2956 5282 1 SM
2956 5282 1 SM
Fitri Rahmafitria
Dosen Prodi. Man. Resort & Leisure
E-mail : rahmafitria@upi.edu
ABSTRAK
Akomodasi merupakan bagian dari sarana kepariwisataan yang harus tersedia dan termasuk
dalam facilitating product dalam tingkatan produk wisata. Keberadaannya sangat
mempengaruhi struktur ruang karena memberikan dampak pada lingkungan alam maupun
social. Konsep sarana akomodasi yang ramah lingkungan dan ramah social, menjadi konsep
yang mulai digalakkan oleh pmerintah Indonesia sejak meningkatnya kesadaran masyarakat
untuk memperbaiki kondisi lingkungan saat ini. Beberapa resort dan hotel sebagai bagian dari
model akomodasi yang berkembang di Indonesia mulai mengangkat konsep “green” dalam
proses rencana, operasional maupun evaluasinya. Konsep akomodasi yang berkelanjutan harus
menerapkan prinsip konservasi lingkungan, pendidikan ekologi, pemberdayaan masyarakat dan
pemanfaatan produk local, serta meminimalisir kerusakan lingkungan. Penerapan konsep ini
tidaklah mudah, memerlukan komitmen yang kuat dari investor, manajemen, pemerintah,
wisatawan dan masyarakat sekitar. Saat ini pemerintah Indonesia telah memiliki program
pemberian penghargaan kepada akomodasi yang menerapkan konsep ramah lingkungan, yaitu
Cipta Award dan Green Hotel Award. Hal ini diharapkan dapat mendorong tumbuhnya
akomodasi yang ramah lingkungan sehingga memberikan kontribusi bagi perubahan kualitas
lingkungan yang lebih baik dan mendukung terwujudnya pariwisata Indonesia yang
berkelanjutan.
ABSTRACK
accommodation facilities in Indonesia has also increased in all tourism building areas,
especially in Java Island. Currently, there are around 1,489 star hotels and 13,794 non star
hotels in Indonesia, with the growth rate of 12% in 2011 (www.budpar.go.id). The increasing
number of national tourists has provided an implication towards the increase of
accommodation facilities. In 2012, the total number of national tourists that reached
7,310,531 tourists with the growth rate of 7,3% has boosted the increase of accommodation
facility growth in the form of star hotels and non star hotels with the rate of 12%
(www.budpar.go.id). Next, the analysis towards Room Occupancy Rate (TPK) with the basic
data released by Statistic Bureau shows that in 2012 the average TPKs in 20 provinces in
Indonesia reached 51,58%. The data above shows that half of the available rooms are sold and
a number of accommodations in Indonesia have drawn intereset. However, the data cannot
describe the level of needs towards new accommodations bearing in mind that the monthly
fluctuation of occupancy rate is categorized as high and is uneven in all provinces in
Indonesia. What needs further attention in the development of accomodation facilities in
Indonesia is not only the increase of quantity, but also the quality of accommodation which
covers both the physical and management aspect which tends to improve. Along with the
global climate change and environmental damage, therefore; the concept of tourism
accommodation facility development should be in line with the goal of sustainable
development. The concept has resulted in many awards in terms of “green” accommodation
management given by both the Indonesian government and world tourism organizations such
as WTO, World Travel Awards, and Green Hospitality Awards given by the Environmental
Protection Agency under the National Waste Prevention Programme, and so on. The
development of tourism in Indonesia has commitment in making Indonesia a world class,
competitive and sustainable tourism destination. Besides that, it also has the aim to boost
regional development and welfare of the people, therefore; the development of
accommodation facilities needs to be in line with that vision.
