Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

UJIAN MID PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK


Dosen Pengampu : Drs.Dadang Mulyana,M.Pd

OLEH :

Nama : DICKY ANDREAS SARAGIH


Nim : 5163131010
Kelas : Reguler A 2016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
SOAL DAN JAWABAN

1.JELASKAN LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DITEMPUH DALAM MEMBUAT


SUATU PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK ?

JAWAB :

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membuat suatu perencanaan instalasi


listrik:

1. Gambar situasi
Gambar situasi adalah gambar yang menunjukan dengan jelas letak bangunan
instalasi tersebut akan dipasang dan rencana penyambungannya dengan jaringan
listrik PLN

2. Gambar instalasi
Pada gambar instalasi meliputi:

a. Rancangan tata letak yang menunjukan dengan jelas tata letak perlengkapan
listrik beserta sarana pelayanannya( kendalinya ) seperti titik lampu, saklar,
stop kontak, panel hubung bagi dan lain lain
b. Rancangan hubungan peralatan dengan pengendalinya .
c. Gambar hubungan antara bagian bagian dari rangkaian akhir , serta
pemberian tanda yang jelas mengenai setiap peralatan atau pesawat listrik.
3. Gambar diagram garis tunggal yang tercantum. Dalam diagram garis tunggal ini
meliputi :
a. Diagram PHB lengkap dengan keterangan mengenai ukuran dan besaran
nominal komponennya.
b. Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang dan
pembaginya
c. Ukuran dan besar penghantar yang dipakai.
d. Sistem pembumiannya.
4. Gambar detail

Gambar detail meliputi :

a. Perkiraan ukuran fisik dari panel


b. Cara pemasangan alat listrik

2
c. Cara pemasangan kabel
d. Cara kerja instalasi kontrolnnya.

Selain langkah langkah diatas, dalam merancang instalasi penerangan dan


tenaga , juga dilengkapi dengan analisa data perhitungan teknis mengenai susut
tegangan , beban terpasang, dan kebutuhan beban maksimum , arus hubung
singkat , dan daya hubung sinkat.

2.JELASKAN PERATURAN-PERATURAN YANG BERLAKU UNTUK SUATU


PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK DI INDONESIA ?

JAWAB :

1. Melindungi manusia terhadap bahaya sentuhan dan kejutan arus listrik.


2. Keamanan instalasi dan peralatan listrik.
3. Menjaga gedung serta isinya dari bahaya kebakaran akibat gangguan listrik.
4. Menjaga ketenagaan listrik yang aman dan efisien.
Agar energi listrik dapat dimanfaatkan secara aman dan efisien, maka ada
syarat-syarat yang harus dipatuhi oleh pengguna energi listrik. Peraturan instalasi
listrik terdapat dalam buku Peraturan Umum Instalasi Listrik atau yang seing
disingkat dengan PUIL. Di mulai dari tahun 2000, kemudian direviri tahun 1987, dan
terakhir tahun 2000. Sistem instalasi listrik yang dimulai dari sumber listrik
(tegangan, frekwensi), peralatan listrik, cara pemasangan, pemeliharaan dan
keamanan, sudah diataur dalam PUIL. Jadi setiap perencana instalasi listrik,
instalatir (pelaksana), Operator, pemeriksa dan pemakai jasa listrik wajib
mengetahui dan memahami Peraturan Umum Instalasi listrik (PUIL).

PUIL tidak berlaku bagi beberapa sistem intalasi listrik tertentu seperti :

1. Bagian instalasi tegangan rendah untuk menyalurkan berita atau isyarat.


2. Instalasi untuk keperluan telekomunikasi dan instalasi kereta rel listrik.
3. Instalasi dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel listrik, dan kendaraan
yang digerakan secara mekanis.
4. Instalasi listrik pertambangan di bawah tanah.
5. Instalasi tegangan rendah tidak melebihi 25 V dan daya kurang dari 100 W.
6. Instalasi khusus yang diawasi oleh instansi yang berwenang (misalnya :
instalasi untuk telekomunikasi, pengawasan, pembangkitan, transmisi,
distribusi tenaga listrik untuk daerah wewenang instansi kelistrikan tersebut).
Instalasi Listrik Dasar10Pada ayat 103 A1 dari PUIL merupakan peraturan lain yang
berkaitan dengan instalasi listrik, yakni :

3
a.Undang-Undang No. 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.

b.Peraturan Bangunan Nasional.

c.Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972, tentang Perusahaan Listrik Negara.

d.Peraturan lainnya mengenai kelistrikan yang tidak bertentangan dengan PUIL.

