Anda di halaman 1dari 59

PENGARUH FEED RATE TERHADAP CHATTER DAN KEKASARAN

PERMUKAAN PADA PROSES MILLING DENGAN PRE EXISTING SLOT

SKRIPSI
TEKNIK MESIN KONSENTRASI TEKNIK PRODUKSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Teknik

ILHAM WAHYUDI P.
NIM. 125060200111099

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
JUDUL SKRIPSI :

“PENGARUH FEED RATE TERHADAP CHATTER DAN KEKASARAN PERMUKAAN


PADA PROSES MILLING DENGAN PRE EXISTING SLOT”

Nama Mahasiswa : Ilham Wahyudi P.


Nim : 125060200111099
Program Studi : Teknik Mesin
Konsentrasi : Teknik Produksi

KOMISI PEMBIMBING

Dosen Pembimbig I : Dr. Ir. Achmad As’ad Sonief, MT.


Dosen Pembimbing II : Khairul Anam, ST., M.Sc.

TIM DOSEN PENGUJI

Dosen Penguji I : Dr.Eng. Yudy Surya Irawan, ST., M.Eng.


Dosen Penguji II : Dr.Eng. Moch. Agus Choiron, ST., MT.
Dosen Penguji III : Dr.Eng. Anindito Purnowidodo, ST., M.Eng

Tanggal Ujian : 12 Juni 2017


Sk Penguji : 654/UN10.6.62/AK/2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Ilham Wahyudi Pakpahan
Tempat, Tanggal Lahir : Banjar, 10 Oktober 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Dusun II, Bangun Sari, Kec. Silau Laut, Kab. Asahan,
Sumatera Utara
Email : pakpahan1010@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 010246 Banjar : Tahun 2000 - 2006
2. MTsS PMDU Asahan : Tahun 2006 - 2009
3. SMA Negeri 1 Kisaran Asahan : Tahun 2009 - 2012
4. S1 Fakultas Teknik Universitas Brawijaya : Tahun 2012 – 2017

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya

Malang, 03 Agustus 2017

Ilham Wahyudi Pakpahan


Persembahan Terbesar dalam
hidup saya teruntuk Ayah dan
Mama buat do’a dan cinta mereka
yang tak pernah putus
RINGKASAN
Ilham Wahyudi Pakpahan, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya, Mei 2017, Pengaruh Feed Rate Terhadap Chatter dan Kekasaran Permukaan
Pada Proses Milling dengan Pre Existing Slot, Dosen Pembimbing : Achmad As’ad Sonief
dan Khairul Anam.
Benda kerja diberikan slot terlebih dulu sebelum dilakukannya pemakanan utuh
atau disebut pre existing slot. Proses pre existing slot ini akan mengurangi volume benda
kerja terlebih dahulu, lalu akan menyebabkan pahat lebih sedikit kontak dengan benda
kerja pada setiap feed rate ya. Sehingga mengurangi nilai RMR-nya, dan dalam prosesnya
produk yang dihasilkan lebih baik. Material yang akan digunakan adalah Al-6061. Tujuan
dari pada penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh feed rate
terhadap chatter dan kekasaran permukaan apabila menggunakan combine milling dengan
pre existing slot. Alat yang digunakan untuk mengukur chatter adalah vibration metter dan
kekasaran permukaan dengan surface roughness tester.
Disamping itu penelitian ini akan membandingkan juga seberapa besar
pengaruhnya antara combine milling dengan pre existing slot dan non pre existing slot.
Variasi feed rate yang digunakan adalah 30mm/min, 40mm/min dan 50mm/min, dengan
putaran spindel konstan sebesar 500rpm dan depth of cut konstan 1mm. Berdasarkan
penelitian ini didapatlah kesimpulan bahwa, semakin tinggi feed rate maka semakin
meningkat pula nilai dari chatter dan kekasaran permukaan. Besar perbandingan antara pre
existing slot dan non pre existing slot didapatlah kesimpulan, nilai chatter dan kekasaran
permukaan pada pre existing slot lebih kecil dibanding kan nilai chatter dan kekasaran
permukaan pada non pre existing slot. Nilai chatter yang didapat dari pre existing slot
adalah 0,092g, 0,102g dan 0,112g , sementara pada non pre existing slot adalah 0,122g,
0,153g dan 0,163g. Dengan perbandingan nilai chatter pada pre existing slot adalah 75%,
67%, dan 69% dari nilai chatter pada non pre existing slot. Nilai dari kekasaran permukaan
dari pre existing slot didapat juga lebih kecil dari pada non pre exiting slot. Nilai kekasaran
permukaan pada pre existing slot adalah sebesar 0,687μm, 0,788μm dan 0,81μm, dan pada
non pre existing slot sebesar 1,1μm,1,156μm dan 1,295μm. Persentase perbandingan nilai
kekasaran permukaan pada pre existing slot adalah 62%, 68%, dan 63% dari nilai
kekasaran permukaan pada non pre existing slot.

Kata Kunci: Milling, Pre existing slot, chatter, feed rate, kekasaran permukaan

viii
SUMMARY

Ilham Wahyudi Pakpahan, Department of Mechanical Engineering, Faculty of


Engineering, University of Brawijaya, in March 2017, Effect of Feed Rate on Chatter and
Surface Roughness in Milling Process with Pre Existing Slot, Supervisor: Achmad As’ad
Sonief dan Khairul Anam.

Workpiece is given slot first before the whole food is done or called pre existing slot.
Pre-slot process will reduce the volume of the workpiece first, then will cause less chisel
contact with the workpiece at each feed rate yes. Thus reducing the value of its RMR, and
in the process the resulting product is better. The material to be used is Al-6061. The
purpose of this research is to know how much influence of feed rate to chatter and surface
roughness when using combine milling with pre existing slot. The tool used to measure the
chatter is vibration metter and surface roughness with surface roughness tester.
Besides, this research will compare also how big influence between combine milling
with pre existing slot and non pre existing slot. The feed rate variations used were 30mm /
min, 40mm / min and 50mm / min, with a constant spindle spin of 500rpm and a 1mm
depth of cut constant. Based on this research, it can be concluded that, the higher the feed
rate, the higher the value of the chatter and the surface roughness. The comparison
between pre existing slot and non pre existing slot is concluded, the chatter value and
surface roughness in pre existing slot is smaller than the chatter value and surface
roughness in non pre existing slot. The chatter values obtained from pre existing slots are
0.092g, 0.102g and 0.112g, while non pre existing slots are 0.122g, 0.153g and 0.163g. By
comparison the value of chatter in pre existing slot is 75%, 67%, and 69% of chatter value
in non pre existing slot. The value of the surface roughness of the existing pre slot is also
smaller than the non pre exiting slot. Surface roughness values in pre existing slots are
0.687μm, 0.788μm and 0.81μm, and in non pre existing slots of 1.1m, 1.156μm and
1.295μm. The percentage of surface roughness ratio ratio in pre existing slot is 62%, 68%,
and 63% of surface roughness value in non pre existing slot.

Keywords: Milling, Pre existing slot, chatter, feed rate, surface roughness

ix
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Feed Rate
Terhadap Chatter dan Kekasaran Permukaan Pada Proses Milling dengan Pre
Existing Slot” Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan
tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Nurkholis Hamidi, ST., M.Eng., Dr.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Brawijaya.
2. Bapak Purnami, ST., MT selaku Sekretaris Jurusan Teknik Mesin Universitas
Brawijaya.
3. Ibu Widya Wijayanti, ST., MT., Dr.Eng selaku Kepala Program Studi Strata-1 Jurusan
Teknik Mesin Universitas Brawijaya.
4. Bapak Ir. Tjuk Oerbandono, M.Sc.,CSE selaku Ketua Kelompok Dasar Keahlian
Teknik Manufaktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya.
5. Bapak Dr. Eng. Eko Siswanto, ST., MT. selaku Penasihat Akademik saya di Jurusan
Teknik Mesin Universitas Brawijaya.
6. Bapak Dr. Ir. Achmad As’ad Sonief, MT. selaku Dosen Pembimbing Pertama yang
telah memberikan ilmu, masukan dan bimbingan yang bermanfaat selama proses
penelitian ini.
7. Bapak Khairul Anam, ST., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah
memberikan masukan, bimbingan dan ilmu yang bermanfaat selama proses penelitian
ini berlangsung.
8. Pihak Lab. CNC, dan Lab. Metrologi Industri Universitas Brawijaya yang membantu
memberikan bantuan dan fasilitas sehingga penelitian ini dapat selesai.
9. Kedua orang tua saya tercinta yang senantiasa memberikan semangat, doa dan
dukungan baik moral maupun material setiap waktu.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis

i
mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar kedepannya menjadi lebih baik.
Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, Mei 2017


Penulis

Ilham Wahyudi P.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vii
RINGKASAN .............................................................................................................. viii
SUMMARY .................................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah.................................................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penelitian Sebelumnya ........................................................................................ 3
2.2 Proses Manufaktur ............................................................................................. 3
2.3 Proses Permesinan ............................................................................................... 4
2.3.1 Milling (Frais)........................................................................................... 4
2.3.2 End Mill Cutter ......................................................................................... 5
2.3.3 Computer Numerically Control................................................................. 6
2.4 Pengukuran Geometris ........................................................................................ 6
2.5 Feed Rate ............................................................................................................ 6
2.6 Kekasaran Permukaan ......................................................................................... 7
2.7 Vibration dan Chatter dalam Operasi Permesinan ............................................. 11
2.8 Material Aluminium 6061.................................................................................... 12
2.9 Hubungan Feed Rate terhadap Kekasaran Permukaan dan Chatter .................. 14
2.10 Hubungan Feed Rate Pre Existing Slot terhadap Kekasaran Permukaan dan Chatter
............................................................................................................................. 14
2.11 Hipotesis.............................................................................................................. 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian ............................................................................................... 16
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ........................................................................... 16
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................................. 16
3.3.1 Variabel Bebas ......................................................................................... 16
3.3.2 Variabel Terikat ....................................................................................... 16
3.3.3 Variabel Kontrol ....................................................................................... 16
3.4 Spesifikasi Alat dan Bahan ............................................................................... 17

iii
3.4.1 Spesifikasi Bahan ...................................................................................... 17
3.4.2 Spesifikasi Alat ........................................................................................ 18
3.5 Prosedur Penelitian.............................................................................................. 21
3.6 Rancangan Penelitian .......................................................................................... 22
3.7 Flowchart ............................................................................................................ 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Hasil Pengujian .......................................................................................... 26
4.2 Analisa Statistik .................................................................................................. 27
4.2.1 Regresi ...................................................................................................... 27
4.2.2 Uji Anova Dua Arah ................................................................................. 36
4.3 Pembahasan Grafik ............................................................................................. 43
4.3.1 Pengaruh Feed rate Terhadap Chatter, serta Perbandingan Pre Existing
Slot dengan Non Pre Existing Slot ............................................................ 43
4.3.1 Pengaruh Feed rate Terhadap Kekasaran Permukaan, serta Perbandingan
Pre Existing Slot dengan Non Pre Existing Slot ....................................... 44