Gambar 1. Rata-rata tingkat hunian kamar hotel bintang di Indonesia tahun 2007-2011
(Sumber : BPS)
Sarana akomodasi sebagai tempat khusus dalam kaitannya dengan
tinggal sementara bagi wisatawan, perkembangan sarana akomodasi di
merupakan salah satu fasilitas yang Indonesia adalah bukan hanya pada
dibutuhkan dalam kegiatan wisata. kuantitasnya yang bertambah, namun
Pembangunan sarana akomodasi di kualitas akomodasi yang mencangkup
Indonesia berkembang pesat khususnya aspek fisik maupun aspek manajemennya.
pada kota-kota besar yang menjadi daerah Seiring dengan terjadinya perubahan iklim
tujuan wisata. Saat ini terdapat sekitar global dan kerusakan lingkungan, maka
1.489 hotel berbintang dan 13.794 hotel sudah seharusnya konsep pengembangan
non bintang yang terdapat di Indonesia, sarana akomodasi pariwisata juga sejalan
dengan tingkat pertumbuhan mencapai dengan tujuan pembangunan yang
12% di tahun 2011 (www.budpar.go.id). berkelanjutan. Hal inilah yang kemudian
Sejarah perkembangan hotel di Indonesia, melahirkan berbagai penghargaan atau
khususnya hotel dengan konsep award terkait dengan pengelolaan
manajemen modern diawali dengan akomodasi yang “green”, baik yang
dibangunnya Hotel Indonesia, Jakarta pada diberikan oleh pemerintah Indonesia
tahun 1962. Selanjutnya perkembangan maupun lembaga kepariwisataan dunia
kepariwisataan di Indonesia semakin seperti WTO, World Travel Awards,
meningkat ketika pembangunan Green Hospitality Awards yang diberikan
kepariwisataan di Bali mendapat perhatian oleh Environmental Protection Agency
serius, yang ditandai dengan dibangun Bali under the National Waste Prevention
Beach Hotel pada tahun 1963. Selanjutnya Programme dan lainnya. Pembangunan
pembangunan kepariwisataan di Indonesia kepariwisataan di Indonesia memiliki
juga terus meningkat khususnya di pulau komitmen untuk terwujudnya Indonesia
Jawa.Hal yang perlu dijadikan perhatian sebagai Negara tujuan pariwisata yang
Jurnal Manajemen Resort & Leisure Vol. 11, No. 2, Oktober 2014
berkelas dunia, berdaya saing, bahan baku dan fasilitas hotel yang masih
berkelanjutan, mampu mendorong di import dari Negara lain.
pembangunan daerah dan kesejahteraan
rakyat, sehingga pengembangan sarana II. Konsep
akomodasi juga harus sejalan dengan visi A. Karakteristik Resort dan Hotel
tersebut. Secara umum sarana akomodasi
Pengembangan sarana akomodasi memiliki beberapa jenis dan karakteristik
yang berkelanjutan pada prinsipnya yang berbeda, sesuai dengan tujuan dan
menganut konsep ekowisata secara khusus. fasilitas yang diberikan. Berkaitan dengan
Konsep ekowisata memiliki pengertian hotel dan resort, terdapat beberapa
yang bukan hanya “simbolisme” namun terminologi yang dapat dijadikan acuan
merupakan prinsip dasar pengelolaan yang untuk menunjukkan perbedaan dan
harus tercermin dalam kebijakan, aplikasi kekhususan dari masing-masing fasilitas
dan realisasinya. Dengan prinsip ini maka akomodasi tersebut. Hotel adalah jenis
ekowisata bukanlah hal mudah yang bisa akomodasi yang dikelola secara komersial
diaplikasikan tanpa proses matang, yang dan profesional, disediakan bagi setiap
harus tercermin mulai dari tahap orang untuk mendapatkan pelayanan
perencanaan, pengelolaan dan oprasional, penginapan, makan, dan minum serta
hingga tahap evaluasi (Higham, J. 2007). pelayanan lainnya (Bagyono, 2007:63).
