Anda di halaman 1dari 22

Fitri Rahmafitria : Eco-Resort dan Green Hotel di Indonesia :

Model Sarana Akomodasi yang Berkelanjutan

ECO-RESORT DAN GREEN HOTEL DI INDONESIA :


MODEL SARANA AKOMODASI YANG BERKELANJUTAN

ECO-RESORT AND GREEN HOTEL IN INDONESIA


AN APPLICATION OF SUSTAINABLE TOURISM DEVELOPMENT

Fitri Rahmafitria
Dosen Prodi. Man. Resort & Leisure
E-mail : rahmafitria@upi.edu

ABSTRAK

Akomodasi merupakan bagian dari sarana kepariwisataan yang harus tersedia dan termasuk
dalam facilitating product dalam tingkatan produk wisata. Keberadaannya sangat
mempengaruhi struktur ruang karena memberikan dampak pada lingkungan alam maupun
social. Konsep sarana akomodasi yang ramah lingkungan dan ramah social, menjadi konsep
yang mulai digalakkan oleh pmerintah Indonesia sejak meningkatnya kesadaran masyarakat
untuk memperbaiki kondisi lingkungan saat ini. Beberapa resort dan hotel sebagai bagian dari
model akomodasi yang berkembang di Indonesia mulai mengangkat konsep “green” dalam
proses rencana, operasional maupun evaluasinya. Konsep akomodasi yang berkelanjutan harus
menerapkan prinsip konservasi lingkungan, pendidikan ekologi, pemberdayaan masyarakat dan
pemanfaatan produk local, serta meminimalisir kerusakan lingkungan. Penerapan konsep ini
tidaklah mudah, memerlukan komitmen yang kuat dari investor, manajemen, pemerintah,
wisatawan dan masyarakat sekitar. Saat ini pemerintah Indonesia telah memiliki program
pemberian penghargaan kepada akomodasi yang menerapkan konsep ramah lingkungan, yaitu
Cipta Award dan Green Hotel Award. Hal ini diharapkan dapat mendorong tumbuhnya
akomodasi yang ramah lingkungan sehingga memberikan kontribusi bagi perubahan kualitas
lingkungan yang lebih baik dan mendukung terwujudnya pariwisata Indonesia yang
berkelanjutan.

Kata Kunci : Eko-Resort, Pembangunan yang berkelanjutan, sarana akomodasi

ABSTRACK

In the concept and purpose of tourism development in Indonesia planned by the


Ministry of Tourism and Creative Economy, the success of toursism development is not only
measured based on the aspect of quantity that focuses more on the amount of income, and the
number of investors, but is also based on the aspect of quality which covers various
parameters of sustainable tourism development. The use of local products, local community
empowerment and wealth, environmental preservation, local culture sustainability, and also
the even development of local economy are some of the many indicators of the success of
sustainable tourism development stated in Global Code of Ethics for Tourism conceptualized
by UNWTO in 1999. The development of accommodation facility has grown rapidly in
Indonesia, especially in big cities which are tour destinations. The history of hotel
development in Indonesia, especially hotels with the concept of modern managaement, started
with the establishment of Hotel Indonesia, Jakarta, in 1962. The developmet of quality
accommodation facilities is also one the main focuses in the development of tourism in Bali
indicated by the establishment of Bali Beach Hotel in 1963. After that, the building of
Jurnal Manajemen Resort & Leisure Vol. 11, No. 2, Oktober 2014

accommodation facilities in Indonesia has also increased in all tourism building areas,
especially in Java Island. Currently, there are around 1,489 star hotels and 13,794 non star
hotels in Indonesia, with the growth rate of 12% in 2011 (www.budpar.go.id). The increasing
number of national tourists has provided an implication towards the increase of
accommodation facilities. In 2012, the total number of national tourists that reached
7,310,531 tourists with the growth rate of 7,3% has boosted the increase of accommodation
facility growth in the form of star hotels and non star hotels with the rate of 12%
(www.budpar.go.id). Next, the analysis towards Room Occupancy Rate (TPK) with the basic
data released by Statistic Bureau shows that in 2012 the average TPKs in 20 provinces in
Indonesia reached 51,58%. The data above shows that half of the available rooms are sold and
a number of accommodations in Indonesia have drawn intereset. However, the data cannot
describe the level of needs towards new accommodations bearing in mind that the monthly
fluctuation of occupancy rate is categorized as high and is uneven in all provinces in
Indonesia. What needs further attention in the development of accomodation facilities in
Indonesia is not only the increase of quantity, but also the quality of accommodation which
covers both the physical and management aspect which tends to improve. Along with the
global climate change and environmental damage, therefore; the concept of tourism
accommodation facility development should be in line with the goal of sustainable
development. The concept has resulted in many awards in terms of “green” accommodation
management given by both the Indonesian government and world tourism organizations such
as WTO, World Travel Awards, and Green Hospitality Awards given by the Environmental
Protection Agency under the National Waste Prevention Programme, and so on. The
development of tourism in Indonesia has commitment in making Indonesia a world class,
competitive and sustainable tourism destination. Besides that, it also has the aim to boost
regional development and welfare of the people, therefore; the development of
accommodation facilities needs to be in line with that vision.

Keyword : Eco-Resort, sustainable development, accommodation

I. Pendahuluan keberlangsungan budaya setempat serta


Dalam konsep dan tujuan pemerataan pembangunan perekonomian
pembangunan kepariwisataan di Indonesia daerah menjadi sebagian kecil dari sekian
yang telah dicanangkan oleh Kementrian banyak indikator keberhasilannya.
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, identitas Komitmen terhadap pembangunan
dan kesejahteraan penduduk lokal pariwisata yang berkelanjutan ini juga
merupakan bagian dari tujuan yang ingin telah tercantum dalam Global Code of
dicapai. Konsep pariwisata yang Ethics for Tourism yang digagas oleh
berkualitas menjadi bagian yang menjadi UNWTO pada tahun 1999. Konsep dasar
parameter keberhasilan pembangunan sustainable tourism development ini juga
kepariwisataan, bukan hanya aspek yang menjadi dasar dalam pengembangan
kuantitas yang lebih memfokuskan pada sarana akomodasi khususnya resort di
seberapa besar jumlah wisatawan, jumlah Indonesia.
pendapatan dan jumlah investor. Kerangka Perkembangan kepariwisataan yang
sustainable tourism development menjadi ditandai dengan jumlah wisatawan
indikator keberhasilan pembangunan Nasional yang terus meningkat
kepariwisataan Nasional, dimana memberikan implikasi terhadap
penggunaan produk lokal, pemberdayaan peningkatan pertumbuhan sarana
dan kesejahteraan masyarakat lokal, akomodasi. Jumlah wisatawan nasional
kelestarian lingkungan dan pada tahun 2012 mencapai 7.310.531
Fitri Rahmafitria : Eco-Resort dan Green Hotel di Indonesia :
Model Sarana Akomodasi yang Berkelanjutan

wisatawan dengan tingkat pertumbuhan memberikan gambaran bahwa setengah


sebesar 7,3 % mendorong peningkatan dari jumlah kamar yang disediakan terjual
pertumbuhan sarana akomodasi berupa dan sejumlah akomodasi di Indonesia
hotel bintang maupun non bintang sebesar cukup diminati. Namun hal ini belum bisa
12% di tahun 2012 (www.budpar.go.id). menggambarkan tingkat kebutuhan untuk
Analisa terhadap tingkat penghunian menambah akomodasi baru mengingat
kamar (TPK) dengan data dasar yang fluktuasi occupancy rate juga sangat tinggi
dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik di bulan-bulan tertentu, dan rendah di
menunjukkan bahwa rata-rata TPK di 20 bulan lainnya, serta tidak merata di seluruh
provinsi di Indonesia pada tahun 2012 provinsi di Indonesia.
mencapai angka 51,58%. Hal ini dapat
52
51
50 2007
49 2008
48
2009
47
2010
46
45 2011
44
2007 2008 2009 2010 2011