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 46
5.2 Saran ................................................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


Tabel 2.1 Angka kekasaran (iso roughness number) dan panjang sampel standar ......... 9
Tabel 2.2 Hasil pengukuran chatter dengan menggunakan vibration metter.................. 29
Tabel 2.3 Hasil pengukuran kekasaran permukaan dengan menggunakan surface
roughness ......................................................................................................... 29

v
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


Gambar 2.1 Proses Manufaktur .................................................................................... 7
Gambar 2.2 Bentuk Pahat End Mill .............................................................................. 8
Gambar 2.3 Mesin CNC ............................................................................................... 9
Gambar 2.4 Profil Kekasaran Permukaan ................................................................... 12
Gambar 2.5 Aluminium 6061 ........................................................................................ 14
Gambar 2.6 Proses Pemakanan ..................................................................................... 20
Gambar 3.1 Aluminium 6061 ........................................................................................ 26
Gambar 3.2 Mesin Milling TU-3A ............................................................................... 27
Gambar 3.3 Surface Roughness Tester ......................................................................... 29
Gambar 3.4 Pahat End Mill Diameter 10mm ............................................................... 29
Gambar 3.5 Pahat End Mill Diameter 6mm ................................................................. 30
Gambar 3.6 Handheld Vibration Meter GM63A ......................................................... 30
Gambar 3.7 Skema Penelitian ....................................................................................... 30
Gambar 3.8 Skema Pengujian Surface Roughness ...................................................... 30
Gambar 4.1 Hasil proses milling................................................................................... 33
Gambar 4.2 Pengukuran Kekasaran Permukaan Pada Setiap Titik .............................. 34
Gambar 4.3 Pengaruh Feed Rate Terhadap Chatter (yang satuannya di konversi
ke g (gravitasi), lihat lampiran pada Tabel A) serta Perbandingan antara Pre
Existing Slot dengan Non Pre Existing Slot .............................................. 34
Gambar 4.4 Pengaruh Feed Rate Terhadap Kekasaran Permukaan serta
Perbandingan antara Pre Existing Slot dengan Non Pre Existing Slot ..... 34

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia Industri pada setiap perusahaan pasti dihadapkan pada persoalan
mengoptimalkan lebih dari satu tujuan. Tujuan-tujuan dari persoalan produksi tersebut ada
yang saling berkaitan dan ada juga yang saling bertentangan dimana ketika tujuan yang
satu di optimalkan akan mengakibatkan kerugian pada tujuan yang lainnya. Dalam hal ini
penting untuk melakukan perencanaan yang cukup matang serta diperlukan metode
penyelesaian yang bisa merangkum tujuan-tujuan tersebut sehingga diperoleh kombinasi
solusi yang optimal dari faktor-faktor yang tidak bersesuaian.
Kemajuan dalam bidang teknologi yang semakin berkembang merupakan aspek
sebuah pengetahuan dan teknologi yang mengharuskan kalangan pendidikan tinggi untuk
dapat meningkatkan kemampuan dalam penguasaan teknologi. Terutama pada teknologi
tepat guna. Pemanfaatan teknologi pada masyarakat berdampak sangat luas. Dan berimbas
pula pada industri kecil dan menengah, khususnya yang masih menggunakan peralatan
konvensional. Pemahaman teknologi secara mendasar, rinci dan mendalam dilakukan
melalui pelaksanaan program yang kongkrit untuk memproduksi barang dan jasa.
Mesin CNC (computer numerically controlled) adalah satu dari sekian banyaknya
kemajuan teknologi dibidang proses manufaktur yang telah menggunakan pemrograman
komputer, yang akan memudahkan untuk produksi massal dalam bentuk yang kompleks
sakalipun. Mesin CNC umumnya digunakan untuk melakukan proses milling, yang mana
dengan menggunakan mesin ini produk yang didapat lebih presisi dari mesin konvensional.
Telah banyak pengembangan yang terus berlanjut dengan mesin CNC ini, salah satunya
adalah metode pre existing slot, dalam metode ini benda kerja yang akan diproses terlebih
dahulu diberikan slot sebelum pemakanan utuh, dengan tujuan untuk mengurangi chatter
pada mesin dan kekasaran permukaan pada hasil produk. Pada akhirnya akan
menghasilkan produk yang lebih berkualitas.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Dari penjelasan latar belakang, maka pembahasan selanjutnya yang akan di teliti
adalah “bagaimana pengaruh feed rate pada pre existing slot terhadap chatter dan
kekesaran permukaan benda kerja pada proses manufaktur”

1.3 Batasan Masalah


Untuk menjadikan penelitian ini lebih terarah maka penulis akan memberikan
batasan- batasan masalah yang meliputi hal-hal berikut ini:
1. Mesin CNC dalam kondisi baik atau siap untuk dipakai
2. Benda kerja di setting dengan tepat
3. Kondisi pahat baik dan tidak tumpul
4. Temperature pada permesinan dianggap tidak mempengaruhi hasil permesinan.
5. Putaran spindle dan depth of cut konstan

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perubahan chatter dan
kekesaran permukaan benda kerja pada proses milling, jika menggunakan variasi feedrate
pada pre existing slot dan non pre existing slot.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui seberapa besar pengaruh pre existing slot pada proses miling dengan
variasi feedrate
2. Bermanfaat bagi dunia industri khusus nya pada pengembangan dan kemajuan pada
mesin milling CNC
3. Agar mesin CNC yang digunakan lebih tahan lama dan produk yang dihasilkan lebih
berkualitas dengan menggunakan metode pre existing slot.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya


Chigbogu, et al (2009) meneliti tentang combined mode milling dalam proses
milling untuk menganalisa pengaruhnya terhadap penurunan chatter. Peneliti
mengkombinasikan up milling dan down milling, dimana kombinasi dilakukan dengan
terlebih dahulu membuat pre existing slot pada proses pemakanan yang dapat dilakukan
secara langsung. Hasil penelitian didapatkan penurunan chatter secara umum pada proses
dengan memakai combined mode milling.
Danur (2013) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh parameter
pemotongan terhadap getaran mini pc-based CNC milling. Penelitian tersebut berhasil
menyimpulkan bahwa semakin besarnya nilai feed rate dan depth of cut akan
menyebabkan semakin besarnya nilai amplitudo percepatan getaran. Variasi spindle speed
yang digunakan 1500rpm, 1750rpm dan 2000rpm tidak mempengaruhi percepatan getaran
yang terjadi.
Mathew A. Kuttolamadom (2010) meneliti bagaimana pengaruh feed rate dan
depth of cut terhadap kekasaran permukaan, dimana di dapat kekasaran permukaan
meningkat dengan peningkatan feed rate dan depth of cut. Kekasaran permukaan dapat
mengurangi secara drastis nilai dari kecepatan pemotongan yang berhubungan dengan
pengurangan besar pemotongan. Pada kecepatan ini, ketika efek dari pemotongan
diabaikan, profil pemotongan dari alat (runcing atau melengkung) akan membekas di
permukaan kerja, dan kekasaran permukaan dari titik ini tergantung pada tingkat feed
rate.

2.2 Proses Manufaktur

Gambar 2.1 Proses Manufaktur a) Teknical Process dan b) Economic Process


Sumber : Groover (2013:4)

3
4

Proses manufaktur dapat didefinisakan dalam 2 bagian:


1. Teknikal process (secara teknologi)
Secara teknologi, manufaktur merupakan proses mengubah bentuk, sifat dan
penampilan bahan baku (starting materials) menjadi produk jadi melalui proses
fisik maupun proses kimia.
2. Economic Process (secara ekonomi)
Bahan baku yang sudah melalui proses fisik maupun kimia menjadi produk jadi
yang berkualitas akan memiliki nilai tambahan secara ekonomi di pasar, yang akan
diharagai secara mata uang.

2.3 Proses Permesinan


Proses permesinan adalah pembentukan bahan baku dengan membuang sebagian
material berupa chip pada bahan baku dengan pahat secara bertahap sehingga akan
menghasilkan produk jadi sesuai dengan yang diinginkan, secara fisik, bentuk dan
ukurannya. Proses ini menggunakan mesin perkakas, dimana pahat dipasangkan pada
mesin perkakas. Secara umum gerak relative pahat pada proses ini ada 2 jenis, yaitu :
gerak potong (cutting movement) dan gerak makan (feeding movement).
Berdasarkan gerak potong dan gerak makan nya, proses permesinan dibagi
beberapa macam proses yang berbeda pula, yaitu
1. Proses Bubut (Turning)
2. Proses Gurdi (Drilling)
3. Proses Frais (Milling)
4. Proses Gerinda Rata (Surface Grinding)
5. Proses Gerinda Slindrik (Cylindrical Grinding)
6. Proses Scrap (Shaping, Planning), dan
7. Proses Gergaji atau Parut (Sawing, Broaching)

2.3.1 Milling (Frais)


Mesin frais termasuk salah satu mesin yang gerak utamanya berputar, di mana pahat
potong (pisau frais) dipasang pada spindel. Spindel ini dapat berputar serah jarum jam
( clock wise ) atau berlawanan arah jarum jam ( counter clock wise ) disesuaikan dengan
arah mata potong dari pisau frais, sedang putarannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
dengan menggunakan rumus yang telah disediakan.
5

Umumnya mesin frais digunakan untuk meratakan permukaan, membuat alur,


membuat roda gigi, membuat benda kerja yang mempunyai segi banyak beraturan, membuat
profil dan bentuk yang tak beraturan dan lain sebagainya.
Prinsip kerja mesin frais adalah alat potong ( cutter ) mempunyai gerak putar,
sedangkan benda kerja yang terpasang pada meja mempunyai gerak mendatar, tegak, atau
berputar secara lambat (sesuai dengan kecepatan pemakanan).
Sesuai dengan kebutuhannya, mesin frais dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Frais horizontal
2 . Frais vertical
3. Frais universal.
CNC adalah kemajuan teknologi dalam bidang industri pada mesin frais ini, yang
pada pengendaliannya menggunakan pemrograman komputer, dengan bertujuan untuk
meningkatkan produktifitas, fleksibilitas, mempersingkat waktu produksi serta hasil yang
lebih bervariasi.

