SKRIPSI
TEKNIK MESIN KONSENTRASI TEKNIK PRODUKSI
ILHAM WAHYUDI P.
NIM. 125060200111099
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2017
JUDUL SKRIPSI :
KOMISI PEMBIMBING
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Ilham Wahyudi Pakpahan
Tempat, Tanggal Lahir : Banjar, 10 Oktober 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Dusun II, Bangun Sari, Kec. Silau Laut, Kab. Asahan,
Sumatera Utara
Email : pakpahan1010@gmail.com
PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 010246 Banjar : Tahun 2000 - 2006
2. MTsS PMDU Asahan : Tahun 2006 - 2009
3. SMA Negeri 1 Kisaran Asahan : Tahun 2009 - 2012
4. S1 Fakultas Teknik Universitas Brawijaya : Tahun 2012 – 2017
Kata Kunci: Milling, Pre existing slot, chatter, feed rate, kekasaran permukaan
viii
SUMMARY
Workpiece is given slot first before the whole food is done or called pre existing slot.
Pre-slot process will reduce the volume of the workpiece first, then will cause less chisel
contact with the workpiece at each feed rate yes. Thus reducing the value of its RMR, and
in the process the resulting product is better. The material to be used is Al-6061. The
purpose of this research is to know how much influence of feed rate to chatter and surface
roughness when using combine milling with pre existing slot. The tool used to measure the
chatter is vibration metter and surface roughness with surface roughness tester.
Besides, this research will compare also how big influence between combine milling
with pre existing slot and non pre existing slot. The feed rate variations used were 30mm /
min, 40mm / min and 50mm / min, with a constant spindle spin of 500rpm and a 1mm
depth of cut constant. Based on this research, it can be concluded that, the higher the feed
rate, the higher the value of the chatter and the surface roughness. The comparison
between pre existing slot and non pre existing slot is concluded, the chatter value and
surface roughness in pre existing slot is smaller than the chatter value and surface
roughness in non pre existing slot. The chatter values obtained from pre existing slots are
0.092g, 0.102g and 0.112g, while non pre existing slots are 0.122g, 0.153g and 0.163g. By
comparison the value of chatter in pre existing slot is 75%, 67%, and 69% of chatter value
in non pre existing slot. The value of the surface roughness of the existing pre slot is also
smaller than the non pre exiting slot. Surface roughness values in pre existing slots are
0.687μm, 0.788μm and 0.81μm, and in non pre existing slots of 1.1m, 1.156μm and
1.295μm. The percentage of surface roughness ratio ratio in pre existing slot is 62%, 68%,
and 63% of surface roughness value in non pre existing slot.
Keywords: Milling, Pre existing slot, chatter, feed rate, surface roughness
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Feed Rate
Terhadap Chatter dan Kekasaran Permukaan Pada Proses Milling dengan Pre
Existing Slot” Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan
tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak Nurkholis Hamidi, ST., M.Eng., Dr.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Brawijaya.
2. Bapak Purnami, ST., MT selaku Sekretaris Jurusan Teknik Mesin Universitas
Brawijaya.
3. Ibu Widya Wijayanti, ST., MT., Dr.Eng selaku Kepala Program Studi Strata-1 Jurusan
Teknik Mesin Universitas Brawijaya.
4. Bapak Ir. Tjuk Oerbandono, M.Sc.,CSE selaku Ketua Kelompok Dasar Keahlian
Teknik Manufaktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya.
5. Bapak Dr. Eng. Eko Siswanto, ST., MT. selaku Penasihat Akademik saya di Jurusan
Teknik Mesin Universitas Brawijaya.
6. Bapak Dr. Ir. Achmad As’ad Sonief, MT. selaku Dosen Pembimbing Pertama yang
telah memberikan ilmu, masukan dan bimbingan yang bermanfaat selama proses
penelitian ini.
7. Bapak Khairul Anam, ST., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah
memberikan masukan, bimbingan dan ilmu yang bermanfaat selama proses penelitian
ini berlangsung.
8. Pihak Lab. CNC, dan Lab. Metrologi Industri Universitas Brawijaya yang membantu
memberikan bantuan dan fasilitas sehingga penelitian ini dapat selesai.
9. Kedua orang tua saya tercinta yang senantiasa memberikan semangat, doa dan
dukungan baik moral maupun material setiap waktu.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis
i
mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar kedepannya menjadi lebih baik.
Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Ilham Wahyudi P.
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah.................................................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 2
iii
3.4.1 Spesifikasi Bahan ...................................................................................... 17
3.4.2 Spesifikasi Alat ........................................................................................ 18
3.5 Prosedur Penelitian.............................................................................................. 21
3.6 Rancangan Penelitian .......................................................................................... 22
3.7 Flowchart ............................................................................................................ 24
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 46
5.2 Saran ................................................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
Keterangan gambar :
Profil referensi (reference profile)
Profil ini berupa garis lurus atau garis dengan bentuk sesuai dengan profil geometri
ideal, serta menyinggung puncak tertinggi dari profil terukur dalam suatu panjang
sampel. Biasanya profil ini disebut dengan profil puncak (custline).
