Anda di halaman 1dari 3

NAMA : PRADNYANA WIMA SARITTWA

KELAS : XI MIPA 3
NO.ABSEN : 34
SENI BUDAYA – 17/03/21

EVALUASI TARIAN SEMARA DUDU

• JUDUL : Tari Semara Dudu


• FUNGSI :
Fungsi tari kreasi atau tari semara dudu pada umumnya berfungsi sebagai hiburan atau
tontonan/pertunjukan. Dengan ditampilkan tarian ini kita dapat mengambil makna bahwa
kita harus saling memahami perbedaan. Melalui seni kita bisa menciptakan kedamaian dan
ketentraman walaupun banyak terdapat perbedaan.
• JENIS TARI : Tari Kreasi Baru
• DESKRIPSI :
a. Tata panggung :
Tata panggung dalam Tari Semara Dudu dilakukan di panggung terbuka di kalangan
Angsoka Art Center.
b. Tata rias :
Tata rias yang digunakan dalam tari kreasi Semara Dudu adalah tata rias panggung putri
halus, seperti tata rias tari umumnya dengan fungsi menonjolkan karakter. Adapun
perlengkapan yang digunakan dalam tata rias garapan Semara Dudu menurut saya adalah
menggunakan make up, pakaian yang indah dan juga menggunakan beberapa aksesoris
sehingga terlihat sangat anggun.
c. Tata busana
Penataan kostum tari kreasi Semara Dudu menggunakan ciri kostum tari yang telah
ada. Pengembangan dalam kostum garapan disesuaikan dengan ide, konsep dan
kebutuhan garapan dengan masih mempertahankan penggunaan Galungan pada
bagian kepala.
d. Properti :
Properti yang digunakan pada tari kreasi Semara Dudu yaitu kipas, dan topeng pada
saat pertunjukan tari berlangsung.
• ANALISIS :
Asal usul barong landung ditampilkan apik dalam sebuah tari kreasi. Berjudul
Semara Dudu. Ditampilkan oleh seniman muda dari Sanggar Seni Kalingga, Banjar Teba,
Kelurahan Jimbaran, Badung dalam pementasan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 di
kalangan Angsoka Art Center Denpasar. Tari ini digarap oleh Kadek Ayu Era Pinatih
Tari Semara Dudu mengangkat kisah cinta segitiga antara Jayapangus, Kang Cing
Wei dan Dewi Danu. Uniknya meski mengisahkan tiga tokoh namun dalam tarian ini hanya
ditampilkan oleh dua orang. Dimana karakter Kang Cing Wei dan Dewi Danu ini ditarikan
oleh satu penari.
Berawal dari kisah Bali Kuno, yang menceritakan sebuah Kerajaan Balingkang.
Dari sinilah kisah kemunculan Barong Landung dimulai. Ketika itu, seorang raja bernama
Sri Jaya Pangus memerintah Kerajaan Balingkang. Pada masa pemerintahannya,
kehidupan masyarakat amatlah makmur. Kerajaan tenteram dari segi ketahanan militer
hingga perdagangannya. Dari hubungan perdangan inilah rumor tentang kemakmuran
kerjaan ini terdengar hingga negeri cina.
Para saudagar Cina pun memutuskan datang dan menjalin hubungan pertemanan
dengan kerajaan yang diperintah oleh Sri Jaya Pangus. Dari hubungan ini, lambat laun Sri
Jaya Pangus menemukan sorang wanita Cina pujaan hatinya. Wanita ini bernama Kang
Ching Wie, putri seorang saudagar Cina yang kaya raya. Raja Balingkang ini akhirnya
memutuskan meminang putri saudagar tersebut menjadi permaisurinya. Pinangan sang raja
disetujui, hingga digelarlah upacara pernikahan yang amat megah. Seisi kerajaan dan
seluruh rakyat ikut bersuka cita merayakannya.
Bertahun-tahun lamanya setelah pernikahan Sri Jaya Pangus dan Kang Cing We,
kedua mempelai ini belum juga dikaruniai seorang anak. Ini membawa kesedihan yang
amat mendalam pada pihak kerajaan dan seluruh rakyat Kerajaan Balingkang. Keadaan
kerajaan saat itu menjadi sangat muram.
Hampir tidak pernah diadakan perayaan ataupun acara-acara hiburan oleh kerajaan ataupun
masyarakat. Hal-hal yang besifat hura-hura sengaja tidak dilakukan, untuk ikut berbela