2.3.2 End Mill Cutter


End Mill Cutter adalah jenis pahat solid yang sisi dan gagang nya jadi satu bagian.
End Mill Cutter biasanya digunakan untuk pengefraisan muka, horizontal, vertikal, dan
menyudut atau melingkar. Pengoprasiannya dapat digunakan untuk pembuatan alur,
shoulder (tingkat), pocket (kantong), keyways, permukaan datar dan pengefraisan bentuk.
Jenis pahat ini umumnya lebih banyak digunakan pada mesin frais vertikal, dan tidak jarang
dapat digunakan pada mesin frais horizontal.
Pahat jenis end mill ini kebanyakan terbuat dari bahan HSS, comented carbide.
Pahat ini juga memiliki beberapa alur, diantaranya sebagai berikut:
1. End mill two flute (2 mata)
Digunakan pada pengeboran dan pembuatan alur
2. Ball end mill
Digunakan untuk pengefraisan fillet atau alur dengan radius pada permukaan, dan
pengerjaan pada semua bentuk bola.
3. Shell end mill
Bentuk dari gigi-giginya adalah helik, dimana ada lubang pada pisau ini untuk
pemasangan pada arbor pendek
4. End mill dengan mata potong yang banyak
Memiliki lebih dari satu sisi potongnya.
6

Gambar 2.2 Bentuk Pahat End Mill


Sumber: Rockhim (1993:95)

2.3.3 Computer Numerically Control


Mesin CNC merupakan salah satu kemajuan teknologi pada mesin-mesin industri,
dimana pengoperasiannya lebih efisien dibandingkan mesin perkakas konvensional. Produk
yang dihasilkan juga lebih presisi dengan ketelitian hingga 1/1000 mm lebih, dan bisa juga
digunakan dalam produksi massal dengan waktu yang lebih cepat. Didunia industri biasa
disebut NC/CNC (Numerical Control / Computer Numerical Control), karena dalam
pengoperasiannya dikontrol secara numerik berbasis komputer, yang dapat membaca kode-
kode yang diinstruksikan oleh operator. Mesin-mesin perkakas yang telah menggunakan
CNC diantaranya mesin bubut, mesin milling, dan masih banyak lagi.

Gambar 2.3 Mesin CNC


Sumber: Laboratorium Otomasi Manufaktur Universitas Brawijaya

2.4 Pengukuran Geometris


Geometri adalah ilmu yang mempelajari mengenai luas, panjang, dan volume dari
suatu bangun ruang, dengan unsur-unsur ilmu matematika. Bangun adalah semua informasi
geometri yang tersisa pada saat lokasi, skala, dan efek putar yang disaring dari suatu objek.
Secara garis besar Geometri digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
7

1. Geometri datar (2 dimensi)


Digambarkan oleh titik, garis, kurva, bidang dan lain-lain
2. Geometri ruang (3 dimensi)
Dalam bentuk panjang, lebar dan tinggi
Pengukuran adalah menghitung besaran suatu objek yang belum diketahui nilainya
dengan besaran yang sesuai standar. Syarat supaya suatu objek dapat diukur maka
diperlukan beberapa karakteristik geometri antara lain : Dimensi, bentuk dan kualitas
permukaan.

2.5 Feed Rate


Feed rate adalah sebuah gerakan yang dapat menyebabkan berkurangnya
volume suatu material (MRR), dengan satuan mm/min. Tingkat pengurangan material
(MRR) adalah seberapa cepat dalam pemotongan untuk menghasilkan geram (chip).
Semakin cepat lebih baik dalam permesinannya. Masalah umum yang sering terjadi
adalah kerusakan pada pahat jika feed nya terlalu besar/cepat. Rumus umum dari feed
rate adalah (Jones,2004:1072) :
𝐹 = 𝑓. 𝑛.............................................................................................................................(2-1)

2.6 Kekasaran Permukaan


Pada setiap perlakuan terhadap benda kerja melalui proses, pembubutan,
pengefraisan dan lain-lain, maka benda kerja akan mengalami kekasaran permukaan, dapat
berupa goresan, lekukan-lekukan kecil, mengkilap halus maupun kasar. Dapat didefinisikan
Kekasaran permukaan adalah adanya penyimpangan rata-rata aritmetik dari rata-rata garis
profil. Besarnya nilai kekasaran dinyatakan dalam huruh N, dimana N1 yang paling halus
sampai dengan N12 yang paling kasar. Nilai ini akan mempengaruhi kualitas produk, dan
kemampuan benda dalam mencegah korosi pada permukaan benda, dimana N1 kualitas
produk lebih baik jika dibandingkan N12.
8

Berikut ini istilah-istilah profil permukaan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.4 Profil Kekasaran Permukaan


Sumber : Rochim (1993:56)

Keterangan gambar :
 Profil referensi (reference profile)
Profil ini berupa garis lurus atau garis dengan bentuk sesuai dengan profil geometri
ideal, serta menyinggung puncak tertinggi dari profil terukur dalam suatu panjang
sampel. Biasanya profil ini disebut dengan profil puncak (custline).
Menunjukkan profil yang berguna sebagai referensi untuk menganalisa ketidakaturan
konfirgurasi permukaan.
 Profil tengah (centered profile)
Adalah profil yang berada ditengah-tengah yang ditunjukan oleh daerah terarsir.
yang berfungsi untuk mengetahui luas pada daerah dibawah profil tengah sampai profil
terukur.
 Profil geometri ideal (geometrically ideal profile)
Adalah profil permukaan geometris ideal yang dapat berupa garis lurus, lingkaran,
dan garis lengkung
 Profil dasar (root profile)
Adalah profil yang berada tegak lurus terhadap profil geometris ideal pada suatu
panjang sampel, dan menyentuh titik terendah dari profil terukur.
 Profil terukur (measured profile)
Adalah profil permukaan yang didapat pada saat pengukuran melalui alat ukur.
Data yang didapat dari profil ini yang digunakan untuk menganalisis karakteristik
kekasaran permukaan.
Beberapa parameter permukaan yang lain yaitu:
 Kedalaman total (peak to valley height), Rt
9

Kedalaman total adalah jarak antara profil referensi sampai profil dasar, dengan
satuan micron (πm)
 Kedalaman perataan (peak to mean lene), Rp
Kedalaman perataan adalah jarak antara profil tengah dengan profil referensi.
 Kekasaran rata-rata aritmetis (mean roughness index), Ra
Adalah harga rata-rata dari harga absolute antara profil terukur dengan profil tengah yang
dihitung secara aritmetis.
 Kedalaman rata-rata kuadratif (root mean square height), Rg
Merupakan akar dari jarak kuadrat rata-rata antara profil terukur dengan profil tengah.
Menurut bentuk profilnya, ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan dapat
diklasifikasikan beberapa tingkatan, yaitu:
1. Tingkatan pertama adalah ketidakteraturan makrogeometri yang berupa kesalahan bentuk
(form error) yang disebabkan oleh adanya ruang yang longgar pada mesin perkakas
sehingga benda kerja menjadi lentur dan terjadi kesalahan posisi ketika pencekaman benda
kerja.
2. Tingkatan kedua adalah ketidakteraturan yang membentuk seperti gelombang
(waviness). Hal tersebut terbentuk karena adanya getaran pada saat proses pemotongan
dan juga terjadi kesalahan penggunaan perkakas..
3. Tingkatan ketiga adalah ketidakteraturan permukaan berbentuk seprti alur (grooves)
yang disebabkan oleh jejak yang ditinggalkan pahat yang bergetar.
4. Tingkatan keempat adalah seripihan (flake) yang menempel pada permukaan benda
kerja yang disebabkan karena proses pembentukan geram (chips).
5. Tingkatan kelima merupakan kombinasi dari ketidakrataan tingkatan pertama sampai
ketidakrataan tingkat keempat.

Tabel 2.1 Angka Kekasaran (ISO roughness number) dan Panjang Sampel Standar

Sumber : Munadi (1988:230)


10

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekasaran permukaan ketika proses permesinan,
diantaranya :
1. Jenis, bentuk, material, dan ketajaman alat potong.
2. Kondisi pemotongan dari mesin perkakas yang digunakan.
1. Tingkat kekerasan dari material benda kerja.
2. Laju pemakanan (feeding) dan radius ujung pahat (nose radius tool)
3. Chatter yang terjadi saat proses pemotongan berlangsung.
Hubungan antara feeding dengan kekasaran permukaan terdapat pada persamaan (Groover,
2013:637) berikut :
𝑓2
Ra = 32NR.........................................................................................................................(2-1)

Dengan :
Ra = Kekasaran permukaan rata-rata (µm)
f = Feed (mm/rev)
NR = Nose radius (mm)

Dan pada penelitian ini ada beberapa parameter yang akan di gunakan untuk
menemukan pengaruh yang terjadi pada kekasaran permukaan dan chatter terhadap
feed rate, diantaranya :
 feed rate
𝐹 = 𝑓. 𝑛.......................................................................................................................(2-2)
Dengan : F = feed rate (mm/min)
n = putaran spindel (rpm)
f = feed (mm/rev)

 Amplitudo (chatter)
𝐹𝑐
av = 2
.............................................................................................(2-3)
√4𝐶𝑐2 𝑊𝑓2 + (𝑊𝑛2 −𝑊𝑓2 )

dengan; Cc : konstanta, Wf : aksial feed dan Wn: aksial putaran spindel


 Gaya potong
𝐶𝑜𝑠 (𝛽−𝛾𝑛𝑒)
𝐹𝑐 = 𝜏𝑆 . 𝑎𝑐 𝑆𝑖𝑛 ∅ 𝐶𝑜𝑠 (∅+𝛽−𝛾𝑛𝑒)......................................................................................(2-4)

 underformed chip thickness


𝑎𝑐 = 𝑎𝑓 𝑆𝑖𝑛 𝐾𝑟............................................................................................................(2-5)
11

 feed per tooth


𝑓
𝑎𝑓 = 𝑛.𝑧........................................................................................................................(2-6)

Untuk mendapatkan hubungan feed rate terhadap kekasaran permukaan, maka


subsitusi rumus (2-2) ke rumus (2-1), maka:
𝐹2
𝑅𝑎 = 32𝑁𝑅𝑛2 ....................................................................................................................(2-7)

Untuk mendapatkan hubungan feed rate terhadap chatter, maka subsitusi rumus (2-
4), (2-5), (2-6) ke rumus (2-3), didapat rumus :

