Anda di halaman 1dari 4

Pengaruh Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Informasi Terhadap Civil Society di

Indonesia Pada Masa Pasca Reformasi Tahun 1998


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu Sejarah Indonesia

Disusun oleh :
Adinda Dwi Septyasarie Pratama (181910356)
XII IPA 1
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 CIANJUR
Jalan Pangeran Hidayatullah No. 62 Kabupaten Cianjur.
Telp. (0263) 261295 Web : www.sman1cianjur.sch.id
Email : sman1cjr@yahoo.co.id
1.1 Latar Belakang
Perkembangan globalisasi yang sedang berlangsung sekarang ini membawa dampak
tersendiri bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Kemajuan teknologi komunikasi telah
membabat habis batas-batas yang mengisolasi kehidupan manusia. Karena itu, lahirlah apa yang
disebut masyarakat terbuka (open society) dimana terjadi aliran bebas informasi, yakni manusia,
perdagangan, serta berbagai bentuk-bentuk aktivitas kehidupan global lainnya yang dapat
menyatukan umat manusia dari berbagai penjuru dunia.
Media massa, baik surat kabar, radio, televise, maupun film, telah menjadi sahabat bagi
kehidupan masyarakat di era globalisasi ini. Hal ini begitu terasa sejak tumbangnya Presiden
Soeharto pada Mei 1998. Kebebasan yang dituntut banyak pihak atas “kekangan” selama Orde
Baru berimbas pada tuntutan kebebasan pers, meskipun tetap berpedoman kepada pers Pancasila
atau pers yang bebas bertanggung jawab.
Era reformasi dalam kehidupan pers Indonesia diawali dengan melonggarnya birokrasi dalam
sistem penerbitan pers. Kewajiban media massa nantinya hanya berbadan hukum, penanggung
jawab dan alamatnya jelas, serta percetakannya dicantumkan. Selama hampir satau decade era
reformasi dilalui, media massa di tanah air tumbuh bak jamur di musim hujan. Pers diharapkan
akan lebih otonom dan independen dalam menjalankan fungsinya. Ia menjadi salah satu pilar
demokrasi, dengan tugas utamanya mengoptimalkan fungsi kontrolnya. Berbagai sisi kehidupan
dijadikan tema penerbitan, mulai dari anak-anak, wanita, kriminal, politik, ekonomi, agama,
remaja, dan sebagainya, menjadi tema penerbitan dan penyiaran. Masyarakat mempunyai banyak
alternatif untuk memilih jenis media yang dianggap sesuai. Kebebasan dalam pemberitaan
ataupengungkapan suatu peristiwa lebih gambling dan transparan selama era reformasi, kondisi
ini sejalan dengan konsep “masyarakat madani” yang beberapa tahun terakhir dipopulerkan oleh
cendekiawan Muslim Nurcholis Madjid.
1.2 Masyarakat Madani (Civil Society)
Masyarakat madani (Civil Society) adalah sebuah konsep dalam bentuk masyarakat yang
sering di perbincangkan hingga saat ini. Makna dan arti dari civil society sendiri bermacam-
macam dan bervariasi. Civil society dalam bahasa Indonesia mengandung banyak istilah dimana
istilah yang satu dengan lainnya hampir sama. Istilah-istilah tersebut dicetuskan oleh orang-
orang yang berbeda seperti Masyarakat Sipil (Mansour Fakih), Masyarakat Kewargaan (Franz
Magnis Suseno dan M. Ryaas Rasyid), Masyarakat Madani (Anwar Ibrahim, Nurcholis Madjid,
dan M. Dawam Rahardjo).
Konsep civil society ini merupakan wacana yang telah mengalami proses yang panjang.
Konsep masyarakat madani atau civil society ini merupakan bangunan yang lahir dari sejarah
pergulatan bangsa Eropa Barat2 . Yakni muncul bersamaan dengan proses modernisasi, terutama
pada saat adanya transformasi dari masyarakat feodal menuju masyarakat modern.
Makna lain bagi istilah civil society yaitu adanya penekanan pada ruang (space) yang
dimana individu dan kelompok masyarakat saling berinteraksi dalam semangat toleransi di suatu
wilayah atau negara. Di dalam ruang tersebut masyarakat berpartisipasi dalam proses pembuatan
kebijakan publik. Selain itu ada juga yang memahami civil society sebagai sebuah asosiasi
masyarakat yang beradab dan sukarela hidup dalam suatu tatanan sosial dimana terjadi mobilitas
yang tinggi dan kerja sama antar seluruh elemen masyarakat.
Dapat dikatakan bahwa civil society merupakan suatu ruang (space) yang terletak antara
negara di satu pihak dan masyarakat di pihak lain, dan di dalam ruang tersebut terdapat asosiasi
warga masyarakat yang bersifat sukarela dan terbangun sebuah jaringan hubungan di antara
asosiasi tersebut. Oleh karena itu, civil society merupakan suatu bentuk hubungan antara negara
dengan sejumlah kelompok sosial dan gerakan sosial yang ada dan bersifat independen terhadap
Negara.
Dari berbagai pengertian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa civil
