Anda di halaman 1dari 57

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PELAKSANAAN ANGGARAN PNBP


PADA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 26 November 2020

1
LATAR BELAKANG

2
Dasar Hukum
UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

UU Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak

PP Nomor 5 tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam
Rangka Pelaksanaan APBN sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 178/PMK.05/2018

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-17/PB/2013 tentang Ketentuan Lebih Lanjut
Tata Cara Pembayaran PNBP atas Beban APBN sebagaimana telah diubah dengan Perdirjen
Perbendaharaan No. PER-02/PB/2019

Surat Menteri Keuangan Nomor S-446/MK.02/2020 tanggal 29 Mei 2020 hal Persetujuan Penggunaan Dana
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Mahkamah Agung Republik Indonesia

3
Munculnya PNBP
PAJAK
KLASIFIKASI PENERIMAAN
BUKAN
PAJAK

PERTIMBANGAN KEADILAN
Tidak adil jika layanan Pemerintah yang hanya dinikmati secara exclusive (Visa, Pencatatan Nikah dsb) harus dibiayai dari pajak.

HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA


Negara berhak memungut penerimaan atas layanan tertentu (exclusive). Di lain pihak, Negara memiliki kewajiban selaku pemegang
otoritas

PENGELUARAN MENJADI FUNGSI PENERIMAAN (EARMARKED REVENUE


Penerimaan dari layanan tertentu ini digunakan untuk pengeluaran dalam rangka pemberian layanan tersebut. Peningkatan penerimaan
dari jenis ini menunjukkan semakin meningkatnya kebutuhan atas layanan tertentu tersebut.

4
LATAR BELAKANG PENETAPAN UU NO.9 TAHUN
2018 TENTANG PNBP

Penguatan Landasan Hukum Peningkatan Kualitas Pengelolaan


Penyesuaian dengan Amandemen Upaya untuk meminimalisasi
UUD dan Paket UU Keuangan Negara temuan, serta meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas

Peningkatan Pelayanan dan Implementasi Kebijakan Pemerintah

Optimalisasi Penerimaan Membangun tata kelola pemerintahan yang

Penegasan tugas dan fungsi pengelola PNBP bersih dan mewujudkan kemandirian

sehingga meningkatkan pelayanan dan ekonomi

mengoptimalkan PNBP
5
Perubahan Definisi PNBP

UU No. 9 Tahun 2018


PNBP adalah Pungutan yang dibayar oleh orang
pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat
UU No. 20 Tahun 1997 langsung maupun tidak langsung atas layanan atau
pemanfaatan sumber daya, dan hak yang diperoleh
PNBP adalah seluruh penerimaan negara, berdasarkan peraturan perundang-
Pemerintah Pusat yang tidak berasal undangan yang menjadi penerimaan Pemerintah
dari penerimaan perpajakan Pusat di luar penerimaan perpajakan dan hibah dan
dikelola dalam mekanisme anggaran pendapatan
dan belanja negara.

6
MEKANISME
PENGGUNAAN PNBP

6
Perubahan Konsep Penggunaan
UU No. 20 Tahun 1997 UU No. 9 Tahun 2018
Pasal 8 Pasal 33
(1) Dengan tetap memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud (1) Instansi Pengelola PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
dalam Pasal 4 dan Pasal 5, sebagian dana dari suatu jenis ayat (1) huruf a dapat mengusulkan penggunaan dana PNBP
Penerimaan Negara Bukan Pajak dapat digunakan untuk yang dikelolanya kepada Menteri.
kegiatan tertentu yang berkaitan dengan jenis Penerimaan (2) Menteri memberikan persetujuan atau penolakan dengan
Negara Bukan Pajak tersebut oleh instansi yang bersangkutan. mempertimbangkan:
(2) Kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) a. kondisi keuangan negara;
meliputi kegiatan: b. kebijakan fiskal; dan/atau
a. penelitian dan pengembangan teknologi; c. kebutuhan pendanaan Instansi Pengelola PNBP.
b. pelayanan kesehatan; (3) Penggunaan dana PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
c. pendidikan dan pelatihan; dapat digunakan oleh Instansi pengelola PNBP untuk unit-unit
d. penegakan hukum; kerja di lingkungannya dalam rangka:
e. pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual a. penyelenggaraan pengelolaan PNBP dan/atau peningkatan
tertentu; kualitas penyelenggaraan Pengelolaan PNBP dan/atau
f. pelestarian sumber daya alam. kegiatan lainnya; dan/atau
b. optimalisasi PNBP.
(4) Penggunaan dana PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat dilakukan dengan tetap memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 dan Pasal 29.
8
Usulan Penggunaan PNBP

Pimpinan Instansi PNBP : Menteri Keuangan


1. Menyusun dan menyampaikan Memberikan persetujuan atau
usulan dan jenis tarif PNBP penolakan dengan pertimbangan:
2. Mengusulkan penggunaan dana 1. Kondisi keuangan negara;
PNBP 2. Kebijakan fiskal; dan/atau
3. Memungut dan menyetorkan 3. Kebutuhan pendanaan instansi
PNBP pengelola PNBP.

Konsekuensi dari penggunaan PNBP adalah penambahan jumlah Belanja Negara dan diperhitungkan dalam
mengalokasikan belanja wajib sesuai amanat perundang-undangan setidaknya untuk anggaran pendidikan dan
kesehatan.