Menunjukkan profil yang berguna sebagai referensi untuk menganalisa ketidakaturan
konfirgurasi permukaan.
Profil tengah (centered profile)
Adalah profil yang berada ditengah-tengah yang ditunjukan oleh daerah terarsir.
yang berfungsi untuk mengetahui luas pada daerah dibawah profil tengah sampai profil
terukur.
Profil geometri ideal (geometrically ideal profile)
Adalah profil permukaan geometris ideal yang dapat berupa garis lurus, lingkaran,
dan garis lengkung
Profil dasar (root profile)
Adalah profil yang berada tegak lurus terhadap profil geometris ideal pada suatu
panjang sampel, dan menyentuh titik terendah dari profil terukur.
Profil terukur (measured profile)
Adalah profil permukaan yang didapat pada saat pengukuran melalui alat ukur.
Data yang didapat dari profil ini yang digunakan untuk menganalisis karakteristik
kekasaran permukaan.
Beberapa parameter permukaan yang lain yaitu:
Kedalaman total (peak to valley height), Rt
9
Kedalaman total adalah jarak antara profil referensi sampai profil dasar, dengan
satuan micron (πm)
Kedalaman perataan (peak to mean lene), Rp
Kedalaman perataan adalah jarak antara profil tengah dengan profil referensi.
Kekasaran rata-rata aritmetis (mean roughness index), Ra
Adalah harga rata-rata dari harga absolute antara profil terukur dengan profil tengah yang
dihitung secara aritmetis.
Kedalaman rata-rata kuadratif (root mean square height), Rg
Merupakan akar dari jarak kuadrat rata-rata antara profil terukur dengan profil tengah.
Menurut bentuk profilnya, ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan dapat
diklasifikasikan beberapa tingkatan, yaitu:
1. Tingkatan pertama adalah ketidakteraturan makrogeometri yang berupa kesalahan bentuk
(form error) yang disebabkan oleh adanya ruang yang longgar pada mesin perkakas
sehingga benda kerja menjadi lentur dan terjadi kesalahan posisi ketika pencekaman benda
kerja.
2. Tingkatan kedua adalah ketidakteraturan yang membentuk seperti gelombang
(waviness). Hal tersebut terbentuk karena adanya getaran pada saat proses pemotongan
dan juga terjadi kesalahan penggunaan perkakas..
3. Tingkatan ketiga adalah ketidakteraturan permukaan berbentuk seprti alur (grooves)
yang disebabkan oleh jejak yang ditinggalkan pahat yang bergetar.
4. Tingkatan keempat adalah seripihan (flake) yang menempel pada permukaan benda
kerja yang disebabkan karena proses pembentukan geram (chips).
5. Tingkatan kelima merupakan kombinasi dari ketidakrataan tingkatan pertama sampai
ketidakrataan tingkat keempat.
Tabel 2.1 Angka Kekasaran (ISO roughness number) dan Panjang Sampel Standar
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekasaran permukaan ketika proses permesinan,
diantaranya :
