Anda di halaman 1dari 68

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri kreatif merupakan salah satu jenis usaha yang kian hari kian melejit.
Terlebih di era millenial seperti saat ini, banyak kawula muda yang
menggandrungi usaha Industri kreatif dengan berbagai jenis kreativitasnya yang
sangat unik dan menjanjikan. macam – macam industri kreatif di Indonesia ada
16 jenis, meliputi: arsitektur, periklanan, film /fotografi /video, musik,
penerbitan , pasar seni dan budaya, kerajinan, fashion, desain, permainan
interaktif, web desain, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, riset dan
pengembangan.  Industri Kreatif sangatlah menguntungkan, apalagi di zaman
sekarang yang perkembangan teknologinya sangat menuntut kita untuk banyak
berinovasi. 1
Industri kreatif berasal dari pemanfaatan kreatifitas, ketrampilan, dan bakat
individu yang setiap tahunnya megalami pertumbuhan. Hasil pengukuran data
statistik menunjukkan bahwa kinerja ekonomi kreatif Indonesia mengalami
kenaikan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Hasil pengukuran data statistik
menunjukkan bahwa kinerja ekonomi kreatif Indonesia mengalami kenaikan
yang signifikan dari tahun sebelumnya. Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi
kreatif pada tahun 2018 naik mencapai Rp 1.105 Triliun dengan nilai kontribusi
terhadap PDB Nasional sebesar 7,16%, atau meningkat dari tahun sebelumnya
yang hanya sebesar Rp 1.009 Triliun. 2
Indonesia memiliki nilai kreativitas dan inovasi yang sangat tinggi, dan itu
semua bagian dari industri ekonomi kreatif, prospek industri ini ke depannya
akan semakin baik. pemerintah sudah memberikan insentif, pelatihan,
pendampingan dan menyediakan tenaga ahli bagi tumbuhnya industri kreatif di
Indonesia.

1
https://rekreartive.com/sejarah-perkembangan-industri-kreatif/
2
https://www.kemenparekraf.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/media_1598879701_BU
KU_BEKRAF_28-8-2020.pdf
Kemparekraf mengatakan ada 7 hal yang dapat menjadi potensi strategis
dalam pengembangan ekonomi kreatif,meliputi: (1) Ketersediaan sumber daya
kreatif (orang kreatif-OK) yang profesional dan kompetitif; (2) Ketersediaan
sumber daya alam yang berkualitas, beragam, dan kompetitif; dan sumber daya
budaya yang dapat diakses secara mudah; (3) Industri kreatif yang berdaya saing,
tumbuh, dan beragam; (4) Ketersediaan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses
dan kompetitif; (5) Perluasan pasar bagi karya kreatif; (6) Ketersediaan
infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan kompetitif; dan (7) Kelembagaan
yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif.
Untuk mengembangkan industri kreatif, pemerintah telah melakukan kajian
awal untuk memetakan kontribusi ekonomi dari industri kreatif yang merupakan
bagian dari ekonomi kreatif, dimana ekonomi kreatif ini menjadikan kreativitas
sebagai daya saing untuk menjadikan negara kita yang maju dibidang
perekonomian. Ekonomi kreatif diyakini dapat menjawab tantangan
permasalahan dasar jangka pendek.
Optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan potensi Sumber Daya Alam
tersebut berupa pengembangan potensi usaha-usaha industry yang jika
dihubungkan dengan ekonomi kreatif akan dapat mengembangkan potensi
destinasi wisata, seni budaya yang kreatif dan inovatif sehingga memiliki nilai
jual dan daya saing yang tinggi baik tingkat nasional maupun internasional.3
Kabupaten Samosir sebagai daerah tujuan wisata, sebagaimana telah
ditetapkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Samosir Nomor 4 Tahun
2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah daerah (RPJMD)
Kabupaten Samosir 2011-2015 dengan Visi“Samosir Menjadi Daerah dan
Tujuan Wisata Lingkungan yang Inovatif Tahun 2015”harus dikelola secara
terintegrasi oleh seluruh stakeholder. Hal ini juga sejalan dengan penetapan
danau Toba dan sekitarnya sebagai Kawasan Stretegis Nasional dan penetapan
Geopark Kaldera Toba sebagai Geopark Nasional. Sebagai kabupaten pariwisata
dibutuhkan dukungan pengembangan semua sektor pariwisata, salah satu sektor

3
http://lib.unnes.ac.id/31581/1/5112413025.pdf
yang mendukung pengembangan pariwisata ini adalah sektor usaha Industri
Kecil dan Menengah (IKM).4
Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Odo Manuhutu,
mengadakan kunjungan kerja ke Kabupaten Samosir pada 9 Oktober 2020.
Kunjungan tersebut adalah upaya Pemerintah Kabupaten Samosir menjadikan
Pulau Samosir sebagai destinasi wisata kelas dunia Beberapa tempat di Samosir
yang dikunjungi yakni Pantai Indah Situngkir, kawasan pengrajin ulos Desa
Hutaraja di Lumban Suhisuhi, lokasi pembangunan jembatan Tano Ponggol, dan
wisata alam Air Terjun Efrata. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
mengatakan Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berkomitmen
membangun gedung pusat industri kreatif  di Pantai Indah Situngkir, yang
diharapkan menjadi fasilitas penunjang kegiatan ekonomi kreatif di kawasan
Danau Toba.5
Untuk menciptakan industri kreatif di Kabupaten Samosir agar dapat
berkembang, perlu adanya sebuah Pusat, yaitu sebuah tempat berkumpul bagi
para pelaku industri kreatif di Kabupaten Samosir. Selain sebagai tempat
berkumpul para pelau industri kreatif, tempat itu juga dapat dijadikan sebagai
tempat sinergisitas dari berbagai stakeholder baik Pemerintah, Akademisi,
Penyedia modal, Asosiasi pengusaha, dan para pelaku industri kreatif yang dapat
membantu mengambangkan industri kreatif di Kabupaten Samosir.
Potensi pengembangan industri kreatif di kabupaten samosir sangat berpotesi
karena daerah ini mempunyai beraneka ragam produk industri kreatif yang sudah
ada sebelumnya, seperti: tenun, ulos, produk difersifikasi tenun, anyaman pandan
dan eceng gondok, ukiran, pahat batu, gerabah, kerajinan bambu, sablon, kuliner
khas Samosir seperti kacang rondam,kopi losung, dan kreatifitas musik daerah.).
Pada umumnya kerajinan-kerajinan ini  bersumber dari kearifan budaya lokal dan
memiliki nilai budaya tinggi, sehingga peninggalan budaya ini perlu

4
https://samosirkab.go.id/potensi-unggulan-kabupaten-samosir-usaha-industri-kecil-dan-menengah-
ikm/
5
https://hmstimes.com/2020/pusat-industri-kreatif-akan-dibangun-di-pantai-indah-situngkir-
samosir/
dipertahankan sebagai warisan budaya nenek moyang ”bangso batak”untuk
dilestarikan dan dikembangkan.6
Dengan adanya Pusat Industri Kreatif di kabupaten samosir ini diharapkan
dapat meningkatkan jumlah innovator dan kreator kabupaten samosir sehingga
dapat menyokong perekonomian masyarakat dan menyerap tenaga kerja di
kabupaten samosir. Pusat Industri Kreatif di kabupaten samosir didesain melalui
pendekatan Arsitektur Neo Vernakular. Dimana Arsitektur Neo Vernakular
adalah gaya arsitektur yang menggabungkan arsitektur  tradisional dan 
arsitektur  modern. Dengan pendekatan ini di harapkan bangunan tetap dapat
menampilkan citra dari kebudayaan lokal di Kabupaten Samosir tetapi dengan
gaya yang modern.
1.2 Identifikasi masalah
Pusat Industri Kreatif merupakan sebuah tempat yang akan mewadahi untuk
mengembangkan dan tempat menjual produk industri kreatif di kabupaten
Samosir. Dengan adanya Pusat Industri Kreatif di Kabupaten Samosir ini
diharapkan dapat meningkatkan jumlah innovator dan kreator Samosir sehingga
dapat menyokong perekonomian masyarakat dan menyerap tenaga kerja di
Kabupaten Samosir.
Industri kreatif masih mengandalkan Fasilitas yang kurang memadai akibat
pembiayaan yang masih menggunakan modal pribadi, dan juga kurangnya wadah
untuk mengedukasi para pelaku industri kreatif di kabupaten samsosir. Hal ini
mengakibatkan produk-produk industri kreatif yang ada di Kabupaten Samosir
belum sepenuhnya menjangkau target pasar yang diinginkan. Selain menjadi
wadah yang memfasilitiasi pelaku industri kreatif untuk menghasilkan produk
kreatif, Pusat industri kreatif perlu mengumpulkan pasar (market) bagi industri
kreatif di Kabupaten Samosir. 7

6
https://samosirkab.go.id/potensi-unggulan-kabupaten-samosir-usaha-industri-kecil-dan-menengah-
ikm/
7
https://samosirkab.go.id/potensi-unggulan-kabupaten-samosir-usaha-industri-kecil-dan-menengah-
ikm/
Dalam dunia pemasaran (marketing) yang semakin modern, melibatkan
konten visual dalam promosi menjadi sebuah keharusan (Manic, 2015). Hal ini
disebabkan karena persepsi manusia didominasi oleh kekuatan visual sehingga
visual menjadi titik fokus yang efektif dalam promosi. Dalam konteks ini,
industri kreatif memerlukan sebuah bangunan yyang fungsional dan dapat
mencermikan keunikan kebudayaan sekitar sebagai salah satu strategi promosi
dunia industri kreatif Kabupaten Samosir. Tampilan bangunan merupakan wajah
selubung luar dari sebuah bangunan yang didesain dengan detail-detail gaya
tertentu (Burden, 1996).
Tampilan bangunan menjadi elemen penting dalam penyampaian fungsi dan
makna dari suatu bangunan (Sastra, 2013). Tampilan bangunan perlu diolah
hingga mampu menampilkan karakter, gaya, suasana dan bahkan tujuan dari
desain bangunan tersebut, dalam hal ini yaitu desain dari Pusat industri kreatif.
Hal ini disebabkan karena tampilan bangunan menjadi ekspresi visual yang
pertama kali diapresiasi oleh publik sehingga penilaian terhadap fasad identik
dengan penilaian terhadap keseluruhan bangunan itu sendiri (Fikroh, 2016).
Lebih jauh lagi ruang dalam dan ruang luar bangunan menjadi salah satu elemen
arsitektur yang didesain untuk merefleksikan ciri khas masyarakat di mana
bangunan tersebut dibangun. Kabupaten samosir yang memiliki Arsitektur Batak
Toba dengan ciri khas konsep rumah panggung dan konstruksi atap pelana yang
runcing di kedua arah serta sistem struktur pasak, yang menggambarkan tentang
cerminan sosial masyarakat di sekitaran danau toba. Dalam hal ini, tampilan
pusat industri kreatif harus mampu merefleksikan identitas masyarakat
Kabupaten Samosir sebagai masyarakat yang sangat kental dengan nilai
kebudayaan namun selalu dapat mengikuti perkembangan zaman. 8
Refleksi masyarakat kreatif melalui tampilan indsutri kreatif unggulan di
kabupaten samosir yang mampu mencerminkan nilai budaya dan perkembangan
zaman diwujudkan dengan pendekatan arsitektur Neo-Vernakular. Neo
Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post