9
Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana PNBP pada Mahkamah Agung RI

Berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor S-446/MK.02/2020 tanggal 29 Mei 2020 hal
Persetujuan Penggunaan Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Mahkamah Agung
Republik Indonesia antara lain diatur:

1. Penggunaan sebagian dana PNBP pada Mahkamah Agung RI sebagaimana dimaksud dalam PP
Nomor 5 Tahun 2019, dapat disetujui paling tinggi sebesar 21% (dua puluh satu persen).
2. Persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP sebagaimana dimaksud di atas, dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan pelayanan peradilan dan pengelolaan PNBP pada
Mahkamah Agung RI dan badan peradilan di bawahnya.

10
Peraturan Teknis Penggunaan PNBP
Dalam rangka pembayaran penerimaan negara bukan pajak atas beban APBN,
Mahkamah Agung RI agar mengikuti ketentuan yang diatur dalam:
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
178/PMK.05/2018
Pasal 66 disebutkan bahwa Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat,
pembayaran dilakukan berdasarkan Pagu Pencairan sesuai Surat Edaran/Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan.
2. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-17/PB/2013 tentang
Ketentuan Lebih Lanjut Tata Cara Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak Atas
Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-02/PB/2019

11
Prinsip Penggunaan PNBP

1. Semua PNBP yang menjadi hak negara dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus disetor langsung
secepatnya ke Kas Negara
2. Satker pengguna PNBP dapat menggunakan PNBP untuk membiayai belanja negara setelah memperoleh
persetujuan Maksimal Pencairan dana dari Menteri Keuangan
3. Satker pengguna PNBP terdiri dari:
 PNBP yang penyetorannya dilakukan secara terpusat, atau
 PNBP yang penyetorannya dilakukan pada masing-masing satker pengguna PNBP
4. Belanja negara oleh satker pengguna PNBP dalam satu tahun anggaran hanya dapat dibiayai dari PNBP
tahun anggaran yang bersangkutan
5. Satker pengguna PNBP di bidang pendidikan dapat menggunakan PNBP melampaui satu tahun anggaran
sesuai dengan satu tahun masa pendidikan (tahun ajaran)
6. Pagu PNBP dalam DIPA merupakan batas tertinggi yang dapat digunakan

12
Penggunaan PNBP

PENGGUNAAN PNBP
FUNGSIONAL

TIDAK
TERPUSAT
TERPUSAT

PENETAPAN MAKSIMUM
PENCAIRAN (MP)

PENCAIRAN BERDASARKAN :
PENCAIRAN BERDASARKAN - BUKTI SETOR YG DIKONFIRMASI
SE/PERDIRJEN PERBEND KPPN
- DAFTAR PERHITUNGAN MP

13
Penetapan Maksimum Pencairan (MP) …(1)
1. Besarnya dana PNBP untuk membiayai belanja negara ditetapkan berdasarkan MP dana pada Satker pengguna
PNBP
2. Dana yang berasal dari PNBP dapat dicairkan maksimal sesuai formula, sebagai berikut:

MP = (PPP x JS) – JPS


MP : Maksimum Pencairan
PPP : proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
JS : jumlah setoran
JPS : jumlah pencairan dana sebelumnya sampai dengan SPM terakhir yang diterbitkan

 Besaran PPP untuk masing-masing satker pengguna PNBP diatur berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Keuangan
 Sesuai Surat Menteri Keuangan Nomor S-446/MK.02/2020 tanggal 29 Mei 2020 hal Persetujuan Penggunaan
Dana PNBP pada Mahkamah Agung Republik Indonesia diatur bahwa penggunaan sebagian dana PNBP
sebagaimana dimaksud dalam PP Nomor 5 Tahun 2019, dapat disetujui paling tinggi sebesar 21% (dua puluh
satu persen).
 Persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP tersebut, dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pelayanan
peradilan dan pengelolaan PNBP pada Mahkamah Agung RI dan badan peradilan di bawahnya.

14
Penetapan Maksimum Pencairan (MP) …(2)
Maksimum Pencairan (MP) dana pada Satker pengguna PNBP dapat ditetapkan secara
terpusat berdasarkan jumlah setoran PNBP yang disetor ke Kas Negara atau ditetapkan
untuk masing-masing Satker Pengguna PNBP berdasarkan jumlah setoran PNBP pada
masing-masing Satker pengguna PNBP.

MP Terpusat: MP Masing-Masing Satker Pengguna PNBP:


1. Ditetapkan dengan Surat Edaran/Peraturan Direktur 1. Penetapan MP berdasarkan SSBP yang telah
Jenderal Perbendaharaan berdasarkan perhitungan dikonfirmasi dengan KPPN.
Daftar Perhitungan Jumlah Maksimum Pencairan
(MP). 2. Pelaksanaan konfirmasi SSBP mengikuti ketentuan
mengenai pelaksanaan konfirmasi surat setoran
2. Penetapan MP tersebut berdasarkan hasil penerimaan negara.
rekonsiliasi jumlah setoran/SSBP antara kantor
pusat Satker pengguna PNBP dengan DJPb. 3. Pencairan dana PNBP oleh Satker pengguna PNBP
dilaksanakan berdasarkan Daftar Perhitungan Jumlah
3. Pencairan dana PNBP oleh Satker pengguna PNBP Maksimum Pencairan (MP).
dilaksanakan berdasarkan SE/Perdirjen
Perbendaharaan tanpa melampirkan SSBP.