1. Jenis, bentuk, material, dan ketajaman alat potong.
2. Kondisi pemotongan dari mesin perkakas yang digunakan.
1. Tingkat kekerasan dari material benda kerja.
2. Laju pemakanan (feeding) dan radius ujung pahat (nose radius tool)
3. Chatter yang terjadi saat proses pemotongan berlangsung.
Hubungan antara feeding dengan kekasaran permukaan terdapat pada persamaan (Groover,
2013:637) berikut :
𝑓2
Ra = 32NR.........................................................................................................................(2-1)
Dengan :
Ra = Kekasaran permukaan rata-rata (µm)
f = Feed (mm/rev)
NR = Nose radius (mm)
Dan pada penelitian ini ada beberapa parameter yang akan di gunakan untuk
menemukan pengaruh yang terjadi pada kekasaran permukaan dan chatter terhadap
feed rate, diantaranya :
feed rate
𝐹 = 𝑓. 𝑛.......................................................................................................................(2-2)
Dengan : F = feed rate (mm/min)
n = putaran spindel (rpm)
f = feed (mm/rev)
Amplitudo (chatter)
𝐹𝑐
av = 2
.............................................................................................(2-3)
√4𝐶𝑐2 𝑊𝑓2 + (𝑊𝑛2 −𝑊𝑓2 )
Untuk mendapatkan hubungan feed rate terhadap chatter, maka subsitusi rumus (2-
4), (2-5), (2-6) ke rumus (2-3), didapat rumus :
lalu subsitusi rumus (2-8) lagi kerumus (2-2) maka didapatlah hubungan feed rate
terhadap chatter, sebagai berikut :
Rumus yang mencakup semua variabel diatas, dan berhubungkan dengan proses
milling pada metode pre existing slot adalah RMR. Dimana RMR sendiri adalah banyaknya
volume dari material yang berkurang setiap satuan detik. RMR dirumuskan sebagai berikut:
𝑅𝑀𝑅 = 𝑣𝑓𝑑.......................................................................................................................(2-10)
Dengan : RMR : Material remove rate (mm3/s)
v : kecepatan pemotongan (mm/s)
d : depth of cut (mm)
f : feed (mm/rev)
dari rumus diatas maka dapat dihubungkan dengan kekasaran permukaan dan
chatter pada metode pre exesting slot dengan mesubsitusikan rumus (2-7) ke rumus (2-9)
dengan sebelumnya mensubsitusikan rumus (2-2) ke rumus (2-9):
𝐹
𝑅𝑀𝑅 = 𝑣𝑑 𝑛......................................................................................................................(2-11)
Dengan mesubsitusikan rumus (2-7) ke rumus (2-11) maka didapat hubungan RMR
terhadap kekasaran permukaan
(𝑅 )2
𝑅𝑎 = (𝑣𝑑)𝑀𝑅
2 32𝑁𝑅...............................................................................................................(2-12)
Dengan mesubsitusikan rumus (2-7) ke rumus (2-9) maka didapat hubungan RMR
12
terhadap chatter
𝑀𝑅 𝑅
𝑎𝑣 = 𝜏𝑠 (𝑣𝑑𝑧𝑛 2
).................................................................................................................(2-13)
Vibration pada proses permesinan dapat dibedakan menjadi dua tipe vibration
yaitu forced vibration dan self-excited vibration
1. Forced Vibration (Getaran Paksa)
Adanya gaya luar yang masuk pada proses milling dan pembubutan yang terjadi
disebabkan karena tidak seimbangya komponen-komponen pada mesin, dikarenakan
mesin terlalu sering digunakan secara terus menerus.
2. Self-Excited Vibration
Getaran yang terjadi secara alami diwaktu proses permesinan, disebabkan kontak
antara benda kerja dan alat potong (pahat) yang digunakan pada mesin perkakas.
Chatter biasanya mempunyai amplitudo yang tinggi. Sebab-sebab terjadinya chatter
adalah sebagai berikut:
a. Cutting fluid dan efektifitasnya akan mempengaruhi variasi gesekan dari alat potong.
13
Chatter berbanding lurus terhadap feed rate, namun berbanding terbalik terhadap
putaran spindel dan jumlah pahat gigi, seperti pada rumus (2-8), yaitu : 𝑎𝑣 =
1 1
𝑓 (𝐹, 𝑛 , 𝑧)
2.10Hubungan Feed Rate Pre Existing Slot terhadap Kekasaran Permukaan dan
Chatter
Sebelum melakukan pemakanan yang sebenarnya/utuh maka diberikan slot terlebih
dahulu pada benda kerja, agar didapat pengurangan terhadap volume benda, hal ini
dinamakan pre exesting slot. Yang mana akan berpengaruh terhadap feed, dan juga
pengurangan feed rate yang akan menjadi penelitian kali ini.
Gambar 2.6 Proses Pemakanan (a) Proses pemakanan penuh, (b) Proses pemakanan
dengan pre-existing slot.
Sumber : Chibogu (2015)
15
Pengurangan panjang material pada benda kerja yang kontak langsung dengan
pahat tiap putaran spindle akan berpengaruh pada berkurangnya nilai RMR-nya yang akan
menghasil kualitas produk proses permesinan lebih baik. Dengan menghubungkan rumus
Material Removal Rate yang berhubungan langsung terhadap pre existing slot terhadap
variabel-variabel pada pembahasan kali ini maka didapat lah beberapa hubungan, antara
lain:
Material Removal Rate berbanding berbanding lurus terhadap feed rate tetapi
berbanding terbalik terhadap putaran spindel, seperti pada rumus (2-10), yaitu : RMR
1
= 𝑓(𝐹, 𝑛 , 𝑣, 𝑑)
Chatter berbanding lurus terhadap Material Removal Rate, seperti pada rumus (2-
1 1 1
12), yaitu : 𝑎𝑣 = 𝑓(𝑅𝑀𝑅 , 𝜏𝑠 , 𝑣 , 𝑑 , 𝑧)
2.11 Hipotesis
Berdasarkan beberapa kajian yang telah dijelaskan, maka didapatlah dugaan
sementara hubungan feed rate terhadap kekasaran permukaan dan chatter dengan metode
pre exesting slot bahwa, semakin besar nilai dari feed rate maka semakin besar pula nilai
dari Material Removal Rate, dan ini langsung berdampak pada meningkatnya nilai
kekasaran permukaan dan chatter nya. Sebaliknya, semakin kecil nilai dari feed rate maka
semakin kecil pula nilai dari Material Removal Rate, dan akan berdampak pada
menurunnya nilai kekasaran permukaan dan chatter nya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
17
Satuan: mm
18
Spesifikasi Vibrasimeter
Vibration pickup : piezoelectric ceramic
accelerometer (shear type)
Measurement range of acceleration : 0,1 – 199,9m/s² peak
Measurement range of velocity : 0,1 – 199,9mm/s rms
21
4
7
5
3
2 6
Keterangan:
1.Machine Table
2. Workpiece
3. End mill
4.Vibration Meter
5. Sourface Roughness Tester
6. Speciment (yang sudah di
milling)
7. Arbor
23
30mm/ 30mm/
min min
40mm/ 40mm/
min min
50mm/ 50mm/
min min
(a) (b)
Gambar 4.1 Hasil proses milling dengan menggunakan metode (a) non pre existing slot. (b) pre
existing slot.
