Kata Pengantar………………………………………………………………. i
Bab I MSDM Sebuah Perspektif…………………………………… 2
A. Pendahuluan……………………………………………...... 2
B. Manajemen Personalia Dan MSDM………………………. 3
C. Paradigma MSDM................................................................. 4
D. Pentingnya MSDM Bagi Organisasi...................................... 7
Bab II Perencanaan SDM...................................................................... 9
A. Pendahuluan........................................................................... 9
B. Konsep Perencanaan SDM..................................................... 11
C. Permintaan SDM.................................................................... 12
D. Penyebab Timbulnya Permintaan SDM................................. 12
E. Suplai SDM............................................................................. 14
F. Rekrutmen Pegawai................................................................. 15
Bab III Job Analysis And Job Design...................................................... 19
A. Pendahuluan............................................................................. 19
B. Pengertian Analisis Pekerjaan.................................................. 19
C. Prinsip Analisis Pekerjaan........................................................ 20
D. Manfaat Informasi Analisis Pekerjaan...................................... 21
E. Proses Penyelenggaraan Analisis Pekerjaan............................. 22
F. Deskripsi Pekerjaan Dan Spesifikasi Pekerjaan........................ 23
G. Konsep Desain Pekerjaan.......................................................... 25
Bab IV Recruitment And Selecting........................................................... 31
A. Pendahuluan............................................................................... 31
B. Pengertian Rekrutmen............................................................... 31
C. Pengertian Seleksi...................................................................... 32
D. Konsep Rekrutmen Dan Seleksi................................................ 33
E. Tujuan Rekrutmen Dan Seleksi................................................. 35
F. Proses Rekrutmen Dan Seleksi................................................. 35
G. Langkah-langkah Rekrutmen Dan Seleksi................................ 39
Bab V Selecting And Placement............................................................ 44
A. Pendahuluan
Setiap organisasi mempunyai beban dan tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan
tersebut diraih dengan mendaya gunakan sumber-sumber daya yang dimilikinya. Meskipun
berbagai sumber daya yang ada penting bagi organisasi, satu-satunya faktor yang
menunjukkan keunggulan kompetitif adalah sumber daya manusia dan bagaimana sumber
daya tersebut dikelola. Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dapat dikategorikan atas
empat tipe sumber daya :
1. Finansial
2. Fisik
3. Manusia
4. Kemampuan teknologi dan sistem
Aset organisasi paling penting yang harus dimiliki oleh perusahaan dan sangat
diperhatikan oleh manajemen adalah aset manusia dari organisasi tersebut. Terminologi
sumber daya manusia (human resources) merujuk kepada orang-orang di dalam organisasi.
Organisasi dikelola dan terdiri atas orang-orang_para karyawan nya. Tanpa orang-orang,
organisasi tidak bakal ada. Tantangan, peluang, dan kekecewaan dalam pembentukan dan
pengelolaan organisasi sering bersumber dari masalaha yang berhubungan dengan orang-
orang dan muncul dari dalam mereka.
Manajemen merupakan proses pendaya gunaan bahan baku dan sumber daya manusia
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Proses ini melibatkan organisasi, pengarahan,
koordinasi, dan evaluasi orang-orang guna mencapai tujuan tersebut. Esensi manajemen
adalah aktivitas bekerja melalui orang lain untuk meraih berbagai hasil. Melalui manajemen
dilakukan proses pengintregasian berbagai sumber daya dan tugas untuk mencapai berbagai
tujuan organisasi.