15
Alur Pengajuan MP oleh Unit Penghasil PNBP

KPPN
BAR Permohonan
1 MP
2

Rekonsiliasi 3
Direktorat PA
Unit Penghasil Unit Penghasil
PNBP Penyetoran PNBP
PNBP

Unit Penghasil
PNBP

16
Proses Pengajuan MP Pada Satker dan Dit. Pelaksanaan Anggaran
Satker untuk Pengajuan MP tahap I Satker untuk Pengajuan MP tahap II
(Jika menggunakan sisa MP TAYL) (Jika menggunakan sisa MP TAYL dan Satker untuk pengajuan MP tahap III dan
1. Surat Permohonan MP belum melunasi penggunaan MP TAYL) seterusnya:
2. BAR Penerimaan 1. Surat Permohonan MP 1. Surat Permohonan MP
3. Daftar Perhitungan pencairan dana 2. BAR Penerimaan 2. BAR Penerimaan
PNBP 3. Daftar Perhitungan pencairan dana PNBP 3. Daftar Perhitungan pencairan dana
4. SPTJM (penggunaan sisa MP TAYL) 4. SPTJM (Ijin penundaan pembayaran) PNBP
5. Daftar Alokasi Pengunaan MP 5. Daftar Alokasi Pengunaan MP 4. Daftar Alokasi Pengunaan MP
6. Realisasi Belanja TAYL 6. Prognosa PNBP TA berjalan

MP Tahap I MP Tahap II MP Tahap III dst..

Proses pada Dit. Pelaksanaan Anggaran


Pengajuan MP Tahap II Proses pada Dit. Pelaksanaan Anggaran
Proses pada Dit. Pelaksanaan Anggaran : Jika menggunakan Sisa MP TAYL dan
Pengajuan MP tahap I, Jika meminta penangguhan pembayaran untuk - Pengajuan MP tahap ke III, langsung
menggunakan Sisa MP TAYL MP yang terutang : Proses SE MP
- Proses ijin penggunaan sisa MP TAYL - Proses ijin penangguhan pembayaran - Pembayaran utang untuk penggunaan
- Proses MP Tahap I untuk penggunaan sisa MP TAYL yang sisa MP TAYL (dicicil/lunas) paling
dicairkan melalui MP tahap 1 lambat Desember TA berjalan
- Proses MP Tahap II (Penerimaan TA
berjalan)
17
Rekonsiliasi Atas Rekapitulasi Data PNBP Secara Terpusat
Berdasarkan Kepdirjen Perbendaharaan Nomor KEP-447/PB/2016 tentang Rekonsiliasi Atas Rekapitulasi Data
PNBP Secara Terpusat, diatur bahwa:
1. Rekonsiliasi atas rekapitulasi data PNBP secara terpusat merupakan rekonsiliasi eksternal antara Satuan
Kerja Pengguna PNBP secara terpusat dengan DJPb dalam rangka kebutuhan penyusunan bahan LKKL
maupun sebagai dasar pencairan Maksimum Pencairan (MP).
2. Satuan Kerja yang dapat mengajukan rekonsiliasi adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Satuan Kerja yang memiliki PNBP yang penggunaannya ditetapkan secara terpusat berdasarkan
peraturan yang berlaku, dan
 Satuan Kerja memiliki transaksi PNBP minimal 2.000 (dua ribu) transaksi per bulan dan per akun.
3. Pengajuan permintaan rekonsiliasi ditujukan kepada KPPN Khusus Penerimaan untuk periode Juli 2016 s.d.
selanjutnya.
4. Satker menyampaikan Surat Permintaan Rekonsiliasi Atas Rekapitulasi Data PNBP Secara Terpusat, dengan
disertai:
 Rekapitulasi Data PNBP per bulan per akun,
 Rincian data PNBP per NTPN.
5. Satker mengajukan Surat Permintaan Rekonsiliasi Atas Rekapitulasi Data PNBP Secara Terpusat beserta data
pendukungnya selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya.

18
Penggunaan Sisa Maksimum Pencairan (MP) Dana PNBP.. (1)
1. Sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya dari satker pengguna, dapat dipergunakan
untuk membiayai kegiatan-kegiatan tahun anggaran berjalan setelah DIPA disahkan dan berlaku
efektif
2. Sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya dari Satker pengguna meliputi:
 Kelebihan jumlah setoran yang melampaui target penerimaan PNBP satker pengguna sesuai
dengan proporsi pagu pengeluaran terhadap pendapatan sesuai dengan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, dan/atau
 Sisa pagu DIPA yang dapat dicairkan yang dibiayai dari dana PNBP
3. Penggunaan Sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya, dalam hal Satker Pengguna PNBP :
 Memerlukan pembiayaan atas kegiatan yang harus segera dilaksanakan, namun belum
memperoleh MP, atau
 Sudah diperoleh MP namun belum mencukupi untuk melaksanakan kegiatan yang harus
segera dilaksanakan.

19
Penggunaan Sisa Maksimum Pencairan (MP) Dana PNBP.. (2)

4. Penggunaan Sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya disertai dengan Surat Pernyataan
dari KPA bahwa sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya akan diperhitungkan dengan
PNBP tahun anggaran berjalan dan disampaikan kepada Dirjen Perbendaharaan untuk MP yang
ditetapkan secara terpusat.
5. Dana untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan tahun anggaran berjalan yang dapat dipergunakan
maksimal sebesar Sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya.
6. Penggunaan Sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya sudah diperhitungkan dengan PNBP
tahun anggaran berjalan.
7. PNBP tahun anggaran berjalan dapat digunakan dalam hal penggunaan Sisa MP dana PNBP tahun
anggaran sebelumnya sudah lunas diperhitungkan dari PNBP tahun anggaran berjalan.

