Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ZELA PUTRI JANEZA

NIM : 1820104165

MATA KULIAH : LEGAL DRAFTING

KELAS : MUAMALAH 4

UAS LEGAL DRAFTING

1. Dalam peraturan perundang-undangan, dikenal stufenthorie oleh Hans Kelsen dan teori
Stufenordnung der Rechtsnormen oleh Hans Nawiasky. Jelaskan perbedaan dan persamaan
kedua teori tersebut!

JAWAB : Perbedaan antara teori hierarki norma yang dikemukakan oleh Hans Kelsen dan
Hans Nawiasky yaitu :
Hans Nawiasky norma-norma dibagi menjadi empat kelompok yang tidak sama . Pada Hans
Kelsen norma-norma tidak dikelompokkan tetap menjadi satu kesatuan.
Menurut teori Hans Kelsen jenjang norma secara umum yang berlaku untuk semua jenjang
norma termasuk norma negara (general, sedangkan Hans Nawiasky membahas teori jenjang
norma lebih khusus yang dihubungkan dengan suatu Negara.
Teori Hans Kelsen menyebutkan norma dasar negara dengan istilah staatsfundamentalnorm
bukan dengan istilah staatsgrundnorm. Sedangkan pada teori Hans Nawiasky istilah
staatsgrundnorm tidak sesuai dikarenak pengertian grundnorm yang memliki
kecenderungan bersifat tetap, karena norma dalam suatu negara sewaktu-waktu dapat
berubah yang disebabkan karena adanya pemberontakan, kudeta, dan lain - lain.
Persamaan antara teori hierarki norma yang dikemukakan oleh Hans Kelsen dan Hans
Nawiasky yaitu keduanya menyebutkan bahwa norma itu berjenjang-jenjang dan berlapis,
yang bersumber dan berdasarkan norma yang diatasnya hingga tidak dapat ditelusuri lagi
dan bersifat „pre-supposed‟ dan „axiomatis‟.
Pendapat Hans Nawiasky yaitu “Norma tertinggi dalam Negara sebaiknya tidak disebut
staatsgrundnorm melainkan staatsfundamentalnorm, norma fundamental Negara.
Pertimbangannya adalah karena grundnorm dari suatu tatanan norma pada dasarnya tidak
berubah-ubah, sedangkan norma tertinggi suatu Negara mungkin berubah-ubah oleh
pemberontakan, coup d‟etat, putsch, Anschluss dan sebagainya”
Staatsfundamentalnorm adalah norma hukum yang tertinggi dalam hierarki norma hukum
Negara.

2. Menurut hirarki peraturan perundang-undangan, dalam jenis peraturan


perundang undangan apa yang diperbolehkan merumuskan suatu ketentuan pidana?
Jelaskan?
JAWAB : Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (“PERPPU”) pada prinsipnya itu
setara / setingkat dengan Undang-undang (UU). Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (“UU 12/2011”) telah membuktikan
bahwa materi mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam UU dan Peraturan Daerah
(“Perda”). Karena memiliki kedudukan dan materi muatan yang sama dengan UU, maka
ketentuan pidana dapat dimuat dalam PERPPU.
Ketentuan pidana memuat rumusan yang menyatakan penjatuhan pidana atas sebuah ketentuan
yang berisi norma larangan atau norma perintah. Demikian yang dalam Angka 112 Lampiran
12/2011.
Pasal 15 UU 12/2011 telah dengan jelas menyebutkan bahwa ketentuan pidana hanya dapat
dimuat dalam undang-undang (“UU”) dan Peraturan Daerah (“Perda”):
1). Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam
a. Undang-Undang.
b. Peraturan Daerah Provinsi.
c. Peraturan Daerah Kabupaten / Kota.
2). pidana penjara dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c berupa ancaman pidana
kurungan lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah).
3). Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten / Kota dapat memuat
ancaman pidana kurungan atau pidana denda yang dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan yang
diatur dalam peraturan Perundang-undangan.
3. Pada tanggal 30 September 2014, DPR telah menetapkan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Oleh karena banyak terjadi
penolakan terhadap Undang-Undang tersebut, saat itu Presiden SBY kemudian mengambil
langkah dengan mencabut Undang-Undang tersebut secara keseluruhan dan menetapkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota.
a. Buatkan sistematika judul peraturan pemerintah pengganti undang-undang dimaksud
sesuai dengan ketentuan teknik penyusunan peraturan perundang-undangan.
b. Buatkan sistematika konsiderans, dasar hukum, dan diktum peraturan pemerintah
pengganti undang-undang dimaksud sesuai dengan ketentuan teknik penyusunan peraturan
perundang-undangan.
JAWAB :
A.
PERATURAN PEMERINTAH
PENGGANTI UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 2014
TENTANG
PEMULIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
B. Sistematika konsideras.

Menimbang: a. Bahwa untuk menjamin pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota


dilaksanakan secara demokratis sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka kedaulatan rakyat serta
demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat wajib dihormati sebagai syarat utama
pelaksanaan pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota;

•Dasar Hukum

Mengingat: 1. Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587);

•Dicantumkan

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG


TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA.

Anda mungkin juga menyukai