Manajemen sumber daya manusia (human resources management) adalah pendaya
gunaan, pengembangan, penilaian, dan pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu
anggota organisasi atau kelompok karyawan. Manajemen sumber daya manusia juga
menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan,
pengembangan karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan, dan
hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua
keputusan dan praktik manajemen yang mempengaruhi secara langsung sumber daya
manusia nya. Manajemen sumber daya manusia terdiri atas serangkaian keputusan yang
terintegrasi tentang hubungan ketenagakerjaan yang mempengaruhi efektifitas karyawan dan
organisasi. Manajemen sumber daya manusia merupakan aktivitas-aktivitas yang
dilaksanakan agar sumber daya manusia dalam organisasi dapat digunakan secara efektif
guna mencapai berbagai tujuan. Konsekuensinya, manajer-manajer disemua lapisan harus
menaruh perhatian pada pengolaan sumber daya manusia. Hal esensial dari manajemen
sumber daya manusia adalah pendayagunaan penuh sumber daya manusia perusahaan
sehingga para karyawan bekerja secara efektif dalam mencapai tujuan perusahaan. Ada empat
hal yang kian penting berkenaan dengan manajemen sumber daya manusia, yaitu:
Penekanan yang lebih dari biasanya terhadap pengintegrasian berbagai
kebijakan sumber daya manusia dengan perencanaan bisnis.
Tanggung jawab pengelolaan sumber daya manusia tidak lagi terletak pada
manajer khusus tetapi pada manajemen lini senior.
Perubahan fokus dari hubungan serikat pekerja-manajemen menjadi hubungan
manajemen-karyawan, dari kolektifisme menjadi individualisme.
Terdapat aksentuasi pada komitmen dan melalui inisiatif dimana manajer
berperan sebagai penggerak dan fasilitator.
A. Pendahuluan
Menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat seiring dengan meningkatnya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini, menyadarkan kepada semua
orang bahwa perubahan lingkungan bisnis dan organisasi adalah nyata dan sedang
berlangsung. Perubahan yang terjadi saat ini, secara langsung maupun tidak langsung
merupakan bagian dari dampak yang diakibatkan oleh globalisasi yang melanda semua
Negara di dunia. Untuk menghadapi persaingan bisnis yang semakin kompetitif, dinamis, dan
cenderung sulit diprediksi pada era global saat ini membutuhkan ketersediaan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang cakap, terampil, berkeahlian, dan responsip terhadap perubahan. Era
global yang terjadi saat ini telah membuka kesadaran banyak orang bahwa
organisasi/perusahaan yang hidup di tengah-tengah persaingan bisnis yang kompetitif ini,
teknologi menjadi daya tarik sekaligus simbul sebuah era baru yang disebut sebagai era
teknologi informasi. Teknologi informasi sebagai sebuah era baru pada abad 21 ini, dicirikan
oleh daur hidup produk (product life cycle) yang semakin pendek. Kecanggihan teknologi
yang lahir dan direspon oleh pasar selalu diikuti terus oleh lahirnya teknologi baru yang lebih
canggih dan begitu seterusnya. Kompetisi dalam melahirkan barang dan jasa seperti tidak ada
akhirnya sehingga konsumen sangat dimanjakan oleh banyaknya pilihan yang bervariasi.
Pada era global yang kompetitif ini, kehidupan organisasi bisnis dituntut untuk terus bergerak
mengikuti arus perubahan yang sangat cepat dan massif. Derasnya arus perubahan membawa
konsekuensi logis bagi perusahaan untuk selalu mengantisipasi dan harus mampu
menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Dalam konteks ini, Cascio, dalam Safarudin
Alwi, 2001:144 ditegaskan bahwa Perencanaan SDM akan menjadi lebih penting bagi
perusahaan karena globalisasi, teknologi baru, proses restrukturisasi organisasi, dan
perbedaan etnis dalam angkatan kerja. Dengan kata lain, faktor-faktor di atas akan
menghasilkan ketidakpastian dan sukar untuk diprediksi, maka perusahaan harus
mengembangkan bisnis dan menyusun rencana SDM secara sinergis dengan rencana bisnis
dalam mengurangi resiko akibat ketidakpastian tersebut. Organisasi/perusahaan yang
memperkerjakan orang-orang untuk mencapai tujuan dalam menyediakan SDM pada era
global sekarang maupun untuk proyeksi di masa datang tidak boleh mengesampingkan
fenomena perubahan lingkungan bisnis yang massif dan turbulen seperti sekarang ini.
