satker di
Negara Lingkungan Mahkamah
2 Hak Kepaniteraan Pada 1) Peradilan Umum dan Sesuai Lampiran angka II Agung dan Badan
Pengadilan Tingkat Banding Peradilan Agama huruf A dan huruf B Peradilan Yang Berada
2) Peradilan Tata Usaha Dibawahnya kecuali
Negara Peradilan Militer karena
3 Hak Kepaniteraan Pada 1) Peradilan Umum Sesuai Lampiran angka III perkaranya bukan perkara
Mahkamah Agung RI 2) Peradilan Agama huruf A, huruf B, huruf C, dan Perdata tetapi perkara
3) Peradilan Tata Usaha huruf D Pidana dan dan jika ada
Negara hanya PNBP Umum.
4 Hak Kepaniteraan Lainnya 1) Peradilan Umum Sesuai Lampiran angka IV
2) Peradilan Agama
3) Peradilan Tata Usaha
Negara
47
DIPA PNBP Pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan
1. Pada tahun anggaran 2020 belum terdapat alokasi pagu sumber dana PNBP
Mahkamah Agung RI, namun direncanakan untuk dapat digunakan pada Tahun 2021.
48
Diskusi (Q&A) …(1)
1. Q: Apakah sudah ada DIPA?
A: Kalau DIPA secara tersendiri untuk menampung Dana Penggunaan PNBP pada
Mahkamah Agung belum ada, apakah bisa dimasukkan ke DIPA BUA dan juga DIPA
Ditjend pada masing-masing Satker kalau nanti pola penggunaannya terpusat, tetapi
pemungutan PNBP nya tersebar, bagaimana mekanisme dan prosedurnya.
2. Q: Penghasil PNBP ada di Eselon I apa saja? Satker apa saja penghasil PNBP?
Satker apa saja Penyetor PNBP?
A: Untuk Eselon I pusat (BUA, Ditjen Badilum, Ditjen Badilag, Ditjen Badimiltun, Balitbang
Diklat Kundil dan Bawas) yang dihasilkan hanya PNBP Umum, kecuali Kepaniteraan
Mahkamah Agung yang dihasilkan adalah PNBP Fungsional dan PNBP Umum, satker
yang memungut dan menyetor adalah semua satker di Lingkungan Mahkamah Agung
dan Badan Peradilan Yang Berada Dibawahnya kecuali Peradilan Militer karena
perkaranya bukan perkara Perdata tetapi perkara Pidana dan dan jika ada hanya PNBP
Umum.
49
Diskusi (Q&A) …(2)
3. Q: Bagaimana mekanisme penyetorannya? Menggunakan akun apa?
A: Mekanisme penyetorannya secara tersebar artinya masing-masing satker menyetorkan PNBPnya secara
sendiri-sendiri dan hanya pelaporannya yang terpusat, akun yang digunakan untuk penyetoran adalah akun
PNBP Fungsional dan akun PNBP Umum, untuk PNBP Fungsional yaitu akun 425231 pendapatan
pengesahan surat dibawah tangan, akun 425232 pendapatan uang meja (leges) pada panitera badan
peradilan, akun 425233 pendapatan ongkos perkara dan akun 425239 pendapatan kejaksaan dan peradilan
lainnya, yang menyetor pnbp semua satker kecuali peradilan militer karena tidak ada perkara perdatanya.
4. Q: Kebijakan penggunaan PNBP Terpusat atau Tidak terpusat (masing-masing Satker PNBP)? Jika Terpusat,
maka akan ditetapkan dengan Surat Edaran/Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan berupa SE
Maksimum Pencairan (MP).
A: Rencana Mahkamah Agung akan menggunakan kebijakan penggunaan PNBP secara Terpusat, mohon
dijelaskan apa syarat dan ketentuannya dan bagaimana tata cara pengelolaannya karena ini baru pertama
kali Mahkamah Agung akan melaksanakan penggunaan Dana PNBP, keuntungan dan kerugian
menggunakan kebijakan terpusat apa, dan jika tersebar bagaimana keuntungan dan kerugiannya, memurut
bapak apakah pemilihan kebijakan/pola terpusat sudah tepat untuk MA mohon petunjuk.
50
Diskusi (Q&A) …(2)
5. Q: Terkait Proses rekonsiliasi, satker memiliki PNBP yang penggunaannya
ditetapkan secara terpusat berdasarkan peraturan yang berlaku, dan satker
tersebut memiliki transaksi PNBP minimal 2000 (dua ribu) transaksi per bulan
dan per akun akan melakukan rekonsiliasi dengan KPPN Khusus Penerimaan.
Sedangkan transaksi PNBP kurang dari 2000 melakukan rekonsiliasi dengan
KPPN Mitra Kerja masing-masing.
A: Untuk proses rekonsiliasi realisasi selama ini masih tersebar pada satker masing-
masing dengan KPPN setempat, bagaimana jika penggunaan terpusat apakah proses
rekonsiliasinya tetap tersebar atau terpusat, untuk transaksi per akun pada Mahkamah
Agung dan badan peradilan di bawahnya jika diakumulasi per bulan lebih dari 2000
transaksi.
52
TERIMA KASIH
STEP 2
Langkah kedua yaitu setelah Batasan Maksimum
Pencairan didapatkan maka KL/ES I
mengalokasikan ke masing-masing satker vertikal.
Kantor Pusat
Satker
KL/ES I mengajukan
Usulan Penerbitan SE
MP PNBP STEP 1 a
menggunakan Modul Langkah pertama yang dilakukan KL/ES I adalah melakukan tagging
MP PNBP Terpusat. data (pengecualian untuk pengajuan usulan Tahap I menggunakan sisa
MP TAYL. Tagging data digunakan sebagai dasar perhitungan MP, yang
by system akan dikalikan dengan besaran ijin penggunaan PNBP
sehingga menghasilkan Batasan Maksimum Pencairan yang dapat
diajukan.
Aplikasi Otomasi User DIT.PA
Tindak Lanjut
1. Akan diterbitkan Kepdirjen Penetapan K/L utk penerapan
Modul MP PNBP Tahap II (Kementerian Agama,Ditjen Hubdat
dan Ditjen Hubud).
2. Arahan: tahun 2021, Modul MP PNBP diterapkan ke seluruh
K/L yang mempunyai satker pengguna PNBP secara Terpusat.