8
http://e-journal.uajy.ac.id/17470/2/TA153581.pdf
Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an,
Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek
terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan berbentuk kotak-kotak).
Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah
Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan, termasuk iklim setempat
diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan
ornamen). Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern,
tetapi juga elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang
mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep ,kriteria perancangan.
Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan
vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya). Latar
belakang penerapan pendekatan arsitektur neo vernakular pada Pusat industri
kreatif di Kabupaten Samosir adalah untuk melestarikan unsur-unsur atau ciri
arsitektur lokal dengan mengikuti perkembangan zaman yang semakin
berkembang. Dengan pendekatan ini, Pusat industri kreatif di Kabupaten Samosir
dapat mencermikan tentang nilai-nilai budaya batak toba. 9
1.3 Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang dan identifikasi masalah yang terdapat pada
perancangan Pusat industri kreatif di Kabupaten Samosir yang dikaitkan dengan
tujuan perancangan yang mampu mewadahi kebutuhan para pelaku indsustri
kreatif serta memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi semua
penggunanya, maka rumusan masalahnya adalah : “Bagaimana merancang
sebuah Pusat industri kreatif yang mampu mewadahi aktifitas dan yang mampu
mencerminkan arsitektur lokal dengan mengikuti perkebangan zaman melalui
pendekatan Neo Vernakular?
1.4 Ruang Lingkup Permasalahan
1. Menekankan pada fungsi bangunan sebagai sarana, pengembangan,
produksi karya, pameran, dan promosi serta pemasaran di bidang industri
kreatif

9
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01245-AR%20Bab2001.pdf
2. Menganalisis data dan tapak, pelaku, aktivitas, ruang, arsitektural, struktur dan
utilitas.
3. Penyusunan Konsep Perencanaan dan Perancangan Pusat Industri Kreatif di
Kabupaten Samosir berupa konsep dasar dan pendekatan, konsep tapak,
konsep ruang, konsep bangunan.
1.5 Tujuan dan Sasaran
1.5.1 Tujuan
Menciptakan rancangan bangunan pusat industri kreatif yang mampu
mencerminkan arsitektur lokal yang mengikuti perkebangan zaman dengan
pendekatan Arsitektur Neo Vernakular.
1.5.2 Sasaran
Manfaat yang dapat diberikan melalui perancangan Pusat Industri
Kreatif di Kabupaten Samosir ini, diantaranya:
a. Manfaat Bagi Perancang
1. Memahami teori pengetahuan Pusat Industri Kreatif di Kabupaten
Samosir .
2. Memperoleh analisa pola ruang untuk Pusat Industri Kreatif di
Kabupaten Samosir
b. Manfaat Bagi Masyarakat
1. Mewadahi kebutuhan Pusat Industri Kreatif bagi para pelaku industri
kreatif di Kabupaten samosir.
2. Menyediakan fasilitas untuk menikmati dan mempelajari industri kreatif.
c. Manfaat Bagi Pemerintah
1. Merekomendasikan konsep perencanaan Pusat Industri Kreatif ke
pemerintah Kabupaten Samosir
2. Merekomendasikan konsep perancangan Pusat Industri Kreatif ke
pemerintah Kabupaten Samosir, untuk mewadahi kegiatan para industri
kreatif di Kabupaten Samosir.
1.6 Metodologi
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Pengumpulan Data
Mengumpulkan data-data yang diperoleh melalui:
a. Data Primer
Data primer merupakan data secara langsung dan sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya. Pengumpulan data primer ini dilakukan
dengan cara:
 Studi Banding
Studi banding dengan melakukan pengamatan dan peninjauan
secara langsung pada objek lokasi studi banding namun
berhubung ada pandemi Covid-19 sebelum melakukan studi
banding langsung ke lokasi yang berada di Bandung, maka
hanya melakukan studi banding literatur.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data dari hasil studi pustaka atau
literatur, yang digunakan untuk mempelajari referensi yang
berkaitan dengan masalah dan subyek yang akan dibahas. Literatur
di dapatkan melalui buku, jurnal dan media lainnya. Literatur
dalam hal ini berupa literatur tentang karakteristik Pusat Industri
Kreatif dan studi banding literaturnya, serta teori pendekatan
arsitektur Neo Vernakular dan studi preseden penerapannya,
sehingga didapatkan sebuah kesimpulan untuk menerapkan ke
proses rancangan.
2. Analisis
Analisis dilakukan dengan melihat hasil studi banding, observasi, serta
teori dari literatur yang mengacu pada kebutuhan
ruang,faasilitas,penataan dan konsep perancangan Pusat Industri
Kreatif
3. Sintesis
Sintesis merupakan tahapan kelanjutan dari tahap analisis, yaitu
dengan memutuskan hasil dari alternatif-alternatif yang muncul pada
tahap analisis.
4. Kesimpulan
Merupakan hasil akhir yang menyimpulkan penerapan desain pada
Pusat Industri Kreatif di Kabupaten Samosir yang berdasarkan hasil
analisis.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang,identifikasi masalah,rumusan
masalah,sistematika penulisan dan kerangka berfikir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Mengkaji tinjaun pustaka yang diperoleh dari berbagai sumbr untuk
menemukan teori yang sesuai dan dapat membantu dalam menyelesaikan
masalah.
BAB III STUDI BANDING
Berisi hasil studi banding dengan objek terkait dan hasil dari Pusat Industri
Kreatif yang dapat dijadikan acuan dalam merumuskan konsep desain
BAB IV ANALISIS PRESEDEN
Berisi hasil studi banding dengan objek terkait dan hasil dari Pusat Industri
Kreatif yang dapat dijadikan acuan dalam merumuskan konsep desain
BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP
berisikan konsep desain, detail desain dan hasil desain
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Industri Kreatif


2.1.1 Pengeritan Judul
Pemahaman mengenai judul “perancangan pusat industri kreatif di
kabupaten samosir ''
Penjelasan mengenai kata perkata dalam Judul Yaitu:
 Pusat
 Menurut KKBI
- tempat yang letaknya di bagian tengah
- titik yang di tengah-tengah benar (dalam bulatan bola, lingkaran, dan
sebagainya)
- pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan (berbagai-bagai urusan,
hal, dan sebagainya)
- orang yang membawahkan berbagai bagian; orang yang menjadi
pumpunan dari bagian-bagian
 Suatu tempat penyatuan berbagai macam kegiatan ke dalam suatu wadah
tertentu yang dapat menampung kegiatan dimana kegiatan tersebut
memiliki persamaan pokok yang menjadi induk kegiatan dari semua
kegiatankegiatan yang ada. (sumber: departemen pendidikan dan
kebudayaan)
 Industri
 kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana
dan peralatan (sumber: KBBI 2020)
 suatu bidang yang bersifat komersial yang menggunakan keterampilan
kerja serta teknologi untuk menghasilkan suatu produk dengan tujuan
mendapatkan keuntungan. (sumber: Wikipedia 2020)
 Industri Kreatif sebuah industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas,
keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta
lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi
dan daya cipta individu tersebut.(Deperindag,2000)
 Kabupaten Samosir adalah salah satu  kabupaten  yang berada di
prosinsi Sumatra Utara, Indonesia. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari
kabupaten Toba sesuai dengan UU RI Nomor 36 Tahun 2003 pada tanggal 18
Desember 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten
Serdang Bedagai. Terbentuknya Samosir sebagai kabupaten baru merupakan
langkah awal untuk memulai percepatan pembangunan menuju masyarakat
yang lebih sejahtera. (sumber: Wikipedia 2020)
2.1.2 Teori Industri Kreatif
1. Teori Ekonomi Kreatif Menurut John Howkins
Istilah Ekonomi Kreatif pertama kali diperkenalkan oleh tokoh
bernama John Howkins, penulis buku "Creative Economy, How People
Make Money from Ideas". Jhon Howkins adalah seorang yang multi
profesi. Selain sebagai pembuat film dari Inggris ia juga aktif
menyuarakan ekonomi kreatif kepada pemerintah Inggris sehingga dia
banyak terlibat dalam diskusi-diskusi pembentukan kebijakan ekonomi
kreatif dikalangan pemerintahan negara-negara Eropa. Menurut definisi
Howkins, Ekonomi Kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan
outputnya adalah Gagasan. Benar juga, esensi dari kreatifitas adalah
gagasan. Bayangkan hanya dengan modal gagasan, seseorang yang kreatif
dapat memperoleh penghasilan yang sangat layak. Gagasan dimaksud
yaitu gagasan yang orisinil dan dapat diproteksi oleh HKI. Contohnya
adalah penyanyi, bintang film, pencipta lagu, atau periset mikro biologi
yang sedang meneliti farietas unggul padi yang belum pernah diciptakan
sebelumnya ( Nenny, 2008).
2. Teori Industri Kreatif Menurut Visi Pemerintah
Definisi Industri Kreatif dari visi Pemerintah, sebagai berikut: Industri
industri yang mengandalkan kreatifitas individu, keterampilan serta
talenta yang memiliki kemampuan meningkatkan taraf hidup dan
penciptaan tenaga kerja melalui penciptaan (gagasan) dan eksploitasi
HKI.
3. Teori Industri Kreatif Menurut Alvin Toffler
Teori Alvin Toffler menyatakan bahwa gelombang peradaban manusia
itu dibagi menjadi tiga gelombang. Gelombang pertama adalah abad
pertanian. Gelombang kedua adalah abad industri dan gelombang ketiga
adalah abad informasi. Sementara ini Toffler baru berhenti disini. Namun
teori-teori terus berkembang, saat ini peradaban manusia dengan
kompetisi yang ganas dan globalisasi, masuklah manusia pada era
peradaban baru yaitu Gelombang ke-4. Ada yang menyebutnya sebagai
Knowledge-based Economy ada pula yang menyebutnya sebagai
ekonomi berorientasi pada Kreativitas (Nenny, 2008).10
2.1.3 Karakteristik Industri Kreatif
Karakteristik Industri Kreatif Berdasarkan hasil studi pemetaan Industri
kreatif yang dilakukan Departemen Perdagangan RI (2007:38), industri
kreatif memiliki karakteristik umum sebagai berikut:
1. Fluktuasi pertumbuhan nilai tambah terjadi hampir pada seluruh
subsektor industri kreatif.
2. Fluktuasi pertumbuhan nilai tambah tersebut diikuti oleh fluktuasi
pertumbuhan jumlah perusahaan.
3. Fluktuasi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tinggi, tetapi tidak
setinggi fluktuasi pertumbuhan perusahaan.
4. Memiliki tingkat teknologi dan produktivitas modal yang relatif konstan.
Artinya teknologi yang digunakan bukan teknologi tinggi dan bukan
industri padat modal (capital intensive).
2.1.4 Peran Industri Kreatif Di Indonesia
Industri kreatif berperan penting dalam perekonomian nasional maupun
global karena memberikan kontribusi terhadap aspek kehidupan baik secara

(sumber: definisi UK Department of Culture, Media and Sport, 1999 dalam Nenny,
10