Kelangsungan eksistensi organisasi yang hidup, tumbuh, dan berkembang di tengah-tengah
lingkungan bisnis yang kompetitif memerlukan SDM yang berkualitas. Dalam era 4 teknologi
dan informasi, tuntutan kualitas SDM harus disesuaikan dengan kebutuhan organisasi
terutama dalam hal kualitasnya. Hal ini penting karena kemajuan dan kecanggihan teknologi
yang tidak diimbangi dengan tersedianya SDM yang mumpuni dalam mengoperasikan
peralatan modern yang dimiliki oleh organisasi/perusahaan, maka hal itu akan sangat
mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Minimnya SDM baik secara kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi akibat salah
dalam perencanaan/proyeksi SDM di masa datang dapat menghambat kecepatan pencapaian
tujuan. Organisasi yang tidak didukung pegawai/karyawan yang sesuai baik dari aspek
kuantitas, kualitas, strategi, dan operasional yang baik, maka dapat dipastikan organisasi
tersebut akan sulit mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya dimasa yang akan
datang, Riva’i (2004:35).
Organisasi dalam perjalanan waktunya pasti telah memiliki sejumlah tujuan-tujuan
yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan organisasi pada umumnya menganut
prinsip/pola tujuan jangka pendek (1 tahun), jangka menengah (5 tahun), dan jangka panjang
(10 tahun) atau lebih. Dalam rangka usaha untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut
biasanya juga telah disiapkan rencana strategis dan rencana operasional sebagai panduan
pencapaian tujuan tersebut. Satu hal yang tidak boleh diabaikan dalam praktek organisasi
adalah pentingnya integrasi atau keterpaduan antara perencanaan bisnis dengan perencanaan
SDM. Perencanaan bisnis yang diikuti dengan perencanaan SDM yang baik akan
menghasilkan tingkat efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi. Sebaliknya,
perencanaan bisnis yang tidak dibarengi dan diikuti perencanaan SDM yang baik akan
mempengaruhi tujuan organisasi. Tidak sedikit perusahaanperusahaan besar dalam praktek
organisasi bisnisnya yang kurang dalam memberi perhatian atau porsi pelibatan manajer
SDM terhadap pembuatan rencana-rencana bisnis yang akan dilakukan dalam kurun waktu
tetentu. Biasanya pada tataran ini seorang pimpinan perusahaan melibatkan manajer
pemasaran dan manajer keuangan, sehingga akibatnya perusahaan tidak memiliki SDM yang
sesuai dengan kebutuhan organisasi, Walker, 1980:76. Sesuatu yang paradok bahwa
perencanaan bisnis tidak diintegrasikan dengan perencanaan SDM. Sebuah ironi bahwa
perusahaan dalam membuat perencanaannya kurang melibatkan bagian SDM, sehingga
dalam implementasi rencana-rencana bisnis tersebut mengalami kendala ketika kualitas dan
kuantitas SDM menjadi unsur utama kesuskesan tujuan. Begitu pentingnya aspek
perencanaan SDM, maka perencanaan SDM harus sejalan dengan perencanaan bisnis.
Dengan kata lain, antara perencanaan SDM dengan perencanaan bisnis harus saling terkait
satu sama lain pada tingkat corporat.
F. Rekrutmen Pegawai.
Rekrutmen adalah proses mencari, menemukan, mengajak dan menetapkan
sejumlah orang dari dalam maupun dari luar perusahaan sebagai calon tenaga kerja
dengan karakteristik tertentu seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan sumber
daya manusia (Papu, 2001). Hasil yang di dapat dari proses rekrutmen adalah
sejumlah tenaga kerja yang akan memasuki proses seleksi, yakni proses untuk
menentukan kandidat yang mana yang paling layak untuk mengisi jabatan tertentu
yang tersedia di perusahaan. Tujuan utama dari proses rekrutmen dan seleksi adalah
untuk mendapatkan orang yang tepat bagi suatu jabatan tertentu, sehingga orang
tersebut mampu bekerja secara optimal, dan dapat bertahan di perusahaan untuk waktu
yang lama. Meskipun tujuannya terdengar sangat sederhana, proses tersebut ternyata
sangat komplek, memakan waktu cukup lama dan biaya yang tidak sedikit, dan sangat
terbuka peluang untuk melakukan kesalahan dalam menentukan orang yang tepat.