26
27
Tabel 4.2 Hasil pengukuran kekasaran permukaan dengan menggunakan surface roughness
No Feed rate Kekasaran Permukaan (μm)
Ra₁ Ra₂ Ra₃ Ra
(mm/min) Rata-Rata
1 30 0,85033 0,5767 0,635 0,687
Pre Pre Slot
Dimana Chatter (αv) memiliki faktor fungsi dengan feed rate (A), depth of cut (B), dan
cutting speed (C) dapat dirumus kan dengan av = f(A,B,C). Penulisan hubungan av dengan
parameter utama (A,B,C) dapat juga dijabarkan sebagai berikut (Fwamba, 2016):
𝑎𝑣 = 𝑘 . 𝐴𝑒1 . 𝐵𝑒2 . 𝐶 𝑒3 ..................................................................................................(4-1)
Dimana:
αv : Chatter
k : konstanta
A : federate dalam polinominal high order menjadi Ae1
B : cutting speed dalam polinominal high order menjadi Be1
C : depth of cut dalam polinominal high order menjadi Ce1
e1, e2, e3: eksponen
Dimana X2 dan X3 adalah variabel terikat yang nilainya konstan (k), maka untuk
mendapatkan nilai regresi dengan variabel bebas, maka nilai Y dapat dinyatakan :
29
𝑌 = 𝑏0 + 𝑏1 + 𝑏3 𝑘 + 𝑏2 𝑋2..............................................................................................(4-4)
Maka didapatlah regresi linier sederhananya sebagai berikut (Sudaryono, 2014:80):
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑥..........................................................................................................................(4-5)
Dimana:
Y : subjek pada variabel dependen yang diprediksikan
𝑎 : harga Y = bila x = 0
B : koefisien regresi, menunjukkan angka peningkatan variabel terikat.
𝑥 : subjek pada variabel bebas yang memiliki nilai tertentu
Nilai a dan b dapat didapat kan nilainya dengan menggunakan 2 metode perhitungan
yaitu, secara manual (matematik) dan software spss maka akan didapatkan persamaan regresi
hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan sebagai berikut:
1. Persamaan Regresi untuk Chatter pada non pre existing slot
a. Persamaan regresi hubungan antara chatter terhadap feed rate dengan non pre existing
slot secara manual (matematik)
Langkah-langkah untuk mencari persamaan regresi:
Membuat tabel penolong
No Feed Chatter XY X2
Rate (Y)
(X)
1 30 1,2 27 900
2 40 1,5 40 1600
3 50 1,6 55 2500
Σ 120 4,3 176 5000
No Feed Chatter XY X2
Rate (Y)
(X)
1 30 0,9 27 900
2 40 1,0 40 1600
3 50 1,1 55 2500
Σ 120 3 122 5000
3 122 − 120 3
=
3. 5000 − 1202
6
=
600
= 0,01
Menghitung nilai konstanta a
𝑌 − 𝑏. 𝑋
𝑎=
𝑛
3 − 0,01 120
=
3
= 0,6
Menghitung nilai R2
𝑛 𝑥𝑦 − 𝑥 𝑦
𝑟=
2 2
√[𝑛 𝑥2 − 𝑥 ][𝑛 𝑦2 − 𝑦 ]
3 122 − 120 3
𝑟= =1
√[3 . 5000 − 120 2 ][3.3,02 − 3 2 ]
𝑟2 = 1
Maka didapat lah persamaan regresi pada pre existing slot adalah
Y = 0,6 + 0,01X (satuan m/s2)
Y = 0,0612 + 0,001X (satuan g)
b. Persamaan regresi hubungan antara chatter terhadap feed rate pada pre existing slot
dengan SPSS (lihat Tabel 2).