Ekowisata merupakan bentuk konsep Sementara itu menurut Michael L.
pariwisata yang mengedepankan aspek Kasavana (1991) :
pelibatan masyarakat, konservasi dan “A hotel or inn may be defined as
pendidikan mengenai lingkungan hidup. an establishment whose primary
Perkembangan pembangunan business is providing lodging facilities
kepariwisataan salah satunya ditandai for the general public, and which
dengan semakin banyaknya jumlah furnishes one or more of the following
fasilitas akomodasi dan konsumsi pelayanans: food and beverage
(restaurant, café, dll.) yang dibangun. pelayanan, room attendant pelayanan,
Berdasarkan hasil penelitian (Kusumah,W. uniformed pelayanan, laundering of
2012, Rahmafitria,F dan Erry,S. 2012) linens and use of furniture and
perkembangan sarana kepariwisataan fixtures. Hotel can have anywhere
secara umum belum memberikan dampak from 50 to 2000 rooms sometimes
positif yang maksimal bagi penduduk more”.
lokal, terlebih lagi jika hanya diukur dari Sedangkan pengertian hotel di
meningkatnya jumlah pengunjung dan Indonesia sesuai peraturan yang
jumlah sarana kepariwisataan. Ukuran dituangkan dalam Surat Keputusan
yang juga perlu dipertimbangkan adalah Menteri Pariwisata , Pos dan
tingkat kesejahteraan penduduk lokal, Telekomunikasi No. KM 37 /
dimana ekspektasi penduduk lokal pada PW.340/MPPT-86 tentang Peraturan
saat kepariwisataan mulai berkembang, Usaha dan Penggolongan Hotel : "Hotel
biasanya sangat tinggi. Namun adalah suatu jenis akomodasi yang
penggunaan standar sarana akomodasi dan mempergunakan sebagian atau seluruh
konsumsi yang tinggi, baik dari aspek bangunan untuk menyediakan jasa
penggunaan bahan baku maupun tenaga penginapan , makanan dan minuman serta
kerja, menjadikan pelibatan masyarakat jasa penunjang lainnya bagi umum yang
dan penggunaan produk lokal menjadi dikelola secara komersial".
terabaikan. Tenaga kerja sektor pariwisata United State Lodging Industry
didaerah ini lebih banyak diambil dari luar membagi hotel menjadi tiga jenis yaitu :
daerahnya, begitu juga dengan penggunaan
Fitri Rahmafitria : Eco-Resort dan Green Hotel di Indonesia :
Model Sarana Akomodasi yang Berkelanjutan
1. Transient Hotel, adalah hotel yang people resort in large number and
letak atau lokasinya berada di tengah most prosperous resort in their
kota, dan tamu yang menginap countries, especially for international
sebagian besar bertujuan untuk urusan tourists”.
bisnis dan turis.
2. Residential Hotel adalah hotel yang Robert Christie Mill (2007)
pada dasarnya merupakan rumah– menyatakan bahwa resort merupakan
rumah berbentuk apartemen dengan gabungan dari 3 elemen, yaitu :
kamar–kamarnya, dan disewakan
secara bulanan atau tahunan. 1. Recreational attractions that draw
Residential Hotel juga menyediakan guests to the facility
kemudahan–kemudahan seperti 2. Housing and F&B pelayanans that
layaknya hotel, seperti restoran, cater to people away from home
pelayanan makanan yang diantar ke 3. Activities to occupy guests during
kamar, dan pelayanan kebersihan their stay.
kamar.
3. Resort Hotel adalah hotel yang pada Sementara itu Inskeep (1991)
umumnya berlokasi di kawasan wisata menyatakan bahwa :
dan menyediakan tempat – tempat “A states particularly well-
rekreasi dan juga fasilitas konferensi desained resorts can become
untuk tamu – tamunya. attractions in themselves and he
devotes a chapter to ‘planning tourist
Klasifikasi ini menunjukkkan bahwa resorts’ under the umbrella of
sejarah berdirinya hotel lahir lebih dahulu community tourism.Within this
dibandingkan dengan resort. Resort framework he emphasizes two faktors:
berkembang setelah perjalanan wisata ke a. Resorts are a business: They need
daerah yang memiliki daya tarik alam atau to start their planning with a
budaya yang khas semakin tinggi, sehingga market analysis and demand
kebutuhan sarana akomodasi juga assessment, which should then be
meningkat. Resort secara umum dapat matched with a product
dikatakan sebagai kawasan wisata, yang assessment of how well the
tidak hanya menyediakan sarana proposed area can match
akomodasi sebagai bisnis utamanya, expected market demand.
namun juga mengembangkan atraksi dan b. Community relations: Need to be
aktivitas wisata yang unik, khas dan sesuai considered carefully if there is a
dengan karakteristik lingkungannya. resident population living on or
Menurut Dictionery of Travel, Tourism & near the resort site, because of
Hospitality (S. Medlik, 2003) resort positive and negatif impacts from
adalah : such a development”.
