Anda di halaman 1dari 3

Nama : Esa Balqis Salsabila

NPM : 260110180019
Kelas A 2018
Resume Biofarmasetika

Faktor Fisiologik dan Faktor Patologik yang Mengubah Aktivitas Obat

➢ Aktivitas Obat

Efek suatu obat didalam tubuh manusia tidak selalu sama. Perbedaan yang terjadi dapat
terjadi dikarenakan:

o Penyebab Endogen berkaitan dengan genetic, yaitu keadaan fisiologik
dan patologik bagaimana suatu organ tubuh berfungsi.

o Penyebab Eksogen bergantung pada lingkungan
Selain itu, terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ADME, penyerapan, difusi,
dll yang dapat mempengaruhi aktivitas farmakologi dari suatu obat. Maka dari itu seluruh
faktor genetic, fisiologik, patologik, serta lingkungan memiliki andil penting dalam
pengambilan keputusan aturan terapeutik.

Faktor Fisiologik
a. Perbedaan Spesies
o Biotransformasi(perubahan hayati) : perubahan hayati ini bergantung pada
perbedaan sistem enzimatik seperti waktu-paruh biologic dari heksobarbital
pada manusia lebih lama dibandingkan tikus. Selain itu bergantung juga kepada
tipe dari metabolisme yang berbeda yaitu senyawa sama dapat memiliki
mekanisme berbeda.
o Eliminasi : setiap spesies memiliki karakteristik air kemih tertentu yang dapat
mempengaruhi proses eliminasi.

b. Faktor Individu
1. Umur: seiring berubahnya umur berubah juga hal-hal seperti farmakokinetik,
difusi, membrane sel, biotransformasi dan eliminasi pada tubuh. Bayi yang baru
lahir memiliki permeabilitas membrane fisiologik yang lebih besar dibandingkan
anak-anak dan dewasa. Pada bayi menyusui juga memiliki biotransformasi
(perubahan hayati) yang berbeda sehingga lebih peka terhadap obat yang hanya
aktif setelah mengalami perubahan, dan proses eliminasi yang berjalan lambat.
Sedangkan pada usia lanjut terjadi penurunan aktivitas fungsi organ tubuh
seperti penurunan laju klirens obat Obat-obat yang memiliki efek sedative dan
hipnotik akan berkurang efeknya namun meningkat toksisitasnya.
2. Jenis kelamin: secara umum efek samping obat lebih sering dirasakan
pada wanita.
3. Morfotipe : pemberian obat dengan dosis sama namun morfotipe berbeda dapat
menyebabkan perbeaan penyebaran dan akumulasi obat yang dapat
menyebabkan keadaan dosis kurang atau kelebihan dosis.
4. Kelainan genetik : kelainan genetic dapat mempengaruhi metabolisme dari suatu
obat.
5. Kehamilan : pada kehamilan terjadi perubahan kandungan air yang dapat
mempengaruhi distribusi obat, dan terjadi perubahan seperti reaksi
detoksifikasi yang berkurang.
6. Keadaan gizi : dapat mempengaruhi pada fase penyerapan dan fase perubahan.
7. Ritme biologic : perlu dipertimbangkan penerimaan seseorang terhadap
obat sebagai fungsi dari ritme waktu.

➢ Faktor Patologik
a. Faktor penyulit dan penurun efek obat
o Absorpsi di saluran cerna dapat terganggu oleh: peningkatan transit yang
mengurangi waktu kontak antar zat aktif-mukosa usus sebabkan penyerapan
berkurang, pengeluaran getah lambung seperti penyerapan zat besi yang
dicegah oleh asam klorida lambung, dan keadaan mukosa yang apabila terluka
dapat menghambat penyerapan.
o Absorpsi parenteral: hanya terjadi ketika peredaran darah perifer melambat
atau jaringan mengalami edema.
o Eliminasi melalui ginjal: peningkatan eliminasi yang disebabkan
oleh asidosis/alkalosis dapat memperpendek lama-aksi obat.
b. Faktor penyulit peningkat obat
o Absorpsi: penyerapan perkutan yang berlebihan dapat dipermudah oleh keadaan
kulit terbakar, borok, atau mukosa luka.
o Difusi : peradangan pada otak dapat mempermudah difusi penisilin dan
streptomisin pada otak.
o Keadaan hati: contohnya ialah penyakit ikterus dapat menurunkan katabolisme
kodein dan amfetamin.
o Keadaan ginjal : penurunan fungsi ginjal dapat sebabkan penimbunan dan
berakibat toksik.
o Hubungan endokrin & metabolisme : penurunan fungsi kelenjar endokrin
dapat menganggu metabolism obat seperti tiroksin dan hormone tiroid
menghambat metabolisme amfetamin.

➢ Faktor Lingkungan

1. Makanan dan diet : kekurangan makanan dapat menghambat fungsi tubuh serta
metabolisme obat.
2. Toksikomania (kecanduan) : kecanduan alcohol dapat mempengaruhi klirens
obat pada ginjal.
3. Cemaran udara dan air : sulit menjelaskan keadaan reaksi pada tubuh apabila
terdapat pencemaran tersebut.
4. Faktor meteorologi (suhu, sinar, kelembaban, udara) : perubahannya dapat
mempengaruhi kompartemen tubuh. Seperti radiasi meningkatkan pembentukan
NADPH.
5. Stress dan kelelahan

Anda mungkin juga menyukai