2008).
ekonomi maupun nonekonomi. Secara ekonomi, industri kreatif berperan
dalam menciptakan iklim bisnis, pencapaian lapangan kerja, menumbuhkan
inovasi dan kreativitas, pencipta sumber daya yang terbarukan, dan
berkontribusi positif terhadap pendapatan nasional bruto (Gross National
Product-GNP). Berdasarkan laporan ekonomi kreatif (2008: 2), dari
Departemen Perdagangan RI, kontribusi ekonomi kreatif dapat dilihat dari
beberapa indikator baik secara ekonomi maupun non ekonomi sebagai
berikut:
1. Dampak terhadap aspek sosial Selain berkontribusi terhadap
perekonomian, industri kreatif berkontribusi terhadap sosial ekonomi
lainnya. Misalnya, terhadap peningkatan kualitas hidup, peningkatan
toleransi sosial, bahkan peningkatan citra dan identitas bangsa.
2. Dampak terhadap pelestarian budaya
Peran penting nonekonomi dari industri kreatif adalah berperan dalam
membangun budaya, warisan budaya, dan nilai-nilai lokal. Industri kreatif
yang berbasis budaya menciptakan landasan karakter budaya lokal yang
kuat. Industri kreatif mampu memperjuangkan hak kekayaan intelektual
(HAKI) bagi warisan budaya, dan kearifan budaya. Jamu-jamuan,
makanan tradisional, obat-obatan tradisional, seni tradisonal, dan pakaian
tradisional adalah warisan budaya yang dapat dilindungi HAKI-nya. Di
bidang teknologi sangat beragam, seperti irigasi subak, sistem pelestarian
hutan suku pedalaman dan warisan budaya kerajinan lainnya, semua
warisan budaya tersebut memiliki potensi pasar dan merupakan produk
industri kreatif bangsa.
3. Tingkat Pendidikan
Tentunya tingkat pendidikan sangat diperlukan dalam daya saing,
untuk melakukan suatu inovasi tentunya digunakan pemikiran yang
sangat kreatif sehingga dapat memunculkan ide-ide yang cemerlang
sehingga dapat bersaing dengan yang lainnya. Partisipasi masyarakat
dalam mengenyam pendidikan SD tercatat sebesar 94,7%, SMP sebesar
66,5%, serta melek huruf sebesar 99,4%.
2.1.5 Sub-Sektor Industri Kreatif di Indonesia
Sub-sektor yang merupakan industri berbasis kreativitas di Indonesia
berdasarkan pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh
Departemen Perdagangan Republik Indonesia adalah:
1. Aplikasi dan Pengembangan Permainan
Meningkatnya penetrasi pemanfaatan gawai oleh masyarakat tak lepas
dari peran aplikasi yang tertanam di dalamnya. Masyarakat sudah fasih
menggunakan berbagai jenis aplikasi digital seperti peta atau navigasi,
media sosial, berita, bisnis, musik, penerjemah, permainan dan lain
sebagainya. Berbagai aplikasi tersebut didesain supaya mempermudah
pengguna dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Maka tak heran jika
potensi subsektor aplikasi dan pengembang permainan sangat besar.
2. Arsitektur
Peran arsitektur di Indonesia sangatlah penting. Dalam hal budaya,
keanekaragaman arsitektur lokal dan daerah menunjukkan karakter
Bangsa Indonesia yang mempunyai beraneka ragam budaya. Sedangkan
dalam hal pembangunan, arsitektur juga berperan dalam merancang
dasar pembangunan sebuah kota. Karena potensinya yang sangat besar,
Bekraf memasukkan arsitektur sebagai salah satu sub sektor yang layak
untuk dikelola secara lebih serius.
3. Desain Interior
Selama dua dekade terakhir ini, perkembangan sub sektor desain
interior menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Masyarakat mulai
mengapresiasi estetika ruangan secara lebih baik. Penggunaan jasa
desainer interior untuk merancang estetika interior hunian, hotel, dan
perkantoran pun semakin meningkat. Sudah jelas bahwa potensi
ekonomi dari industri desain interior sangat menjanjikan.
4. Desain Komunikasi Visual
Desain Grafis (DKV) punya peran yang sangat penting dalam
mendukung pertumbuhan bisnis pengusaha swasta, pemilik merek, dan
bahkan kelancaran program-program pemerintah. Potensi pasar
domestik sangat menjanjikan, terutama dengan semakin banyaknya
praktisi DKV lokal yang lebih memahami situasi pasar, pengetahuan,
dan nilai-nilai lokal. Potensi ini masih harus ditingkatkan, seperti
kesadaran pasar tentang pentingnya desain. Hasil karya desainer grafis
sering dinilai dengan harga yang kurang layak. Padahal para desainer
grafis membutuhkan proses yang cukup panjang dalam bekerja, dari
memikirkan filosofi, mengolah desain sehingga mempunyai makna,
dan menghasilkan produk jadi. Ajakan kepada para pengusaha untuk
menggunakan jasa desainer grafis lokal pun perlu lebih lantang
diserukan.
5. Desain Produk
Desain produk merupakan proses kreasi sebuah produk yang
menggabungkan unsur fungsi dengan estetika sehingga bermanfaat dan
memiliki nilai tambah bagi masyarakat. Tren sub sektor ini sangat
positif. Dengan populasi penduduk yang didominasi oleh usia
produktif, potensi terbentuknya interaksi antara pelaku industri dan
pasar pun sangat besar. Ditambah lagi masyarakat dan pasar sekarang
memiliki apresiasi terhadap produk yang berkualitas. Sub sektor desain
produk juga didukung oleh para pelaku industri yang memiliki
craftmanshift andal. Para desainer produk mampu menggali dan
mengangkat kearifan lokal, kekayaan budaya Indonesia yang beraneka
ragam, dalam setiap karya-karyanya. Sebagai wakil pemerintah, Bekraf
akan mengelola sub sektor ini dan mendampingi para pelaku kreatif
dalam mengembangkan bisnisnya. Beberapa pendekatan yang bisa
dilakukan untuk subsektor ini adalah dengan mengelola industri dari
hulu ke hilir, bekerja sama dengan berbagai asosiasi untuk
meningkatkan penggunaan desain produk lokal Indonesia, dan
mendirikan pusat desain sebagai hub lintas subsektor. Untuk jangka
panjang, perlu adanya undang-undang atau peraturan yang menetapkan
supaya setiap retail dan mall menjual minimal 20- 30% produk-produk
lokal.
6. Fesyen Tren
fesyen senantiasa berubah dengan cepat. Dalam hitungan bulan, selalu
muncul mode fesyen baru. Ini tak lepas dari produktivitas para desainer
fesyen lokal yang inovatif merancang baju-baju model baru, dan
munculnya generasi muda kreatif yang antusias dengan industri fesyen
ini. Masyarakat sebagai pasar pun juga semakin cerdas dan berselera
tinggi dalam memilih fesyen. Di sisi lain, subsektor ini harus
menghadapi banyak tantangan. Fesyen lokal masih menjadi anak tiri,
pasar memprioritaskan ruangnya untuk produk-produk impor, sehingga
fesyen local kurang mendapatkan tempat. Sedangkan tantangan lain
yang tak kalah penting adalah sinergi industri hulu ke hilir, mulai dari
pabrik tekstil/garmen, perancang busana, sampai ke urusan pasar.
7. Film, Animasi, dan Video
Perfilman Indonesia saat ini sedang mengalami perkembangan yang
positif. Para rumah produksi mulai berlomba-lomba menggenjot
produktivitasnya menggarap film yang berkualitas dari segi cerita
sekaligus menguntungkan secara komersial. Ini tak lepas dari potensi
penonton Indonesia yang sangat besar dan bisa mengapresiasi film
produksi lokal secara positif. Sub sektor ini memiliki potensi yang bisa
dikembangkan menjadi lebih baik, walapun masih harus menghadapi
berbagai tantangan. Beberapa di antaranya adalah minimnya SDM yang
benar-benar mempunyai keahlian di bidang film, sehingga pilihan
untuk memperoleh tim dari sutradara, penulis skenario, kru, dan pemain
film, sangat terbatas. Permasalahan lain yang tak kalah penting adalah
layar bioskop yang terbatas dan tidak merata penyebarannya, serta
belum adanya proteksi terhadap hak karya cipta sehingga aksi
pembajakan masih marak.
8. Fotografi
Perkembangan subsektor fotografi yang cukup pesat tak lepas dari
banyaknya generasi muda yang sangat antusias belajar fotografi. Tak
sedikit pula dari mereka yang kemudian memutuskan terjun di bidang
ini sebagai profesional. Masyarakat pun memberikan apresiasi yang
positif terhadap dunia fotografi. Beberapa pelaku memberikan
pendapatnya tentang apa yang masih harus digarap dalam bidang
fotografi ini. Pertama, belum adanya perlindungan HKI terutama untuk
hak penggunaan karya fotografi. Kedua, belum adanya pengarsipan
karya-karya fotografi Indonesia. Dan ketiga, Bekraf diharapkan bisa
membantu para fotografer Indonesia mendapatkan perhatian
internasional.
9. Kriya
Seni kriya merupakan salah satu sub sektor yang menjadi ciri khas
Bangsa Indonesia dan sangat dekat dengan industri pariwisata. Dilihat
dari materialnya, kriya meliputi segala kerajinan yang berbahan kayu,
logam, kulit, kaca, keramik, dan tekstil. Ketersediaan bahan baku
material yang berlimpah dan kreativitas para pelaku industri menjadi
faktor utama majunya subsektor ini. Indonesia memiliki banyak pelaku
seni kriya yang kreatif dan piawai dalam berbisnis. Bisnis kriyanya pun
beragam. Banyak dari mereka berhasil memasarkan produknya sampai
ke pasar luar negeri. Produk-produk kriya Indonesia terkenal dengan
„buatan tangan‟-nya, dan memanfaatkan hal tersebut sebagai nilai
tambah sehingga bisa dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi.
10. Kuliner
Sub sektor kuliner memberikan kontribusi yang cukup besar, yaitu
30% dari total pendapatan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Industri kuliner mempunyai potensi yang sangat kuat untuk
berkembang, oleh karena itu pemerintah akan mendukung sub sektor
ini supaya lebih maju. Beberapa pelaku industri kuliner melihat ada
beberapa hal yang harus diperbaiki dan dikelola secara lebih serius.
Salah satu di antaranya adalah perlunya akses perizinan usaha melalui
satu pintu sehingga lebih mudah dan efektif. Para pebisnis kuliner baru
sebaiknya mendapatkan panduan dari pemerintah, bisa dari pelatihan
bisnis, informasi perizinan, sampai pada pendampingan hukum dalam
proses pendirian usaha.
11. Musik
Musik merupakan industri cukup menjanjikan dalam dunia showbiz.
Besarnya minat dan antusiasme para musisi muda untuk terjun ke
dalam bidang ini menunjukkan bahwa musik punya potensi menjadi
industri yang lebih besar. Bekraf optimistis menempatkan musik
sebagai salah satu sub sektor yang akan dikelola secara lebih maksimal.
Meskipun sub sektor musik punya potensi yang sangat besar, beberapa
pelaku melihat permasalahan yang harus segera diselesaikan. Salah satu
tantangan terbesar pembajakan yang masih marak sehingga
menyebabkan perkembangan industri musik di Indonesia terhambat.
Pembajakan tentunya menyebabkan turunnya kualitas dan kuantitas
produksi, menurunnya apresiasi masyarakat terhadap musik, dan
turunnya minat investasi di bidang ini.
12. Penerbitan
Pasar industri penerbitan memang tidak sebesar sub sektor yang lain,
namun industri ini punya potensi yang tak kalah kuat. Banyak
penerbitan besar dan kecil yang masih bermunculan meramaikan
industri ini. Ditambah lagi perkembangan teknologi yang
memungkinkan buku diterbitkan dalam bentuk digital. Penerbitan turut
berperan aktif dalam membangun kekuatan intelektualitas bangsa.
Munculnya sastrawan, penulis, peneliti, dan para cendekiawan, tak
lepas dari peran industri ini. Walaupun saat ini profesi penulis masih
dianggap kurang menjanjikan, banyak para penulis muda yang sangat
antusias, silih berganti menerbitkan karya-karyanya.
13. Periklanan
Periklanan adalah sub sektor ekonomi kreatif yang karyanya memiliki
daya sebar paling tinggi. Hal ini tak lepas dari peran sinergi para
pemilik modal yang ingin memasarkan produk dan jasa mereka dengan
media yang dimanfaatkan. Sampai saat ini, iklan masih menjadi
medium paling efisien untuk memublikasikan produk dan jasa. Potensi
industri ini pun tak perlu diragukan lagi. Pertumbuhan belanja iklan
nasional bisa mencapai 5-7% setiap tahunnya. Ditambah lagi, iklan
mempunyai soft power berperan dalam membentuk pola konsumsi,
pola berpikir, dan pola hidup masyarakat. Oleh karena itu sangat
penting apabila subsektor ini dikuasai oleh SDM lokal.
14. Seni Pertunjukan
Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman seni dan tradisi
pertunjukan, seperti wayang, teater, tari, dan lain sebagainya. Seni
pertunjukan dari masing-masing daerah sudah tersebar secara sporadis
ke seluruh wilayah di Indonesia. Banyaknya jumlah seni pertunjukan
baik tradisi maupun kontemporer yang selama ini dikreasikan,
dikembangkan, dan dipromosikan, telah mendapatkan apresiasi dunia
international. Peran pemerintah tentu sangat diperlukan, terutama
dalam menentukan regulasi yang komprehensif untuk mendorong sub
sektor seni pertunjukan ini supaya lebih berkembang. Tak hanya itu,
peran pemerintah dalam menfasilitasi pembangunan gedung atau
tempat pertunjukan yang representatif dan bisa diakses oleh semua
lapisan masyarakat juga mutlak diperlukan.
15. Seni Rupa
Industri seni rupa dunia sedang memusatkan perhatiannya ke Asia
Tenggara. Indonesia pun tak luput dari perhatian mereka. Di mana
Indonesia mempunyai potensi terbesar baik secara kualitas, kuantitas,
pelaku kreatif, produktivitas, dan potensi pasar. Seni rupa Indonesia
juga sudah memiliki jaringan yang sangat kuat baik dalam negeri
ataupun di luar negeri. Berbagai festival seni rupa diadakan secara
rutin. Sudah ada empat perhelatan seni rupa yang reputasinya diakui
secara internasional. Mereka adalah Jogja Biennale, Jakarta Biennale,
Art Jog, dan OK Video Festival. Bahkan sudah lebih dari 160 pelaku
kreatif seni rupa Indonesia terlibat dalam forum dan acara internasional.
16. Televisi Dan Radio
Meskipun tidak semuktahir ponsel dan gawai lainnya, televisi dan
radio masih mempunyai peran yang sangat besar dalam penyebaran
informasi. Saat ini, kepemilikan televisi dan radio sudah merata,
sehingga setiap lapisan masyarakat bisa mengakses teknologi ini.
Pertumbuhan jumlah stasiun televisi dan stasiun radio pun masih terus
bertambah. Namun, pertumbuhan dan potensi tersebut belum disertai
dengan tayangan televisi yang berkualitas. Mayoritas program televisi,
karena mengejar rating tinggi, tak lagi memperhatikan kualitas program
yang ditayangkan. Industri ini kekurangan rumah produksi dan SDM
yang bisa merancang programprogram berkualitas.11
2.1.6 Pelaku dan Faktor Penggerak Industri Kreatif
Pelaku yang menjadi faktor penggerak industri kreatif adalah (Departemen
Perdagangan, 2008:54 – 57):
a. Cendekiawan
Cendekiawan merupakan seseorang yang memiliki keahlian dan
kemampuan dalam mengolah seni dan ilmu pengetahuan. Dalam industri
kreatif pelaku ini terdiri dari peneliti, penulis, aktor, budayawan, seniman,
pengajar, dan tokoh lain di bidang seni, budaya dan ilmu lain yang terkait
dengan industri kreatif.
b. Bisnis