sungkawa atas kejadian ini. Tertekan dengan apa yang terjadi, akhirnya Raja Sri Jaya
Pangus memutuskan pergi meninggalkan Kang Cing We untuk mencari pencerahan.
Pertualangan pun dilakukan oleh sang raja, hingga akhirnya membuat sang raja terdampar
di sebuah tempat di kaki gunung batur.
Di tempat itu Sri Jaya Pangus memutuskan untuk bermeditasi. Kehadiran sang raja
ternyata menarik hati seorang dewi yang menguasai daerah tersebut. Dewi ini bernama
Dewi Danu. Ia merupakan dewi penunggu Danau Batur. Ditemani oleh para kerabatnya,
sang dewi akhirnya menggoda sang raja yang terbangun dari meditasinya.
Raja Kerajaan Balingkang inipun akhirnya tergoda, dan memutuskan menikahi Dewi
Danu.
Singkat cerita, bertahun-tahun lamanya menunggu, Kang Cing We menatap
kesedihan karena sang suami tidak pernah pulang ke kerajaan. Dari rasa penasarannya,
akhirnya permaisuri Kerajaan Balingkang ini memutuskan berpetualang untuk mencari
suaminya. Melewati hutan belantara dihadapi, namun perjalanan beliau terhalang oleh
angin kencang, beliau berusaha untuk melewatinya, tapi akhirnya Kang Cing We terjatuh
di sebuah hutan dan tepat di tempat suaminya terdampar dulu. Di sini akhirnya Kang Cing
We bertemu dengan seorang anak yang tidak lain adalah anak dari perkawinan suaminya
yaitu Raja Sri Jaya Pangus dan Dewi Danu.
Menjumpai kenyataan itu, Kang Cing We merasa kecewa dan sakit hati, lalu
memutuskan untuk menyerang Dewi Danu yang merebut suaminya. Serangan dari Kang
Cing We mendapat respon negatif dari Dewi Danu, dan akhinya karena kemarahannya
iapun mengeluarkan pasukannya yang berbentuk raksasa dan memporak porandakan
pasukan Kang Cing We. Tak tega melihat keadaan istri pertamanya yaitu Kang Cing We,
sang raja akhirnya memutuskan untuk melindungi Kang Cing We dari serangan Dewi
Danu.
Raja menyadari cintanya kepada Kang Cing We tidak akan pernah mati walaupun
telah lama meninggalkan permaisurinya tersebut. Melihat Kang Cing We dan Sri Jaya
Pangus bersatu, membuat Dewi Danu kecewa. Dalam kecewanya, ia pun mengutuk kedua
pasangan ini menjadi patung.
Berita tentang berubahnya Sri Jaya Pangus dan Kang Cing We menjadi patung,
menyebabkan luka yang sangat mendalam bagi rakyat Kerajaan Balingkang. Kesedihan
rakyat ini akhirnya membuat Dewi Danu tersadar telah berbuat kesalahan. Ia pun kemudian
datang ke kerajaan tersebut membawa seorang anak yang merupakan anak Sri Jaya Pangus.
Dengan kedatangan Sang Dewi, rakyat Balingkang pun memutuskan mengangkat anak
dari Sri Jaya Pangus menjadi penerus menggantikan raja. Sang Dewi pun mengingatkan
rakyat Balingkang untuk terus menghormati dan mengenang mendiang raja serta
permaisurinya. Kedua pasangan ini merupakan sosok seorang pelindung, dimana semasa
pemerintahannya Kerajaan Balingkang menjadi makmur, aman dan tenteram. Sri Jaya
Pangus dan Kang Cing We juga disimbolkan sebagai pasangan yang memiliki cinta sejati.
Untuk selalu mengenang jasa-jasa sang raja, rakyat Balingkang akhirnya memutuskan
untuk memanifestasikannya ke dalam sebuah barong. Mengingat Raja Sri Jaya Pangus dan
Kang Cing We di kutuk oleh Dewi Danu. Dari patung itulah rakyat Balingkang membuat
sepasang arca, sehingga arca inilah sebagai Barong Landung.
• KEUNIKAN :
Keunikannya lantaran garapan Semara Dudu terletak pada penari yang menarikan
sosok Kang Cing Wei sekaligus Dewi Danu diperankan oleh satu orang. Pada tubuh tubuh
bagian depan berperan sebagai Dewi Danu dan tubuh bagian belakang berperan sebagai
Kang Cing Wei.

Anda mungkin juga menyukai