“Place to which people go for
holidays and recreation, hence Dari beberapa terminologi diatas maka
(holiday vacation) and health resorts, resort memiliki perbedaan karakteristik
also inland and coastal seaside dengan hotel dalam hal penyediaan
resorts. Historically the evolution of fasilitas pendukung akomodasi. Hotel
tourism has been closely identified dengan semua fasilitas pendukungnya
with the beginings and subsequent dibangun dengan tujuan utama sebagai
development of resort. Nowdays the sarana akomodasi sementara bagi
term often has it literal meaning to wisatawan. Lokasinya lebih terkonsentrasi
denote any visitor centre to which pada pusat kota atau pusat bisnis.
Jurnal Manajemen Resort & Leisure Vol. 11, No. 2, Oktober 2014
menjadi daya tarik wisatawan untuk menyatakan bahwa saat ini pilihan
memilih eco-lodge tersebut (Chan et.all. wisatawan terhadap konsep keberlanjutan
2007). Dalam studinya Sirakaya (2013) menjadi
Pre trip
Environmental behavior
Behavior
pembangunan yang berkelanjutan dan alami. Prinsip dasar, kriteria dan indikator,
pembangunan yang ramah lingkungan standar dan nilai untuk mengukur kondisi
khususnya pada manajemen kawasan ekologi dan pengelolaan
Ecological
orientation
Environment Conservation
ECO- LODGE and Nature
Conservation
SISTEM Education
Community
Participation
POOR
EDUCATION
Environmental
POVERTY Low Education
Environmental
Awarness
Damage to Unsustainable
Ecosistem & Landuse
Biodiversity
Encoachment to
National Park
Community
CONSERVATION Development Through
Multiple Approach
ekologi dan lingkungan serta memiliki sebagai Negara yang memiliki daya tarik
pengetahuan yang luas dan dalam ekoturisme yang tinggi. Turis
terhadap konsep habitat lokal. mancanegara khususnya memiliki
5. Menyediakan berbagai sumber ilmu karakteristik wisatawan allocentris, yang
sebagai media penyebaran ilmu menginginkan suasana yang baru, unik dan
pengetahuan seperti buku, poster, peta, intensitas dengan masyarakat lokal yang
foto, jalur interpretasi yang berguna cukup tinggi. Adapun beberapa tipe eco-
bagi peningkatan kualitas wisata, lodge adalah :
meningkatnkan kepedulian wisatawan 1. Model Eco-lodges: Sarana akomodasi
terhadap kualitas lingkungan, serta yang didesain dan dibangun secara
meningkatkan kesadaran wisatawan khusus dengan prinsip ramah
dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Berlokasi di daerah yang
ekosistem masih alami , memiliki potensi ekologi
6. Memberdayakan masyarakat sekitar yang tinggi serta program konservasi
sebagai tenaga operasional maupun yang kuat. Memiliki SDM yang
tenaga ahli yang terlatih sebagai terlatih untuk memperkuat etika lokal
bagian dari pengembangan SDM. dan mendukung pembangunan
7. Memberikan kontribusi tehadap ekonomi setempat. Eco-lodge juga
perekonomian lokal serta memiliki komitmen pengolahan limbah
menunjukkan bahwa konsep yang ramah lingkungan.