Kesalahan dalam memilih orang yang tepat sangat besar dampaknya bagi perusahaan
atau organisasi. Hal tersebut bukan saja karena proses rekrutmen dan seleksi itu
sendiri telah menyita waktu, biaya dan tenaga, tetapi juga karena menerima orang
yang salah untuk suatu jabatan akan berdampak pada efisiensi, produktivitas, dan
dapat merusak moral kerja pegawai yang bersangkutan dan orang-orang disekitarnya.
Manajemen tenaga kerja adalah suatu pengelolaan tenaga kerja dengan
melakukan proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan: (Riantini dkk,
2005).
1. Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja serta personil proyek.
2. Rekrutmen tenaga kerja dan pengendalian jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan selama proyek berlangsung.
3. Stuktur dan pembagian tenaga kerja menjadi kelompok kerja.
4. Perencanaan, penjadwalan, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga kerja.
5. Komposisi tenaga kerja untuk kegiatan tertentu dan jenis pekerjaan untuk
setiap tenaga kerja.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan dari suatu proyek
konstruksi adalah faktor sumber daya manusia, karena tanpa adanya tenaga kerja maka
pelaksanaan suatu proyek konstruksi tidak dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena
itu dalam suatu proyek konstruksi perlu dilakukan suatu perencanaan tenaga kerja,
dimana perencanaan tenaga kerja meliputi aspek-aspek menentukan jumlah kebutuhan
tenaga kerja dan kualifikasinya serta merencanakan alokasi tenaga kerja tersebut
sesuai dengan kuantitas pekerjaan dan jadwal pelaksanaan pekerjaan (Herminto dan
Palilingan, 2007). Dalam penyelenggaraaan konstruksi, faktor biaya merupakan bahan
pertimbangan utama, karena biasanya menyangkut jumlah investasi besar yang harus
ditanamkan pemberi tugas yang rentan terhadap risiko kegagalan (Dipohusodo, 1996).
Biaya tenaga kerja dapat mengalami penyimpangan pada kondisi aktualnya karena
adanya kesalahan pada saat estimasi biaya tenaga kerja, fluktuasi pada produktifitas
pekerja selama pelaksanaan proyek (Ritz, 1994) dan berbagai sumber permasalahan
pada pelaksanaan proyek konstruksi (Russel dan Fayek, 1994). Salah satu sumber
permasalahan proyek yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan
biaya tenaga kerja adalah masalah rekrutmen tenaga kerja.
Salah satu faktor yang harus dikendalikan biayanya adalah tenaga kerja, dimana
faktor tenaga kerja merupakan salah satu sumber daya yang menjadi penentu
keberhasilan proyek. Rekrutmen tenaga kerja merupakan salah satu sumber
permasalahan proyek yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan biaya tenaga
kerja (Riantini dkk, 2005). Dalam melakukan rekrutmen tenaga kerja, manajemen
harus memiliki prosedur dan jadwal. Mengumpulkan dan memberdayakan tenaga
kerja harus sesuai dengan deskripsi kerja yang ada. Untuk setiap tenaga kerja dengan
keahlian tertentu harus ditempatkan pada pekerjaan dan tanggung jawab yang sesuai
dengan yang disyaratkan. Rekrutmen tenaga kerja pada suatu proyek dapat
mempengaruhi terjadinya penyimpangan biaya tenaga kerja, dimana masalah
penempaan yang kurang tepat dalam penempatan tenaga kerja; kualitas mandor yang
kurang baik; kurang atau tidak adanya pelatihan untuk pekerja menjadi sumber risiko
yang paling tinggi dalam mempengaruhi kinerja biaya tenaga kerja (Riantini dkk,
2005).