Suatu peralatan listrik boleh dipergunakan untuk instalasi apabila :

1. Memenuhi ketentuan-ketentuan PUIL 2000.


2. Telah mendapat pengesahan atau izin dari instansi yang berwenang (ayat
202 A2)
Berdasarkan ketentuan PUIL 2000 ayat 202 B1 : semua instalasi yang selesai
dipasang sebelum dipergunakan harus diperiksa dan diuji lebih dahulu. Menurut ayat
110 T16, tegangan dibagi menjadi :

a.Tegangan rendah ( sampai 1000 V)

b.Tegangan Menengah (1000 V – 20 kV)

c.Tegangan Tinggi ( di atas 20 kV)

3.JIKA DIKETAHUI SEBUAH LABORATORIUM YANG TERDIRI DARI DUA BUAH


RUANGAN. RUANGAN I DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN DAN PENGUJIAN,
SEDANGKAN RUANGAN II DIGUNAKAN SEBAGAI TEMPAT PRAKTEK INSTALASI
LISTRIK. UKURAN RUANGAN TERSEBUT ADALAH 12 X 8 METER, DENGAN TINGGI
PLAPON 3 METER.

a. Hitung intensitas penerangan untuk kedua ruang tersebut jika faktor pemakaian
sebesar 0,8 dan faktor pemeliharaan 0,75, perbandingan tinggi ruangan sebesar
1 satuan dan efisiensi lampu sebesar 20 lumen/watt.
b. Hitunglah jumlah daya dan jumlah lampu yang diperlukan untuk masing-masing
ruangan apabila intensitas matahari yang masuk ke ruangan tersebut sebesar
200 lux.
c. Apabila pada ruangan II tersambung pada instalasi tenaga yang masing-masing
melayani motor listrik dengan daya 5 kW, 8 kW, 6 kW dan 2 kW. Buatlah
rancangan gambar cara pemasangan instalasinya dengan menggunakan
diagram satu garis.
d. Rencanakan untuk sistem pentanahan pada ruang laboratorium tersebut.

JAWAB :

A.HITUNG Ep UNTUK KEDUA RUANGAN :

DIK : P = 8 Meter
L = 12 Meter
H = 3 Meter
M.F = 0,8
C.U = 0,75

4
s/h = 1 Satuan
Eff = 20 Lumen/Watt

⮚ Ruangan I :
Total Lumen x MF x CU
Rumus : Ep=
A

ExA
Cari Total Lumen Terlebih dahulu dengan rumus : Lumen=
MF x CU

E = 200 Lux ( Standar SNI Karena perlu penerangan lebih untuk ruangan pengukuran )

200 x 12 x 8
Lumen=
0,8 x 0,75

32.000
Lumen= = 53.333,3
0,6

Didapat Total Lumen 53.333,3 (E)

Kemudian dimasukkan ke dalam rumus

53.333,3 x 0,8 x 0,75


Rumus : Ep=
12 x 8

31.999,98
Ep= =333,33 Ø
96

⮚ Ruangan II :
Total Lumen x MF x CU
Rumus : Ep=
A

ExA
Cari Total Lumen Terlebih dahulu dengan rumus : Lumen=
MF x CU

E = 150 Lux ( Standar SNI)

150 x 12 x 8
Lumen=
0,8 x 0,75

24.000
Lumen= = 40.000
0,6

5
Didapat Total Lumen 40.000 (E)

Kemudian dimasukkan ke dalam rumus

40.000 x 0,8 x 0,75


Rumus : Ep=
12 x 8

24.000
Ep= =250 Ø
96

B.Jumlah Daya dan Jumlah Lampu Untuk kedua ruangan

⮚ Jumlah Daya :
1. Ruangan I

Lumen
Ptotal=
Eff

31.998,98
=1598Watt
20

2. Ruangan II

Lumen
Ptotal=
Eff

24.000
=1200Watt
20

⮚ Jumlah Lampu Ruangan I dan II

Jumlah LAMPU Berdasarkan :


