METABOLISME
DISUSUN
KELAS : 3 FAR 1
NO BP : 15160027
PADANG
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
Metabolisme adalah semua reaksi kimia yang terjadi didalam organisme, termasuk
yang terjadi ditingkat selular secara umum metabolisme memiliki dua arah lintasan reaksi
kimia organik. Ada katabolisme yaitu reaksi penguraian molekul senyawa organik untuk
mendapatkan energi. Dan anabolisme yaitu reaksi yang merangkai senyawa organik dari
molekul tertentu untuk diserap didalam tubuh. Kedua arsah lintasan metabolisme
diperlukan setiap organisme untuk dapat bertahan hidup.arah lintasan metabolisme
ditentukan oleh suatu seyawa yang disebut sebagai hormon dan dipercepat (dikatalis) oleh
enzim. Pada senyawa organik penentu arah reaksi kimia disebut promoter dan penentu
percepatan reaksi kimia disebut katalis.
Beberapa molekul yang terlibat dalam metabolisme antara lain: Enzim ( apoenzim,
kofaktor)
BAB 2
PEMBAHASAN
Kebanyakan biotransformasi metabolik terjadi pada saat antar absorpsi obat tersebut
kedalam sirkulasi umum dan eliminasinya melalui ginjal. Beberapa biotransformasi terjadi
didalam lumen usus atau didinding usus. Pada umumnya reaksi ini dapat dimasukkan dalam
satu reaksi fase I dan reaksi II.
Reaksi fase I biasanya mengubah obat asal (parent drug) menjadi metabolit yang lebih polar
dengan menambahkan atau melepaskan suatu gugusan fungsional (-OH, -NH2 –SH)
metabolit ini sering bersifat tidak aktif walaupun pada beberapa keadaan aktifitas hanya
berubah saja, reaksi ini terdiri dari oksidasi, reduksi, dan hidrolisis. Jika metabolit reaksi fase
I cukup polar, maka reaksi biasa dapat dieksresikan dengan mudah. Obat dapat mengalami
reaksi fase I saja , atau reaksi fase II saja atau reaksi fase I diikuti fase II.
Reaksi fase II Parent-drug atau metabolit fase I yang mengandung gugusan kimia yang
sesuai sering mengalami coupling atau konyugasi dengan substansi endogen menghasilkan
suatu konyugat obat. Pada umumnya, konyugat adalah molekul polar yang mudah
dieksresikan dan biasanya bersifat inaktif. Pembentukan konyugat membutuhkan intermediat
energi tinggi dan enzim yang spesifik. Konyugasi obat pernah dianggap inaktivasi obat yang
terakhir dan pernah dipandang sebagai reaksi “detoksifikasi yang sesungguhnya” namun
konsep ini harus disesuaikan karena sekarang diketahui reaksi konyugasi tertentu (asil
glukoronidasi obat anti-inflamasi nonsteroid dan N-asetilasi dari isoniazid) bisa membentuk
senyawa yang reaktif yang menyebabkan efek hepatotoksisitas obat.
Induksi Enzim
Induksi menghasilkan suatu kecepatan metabolisme dan biasanya menyebabkan
pengurangan dalam aksi farmakologik daripada penginduksi tersebut dan juga obat-
obat diubah menjadi metabolit yang aktif induksi enzim yang bisa menimbulkan
toksisitas jaringan karena metabolit tersebut. Induksi juga bisa dikatakan peningkatan
sintesa enzim metabolisme pada tingkat transkripsi sehingga terjadi peningkatan
kecepatan metabolisme obat yang menjadi substrat enzim yang bersangkutan
akibatnya diperlukan peningkatan dosis obat tertentu (toleransi farmakokinetik)
karena melibatkan sintesis enzim maka diperlukan waktu pajanan beberapa hari
(3hari-1minggu) sebelum dicapai efek yang maksimal.
Inhibisi Enzim
Hambatan yang terjadi secara langsung, dengan akibat peningkatan kadar obat yang
menjadi substrat dari enzim yang dihambat juga terjadi secara langsung. Untuk
mencegah terjadina toksisitas diperlukan penurunan dosis obat yang bersangkutan
atau bahkan tidak boleh diberikan bersamaan dengan penghambatnya (kontra
indikasi) jika akibatnya membahayakan. Hambatan tersebut ada yang bersifat
kompetitif (merupakan substrat dr enzim yang sama) dan juga non-kompetitif (bukan
substrat dr enzim yg bersangkutan)
Pemberian dosis dan frekuensi yang diperlukan untuk mecapai kadar obat yang efektif
dalam darah dan jaringan bervariasi untuk penderita yang berlainan karena adanya perbedaan
individual didalam distribusi obat serta kecepatan metabolisme dan eliminasi obat. Perbedaan
ini ditentukan oleh faktor-faktor genetik, dan variabel non genetik seperti umur, jenis
kelamin, ukuran hati, fungsi hati, suhu tubuh, dan lingkungan seperti pemaparan bersamaan
terhadap inhibitor metabolisme obat. Penjelasannya sebagai berikut:
Faktor genetik
-polimorfisme oksidase = disebabkan oleh ekspresi yang keliru dari sitokrom P450
protein yang dihasilkan absennya isozim yang diperlukan.
-polimorfisme stereoselektif aromatik = disebabkan oleh suatu mutan p450 isozim
yang sangat mirip dengan yang normalnya tetapi memberikan ekspresi yang salah.
Faktor lingkungan
Misalnya perokok sigaret memetabolisasi beberapa jenis obat secara lebih cepat
dibandingkan dengan bukan perokok sebab adanya induksi enzim.
Umur dan jenis kelamin
Penyakit-penyakit akut dan kronis yang dipengaruhi struktur dan fungsi hati sangat
mempengaruhi metabolisme beberapa obat-obatan. Keadaan demikian meliputi akumulasi
lemak, hepatitis alkohol, hemokromatosis, sirosis bilier dsb. Tergantung dengan berat
penyakitnya, keadaan ini akan merusak enzim metabolisme obat terutama enzim oksidase
mikrosomal dan karenanya sangat mempengaruhi eliminasi obat. Misalnya waktu paruh
klordiazepoksida dan diazepam pada penderita dengan perpanjangan efek obat. Akibatnya
obat obat ini bisa menyebabkan koma pada penderitan dengan penyakit hati wlaupun hanya
dengan dosis biasa.
Penyakit jantung, dengan mengurangi aliran darah kehati bisa menggangu alran obat
(drug disposition) dari obat yang metabolismenya bersifat flow-limited. Penyakit paru bisa
juga mempengaruhi metabolisme obat seperti yang ditunjukan oleh adanya gangguan
hidrolisa prokainamida pada penderita penyakit pernafasan kronisdan peingkatan paruh
waktu antipirin pada pendrita kanker par-paru.
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sulistia gan gunawan, (2012) Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen farmakologi
terapeutik, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia 2007.
Katzung, G Bertram, Farmakologi dasar dan Klinik Edisi VI, Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.