Perusahaan selalu berusaha mencari keseimbangan yang paling baik antara
tingkat keuntungan yang diperoleh dan risiko yang di hadapi. Secara umum arti risiko
dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa diluar yang
diharapkan (Soeharto, 1995). Tenaga kerja termasuk sebagai penyebab terjadinya
Overruns biaya, dimana kualitas tenaga kerja yang buruk sebagai faktor penyebabnya
(Santoso, 1999). Seorang manajer perusahaan harus mampu membuat perencanaan
dan pengendalian biaya tenaga kerja, untuk pengendalian biaya, manajemen perlu
menetapkan biaya standar (Label, 2007). Pengendalian biaya tenaga kerja memerlukan
patokan atau standar sebagai dasar yang dipakai sebagai tolak ukur terhadap
pengendalian biaya tenaga kerja. Biaya yang dipakai sebagai tolak ukur pengendalian
disebut biaya standar. Pengendalian biaya adalah suatu proses yang meliputi seluruh
tingkat dan seluruh kegiatan suatu perusahaan. Oleh sebab itu pengendalian biaya
harus merupakan rencana yang didukung oleh seluruh anggota dari perusahaan itu
sendiri.
Biaya proyek dibedakan atas 2 macam yaitu biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Biaya langsung adalah biaya yang langsung berhubungan dengan kemajuan
fisik dari suatu proyek. Biaya langsung ini terdiri dari proses, tenaga kerja, bahan,
peralatan dan pekerjaan subkontrak. Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak
berhubungan dengan kemajuan fisik dari proyek. Biaya ini antara lain adalah sewa
gedung, biaya keamanan, pajak, keuntungan, dan lain-lain. Biaya tenaga kerja selain
penting untuk pengendalian biaya juga mempunyai porsi yang besar dari biaya total
proyek dan merupakan elemen dari biaya proyek yang paling susah diatur. Oleh
karena itu untuk pengendalian biaya proyek perlu dipastikan bahwa biaya tenaga kerja
sesuai dengan estimasi rencana. Bila terjadi penyimpangan dari estimasi maka perlu
dilakukan langkah antisipasi sesegera mungkin (Ryanto dan Susanto, 2002).
Ringkasan
Perencanaan SDM merupakan upaya memproyeksikan berapa banyak karyawan dan
macam apa yang dibutuhkan organisasi dimasa yang akan datang. Semua
organisasi/perusahaan harus menentukan masa depannya dengan berbagai rencana yang
relevan dengan tuntutan jaman. Pada era sekarang ini, masa depan sangat sukar untuk
diprediksi karena perubahan yang terjadi sangat cepat dan massif. Pada era global yang
kompetitif ini, kehidupan organisasi bisnis dituntut untuk terus bergerak mengikuti arus
perubahan yang sangat cepat dan massif. Derasnya arus perubahan membawa konsekuensi
logis bagi perusahaan untuk selalu mengantisipasi dan harus mampu menyesuaikan dengan
perubahan yang terjadi. Dalam konteks ini, perencanaan SDM akan menjadi lebih penting
bagi perusahaan karena globalisasi, teknologi baru, dan proses restrukturisasi organisasi
selalu membayangi kehidupan organisasi. Satu hal yang tidak boleh diabaikan dalam praktek
organisasi adalah pentingnya integrasi atau keterpaduan antara perencanaan bisnis dengan
perencanaan SDM. Perencanaan bisnis yang diikuti dengan perencanaan SDM yang baik
akan menghasilkan tingkat efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi. Sebaliknya,
perencanaan bisnis yang tidak dibarengi dan diikuti.