Gambar 1. Rata-rata tingkat hunian kamar hotel bintang di Indonesia tahun 2007-2011
(Sumber : BPS)
Sarana akomodasi sebagai tempat khusus dalam kaitannya dengan
tinggal sementara bagi wisatawan, perkembangan sarana akomodasi di
merupakan salah satu fasilitas yang Indonesia adalah bukan hanya pada
dibutuhkan dalam kegiatan wisata. kuantitasnya yang bertambah, namun
Pembangunan sarana akomodasi di kualitas akomodasi yang mencangkup
Indonesia berkembang pesat khususnya aspek fisik maupun aspek manajemennya.
pada kota-kota besar yang menjadi daerah Seiring dengan terjadinya perubahan iklim
tujuan wisata. Saat ini terdapat sekitar global dan kerusakan lingkungan, maka
1.489 hotel berbintang dan 13.794 hotel sudah seharusnya konsep pengembangan
non bintang yang terdapat di Indonesia, sarana akomodasi pariwisata juga sejalan
dengan tingkat pertumbuhan mencapai dengan tujuan pembangunan yang
12% di tahun 2011 (www.budpar.go.id). berkelanjutan. Hal inilah yang kemudian
Sejarah perkembangan hotel di Indonesia, melahirkan berbagai penghargaan atau
khususnya hotel dengan konsep award terkait dengan pengelolaan
manajemen modern diawali dengan akomodasi yang “green”, baik yang
dibangunnya Hotel Indonesia, Jakarta pada diberikan oleh pemerintah Indonesia
tahun 1962. Selanjutnya perkembangan maupun lembaga kepariwisataan dunia
kepariwisataan di Indonesia semakin seperti WTO, World Travel Awards,
meningkat ketika pembangunan Green Hospitality Awards yang diberikan
kepariwisataan di Bali mendapat perhatian oleh Environmental Protection Agency
serius, yang ditandai dengan dibangun Bali under the National Waste Prevention
Beach Hotel pada tahun 1963. Selanjutnya Programme dan lainnya. Pembangunan
pembangunan kepariwisataan di Indonesia kepariwisataan di Indonesia memiliki
juga terus meningkat khususnya di pulau komitmen untuk terwujudnya Indonesia
Jawa.Hal yang perlu dijadikan perhatian sebagai Negara tujuan pariwisata yang
Jurnal Manajemen Resort & Leisure Vol. 11, No. 2, Oktober 2014

berkelas dunia, berdaya saing, bahan baku dan fasilitas hotel yang masih
berkelanjutan, mampu mendorong di import dari Negara lain.
pembangunan daerah dan kesejahteraan
rakyat, sehingga pengembangan sarana II. Konsep
akomodasi juga harus sejalan dengan visi A. Karakteristik Resort dan Hotel
tersebut. Secara umum sarana akomodasi
Pengembangan sarana akomodasi memiliki beberapa jenis dan karakteristik
yang berkelanjutan pada prinsipnya yang berbeda, sesuai dengan tujuan dan
menganut konsep ekowisata secara khusus. fasilitas yang diberikan. Berkaitan dengan
Konsep ekowisata memiliki pengertian hotel dan resort, terdapat beberapa
yang bukan hanya “simbolisme” namun terminologi yang dapat dijadikan acuan
merupakan prinsip dasar pengelolaan yang untuk menunjukkan perbedaan dan
harus tercermin dalam kebijakan, aplikasi kekhususan dari masing-masing fasilitas
dan realisasinya. Dengan prinsip ini maka akomodasi tersebut. Hotel adalah jenis
ekowisata bukanlah hal mudah yang bisa akomodasi yang dikelola secara komersial
diaplikasikan tanpa proses matang, yang dan profesional, disediakan bagi setiap
harus tercermin mulai dari tahap orang untuk mendapatkan pelayanan
perencanaan, pengelolaan dan oprasional, penginapan, makan, dan minum serta
hingga tahap evaluasi (Higham, J. 2007). pelayanan lainnya (Bagyono, 2007:63).
Ekowisata merupakan bentuk konsep Sementara itu menurut Michael L.
pariwisata yang mengedepankan aspek Kasavana (1991) :
pelibatan masyarakat, konservasi dan “A hotel or inn may be defined as
pendidikan mengenai lingkungan hidup. an establishment whose primary
Perkembangan pembangunan business is providing lodging facilities
kepariwisataan salah satunya ditandai for the general public, and which
dengan semakin banyaknya jumlah furnishes one or more of the following
fasilitas akomodasi dan konsumsi pelayanans: food and beverage
(restaurant, café, dll.) yang dibangun. pelayanan, room attendant pelayanan,
Berdasarkan hasil penelitian (Kusumah,W. uniformed pelayanan, laundering of
2012, Rahmafitria,F dan Erry,S. 2012) linens and use of furniture and
perkembangan sarana kepariwisataan fixtures. Hotel can have anywhere
secara umum belum memberikan dampak from 50 to 2000 rooms sometimes
positif yang maksimal bagi penduduk more”.
lokal, terlebih lagi jika hanya diukur dari Sedangkan pengertian hotel di
meningkatnya jumlah pengunjung dan Indonesia sesuai peraturan yang
jumlah sarana kepariwisataan. Ukuran dituangkan dalam Surat Keputusan
yang juga perlu dipertimbangkan adalah Menteri Pariwisata , Pos dan
tingkat kesejahteraan penduduk lokal, Telekomunikasi No. KM 37 /
dimana ekspektasi penduduk lokal pada PW.340/MPPT-86 tentang Peraturan
saat kepariwisataan mulai berkembang, Usaha dan Penggolongan Hotel : "Hotel
biasanya sangat tinggi. Namun adalah suatu jenis akomodasi yang
penggunaan standar sarana akomodasi dan mempergunakan sebagian atau seluruh
konsumsi yang tinggi, baik dari aspek bangunan untuk menyediakan jasa
penggunaan bahan baku maupun tenaga penginapan , makanan dan minuman serta
kerja, menjadikan pelibatan masyarakat jasa penunjang lainnya bagi umum yang
dan penggunaan produk lokal menjadi dikelola secara komersial".
terabaikan. Tenaga kerja sektor pariwisata United State Lodging Industry
didaerah ini lebih banyak diambil dari luar membagi hotel menjadi tiga jenis yaitu :
daerahnya, begitu juga dengan penggunaan
Fitri Rahmafitria : Eco-Resort dan Green Hotel di Indonesia :
Model Sarana Akomodasi yang Berkelanjutan

1. Transient Hotel, adalah hotel yang people resort in large number and
letak atau lokasinya berada di tengah most prosperous resort in their
kota, dan tamu yang menginap countries, especially for international
sebagian besar bertujuan untuk urusan tourists”.
bisnis dan turis.
2. Residential Hotel adalah hotel yang Robert Christie Mill (2007)
pada dasarnya merupakan rumah– menyatakan bahwa resort merupakan
rumah berbentuk apartemen dengan gabungan dari 3 elemen, yaitu :
kamar–kamarnya, dan disewakan
secara bulanan atau tahunan. 1. Recreational attractions that draw
Residential Hotel juga menyediakan guests to the facility
kemudahan–kemudahan seperti 2. Housing and F&B pelayanans that
layaknya hotel, seperti restoran, cater to people away from home
pelayanan makanan yang diantar ke 3. Activities to occupy guests during
kamar, dan pelayanan kebersihan their stay.
kamar.
3. Resort Hotel adalah hotel yang pada Sementara itu Inskeep (1991)
umumnya berlokasi di kawasan wisata menyatakan bahwa :
dan menyediakan tempat – tempat “A states particularly well-
rekreasi dan juga fasilitas konferensi desained resorts can become
untuk tamu – tamunya. attractions in themselves and he
devotes a chapter to ‘planning tourist
Klasifikasi ini menunjukkkan bahwa resorts’ under the umbrella of
sejarah berdirinya hotel lahir lebih dahulu community tourism.Within this
dibandingkan dengan resort. Resort framework he emphasizes two faktors:
berkembang setelah perjalanan wisata ke a. Resorts are a business: They need
daerah yang memiliki daya tarik alam atau to start their planning with a
budaya yang khas semakin tinggi, sehingga market analysis and demand
kebutuhan sarana akomodasi juga assessment, which should then be
meningkat. Resort secara umum dapat matched with a product
dikatakan sebagai kawasan wisata, yang assessment of how well the
tidak hanya menyediakan sarana proposed area can match
akomodasi sebagai bisnis utamanya, expected market demand.
namun juga mengembangkan atraksi dan b. Community relations: Need to be
aktivitas wisata yang unik, khas dan sesuai considered carefully if there is a
dengan karakteristik lingkungannya. resident population living on or
Menurut Dictionery of Travel, Tourism & near the resort site, because of
Hospitality (S. Medlik, 2003) resort positive and negatif impacts from
adalah : such a development”.
“Place to which people go for
holidays and recreation, hence Dari beberapa terminologi diatas maka
(holiday vacation) and health resorts, resort memiliki perbedaan karakteristik
also inland and coastal seaside dengan hotel dalam hal penyediaan
resorts. Historically the evolution of fasilitas pendukung akomodasi. Hotel
tourism has been closely identified dengan semua fasilitas pendukungnya
with the beginings and subsequent dibangun dengan tujuan utama sebagai
development of resort. Nowdays the sarana akomodasi sementara bagi
term often has it literal meaning to wisatawan. Lokasinya lebih terkonsentrasi
denote any visitor centre to which pada pusat kota atau pusat bisnis.
Jurnal Manajemen Resort & Leisure Vol. 11, No. 2, Oktober 2014