11
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50993/Chapter%2520II.pdf?sequence=4
Bisnis merupakan suatu kesatuan organisasi yang dibentuk untuk
memfasilitasi ketersediaan barang dan jasa kepada konsumen. Bisnis ini
biasanya dimiliki oleh pihak swasta untuk menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
c. Pemerintah
Pemerintah merupakan suatu organisasi yang memiliki wewenang
mengelola kegiatan suatu Negara. Peran pemerintah dalam
pengembangan industri kreatif didorong oleh adanya kegagalan pasar
yang disebabkan monopoli, eksternalitas, barang publik, informasi yang
asimetris, ketidakefisienan yang tinggi dan ketidakmerataan hasil
pembangunan.12
2.2 Tinjauan Kebutuhan Ruang Dalam Pusat Industri Kreatif
2.2.1 Ruang Pelatihan
1) Pengertian Pelatihan
Menurut KBBI: Pusat adalah pokok pangkal atau yang menjadi
pumpunan (berbagai-bagai urusan, hal, dan sebagainya). Menurut KBBI
edisi 2, Balai Pustaka, 1989: Pelatihan atau Magang (Inggris: Training)
adalah proses melatih; kegiatan atau pekerjaan. Sedangkan menurut para
ahli, definisi pelatihan adalah sebagai berikut:
(a) Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003:251) mengemukakan,
training is a planned effort to facilitate the learning of job-related
knowledge, skills, and behavior by employee. Hal ini berarti bahwa
pelatihan merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi
pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan,
keahlian dan perilaku oleh para pegawai.
(b)Menurut Gomes (2003:197), pelatihan adalah setiap usaha untuk
memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang
sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada
kaitannya dengan pekerjaannya.

12
http://lib.unnes.ac.id/31581/1/5112413025.pdf
2) Fungsi dan Peranan Pelatihan
Menurut Cut Zurnali (2004), the goal of training is for employees to
master knowledge, skills, and behaviors emphasized in training programs
and to apply them to their day-to-day activities. Hal ini berarti bahwa
tujuan pelatihan adalah agar para pegawai / masyarakat dapat menguasai
pengetahuan, keahlian dan perilaku yang ditekankan dalam program-
program pelatihan dan untuk diterapkan dalam aktivitas seharihari.
Pelatihan juga mempunyai pengaruh yang besar bagi pengembangan
suatu usaha.
Cut Zurnali (2004) memaparkan beberapa manfaat pelatihan yang
dikemukakan oleh Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright (2003), yaitu:
(a) Membantu para masyarakat yang memahami kehalian untuk bekerja
dengan teknologi baru.
(b) Membantu masyarakat untuk memahami bagaimana bekerja secara
efektif dalam tim untuk menghasilkan jasa dan produk yang
berkualitas.
(c) Memastikan bahwa budaya usaha yang menekankan pada inovasi,
kreativitas dan pembelajaran.
(d) Mempersiapkan masyarakat untuk dapat menerima dan bekerja secara
lebih efektif satu sama lainnya, terutama dengan kaum minoritas dan
para wanita.
3) Standar Ruang Pelatihan
Pada pusat pelatihan terdapat ruang kelas teori, dan ruang kelas
praktek. Pada ruang kelas praktek mengacu pada ruang produksi yang sudah
ada, sedangkan untuk ruang teori mengacu pada standar perancangan ruang
kelas.
Fasilitas ruang ganti dapat didesentralisasikan dengan mengalokasikan
ruang diluar ruang kelas. Namun dalam penempatannya masih bergubungan
dengan ruang terkait. Jumlah ruang ganti berdasarkan intensitas jumlah murid
dan dipisahkan sesuai jenis kelamin.
Gambar 2.1 Skema Ruang Kelas
Sumber : Ernest dan Peter Neufert, 2000

Gambar 2.2 Skema Ruang Ganti


Sumber : Ernest dan Peter Neufert, 2000
2.2.2 Ruang kelas
Setiap kelas pokok ruang pelajaran merupakan ruang ruang kelas, jika
mungkin berbentuk bujur sangkar, perkecualian persegi panjang,
maksimum 32 pelajar. Paling sedikit 65 – 70 m2 (kira kira 2.00 m2 x 2.20
m2 /setiap pelajar) jika mungkin dua jalan masuk udara untuk bentuk
mebel beas seperti di pengadilan.
Bagian depan : Papan tulis yang bisa dilipat, tempat proyeksi,
sambungan untuk TV, Radio pita rekaman, dan sebagaianya, didekat
papan tulis atau pintu masuk terdapat wastafel sekolah. Kemungkinan
menggelapkan jendela. Ruang group sebagai tempat kerja yang
dipisahkan untuk membedakan dari dalam hanya dalam keadaan yang
luar biasa. Alternatif untuk kelas terpisah dan ruang group :
Gabungan dari 2 – 3 ruang kelas untuk tempat pelajaran untuk dialog
guru – pelajar, diskusi, ceramah dan group besar atau pembagian untuk
pemanfaatan secara horizontal dan vertical (koridor – koridor, tangga –
tangga bagian – bagian muka) termasuk uga aula istirahat (0.50 m2
/pelajar). Ruang serba guna perayaan sekolah, permainan dan
pertunjukan. Ruang alat alat pelajaran mencakup kira 0 kira 12 – 15 m2 .
Pusat keadaan tempat guru diatur dalam ruang serbaguna.

Gambar 2.3 Pola Ruang Kelas berkoridor


Sumber : Data Arsitek Jilid 1

Gambar 2.4 Pola Gabuangan 2 Ruang Kelas


Sumber : Data Arsitek Jilid 1
Gambar 2.5 Pola Ruang Kelas Bentuk Mata Gerjaji
Sumber : Data Arsitek Jilid 1

Gambar 2.6. Pola Ruang Kelas Yang Disisipkan Ruangan


Sumber : Data Arsitek Jilid 1

Gambar 2.6. Pola Ruang Kelas benbentuk Hexagon


Sumber : Data Arsitek Jilid 1

Gambar 2.7 Pola 2 Ruang Kelas Yang Dekat Tangga


Sumber : Data Arsitek Jilid 1
Gambar 2.8 Pola Ruang Kelas Dengan Meja Belajar Kelompok
Sumber : Data Arsitek Jilid 1

Gambar 2.9 Pola Ruang Kelas Hexagon Tanpa Koridor


Sumber : Data Arsitek Jilid 1
2.2.3 Auditorium
Auditorium adalah bagian dari teater, sekolah, atau bangunan umum
(publik), disediakan untuk warga (hadirin) yang ingin menyaksikan atau
sekedar mendengarkan. Auditorium dibuat dengan standar-standar ruang
dan posisi pandangan dan penataan suara yang tepat agar pengunjung
merasa nyaman berada di dalam auditorium tersebut. Tempat duduk
pengunjung pun juga harus nyaman, aman, dan baik penataannya. (Akbar,
2013) 1) Standar - standar dalam auditorium
(a) Batas visual dan arah pandang
Ada keterbatasan visual yang menentukan maksimum jarak dari
area panggung yang mana jika jarak maksimun tersebut dilampaui
maka penonton tidak bisa mengapresiasi pertunjukan seni dengan
seharusnya dan untuk para pemain agar bisa menghibur penonton.
Jarak dari panggung ke kursi terjauh bervariasi tergantung jenis
pertunjukan dan skalanya.
(1) Pandangan Vertikal

Gambar 2.10 Layout Tempat Duduk (Kanan) Secara Vertikal


Sumber : Building for the Performing Arts, Ian Appleton, 2008

Gambar 2.11 Lay-out Tempat Duduk Secara Vertikal


Sumber : Building for the Performing Arts, Ian Appleton, 2008
Ada beberapa ketentuan dalam perancangan mengenai pandangan
vertikal (Appleton, 2008 dalam Michelle, 2012), yaitu:
- Pandangan harus dapat melihat titik P yang diambil 60 – 90 cm
dari ujung panggung.
- Kemiringan trap tempat duduk tidak boleh lebih dari 35o
- Jarak vertikal antara mata para penonton minimal 76 – 115 cm.
- Rata – rata ketinggian mata penonton dari tempat dudk adalah 112
cm. - Jarak antar mata penonton dengan kepala penonton yang
berada di depan harus lebih dari 1,25 cm.
(2) Pandangan Horizontal
Ada beberapa ketentuan dalam perancangan mengenai pandangan
horizontal, yaitu:
- Tempat duduk penonton harus diatur agar berselisih, tidak semua
sama deretnya, dengan tujuan agar penonton yang dibelakang
mempunyai pandangan yang lebih leluasa.
- Tanpa menggerakkan kepala, sudut untuk melihat keseluruhan area
pertunjukan sebesar 40o.