32
Lihat pada kolom (Unstandardized Coefficients), kita dapat melihat nilai yang berada
pada kolom B, dimana kita dapat baris pertama sebagai (a) dan baris kedua sebagai (b),
maka di dapat persamaan sebagai berikut:
Y = 0,6 + 0,01X
Persamaan diatas dapat dianalisis sebagai berikut:
Bila tanpa feed rate dalam pengujian (X=0), maka dapat diperkirakan nilai chatter
yang didapat adalah 0,6, sedangkan apabila diberikan feed rate sebesar 30 (X=30),
maka diperkirakan nilai yang dihasilkan chatter adalah sebesar 0,6+0,01(30)=0,9
Koefisien regresi b=0,01 yang mengindikasikan besarnya nilai chatter untuk setiap
pertambahan feed rate.
3. Persamaan Regresi untuk Kekasaran Permukaan pada non pre existing slot
Dimana kekasaran permukaan (Ra) memiliki faktor fungsi dengan feed rate (f), depth
of cut (α), dan cutting speed (v) dapat dirumus kan dengan Ra = f(v,f,α). Penulisan hubungan
antara Ra dan parameter utama (v,f,α) dapat juga dijabarkan sebagai berikut (Lulzim Bala,
2012):
𝑅𝑎 = 𝐶. 𝑣 𝑝1 . 𝑓 𝑝2 . 𝑎𝑝3 ......................................................................................................(4-6)
Dimana:
Ra : surface roughness
C : konstan
v : cutting speed
α : depth of cut
f : feed rate
p1, p2, p3 : eksponen
Sehinggan menjadi
𝑌 = 𝑎 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3.......................................................................................(4-8)
Dikarenakan cutting speed dan depth of cut konstan, dan hanya feed rate yang berubah-
ubah, maka untuk regresinya hanya menggunakan satu variabel bebas saja, dimana:
a : konstan
b1 X1 : cutting speed
b2 X 2 : feed rate
b3 X 3 : depth of cut
Dimana X1 dan X3 adalah variabel terikat yang nilainya konstan (C), maka untuk
mendapatkan nilai regresi dengan variabel bebas, maka nilai Y dapat dinyatakan :
𝑌 = 𝑏0 + 𝑏1 + 𝑏3 𝐶 + 𝑏2 𝑋2.........................................................................................(4-9)
Maka didapatlah regresi linier sederhananya sebagai berikut (Sudaryono, 2014:80):
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑥....................................................................................................................(4-10)
Dimana:
Y : subjek pada variabel dependen yang diprediksikan
𝑎 : harga Y = bila x = 0
b : koefisien regresi, menunjukkan angka peningkatan variabel terikat.
𝑥 : subjek pada variabel bebas yang memiliki nilai tertentu
a. Persamaan regresi hubungan antara kekasaran permukaan terhadap feed rate dengan non
pre existing slot secara manual (matematik)
Langkah-langkah untuk mencari persamaan regresi:
Membuat tabel penolong
No Feed Kekasaran XY X2
Rate Permukaan
(X) (Y)
1 30 1,100 33 900
2 40 1,160 46,4 1600
3 50 1,300 65 2500
Σ 120 3,56 144,4 5000
𝑛 𝑋𝑌 − 𝑋. 𝑌
𝑏= 2
𝑛. 𝑋2 − 𝑋
3 144,4 − 120 3,56
=
3. 5000 − 1202
6
=
600
= 0,01
Menghitung nilai konstanta a
𝑌 − 𝑏. 𝑋
𝑎=
𝑛
3,56 − 0,01 120
=
3
= 0,787
Menghitung nilai R2
𝑛 𝑥𝑦 − 𝑥 𝑦
𝑟=
2 2
√[𝑛 𝑥2 − 𝑥 ][𝑛 𝑦2 − 𝑦 ]
No Feed Kekasaran XY X2
Rate Permukaan
(X) (Y)
1 30 0,687 20,61 900
2 40 0,788 30,52 1600
3 50 0,810 40,5 2500
Σ 120 2,285 92,63 5000
= 1,217
Menentukan nilai jumlah kuadrat antarbaris (JKB)
𝑋1 2 + 𝑋2 2 + 𝑋3 2 𝑇𝑥 2
JKB = -