𝑓 𝑆𝑖𝑛 𝑘𝑟 (𝐶𝑜𝑠 (𝛽−𝛾𝑛𝑒))


𝜏𝑠 ( )
𝑛.𝑧 𝑆𝑖𝑛 ∅ 𝐶𝑜𝑠(∅+𝛽−𝛾𝑛𝑒)
𝑎𝑣 = 2
...............................................................................................(2-8)
√4𝐶𝑐2 𝑊𝑓2 + (𝑊𝑛2 −𝑊𝑓2 )

lalu subsitusi rumus (2-8) lagi kerumus (2-2) maka didapatlah hubungan feed rate
terhadap chatter, sebagai berikut :

𝐹 𝑆𝑖𝑛 𝑘 (𝐶𝑜𝑠 (𝛽−𝛾𝑛𝑒))


𝑟
𝜏𝑠 ( 2 )
𝑛 .𝑧 𝑆𝑖𝑛 ∅ 𝐶𝑜𝑠(∅+𝛽−𝛾𝑛𝑒)
𝑎𝑣 = 2
..............................................................................................(2-9)
√4𝐶𝑐2 𝑊𝑓2 + (𝑊𝑛2 −𝑊𝑓2 )

Rumus yang mencakup semua variabel diatas, dan berhubungkan dengan proses
milling pada metode pre existing slot adalah RMR. Dimana RMR sendiri adalah banyaknya
volume dari material yang berkurang setiap satuan detik. RMR dirumuskan sebagai berikut:
𝑅𝑀𝑅 = 𝑣𝑓𝑑.......................................................................................................................(2-10)
Dengan : RMR : Material remove rate (mm3/s)
v : kecepatan pemotongan (mm/s)
d : depth of cut (mm)
f : feed (mm/rev)
dari rumus diatas maka dapat dihubungkan dengan kekasaran permukaan dan
chatter pada metode pre exesting slot dengan mesubsitusikan rumus (2-7) ke rumus (2-9)
dengan sebelumnya mensubsitusikan rumus (2-2) ke rumus (2-9):
𝐹
𝑅𝑀𝑅 = 𝑣𝑑 𝑛......................................................................................................................(2-11)

 Dengan mesubsitusikan rumus (2-7) ke rumus (2-11) maka didapat hubungan RMR
terhadap kekasaran permukaan
(𝑅 )2
𝑅𝑎 = (𝑣𝑑)𝑀𝑅
2 32𝑁𝑅...............................................................................................................(2-12)

 Dengan mesubsitusikan rumus (2-7) ke rumus (2-9) maka didapat hubungan RMR
12

terhadap chatter
𝑀𝑅 𝑅
𝑎𝑣 = 𝜏𝑠 (𝑣𝑑𝑧𝑛 2
).................................................................................................................(2-13)

2.7 Chatter (vibration) dalam Operasi Permesinan


Chatter adalah getaran yang terjadi pada pahat dan benda kerja selama proses
permesinan. Ganguli (2005) meneliti bagaimana terjadinya chatter dengan phenomena
regenerative process selama proses permesinan, dengan menggunakan simulator hardware
pada penelitiannya. Didapat lah kesimpulan bahwa kekasaran benda kerja yang tidak
homogen membuat gaya potong F tidak konstan sehingga menyebabkan getaran pada pahat
potong. Akibatnya permukaan hasil pemotongan bergelombang sehingga gaya potong
setelahnya akan lebih bervariatif. Proses ini menyebabkan getaran pada pahat dan benda
kerja dan terjadilah fenomena chatter.
Chatter yang besar akan mempengaruhi kualitas kekasaran produk. Vibration
dan chatter yang tidak terkontrol akan menyebabkan hal berikut (Kalpakjian & Schmid,
2009:707) :
a. Umur dari Cutting tool
b. Frekuensi parameter harus rendah agar bunyi mesin tidak mengganggu.
c. Buruk nya permukaan yang dihasilkan
d. Akan memperpendek umur mesin apabila getaran yang dihasilkan sangat besar
e. Dimensi benda kerja tidak presisi, tidak sesuai dengan yang diinginkan

Vibration pada proses permesinan dapat dibedakan menjadi dua tipe vibration
yaitu forced vibration dan self-excited vibration
1. Forced Vibration (Getaran Paksa)
Adanya gaya luar yang masuk pada proses milling dan pembubutan yang terjadi
disebabkan karena tidak seimbangya komponen-komponen pada mesin, dikarenakan
mesin terlalu sering digunakan secara terus menerus.
2. Self-Excited Vibration
Getaran yang terjadi secara alami diwaktu proses permesinan, disebabkan kontak
antara benda kerja dan alat potong (pahat) yang digunakan pada mesin perkakas.
Chatter biasanya mempunyai amplitudo yang tinggi. Sebab-sebab terjadinya chatter
adalah sebagai berikut:
a. Cutting fluid dan efektifitasnya akan mempengaruhi variasi gesekan dari alat potong.
13

b. Bentuk chip dari permesinan


c. Homogenitas dari struktur benda kerja
d. Kondisi permukaan benda kerja
Berikut merupakan cara yang dapat ditempuh untuk mengurangi vibration dan
chatter :
1. Memperkecil tool overhang.
2. Mengubah cutting parameters
3. Menambah stiffness pada work holding. .
4. Menambah daya redam mesin.
5. Menambah stiffness pada tool.
6. Memodifikasi geometri tool untuk mengurangi gaya.

2.8 Material Aluminium 6061


Aluminium 6061 adalah aluminium paduan yang melalui proses precititation-
hardening. Unsur paduan yang paling besar dan sangat mempengaruhi sifat mekanik adalah
Magnesium (Mg) dan Silika (Si). Material ini memiliki machine
ability ,corrosion konduktivitas thermal dan elektik yang cukup baik. Sehingga lebih sering
digunakan untuk pengujian tekan pada bidang konstruksi.

Densitas : 2,70 g/cm3


Tensile Strength at yield : 276 MPa
Tensile Strength at break : 17%

Gambar 2.5 Aluminium 6061


14

2.9 Hubungan Feed Rate terhadap Kekasaran Permukaan dan Chatter


 Feed rate berbanding lurus terhadap putaran spindel, namun berbanding terbalik
terhadap jumlah jumlah gigi pahat dan putaran spindle seperti pada rumus (2-2),
yaitu: 𝐹 = (𝑓, 𝑛)
 Chatter / getaran berbanding lurus terhadap gaya potong, seperti pada rumus (2-3),
yaitu : 𝑎𝑣 = 𝑓(𝐹𝑐 )
 Gaya potong berbanding lurus terhadap underformed chip thickness, seperti pada
rumus (2-4), yaitu : 𝐹𝑐 = 𝑓(𝑎𝑐 )
 Underformed chip thickness berbanding lurus terhadap feed per tooth, seperti yang
tertera pada rumus (2-5), yaitu: 𝑎𝑐 = 𝑓(𝑎𝑓 )
 Feed per tooth berbanding lurus terhadap feed dan jumlah gigi pahat, namun
berbanding terbalik terhadap nilai dari putaran spindle, seperti pada rumus (2-6),
1
yaitu : 𝑎𝑓 = 𝑓 (𝑓, 𝑛 , 𝑧)

 Kekasaran permukaan berbanding lurus terhadap feed rate, namun berbanding


1
terbalik terhadap putaran spindel, seperti pada rumus (2-7), yaitu : 𝑅𝑎 = 𝑓 (𝐹, 𝑛)

 Chatter berbanding lurus terhadap feed rate, namun berbanding terbalik terhadap
putaran spindel dan jumlah pahat gigi, seperti pada rumus (2-8), yaitu : 𝑎𝑣 =
1 1
𝑓 (𝐹, 𝑛 , 𝑧)

2.10Hubungan Feed Rate Pre Existing Slot terhadap Kekasaran Permukaan dan
Chatter
Sebelum melakukan pemakanan yang sebenarnya/utuh maka diberikan slot terlebih
dahulu pada benda kerja, agar didapat pengurangan terhadap volume benda, hal ini
dinamakan pre exesting slot. Yang mana akan berpengaruh terhadap feed, dan juga
pengurangan feed rate yang akan menjadi penelitian kali ini.

Gambar 2.6 Proses Pemakanan (a) Proses pemakanan penuh, (b) Proses pemakanan
dengan pre-existing slot.
Sumber : Chibogu (2015)
15

Pengurangan panjang material pada benda kerja yang kontak langsung dengan
pahat tiap putaran spindle akan berpengaruh pada berkurangnya nilai RMR-nya yang akan
menghasil kualitas produk proses permesinan lebih baik. Dengan menghubungkan rumus
Material Removal Rate yang berhubungan langsung terhadap pre existing slot terhadap
variabel-variabel pada pembahasan kali ini maka didapat lah beberapa hubungan, antara
lain:
 Material Removal Rate berbanding berbanding lurus terhadap feed rate tetapi
berbanding terbalik terhadap putaran spindel, seperti pada rumus (2-10), yaitu : RMR
1
= 𝑓(𝐹, 𝑛 , 𝑣, 𝑑)

 Kekasaran permukaan berbanding lurus kuadratik terhadap Material Removal Rate,


2 1 1
seperti pada rumus (2-11), yaitu : Ra = 𝑓(𝑅𝑀𝑅 , 𝑣 2 , 𝑑2 )

 Chatter berbanding lurus terhadap Material Removal Rate, seperti pada rumus (2-
1 1 1
12), yaitu : 𝑎𝑣 = 𝑓(𝑅𝑀𝑅 , 𝜏𝑠 , 𝑣 , 𝑑 , 𝑧)

2.11 Hipotesis
Berdasarkan beberapa kajian yang telah dijelaskan, maka didapatlah dugaan
sementara hubungan feed rate terhadap kekasaran permukaan dan chatter dengan metode
pre exesting slot bahwa, semakin besar nilai dari feed rate maka semakin besar pula nilai
dari Material Removal Rate, dan ini langsung berdampak pada meningkatnya nilai
kekasaran permukaan dan chatter nya. Sebaliknya, semakin kecil nilai dari feed rate maka
semakin kecil pula nilai dari Material Removal Rate, dan akan berdampak pada
menurunnya nilai kekasaran permukaan dan chatter nya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan tujuan mencari pengaruh
variasi feed rate terhadap penurunan chatter dan kekasaran permukaan pada proses combine
milling.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Waktu penelitian pada bulan Oktober 2016 sampai selesai. Tempat proses milling di
Laboratorium Otomasi Manufaktur dan pengukuran kekasaran permukaan di Laboratorium
Metrologi Industri Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya.