Sementara resort, tidak hanya kunjungi melibatkan masyarakat lokal


memfokuskan pada sarana akomodasinya dalam pengelolaannya, memberikan
saja, namun juga berupaya maksimal keuntungan ekonomi bagi daerah setempat
dalam mengembangkan atraksi dan dan membatu meningkatkan kualitas
aktivitas wisatawan yang sesuai dengan lingkungan dan konservasi
karakteristik lanskap dan budaya setempat. keanekaragaman hayati dengan aktivitas
Untuk itu seringkali resort berada pada wisata yang minim dampak (Valentine
tempat yang jauh dari perkotaan dan 1993, Western 1993, Ceballos-Lascurain
memiliki tema yang khas berkaitan dengan 1998, Diamantis 1999, Fennel 2001). Hasil
posisi geografisnya yang berada di daerah survey ABTA (Assosiation of British
pegunungan, pantai atau sub urban area. Travel Agent) Annual Travel Market
(2002) menyatakan bahwa sebagian besar
B. Tren pada Resort dan Industri wisatawan Inggris menyatakan bahwa
Perhotelan wisata harus memberikan keuntungan bagi
Dalam sistem kepariwisataan atau masyarakat lokal, 85% menyatakan bahwa
industri hospitality, pembangunan dan wisata tidak boleh merusak lingkungan dan
kegiatan operasional hotel dan resort, 77% menginginkan agar kegiatan
membutuhkan energi dan sumberdaya wisatanya dapat memberikan pengkayaan
yang tidak sedikit. Secara umum efisiensi pengalaman terhadap budaya lokal dan
energi dalam pembangunan fasilitas kuliner.
akomodasi saat ini, rendah dan Dalam beberapa penelitian mengenai
memberikan dampak lingkungan yang perilaku dan motivasi wisatawan, rata-rata
cukup besar. Dampak negatif yang timbul motivasi utama seseorang melakukan
lebih sering karena tingginya penggunaan wisata adalah untuk tujuan relaksasi,
sumberdaya yang tidak terbaharui seperti menyegarkan fisik dan fikiran
air, bahan bakar minyak yang (Reindrawati,D. 2010, Fandeli, C. 2002,
menimbulkan polusi bagi udara, air dan Abbas,R. 2000). Motivasi ini masih
tanah (Sloan, Philip. 2009). Sementara itu menjadi faktor pendorong (push faktor)
wisatawan menginginkan banyak yang utama, sementara faktor penariknya
kemudahan dan kepuasan dalam kegiatan didominasi oleh atribut destinasi seperti
wisatanya. Mereka memiliki ekspektasi keindahan alam dan budaya setempat,
yang tinggi terhadap level kenyamanan lokal life-style and eco activities (Chan
dan pelayanan fasilitas akomodasinya. et.all. 2007, Ross & Iso-Ahola, 1991).
Namun saat ini, dengan adanya Beberapa penelitian bahkan
perubahan tren kepariwisataan, wisatawan menemukan bahwa pilihan wisatawan
sudah mulai memiliki pergeseran nilai untuk menginap di eco-lodges bukan
dalam berwisata. Mereka menginginkan semata-mata disebabkan oleh fasilitas
kegiatan yang lebih bertanggung jawab akomodasi yang ditawarkan, namun lebih
secara lingkungan, pengalaman yang dapat karena atribut destinasi yang ada disekitar
memberikan manfaat bagi dirinya maupun eco-lodges, yang mengangkat alam dan
daerah yang mereka kunjungi. Sebagian budaya lokal sebagai daya tarik utama.
dari wisatawan bahkan sudah mulai Sehingga dalam program dan strategi
menjadikan parameter konsep dan pemasaran eco-lodges harus difokuskan
manajemen yang ramah lingkungan pada keunikan daya tarik destinasinya,
sebagai salah satu tolak ukur dalam daripada atribut eco-lodges. Hal ini juga
memilih sarana akomodasinya. Khusus menunjukkan bahwa pengelola eco-lodge
untuk wisatawan mancanegara, dalam harus memiliki program konservasi dan
kunjungannya ke kawasan wisata alam, perlindungan kawasan alam atau budaya
mereka menginginkan lokasi yang mereka disekitarnya karena faktor itulah yang
Fitri Rahmafitria : Eco-Resort dan Green Hotel di Indonesia :
Model Sarana Akomodasi yang Berkelanjutan

menjadi daya tarik wisatawan untuk menyatakan bahwa saat ini pilihan
memilih eco-lodge tersebut (Chan et.all. wisatawan terhadap konsep keberlanjutan
2007). Dalam studinya Sirakaya (2013) menjadi

Brand Personality of Destination


ination menentukan sarana
akomodasi dan merencanakan
Choice of
perjalanan yang bertanggung
destination
jawab. ination
Sustainability
Values of Destination Choice of
choice/ Decisions hospitality
Customers (Acomodation)

Pre trip
Environmental behavior
Behavior

Gambar 2. Proses pengambilan keputusan wisatawan memilih produk wisata


termasuk akomodasi yang didasari oleh nilai sustainability
salah satu faktor penentu dalam sesuai dengan konsep sustainable tourism
menentukan destinasi wisata, sarana development, yang mempertimbangkan
akomodasi yang akan digunakan dan aspek kelestarian lingkungan fisik maupun
merencanakan perjalanannya. Studi yang sosial budayanya, yang kemudian dikenal
dilakukan pada responden wisatawan dengan eco-lodge.
Kanada, United Kingdom dan Amerika Istilah eco-lodge khususnya muncul
menunjukkan hasil bahwa wisatawan yang pada tahun 1990-an, dan menjadi sangat
memiliki tanggung jawab yang tinggi terkenal pada saat slogan “eco” mulai
terhadap lingkungan, dan memahami banyak digunakan sejalan dengan semakin
konsep sustainability akan memilih tingginya kepedulian dan aksi masyarakat
destinasi dan sarana akomodasi yang juga menghadapi perubahan iklim dan
berkonsep sustainable. Data juga kerusakan lingkungan. Istilah ini menjadi
menunjukkan bahwa hampir setengah dari semakin menarik karena membedakannya
pasar memiliki nilai sustainability yang dengan sarana akomodasi lain dari sisi
cukup baik. proses pembangunannya hingga kegiatan
a. Akomodasi Khusus dan Lodging operasionalnya. Konsep eco-lodge juga
Facilities mengacu pada keadilan dan perimbangan
Pergeseran tren terhadap keuntungan moneter antara investor dan
kepariwisataan secara tidak langsung juga penduduk lokal, serta meminimalisir
mendorong terjadinya pergeseran interest dampak negatifnya bagi lingkungan
terhadap pemilihan fasilitas akomodasi. melalui pengalaman yang kuat dan
Saat ini mulai dikenal fasilitas akomodasi berharga kepada pengunjung.
khusus (specialty accommodation) dan Prinsip dasar eco-lodge sebagai bagian
lodging facilities yang bukan hanya dari sarana akomodasi saat ini dibangun
mengedepankan aspek keuntungan berdasarkan dimensi lingkungan, ekonomi
ekonomi dan kepuasan wisatawan, namun dan sosial yang terdapat dalam konsep
Jurnal Manajemen Resort & Leisure Vol. 11, No. 2, Oktober 2014

pembangunan yang berkelanjutan dan alami. Prinsip dasar, kriteria dan indikator,
pembangunan yang ramah lingkungan standar dan nilai untuk mengukur kondisi
khususnya pada manajemen kawasan ekologi dan pengelolaan

Ecological
orientation

Environment Conservation
ECO- LODGE and Nature
Conservation
SISTEM Education

Community
Participation

Gambar 3. Sistem dalam eco-lodge


yang berkelanjutan juga disusun sebagai services yang menggabungkan antara
dasar untuk menilai tingkat kesesuaian standar internasional dengan standar lokal.
pengelolaan dan perencanaan eco-lodge. Aktivitas ini selain mempromosikan
Beberapa prinsip dasar dalam pengelolaan budaya tradisional pada wisatawan juga
eco-lodge mencangkup aspek community membantu proses pelestarian kearifan lokal
participation, environment conservation, dan pembentukan identitas lokal yang saat
ecological orientation, conservation and ini sudah semakin menurun.
nature education. Pertimbangan terhadap pengaruh
Community participation merupakan pembangunan dan operasional fasilitas
bagian dari sistem Eco-Lodge yang akomodasi terhadap kualitas lingkungan
mengupayakan pelibatan masyarakat lokal fisik seringkali diabaikan oleh pengelola.
dalam pengadaan barang, tenaga kerja Dalam konsep Eco-Lodge, Enviroment
termasuk proses perencanaan Conservation merupakan konsep
pembangunannya, serta pemberian feed pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan
back positif bagi kesejahteraan dan biofisik bagi kebutuhan pembangunan dan
peningkatan kualitas masyarakat lokal. operasional resort, serta pertimbangan
Pemanfaatan produk lokal sebagai bahan yang matang terhadap dampaknya bagi
dasar produk yang dijual maupun sebagai kualitas lingkungan. Penekanan atau
bagian dari fasilitas utama dan pelengkap parameter yang dijadikan acuan dalam
seperti interior, bahan bangunan, ornamen, pengelolaan maupun evaluasi dan
juga menjadi bagian dari program monitoring adalah Water, Waste, Energi,
pelibatan masyarakat. Promosi dan Sewage, Noise and Air.
penggunaan makanan khas tradisional juga Conservation and Nature Education
dapat dilakukan untuk menghindari merupakan bagian dari pengelolaan eco-lodge
penggunaan bahan dasar makanan impor dimana fokus aktivitasnya terdapat pada
yang terlalu besar, serta membantu konsep konservasi dan program pendidikan
penghematan energi karena bahan dasar lingkungan bagi karyawan, wisatawan maupun
dapat diperoleh dari lingkungan masyarakat lokal. Sosialisasi, komunikasi
dan penyampaian informasi mengenai program
terdekatnya. Konsep baru yang juga mulai
konservasi ini juga menjadi penting terutama
digunakan oleh beberapa resort dan hotel dalam memilih media yang tepat mengenai apa
di Indonesia adalah mulai yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh
diperkenalkannya konsep hospitality
Fitri Rahmafitria : Eco-Resort dan Green Hotel di Indonesia :
Model Sarana Akomodasi yang Berkelanjutan

dilakukan terkait komitmen program mendukung dan tepat untuk dilakukan,


konservasi dari eco-lodge yang bersangkutan. khususnya dalam mendisain program,
Beberapa program training juga sirkulasi, pelatihan interpreter serta sarana
diselenggarakan khususnya bagi karyawan dan pendukung yang membantu mensosialisasikan
masyarakat sekitar. Pengembangan program informasi mengenai pendidikan lingkungan
interpretasi lingkungan menjadi sangat kepada wisatawan (Ham, Sam.H. 1992).