𝐽 𝑏𝑗
= 0,093
Menentukan nilai derajat kebebasan antarbaris
Dkb = b – 1
=3–1
=2
Menentukan nilai ragam antarbaris
38
𝐽𝐾𝐵
𝑆12 =
𝑑𝑘𝑏
0,093
= 2
= 0,0465
Menentukan nilai jumlah kuadrat antarkolom (JKK )
𝑇1 2 + 𝑇2 2 𝑇𝑥 2
JKK = -
𝑏 𝑏𝑗
3 2 + 4,3 2 7,3 2
= -
3 3.2
= 0,282
Menentukan nilai derajat kebebasan antarkolom
dkk = j – 1
=2–1
=1
Menentukan nilai ragam antarkolom
𝐽𝐾𝐾
𝑆22 =
𝑑𝑘𝑘
0,282
= 1
= 0,282
Menentukan nilai jumlah kuadrat total (JKT)
2 2 2 2 2
𝑇𝑥 2
𝐽𝐾𝑇 = [ 𝑋11 + 𝑋12 + 𝑋13 + 𝑋14 + 𝑋15 + 𝑋16 2 ] −
𝑏. 𝑗
2 2 2 2 2 7,3 2
=[ 0,9 + 1 + 1,1 + 1,2 + 1,5 + 1,6 2 ] − 3.2
= 0,388
Menentukan nilai jumlah kuadrat galat
JKG = JKT – JKB – JKK
= 0,388 – 0,093 - 0,282
= 0,013
Menentukan nilai derajat kebebasan galat
DkG = (b-1) (j-1)
= (3-1) (2-1)
=2
Menentukan nilai ragam galat
39
𝐽𝐾𝐺
𝑆32 =
𝑑𝑘𝐺
0,013
= 2
= 0,007
Menentukan nilai Fhitung
𝑆12
𝐹1 =
𝑆32
0,0465
= 0,007
= 6,643
𝑆22
𝐹2 =
𝑆32
0,282
= 0,007
= 40,285
Langkah-langkah menghitung nilai Ftabel
Nilai Ftabel dapat dihitung menggunakan tabel F
F1 tabel dan F2 tabel = F(( α )(dkb = pembilang), (dkk / dkg = penyebut)
Dimana: n = 3, j = 4, α = 5%=0,05, dkk = 1, dkg = 2, dkb 2
Maka didapat, nilai F1 tabel= F1 (0,05) (2 , 2) = 19
nilai F1 tabel= F1 (0,05) (1, 2) = 18,51
Kesimpulan yang didapat
1. Berdasarkan Feed Rate
F1 hitung (6,643) < F1 tabel (19), maka H0 diterima
Yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan chatter terhadap feed rate
30, 40 dan 50.
2. Berdasarkan Combine Milling (Pre Existing slot dan Non Pre Existing slot)
F2 hitung (40,285) > F2 tabel (18,51), maka H0 ditolak
Yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara chatter terhadap Combine
Milling (Pre Existing slot) dengan Combine milling (Non Pre Existing slot).
2. Perhitungan dengan menggunakan SPSS (lihat Tabel 3).
Dari Tabel 3 dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Berdasarkan Feed Rate
Sig = 0,125 > 0,05, maka H0 diterima
40
Yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan chatter terhadap feed rate 30,
40 dan 50.
b. Berdasarkan Combine Milling (Pre Existing slot dan Non Pre Existing slot)
Sig = 0,023 < 0,05, maka H0 ditolak
Yang berarti bahwa ada nya perbedaan yang signifikan antara chatter terhadap Combine
Milling (Pre Existing slot) dengan Combine milling (Non Pre Existing slot).
3. Perhitungan Secara Manual pada Kekasaran Permukaan
Membuat tabel penolong
Feed Rate Chatter (b) Total Rata-rata
Pre Existing Non Pre Existing 𝑋𝑛𝑗 𝑋𝑛𝑗
(b)
Slot (1) Slot (2)
0,687 1,100 1,787 0,894
30
0,788 1,160 1,948 0,974
40
0,810 1,300 2,11 1,055
50
2,285 3,56 5,845 2,923
Total 𝑇𝑛𝑗
0,762 1,187 1,949
Rata-rata 𝑇𝑛𝑗
= 0,974
Menentukan nilai jumlah kuadrat antarbaris (JKB)
𝑋1 2 + 𝑋2 2 + 𝑋3 2 𝑇𝑥 2
JKB = -
𝐽 𝑏𝑗
= 0,026
Menentukan nilai derajat kebebasan antarbaris
Dkb = b – 1
=3–1
=2
41
= 0,013
Menentukan nilai jumlah kuadrat antarkolom (JKK )
𝑇1 2 + 𝑇2 2 𝑇𝑥 2
JKK = -
𝑏 𝑏𝑗
= 0,271
Menentukan nilai derajat kebebasan antarkolom
dkk = j – 1
=2–1
=1
Menentukan nilai ragam antarkolom
𝐽𝐾𝐾
𝑆22 =
𝑑𝑘𝑘
0,271
= 1
= 0,271
Menentukan nilai jumlah kuadrat total (JKT)
2 2 2 2 2
𝑇𝑥 2
𝐽𝐾𝑇 = [ 𝑋11 + 𝑋12 + 𝑋13 + 𝑋14 + 𝑋15 + 𝑋16 2 ] −
𝑏. 𝑗
2 2 2 2 2 5,845 2
=[ 0,687 + 0,788 + 0,81 + 1,1 + 1,16 + 1,3 2 ] − 3.2