3.3 Variabel Penelitian


3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang ditentukan oleh peneliti. Variabel bebas yang
digunakan adalah :
 Feed rate : 30 mm/min
 Feed rate : 40 mm/min
 Feed rate : 50 mm/min

3.3.2 Variabel Terikat


Variable terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variable bebas. Variabel terikatnya
adalah kekasaran permukaan dan chatter.

3.3.3 Variabel Kontrol


Variabel terkontrol merupakan variabel yang nialainya dijaga agar tetap konstan selama
penelitian. Variabel kontrol yaitu:
 Depth of cut : 0,6mm untuk pahat Ø6mm (pre existing slot)
1mm untuk pahat Ø10mm
 Kecepatan Spindel : 500rpm

16
17

 Pahat end mill HSS Ø6mm dan Ø10mm

3.4 Spesifikasi Alat dan Bahan


3.4.1 Spesifikasi Bahan
Alumunium 6061

Gambar 3.1 Alumunium 6061

Desain Benda Kerja

Satuan: mm
18

3.4.2 Spesifikasi Alat


1. Mesin Milling TU-3A

Gambar 3.2 Mesin Milling TU-3A


Sumber: Laboratorium Otomasi Manufaktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Spesifikasi Mesin Frais / Milling Machine:


 Merk : EMCO (Austria)
 Jenis : Milling / frais
 Model : TU CNC-3A
 Spindel Utama : Putaran : 50 – 3200 rpm
Daya input : 500 watt
Daya output : 300 watt
 Gerakan Makan : Jarak sumbu X: 0 – 199,99mm
Jarak sumbu Y: 0 – 99,99mm
Jarak sumbu Z : 0 – 199,99mm
Feed : 2 – 499 mm/min
2 – 199 inch/mm
Feed overite : PU = 0 – 120%
TU = 30 – 400%
 Ketelitian : 0,01mm
19

2. Surface Roughness Tester

Gambar 3.3 Surface Roughness Tester


Sumber: Laboratorium Metrologi Indstri Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Spesifikasi Surface Roughness Tester


 Merk : Mitutoyo Surftest SJ-301 (Jepang)
 Measuring range : X axis (12,5mm) dan Z axis (350μm)
 Measuring speed : 0,25m/s dan 0,5 m/s
 Stylus tip material : Diamond
 Dimensi : 325 x 185 x 95 mm

3. Pahat End Mill Diameter 10mm

Gambar 3.4 Pahat End Mill Diameter 10 mm


20

4. Pahat End Mill Diameter 6 mm

Gambar 3.5 Pahat End Mill Diameter 6 mm

5. Handheld Vibration Meter GM63A

Gambar 3.6 Handheld Vibration Meter GM63A


Sumber: Laboratorium Otomasi Manufaktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya

Spesifikasi Vibrasimeter
 Vibration pickup : piezoelectric ceramic
accelerometer (shear type)
 Measurement range of acceleration : 0,1 – 199,9m/s² peak
 Measurement range of velocity : 0,1 – 199,9mm/s rms
21

 Measurement of displacement : 0,001 – 1,999mm


 Measurement accuracy : 2 digits
 Measurement accuracy range of acceleration : 10Hz
 Measurement accuracy range of velocity : 10Hz
 Measurement accuracy range of displacement : 10Hz
 Display update cycle : 1 second
 Single output : AC output 2V
 Power supply : 9V alkaline battery
 Dimensi : 67x30x183mm
 Berat :182g

3.5 Prosedur Penelitian


1. Mempersiakan alat dan bahan yaitu mesin CNC TU-3A, end mill Ø6mm dan Ø10mm,
vibrasimeter, surface roughness tester, dan benda kerja.
2. Memasang benda kerja pada ragum
3. Mempersiapkan mesin CNC TU-3A untuk proses permesinan yaitu:
 Memasang pahat
 Depth of cut: 0,6mm dan 1mm
 Kecepatan Spindel : 500rpm
 Menentukan titik nol benda kerja
4. Memasang vibrasimeter pada arbor.
5. Melakukan proses pemakanan sesuai parameter permesinan dan dan desain benda kerja
yang sudah ditentukan.
6. Mencatat nilai chatter yang tertera pada layar vibrasimeter
7. Mengukur nilai kekasaran menggunakan surface roughness tester mitutoyo SJ301
8. Mengolah data dan menganalisa grafik serta pembahasan dari hasil penelitian dan dasar
teori
9. Menarik kesimpulan dari hasil yang didapat.
22

3.6 Rancangan Penelitian


 Pengujian Data
Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan software SPSS20
 Skema Penelitian

4
7

5
3

2 6

Gambar 3.7 Skema Penelitian

Keterangan:
1.Machine Table
2. Workpiece
3. End mill
4.Vibration Meter
5. Sourface Roughness Tester
6. Speciment (yang sudah di
milling)
7. Arbor
23

 Skema Pengujian Surface Roughness

Gambar 3.8 Skema Pengujian Surface Roughness


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengujian


Data chatter pada spesimen yang diuji didapatkan dari pengukuran dengan
menggunakan vibration meter. Proses melakukan pengukuran ini dengan melekatkan vibration
mater pada mesin frais dan nilai dari chatter nya langsung tertera pada vibration meter. Lalu
nilai dari chatter pre existing slot dan non pre existing slot akan dibandingkan menggunakan
grafik.
Pada pengukuran kekasaran permukaan digunakan alat surface roughness. Pengukuran
kekasaran permukaan pada spesimen dilakukan ditiga titik pada setiap spesimennya, dan 3 kali
pengukuran pada setiap titiknya. Lalu nilai kekasaran permukaan dari 3 kali pengukuran pada
setiap titiknya akan dirata-rata. Selanjutnya nilai dari kekasaran permukaan pada pre existing
slot dan non pre existing slot dibandingkan dengan menggunakan grafik.

30mm/ 30mm/
min min

40mm/ 40mm/
min min

50mm/ 50mm/
min min

(a) (b)
Gambar 4.1 Hasil proses milling dengan menggunakan metode (a) non pre existing slot. (b) pre
existing slot.

26
27

Ra1 Ra2 Ra3

Gambar 4.2 Pengukuran kekasaran permukaan pada setiap titik

Tabel 4.1 hasil pengukuran chatter dengan menggunakan vibration metter


No Feed rate (mm/min) Chatter (m/s2)
Non Pre Slot Pre Slot Non Pre Slot Pre Slot
1 30 30 1,2 0,9
2 40 40 1,5 1
3 50 50 1,6 1,1

Tabel 4.2 Hasil pengukuran kekasaran permukaan dengan menggunakan surface roughness
No Feed rate Kekasaran Permukaan (μm)
Ra₁ Ra₂ Ra₃ Ra
(mm/min) Rata-Rata
1 30 0,85033 0,5767 0,635 0,687
Pre Pre Slot

2 40 0,902 0,79867 0,6633 0,788


3 50 0,7567 0,95733 0,71867 0,810
4 30 1,06267 1,098 1,14067 1,100
5 40 1,24867 1,085 1,13333 1,156
Non
Slot

6 50 1,45867 1,17133 1,25767 1,295

4.2 Analisa Statistik


4.2.1 Regresi
Hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dikethui dengan
melakukan analisis regresi yang akan dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik. Pada
analisis ini feed rate sebagai variabel bebas yaitu, chatter dan kekasaran permukaan sebagai
variabel terikat.
28

Dimana Chatter (αv) memiliki faktor fungsi dengan feed rate (A), depth of cut (B), dan
cutting speed (C) dapat dirumus kan dengan av = f(A,B,C). Penulisan hubungan av dengan
parameter utama (A,B,C) dapat juga dijabarkan sebagai berikut (Fwamba, 2016):
𝑎𝑣 = 𝑘 . 𝐴𝑒1 . 𝐵𝑒2 . 𝐶 𝑒3 ..................................................................................................(4-1)
Dimana:
αv : Chatter
k : konstanta
A : federate dalam polinominal high order menjadi Ae1
B : cutting speed dalam polinominal high order menjadi Be1
C : depth of cut dalam polinominal high order menjadi Ce1
e1, e2, e3: eksponen

Dengan menggunakan model matematika transformasi logaritma, maka persamaan


akan menjadi:
ln αv=ln k + e1 ln A + e2 ln B + e3 lnC...........................................................................(4-2)
Dipermisalkan menjadi
ln αv :Y
ln k : 𝑏0
e2 ln A : b2X2
e1 ln B : b1X1
e3 ln C : b3X3

Jika disubsitusikan menjadi


𝑌 = 𝑏0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 ......................................................................................(4-3)
Dikarenakan cutting speed dan depth of cut konstan, dan hanya feed rate yang berubah-
ubah, maka untuk regresinya hanya menggunakan satu variabel bebas saja, dimana:
b0 : konstan
b1 X1 : feed rate
b2 X 2 : cutting speed
b3 X 3 : depth of cut

Dimana X2 dan X3 adalah variabel terikat yang nilainya konstan (k), maka untuk
mendapatkan nilai regresi dengan variabel bebas, maka nilai Y dapat dinyatakan :
29

𝑌 = 𝑏0 + 𝑏1 + 𝑏3 𝑘 + 𝑏2 𝑋2..............................................................................................(4-4)
Maka didapatlah regresi linier sederhananya sebagai berikut (Sudaryono, 2014:80):
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑥..........................................................................................................................(4-5)
Dimana:
Y : subjek pada variabel dependen yang diprediksikan
𝑎 : harga Y = bila x = 0
B : koefisien regresi, menunjukkan angka peningkatan variabel terikat.
𝑥 : subjek pada variabel bebas yang memiliki nilai tertentu

Nilai a dan b dapat didapat kan nilainya dengan menggunakan 2 metode perhitungan
yaitu, secara manual (matematik) dan software spss maka akan didapatkan persamaan regresi
hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan sebagai berikut:
1. Persamaan Regresi untuk Chatter pada non pre existing slot
a. Persamaan regresi hubungan antara chatter terhadap feed rate dengan non pre existing
slot secara manual (matematik)
Langkah-langkah untuk mencari persamaan regresi:
 Membuat tabel penolong
No Feed Chatter XY X2
Rate (Y)
(X)
1 30 1,2 27 900
2 40 1,5 40 1600
3 50 1,6 55 2500
Σ 120 4,3 176 5000

 Menghitung nilai konstanta a dan b


 Menghitung nilai b
𝑛 𝑋𝑌− 𝑋. 𝑌
𝑏= 2 ............................................................................................................(4-6)
𝑛. 𝑋 2 − 𝑋