POOR
EDUCATION

Environmental
POVERTY Low Education
Environmental
Awarness

Damage to Unsustainable
Ecosistem & Landuse
Biodiversity

Encoachment to
National Park

Community
CONSERVATION Development Through
Multiple Approach

Gambar 4. Intervention Strategy trough Multi-angled Approach to


The Complex of Problem in Resort Development
Sumber : Sustainable management group
Program Ecological orientation juga manajemen resiko yang tepat dan
dikembangkan sebagai dasar dalam menyeluruh.
menyusun konsep eco-lodge. Bagaimana
pengelola mampu menyusun perencanaan Dapat disimpulkan dari uraian diatas
yang holistik terkait dengan : bahwa kriteria dan ciri dari eco-lodge
1. Faktor lokasi dan hubungannya antara lain :
dengan lingkungan sekitar, baik 1. Berlokasi di kawasan alami, baik
hubungannya dengan dampak positif kawasan konservasi maupun non
maupun dampak negatif bagi aspek konservasi (rural area) dan jauh dari
fisik dan sosial budaya. kebisingan dan hiruk pikuk kehidupan
2. Faktor bangunan yang sangat terkait kota.
dengan komitmen manajemen dalam 2. Memiliki jumlah dan kapasitas kamar
pemeliharan sarana prasarana yang yang terbatas.
ramah lingkungan, pengembangan 3. Sistem operasionalnya berupaya
infrastruktur baik dalam proses semaksimal mungkin menghindari
perencanaan maupun proses timbulnya polusi dan degradasi
pembangunannya. lingkungan, serta memaksimalkan
3. Faktor keamanan, baik keamanan konsep hemat energi dan penggunaan
secara fisik terhadap kemungkinan energi terbarukan yang ramah
bencana dan resiko lainnya maupun lingkungan.
keamanan secara psikologis dimana 4. Menggunkan jasa interpreter yang
pengelola telah memiliki program memahami dan terlatih dibidang
Jurnal Manajemen Resort & Leisure Vol. 11, No. 2, Oktober 2014

ekologi dan lingkungan serta memiliki sebagai Negara yang memiliki daya tarik
pengetahuan yang luas dan dalam ekoturisme yang tinggi. Turis
terhadap konsep habitat lokal. mancanegara khususnya memiliki
5. Menyediakan berbagai sumber ilmu karakteristik wisatawan allocentris, yang
sebagai media penyebaran ilmu menginginkan suasana yang baru, unik dan
pengetahuan seperti buku, poster, peta, intensitas dengan masyarakat lokal yang
foto, jalur interpretasi yang berguna cukup tinggi. Adapun beberapa tipe eco-
bagi peningkatan kualitas wisata, lodge adalah :
meningkatnkan kepedulian wisatawan 1. Model Eco-lodges: Sarana akomodasi
terhadap kualitas lingkungan, serta yang didesain dan dibangun secara
meningkatkan kesadaran wisatawan khusus dengan prinsip ramah
dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Berlokasi di daerah yang
ekosistem masih alami , memiliki potensi ekologi
6. Memberdayakan masyarakat sekitar yang tinggi serta program konservasi
sebagai tenaga operasional maupun yang kuat. Memiliki SDM yang
tenaga ahli yang terlatih sebagai terlatih untuk memperkuat etika lokal
bagian dari pengembangan SDM. dan mendukung pembangunan
7. Memberikan kontribusi tehadap ekonomi setempat. Eco-lodge juga
perekonomian lokal serta memiliki komitmen pengolahan limbah
menunjukkan bahwa konsep yang ramah lingkungan.
pembangunan yang berkelanjutan Salah satu eco-lodge di Indonesia
dapat memberikan dampak positif bagi yang telah mendapat beberapa
kelanggengan pendapatan masyarakat penghargaan secara nasional dan
lokal. internasional adalah Misool Eco
Tren pengembangan usaha saat ini Resort, Raja Ampat, Papua. Resort
mengarah pada dunia usaha yang dapat dengan daya tarik lanskap pantai ini
berkontribusi dalam pembangunan memiliki komitmen yang tinggi untuk
berkelanjutan melalui solusi bisnis yang mendukung kebijakan lingkungan,
inovatif dan kreatif. Tujuan akhir bukan sosial dan ekonomi setempat, yang
hanya menguntungkan (profitable) tetapi diterapkan baik dalam kegiatan
juga environmentally sustainable. Investasi manajemen maupun aktivitas
“hijau” menjadi tren yang cukup menarik wisatawan. Komitmen tersebut
khususnya melalui pengembangan diaplikasikan pada program
kemitraan multi sektor menuju konservasi (Raja ampat Shark and
pertumbuhan sosial ekonomi melalui Manta Sanctuary, serta Reef
konsep “green economy”. Saat ini dunia Restoration Project), pelibatan
usaha akan merespon tren peningkatan masyarakat lokal melalui program
permintaan terhadap produk-produk, baik Kindergarten Project (Fafanlap),
barang maupun jasa yang environmentally School Library Project dan Dive Guide
sustainable. Training Program, penggunaan bahan
bangunan yang ramah lingkungan,
b. Tipe Eco-lodge di Indonesia hemat energi dan air, serta pengolahan
Saat ini terdapat beberapa tipe eco- sampah yang ramah lingkungan.
lodge yang berkembang dalam industri 2. Eco-resorts: Sarana akomodasi yang
akomodasi secara global (Sloan,Philip. dibangun berdasarkan basis karakter
2009). Eco-lodge di Indonesia mulai lanskap yang khas dan unik, berbasis
berkembang sejak semakin meningkatnya alam pegunungan , pantai atau pada
permintaan terhadap ekowisata secara atraksi wisata khusus yang
global dan semakin dikenalnya Indonesia membedakannya dengan tempat lain.
Fitri Rahmafitria : Eco-Resort dan Green Hotel di Indonesia :
Model Sarana Akomodasi yang Berkelanjutan

Terkadang eco-resort memiliki resort ini berkembang cukup pesat di


aktivitas atau fasilitas khusus yang Pulau Dewata, Bali. Pulau yang
diunggulkan seperti natural health menjadi destinasi wisata utama di
spas, yoga classes dan lainnya, yang Indonesia, khususnya bagi turis
tetap mengangkat karakter lanskap mancanegara, semakin berkembang
utamanya sebagai konsep dasar sebagai contoh pengembangan
program wisatanya. pariwisata yang berkelanjutan. Eco-
Panjang garis pantai Indonesia resort berbasis pantai dan budaya
yang berada pada urutan ketiga dunia masyarakat cukup mudah ditemukan di
menjadikan potensi lanskap pantai ini Bali, dengan beragam atraksi yang
sebagai atraksi utama beberapa eco- khas seperti
resort di Indonesia. Labeling eco-
adventure, kehidupan agraris, kesehatan dan terapis serta lainnya.