20
Penggunaan Sisa Maksimum Pencairan (MP) Dana PNBP.. (3)
8. Dalam hal atas penggunaan Sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya belum lunas
diperhitungkan, Satker pengguna PNBP akan menggunakan PNBP tahun anggaran berjalan
untuk membiayai kegiatan yang segera dilaksanakan, harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan.
9. Dalam hal Satker pengguna PNBP sudah memperoleh MP namun belum mencukupi untuk
melaksanakan kegiatan yang harus segera dilaksanakan, dana PNBP yang dapat dipergunakan
maksimal sebesar sisa MP dana PNBP tahun anggaran sebelumnya.
10. Permohonan penggunaan Sisa Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran
sebelumnya (yang digunakan pada TAB), disertai dengan surat pernyataan dari KPA bahwa Sisa
Maksimum Pencairan (MP) dana PNBP tahun anggaran sebelumnya akan dapat dilunasi dari
PNBP tahun anggaran berjalan.

21
DAFTAR PERHITUNGAN

Contoh Pengisian JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP) SATKER PENGGUNA PNBP
TAHUN ANGGARAN 2019
MP ...(1) 1 Nama dan kode Kantor/Satker : (..................)
2 Nama dan kode Kegiatan : (..................)
3 Nomor dan tanggal DIPA :
4 Target Pendapatan : 100.000.000
5 Pagu Pengeluaran : 90.000.000
6 Perhitungan Maksimum Pencairan Dana :
a. Jumlah Setoran PNBP TA yang lalu (TA 2019) 150.000.000
b. Maksimum Pencairan Dana TA yang lalu (90% x 6.a) / TA 2019 135.000.000
c. Realisasi Pencairan Dana TA yg lalu (maks. sesuai Pagu DIPA TA 2019) 90.000.000
d. Sisa Dana Tahun Anggaran yang lalu (b – c) / TA 2019 45.000.000
e. Sisa UP dan TUP TA yang lalu (TA 2019) 10.000.000
f. Sisa MP TA yang lalu yang dapat digunakan sebelum diperoleh realisasi 35.000.000
PNBP TA berjalan (d – e)/ TA 2020
g. SP2D TA berjalan yang dicairkan dari 6.f (TA 2020) 35.000.000
 Apabila nilai rupiah 6.f yang merupakan kelebihan target PNBP tahun lalu yang akan digunakan sebagai
penambah target penerimaan TA berjalan, maka nilai realisasi SP2D TA berjalan dicantumkan pada 6.g.
sampai nilainya maksimal sebesar 6.f. atau dapat menggunakan PNBP TA berjalan sepanjang MP pada
kolom 7.b lebih besar dari realisasi SP2D pada 7.c.
22
 Selanjutnya angka pada 6.g dicantumkan pada kolom 7.c sesuai jenis SP2D
DAFTAR PERHITUNGAN
Contoh Pengisian JUMLAH MAKSIMAL PENCAIRAN DANA (MP) SATKER PENGGUNA PNBP

MP ...(2) 7 Perhitungan Maksimum Pencairan Dana Berikutnya :


a. Setoran PNBP TA berjalan (TA 2020) 50.000.000
b. Maksimum Pencairan Dana TA berjalan (90% x 7.a) / (TA 2020) 45.000.000
c. Realisasi pencairan dana TA berjalan (TA 2020)
s.d SP2D lalu (termasuk jumlah SP2D yang telah dicairkan pada
huruf 6.g):
1) SP2D-UP Rp. 10.000.000
2) SP2D-TUP Rp. 5.000.000
3) SP2D-GUP Rp. 5.000.000
4) SP2D-LS Rp. 15.000.000
5) Jumlah Rp. 35.000.000
d. SPM UP/TUP/GUP/LS yang dapat diajukan berikutnya (7.b – 10.000.000
7.c.5) ..................................

Pencairan dana berikutnya dapat dilakukan apabilaMP pada 7.b lebih besar dari
realisasi SP2D 7.c.5.
23
Pemberian UP/TUP Dana PNBP.. (1)
1. Satker pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar 20% (dua puluh persen) dari realisasi
PNBP yang dapat digunakan sesuai pagu PNBP dalam DIPA maksimum sebesar
Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
2. Realisasi PNBP yang dapat digunakan merupakan PNBP yang telah disetor ke kas negara
3. Pemberian UP tersebut termasuk di dalam penggunaan Sisa MP dana PNBP tahun
anggaran sebelumnya
4. Penggantian UP atas pemberian UP dilakukan apabila UP telah dipergunakan paling
sedikit 50%
5. Dalam hal UP tidak mencukupi dapat mengajukan TUP sebesar kebutuhan riil 1 (satu)
bulan dengan memperhatikan batas MP
6. Pembayaran UP/TUP untuk Satker Pengguna PNBP dilakukan terpisah dari UP/TUP yang
berasal dari Rupiah Murni

24
Pemberian UP/TUP Dana PNBP.. (2)
7. Satker Pengguna PNBP dapat diberikan UP sebesar maksimal 1/12 (satu perduabelas) dari pagu
dana PNBP pada DIPA, maksimal sebesar Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), dengan
ketentuan :
 Belum memperoleh MP dana PNBP
 Telah memperoleh MP dana PNBP namun belum mencapai 1/12 (satu perduabelas) dari
pagu dana PNBP pada DIPA, atau
 Satker Pengguna PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat, belum memperoleh
Pagu Pencairan sesuai Surat Edaran/Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
8. Penggantian UP atas pemberian UP dilakukan setelah Satker Pengguna PNBP memperoleh MP
dana PNBP paling sedikit sebesar UP yang diberikan.
9. Penyesuaian besaran UP dapat dilakukan sampai dengan sebesar realisasi PNBP yang telah
disetor ke kas negara, dengan ketentuan penyesuaian besaran UP tidak melampaui 20% (dua
puluh persen) dari pagu DIPA maksimum sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

25
PENYETORAN
PNBP & REKENING
PENERIMAAN
Penyetoran PNBP ke Kas Negara
1. Bendahara Penerimaan berkewajiban untuk segera menyetorkan penerimaan
negara ke kas negara setiap akhir hari kerja saat penerimaan negara tersebut
diterima, baik dari wajib setor maupun dari petugas yang ditunjuk untuk
menerima.
2. Penyetoran oleh Bendahara Penerimaan dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya dalam hal:
a) Terkendala jam operasional Bank Persepsi/Kantor Pos Persepsi, dan/atau
b) PNBP diterima pada hari libur/yang diliburkan.