3 176 − 120 4,3


=
3. 5000 − 1202
12
=
600
= 0,02
30

 Menghitung nilai konstanta a


𝑌−𝑏. 𝑋
𝑎= ...............................................................................................................(4-7)
𝑛

4,3 − 0,02 120


=
3
= 0,633
 Menghitung nilai R2
𝑛 𝑥𝑦 − 𝑥 𝑦
𝑟= .................................................................................(4-8)
2 2
√[𝑛 𝑥2− 𝑥 ][𝑛 𝑦2− 𝑦 ]

3 176 − 120 4,3


𝑟= = 0,9607
√[3 . 5000 − 120 2 ][3.6,25 − 4,3 2 ]
𝑟 2 = 0,9231
Maka didapat lah persamaan regresi pada non pre existing slot adalah
Y = 0,633 + 0,02X (satuan m/s2)
Y = 0,002 + 0,0646 (satuan g)
b. Persamaan regresi hubungan antara chatter terhadap feed rate pada non pre existing slot
dengan SPSS (lihat Tabel 1).
Lihat pada kolom (Unstandardized Coefficients), kita dapat melihat nilai yang berada
pada kolom B, dimana kita dapat baris pertama sebagai (a) dan baris kedua sebagai (b),
maka di dapat persamaan sebagai berikut:
Y = 0,633 + 0,02X
Persamaan diatas dapat dianalisis sebagai berikut:
 Bila tanpa feed rate dalam pengujian (X=0), maka dapat diperkirakan nilai chatter
yang didapat adalah 0,633, sedangkan apabila diberikan feed rate sebesar 30 (X=30),
maka diperkirakan nilai yang dihasilkan chatter adalah sebesar 0,633+0,02(30)=1,2
 Koefisien regresi b=0,02 yang mengindikasikan besarnya nilai chatter untuk setiap
pertambahan feed rate.
2. Persamaan Regresi untuk Chatter pada pre existing slot
a. Persamaan regresi hubungan antara chatter terhadap feed rate dengan pre existing slot
secara manual (matematik)
Langkah-langkah untuk mencari persamaan regresi:

 Membuat tabel penolong


31

No Feed Chatter XY X2
Rate (Y)
(X)
1 30 0,9 27 900
2 40 1,0 40 1600
3 50 1,1 55 2500
Σ 120 3 122 5000

 Menghitung nilai konstanta a dan b


 Menghitung nilai b
𝑛 𝑋𝑌− 𝑋. 𝑌
𝑏= 2 ...................................................................................................(4-9)
𝑛. 𝑋 2 − 𝑋

3 122 − 120 3
=
3. 5000 − 1202
6
=
600
= 0,01
 Menghitung nilai konstanta a
𝑌 − 𝑏. 𝑋
𝑎=
𝑛
3 − 0,01 120
=
3
= 0,6
 Menghitung nilai R2
𝑛 𝑥𝑦 − 𝑥 𝑦
𝑟=
2 2
√[𝑛 𝑥2 − 𝑥 ][𝑛 𝑦2 − 𝑦 ]

3 122 − 120 3
𝑟= =1
√[3 . 5000 − 120 2 ][3.3,02 − 3 2 ]
𝑟2 = 1
Maka didapat lah persamaan regresi pada pre existing slot adalah
Y = 0,6 + 0,01X (satuan m/s2)
Y = 0,0612 + 0,001X (satuan g)
b. Persamaan regresi hubungan antara chatter terhadap feed rate pada pre existing slot
dengan SPSS (lihat Tabel 2).
32

Lihat pada kolom (Unstandardized Coefficients), kita dapat melihat nilai yang berada
pada kolom B, dimana kita dapat baris pertama sebagai (a) dan baris kedua sebagai (b),
maka di dapat persamaan sebagai berikut:
Y = 0,6 + 0,01X
Persamaan diatas dapat dianalisis sebagai berikut:
 Bila tanpa feed rate dalam pengujian (X=0), maka dapat diperkirakan nilai chatter
yang didapat adalah 0,6, sedangkan apabila diberikan feed rate sebesar 30 (X=30),
maka diperkirakan nilai yang dihasilkan chatter adalah sebesar 0,6+0,01(30)=0,9
 Koefisien regresi b=0,01 yang mengindikasikan besarnya nilai chatter untuk setiap
pertambahan feed rate.
3. Persamaan Regresi untuk Kekasaran Permukaan pada non pre existing slot
Dimana kekasaran permukaan (Ra) memiliki faktor fungsi dengan feed rate (f), depth
of cut (α), dan cutting speed (v) dapat dirumus kan dengan Ra = f(v,f,α). Penulisan hubungan
antara Ra dan parameter utama (v,f,α) dapat juga dijabarkan sebagai berikut (Lulzim Bala,
2012):
𝑅𝑎 = 𝐶. 𝑣 𝑝1 . 𝑓 𝑝2 . 𝑎𝑝3 ......................................................................................................(4-6)
Dimana:
Ra : surface roughness
C : konstan
v : cutting speed
α : depth of cut
f : feed rate
p1, p2, p3 : eksponen

Dengan menggunakan model matematika transformasi logaritma, maka persamaan


akan menjadi:
ln 𝑅𝑎 = 𝑙𝑛𝐶 + 𝑝1 𝑙𝑛 𝑣 + 𝑝2 𝑙𝑛 𝑓 + 𝑝3 𝑙𝑛𝛼.......................................................................(4-7)
Dibuat permisalan sebagai berikut:
ln Ra :Y
ln C : b0
𝑝1 𝑙𝑛 𝑣 : b1X1
𝑝2 𝑙𝑛 𝑓 : b2X2
𝑝3 𝑙𝑛 𝛼 : b3X3
33

Sehinggan menjadi
𝑌 = 𝑎 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3.......................................................................................(4-8)
Dikarenakan cutting speed dan depth of cut konstan, dan hanya feed rate yang berubah-
ubah, maka untuk regresinya hanya menggunakan satu variabel bebas saja, dimana:
a : konstan
b1 X1 : cutting speed
b2 X 2 : feed rate
b3 X 3 : depth of cut

Dimana X1 dan X3 adalah variabel terikat yang nilainya konstan (C), maka untuk
mendapatkan nilai regresi dengan variabel bebas, maka nilai Y dapat dinyatakan :
𝑌 = 𝑏0 + 𝑏1 + 𝑏3 𝐶 + 𝑏2 𝑋2.........................................................................................(4-9)
Maka didapatlah regresi linier sederhananya sebagai berikut (Sudaryono, 2014:80):
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑥....................................................................................................................(4-10)
Dimana:
Y : subjek pada variabel dependen yang diprediksikan
𝑎 : harga Y = bila x = 0
b : koefisien regresi, menunjukkan angka peningkatan variabel terikat.
𝑥 : subjek pada variabel bebas yang memiliki nilai tertentu
a. Persamaan regresi hubungan antara kekasaran permukaan terhadap feed rate dengan non
pre existing slot secara manual (matematik)
Langkah-langkah untuk mencari persamaan regresi:
 Membuat tabel penolong
No Feed Kekasaran XY X2
Rate Permukaan
(X) (Y)
1 30 1,100 33 900
2 40 1,160 46,4 1600
3 50 1,300 65 2500
Σ 120 3,56 144,4 5000

 Menghitung nilai konstanta a dan b


 Menghitung nilai b
34

𝑛 𝑋𝑌 − 𝑋. 𝑌
𝑏= 2
𝑛. 𝑋2 − 𝑋
3 144,4 − 120 3,56
=
3. 5000 − 1202
6
=
600
= 0,01
 Menghitung nilai konstanta a
𝑌 − 𝑏. 𝑋
𝑎=
𝑛
3,56 − 0,01 120
=
3
= 0,787
 Menghitung nilai R2
𝑛 𝑥𝑦 − 𝑥 𝑦
𝑟=
2 2
√[𝑛 𝑥2 − 𝑥 ][𝑛 𝑦2 − 𝑦 ]

3 144,4 − 120 3,56


𝑟= = 0,974
√[3 . 5000 − 120 2 ][3.4,246 − 3,56 2 ]
𝑟 2 = 0,949

Maka didapat lah persamaan regresinya:


Y = 0,787 + 0,01X
b. Persamaan regresi hubungan antara Kekasaran Permukaan terhadap feed rate dengan SPSS
(lihat Tabel 3)
Lihat pada kolom (Unstandardized Coefficients), kita dapat melihat nilai yang berada pada
kolom B, dimana kita dapat baris pertama sebagai (a) dan baris kedua sebagai (b), maka di
dapat persamaan sebagai berikut:
Y = 0,787 + 0,01X
Persamaan diatas dapat dianalisis sebagai berikut:
 Bila tanpa feed rate dalam pengujian (X=0), maka dapat diperkirakan nilai kekasaran
permukaan yang didapat adalah 0,787, sedangkan apabila diberikan feed rate sebesar 30
(X=30), maka diperkirakan nilai dari kekasaran permukaan adalah sebesar
0,787+0,01(30)=1,1
35

 Koefisien regresi b=0,01 yang mengindikasikan besarnya nilai kekasaran permukaan


untuk setiap pertambahan feed rate.
4. Persamaan untuk Kekasaran Permukaan pada pre existing slot
a. Persamaan regresi hubungan antara kekasaran permukaan terhadap feed rate dengan pre
existing slot secara manual (matematik)
Langkah-langkah untuk mencari persamaan regresi:
 Membuat tabel penolong

No Feed Kekasaran XY X2
Rate Permukaan
(X) (Y)
1 30 0,687 20,61 900
2 40 0,788 30,52 1600
3 50 0,810 40,5 2500
Σ 120 2,285 92,63 5000

 Menghitung nilai konstanta a dan b


 Menghitung nilai b
𝑛 𝑋𝑌 − 𝑋. 𝑌
𝑏= 2
𝑛. 𝑋2 − 𝑋
3 92,63 − 120 2,285
=
3. 5000 − 1202
3,69
=
600
= 0,006
 Menghitung nilai konstanta a
𝑌 − 𝑏. 𝑋
𝑎=
𝑛
2,285 − 0,006 120
=
3
= 0,516
 Menghitung nilai R2
𝑛 𝑥𝑦 − 𝑥 𝑦
𝑟=
2 2
√[𝑛 𝑥2 − 𝑥 ][𝑛 𝑦2 − 𝑦 ]
36

3 92,63 − 120 2,285


𝑟= = 0,93761
√[3 . 5000 − 120 2 ][3.1,749 − 2,285 2 ]
𝑟 2 = 0,8791
Maka didapat lah persamaan regresinya:
Y = 0,516+ 0,006X
c. Persamaan regresi hubungan antara Kekasaran Permukaan terhadap feed rate dengan SPSS
(lihat Tabel 4)
Lihat pada kolom (Unstandardized Coefficients), kita dapat melihat nilai yang berada pada
kolom B, dimana kita dapat baris pertama sebagai (a) dan baris kedua sebagai (b), maka di
dapat persamaan sebagai berikut:
Y = 0,516 + 0,006X
Persamaan diatas dapat dianalisis sebagai berikut:
 Bila tanpa feed rate dalam pengujian (X=0), maka dapat diperkirakan nilai kekasaran
permukaan yang didapat adalah 0,516, sedangkan apabila diberikan feed rate sebesar 30
(X=30), maka diperkirakan nilai dari kekasaran permukaan adalah sebesar
0,516+0,006(30)=0,687
 Koefisien regresi b=0,006 yang mengindikasikan besarnya nilai chatter untuk setiap
pertambahan feed rate.
Berdasarkan output Coefficient pada Tabel 1 s.d 4 diketahui bahwa nilai koefisien
regresi variabel feed rate (X) adalah bernilai positif keduanya, sehingga dapat dikatakan
bahwa koefisen X berpengaruh positif terhadap Y. Dan dapat pula diartikan bahwa semakin
meningkat koefisien feed rate (X) maka koefisien chatter dan kekasaran (Y) juga akan
meningkat.

