Anda di halaman 1dari 8

Politeknik Transportasi Darat Bali

Program Studi D-III Teknologi Otomotif


Mata Kulaih Kelistrikan Dan Elektronika Dasar
Induktor & Kemagnetan:
Transformator
(Bagian III)

A. Induktor
Induktor yang ideal terdiri dari kawat yang dililit, tanpa adanya nilai resistansi.
Sifat-sifat elektrik dari sebuah induktor ditentukan oleh panjangnya induktor,
diameter induktor, jumlah lilitan dan bahan yang mengelilinginya.
Induktor dapat disamakan dengan kondensator, karena induktor dapat dipakai
sebagai penampung energi listrik. Mekanisme kemagnetan induktor ialah di dalam
induktor disimpan energi, bila ada arus yang mengalir melalui induktor tersebut.
Energi itu disimpan dalam bentuk medan magnit. Bila arusnya bertambah,
banyaknya energi yang disimpan meningkat pula. Bila arusnya berkurang, maka
induktor itu mengeluarkan energi. Pernyataan ini sesuai dengan Hukum lenz yang
dikemukan oleh Heinrich Friedrich Lenz (1804 – 1865). Besaran untuk nilai
induktansi dinyatakan dalam satuan Henry (H), dimana Sebuah induktor akan
memiliki nilai induktansi sebesar 1H jika pada perubahan arus sebesar 1
Ampere/detik bisa menginduksi tegangan 1Volt didalamnya.

Arus Listrik dan Prinsip kemagnetan pada Induktor.


Induksi medan listrik akan muncul jika sebuah induktor dialiri arus listrik. Pada
setiap kawat lilitan akan memancarkan medan listrik dengan arah yang sama
terhadap aliran arus. Peristiwa ini disebut dengan induksi diri (self induction). Fluks
magnetik adalah besarnya akumulasi induksi medan listrik yang muncul pada tiap
lilitan kawat akibat dialiri arus listrik. Kuat medan listrik yang ditimbulkan pada
induktor berubah-ubah terhadap waktu dan menimbulkan timbulnya induksi gaya
gerak listrik (ggl) yang disebut electromotive force (emf).
Induktor secara umum dibentuk dari induktor tunggal seperti yang ditunjukan
pada gambar berikut.
Gambar 1. Struktur dasar induktor tunggal.

Rumus untuk menetukan induksi sendiri (self inductance) dari sebuah induktor
berupa suau lilitan tunggal ialah :

2𝑟
𝐿 = 4 𝜋 𝑟( + 0,33) 10−9 𝑛
𝑑
Dimana,
L = Induksi sendiri dalam satuan Henry (H)
r = jari-jari koker lilitan
d = diameter tebal kawat dalam cm
n = jumlah lilitan
Contoh :
Berapakah besarnya induksi diri sebuah induktor tunggal dengan jari-jari koker
0,5 cm sebanyak 100 lilitan dengan diameter kawat 1 mm?
Jawab :
L = 4 𝜋 r (2r/d + 0,33) 10−9 n
L = 4 x 3,14 x 0,5 x (2x0,5/0,1 + 0,33) x 10-9 x 100
L = 6,48 𝜇H

Adapula induktor dengan gulungan berlapis seperti yang ditunjukan pada gambar
berikut.

Gambar 2. Struktur Induktor Gulungan Berlapis.


Induktor dengan gulungan belapis nilai induksi diri dapat dicari dengan rumus:

𝐿 = 𝑛 2 𝑑 ∎ 10−9
Dimana,
L = Induksi sendiri dalam satuan Henry (H)
n = jumlah lilitan
d = diameter koker dalam cm
l = panjang gulungan dalam cm
= nilai perbandingan
h = tinggi (tebal) lapisan dalam cm

2ℎ
1−( )
(𝑑 + ℎ)
Nilai perbandingan: = 20
2𝑙
1+( )
(𝑑 + ℎ)

Contoh:
Sebuah spull trafo IF radio listrik mempunyai data-data sebagai berikut :
n = 100, d = 2 cm, h = 1 cm, l = 2 cm.
Hitunglah besarnya nilai induksi diri.
Jawab:

𝐿 = 𝑛 2 𝑑 ∎ 10−9

2ℎ
1−( )
(𝑑 + ℎ)
Nilai perbandingan: = 20
= 2ℎ
1+( )
(𝑑 + ℎ)
2.1
1−( )
(2 + 1)
= 20
2.2
1+( )
(2 + 1)
1 − 0,66
= 20 = 20. 0,14 = 2,8
1 + 1,33

𝐿 = 1002. 2 . 2,8. 10−9 = 56𝜇𝐻

Komponen elektronika yang termasuk induktor karena memakai lilitan kawat


antara lain :
• Trafo daya yang dikenal dengan trafo stepup dan trafo stepdown
• Trafo frekuensi rendah dikenal dengan trafo input dan output
• Trafo frekuensi tinggi misalnya spull antena dan spull osilator
• Trafo frekuensi menengah antara dikenal dengan trafo IF
• Gulungan bicara pada mikropon atau gulungan yang terdapat pada
loudspeaker dikenal dengan moving coil
• Gulungan pada relay
• Gulungan pada filter frekuensi tinggi dikenal dengan nama RFC (Radio
frekuensi choke) dan frekuensi rendah (choke)
• Gulungan pada motor listrik atau dinamo listrik
• Gulungan pada head playback, head rekam dan head hapus (erase head)

B. Transformator
Transformator (trafo) ialah komponen elektronika yang berfungsi memindahkan
tenaga (daya) listrik dari input ke output atau dari sisi primer ke sisi sekunder.
Pemindahan daya listrik dari primer ke sekunder disertai dengan perubahan
tegangan baik naik maupun turun.
Ada dua jenis trafo yaitu trafo penaik tegangan (step-up transformer) dan trafo
penurun tegangan (step-down transformer). Jika tegangan primer lebih kecil dari
tegangan sekunder, maka dinamakan trafo step-up. Tetapi jika tegangan primer
lebih besar dari tegangan sekunder, maka dinamakan trafo step-down. Untuk simbol
dan bentuk trafo dapat dilihat seperti pada gambar berikut

Gambar 3. Simbol dan Gambar Trafo.

Pada setiap trafo mempunyai input yang dinamai gulungan primer dan output yang
dinamai gulungan sekunder. Trafo mempunyai inti besi untuk frekuensi rendah dan
inti ferrit untuk frekuensi tinggi atau ada juga yang tidak mempunyai inti (intinya
udara).
Prinsip Kerja Transformator.
Bila pada lilitan primer diberi arus bolak-balik (AC), maka gulungan primer akan
menjadi magnit yang arah medan magnitnya juga bolak-balik. Medan magnit ini akan
menginduksi gulungan sekunder dan mengakibatkan pada gulungan sekunder
mengalir arus bolak-balik (AC). Dimisalkan pada gulungan primer mengalir arus
berfasa positif (+), maka pada gulungan sekundernya mengalir arus berfasa negatif
(-). Karena arus yang mengalir digulungan primer bolak-balik, maka pada gulungan
sekunderpun mengalir arus bolak-balik. Besarnya daya pada lilitan primer sama
dengan daya yang diberikan pada lilitan sekunder. Jadi Pp = Ps atau Vp.Ip = Vs.Is
Dimana :
Pp = Daya primer dalam watt
Ps = Daya sekunder dalam watt
Vp = Tegangan primer dalam volt
Vs = Tegangan sekunder dalam volt
Ip = Arus primer dalam amper
Is = Arus sekunder dalam amper

Ilustrasi Prinsip kerja Trafo dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gulungan Primer Gulungan Sekunder

Gambar 4. Ilustrasi Prinsip Transformator

Contoh:
Sebuah trafo daya dihubungkan dengan tegangan jala-jala 220 V, arus yang mengalir
pada lilitan primer 0,2 amper. Jika tegangan sekundernya 12 V. Hitunglah besarnya arus
sekunder.