society berwujud kedalam berbagai organisasi yang dibuat masyarakat secara otonom diluar
pengaruh negara. Eksistensi organisasi-organisasi ini memberikan peluang bagi adanya ruang
publik (public sphare) yang memungkinkan untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan
tertentu. Wujud lain dari civil society ini seperti Lembaga swadaya masyarakat (LSM),
organisasi sosial keagamaan, paguyuban, dan kelompok-kelompok kepentingan lainnya.
1.3 Perkembangan Sistem Teknologi Komunikasi dan Informasi
Informasi merupakan unsur pokok yang secara implisit melekat dalam konsep
pembangunan yang terencana. Meskipun peranan informasi dalam beberapa dekade kurang
mendapat perhatian, namun sesungguhnya kebutuhan akan informasi dan komunikasi itu
merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dari kebutuhan sandang dan pangan manusia.
Kegiatan pembangunan manapun juga hanya dapat berlangsung dan mencapai sasaran bila dalam
setiap tahapannya – perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan- didasarkan pada informasi yang
memadai. Informasi memang diperoleh melalui kegiatan komunikasi tetapi yang sesungguhnya
yang menentukan nilai komunikasi adalah informasi yang dibawa.
Revolusi informasi, biasanya difahami sebagai perubahan yang dihasilkan oleh teknologi
informasi. Dua bentuk teknologi komunikasi manusia yang terpenting adalah teknologi untuk
menyalurkan informasi dan sistem komputer modern untuk memprosesnya. Dikatakan revolusi
karena dapat memberikan perubahan yang amat cepat dalam kehidupan manusia. Hal yang
mendasar dari teknologi komunikasi dan informasi adalah standar. Sementara itu, perkembangan
jaringan amat membutuhkan sebuah standar sistem operasional. Ketika seseorang menggunakan
jaringan untuk berkomunikasi dengan orang lain, maka sesungguhnya dia secara tidak langsung
membutuhkan sistem yang kompatibel antara satu dengan lainnya.. Keterikatan antara standar,
jaringan dan sistem ibarat perekat dalam menunjang komunikasi bersama. Teknologi memang
dapat memberi berbagai dampak positif dan negatif, tetapi dengan pemahaman yang paripurna
terkait problematika dan dinamika teknologi yang berkembang, maka setiap individu dan
masyarakat yang ada di sebuah Negara akan menjadi Penguasa teknologi dan bukan sebaliknya
menjadi masyarakat yang dikuasai dan dikendalikan oleh teknologi.
1.4 Pengaruh Perkembangan Sistem Teknologi Komunikasi dan Informasi Terhadap Civil
Society di Indonesia Pada Masa Pasca Reformasi Tahun 1998
Lebih jauh, mengenai pengaruh perkembangan sistem teknologi komunikasi dan
informasi terhadap civil society di Indonesia pada masa pasca reformasi tahun 1998, yaitu
sebagai berikut. Memperluas pandangan, peranan ini membuat media massa seumpama sebuah
puncak bukit, dalam hal ini masyarakat penerima informasi itu sendiri. Mereka bisa melihat ke
sekelilingnya dengan lebih luas, melewati batas-batas yang menghalangi pandangan. Kondisi
begitu terasa pada media massa dalam masyarakat madani, dimana telah terjadi globalisasi media
massa dan tanpa batas. Perkembangan media massa dengan kecanggihan teknologi komunikasi
yang diprgunakan, membuat ruang, waktu, dan jarak semakin singkat.
Penikmat media massa bisa melihat, merasakan, menikmati, dan mengetahui berbagai
kejadian yang terjadi di belahan dunia lain. Dunia tanpa batas yang hadir melalui media massa
berdampak kepada perubahan cara pandang masyarakat, bisa ke arah yang lebih baik tetapi juga
bisa ke arah yang buruk.
Penyalur umpan balik, kebijakan pembangunan dari pemerintah bukan saja bisa diterima
masyarakat lewat media massa, melainkan juga melalui media massa masyarakat bisa diajak
membahas dan bersuara demi peningkatan partisipasi, artinya feedback dari masyarkat dapat
disalurkan melalui media massa. Dalam kehidupan masyarakat madani, feedback dari
masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengontrol arus pembangunan yang dilaksanakan. Media
massa merupakan temapat yang tepat bagi penyaluran feedback tersebut karena bisa menyentuh
berbagai kalangan, terutama pemerintah. Berdasarkan uraian di atas, maka secara seerhana ada
empat asumsi kondisi perkembangan sistem teknologi komunikasi dan informasi khususnya
media massa dalam kehidupan masyarakat madani, yaitu adanya keterbukaan dalam proses
penyebaran informasi melalui media massa, terciptanya sebuah agenda dalam proses penyebaran
berota dan informasi, adanya hubungan yang baik antara sesama media massa, pemerintah, dan
masyarakat, serta tidak menyimpulkan sesuatu hal.

Anda mungkin juga menyukai