4.2.2 Uji Anova Dua Arah


Uji Anova dua arah bertujuan untuk mengetahui pengaruh signifikan variabel bebas
terhadap variabel terikat secara simultan. Agar dapat diketahui bagaimana pengaruhnya, maka
nilai koefisien regresi dari variabel bebas akan diuji, dengan ketentuan.
 Jika F1hitung ≤ F1tabel, maka H0 diterima, artinya ada perbedaan (pada kelompok data
baris)
 Jika F2hitung ≤ F2tabel, maka H0 diterima, artinya ada perbedaan (pada kelompok data
kolom)
 Jika probabilitas Sig > 0,05 maka H0 diterima H1 ditolak
37

 Jika probabilitas Sig < 0,05 maka H1 diterima H0 ditolak


Karena variabel terikat yang digunakan ada 2 dalam analisa datanya yaitu, feed rate
dan combine milling (pre existing slot dan non pre existing slot), maka analisa menggunakan 2
persepektif juga. Disini perhitungan menggunakan 2 metode, yaitu manual dan dengan SPSS.
Berikut perhitungannya:
1. Perhitungan Secara Numerik pada Chatter
 Membuat tabel penolong
Feed Rate Chatter (b) Total Rata-rata
Pre Existing Non Pre Existing 𝑋𝑛𝑗 𝑋𝑛𝑗
(b)
Slot (1) Slot (2)
0,9 1,2 2,1 1,05
30
1,0 1,5 2,5 1,25
40
1,1 1,6 2,7 1,35
50
3 4,3 7,3 3,65
Total 𝑇𝑛𝑗
1 1,433 2,433
Rata-rata 𝑇𝑛𝑗

 Menghitung rata-rata populasi (b×j)


𝑇𝑏𝑗
𝑋= 𝑏.𝑗
7,3
= 3.2

= 1,217
 Menentukan nilai jumlah kuadrat antarbaris (JKB)
𝑋1 2 + 𝑋2 2 + 𝑋3 2 𝑇𝑥 2
JKB = -
𝐽 𝑏𝑗

2,1 2 + 2,5 2 + 2,7 2 7,3 2


= -
2 3.2

= 0,093
 Menentukan nilai derajat kebebasan antarbaris
Dkb = b – 1
=3–1
=2
 Menentukan nilai ragam antarbaris
38

𝐽𝐾𝐵
𝑆12 =
𝑑𝑘𝑏
0,093
= 2

= 0,0465
 Menentukan nilai jumlah kuadrat antarkolom (JKK )
𝑇1 2 + 𝑇2 2 𝑇𝑥 2
JKK = -
𝑏 𝑏𝑗

3 2 + 4,3 2 7,3 2
= -
3 3.2

= 0,282
 Menentukan nilai derajat kebebasan antarkolom
dkk = j – 1
=2–1
=1
 Menentukan nilai ragam antarkolom
𝐽𝐾𝐾
𝑆22 =
𝑑𝑘𝑘
0,282
= 1

= 0,282
 Menentukan nilai jumlah kuadrat total (JKT)

2 2 2 2 2
𝑇𝑥 2
𝐽𝐾𝑇 = [ 𝑋11 + 𝑋12 + 𝑋13 + 𝑋14 + 𝑋15 + 𝑋16 2 ] −
𝑏. 𝑗
2 2 2 2 2 7,3 2
=[ 0,9 + 1 + 1,1 + 1,2 + 1,5 + 1,6 2 ] − 3.2

= 0,388
 Menentukan nilai jumlah kuadrat galat
JKG = JKT – JKB – JKK
= 0,388 – 0,093 - 0,282
= 0,013
 Menentukan nilai derajat kebebasan galat
DkG = (b-1) (j-1)
= (3-1) (2-1)
=2
 Menentukan nilai ragam galat
39

𝐽𝐾𝐺
𝑆32 =
𝑑𝑘𝐺
0,013
= 2

= 0,007
 Menentukan nilai Fhitung
𝑆12
𝐹1 =
𝑆32
0,0465
= 0,007

= 6,643
𝑆22
𝐹2 =
𝑆32
0,282
= 0,007

= 40,285
 Langkah-langkah menghitung nilai Ftabel
Nilai Ftabel dapat dihitung menggunakan tabel F
F1 tabel dan F2 tabel = F(( α )(dkb = pembilang), (dkk / dkg = penyebut)
Dimana: n = 3, j = 4, α = 5%=0,05, dkk = 1, dkg = 2, dkb 2
Maka didapat, nilai F1 tabel= F1 (0,05) (2 , 2) = 19
nilai F1 tabel= F1 (0,05) (1, 2) = 18,51
 Kesimpulan yang didapat
1. Berdasarkan Feed Rate
F1 hitung (6,643) < F1 tabel (19), maka H0 diterima
Yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan chatter terhadap feed rate
30, 40 dan 50.
2. Berdasarkan Combine Milling (Pre Existing slot dan Non Pre Existing slot)
F2 hitung (40,285) > F2 tabel (18,51), maka H0 ditolak
Yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara chatter terhadap Combine
Milling (Pre Existing slot) dengan Combine milling (Non Pre Existing slot).
2. Perhitungan dengan menggunakan SPSS (lihat Tabel 3).
Dari Tabel 3 dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Berdasarkan Feed Rate
Sig = 0,125 > 0,05, maka H0 diterima
40

Yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan chatter terhadap feed rate 30,
40 dan 50.
b. Berdasarkan Combine Milling (Pre Existing slot dan Non Pre Existing slot)
Sig = 0,023 < 0,05, maka H0 ditolak
Yang berarti bahwa ada nya perbedaan yang signifikan antara chatter terhadap Combine
Milling (Pre Existing slot) dengan Combine milling (Non Pre Existing slot).
3. Perhitungan Secara Manual pada Kekasaran Permukaan
 Membuat tabel penolong
Feed Rate Chatter (b) Total Rata-rata
Pre Existing Non Pre Existing 𝑋𝑛𝑗 𝑋𝑛𝑗
(b)
Slot (1) Slot (2)
0,687 1,100 1,787 0,894
30
0,788 1,160 1,948 0,974
40
0,810 1,300 2,11 1,055
50
2,285 3,56 5,845 2,923
Total 𝑇𝑛𝑗
0,762 1,187 1,949
Rata-rata 𝑇𝑛𝑗

 Menghitung rata-rata populasi (b×j)


𝑇𝑏𝑗
𝑋= 𝑏.𝑗
5,845
= 3.2

= 0,974
 Menentukan nilai jumlah kuadrat antarbaris (JKB)
𝑋1 2 + 𝑋2 2 + 𝑋3 2 𝑇𝑥 2
JKB = -
𝐽 𝑏𝑗

1,787 2+ 1,948 2+ 2,11 2 5,845 2


= -
2 3.2

= 0,026
 Menentukan nilai derajat kebebasan antarbaris
Dkb = b – 1
=3–1
=2
41

 Menentukan nilai ragam antarbaris


𝐽𝐾𝐵
𝑆12 =
𝑑𝑘𝑏
0,026
= 2

= 0,013
 Menentukan nilai jumlah kuadrat antarkolom (JKK )
𝑇1 2 + 𝑇2 2 𝑇𝑥 2
JKK = -
𝑏 𝑏𝑗

2,285 2 + 3,56 2 5,845 2


= -
3 3.2

= 0,271
 Menentukan nilai derajat kebebasan antarkolom
dkk = j – 1
=2–1
=1
 Menentukan nilai ragam antarkolom
𝐽𝐾𝐾
𝑆22 =
𝑑𝑘𝑘
0,271
= 1

= 0,271
 Menentukan nilai jumlah kuadrat total (JKT)

2 2 2 2 2
𝑇𝑥 2
𝐽𝐾𝑇 = [ 𝑋11 + 𝑋12 + 𝑋13 + 𝑋14 + 𝑋15 + 𝑋16 2 ] −
𝑏. 𝑗
2 2 2 2 2 5,845 2
=[ 0,687 + 0,788 + 0,81 + 1,1 + 1,16 + 1,3 2 ] − 3.2

= 0,301
 Menentukan nilai jumlah kuadrat galat
JKG = JKT – JKB – JKK
= 0,301 – 0,026 – 0,271
= 0,004
 Menentukan nilai derajat kebebasan galat
DkG = (b-1) (j-1)
= (3-1) (2-1)
=2
 Menentukan nilai ragam galat
42

𝐽𝐾𝐺
𝑆32 =
𝑑𝑘𝐺
0,004
= 2

= 0,002
 Menentukan nilai Fhitung
𝑆12
𝐹1 =
𝑆32
0,013
= 0,002

= 6,5
𝑆22
𝐹2 =
𝑆32
0,271
= 0,007

= 38,714
 Langkah-langkah menghitung nilai Ftabel
Nilai Ftabel dapat dihitung menggunakan tabel F
F1 tabel dan F2 tabel = F(( α )(dkb = pembilang), (dkk / dkg = penyebut)
Dimana: n = 3, j = 4, α = 5%=0,05, dkk = 1, dkg = 2, dkb 2
Maka didapat, nilai F1 tabel= F1 (0,05) (2 , 2) = 19
nilai F1 tabel= F1 (0,05) (1, 2) = 18,51
 Kesimpulan yang didapat
1. Berdasarkan Feed Rate
F1 hitung (6,5) < F1 tabel (19), maka H0 diterima
Yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kekasaran permukaan
terhadap feed rate 30, 40 dan 50.
2. Berdasarkan Combine Milling (Pre Existing slot dan Non Pre Existing slot)
F2 hitung (38,714) > F2 tabel (18,51), maka H0 ditolak
Yang berarti bahwa ada nya perbedaan yang signifikan antara kekasaran permukaan
terhadap Combine Milling (Pre Existing slot) dengan Combine milling (Non Pre
Existing slot).
3. Perhitungan dengan menggunakan SPSS (lihat Tabel 4)
Dari Tabel 3 dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
c. Berdasarkan Feed Rate
Sig = 0,121 > 0,05, maka H0 diterima
43

Yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kekasaran permukaan terhadap
feed rate 30, 40 dan 50.
d. Berdasarkan Combine Milling (Pre Existing slot dan Non Pre Existing slot)
Sig = 0,007 < 0,05, maka H0 ditolak
Yang berarti bahwa ada nya perbedaan yang signifikan antara kekasaran permukaan
terhadap Combine Milling (Pre Existing slot) dengan Combine milling (Non Pre Existing
slot).