Image courtesy of Nihiwatu

Gambar 5. Beberapa model eco-lodge dan eco-resort di Indonesia


yang memadukan unsur konservasi alam dan budaya dengan program ekowisata
Sumber : www.themenjangan.com/www.misoolecoresort.com/ www.nihiwatu.com/www.wowborneo.com
3. Nature Lodges dan Bumi kawasan lindung seperti Wana Wisata.
Perkemahan : Merupakan jenis Pengelolaannya masih bersifat lokal
akomodasi yang berlokasi di kawasan dan melibatkan masyarakat serta
alami, memiliki daya tarik berupa organisasi setempat dalam bentuk
keindahan alamnya. Sebagian besar sharing peran dan keuntungan.
belum memiliki standar yang khusus Kontribusi peran masyarakat di setiap
namun sudah mengarah pada lokasi sangat tergantung dengan
penerapan konsep ekowisata. Fasilitas kondisi lokasi dan sosial
dan atraksi yang ditawarkan belum masyarakatnya, sehingga sangat
selengkap eco-lodge atau eco resort, spesifik antara satu lokasi dengan
namun lebih fokus pada penyediaan lainnya. Namun pelibatan pihak
sarana akomodasi. Di Indonesia nature swasta juga sudah mulai banyak
lodge ini berkembang dengan istilah dilakukan, khususnya dalam investasi
pondok wisata atau cottage. Sebagian sarana prasarana pendukung. Sebagai
besar dikelola oleh pemerintah atau contoh, Perum Perhutani yang
BUMN yang memiliki kewenangan memiliki divisi khusus Biro Ekowisata
untuk mengelola kawasan konservasi dan Jasa Lingkungan dalam mengelola
dan lindung. Beberapa nature lodge ini beberapa hutan alam dan hutan
bahkan berada didalam kawasan produksinya, mengembangkan sarana
konservasi seperti Taman Nasional , akomodasi berupa cottage untuk
Cagar Alam, Taman Wisata Alam dan kegiatan wisata alam maupun MICE.
Jurnal Manajemen Resort & Leisure Vol. 11, No. 2, Oktober 2014

Untuk mendukung sarana akomodasi lainnya . Saat ini kerjasama dilakukan


yang ada, maka dikembangkan atraksi dalam bentuk Kerjasama Operasional.
wisata alam untuk meningkatkan Namun kedepannya akan
keragaman atraksi dan daya tariknya. dikembangkan model kerjasama BTO
Kerjasama dengan pihak swasta juga (Build Transfer Operate) atau BOT
dilakukan dalam bentuk investasi (Build Operate Transfer).
fasilitas atraksi wisata alam seperti
high rope, off road, paint ball dan

Gambar 6. Nature lodge, camping ground, Rural Eco-lodge


dan omestay di Indonesia.
Sumber : cecepasianasiantaraii.blogspot.com/ vincee87.wordpress.com/
patuharesort.blogspot.com/pecintawisata.wordpress.com
4. Rural Eco-lodges: Jenis akomodasi menarik turis untuk datang dan
ini biasanya lebih sederhana, dimiliki berkunjung. Sebagian besar
oleh perorangan, berlokasi di daerah penginapan di Ubud Bali memiliki
pedesaan atau desa yang bersebelahan konsep rural eco-lodge. Lanskap
dengan kawasan konservasi. Memiliki agraris dan pegunungan dijadikan
staf dan SDM yang berasal dari sebagai konsep dan karakteristik dasar
penduduk lokal, dengan standar dalam desain dan tata ruang sarana
hospitality lokal. Program atraksi yang akomodasinnya.
ditawarkan masih dalam bentuk 5. Eco-lodges yang Berbasis
menikmati pemandangan dan keunikan Masyarakat : Merupakan bentuk
alam, namun belum memaksimalkan sarana akomodasi yang melibatkan
program interpretasi lingkungan atau masyarakat lokal dalam
budaya setempat. pengembangannya. Program yang
Rural eco-lodge berkembang di dikembangkan bukan hanya fasilitas
Indonesia, khususnya di Bali dan wisata dan sarana akomodasi, namun
Yogyakarta. Tingginya tingkat juga program wisata dan pelayanan
kunjungan wisatawan khususnya pada wisata lainnya. Beberapa model
destinasi wisata budaya di Bali dan community based eco-lodges ini
Yogyakarta, menjadikan didukung oleh organisasi non
perkembangan sarana akomodasi lokal pemerintahan baik nasional maupun
juga cukup tinggi. Sebagian besar internasional. Namun beberapa juga
mengembangkan rural eco-lodge nya dikembangkan oleh masyarakat desa
dengan memanfaatkan keunikan secara swadaya untuk tujuan
budaya tradisi lokalnya karena peningkatan kesejahteraan masyarakat
masyarakat mulai menyadari daya desa dan mendukung konsep
tarik budaya merupakan faktor yang pembangunan yang berkelanjutan. Di
Fitri Rahmafitria : Eco-Resort dan Green Hotel di Indonesia :
Model Sarana Akomodasi yang Berkelanjutan

Indonesia model akomodasi ini wisatawan dapat merasakan hidup dan


berkembang dalam bentuk Desa tinggal sementara dalam suasana
Wisata. Akomodasi dikembangkan tradisional yang khas dengan nilai kearifan
dengan memanfaatkan rumah lokal yang unik.
penduduk sehingga wisatawan dapat Secara umum kawasan yang dapat
merasakan kehidupan asli penduduk dikembangkan untuk tujuan wisata alam
setempat secara nyata. Pemerintah terbagi menjadi kawasan hutan, kawasan
Indonesia juga telah memberikan non hutan dan kawasan konservasi
Penghargaan kepada Desa Wisata perairan (PP.50 tahun 2011). Indikator
terbaik melalui Kementrian Pariwisata yang dikeluarkan oleh IUCN (1994),
dan Ekonomi Kreatif. menyatakan bahwa pengembangan
kawasan perlindungan ditentukan oleh 3
III. Pembangunan Pariwisata yang aspek, yaitu :
Berkelanjutan di Indonesia 1. Daya dukung, sebagai alat control
A. Keunggulan Kompetitif dari Eco- peringatan dini terhadap kapasitas dan
Resort and Green Hotel di kemampuan lahan untuk mendukung
Indonesia kegiatan wisata.
Indonesia memiliki potensi 2. Tekanan terhadap area, merupakan
keanekaragaman hayati yang tinggi dampak dari aktivitas wisatawan
sebagai sumber daya wisata alam, terhadap kawasan.
khususnya ekowisata dan minat khusus. 3. Kemenarikan, merupakan kualitas dari
Alam Indonesia yang beriklim tropis, obyek dan daya tarik wisata.
memiliki 17.508 pulau serta garis pantai
terpanjang ketiga di dunia, memiliki hutan a. Pengembangan Sarana Akomodasi
tropika yang tersebar diseluruh kepulauan pada Kawasan Hutan
Indonesia dengan luas 120,35 Juta hektar Menurut PP.50 tahun 2011, hutan
(www.dephut.go.id) dengan keunikan yang adalah suatu kesatuan ekosistem berupa
khas serta keragaman vegetasi dan satwa hamparan lahan berisi sumber daya alam
yang tinggi. Selain itu, budaya yang kaya hayati yang didominasi pepohonan dalam
dengan sejarah dan keragaman etnis yang persekutuan alam lingkungannya, yang
tinggi menjadikan 7 lokasi di Indonesia satu dengan lainnya tidak dapat
masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia dipisahkan. Sementara kawasan hutan
yang ditetapkan oleh UNESCO. Kekayaan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk
dan keunikan alam Indonesia menjadi dan/atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk
potensi yang sangat tinggi bagi dipertahankan keberadaannya sebagai
perkembangan sarana akomodasi berlabel hutan tetap. Pemanfaatan wisata pada
“eco” atau “green”, ditambah lagi dengan kawasan hutan diatur oleh peraturan
populasinya yang terus bertambah sebagai pemerintah tentang Pedoman kegiatan
pasar domestic yang potensial. usaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata
Perkembangan kepariwisataan alam alam pada hutan lindung PP no. 22 tahun
dikawasan hutan ini juga mendorong 2012. Dalam pengembangan sarana
perkembangan sarana akomodasi yang akomodasi di kawasan lindung, komponen
menjadi pendukung kegiatan wisata alam. yang diatur oleh Pemerintah Indonesia
Bahkan dengan semakin berkembangnya terkait dengan luas areal pemanfaatan,
atraksi minat khusus dan ekowisata yang bentuk dan desain bangunan, yaitu :
mengangkat nilai budaya lokal, sarana (1) Luas areal yang diizinkan untuk
akomodasi ini bukan hanya sebagai dibangun sarana wisata alam paling
pelengkap kegiatan wisata alam, namun banyak 10 %
menjadi daya tarik tersendiri dimana
Jurnal Manajemen Resort & Leisure Vol. 11, No. 2, Oktober 2014