BAB III
JOB ANALYSIS DAN JOB DESIGN
A. Pendahuluan
Fungsi operasional MSDM yang pertama adalah pengadaan SDM untuk keperluan
organisasi perusahaan. Dalam perusahaan besar fungsi pengadaan SDM biasanya ditangani
oleh bagian personalisa atau departemen SDM, sedangkan untuk perusahaan kecil fungsi ini
langsung ditangani oleh pemimpin perusahaan. Untuk menentukan kebutuhan SDM
diperlukan untuk menentukan kualitas SDM yang diinginkan sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan oleh suatu jabatan dan jumlah SDM yang ditarik. Agar SDM yang ditarik dapat
bekerja sesuai dengan keinginan perusahaan maka terlebih dahulu harus ditentukan standar
personalia sebagai perbandingannya. Standar ini merupakan persyaratan minimum yang
harus dipenuhi, karena merupakan landasan atau pedoman bagi perusahaan untuk menerima
dan menempatkan SDM. Kegiatan untuk menciptakan landasan bagi penerimaan dan
penempatan SDM merupakan suatu langkah awal dalam MSDM yang sering disebut dengan
istilah analisis jabatan atau analisis pekerjaan. Rencana kebutuhan SDM akan dapat
dilaksanakan dengan tepat bila sebelumnya sudah dilakukan analisis jabatan yang ada dan
akan ada dalam organisasi perusahaan.
Analisis jabatan sering disebut dengan berbagai istilah seperti analisis pekerjaan,
analisis tugas, analisis aktivitas atau pun penelitian pekerjaan. Analisis pekerjaan secara
sistematis mengumpulkan data dan membuat pertimbangan mengenai semua informasi
penting yang berhubungan dengan pekerjaan tertentu. Hasil analisis pekerjaan merupakan
masukan terhadap banyak aktivitas SDM. Analisis pekerjaan bertujuan untuk menyediakan
suatru pemahaman yang mendalam tentang isi dan persyaratan sebuah pekerjaan/jabatan bagi
manajemen.
Analisis jabatan adalah terjemahan dari istilah job analysis , yang terdiri dari job dan
analysis. Job ada yang menerjemahkan jabatan, pekerjaan, tugas,dan kegiatan pekerjaan.
Analysis berarti memisah-misahkan atau menguraikan jabatan dalam bagian atau unsur-unsur
yang disebut juga. Istilah lain yang ada hubungan dengan analysis jabatan dalah
tugas(task),posisi (position), jabatan(job), okupasi (accupation), uraian jabatan (job
description), persayratan jabat (joib specification), evaluasi jabatan (job evaluation).
Tugas adalah tugas yang sering dipergunakan untuk menggambarkan satu bagian atau
satu unsur dalam suatu jabatan. Posisi/kedudukan dalah sekelompok tugas yang dilimpahkan
kepada seseorang. Banyaknya posisi dalam perusahaan adalah sebanyak karyawan dalam
perushaan itu. Jabatan merupakan sekelompok posisi yang sama dalam jenis tingkatannya.
Okupasi merupakan sekelompok jabatan yang sama dalam jenis pekerjaan dan ditemukan
disetero perusahaan. Suatu okupasi adalah suatu golongan pekerjaan yang ditemukan dalam
banyak perushaan.
Analisis jabatan merupakan proses pengkajian dan pengumpulan informasi yang
baerkaitan dengan pelaksanaan dan tnaggung jawab suatu jabatan/pekerjaan tertentu.
Analysis jabatan dalam kenyataannya merupakan suatu perosedur untuk mengumpulkan,
mengolah, menginterprestasikan, dan menyimpulkan segala fakta yang relevan dengan
pekerjaan secara sistematis. Analisis pekerjaan sebagai suatu proses dengan menggunakan
teknik dan metode tertentu untuk mendaptkan data pekerjaan, menguraikan, mengolah,
menyimpulkan dan menyusun kembali menjadi informasi jabatan. Analisis pekerjaan adalah
suatu prosedur yang faktanya berhubungan dengan masing-masing pekerjaan, seperti; tugas,
proses, peraturan, wewenang, tanggung jawab, kondis kerja, dan syarat-syarat perseorangan.