H= 3 Meter (Tinggi Kedua Ruangan)
s/h = 1 Satuan (perbandingan tinggi ruangan)
Maka Sisi = 3 X 1 = 3 Meter

Jumlah Sisi Panjang =12/3 = 4


Jumlah Sisi Lebar = 8/3 = 2,6 (Dibulatkan 3)

Maka Jumlah LAMPU Untuk masing masing ruangan I dan II

6
Jumlah sisi panjang x lebar = 4x3 = 12 Lampu

C. SINGLE LINE DIAGRAM TIDAK MENGERTI PAK .


MOHON DIMAKLUMI

D.Perencanaan sistem pentanahan ruangan laboratorium

Dari data data yang sudah didapat mengenai ukuran detail ruangan untuk
laboratorium ,serta kebutuhan lampu ,daya dan pencahayaan maka dapat
dilanjutkan dengan langkah pembuatan sistem pentanahannya seperti
dibawah ini .

Langkah – langkah Untuk rancangan pentanahan ruangan laboratorium nya adalah :

1. Mempersiapkan elektroda pentanahan dan alat – alat bantu pemasangannya.


2. Dilakukan pengecekan tegangan baterai dengan menghidupkan Digital Earth
Resistance Tester . Jika layar tampak bersih tanpa simbol baterai lemah
berarti kondisi baterai dalam keadaan baik. Jika layar menunjukkan simbol
baterai lemah atau bahkan layar dalam keadaan gelap berarti baterai perlu
diganti.
3. Membuat rangkaian pengujian seperti pada gambar 3. dengan menanam
elektroda utama dan elektroda bantu. Menanam elektroda dengan memukul
kepala elektroda menggunakan martil, jika menjumpai lapisan tanah yang
keras sebaiknya jangan memaksakan penanaman elektroda.
4. Menentukan jarak antar elektroda bantu minimal 5 meter dan maksimal 10
meter.
5. Mengukur tegangan tanah dengan dengan mengarahkan range switch ke
earth voltage dan pastikan bahwa nilai indikator 10 V atau kurang. Jika earth
voltage bernilai lebih tinggi dari 10 V diperkirakan akan terjadi banyak
kesalahan dalam nilai pengukuran tahanan.
6. Mengecek penghubung atau penjepit pada elektroda utama dan elektroda
bantu dengan mensetting range switch ke 2000Ω dan tekan tombol ” PRESS
TO TEST ”.
7. Jika tahanan elektroda utama terlalu tinggi atau menunjukkan simbol ” . . . ”
yang
8. berkedip-kedip maka perlu dicek penghubung atau penjepit pada elektroda
utama.
9. Melakukan pengukuran. Mensetting range switch ke posisi yang diinginkan
dan tekan tombol ” PRESS TO TEST ” selama beberapa detik.
10. Mencatat nilai ukur tahanan yang muncul dari Digital Earth Resistance
Tester.
11. Mengembalikan posisi tombol ” PRESS TO TEST ” ke posisi awal.
12. Melakukan pengujian tahanan untuk kedalaman elektroda yang berbeda
dengan langkah 3, 7, 8, 9.
13. Perubahan kedalaman elektroda utama adalah sebesar 0.5 m pada tiap tiap
pengukuran.

7
DAFTAR PUSTAKA

referensi Internet :

https://duniaberbagiilmuuntuksemua.blogspot.com/2017/01/cara-menghitung-
kebutuhan-lampu-dalam-ruangan.html

https://www.slideshare.net/simonpatabang/11-iluminasi-76903784

https://wijayaelektrik.com/blog/53_Cara-Menghitung-Penerangan-Pada-Suatu-
Ruangan.html

Buku dan Jurnal :

Pabla, A.S. 1994. Sistem Distribusi Daya Listrik. Erlangga. Jakarta.

Tadjuddin, 2000. Penerapan SistemGrid Tak Simetri pada Pentanahan Gardu


Induk Bulukamba. Available at http

8
www.elektroindonesia.com/ elektro. Diakses 26 Juni 2005.

Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik


2000 (PUIL 2000).

Wahyono, Budhi Prasetiyo, 2013.

ANALISA PENGARUH JARAK DAN

KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2


ELEKTRODA BATANG, Prosiding SNST ke-4 Tahun 2013 Fakultas Teknik
Universitas Wahid Hasyim Semarang

Anda mungkin juga menyukai