(sepuluh per seratus) dari luas areal -


Tidak merusak keseimbangan
yang ditetapkan dalam izin. unsur-unsur lingkungan; dan
(2) Bentuk bangunan sarana wisata alam - Jarak bangunan sekurang-
untuk sarana wisata tirta dan kurangnya 100 (seratus) meter dari
akomodasi , kiri kanan sungai/mata air/danau.
dibangun semi permanen dan Melalui peraturan ini maka pemerintah
bentuknya disesuaikan dengan Indonesia telah menunjukkan
arsitektur budaya setempat. keseriusannya dalam mendukung konsep
(3) Bentuk bangunan sarana bergaya pembangunan yang berkelajutan dimana
arsitektur budaya setempat dengan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan,
ketentuan : identitas budaya lokal dan pelibatan
- Ukuran, panjang, lebar dan tinggi masyarakat telah diakomodir dalam
bangunan/sarana disesuaikan kebijakannya. Secara lebih rinci, peraturan
dengan perbandingan/proporsi mengenai bangunan untuk sarana
untuk setiap bentuk arsitektur akomodasi maupun sarana pendukung
daerah/lokal dengan wisata lainnya juga diatur dalam peraturan
memperhatikan kondisi fisik pemerintah dengan ketentuan harus
kawasan tersebut; memperhatikan kaidah konservasi dan
- Pembangunan sarana yang ramah lingkungan; sistem sanitasi yang
diperkenankan maksimum 2 (dua) memenuhi standar kesehatan manusia dan
lantai bagi sarana akomodasi kelestarian lingkungan; efisien dalam
dengan kelerengan 0-15 % penggunaan lahan; memiliki teknologi
dan/atau 1 (satu) lantai untuk pengolahan dan pembuangan limbah;
kemiringan > 15 % - 30 %; konstruksi yang memenuhi persyaratan
- Tidak merubah karakteristik bagi keamanan dan keselamatan; hemat
bentang alam atau menghilangkan energi; dan berpedoman pada ketentuan
fungsi utamanya; teknis dari instansi yang berwenang dan
sesuai dengan rencana pengelolaan serta
desain tapak.
Tabel 1.
Pola Pengembangan Kawasan Hutan
No Kawasan Atraksi Wisata Akomodasi Aksesibilitas Jenis Wisata
Hutan
1 Hutan Produksi Ekosistem hutan dan Base camp Tinggi Piknik, rekreasi,
(lokasi sekitar pengelolaan hutan berkemah,
kota) persinggahan
Hutan Produksi Ekosistem hutan dan Base camp, Rendah Rekreasi,
(lokasi jauh pengelolaan hutan pondok wisata, tracking
dari kota) rumah
penduduk
2 Taman Hutan Ekosistem hutan, Pondok wisata Tinggi Piknik, rekreasi,
Raya keanekaragaman fauna berkemah,
dan flora tracking,
pendidikan,
penelitian
3 Hutan lindung Ekosistem Hutan, Pondok wisata, Rendah Piknik, rekreasi,
keanekaragaman flora rumah jaga, berkemah,
fauna dan gejala alam, camp, rumah tracking, hiking,
sosial budaya penduduk asli adventuring,
mayarakat, adat istiadat minat khusus,
lokal survival
4 Kawasan Ekosistem hutan, Camp, pondok Rendah Wisata minat
Konservasi : keanekaragaman flora, wisata, rumah khusus, animal
Fitri Rahmafitria : Eco-Resort dan Green Hotel di Indonesia :
Model Sarana Akomodasi yang Berkelanjutan

a. Taman fauna, mikrobia, flora jaga, rumah watching, hiking,


Nasional dan fauna yang penduduk asli adventuring
dilindungi, gejala dan tracking,
proses alam, sosial pendidikan dan
budaya masyarakat asli penelitian
5 b. Taman Ekosistem hutan, Pondok wisata, Tinggi Piknik, camping,
Wisata keanekaragaman flora rumah tracking,
Alam dan fauna, gejala dan penduduk asli adventuring,
proses alam, pedesaan, hiking,
sosial budaya pendidikan,
masyarakat asli penelitian
6. c. Taman Buru Ekosistem hutan, Pondok kerja, Rendah Berburu, wisata
perilaku satwa rumah jaga minat khusus
Sumber : Fandeli, C (2000).
Selain kawasan lindung, terdapat juga Pekerjaan Umum. Kawasan wisata masuk
ketentuan pemanfaatan kepariwisataan kedalam kriteria kawasan budidaya karena
pada kawasan konservasi dan hutan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan
produksi. Berdasarkan fungsinya maka dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
kawasan hutan terdiri dari (1) Hutan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
lindung, (2) Hutan konservasi : Hutan alam, sumber daya manusia, dan sumber
Suaka Alam (Cagar Alam dan Suaka daya buatan (www.pu.go.id).
Margasatwa), Hutan pelestarian alam Terkait dengan pembangunan sarana
(Taman Nasional, Taman Hutan Raya, akomodasi pariwisata maka beberapa
Taman Wisata Alam), Taman Buru, (3) kriteria teknis pemanfaatan ruang pada
Hutan produksi. kawasan wisata adalah :
- Memiliki struktur tanah yang stabil.
b. Pengembangan Sarana Akomodasi - Memiliki kemiringan tanah yang
di Luar Kawasan Hutan memungkinkan dibangun tanpa
Dalam Undang-undang memberikan dampak negatif
Kepariwisataan No.9 tahun 1990, sarana terhadap kelestarian lingkungan.
akomodasi termasuk dalam usaha sarana - Merupakan lahan yang tidak terlalu
pariwisata yang mendukung pembangunan subur dan bukan tanah pertanian yang
kepariwisataan nasional. Pembangunan produktif (untuk wisata agro dapat
sarana akomodasi ini diarahkan untuk dipertimbangkan pada lahan subur).
mewujudkan dan memelihara kelestarian - Memiliki aksesibilitas yang tinggi.
serta keutuhan objek dan daya tarik - Tidak mengganggu kelancaran lalu
wisata.Selain itu diharapkan lintas pada jalur jalan raya regional.
pembangunannya dapat memberikan - Tersedia prasarana fisik yaitu listrik
kesempatan kepada masyarakat setempat dan air bersih.
untuk ikut serta dalam pembangunan, - Terdiri dari lingkungan/ bangunan/
pengembangan, pengelolaan, dan gedung bersejarah dan cagar budaya
pemilikan kawasan pariwisata. - Memiliki nilai sejarah, ilmu
Pengembangan sarana akomodasi di luar pengetahuan dan budaya.
kawasan hutan diatur menurut Undang- - Memiliki keunikan tertentu.
undang kepariwisataan secara umum, dan - Dilengkapi fasilitas pengolah limbah
secara khusus diatur dalam pedoman (padat dan cair).
pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya
yang dikeluarkan oleh Departemen
Jurnal Manajemen Resort & Leisure Vol. 11, No. 2, Oktober 2014

Tabel 2.
Karakteristik Sarana dan Prasarana pada Kawasan Wisata di Indonesia
No Jenis Wisata Kriteria Teknis
Fisik Prasarana Sarana
1 WISATA - Luas lahan minimal 100 - Jenis prasarana yang - Jenis sarana yang
ALAM Ha tersedia antara lain tersedia yaitu
Wisata - Mempunyai struktur tanah jalan, air bersih, listrik, hotel/penginapan,
Pegunungan yang stabil dan telepon rumah makan, kantor
- Mempunyai kemiringan - Mempunyai nilai pengelola, tempat
tanah yangmemungkinkan pencapaian dan rekreasi & hiburan,
dibanguntanpamemberikan kemudahan hubungan WC umum, mushola,
dampak negatif yang tinggi dan mudah poliklinik, dan wartel
terhadapkelestarian dicapai - Gaya bangunan
lingkungan - Tidak mengganggu disesuaikan dengan
- Iklim sejuk (di atas700 kelancaran lalu lintas kondisi lingkungan
dpl, atau suhu <20oC) pada jalur regional dan dianjurkan untuk
- Mempunyai daya tarik - Tersedia angkutan menampilkan ciri-
flora & fauna, air terjun, umum ciribudaya daerah
sungai, dan air panas

2 Wisata Bahari - Mempunyai struktur tanah - Jenis prasarana yang - Jenis sarana yang
yang stabil tersedia antara lain jalan, tersedia yaitu
- Mempunyai kemiringan air bersih, listrik,dan hotel/penginapan,
tanah yangmemungkinkan telepon rumah makan,
dibanguntanpamemberikan - Mempunyai nilai kantorpengelola,
dampak negatif terhadap pencapaian dan tempatrekreasi &
kelestarian lingkungan kemudahan hubungan hiburan,WC umum,
(hrs jelas definitif) yang tinggi dan mudah danmushola
- Mempunyai daya tarik, dicapai dengankendaraan - Gaya bangunan
flora & fauna aquatic, bermotorroda empat disesuaikan dengan
pasir putih, dan terumbu - memperhatikan resiko kondisi lingkungan
karang bahaya dan bencana dan dianjurkan
- Harus bebas bau yang - perlu adaperancangan untukmenampilkan
tidak enak, debu & asap, sempadan pantai yang ciri-ciribudaya daerah
serta air yang tercemar memperatikan tinggi
gelombang laut,
- Tersedia angkutan umum

3 WISATA - Dibangun disesuaikan - Jenis prasarana yang - Jenis sarana yang


BUATAN dengan kebutuhan dan tersedia antara lain tersedia yaitu
Wisata Sejarah peruntukannya jalan, air bersih, rumahmakan, kantor
dan Budaya - Status kepemilikan harus listrik,dan telepon pengelola,tempat
jelas dan tidak - Mempunyai nilai rekreasi& hiburan, WC
menimbulkan masalah pencapaian umum, dan mushola
dalam penguasaannya dan kemudahan - Adatempat/ruangan
- Mempunyai struktur tanah hubungan yang untuk melakukan
yang stabil tinggi dan mudah kegiatanpenerangan
dicapaidengan wisata, pentas seni,
kendaraanbermotor roda pameran dan
empat penjualanbarang-
- Tersedia angkutan baranghasil kerajinan
Umum - Terdapat
- Gaya bangunan perkampungan/
disesuaikan dengan desa adat
kondisi lingkungan
dan dianjurkan untuk
menampilkan ciri-ciri
budaya daerah
Fitri Rahmafitria : Eco-Resort dan Green Hotel di Indonesia :
Model Sarana Akomodasi yang Berkelanjutan

- Mempunyai
kemiringantanah
yangmemungkinkan
dibanguntanpa
memberikan dampak
negatif
terhadapkelestarian
ingkungan
- Mempunyai daya
tarikhistoris, kebudayaan,
dan
pendidikan
- Harus bebas bau yang
tidak enak, debu, dan
airyang tercemar