pembangunan yang berkelanjutan Salah satu eco-lodge di Indonesia
dapat memberikan dampak positif bagi yang telah mendapat beberapa
kelanggengan pendapatan masyarakat penghargaan secara nasional dan
lokal. internasional adalah Misool Eco
Tren pengembangan usaha saat ini Resort, Raja Ampat, Papua. Resort
mengarah pada dunia usaha yang dapat dengan daya tarik lanskap pantai ini
berkontribusi dalam pembangunan memiliki komitmen yang tinggi untuk
berkelanjutan melalui solusi bisnis yang mendukung kebijakan lingkungan,
inovatif dan kreatif. Tujuan akhir bukan sosial dan ekonomi setempat, yang
hanya menguntungkan (profitable) tetapi diterapkan baik dalam kegiatan
juga environmentally sustainable. Investasi manajemen maupun aktivitas
“hijau” menjadi tren yang cukup menarik wisatawan. Komitmen tersebut
khususnya melalui pengembangan diaplikasikan pada program
kemitraan multi sektor menuju konservasi (Raja ampat Shark and
pertumbuhan sosial ekonomi melalui Manta Sanctuary, serta Reef
konsep “green economy”. Saat ini dunia Restoration Project), pelibatan
usaha akan merespon tren peningkatan masyarakat lokal melalui program
permintaan terhadap produk-produk, baik Kindergarten Project (Fafanlap),
barang maupun jasa yang environmentally School Library Project dan Dive Guide
sustainable. Training Program, penggunaan bahan
bangunan yang ramah lingkungan,
b. Tipe Eco-lodge di Indonesia hemat energi dan air, serta pengolahan
Saat ini terdapat beberapa tipe eco- sampah yang ramah lingkungan.
lodge yang berkembang dalam industri 2. Eco-resorts: Sarana akomodasi yang
akomodasi secara global (Sloan,Philip. dibangun berdasarkan basis karakter
2009). Eco-lodge di Indonesia mulai lanskap yang khas dan unik, berbasis
berkembang sejak semakin meningkatnya alam pegunungan , pantai atau pada
permintaan terhadap ekowisata secara atraksi wisata khusus yang
global dan semakin dikenalnya Indonesia membedakannya dengan tempat lain.
Fitri Rahmafitria : Eco-Resort dan Green Hotel di Indonesia :
Model Sarana Akomodasi yang Berkelanjutan
Tabel 2.
Karakteristik Sarana dan Prasarana pada Kawasan Wisata di Indonesia
No Jenis Wisata Kriteria Teknis
Fisik Prasarana Sarana
1 WISATA - Luas lahan minimal 100 - Jenis prasarana yang - Jenis sarana yang
ALAM Ha tersedia antara lain tersedia yaitu
Wisata - Mempunyai struktur tanah jalan, air bersih, listrik, hotel/penginapan,
Pegunungan yang stabil dan telepon rumah makan, kantor
- Mempunyai kemiringan - Mempunyai nilai pengelola, tempat
tanah yangmemungkinkan pencapaian dan rekreasi & hiburan,
dibanguntanpamemberikan kemudahan hubungan WC umum, mushola,
dampak negatif yang tinggi dan mudah poliklinik, dan wartel
terhadapkelestarian dicapai - Gaya bangunan
lingkungan - Tidak mengganggu disesuaikan dengan
- Iklim sejuk (di atas700 kelancaran lalu lintas kondisi lingkungan
dpl, atau suhu <20oC) pada jalur regional dan dianjurkan untuk
- Mempunyai daya tarik - Tersedia angkutan menampilkan ciri-
flora & fauna, air terjun, umum ciribudaya daerah
sungai, dan air panas
2 Wisata Bahari - Mempunyai struktur tanah - Jenis prasarana yang - Jenis sarana yang
yang stabil tersedia antara lain jalan, tersedia yaitu
- Mempunyai kemiringan air bersih, listrik,dan hotel/penginapan,
tanah yangmemungkinkan telepon rumah makan,
dibanguntanpamemberikan - Mempunyai nilai kantorpengelola,
dampak negatif terhadap pencapaian dan tempatrekreasi &
kelestarian lingkungan kemudahan hubungan hiburan,WC umum,
(hrs jelas definitif) yang tinggi dan mudah danmushola
- Mempunyai daya tarik, dicapai dengankendaraan - Gaya bangunan
flora & fauna aquatic, bermotorroda empat disesuaikan dengan
pasir putih, dan terumbu - memperhatikan resiko kondisi lingkungan