Gambar 2.12 Sudut Maksimal Untuk Melihat ke Arah Panggung


Tanpa Menggerakkan Kepala
Sumber : Building for the Performing Arts, Ian Appleton, 2008
- Penonton yang menggerakkan kepala untuk melihat sesuatu ke
arah panggung lebih 30o dari garis tengah tempat duduk akan
mengalami ketidaknyamanan.

Gambar 2.13 Batas Sudut Gerakan Kepala Penonton


Sumber : Building for the Performing Arts, Ian Appleton, 2008
(b) Layout tempat duduk

Gambar 2.14 Layout Tempat Duduk Pada Auditorium


Sumber : Theatres: Planning Guidance for Design and
Adaptation, Roderick Ham, 1987

Gambar 2.15 Layout Tempat Duduk Pada Auditorium


Sumber : Theatres: Planning Guidance for Design and
Adaptation, Roderick Ham, 1987
(1) Jarak antar bagian belakang tempat duduk penonton minimum
sebesar 76 cm.
(2) Jarak antar bagian belakang tempat duduk penonton tanpa
penyangga minimum sebesar 60 cm.
(3) Lebar tiap tempat duduk mempunyai lengan minimum sebesar 50
cm.
(4) Lebar setiap tempat duduk tanpa lengan minimum sebesar 45 cm.
(5) Dimensi vertikal tanpa penghalang antar baris tempat duduk
penonton sebesar 30 cm.
(6) Jarak maksimum tempat duduk dari jalan gang adalah sebesar
jarak 6 tempat duduk penonton yang berjajar
(7) Lebar minimum jalan gang sebesar 110 cm.
(c) Akustik
Berikut ini adalah persyaratan kondisi mendengar yang baik dalam
suatu aditorium:
(1) Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian
auditorium.
(2) Energi bunyi harus didistribusi (terdifusi) secara merata dalam
ruang.
(3) Karakteristik dengung optimum harus diselesaikan dalam
auditorium.
(4) Ruang harus bebas cacat akustik seperti gema, pemantulan
berkepanjangan, gaung, pemusatan bunyi, distorsi, bayangan
bunyi, dan resonansi ruang.
(5) Bising dan getaran yang akan mengganggu pendengaran harus
dikurangi dengan cukup banyak dalam tiap ruang.
2.2.4 Perpustakaan
1) Pengertian perpustakaan Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan,
Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya
cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang
baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,
pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.
2) Persyaratan ruang perpustakaan
(a) Pintu masuk perpustakaan
Bangunan perpustakaan harus mudah dikenalai dan memberi
kesan ramah. Ruang lobi harus cukup luas untuk
menyerap/menghalangi masuknya kebisingan dari luar
bangunan dan memberi warna/suasana yang dapat menstimulasi
pandangan. Ruang masuk langsung menuju ruang
pengawasan/ruang pemandu, sepanjang lorong menuju ruang
control/pemandu berjajar papan peraga.
(b) Ruang pengawas
Ruang pengawas terletak didekat atau tampak dari pintu masuk,
ukuran ruang cukup luas untuk menampung antrian pengunjung
pada jam-jam sibuk, tetapi pengawas harus tetap dapat
mengawasi seluruh ruangan.
(c) Ruang pemandu
Ruang pemandu adalah tempat menyimpan indeks/buku-buku
yang sudah dijilid/buku yang sudah diberi barcode. Terletak di
dekat ruang pengawas atau ruang penerangan, sebelum masuk
ke ruang perpustakaan, letaknya juga dekat dengan ruang
katalog. Bila perpustakaan menggunakan kartu indeks, untuk
sekitas 36.000 jilid buku dibutuhkan ruang seluas 12 m2 .
(d) Meja penerangan
Meja penerangan terletak didekat katalog pemandu dan katalog
daftar pustaka, dapat juga membantu pengawas mengawasi
kegiatan dalam perpustakaan.
(e) Satuan rak penyimpanan buku
Bahan material yang peling sering digunakan adalah dari bahan
metal, rak tunggal yang dapat diatur ukurannya, rak berbanjar
tunggal (menempel pada dinding) atau berbanjar ganda
(letaknya ditengah ruang). Tinggi satuan rak adalah 2 m (pada
bagian buku pinjaman) dan 1,5 m pada bagian anak-anak,
tempat penumpukan buku tingginya 2,3 m. Lebar rak 20-30 cm
untuk buku anak-anak, 20 cm untuk buku fiksi, buku bacaan,
sejarah politik, ekonomi dan hokum, 30 cm untuk buku ilmu
pengetahuan, teknik dan kesehatan. Panjang satuan rak
umumnya 90 cm. lebar gang utama pada perpustakaan/bagian
terbuka 1.8 m sedang gang cabang 1,2 m.
Gambar 2.16 Dimensi dan Satuan Rak Buku
Sumber : Data Arsitek Jilid 2
(f) Lemari/rak buku
Ukuran terpanjang lemari buku adalah 6 satuan rak (5,4 m).
maksimum 8 satuan rak (7,2 m), tetapi bila hanya dapat dicapai
dari 1 arah cukup 4 satuan rak (3,6 m).
(g) Rak – rak tengah pada daerah “terbuka” panjangnya sekitar
1,280 – 1.520 mm (dapat menampung sekitar 164 jilid/m2 );
pada perpustakaan “tertutup”, rak tengah berukuran 1.060 –
1.280 mm (daya tamping 200 – 215 jilid/m2 ). Penentuan
ukuran yang akan dipakai tergantung pada lebar gang. Dari
ukuran rak tengah (5.400 mm, 6.000 mm, 6.850 mm, 7.310 mm,
7.620 mm, 7.750 mm, 8.350mm), kIta dapat menentukan
pilihan bagi ukuran struktur kotak tengah yang paling ekonomis.
Pembagian angka diatas mempengaruhi pengaturan jendela,
lampu atas (langit-langit), peralatan-peralatan yang terpancang
tetap, lobang angin dan pengaturan pencahayaan. Ukuran kolom
terbesar 450 x 450 mm tanpa lapisan permukaan dan tolerans,
tinggi bersih langit-langit sekitar 2.400 mm.
(h) Ruang baca/belajar
Luas dan meja untuk belajar sambil duduk 900 x 600
mm/pembaca menghadap ke tirai/sekat rendah, kadang
dilengkapi lampu baca yang terpancang pada meja. Untuk
pelajar luas tempat belajar 2,32 m2 (termasuk ruang sirkulasi),
berpenyekat diketiga sisinya (bilik terbuka); untuk peneliti
luasnya 3 m2 dan berpenyekat di keempat sisinya (bilik
tertutup, tujuannya adalah untuk keleluasaan pribadi dalam
menekuni pekerjaannya tetapi penyekat cukup rendah untuk
dapat mengetahui apakah bilik terisi atau kosong atau
disalahgunakan untuk kepentingan lain.

Gambar 2.17 Layout Ruang Baca


Sumber : Data Arsitek Jilid 2
(i) Ruang – ruang dalam perpustakaan
Ruang untuk membongkar kemasan dan mengirim buku, ruang
pencatatan buku masuk, penyusunan dalam katalog, menjilid
buku dan memperbaiki buku rusak, photocopy dan mengetik;
Ruang kantor, Ruang istirahat bagi pegawai perpustakaan, loker
dan peturasan.
2.2.5 Ruang Pameran
Ruang pamer dapat berupa ruang seperti kamar atau seperti grand hall.
Terkait dengan perancangan ruang pameran, penataan ruang berarti
mengorganisir unsur-unsur, seperti pengamat, karya, benda pendukung
dan aksesories ruang dengan tujuan agar ruang tersebut mudah diakses
serta nyaman dalam proses interaksi.
Gambar 2.18 Jarak Pandang Manusia ke Objek Pameran
Sumber : Data Arsitek jilid 3
Ruang pamer memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara
lain benda yang dipajang atau dipamerkan harus benar-benar terlindung
dari pengerusakan, pencurian, kebakaran, kekeringan, cahaya matahari
langsung dan debu.

Gambar 2.19 Sudut Pencahayaan Alami Pada Ruang Pamer


Sumber : Data Arsitek Jilid 3
2.2.6 Cafetaria
Cafétaria atau café merupakan tempat makan dan minum yang terbatas
menyajikan roti atau sandwich serta minuman-minuman ringan yang
tidak beralkohol, biasanya erat hubungannya dengan kantor. Cafétaria
merupakan salah satu klasifikasi dari restoran.
Adapun standar ruang yang ada dalam restoran adalah sebagai
berikut:
1) Standar dimensi kursi dan meja yang digunakan di restoran.
Gambar 2.20 Standar Dimensi Kursi dan Meja Restoran
Sumber : Time Saver Standards, 1999:307 & 308
2) Standar dimensi aktivitas orang yang sedang makan di kursi dan
meja.