(Sumber : PMK Nomor 162/PMK.05/2013)

27
Penyetoran PNBP Secara Berkala
Penyetoran penerimaan negara oleh Bendahara Penerimaan dapat dilakukan secara
berkala (dengan persetujuan Kanwil DJPBN) dalam hal:
1. Layanan Bank/pos persepsi yang sekota dengan Bendahara Penerimaan tidak
tersedia
2. Kondisi geografis satker yang tidak memungkinkan melakukan penyetoran setiap
hari
3. Jarak tempuh antara lokasi bank/pospersepsi dengan tempat/kedudukan
Bendahara Penerimaan melampaui waktu 2 (dua) jam, dan/atau
4. Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penyetoran lebih besar daripada
penerimaan yang diperoleh

(Sumber : PMK Nomor 162/PMK.05/2013)

28
Pengelolaan Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah
BELANJA NEGARA
PENERIMAAN NEGARA

>>>
<<<
>>> >>>

>>>
>>>

KPPN Khusus Direktorat Pengelolaan KPPN


Penerimaan Kas Negara

>>>
>>>

Satuan
Bank
Kerja
Umum
>>>

Wajib Pajak/ Vendor/ >>> Bank


Wajib Bayar Penerima Umum
Alur Dana
>>> Alur Informasi
29
Sistem Penerimaan Negara (MPN G3)
SSO
BILLING PAYMENT

Portal SSO Penerimaan Negara

BILLER *)

WP/WB/WS
DJP DJA
DJBC

BANK PERSEPSI
POS PERSEPSI
LEMBAGA PERSEPSI LAINNYA

SETTLEMENT

SPAN KPPN KHUSUS PENERIMAAN SUBREKENING KAS UMUM NEGARA

30
Perbankan dalam Sistem Penerimaan Negara ...(1)
Penatausahaan penerimaan Negara oleh Bank Persepsi :

Bank Persepsi

82 bank persepsi sebagai penyedia Pelimpahan e-laporan PN

layanan setoran penerimaan negara (collecting min. 2x sehari


agent)
SubRKUN Menerima
8 EDC Bank Indonesia setoran
82 Kode
biling
teller 17 Mobile
Banking

Kanal pembayaran 1 EDC


1 Mobile sub agent
Aplication WP/WB/WS
sub
agent
Selain itu, bank juga dapat ditunjuk oleh
52 1 Over
ATM Kementerian/Lembaga untuk menampung rekening
Booking
bendahara penerimaan sebelum disetorkan ke
43 Internet subRKUN
Banking

31
Perbankan dalam Sistem Penerimaan Negara ...(2)
APBN Potongan
SPM/SP2D
KPPN

1. Bea & Cukai


2. Pajak
3. PNBP
4. Lainnya
APBD
Kode Bank/Pos
Billing Persepsi*)
(DJBC,
Masyarakat DJP, DJA)
KPPN Khusus Penerimaan
* 82 Bank Persepsi Bank Indonesia
dan 1 Pos Persepsi Rekening Kas
Bendahara Umum Negara
1. PNBP Penerimaan
2. Hibah
3. Pembiayaan

32
Modernisasi dan Digitalisasi Pengelolaan Kas: Penerimaan
Lembaga Persepsi Lainnya
Pajak
E-billing DJP Online

DJP B
6c. BPN
(NTPN, NTL) 1. Registrasi Bea dan Cukai I
Saluran pembayaran yang disediakan: 2a. Membuat billing
Aplikasi CEISA L
L
2b. Kode Billing DJBC
Dompet Elektronik, Transfer Bank, 3a. Inquiry WP/WB/WS E
Virtual Account, Direct Debit, & Credit Card 4. Konfirmasi data billing R
5a. Pembayaran
PNBP
Dipersamakan
Simponi.kemenkeu.go.id
dengan Rekening
Rek. di Bank Penerimaan
DJA
~
3b. Inquiry 2c. Notifikasi 6b. Notifikasi NTPN
Billing
5b. Informasi Pembayaran
7. Pelimpahan
Kas setiap hari Settlement
6a. Penerbitan NTPN
System

8. e-LHP,DNP, Rek Koran 9. Data Transaksi


10a. Penatausahaan Penerimaan
Khusus Penerimaan
10c. Penatausahaan (BIG-eb)
10b. Penatausahaan
Rekening Kas Umum Negara 33
Jenis Rekening Milik Satker Lingkup K/L

Giro

Tabungan
Giro ?