karang bahaya dan bencana dan dianjurkan
- Harus bebas bau yang - perlu adaperancangan untukmenampilkan
tidak enak, debu & asap, sempadan pantai yang ciri-ciribudaya daerah
serta air yang tercemar memperatikan tinggi
gelombang laut,
- Tersedia angkutan umum
- Mempunyai
kemiringantanah
yangmemungkinkan
dibanguntanpa
memberikan dampak
negatif
terhadapkelestarian
ingkungan
- Mempunyai daya
tarikhistoris, kebudayaan,
dan
pendidikan
- Harus bebas bau yang
tidak enak, debu, dan
airyang tercemar
4 Taman - Luas lahan minimal 3 Ha - Jenis prasarana yang - Jenis sarana yang
Rekreasi - Mempunyai struktur tanah tersedia antara lain tersedia yaitu rumah
yang stabil jalan, air bersih, makan, kantor
- Mempunyaikemiringan listrik,dan telepon pengelola, tempat
tanah yangmemungkinkan - Mempunyai nilai rekreasi & hiburan,
dibangun pencapaian dan WC umum, mushola,
tanpa memberikan kemudahan hubungan dan tempat parkir
dampak negatif terhadap yang tinggi dan - Harus tersedia
kelestarian lingkungan mudahdicapai dengan sekurang-kurangnya
- Harus bebas bau yang kendaraan bermotor 3jenis sarana rekreasi
tidak enak, debu,air yang roda empat yang mengandung
tercemar - Tersedia angkutan unsur hiburan,
umum pendidikan,
kebudayaan,
dan arena bermain
anak-anak.
- Ada tempat/ruangan
untuk melakukan
kegiatanpenerangan
wisata, pentas seni,
pameran dan penjualan
barang-barang
hasil kerajinan
Sumber : Kriteria Lokasi dan Standar Teknis Kawasan Budidaya, Departemen PU, 2003
Nihiwatu Resort, Sumba , Indonesia sawah dan padang rumput dengan total
merupakan salah satu eco-resort yang area perlindungannya mencapai 90%.
dikembangkan di luar kawasan hutan. Penghargaan yang telah diperoleh di tahun
Resort yang berada pada pulau kecil di 2013 antara lain Travellers’s Choice Top
bagian timur Indonesia ini memiliki 25 Small Hotel in Asia dan Indonesia.
pemandangan lanskap pantai yang indah
serta didukung oleh keragaman budaya B. Eco Label pada Resort dan Hotel di
tradisional Sumba yang unik. Kawasan ini Indonesia
didesain dengan konsep yang Kekayaan dan keindahan alam yang
berkelanjutan ini memiliki 7 bungalow merupakan keunggulan kompetitif
eksklusif dan 3 villa yang sebagian besar destinasi wisata di Indonesia, juga menjadi
dibuat oleh pengrajin setempat dengan potensi utama berkembangnya resort dan
bahan baku lokal. Daya tarik lodging facilities lainnya. Resort yang
ekowisatanya terdiri dari hutan tropis, merupakan sarana akomodasi yang
Jurnal Manajemen Resort & Leisure Vol. 11, No. 2, Oktober 2014
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Afrika Amerika Asia Eropa Timur Pasifik
Tengah
Gambar 7. Popularitas Label Green Hotel berdasarkan data Green Globe (2006) dan WTO
(2005). Sumber : Sloan, P (2009).
Saat ini sertifikasi green building di independen khusus dan bisa juga dengan
Indonesia dilakukan oleh banyak pihak dan melakukan konsil dari Negara lain. Seperti
tidak memiliki standar yang baku. Tolok yang dilakukan oleh LEED USA & Green
ukur green building di setiap Negara Mark Singapura. Konsil-konsil ini
adalah unik dan begantung kepada kondisi melakukan sertifikasi beberapa gedung di
iklim, industri, isu lingkungan dan praktik seluruh Asia tenggara termasuk Indonesia
masing2 negara. Dalam sertifikasi green menggunakan Rating Tools/tolok ukur
building ini bias dilakukan oleh lembaga masing-masing. Di Indonesia sendiri badan
Fitri Rahmafitria : Eco-Resort dan Green Hotel di Indonesia :
Model Sarana Akomodasi yang Berkelanjutan
Chan, et.all. 2007. Motivation Faktors of IUCN, 1994.Guidelines for Protected Area
Ecotourists in Eco-lodge Management Categories.IUCN,
Accomodation : The Push and Pull Gland, Switzerland and Cambridge,
Faktors. Asia Pacific Journal of UK.