4.3 Pembahasan Grafik


4.3.1 Pengaruh Feed rate Terhadap Chatter, serta Perbandingan antara Pre Existing Slot
dengan Non Pre Existing Slot
0,18 y = 0,002x + 0,0646
R² = 0,9231
0,16

0,14
chatter (g)

0,12

0,1

0,08 y = 0,001x + 0,0612


R² = 1
0,06

0,04
25 30 35 40 45 50 55
feed rate (mm/min)

Pre Existing Slot Non Pre Existing Slot


Linear (Pre Existing Slot) Linear (Non Pre Existing Slot)

Gambar 4.3 Pengaruh Feed Rate Terhadap Chatter (yang satuannya di konversi ke g
(gravitasi), lihat lampiran pada Tabel A) serta Perbandingan Pre Existing Slot dengan Non Pre
Existing Slot

Terlihat pada grafik dimana pada sumbu x merupakan feed rate (mm/min) dan sumbu
y adalah Chatter. Terlihat jelas pada dua metode diatas bahwa semakin diperbesar nilai dari
feed rate maka meningkatn juga nilai chatter, baik dengan menggunakan pre existing slot atau
non pre existing slot. Pada pre existing slot nilai terendah dari chatter terletak pada titik feed
rate pada 30mm/min sebesar 0,092 g. Dengan feed rate yang sama pada metode non pre
existing slot maka dapat di temukan nilai dari chatter nya lebih besar dibandingkan dengan
nilai chatter pada metode pre existing slot yaitu sebesar 0,122 g. Secara berurutan pada setiap
44

metode dengan feed rate yang sama 30mm/min,40mm/min dan 50mm/min, maka dapat
disimpulkan, bahwa nilai chatter pada pre existing slot lebih rendah dibandingkan nilai chatter
pada non pre existing slot. Persentase perbandingan nilai chatter pada pre existing slot adalah
75%, 67%, dan 69% dari nilai chatter pada non pre existing slot.
Penyebab semakin besarnya nilai chatter seiring bertambah nya nilai feed rate adalah,
berdasarkan landasan teori, didapat hubungan feed rate berbanding lurus terhadap chatter.
Dapat disimpulkan bahwa semakin besar feed rate semakin besar pula nilai chatter nya. Sebab
mengapa grafik pre existing slot dibawah non pre existing slot karena, pada proses pre existing
slot volume benda kerja terlebih dahulu dikurangi (diberi slot) sebesar 6mm, selanjutnya
dilakukan pemakanan utuh dengan pahat Ø10mm dan depth of cut 10mm, tetapi dalam
pemakanannya tidak penuh, karena volume benda telah berkurang pada posisi yang akan
dilakukan pemakanan, sehingga yang terjadi adalah pahat akan lebih sedikit kontak dengan
benda kerja pada setiap feed rate nya. Sehingga nilai RMR-nya lebih kecil jika dibandingkan
dengan nilai RMR pada benda kerja yang tidak ada slotnya (non pre existing slot). Sesuai
dengan rumus dari RMR yang berbanding lurus dengan chatter, yang mana apabila RMR kecil
maka nilai chatter akan menurun. Sebaliknya jika nilai RMR nya besar maka nilai chatter akan
meningkat.

4.3.2 Pengaruh Feed rate Terhadap Kekasaran Permukaan, serta Perbandingan antara
Pre Existing Slot dengan Non Pre Existing Slot
1,5
Kekasaran Permukaan (μm)

1,4 y = 0,01x + 0,7867


1,3 R² = 0,9494
1,2
1,1
1
0,9
0,8
0,7
y = 0,0062x + 0,5157
0,6 R² = 0,8791
0,5
25 30 35 40 45 50 55
feed rate (mm/min)

Pre Existing Slot Non Pre Existing Slot


Linear (Pre Existing Slot) Linear (Non Pre Existing Slot)

Gambar 4.4 Pengaruh Feed Rate Terhadap Kekasaran Permukaan serta Perbandingan Pre
Existing Slot dengan Non Pre Existing Slot
45

Terlihat pada grafik dimana pada sumbu x merupakan feed rate (mm/min) dan sumbu
y adalah Keksaran permukaan, dan akan dibahas berdasarkan dari 2 metode yaitu pre existing
slot dan non pre existing slot. Terlihat jelas pada dua metode diatas bahwa semakin diperbesar
nilai dari feed rate, maka meningkat juga nilai kekasaran permukaan, baik dengan
menggunakan pre existing slot dan non pre existing slot. Pada pre existing slot nilai terendah
dari kekasaran permukaan terletak pada titik dimana feed rate berada pada 30mm/min sebesar
0,687μm. Lalu dengan feed rate yang sama pada metode non pre existing slot maka dapat di
temukan dimana nilai dari kekasaran permukaannya lebih besar dibandingkan dengan nilai
kekasaran permukaan pada metode pre existing slot yaitu sebesar 1,1μm. Secara berurutan pada
setiap metode dengan feed rate yang sama 30mm/min,40mm/min dan 50mm/min, maka dapat
disimpulkan, bahwa nilai kekasaran permukaan pada pre existing slot lebih rendah
dibandingkan nilai kekasaran permukaan pada non pre existing slot. Persentase perbandingan
nilai kekasaran permukaan pada pre existing slot adalah 62%, 68%, dan 63% dari nilai
kekasaran permukaan pada non pre existing slot.
Penyebab semakin besarnya nilai kekasaran permukaan seiring bertambah nya nilai
feed rate adalah, berdasarkan landasan teori, didapat hubungan feed rate berbanding lurus
kuadratik terhadap kekasaran permukaan. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar feed rate
semakin besar pula nilai kekasaran permukaannya. Sebab mengapa grafik pre existing slot
dibawah non pre existing slot karena, pada proses pre existing slot volume benda kerja terlebih
dahulu dikurangi (diberi slot) sebesar 6mm, selanjutnya dilakukan pemakanan utuh dengan
pahat Ø10mm dan depth of cut 10mm, tetapi dalam pemakanannya tidak penuh, karena volume
benda telah berkurang pada posisi yang akan dilakukan pemakanan, sehingga yang terjadi
adalah pahat akan lebih sedikit kontak dengan benda kerja pada setiap feed rate nya. Sehingga
nilai RMR-nya lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai RMR pada benda kerja yang tidak ada
slotnya (non pre existing slot). Sesuai dengan rumus dari RMR yang berbanding lurus dengan
kekasaran permukaan, yang mana apabila RMR kecil maka nilai kekasaran permukaan akan
menurun. Sebaliknya jika nilai RMR nya besar maka nilai kekasaran permukaan akan
meningkat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini didapat kesimpulan bahwa:
1. Feed rate memiliki hubungan berbanding lurus terhadap chatter.
2. Spesimen dengan pre existing slot lebih kecil nilai chatter-nya dibandingkan dengan
non pre existing slot.
3. Feed rate memiliki hubungan berbanding lurus terhadap kekasaran permukaan.
4. Spesimen dengan pre existing slot lebih kecil nilai kekasaran permukaannya
dibandingkan dengan non pre existing slot
5. Persamaan regresi
 Chatter Non Pre Existing Slot
Y = 0,633 + 0,02X (satuan m/s2)
Y = 0,002 + 0,0646 (satuan g)
 Chatter Pre Existing Slot
Y = 0,6 + 0,01X (satuan m/s2)
Y = 0,0612 + 0,001X (satuan g)
 Kekasaran Permukaan Non Pre Existing Slot
Y = 0,787 + 0,01X
 Kekasaran Permukaan Pre Existing Slot
Y = 0,516+ 0,006X

5.2 Saran
1. Dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan 2 pahat sekali jalan.
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat memberikan slot dengan diameter yang lebih
dalam lagi.

46
DAFTAR PUSTAKA

Bala, Lulzim.2012.Surface Roughness of Material Processing during Milling


Process.University of Prishtina, Republic of Kosovo.
Black, J.T.2008. Materials And Processes In Manufacture.Tenth Edition.
Boothroyd, Geoffrey.1981.Fundamentals of Metal Machining and Mahine
Tools.Washington D.C.:Sricpta Book Company.
Fuad Nur Rochim, Muhammad.2015. Pengaruh Cutting Fluids Dan Cutting Speed
Terhadap Getaran Pada Mesin Milling CNC. Universitas Sebelas Maret.Indonesia.
Godwin ozoegwu, chibogu.2015. A method Of improving chatter-free conditions with
combined-mode milling. Nnamdi Azikiwe University. Nigeria.
Mikell P, Goover.2013. Fundamentals of Modern Manufacturing Materials, Process, and
System Fifth Edition.
Munadi, Sudji.1980. Dasar-Dasar Metrologi Industri. Jakarta: Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Rochim, Taufiq.1985. Teori Dan Teknologi Proses Permesinan.Jakarta: Higher Education
Development Support Project.
Rochim, Taufiq.2001. Spesifikasi, Metrologi, Dan Kontrol Kulaitas.Bandung:ITB
Bandung.
Sudaryono.2014.Teori dan Aplikasi Dalam Statistic.Yogyakarta:ANDI.
Siregar, Syofian.2012. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta.
Ganguli. 2005. Regenerative chatter reduction by active damping control. Universite´
Libre de Bruxelles. Belgium

Anda mungkin juga menyukai