Deposito

Khusus
BLU
34
Rekening Penerimaan
disetor

disimpan
Bendahara
PNBP Penerimaan BPN KasNegara

 Rekening BPN dikelola Bendahara Penerimaan


 Rekening BPN dibuka oleh Satker hanya
menampung PNBP Fungsional

35
Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Rekening

Rekening Hanya Dapat Dibuka


Pada Bank Yang Telah
Menandatangani Perjanjian
Kerjasama

36
Bank Yang Telah Bekerjasama
1 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk 30 PT. Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur
2 PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk 31 PT. Bank Pembangunan Daerah Papua
3 PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk 32 PT. Bank BNI Syariah
4 PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk
33 PT. Bank Syariah Mandiri
5 PT. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga, Tbk
34 PT. Bank BRI Syariah
6 PT. Bank Aceh
7 PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara
35 PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
8 PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat (Nagari) 36 PT. Bank Panin Syariah,Tbk
9 PT. Bank Riau Kepri 37 PT. Bank Jabar Banten Syariah
PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan 38 PT. Bank Syariah Bukopin
10
Bangka Belitung 39 PT. Bank Mega Syariah
11 PT. Bank Pembangunan Daerah Bengkulu 40 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
12 PT. Bank Pembangunan Daerah Jambi 41 PT. Bank Mega, Tbk
13 PT. Bank Pembangunan Daerah Lampung 42 PT. Bank Danamon Indonesia,Tbk
14 PT. DKI
43 PT. Bank Bukopin, Tbk
PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
15 44 PT. Bank Permata,Tbk
Banten,Tbk
16 PT. Bank BPD DIY 45 PT. Bank Sinarmas, Tbk
17 PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk 46 PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk
18 PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah, Tbk 47 PT. Bank MNC Internasional, Tbk
19 PT. Bank Pembangunan Daerah Bali, Tbk 48 PT. Bank Central Asia, Tbk
20 PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan, Tbk 49 PT. Bank UOB Indonesia
21 PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah, Tbk 50 PT. Bank CIMB Niaga,Tbk
22 Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur 51 PT. Bank Mayora
23 PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat 52 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional;Tbk
PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan
24 53 PT. Bank Panin, Tbk
Sulawesi Barat
54 PT. Bank Maybank Indonesia, Tbk
25 PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara
26 PT. Bank Sulteng 55 PT. Bank Mizuho Indonesia
27 PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara 56 Citibank, N.A. Indonesia
28 PT. Bank Maluku 57 Deutche Bank AG
29 PT. Bank NTB 58 PT. Bank KEB Hana Indonesia

37
Contoh Kasus #1

38
Contoh Kasus #2

39
Contoh Kasus #3

40
Contoh Kasus #4

41
Contoh Kasus #5

42
PENGELOLAAN PNBP
PADA MAHKAMAH
AGUNG DAN BADAN
PERADILAN
Obyek PNBP Pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan

Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun
2018, Obyek PNBP Pada
Mahkamah Agung dan
Badan Peradilan yang
berada di bawahnya
(sesuai PP No. 5 Tahun
2019) termasuk dalam
kategori Pelayanan

44
Jenis PNBP Pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan …(1)
1. Berdasarkan PP Nomor 5 tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang Berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya, bahwa jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada
di bawahnya berasal dari biaya perkara yang terdiri dari:
a. Hak Kepaniteraan pada Pengadilan Tingkat Pertama
b. Hak Kepaniteraan pada Pengadilan Tingkat Banding
c. Hak Kepaniteraan pada Mahkamah Agung RI
d. Hak Kepaniteraan Lainnya

2. Selain jenis PNBP berupa Hak Kepaniteraan Lainnya, jenis PNBP yang berasal dari hak kepaniteraan
lainnya juga berasal dari sisa biaya perkara

3. Sisa biaya perkara merupakan sisa uang panjar biaya perkara yang tidak diambil oleh para pihak lebih
dari 6 (enam) bulan sejak pihak yang bersangkutan diberitahu secara resmi

45
Jenis PNBP Pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan …(2)
Berdasarkan SK Ketua Mahkamah Agung RI No. 57/KMA/SK/III/2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan PNBP di Lingkungan Mahkamah Agung dan
Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya, PNBP pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada dibawahnya berdasarkan sifatnya dibagi menjadi
dua kelompok yaitu:
A. PNBP Umum
425122 Pendapatan dai Penjualan Peralatan dan Mesin
425124 Pendapatan dari Tukar Menukar Tanah, Gedung dan Bangunan
425129 Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN
425131 Pendapatan sewa tanah, gedung dan bangunan
425139 Pendapatan dari pemanfaatan BMN lainnya
425764 Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro), bagi satker yang belum ikut program Treasury National Pooling
425791 Pendapatan penyelesaian Ganti Kerugian Negara terhadap Pegawai Negeri Bukan Bendahara atau Pejabat lain
425792 Pendapatan penyelesaian Ganti Kerugian Negara terhadap Pihak lain/Pihak ketiga
425811 Pendapatan denda penyelesaian pekerjaan pemerintah
425911 Penerimaan kembali Belanja Pegawai TAYL
425912 Penerimaan kembali Belanja Barang TAYL
425913 Penerimaan kembali Belanja Modal TAYL
425916 Penerimaan kembali Belanja Hibah TAYL
425931 Pendapatan Setoran Sisa Utang Non TP/TGR Pensiunan PNS
425934 Pendapatan Setoran Sisa Utang Non TP/TGR Pensiunan Pejabat Negara
425991 Penerimaan kembali persekot/uang muka gaji
B. PNBP Fungsional
425231 Pendapatan Pengesahan Surat di Bawah Tangan
425232 Pendapatan Uang Meja (leges) dan upah pada Panitera Badan Peradilan
425233 Pendapatan Ongkos Perkara
425239 Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan Lainnya