= 0,301
Menentukan nilai jumlah kuadrat galat
JKG = JKT – JKB – JKK
= 0,301 – 0,026 – 0,271
= 0,004
Menentukan nilai derajat kebebasan galat
DkG = (b-1) (j-1)
= (3-1) (2-1)
=2
Menentukan nilai ragam galat
42
𝐽𝐾𝐺
𝑆32 =
𝑑𝑘𝐺
0,004
= 2
= 0,002
Menentukan nilai Fhitung
𝑆12
𝐹1 =
𝑆32
0,013
= 0,002
= 6,5
𝑆22
𝐹2 =
𝑆32
0,271
= 0,007
= 38,714
Langkah-langkah menghitung nilai Ftabel
Nilai Ftabel dapat dihitung menggunakan tabel F
F1 tabel dan F2 tabel = F(( α )(dkb = pembilang), (dkk / dkg = penyebut)
Dimana: n = 3, j = 4, α = 5%=0,05, dkk = 1, dkg = 2, dkb 2
Maka didapat, nilai F1 tabel= F1 (0,05) (2 , 2) = 19
nilai F1 tabel= F1 (0,05) (1, 2) = 18,51
Kesimpulan yang didapat
1. Berdasarkan Feed Rate
F1 hitung (6,5) < F1 tabel (19), maka H0 diterima
Yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kekasaran permukaan
terhadap feed rate 30, 40 dan 50.
2. Berdasarkan Combine Milling (Pre Existing slot dan Non Pre Existing slot)
F2 hitung (38,714) > F2 tabel (18,51), maka H0 ditolak
Yang berarti bahwa ada nya perbedaan yang signifikan antara kekasaran permukaan
terhadap Combine Milling (Pre Existing slot) dengan Combine milling (Non Pre
Existing slot).
3. Perhitungan dengan menggunakan SPSS (lihat Tabel 4)
Dari Tabel 3 dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
c. Berdasarkan Feed Rate
Sig = 0,121 > 0,05, maka H0 diterima
43
Yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kekasaran permukaan terhadap
feed rate 30, 40 dan 50.
d. Berdasarkan Combine Milling (Pre Existing slot dan Non Pre Existing slot)
Sig = 0,007 < 0,05, maka H0 ditolak
Yang berarti bahwa ada nya perbedaan yang signifikan antara kekasaran permukaan
terhadap Combine Milling (Pre Existing slot) dengan Combine milling (Non Pre Existing
slot).
0,14
chatter (g)
0,12
0,1
0,04
25 30 35 40 45 50 55
feed rate (mm/min)
Gambar 4.3 Pengaruh Feed Rate Terhadap Chatter (yang satuannya di konversi ke g
(gravitasi), lihat lampiran pada Tabel A) serta Perbandingan Pre Existing Slot dengan Non Pre
Existing Slot
Terlihat pada grafik dimana pada sumbu x merupakan feed rate (mm/min) dan sumbu
y adalah Chatter. Terlihat jelas pada dua metode diatas bahwa semakin diperbesar nilai dari
feed rate maka meningkatn juga nilai chatter, baik dengan menggunakan pre existing slot atau
non pre existing slot. Pada pre existing slot nilai terendah dari chatter terletak pada titik feed
rate pada 30mm/min sebesar 0,092 g. Dengan feed rate yang sama pada metode non pre
existing slot maka dapat di temukan nilai dari chatter nya lebih besar dibandingkan dengan
nilai chatter pada metode pre existing slot yaitu sebesar 0,122 g. Secara berurutan pada setiap
44
metode dengan feed rate yang sama 30mm/min,40mm/min dan 50mm/min, maka dapat
disimpulkan, bahwa nilai chatter pada pre existing slot lebih rendah dibandingkan nilai chatter
pada non pre existing slot. Persentase perbandingan nilai chatter pada pre existing slot adalah
75%, 67%, dan 69% dari nilai chatter pada non pre existing slot.
Penyebab semakin besarnya nilai chatter seiring bertambah nya nilai feed rate adalah,
berdasarkan landasan teori, didapat hubungan feed rate berbanding lurus terhadap chatter.