Gambar 2.21 Standar Dimensi Aktivitas Pengunjung Restoran


Sumber : Time Saver Standards, 1999:312
3) Standar sirkulasi yang ada di dalam restoran.
Gambar 2.22 Standar Sirkulasi di Dalam Restoran
Sumber : Time Saver Standards, 1999:312

Gambar 2.23 Standar Sirkulasi di Area Pelayanan


Sumber : Time Saver Standards, 1999:322
2.2.7 Musholla
Musholla merupakan tempat atau rumah kecil menyerupai masjid yang
digunakan sebagai tempat untuk mengerjakan ibadah sholat bagi umat
Islam. Mushola juga sering disebut dengan surau atau langgar.
Fungsinya menyerupai masjid, namun ada beberapa hal yang
membedakannya dengan masjid, yaitu:
- Tidak dipergunakan untuk salat Jumat.
- Tidak dapat digunakan untuk iktikaf.
- Kadangkala muholla adalah milik probadi seseorang
- Umumnya berukuran lebih kecil darpiada masjid
Adapun dasar standar ruang yang ada adalam musholla adalah sebgai
berikut:

Gambar 2.24 Standar Dimensi Orang Melakukan Gerakan


Sholat Sumber : Ernest dan Peter Neufert, 2006:249
2.2.8 Parkir
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat
sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Adapun standar
tempat parkir adalah sebagai berikut:

Gambar 2.25 Standar Dimensi Sepeda dan Motor


Sumber : Ernest dan Peter Neufert, 2006:100

Gambar 2.26 Standar Dimensi Mobil


Sumber : Ernest dan Peter Neufert, 2006:100
Gam
bar 2.27 Standar Dimensi Bus
Sumber : Ernest dan Peter Neufert, 2006: 101

Gambar 2.28 Standar Dimensi Perputaran Kendaraan


Sumber : Ernest dan Peter Neufert, 2006:104

Gambar 2.28 Standar Ruang Parkir


Sumber : Ernest dan Peter Neufert, 2006:104
2.3 Tinjauan arsitektur batak toba
2.3.1 batak toba
Batak Toba merupakan salah satu diantara 6 sub etnis suku Batak yang
pada umumnya berdiam di keresidenan tapanuli, dan pada tahun 2008
lalu wilayah Tapanuli disatukan dalam Provinsi Sumatera Utara. Dan
sekarang Suku Batak berdiam diri di wilayah yang dikenal dengan
beberapa kabupaten, yaitu Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten
Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara,
sebagian Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga dan
sekitarnya.
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal
bercocok tanam. Ilmu pengetahuan masyarakat Batak Toba dalam hal
meramu, seperti tumbuh-tumbuhan menjadi obat tradisional, seperti
kunyit dan jahe. Pengetahuan lainnya tentang alam, yaitu mengetahui
perjalanan bulan dan bintang serta mempercayai adanya hukum alam
pada setiap manusia dengan buku parhalaan (perbintangan).
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat
sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam
kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo),
tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-
ani.
Orang batak dikenal sebagai pecinta musik. Hampir semua sub suku 
memiliki jenis kesenian yang unik dan berbeda dengan sub suku yang
lainnya.kesenian orang batak toba sendiri cukup beragam mulai dari
tarian, alat music dan jenis-jenis nyanyian. Tarian yang menjadi ciri khas
orang batak toba adalah tari tor-tor dengan berbagai jenis nama tari untuk
berbagai jenis kegiatan yang berbeda-beda.
Masyarakat Batak Toba juga memiliki filosofi dalam kehidupan mereka.
Sistem filosofi tersebut, dalam bahasa Batak Toba disebut Dalihan Na
Tolu ( Tungku Nan Tiga), yang artinya orang Batak memiliki 3 posisis
penting dalam kekerabatan. Ada tiga bagian bentuk kekarabatan Dalihan
Na Tolu:
 HULA HULA atau TONDONG : yaitu kelompok orang orang yang
posisinya "di atas", yaitu keluarga marga pihak istri sehingga disebut
Somba marhula-hula yang berarti harus hormat kepada keluarga
pihak istri agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan.
 DONGAN TUBU atau SANINA : yaitu kelompok orang orang yang
posisinya "sejajar", yaitu : teman/saudara semarga sehingga disebut
Manat mardongan tubu, artinya menjaga persaudaraan agar terhindar
dari perseteruan.
 BORU : yaitu kelompok orang orang yang posisinya "di bawah", yaitu
saudara perempuan kita dan pihak marga suaminya, keluarga perempuan
pihak ayah. Sehingga dalam kehidupan sehari hari disebut Elek marboru
artinya agar selalu saling mengasihi supaya mendapat berkat.
2.3.2 arsitektur batak toba
Rumah Batak mempunyai bentuk arsitektur bangunan yang
menggunakan bahan kayu yang khas serta dihiasi ornamen indah yang
punya makna tertentu berkaitan dengan kesejahteraan, keselamatan dan
perlindungan penghuninya dan desanya. Motif yang banyak ditemukan
antara lain : gorga, singa singa dan gajah dumpak. Rumah tradisional
Batak Toba di Balige ada 2 jenis yaitu Ruma dan Sopo, Ruma adalah
rumah tradisional Batak untuk tempat tinggal. Sementara Sopo adalah
rumah tradisional Batak untuk menyimpan padi ( lumbung padi ) pada
jaman dulu, tetapi sekarang dijadikan tempat tinggal. Pada masa lalu atap
rumah Batak dibuat dari ijuk.
Tinggi dari tanah kelantai rumah adat batak sampai 1,85m di atas
tanah dan bagian bawah dipergunakan untuk memelihara hewan, seperti
babi, ayam, dan sebagainya. Pintu masuk rumah adat ini, dahulunya
memiliki 2 macam daun pintu yaitu daun pintu yang horizontal dan
vertikal, tapi sekarang daun pintu yang horizontal tak dipakai lagi.
Ruangan dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka tanpa kamar -
kamar, walaupun bersamaan disitu lebih dari satu keluarga, tapi bukan
berarti tidak ada pembagian ruangan. Karena dalam rumah adat ini
pembagian ruangan dibatasi oleh adat mereka yang kuat. Ruangan di
belakang sudut sebelah kanan dinamakan jabu bong, yang ditempati oleh
kepala rumah atau porjabu bong, dengan isteri dan anak-anak yang masih
kecil. 13
Namun di sudut kiri berhadapan dengan Jabu bong dinamakan Jabu
Soding, yang dikhususkan untuk anak perempuan yang telah menikah tapi
belum mempunyai rumah sendiri. Sedangkan untuk sudut kiri depan
dinamakan Jabu Suhat, diperuntukkan bagi anak laki - laki tertua yang
sudah nikah dan di seberangnya disebut Tampar Piring diperuntukkan
bagi tamu.Jika keluarga besar maka diadakan tempat di antara dua ruang
atau jabu yang berdempetan, sehingga ruangan bertambah dua lagi dan
ruangan ini disebut Jabu Tonga-ronga ni jabu rona. Walaupun rumah
tersebut berdempetan, tiap keluarga mempunyai dapur sendiri yang
terletak di belakang rumah, berupa bangunan tambahan. Dan di antara
dua deretan ruangan yakni di tengah - tengah rumah merupakan daerah
netral yang disebut telaga dan berfungsi sebagai tempat bermusyawarah.
ciri khas Arsitektur Rumah adat Batak Toba :
 Sistem orientasi sumbu transenden dari Gunung Pusuk Buhit.
 Bangunan rumah dibangun menghadap sumbu utara-selatan.
 Masa bangunan terdiri dari 3 bagian pokok yang memiliki perbandingan
1:1:5 dengan perhatian utama pada atap.
 Dinding bangunan dibuat miring ke atas. Artinya, melambangkan
pertemuan dunia tengah dengan langit (atap).
 Pada setiap Huta toba terdapat pohon beringin yang diandaikan
masyarakatnya sebagai Kiara Jambu Barus, pohon nasib orang Batak.
 Bubungan atap berbentuk melengkung ke atas (toba).
 Bentuk bangunan yang seimbang (simetri) sempurna, menciptakan garis
sumbu yang kuat sebagai axis mundi. Makna estetika simbolik pada

13
https://www.suaramerdeka.com/arsip/139145-mengulik-arsitektur-rumah-batak-toba
Batak Toba: kosmologis, proporsional, misteri, dinamis, ekspresif,
keterbukaan, kesederhanaan, ketenteraman.14

Gambar 2.29 Rumah Adat Batak Toba


Sumber : https://tourtoba.com/kawasan-kampung-batak

Gambar 2.30 Gorga Rumah Adat Batak Toba


Sumber : cometoliketoba.com
Kabupaten Samosir adalah salah satu  kabupaten  yang berada di
prosinsi Sumatra Utara, Indonesia. Kabupaten ini merupakan
pemekaran dari kabupaten Toba sesuai dengan UU RI Nomor 36
Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai.
Terbentuknya Samosir sebagai kabupaten baru merupakan langkah
awal untuk memulai percepatan pembangunan menuju masyarakat
yang lebih sejahtera. (sumber: Wikipedia 2020)
14
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4746/130905024.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
2.4 Tinjauan Arsitektur Neo Vernakular
Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang
pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan
tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes
dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan
berbentuk kotakkotak).Oleh sebab itu, lahirlah aliran-aliran baru yaitu Post
Modern. Menurut Charles A. Jenck ada 6(enam) aliran yang muncul pada
era Post Modern diantaranya, historiscism, straight revivalism, neo
vernakular, contextualism, methapor dan post modern space. Menurut Budi
A Sukada (1988) dari semua aliran yang berkembang pada Era Post Modern
ini memiliki 10 (sepuluh) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut.
 Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer.
 Membangkitkan kembali kenangan historik.
 Berkonteks urban.
 Menerapkan kembali teknik ornamentasi.
 Bersifat representasional (mewakili seluruhnya).
 Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain).
 Dihasilkan dari partisipasi.
 Mencerminkan aspirasi umum.
 Bersifat plural.
 Bersifat ekletik.
Untuk dapat dikategorikan sebagai arsitektur post modern tidak harus
memenuhi kesepuluh dari ciri-ciri diatas. Sebuah karya arsitektur yang
memiliki enam atau tujuh dari ciri-ciri diatas sudah dapat dikategorikan
kedalam arsitektur post modern.Charles Jenks seorang tokoh pencetus
lahirnya post modern menyebutkan tiga alasan yang mendasari timbulnya
era post modern, yaitu.
1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa
batas, ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru
manusia.
2. Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi.
3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau
daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arsitektur post modern dan
aliran-alirannya merupakan arsitektur yang menggabungkan antara
tradisional dengan non tradisinal, modern dengan setengah nonmodern,
perpaduan yang lama dengan yang baru. Dalam timeline arsitektur modern,
vernakular berada pada posisi arsitektur modern awal dan berkembang
menjadi Neo Vernakular pada masa modern akhir setelah terjadi eklektisme
dan kritikan-kritikan terhadap arsitektur modern.
Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah
sebagai berikut.
 Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk
iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata
letak denah, detail, struktur dan ornamen)
 Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern,
tetapi juga elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan,
tata letak yang mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi
konsep dan kriteria perancangan.
 Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip
bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan
penampilan visualnya). 15
2.4.1 Pengertian Arsitektur Neo Vernakular
Neo berasal dari bahasa yunani dan digunakan sebagai fonim yang
berarti baru. Jadi neo-vernacular berarti bahasa setempat yang di
ucapkan dengan cara baru, arsitektur neo-vernacular adalah suatu
15
https://www.arsitur.com/2017/11/pengertian-arsitektur-neo-vernakular.html
penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik (bentuk,
konstruksi) maupun non fisik (konsep, filosopi, tata ruang).
Dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk
secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau
banyaknya mangalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih
modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi
setempat.Arsitektur Neo-Vernacular merupakan suatu paham dari aliran
Arsitektur Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas
modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme
yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri.
Arsitektur Neo-Vernacular merupakan arsitektur yang konsepnya pada
prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis,
peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan
antara bangunan, alam, dan lingkungan. Arsitektur neo-vernakular,
banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat modern namun dalam
penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah setempat yang
dikemas dalam bentuk yang modern.
Arsitektur neo-vernakular ini menunjukkan suatu bentuk yang modern
tapi masih memiliki image daerah setempat walaupun material yang
digunakan adalah bahan modern seperti kaca dan logam. Dalam
arsitektur neo-vernakular, ide bentuk-bentuk diambil dari vernakular
aslinya yang dikembangkan dalam bentuk modern.16
2.4.2 Ciri – Ciri Arsitektur Neo-Vernakular
Menurut Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern
Architecture (1990)” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-
Vernakular sebagai berikut:
a. Selalu menggunakan atap bumbungan.Atap bumbungan menutupi
tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak

16
atap yang diibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari
pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang
menyimbolkan permusuhan. b. Batu bata (dalam hal ini merupakan
elemen konstruksi lokal).Bangunan didominasi penggunaan batu bata
abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat.
c. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan
dengan proporsi yang lebih vertikal.
d. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern
dengan ruang terbuka di luar bangunan.
e. Warna-warna yang kuat dan kontras.
Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernakular
tidak ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi
lebih pada keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas
ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh Neo-Vernakular melalui tren
akan rehabilitasi dan pemakaian kembali.
1. Pemakaian atap miring
2. Batu bata sebagai elemen lokal
3. Susunan masa yang indah. Mendapatkan unsur-unsur baru dapat
dicapai dengan pencampuran antara unsur setempat dengan teknologi
modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat, dengan ciri-ciri
sebagai berikut.
 Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim
setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak
denah, detail, struktur dan ornamen).
 Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern,
tetapi juga elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan,
tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya
menjadi konsep dan kriteria perancangan.
 Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip
bangunan vernakular melainkan karya baru (mangutamakan
penampilan visualnya).17
2.4.3 Prinsip Desain Arsitektur Neo-Vernakular
Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara
terperinci adalah sebagai berikut.
 Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif
terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari
bangunan sekarang.
 Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan
yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan
arsitektur.
 Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan
lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.
 Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi,
bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur.
 Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi
yang akan datang.
Perbandingan Tradisional Vernakular Neo Vernakular
Ideologi Terbentuk oleh Terbentuk oleh Penerapan elemen
tradisi yang tradisi turun temurun arsitektur yang
diwariskan tetapi terdapat sudah ada dan
secara pengaruh dari luar kemudian sedikit
turuntemurun,be baik fisik maupun atau banyaknya
rdasarkan kultur nonfisik, bentuk mengalami
dan kondisi perkembangan pembaruan
lokal. arsitektur tradisional menuju suatu
karya yang
modern.
17
Prinsip Tertutup dari Berkembang setiap Arsitektur yang
perubahan waktu untuk bertujuan
zaman, terpaut merefleksikan melestarikan
pada satu kultur lingkungan, budaya unsur-unsur lokal
kedaerahan, dan dan sejarah dari yang telah
mempunyai daerah dimana terbentuk secara
peraturan dan arsitektur tersebut empiris oleh
norma-norma berada. Transformasi tradisi dan
keagamaan yang dari situasi kultur mengembangkann
kental homogen ke situasi ya menjadi suatu
yang lebih langgam yang
heterogen. modern.
Kelanjutan dari
arsitektur
vernakular
Ide Desain Lebih Ornamen sebagai Bentuk desain
mementingkan pelengkap, tidak lebih modern.
fasat atau meninggalkan nilai-
bentuk, ornamen nilai setempat tetapi
sebagai suatu dapat melayani
keharusan. aktifitas masyarakat
didalam.

Tabel 2.1.Perbandingan Arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo


Vernakular
Sumber : Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo (2013)
2.4.4 kajian arsitektur neo vernacular
 Asakusa Tourist Information Center
Gambar 2.31 Asakusa Tourist Information Center
Asakusa Cultural Tourist Information Center adalah  bangunan
yang terletak pada lahan seluas 326 meter persegi di seberang Gerbang
Kaminari-mon, ACTIC adalah bangunan multifungsi yang menaungi pusat
informasi turis, ruang konferensi, ruang sebaguna, dan ruang pameran.
Desain yang diajukan oleh Kengo Kuma & Associates adalah sebuah pusat
informasi turis yang terlihat seperti rumah-rumah tradisional dengan atap
miring yang menumpuk ke atas, masing-masing 'rumah' merepresentasikan
1 lantai. Lebih lanjut, atap tidak hanya membagi struktur menjadi 8 rumah
satu lantai tetapi juga menentukan peran tiap lantainya. Lantai pertama dan
kedua memiliki atrium dan tangga di dalam pintu, menciptakan urutan di
mana Anda bisa merasakan kemiringan kedua atap.
Di lantai 6, dengan memanfaatkan atap miring, kami dapat
membuat lantai bertingkat yang seluruh ruangan dapat berfungsi sebagai
teater. Karena sudut atap condong ke arah Kaminari-mon dan ketinggian
dari tanah bervariasi dari lantai ke lantai, setiap lantai berhubungan
berbeda dengan bagian luar, memberikan karakter unik pada setiap ruang. 
Bentukan yang membaurkan struktur dan fasad digaris bawahi
dengan penggunaan material yang khas untuk memperbesar dampak visual
bangunan terhadap lingkungan urban di sekitarnya. Fasad bangunan
didominasi oleh material kayu, merujuk pada bangunan tradisional Jepang
yang digubah secara kontemporer. Interiornya merepresentasikan esensi
estetika ala Jepang, namun keseluruhan 'tumpukan' bangunan,
dikosongkan isinya, dan diisi lagi dengan program ruang yang dibutuhkan,
adalah wujud gubahan secara kontemporer lainnya oleh sang arsitek.

Gambar 2.32 Asakusa Tourist Information Center


Pusat ini memperluas lingkungan hidup Asakusa secara vertikal dan
menumpuk atap yang membungkus berbagai aktivitas di bawahnya,
menciptakan "bagian baru" yang tidak ada dalam arsitektur berlapis
konvensional. Peralatan disimpan di ruang berbentuk diagonal yang lahir
antara atap dan lantai, dan dengan perlakuan ini kami dapat mengamankan
volume udara yang besar meskipun tingginya hanya rata-rata untuk
bangunan tinggi dan menengah.
Gerbang Kaminari-mon, bangunan itu diperlukan untuk
mengakomodasi berbagai program seperti pusat informasi wisata, ruang
konferensi, aula serbaguna, dan ruang pameran.
Gambar 2.33 layout Asakusa Tourist Information Center
2.5 Kesimpulan Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan - tinjauan teori yang telah dijabarkan di atas
maka didapatkan aspek, variabel dan kriteria desain peracangan untuk
Pusat Industri Kreatif.
ASPEK VARIABEL KRITERIA
Fasilitas
Ruang Pelatihan Pada pusat pelatihan terdapat ruang kelas
teori, dan ruang kelas praktek. Pada ruang
kelas praktek mengacu pada ruang
produksi yang sudah ada, sedangkan
untuk ruang teori mengacu pada standar
perancangan ruang kelas.
Ruang kelas ruang kelas untuk tempat pelajaran untuk
dialog guru – pelajar, diskusi, ceramah
dan group besar atau pembagian untuk
PUSAT pemanfaatan secara horizontal dan
vertikal
INDUSTR Auditorium Auditorium dibuat dengan standar-
I standar ruang dan posisi pandangan dan
penataan suara yang tepat agar
KREATIF pengunjung merasa nyaman berada di
dalam auditorium tersebut. Tempat duduk
pengunjung pun juga harus nyaman,
aman, dan baik penataannya.
Perpustakaan Bangunan perpustakaan harus mudah
dikenalai dan memberi kesan ramah.
Ruang lobi harus cukup luas untuk
menyerap/menghalangi masuknya
kebisingan dari luar bangunan dan
memberi warna/suasana yang dapat
menstimulasi pandangan.
Ruang Pameran Ruang pamer dapat berupa ruang seperti
kamar atau seperti grand hall. ruang
tersebut harus mudah diakses serta
nyaman dalam proses interaksi.
Cafetaria Cafétaria merupakan salah satu klasifikasi
dari restoran. standar ruang yang ada
dalam restoran adalah dimensi kursi dan
meja yang digunakan, dimensi aktivitas,
dan sirkulasi.
Musholla Standar Dimensi Orang Melakukan
Gerakan Sholat
Bentuk ketinggian timur dan barat memiliki
sedikit atau tidak ada jendela yang
menerima sinar matahari rendah, dan
dinding di ketinggian ini memantulkan
cahaya dan terisolasi dengan baik
Facade Mencegah sinar matahari dan panas
a. Shade
langsung dengan fasad bangunan atau
bagian bangunan yang berfungsi sebagai
pembayang sinar matahari. Sun Shader
bersi-fat masif dan tanpa lubang.

Peneduh meliputi sirip penangkal sinar


b. Shade dan
matahari (SPSM), bidang dinding, atap
filter
balkon,atap lebar, kisi-kisi (louvre)dan
kerai otomatis (automated blind).

Menggunakan bahan bermasa termal


rendah untuk meminimalkan
Material
penyimpanan panas. Pada bangunan
mengoptimalkan pemakaian material dan
bahan bangunan yang tahan terhadap
iklim tropis.
Memaksimalkan Ventilasi alami dengan
memastikan arah bukaan yang benar.
Ventilasi
Ruang diatur dengan ventilasi silang,
Jarak bangunan mengoptimalkan akses

Mendapatkan orientasi bangunan terbaik,


Orientasi
bangunan harus mersepon angin yang
tersedia, serta Matahari

 Selalu menggunakan atap bumbungan


Ciri – Ciri
 Mengembalikan bentuk-bentuk
Arsitektur Neo-
tradisional yang ramah lingkungan
Vernakular
dengan proporsi yang lebih vertikal.
 Kesatuan antara interior yang terbuka
melalui elemen yang modern dengan
ruang terbuka di luar bangunan.
ARSITEKTUR
 Warna-warna yang kuat dan kontras.
NEO  Produk pada bangunan ini tidak murni

VERNAKULAR menerapkan prinsip-prinsip bangunan


vernakular melainkan karya baru

BAB III
STUDI LITERATUR
3.1 Jakarta Creative Hub
3.1.1 Lokasi
Jakarta Creative terletak di Jl. Kb. Melati 5 No.20, RT.2/RW.8, Kb.
Melati, Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 10230. Luas Lahan Jakarta Creative Hub adalah 1500 m2.
Sepeti tertera di gambar 3.1

Gambar 3.1 Lokasi dan Lingkungan Sekitar Tapak


3.1.2 Aksesbilitas
Aksesbilitas untuk menuju Jakarta Creative Hub sangat mudah dan dapat
dilalui menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi,
Sistem 2 arah yang digunakan menjadi sangat mudah untuk mengakses
kedalam bangunan, jalan raya yang ada di depan bangunan tersebut
cukup luas ,tetapi jika jam tertentu seperti jam pulang kerja akan terjadi
kemacetan walaupun tidak terlalu parah.

Gambar 3.2 Aksesbilitas Jakarta Creative hub


3.1.3 Parkir
Tidak ada basement untuk parkir hanya lahan parkir biasa di luar
gedung, ada pula yang parkir diluar bangunan tersebut/ di jalan raya.

Gambar 3.3 Parkir Jakarta Creative Hub


3.1.4 Fasilitas
 R. Co Working Umum
R.3D Printing yang disediakan untuk para pengunjung, apabila ingin
digunakan untuk umum maka ada ketentuan tertentu untuk digunakan.

Gambar 3.4 3D Printing


 R. Pameran
R.Pameran yang tersedia untuk memamerkan hasil karya yang telah
dibuat, pameran ini terbuka untuk umum dan dapat dimasuki oleh
siapapun.
Gambar 3.5 Ruang Pameran
 Maker Space
R.Maker Space yang disewakan untuk umum tapi disewakan untuk
umum jika ada pengunjung yang akan menggunakannya.