46
Pengelolaan PNBP Pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan
Berdasarkan PP Nomor 5 tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku
pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya, terdapat Jenis PNBP yang dapat dipergunakan
kembali adalah :
No. Jenis PNBP Pengguna Tarif Mekanisme penyetoran
1 Hak Kepaniteraan Pada 1) Peradilan Umum Sesuai Lampiran angka I huruf Pemungutan dan
Pengadilan Tingkat Pertama 2) Peradilan Agama A, huruf B, huruf C, dan huruf Penyeteroran dilakukan
3) Peradilan Tata Usaha D oleh semua Satker di
Negara Lingkungan Mahkamah
2 Hak Kepaniteraan Pada 1) Peradilan Umum dan Sesuai Lampiran angka II Agung dan Badan
Pengadilan Tingkat Banding Peradilan Agama huruf A dan huruf B Peradilan Yang Berada
2) Peradilan Tata Usaha Dibawahnya kecuali
Negara Peradilan Militer karena
3 Hak Kepaniteraan Pada 1) Peradilan Umum Sesuai Lampiran angka III perkaranya bukan perkara
Mahkamah Agung RI 2) Peradilan Agama huruf A, huruf B, huruf C, dan Perdata tetapi perkara
3) Peradilan Tata Usaha huruf D Pidana dan dan jika ada
Negara hanya PNBP Umum.
4 Hak Kepaniteraan Lainnya 1) Peradilan Umum Sesuai Lampiran angka IV
2) Peradilan Agama
3) Peradilan Tata Usaha
Negara

47
DIPA PNBP Pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan

1. Pada tahun anggaran 2020 belum terdapat alokasi pagu sumber dana PNBP
Mahkamah Agung RI, namun direncanakan untuk dapat digunakan pada Tahun 2021.

2. Mekanisme penyetoran PNBP tersebar di seluruh satker lingkup Mahkamah Agung RI


di seluruh Indonesia, tetapi alokasi penggunaan PNBP hanya terdapat pada satker
Mahkamah Agung RI.

48
Diskusi (Q&A) …(1)
1. Q: Apakah sudah ada DIPA?
A: Kalau DIPA secara tersendiri untuk menampung Dana Penggunaan PNBP pada
Mahkamah Agung belum ada, apakah bisa dimasukkan ke DIPA BUA dan juga DIPA
Ditjend pada masing-masing Satker kalau nanti pola penggunaannya terpusat, tetapi
pemungutan PNBP nya tersebar, bagaimana mekanisme dan prosedurnya.

2. Q: Penghasil PNBP ada di Eselon I apa saja? Satker apa saja penghasil PNBP?
Satker apa saja Penyetor PNBP?
A: Untuk Eselon I pusat (BUA, Ditjen Badilum, Ditjen Badilag, Ditjen Badimiltun, Balitbang
Diklat Kundil dan Bawas) yang dihasilkan hanya PNBP Umum, kecuali Kepaniteraan
Mahkamah Agung yang dihasilkan adalah PNBP Fungsional dan PNBP Umum, satker
yang memungut dan menyetor adalah semua satker di Lingkungan Mahkamah Agung
dan Badan Peradilan Yang Berada Dibawahnya kecuali Peradilan Militer karena
perkaranya bukan perkara Perdata tetapi perkara Pidana dan dan jika ada hanya PNBP
Umum.

49
Diskusi (Q&A) …(2)
3. Q: Bagaimana mekanisme penyetorannya? Menggunakan akun apa?
A: Mekanisme penyetorannya secara tersebar artinya masing-masing satker menyetorkan PNBPnya secara
sendiri-sendiri dan hanya pelaporannya yang terpusat, akun yang digunakan untuk penyetoran adalah akun
PNBP Fungsional dan akun PNBP Umum, untuk PNBP Fungsional yaitu akun 425231 pendapatan
pengesahan surat dibawah tangan, akun 425232 pendapatan uang meja (leges) pada panitera badan
peradilan, akun 425233 pendapatan ongkos perkara dan akun 425239 pendapatan kejaksaan dan peradilan
lainnya, yang menyetor pnbp semua satker kecuali peradilan militer karena tidak ada perkara perdatanya.

4. Q: Kebijakan penggunaan PNBP Terpusat atau Tidak terpusat (masing-masing Satker PNBP)? Jika Terpusat,
maka akan ditetapkan dengan Surat Edaran/Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan berupa SE
Maksimum Pencairan (MP).
A: Rencana Mahkamah Agung akan menggunakan kebijakan penggunaan PNBP secara Terpusat, mohon
dijelaskan apa syarat dan ketentuannya dan bagaimana tata cara pengelolaannya karena ini baru pertama
kali Mahkamah Agung akan melaksanakan penggunaan Dana PNBP, keuntungan dan kerugian
menggunakan kebijakan terpusat apa, dan jika tersebar bagaimana keuntungan dan kerugiannya, memurut
bapak apakah pemilihan kebijakan/pola terpusat sudah tepat untuk MA mohon petunjuk.

50
Diskusi (Q&A) …(2)
5. Q: Terkait Proses rekonsiliasi, satker memiliki PNBP yang penggunaannya
ditetapkan secara terpusat berdasarkan peraturan yang berlaku, dan satker
tersebut memiliki transaksi PNBP minimal 2000 (dua ribu) transaksi per bulan
dan per akun akan melakukan rekonsiliasi dengan KPPN Khusus Penerimaan.
Sedangkan transaksi PNBP kurang dari 2000 melakukan rekonsiliasi dengan
KPPN Mitra Kerja masing-masing.
A: Untuk proses rekonsiliasi realisasi selama ini masih tersebar pada satker masing-
masing dengan KPPN setempat, bagaimana jika penggunaan terpusat apakah proses
rekonsiliasinya tetap tersebar atau terpusat, untuk transaksi per akun pada Mahkamah
Agung dan badan peradilan di bawahnya jika diakumulasi per bulan lebih dari 2000
transaksi.