Dapat disimpulkan bahwa semakin besar feed rate semakin besar pula nilai chatter nya. Sebab
mengapa grafik pre existing slot dibawah non pre existing slot karena, pada proses pre existing
slot volume benda kerja terlebih dahulu dikurangi (diberi slot) sebesar 6mm, selanjutnya
dilakukan pemakanan utuh dengan pahat Ø10mm dan depth of cut 10mm, tetapi dalam
pemakanannya tidak penuh, karena volume benda telah berkurang pada posisi yang akan
dilakukan pemakanan, sehingga yang terjadi adalah pahat akan lebih sedikit kontak dengan
benda kerja pada setiap feed rate nya. Sehingga nilai RMR-nya lebih kecil jika dibandingkan
dengan nilai RMR pada benda kerja yang tidak ada slotnya (non pre existing slot). Sesuai
dengan rumus dari RMR yang berbanding lurus dengan chatter, yang mana apabila RMR kecil
maka nilai chatter akan menurun. Sebaliknya jika nilai RMR nya besar maka nilai chatter akan
meningkat.
4.3.2 Pengaruh Feed rate Terhadap Kekasaran Permukaan, serta Perbandingan antara
Pre Existing Slot dengan Non Pre Existing Slot
1,5
Kekasaran Permukaan (μm)
Gambar 4.4 Pengaruh Feed Rate Terhadap Kekasaran Permukaan serta Perbandingan Pre
Existing Slot dengan Non Pre Existing Slot
45
Terlihat pada grafik dimana pada sumbu x merupakan feed rate (mm/min) dan sumbu
y adalah Keksaran permukaan, dan akan dibahas berdasarkan dari 2 metode yaitu pre existing
slot dan non pre existing slot. Terlihat jelas pada dua metode diatas bahwa semakin diperbesar
nilai dari feed rate, maka meningkat juga nilai kekasaran permukaan, baik dengan
menggunakan pre existing slot dan non pre existing slot. Pada pre existing slot nilai terendah
dari kekasaran permukaan terletak pada titik dimana feed rate berada pada 30mm/min sebesar
0,687μm. Lalu dengan feed rate yang sama pada metode non pre existing slot maka dapat di
temukan dimana nilai dari kekasaran permukaannya lebih besar dibandingkan dengan nilai
kekasaran permukaan pada metode pre existing slot yaitu sebesar 1,1μm. Secara berurutan pada
setiap metode dengan feed rate yang sama 30mm/min,40mm/min dan 50mm/min, maka dapat
disimpulkan, bahwa nilai kekasaran permukaan pada pre existing slot lebih rendah
dibandingkan nilai kekasaran permukaan pada non pre existing slot. Persentase perbandingan
nilai kekasaran permukaan pada pre existing slot adalah 62%, 68%, dan 63% dari nilai
kekasaran permukaan pada non pre existing slot.
Penyebab semakin besarnya nilai kekasaran permukaan seiring bertambah nya nilai
feed rate adalah, berdasarkan landasan teori, didapat hubungan feed rate berbanding lurus
kuadratik terhadap kekasaran permukaan. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar feed rate
semakin besar pula nilai kekasaran permukaannya. Sebab mengapa grafik pre existing slot
dibawah non pre existing slot karena, pada proses pre existing slot volume benda kerja terlebih
dahulu dikurangi (diberi slot) sebesar 6mm, selanjutnya dilakukan pemakanan utuh dengan
pahat Ø10mm dan depth of cut 10mm, tetapi dalam pemakanannya tidak penuh, karena volume
benda telah berkurang pada posisi yang akan dilakukan pemakanan, sehingga yang terjadi
adalah pahat akan lebih sedikit kontak dengan benda kerja pada setiap feed rate nya. Sehingga
nilai RMR-nya lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai RMR pada benda kerja yang tidak ada
slotnya (non pre existing slot). Sesuai dengan rumus dari RMR yang berbanding lurus dengan
kekasaran permukaan, yang mana apabila RMR kecil maka nilai kekasaran permukaan akan
menurun. Sebaliknya jika nilai RMR nya besar maka nilai kekasaran permukaan akan
meningkat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini didapat kesimpulan bahwa:
1. Feed rate memiliki hubungan berbanding lurus terhadap chatter.
2. Spesimen dengan pre existing slot lebih kecil nilai chatter-nya dibandingkan dengan
non pre existing slot.
3. Feed rate memiliki hubungan berbanding lurus terhadap kekasaran permukaan.
4. Spesimen dengan pre existing slot lebih kecil nilai kekasaran permukaannya
dibandingkan dengan non pre existing slot
5. Persamaan regresi
Chatter Non Pre Existing Slot
Y = 0,633 + 0,02X (satuan m/s2)
Y = 0,002 + 0,0646 (satuan g)
Chatter Pre Existing Slot
Y = 0,6 + 0,01X (satuan m/s2)
Y = 0,0612 + 0,001X (satuan g)
Kekasaran Permukaan Non Pre Existing Slot
Y = 0,787 + 0,01X
Kekasaran Permukaan Pre Existing Slot
Y = 0,516+ 0,006X
5.2 Saran
1. Dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan 2 pahat sekali jalan.
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat memberikan slot dengan diameter yang lebih
dalam lagi.
46
DAFTAR PUSTAKA