Gambar 3.6 Ruang Maker Space


 Perpustakaan
Perpustakaan ini disediakan untuk umum sehingga pengunjung dapat
memasuki perpustakaan ini, tetapi tetap ada peraturan yang harus
ditaati.

Gambar 3.6 Ruang Perpustakaan


 Ruang Kelas
R.Kelas yang tersedia di Jakarta Creative Hub ini juga disewakan
untuk para pengunjung yang ingin menyewakan R.Kelas untuk
kegiatan tertentu.
 Ruang .Serbaguna
R.Serbaguna yang tersedia di jakarta Creative Center ini disediakan
untuk para desainer atau para pengunjung yang menyewakan untuk
mengadakan kegiatan fashion apapun disini
 Exhibition Area
Exhibiton area disediakan untuk pameran yang memamerkan karya
hasil dari para insan kreatif muda yang berada di Jakarta Creative Hub.
 Fasad
Ruang Jakarta Creative Hub terletak pada bangunan Graha Niaga
Thamrin sehingga dari fasad tidak terlihat iconic hanya menggunakan
kaca-kaca dan ornament yang tidak banyak.

Gambar 3.7 fasad bangunan


3.2 Bandung Creative Hub
1. Lokasi
Bandung Creative Hub terletak di terletak di jalan Jl. Laswi No.7, Kacapiring,
Batununggal, Kota Bandung, Jawa Barat 4027. Luas Bangunan Bandung
Creative Hub adalah 5.000 m2.

Gambar 3.8 Lokasi dan Lingkungan Sekitar Tapak


2. Aksesbilitas
Aksesbilitas untuk menuju Bandung Creative Hub sangat mudah dan dapat
dilalui menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, Sistem 2
arah yang digunakan menjadi sangat mudah untuk mengakses kedalam
bangunan, jalan raya yang ada di depan bangunan tersebut cukup luas ,tetapi
jika jam tertentu seperti jam pulang kerja akan terjadi kemacetan walaupun
tidak terlalu parah.

Gambar 3.9 Aksesbilitas Jln. Laswi


3. Parkir
Bandung Creative hub tersedia area parkir diluar dan areanya cukup luas
untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Terdapat parkir untuk kendaraan
roda dua maupun roda 4.

Gambar 3.10 Parkir Bandung Creative Hub


4. Fasilitas
 R. Co Working Umum
R.Co working umum ini dapat digunakan oleh masyarakat umum.
Selain itu terdapat fasilitas wifi gratis dan juga stop kontak yang
tersedia untuk para pengunjung.
Gambar 3.11 co working umum
 R. Pameran
R.Pameran yang tersedia untuk memamerkan hasil karya yang telah
dibuat, pameran ini terbuka untuk umum dan dapat dimasuki oleh
siapapun.

Gambar 3.12 R. Pameran


 R. Auditorium
R.Auditorium ini disewakan oleh pihak Bandung Creative Hub
sehingga dapat digunakan oleh umum, ruangan ini biasanya digunakan
untuk Seminar, Kreasi Seni dll.

Gambar 3.13 R. Auditorium


 Perpustakaan
Perpustakaan ini disediakan untuk umum sehingga pengunjung dapat
memasuki perpustakaan ini, tetapi tetap ad aperaturan yang harus
ditaati.

Gambar 3.14 Perpustakaan


 R.Tari
R.Tari yang tersedia di Bandung Creative Hub dan dapat di sewakan
untuk umum.
 R.Kelas
R.Kelas yang tersedia di Bandung Creative Hub ini juga disewakan
untuk para pengunjung yang ingin menyewakan R.Kelas untuk
kegiatan tertentu
 R.Fashion
R.Fashion yang tersedia di Bandung Creative Center ini disediakan
untuk para desainer atau para pengunjung yang menyewakan untuk
mengadakan kegiatan fashion apapun disini
 Exhibition Area
Exhibiton area disediakan untuk pameran yang memamerkan karya
hasil dari para insan kreatif muda yang berada di Bandung Creative
Hub.
5. Fasad
Bandung Creative hub memiliki fasad yang iconic sehingga pengunjung yang
melewati bangunan tersebut tertarik untuk mengetahui bangunan tersebut.
Fasad yang memiliki khas sendiri ini juga menjadi icon kota Bandung.
Gambar 3.15 Fasad Bangunan
Konsep Bangunan Creative Hub sangatlah iconic, memadukan subtaktif aditif,
selain itu juga perpaduan warna yang menghiasa konsep bangunan menjadi
daya Tarik tersedniri bagi pengunjung.
3.3 Kesimpulan Studi Literatur
Berdasarkan studi literatur yang dijabarkan, maka diperboleh rangkuman
seperti yang terlihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :
Analisa Jakarta creative hub Bandung creative hub
Lokasi Jl. Kb. Melati 5 No.20, Jl. Laswi No.7, Kacapiring,
RT.2/RW.8, Kb. Melati, Tanah Batununggal, Kota Bandung,
Abang, Kota Jakarta Pusat, Jawa Bara
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Fasilitas  xhibition area  R. Co Working Umum
 Makerspace
 R. Pameran
 Co-office
 Classroom  R. Auditorium
 Library
 Perpustakaan
 Disscuss area
 Café  R.Tari
 Meeting room
 R.Kelas
 R.Fashion
 Exhibition Area
Parkir lahan parkir biasa di luar area parkir diluar dan areanya
gedung cukup luas
Aksesbilitas mudah dan dapat dilalui sangat mudah dan dapat dilalui
menggunakan kendaraan menggunakan kendaraan umum
umum maupun kendaraan maupun kendaraan pribadi
pribadi
Fasade fasade tidak terlihat iconic iconic, memadukan subtaktif
hanya menggunakan kaca-kaca aditif, dan penggunaan warna
dan ornament yang beragam

3.4 Rencana Lokasi


3.4.1 Gambaran Umum Kabupaten samosir
a. Kondisi Geografis Kabupaten samosir
Secara Geografis Kabupaten Samosir terletak pada 20 24‘ –  20 25‘
Lintang Utara dan 980 21‘ –  990 55‘ BT. Secara Administratif
Wilayah Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh Kabupaten, yaitu di
sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten
Simalungun; di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba
Samosir; di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli
Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan; dan di sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat.

Gambar 3.16 peta daerah kabupaten samosir


b. iklim dan cuaca kabupaten samosir
Sebagai daerah pertanian dan sebagian penduduknya hidup dan
menggantungkan dengan pertanian, curah hujan merupakan salah
satu faktor eksternal yang menentukankeberhasialn pertanian
penduduk. Rata-rata curah hujan yang terjadi di Kabupaten Samosir
pada tahun 2003 berdasarkan hasil pengamatan dari 7 (tujuh) stasiun
pengamatan adalah sebesar 177 mm / bulan dengan jumlah hari hujan
sebanyak 11 hari.
Temperatur Kabupaten Samosir berkisar antara 170 C –  290 C
dengan kelembaban udara rata-rata 85 persen dan tergolong dengan
beriklim tropis.Curah hujan tertinggi terjadi bulan November dengan
rata-rata 440 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 15 hari. Curah
hujan terendah terjadi pada bulan Juni s/d Agustus berkisar dari 31
s/d 56 mm per bulan, dengan hari hujan 5 s/d 7 hari. Kecamatan yang
tertinggi rata-rata curah hujannya adalah Harian sebesar 302 mm,
sedangkan yang terendah adalah Nainggolan rata-rata sebesar 120
mm.
3.4.2 Analisa Kontekstual
Analisa kontekstual merupakan sebuah taha perencanaan yang
berfokus terhadap kondisi dan potensi tapak terpilih. Fungsi analisa
kontektual memberikan informasi dan respon terhadap kondisi fisik
dan non fisik bik dalam lokas peracangan maupun trhadap
lingkungan sekita lokasi perancangan. Menurut Edward T. White
(1985) dalam nuku berjudul Site Analisa data mengenai analisa tapak
meliputi : lokasi, tautan lingkungan, ukuran dan tata wilayah,
peraturan, keisitimewaan fisik alamiah, kistimewaan fisik buatan,
sirkulasi, utilitas, pancaindera, manusia dan kebudayaan, dan iklim.
Sedangkan analisa tapak yang di anggap berpengaruh terhadap tahap
terpilih antara lain : lokasi, tautan lingkungan, ukuran, tata wilayah,
keisitimewaan fisik alamiah, keistimewaan fisik buatan, sirkulasi,
pancaindera, dan iklim.
sebelum melakukan analisa tapak, Terlebih dahulu dilakukan analisa
pemilihan tapak berdasarkan beberapa alternatif tapak terpilih.
3.4.3 Kriteria Pemilihan Tapak
1. Kondisi Tanah/ Lahan
Pada pusat Industri kreatif memilih lahan yang sesuai dengan fungsi
bangunan
2. Akses menuju lokasi
- lokasi harus dilalui atau mudah di capai dengan transportasi umum
harus dekat dengan jalan utama.
- Kondisi jalan yang baik sehingga dapat dilalui oleh trasnportasi
3. Luas Lahan
Luas lahan yang memadai untuk menampung seluruh kegiatan dan
fungsi pusat Industri kreatif
4. Kelengkapan sarana dan prasarana pada kawasan :
- didukung oleh infrastruktur yang baik
- Utilitas pada kawasan dapat memenuhi semua kebutuhan yang pada
pusat Industri kreatif seperti air bersih,listrik dll
5. Kondisi lingkungan
-kondisi lingkungan sekitar mampu menunjang keberadaan pusat
Industri kreatif , Seperti dekat dengan area wisata, tersedianya lingkungan
yang dapat menunjang kegiatan di pusat industri kreatif.
3.4.4 Identifikasi Alternatif Lokasi
a. Alternatif Lokasi 1
Luas Lahan : Kurang Lebih 2.3 Ha ( Sekitar kawasan merupakan
kawasan kosong sehingga Luasan pada kawasan Tidak terlalu
terbatas).
Keistimewaan Lahan : Berada di Lahan Yang tidak berkontur
serta dekat dengan salah satu area pariwisata yaitu pantai
situngkir dan pantai parbaba dan berada di jalan Yang mudah
dijangkau oleh kendaraan dan Manusia.
Gambar 3.16 gambar lokasi alternative 1
Utara : lahan hijau dan pantai situngkir
Barat : Lahan Hijau / lahan Kosong
Selatan : jalan pantai situngkir
Timur : Jalan lintas kecamatan simanindo
b. Alternatif Lokasi 2
Luas Lahan : Kurang Lebih 2.4 Ha ( Sekitar kawasan merupakan
kawasan kosong sehingga Luasan pada kawasan Tidak terlalu
terbatas).
Keistimewaan Lahan : Berada di Lahan Yang cukup berkontur
serta dekat dengan salah satu area pariwisata yaitu tuktuk siadong
dan berada di jalan Yang mudah dijangkau oleh kendaraan dan
Manusia namun tidak ada transportasi umum tersedia ke daerah
tersebut.

Gambar 3.16 gambar lokasi alternative 1


Utara : lahan hijau
Barat : Lahan Hijau / lahan Kosong
Selatan : lahan hijau
Timur : Jalan lintas tuk tuk siadong

Kesimpulan berupa table


Potensi lokasi
1. Existing
2. Kontur
3. Potensi analisa
4. Lingkungan
5. Infrastruktur
6. Foto semua

Anda mungkin juga menyukai