6. Q: Rencana penggunaan untuk Tahun Anggaran 2020 atau Tahun Anggaran


2021?
A: Rencana akan digunakan pada Tahun 2021 karena Tahun 2020 sudah tidak
memungkinkan lagi
51
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Mahkamah Agung RI
1. Memastikan kembali telah diterbitkan dasar hukum atas PNBP Mahkamah Agung RI dan Badan Peradilan. Yang meliputi:
a. Peraturan Pemerintah
 PP No. 5 tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan
Peradilan yang Berada di Bawahnya,
a. SK Ketua MA No. 57/KMA/SK/III/2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan PNBP di lingkungan Mahkamah Agunh dan Badan Peradilan
Yang Berada Dibawahnya,
b. Surat Menteri Keuangan No. S-446/MK.02/2020 hal Persetujuan Penggunaan Dana PNBP pada Mahkamah Agung RI
2. Memastikan alokasi pagu sumber dana PNBP Mahkamah Agung RI dan Badan Peradilan telah masuk dalam DIPA Eselon I MA RI pada Tahun 2021.
3. Setelah masuk dalam DIPA, Mahkamah Agung RI bersurat/menginformasikan kepada Dirjen Perbendaharaan terkait kebijakan penggunaan PNBP
secara Terpusat.
4. Menetapkan pola mekanisme penyetoran PNBP Fungsional dengan cara masing-masing satker menyetorkan PNBPnya secara sendiri-sendiri, namun
menggunakan kode Satker Eselon I yang memiliki DIPA alokasi pagu sumber dana PNBP tersebut.
5. Apabila Mahkamah Agung RI dan Badan Peradilan dibawahnya memiliki transaksi PNBP minimal 2.000 (dua ribu) transaksi per bulan dan per akun,
maka pengajuan permintaan rekonsiliasi ditujukan kepada KPPN Khusus Penerimaan. MA RI mengajukan Surat Permintaan Rekonsiliasi Atas
Rekapitulasi Data PNBP Secara Terpusat beserta data pendukungnya selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya. Hasil Rekonsiliasi akan
dituangkan dalam BAR Penerimaan.
6. Selanjutnya, MA RI mengajukan surat permohonan MP kepada Ditjen Perbendaharaan.
7. Ditjen Perbendaharaan akan menerbitkan SE/Perdirjen Perbendaharaan terkait MP sebagai dasar pencairan dana PNBP oleh Satker pengguna PNBP.

52
TERIMA KASIH

“Mengawal APBN untuk Indonesia Maju”


Telepon (021) 3449230 PSW. 5709 Gedung Prijadi Praptosuhardjo I Lt IV
Faksimili (021) 3813039 SITUS www.djpb.kemenkeu.go.id Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4
Jakarta 10710
53
Aplikasi Otomasi User KL/ES I
STEP 1 b
Khusus untuk pengajuan usulan Tahap I (optional), KL/ES I dapat
menggunakan Sisa MP TAYL yang by system dihitung besaran
maksimal yang dapat digunakan.

STEP 2
Langkah kedua yaitu setelah Batasan Maksimum
Pencairan didapatkan maka KL/ES I
mengalokasikan ke masing-masing satker vertikal.

Kantor Pusat
Satker

KL/ES I mengajukan
Usulan Penerbitan SE
MP PNBP STEP 1 a
menggunakan Modul Langkah pertama yang dilakukan KL/ES I adalah melakukan tagging
MP PNBP Terpusat. data (pengecualian untuk pengajuan usulan Tahap I menggunakan sisa
MP TAYL. Tagging data digunakan sebagai dasar perhitungan MP, yang
by system akan dikalikan dengan besaran ijin penggunaan PNBP
sehingga menghasilkan Batasan Maksimum Pencairan yang dapat
diajukan.
Aplikasi Otomasi User DIT.PA

Semua Validasi dilakukan


oleh system:
1. Jumlah setoran PNBP
s.d tahap ini;
2. Batasan MP yang
dapat diajukan
berdasarkan perkalian
antara jumlah setoran
PNBP dengan
dikalikan dengan
DIT.PA besaran ijin
penggunaan PNBP
Dit.PA memproses 3. Perhitungan
pengajuan usulan penggunaan sisa MP
penerbitan SE MP dari TAYL termasuk untuk
KL/ES I menggunakan Proses review pengajuan dilakukan dari KL/ES I melakukan
Modul MP PNBP mulai level Staff, Kepala Seksi dan Kasubdit. pelunasan Sebagian.
Terpusat Pada masing-masing level memberikan 4. Validasi Besaran
catatan Persetujuan/Penolakan usulan. alokasi per satker
(tidak boleh melebihi
pagu belanja dan
kurang dari realisasi
belanja).
Aplikasi Otomasi

Progress Implementasi Modul MP PNBP:


1. Telah diterbitkan Perdirjen Perbendaharaan No.PER-21/PB/2020 tentang
Mekanisme Penetapan Maksimum Pencairan Penerimaan Negara Bukan Pajak
Secara Elektronik sebagai dasar hukum penerapan Modul MP PNBP
2. Telah diterbitkan Kepdirjen No.KEP-262/PB/2020 tentang Penetapan Sekretariat
Jenderal Kementerian ATR/BPN dan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
Kementerian Perhubungan Dalam Penerapan Modul MP PNBP
Aplikasi Otomasi

Tindak Lanjut
1. Akan diterbitkan Kepdirjen Penetapan K/L utk penerapan
Modul MP PNBP Tahap II (Kementerian Agama,Ditjen Hubdat
dan Ditjen Hubud).
2. Arahan: tahun 2021, Modul MP PNBP diterapkan ke seluruh
K/L yang mempunyai satker pengguna PNBP secara Terpusat.

Anda mungkin juga menyukai