4 Taman - Luas lahan minimal 3 Ha - Jenis prasarana yang - Jenis sarana yang
Rekreasi - Mempunyai struktur tanah tersedia antara lain tersedia yaitu rumah
yang stabil jalan, air bersih, makan, kantor
- Mempunyaikemiringan listrik,dan telepon pengelola, tempat
tanah yangmemungkinkan - Mempunyai nilai rekreasi & hiburan,
dibangun pencapaian dan WC umum, mushola,
tanpa memberikan kemudahan hubungan dan tempat parkir
dampak negatif terhadap yang tinggi dan - Harus tersedia
kelestarian lingkungan mudahdicapai dengan sekurang-kurangnya
- Harus bebas bau yang kendaraan bermotor 3jenis sarana rekreasi
tidak enak, debu,air yang roda empat yang mengandung
tercemar - Tersedia angkutan unsur hiburan,
umum pendidikan,
kebudayaan,
dan arena bermain
anak-anak.
- Ada tempat/ruangan
untuk melakukan
kegiatanpenerangan
wisata, pentas seni,
pameran dan penjualan
barang-barang
hasil kerajinan
Sumber : Kriteria Lokasi dan Standar Teknis Kawasan Budidaya, Departemen PU, 2003

Nihiwatu Resort, Sumba , Indonesia sawah dan padang rumput dengan total
merupakan salah satu eco-resort yang area perlindungannya mencapai 90%.
dikembangkan di luar kawasan hutan. Penghargaan yang telah diperoleh di tahun
Resort yang berada pada pulau kecil di 2013 antara lain Travellers’s Choice Top
bagian timur Indonesia ini memiliki 25 Small Hotel in Asia dan Indonesia.
pemandangan lanskap pantai yang indah
serta didukung oleh keragaman budaya B. Eco Label pada Resort dan Hotel di
tradisional Sumba yang unik. Kawasan ini Indonesia
didesain dengan konsep yang Kekayaan dan keindahan alam yang
berkelanjutan ini memiliki 7 bungalow merupakan keunggulan kompetitif
eksklusif dan 3 villa yang sebagian besar destinasi wisata di Indonesia, juga menjadi
dibuat oleh pengrajin setempat dengan potensi utama berkembangnya resort dan
bahan baku lokal. Daya tarik lodging facilities lainnya. Resort yang
ekowisatanya terdiri dari hutan tropis, merupakan sarana akomodasi yang
Jurnal Manajemen Resort & Leisure Vol. 11, No. 2, Oktober 2014

berbasis pada karakter lanskap alami yang lingkungan. GBC INDONESIA


unik dan khas, memiliki daya tarik yang merupakan Emerging Member dari World
tinggi ketika berada pada kawasan alami Green Building Council (WGBC) yang
tropis yang memiliki keragaman jenis berpusat di Toronto, Kanada.
vegetasi dan satwa. Dengan semakin Salah satu program GBC
meningkatnya tren terhadap bentuk INDONESIA adalah menyelenggarakan
pariwisata yang ramah lingkungan, serta kegiatan Sertifikasi Bangunan Hijau di
semakin baiknya nilai kepekaan wisatawan Indonesia berdasarkan perangkat penilaian
terhadap kualitas lingkungan, maka model khas Indonesia yang disebut GREENSHIP.
eco-resort menjadi salah satu keunggulan Namun pemerintah Indonesia melalui
yang menjadi daya saing sarana akomodasi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi
di Indonesia. Kreatif juga sudah melakukan pemberian
Beberapa eco-Resort yang penghargaan terhadap Eco-Resort dan
berkembang di Indonesia telah Green hotel melalui “National Green
memperoleh sertifikasi ataupun Hotel Award”. Kegiatan ini bertujuan
penghargaan dari lembaga sertifikasi untuk industri perhotelan di tanah air yang
dunia. Secara lokal labeling eco resort telah menerapkan standar dan kriteria
ataupun green building masih mengacu berwawasan lingkungan, demi mendorong
pada Green Building Council Indonesia pengelola hotel agar memiliki sikap, tindak
yang merupakan lembaga mandiri dan melindungi, membina lingkungan hidup,
nirlaba, yang berkomitmen penuh terhadap serta meningkatkan pengelolaan yang
sosialisasi informasi dan aplikasi praktek berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Afrika Amerika Asia Eropa Timur Pasifik
Tengah

Gambar 7. Popularitas Label Green Hotel berdasarkan data Green Globe (2006) dan WTO
(2005). Sumber : Sloan, P (2009).
Saat ini sertifikasi green building di independen khusus dan bisa juga dengan
Indonesia dilakukan oleh banyak pihak dan melakukan konsil dari Negara lain. Seperti
tidak memiliki standar yang baku. Tolok yang dilakukan oleh LEED USA & Green
ukur green building di setiap Negara Mark Singapura. Konsil-konsil ini
adalah unik dan begantung kepada kondisi melakukan sertifikasi beberapa gedung di
iklim, industri, isu lingkungan dan praktik seluruh Asia tenggara termasuk Indonesia
masing2 negara. Dalam sertifikasi green menggunakan Rating Tools/tolok ukur
building ini bias dilakukan oleh lembaga masing-masing. Di Indonesia sendiri badan
Fitri Rahmafitria : Eco-Resort dan Green Hotel di Indonesia :
Model Sarana Akomodasi yang Berkelanjutan

sertifikasi GB diatur oleh Permen LH 08 / IV. Penutup : Strategi Pengembangan


2010: Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Eco-resort dan Green Hotel
Ramah Lingkungan, yang menyatakan Eco resort dan green hotel saat ini
bahwa Badan Sertifikasi green building bukan hanya sebuah keharusan, namun
yang beroperasi di Indonesia harus telah menjadi kebutuhan. Demand berupa
mendaftar ke Kementrian Lingkungan wisatawan ekoturis yang semakin
Hidup (KLH). Saat ini hanya GBC meningkat jumlahnya, serta supply berupa
Indonesia yang sudah terdaftar di KLH. kekayaan alam dan budaya Indonesia
GBC Indonesia beroperasi sejak 2009 dan menjadi dasar kebutuhan pengembangan
meluncurkan tolok ukur GREENSHIP sarana akomodasi yang berkelanjutan.
pada 2010. Sertifikasi regular telah Ditambah lagi dengan konsensus
dilakukan sejak awal 2011. Untuk DKI kepariwisataan di tingkat internasional
sudah tebit Peraturan Gubernur DKI No. yang gencar mengkampanyekan konsep
38/2012 tentang Bangunan Gedung Hijau “eco” dan “green” dalam pembangunan
yang wajib untuk gedung skala tertentu. pariwisata. Namun kesadaran ini belum
Secara regional, konsep eco-resort dan sepenuhnya dimiliki oleh seluruh
green hotel ini telah diterapkan di Bali masyarakat Indonesia. Fenomena wisata
secara tradisonal melalui konsep tata ruang sebagai penggerak roda perekonomian
Tri Hita Karana yang memiliki arti “tiga yang begitu melekat dalam persepsi
konsep penyebab kebahagiaan”. Konsep masyarakat, menjadikan unsur eksploitasi
kosmologis tersebut diterapkan dalam tata masih mendominasi. Sementara pada
ruang wilayah di Bali, termasuk dalam tataran konsep nasional maupun global,
perencanaan sarana akomodasi. Hubungan yang didukung oleh kelompok akademisi,
antara manusia dengan Tuhan yang perkembangan ekoturisme dan sustainable
diterjemahkan sebagai ruang ibadah, tourism terus dikaji dan diaplikasikan serta
hubungan manusia dengan manusia yang mengarah menjadi suatu kebijakan di
diterjemahkan dengan ruang sosialisasi dan tingkat regional maupun nasional. Melihat
hubungan manusia dengan lingkungan potensi dan tantangan ini, maka konsep
yang diterjemahkan melalui ruang terbuka eco resort dan green hotel memerlukan
hijau, diangkat sebagai nilai dasar dukungan banyak pihak. Sosialisasi dan
menyusun perencanaan kawasan wisata kampanye konsep akomodasi ramah
termasuk resort dan hotel. Penghargaan lingkungan ini juga menjadi penting agar
terhadap resort atau hotel yang semakin disadari manfaatnya oleh seluruh
menerapkan konsep Tri Hita Karana ini stake holder pariwisata di Indonesia.
diberikan secara berkala oleh Yayasan Beberapa strategi yang perlu dikedepankan
THK, Bali setiap tahunnya sejak tahun dalam pengembangan Eco-resort dan green
2000, dan keikutsertaan hotel dan resort di hotel antara lain :
Bali dalam ajang ini semakin meningkat - Prioritas Manajemen
setiap tahunnya. Tri Hita Karana Tourism Mengutamakan konsep keberlanjutan
Awards ini diberikan kepada hotel atau aspek lingkungan, sosial, politik sebagai
daerah tujuan wisata yang menerapkan prioritas dalam manajemen akomodasi.
konsep Tri Hita Karana ini secara Pihak manajemen resort dan hotel perlu
konsisten, serta mendapat dukungan penuh mencanangkan visi misi yang sesuai
dari pemerintah daerah Provinsi Bali dengan konsep sustainable development
Karen sejalan dengan program Bali Clean agar dapat bersaing secara global dan
and Green. berkomitmen mendukung pelestarian
lingkungan demi Indonesia yang lebih
baik.
Jurnal Manajemen Resort & Leisure Vol. 11, No. 2, Oktober 2014