Tourism Research.Volume 12,
Number 4, December 2007 , pp. 349- Kriteria Lokasi dan Standar Teknis
364(16) Kawasan Budidaya, Departemen PU,
2003. www.pu.go.id
Ceballos-Lascuráin,. (1998) Introduction.
In K. Lindberg, M. Epler-Woodand Kusumah. 2012. Dampak Pariwisata
D. Engeldrum (eds) Ecotourism – A Terhadap Kondisi Sosial dan
Guide for Planners and Ekonomi Desa Cihideung,
Managers(Vol. 2). The Ecotourism Kabupaten Bandung. Universitas
Society, North Bennington, Pendidikan Indonesia. Bandung.
Vermont, pp. 7–10.
Michael, L. Kasavana. 1991. Managing
Diamantis. (1999) The concept of Front Office Operation. Educational
ecotourism: evolution and trens. Institute of the American Hotel &
CurrentIssues in Tourism, 2, 93–122. Motel Association Educational Inst
of the Amer Hotel. USA
Fandeli,C. 2000. Pengusahaan Ekowisata.
Fakultas Kehutanan Universitas Peraturan Gubernur Provinsi Daerah
Gadjah Mada. Yogyakarta.273 hal. Khusus Ibukota Jakarta. No. 38
Tahun 2012. Tentang Bangunan
Fandeli,C. 2002. Fandeli, C. 2002. Gedung Hijau
Perencanaan Kepariwisataan Alam.
Fakultas Kehutanan. Universitas Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Gajah Mada. Yogyakarta Hidup No. 08 tahun 2010 Tentang
Kriteria dan Sertifikasi Bangunan
Fennel. (2001) A content analysis of Ramah Lingkungan.
ecotourism definitions.Current Issues
inTourism, 4, 403–421. PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA. NOMOR
Ham, Sam.H. 1992. Environmental 50 TAHUN 2011. TENTANG
Interpretation : A Pactical Guide for RENCANA INDUK
People with Big Ideas and Small PEMBANGUNAN
Budgets. Fulcrum Publishing. USA. KEPARIWISATAAN NASIONAL
456 p. TAHUN 2010 – 2025
Reindrawati,D. 2010. Motivasi Ekoturis UNWTO. 1999. Global Code of Ethics for
dalam Pariwisata Berbasis Alam Tourism, for responsible tourism.
(Ekoturism) : Studi kasus di Wana Adopted by resolution
Wisata Coban Rondo, Malang. A/RES/406(XIII) at the thirteenth
Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan WTO General Assembly. Santiago,
Politik Vol 21, No.2:187-192. Chile, 27 September – 1 October
Universitas Airlangga. Surabaya. 1999.
Robert Christie Mill. 2007. Resort Valentine, P.S. (1993) Ecotourism and
Management and Operation. School nature conservation: a definition with
of Hotel, Restaurant and Tourism some recent developments in
Management, University of Denver. Micronesia. Tourism Management,
John Willey & Sons, Inc. Hoboken, 14, 107–115.
New Jersey. 478 p.
Western. (1993) Defining ecotourism. In
Ross & Iso-Ahola, 1991, Annals of K. Lindberg and D.E. Hawkins (eds)
Tourism Research, 18(2) 226-237). Ecotourism: A Guide for Planners
Publisher: Routledge, part of the and Managers. The Ecotourism
Taylor & Francis Group Society, North Bennington,
Vermont, pp. 7–11.
S. Medlik. 2003. Dictionary of Travel,
Tourism and Hospitality. WTO (2005) : Sustainable Development of
Butterworth-Heinemann, Elsivier Ecotourism, A Compilation of
Science – Oxford. Burlington. 275 p. Good Practices in SMEs