Penyelesaian :

Vp . Ip = Vs.Is
220.0,2 = 12. Is
Is = 44/12
Is = 3,66 A

Perbandingan transformasi:
Pada umumnya jumlah lilitan primer tidak sama dengan jumlah lilitan sekunder.
Untuk trafo step-up jumlah lilitan primer lebih sedikit dari jumlah lilitan sekunder,
sebaliknya untuk trafo step-down jumlah lilitan primer lebih banyak dari jumlah lilitan
sekunder. Banyaknya lilitan primer dan banyaknya lilitan sekunder menunjukkan
besarnya tegangan primer dan besarnya tgangan sekunder. Semakin besar
tegangannya semakin banyak pula lilitannya. Jadi banyaknya lilitan berbanding lurus
dengan besarnya tegangan dimasing-masing sisi. Jika lilitan sekunder = Ns dan lilitan
prime = Np, maka perbandingan jumlah lilitan primer dan lilitan sekunder disebut
perbandingan transformasi dan dinyatakan dengan
𝑁𝑝
𝑇=
𝑁𝑠

Jika,
𝑉𝑝 𝑁𝑝
=
𝑉𝑠 𝑁𝑠
Maka,

𝑉𝑝
𝑇=
𝑉𝑠

Contoh:
Sebuah trafo daya tegangan primernya 220 V, tegangan sekundernya 30 V. Jumlah
lilitan primernya 1100 lilit. Hitunglah banyaknya lilitan sekundernya.

Penyelesaian:
𝑉𝑝 𝑁𝑝
=
𝑉𝑠 𝑁𝑠
220 1100
=
30 𝑁𝑠
1100
7,33 =
𝑁𝑠
1100
𝑁𝑠 = = 150.06 lilit
7,33

Pada teknik elektronika dikenal bermacam-macam trafo, baik untuk frekuensi tinggi
maupun frekuensi rendah. Contoh trafo untuk frekuensi tinggi yaitu trafo osilator, trafo
frekuensi menengah (IF), trafo spull antena (tuner). Sedangkan trafo yang dipakai
untuk frekuensi rendah yaitu trafo input, trafo output, trafo filter (choke).
Selain fungsi dasar yang disebutkan diatas trafo antara lain adalah Fungsi
transformator adalah menaikkan dan menurunkan tegangan bolak-balik, menyesuiakan
impedansi, menyekat sirkuit, dsb. Trafo terdiri atas beberapa jenis, yaitu trafo adaptor,
trafo input, trafo output, trafo intermediate frequency, dll. Berikut Jenis-jenis Trafo
Berdasarkan Fungsinya.
1) Trafo adaptor
Fungsi: menyesuaikan tegangan atau mengubah tegangan ac menjadi tegangan
dc sesuai yang diinginkan. Aplikasi: untuk rangkaian catu daya

Gambar 5. Trafo Adaptor.

2) Trafo input
Trafo ini sering disebut dengan trafo IT. Fungsinya adalah untuk menyesuaikan
impedansi masukan dan keluaran pada rangkaian penguat frekuensi audio.

Gambar 6. Trafo Input.

3) Trafo output
Trafo ini sering disebut dengan trafo OT. Fungsinya adalah untuk menyesuaikan
impedansi masukan dan keluaran pada rangkaian penguat frekuensi audio. Trafo
ini sering digunakan pada radio penerima, tape recorder, rangkaian amplifier, dsb.

Gambar 7. Trafo output.


4) Trafo frekuensi antara
Trafo ini sering disebut dengan trafo IF. Trafo ini menghasilkan frekuensi sebesar
455 KHz yang digunakan untuk memperkuat sinyal-sinyal frekuensi menengah
pada pesawat penerima radio. Dengan trafo ini, maka gelombang suara yang
dipancarkan oleh radio pemancar dapat diterima yang kemudian diolah oleh
komponen elektronika yang lain sehingga menjadi suara.

Gambar 8. Struktur dasar induktor tunggal.

5) Trafo step up/step down


Fungsinya adalah untuk menaikkan dan menurunkan tegangan. Apabila lilitan
sekunder lebih banyak dari lilitan primer, maka akan menghasilkan tegangan yang
lebih besar. Sehingga trafo dapat dimanfaatkan sebagai trafo step up yang
berfungsi menaikkan tegangan. Begitu juga sebaliknya, apabila lilitan sekunder
lebih sedikit dari lilitan primer, maka akan menghasilkan tegangan yang lebih kecil
sehingga trafo dapat dimanfaatkan sebagai trafo step down yang berfungsi
menurunkan tegangan.

Gambar 9. Trafo Step-up/Step-down

Anda mungkin juga menyukai