- Integrated Management fasilitas yang dapat digunakan sehingga


Memperkuat hubungan dan menghasilkan bentuk wisata yang
komunikasi antar stake holder sehingga berkualitas.
tidak terdapat gap atau perbedaan yang
besar antara regulasi yang dibangun dan - Kreativitas
kendala implementasinya. Termasuk Menggali dan mengembangkan
Membangun koordinasi internal dan produk berdasarkan kreativitas, mencari
eksternal agar terbangun tim kerja tim hal baru yang bernilai rekreatif dan
yang selaras/ sinergis dan dapat saling edukatif, berbeda dengan yang lain.
melengkapi hasil pekerjaan yang baik. Mengacu pada keinginan pasar
dibandingkan kesiapan produk.
- Bisnis dan Modal
Memperhitungkan secara matang - Fasilitas dan Operasional
kebutuhan modal serta keuntungan bisnis, Berkomitmen untuk membangun dan
untuk menghindari terhentinya kegiatan mengoperasionalkan fasilitas akomodasi
operasional dan program ditengah jalan. yang efisien dalam penggunaan energi,
Hal ini juga penting untuk menjamin berdampak negatif minimal, dan mengolah
keuntungan komersial dari bisnis ini limbah secara aman dan bertanggung
menjamin proyek untuk bertahan, sukses, jawab.
dapat dipertanggungjawabkan dan handal.
Setiap proyek pariwisata alam yang - Monitoring dan Evaluasi
tersendat akan memberikan dampak yang Melakukan penilaian dan evaluasi
buruk bagi alam dan masyarakat. secara berkala terhadap sistem resort dan
hotel yang berjalan, berkaitan dengan
- Pendidikan bagi Sumber Daya konsep sustainable development sehingga
Manusia lebih terukur dan terkontrol, baik
Sistem pendidikan dan sosialisasi dilakukan secara mandiri oleh manajemen
konsep sustainable resort development hotel maupun oleh pemerintah dan
yang menyeluruh, bukan hanya pada lembaga mandiri lainnya.
karyawan industri yang bersangkutan
namun juga bagi masyarakat lokal. DAFTAR PUSTAKA
Abbas,R. 2000. Prospek Penerapan
- Produk dan Pelayanan Ekoturisme Pada Taman Nasional
Memaksimalkan penggunaan produk Gunung Rinjani di Nusa Tenggara
lokal (furniture, cullinary, dll) sebagai Barat.Tesis.Institut Pertanian Bogor.
bagian dari social responsibility, Bogor
mengurangi penggunaan energi BBM dan
menjadikannya sebagai bagian dari daya ABTA. 2002. Competition Act 1998.
tarik serta promosi produk lokal. Termasuk Decision of the Director General of
juga dengan menggunakan standar Fair Trading. No CA98/19/2002. UK
hospitality dan pelayanan yang
mengadopsi budaya lokal sebagai bentuk Bagyono. 2007. Pariwisata dan Perhotelan.
pendidikan dan konservasi budaya. Bandung. Alfabeta.

- Pendidikan lingkungan dan Etika BPS. 2011. The Average Room


bagi Wisatawan Occupancy Rate of Starred Hotels in
Memberikan input mengenai konsep Indonesia.
sustainability melalui aktivitas wisata,
etika dan perilaku wisata, desain dan jenis
Fitri Rahmafitria : Eco-Resort dan Green Hotel di Indonesia :
Model Sarana Akomodasi yang Berkelanjutan

Chan, et.all. 2007. Motivation Faktors of IUCN, 1994.Guidelines for Protected Area
Ecotourists in Eco-lodge Management Categories.IUCN,
Accomodation : The Push and Pull Gland, Switzerland and Cambridge,
Faktors. Asia Pacific Journal of UK.
Tourism Research.Volume 12,
Number 4, December 2007 , pp. 349- Kriteria Lokasi dan Standar Teknis
364(16) Kawasan Budidaya, Departemen PU,
2003. www.pu.go.id
Ceballos-Lascuráin,. (1998) Introduction.
In K. Lindberg, M. Epler-Woodand Kusumah. 2012. Dampak Pariwisata
D. Engeldrum (eds) Ecotourism – A Terhadap Kondisi Sosial dan
Guide for Planners and Ekonomi Desa Cihideung,
Managers(Vol. 2). The Ecotourism Kabupaten Bandung. Universitas
Society, North Bennington, Pendidikan Indonesia. Bandung.
Vermont, pp. 7–10.
Michael, L. Kasavana. 1991. Managing
Diamantis. (1999) The concept of Front Office Operation. Educational
ecotourism: evolution and trens. Institute of the American Hotel &
CurrentIssues in Tourism, 2, 93–122. Motel Association Educational Inst
of the Amer Hotel. USA
Fandeli,C. 2000. Pengusahaan Ekowisata.
Fakultas Kehutanan Universitas Peraturan Gubernur Provinsi Daerah
Gadjah Mada. Yogyakarta.273 hal. Khusus Ibukota Jakarta. No. 38
Tahun 2012. Tentang Bangunan
Fandeli,C. 2002. Fandeli, C. 2002. Gedung Hijau
Perencanaan Kepariwisataan Alam.
Fakultas Kehutanan. Universitas Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Gajah Mada. Yogyakarta Hidup No. 08 tahun 2010 Tentang
Kriteria dan Sertifikasi Bangunan
Fennel. (2001) A content analysis of Ramah Lingkungan.
ecotourism definitions.Current Issues
inTourism, 4, 403–421. PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA. NOMOR
Ham, Sam.H. 1992. Environmental 50 TAHUN 2011. TENTANG
Interpretation : A Pactical Guide for RENCANA INDUK
People with Big Ideas and Small PEMBANGUNAN
Budgets. Fulcrum Publishing. USA. KEPARIWISATAAN NASIONAL
456 p. TAHUN 2010 – 2025

Higham,J. 2007. Critical Issues in PP.No.12 tahun 2012. Pedoman kegiatan


Ecotourism: Understanding a usaha pemanfaatan jasa lingkungan
Complex Tourism Phenomenon. wisata alam pada hutan lindung.
Elsivier Ltd. USA. 439 p. Departemen Kehutanan RI

Inskeep. 1991. Tourism Planning : An Rahmafitria, F dan Erry S. 2012. The


Integrated and Sustainable Impact of Tourism Development in
Development Approach. John Willey Socio Cultural Aspect of Lokal
& Sons, Inc. Canada. 508 p. People in Cihideung Village.
International Proceeding “Japan dan
Jurnal Manajemen Resort & Leisure Vol. 11, No. 2, Oktober 2014

Indonesia : Pas, Today and Future”. Undang-undang RI no. 9 Tahun 1999.


Nihon University. Japan. Tentang Kepariwisataan

Reindrawati,D. 2010. Motivasi Ekoturis UNWTO. 1999. Global Code of Ethics for
dalam Pariwisata Berbasis Alam Tourism, for responsible tourism.
(Ekoturism) : Studi kasus di Wana Adopted by resolution
Wisata Coban Rondo, Malang. A/RES/406(XIII) at the thirteenth
Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan WTO General Assembly. Santiago,
Politik Vol 21, No.2:187-192. Chile, 27 September – 1 October
Universitas Airlangga. Surabaya. 1999.

Robert Christie Mill. 2007. Resort Valentine, P.S. (1993) Ecotourism and
Management and Operation. School nature conservation: a definition with
of Hotel, Restaurant and Tourism some recent developments in
Management, University of Denver. Micronesia. Tourism Management,
John Willey & Sons, Inc. Hoboken, 14, 107–115.
New Jersey. 478 p.
Western. (1993) Defining ecotourism. In
Ross & Iso-Ahola, 1991, Annals of K. Lindberg and D.E. Hawkins (eds)
Tourism Research, 18(2) 226-237). Ecotourism: A Guide for Planners
Publisher: Routledge, part of the and Managers. The Ecotourism
Taylor & Francis Group Society, North Bennington,
Vermont, pp. 7–11.
S. Medlik. 2003. Dictionary of Travel,
Tourism and Hospitality. WTO (2005) : Sustainable Development of
Butterworth-Heinemann, Elsivier Ecotourism, A Compilation of
Science – Oxford. Burlington. 275 p. Good Practices in SMEs

Sirakaya. 2013. The Efficiency of www.borneo.com


Sustainability Values in Predicting
Destination Choices. International www.budpar.go.id
Prosiding of WHTER and ICES.
Siam University. Thailand. www.misoolecoresort.com

Sloan, Philip. 2009. Sustainability in The www.nihiwatu.com


Hospitality Industry. Butterworth-
Heinemann. Jordan Hill, Oxford, www.wto.co.id
USA.

Anda mungkin juga menyukai