Analisis pekerjaan mencoba mengupas suatu pekerjaan dengan memberikan jawaban atas
pertanyaan tentang apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, mengapa
pekerjaan terebut dilaksanakan. Oleh karena itu, analisis pekerjaan berhubungan dengan
pekerjaan dan syarat mengenai orangnya untuk melakukan pekerjaan itu dengan sebaik-
baiknya. Informasi jabatan yang dihasilkan dari analisis jabatan dimanfaatkan untuk
keperluan dibidang kelembagaan, kepegawaian, dan bidang keatatalaksanaan.Pengertian
diatas dapat diuraikan bahwa kegiatan analisis pekerjaan meliputi :
1. Pengumpulan data pekerjaan,
2. Mengolah data menjadi informasi/pekerjaan,
3. Menyajikan informasi bagi program-program tertentu,
4. Memberikan layanan pekerjaan bagi pihak yang mebutuhkan.
C. Prinsip Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan mengumpulkan data dan tiap-tiap pekerjaan atau jabatan, bukan
setiap imdividu atau posisi jabatan. Analisis pekerjaan diadakan untuk memberikan suatu
pengertian mengenai unsur-unsur pekerjaan yang terkandung dalam detiap pekerjaan.
Informasi pekerjaan yang dikumplkan memainkan peradan penting dalam departemen SDM,
karena mensuply tugas atau kegiatan kepegawaian.
Analisis pekerjaan senantiasa berkaitan erat dengan tanggung jawab manajemen
perusahaan. Tiga buah tanggung jawab manajemen perusahaan yaitu :
Oleh karena analisis pekerjaan tidak boleh melepaskan diri dari tanggung jawab
manajemen maka analisis pekerjaan senantiasa merupakan komponen yang membantuk
pelaksanaan tanggung jawab tersebut. Apabila pandangan ini dapat diterima manajemen
maka analisis pekerjaan akan mempunyai makna yang jelas dalam kehidupan sosial,
ekonomi, dan manajemen.
Banyak manfaat yang diperoleh manajer perusahaan di dalam mengelola SDM, bila
manajer senantiasa memperhatikan hasil-hasil analisa pekerjaan. Informasi analisis pekerjaan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Untuk menentukan tugas dan tanggung jawab apa yang harus dilaksanakan oleh
karyawan yang diserahi suatu pekerjaan
2. Untuk menentukan basis rasional bagi struktur kompensasi, tunjangan dan insentif
lain.
3. Untuk menilai tantangan lingkungan yang mempengaruhi pekerjaan individu.
4. Untuk merencanakan kebutuhan SDM pada waktu yang akan datang dan sebagai
basis perencanaan organisasi dengan memberikan perumusan yang jelas dari tiap-
tiap pekerjaan dan menunjukkan hubungan dari pekerjaan yang satu dengan yang
lain.
5. Untuk menentukan pendidikan keterampilan dan pengalaman yang diperlukan dari
karyawan agar dapat melaksanakan tugas pekerjaan secara efektif dan efisien.
6. Sebagai pedoman untuk merekrut, menseleksi dan menempatkan SDM dalam
perusahaan.
7. Sebagai dasar untuk mengembangkan karyawan melalui pendidikan dan pelatihan
8. Sebagai dasar untuk menetapkan prestasi kerja karyawan
9. Untuk mwmbatu merevisi struktur organisasai
10. Untuk memperkenalkan para karyawan baru dengan pekerjaan mereka
E. Proses Penyelenggaraan Analisis Pekerjaan
Dalam analisi pekerjaan dilakukan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
berbagai kegiatan yang dilakukan di perusahaan. Analisis pekerjaan harus dilakukan secara
terencana kearah pencapaian tujuan sehingga diperlukan suatu prosedur yang benar untuk
melaksanakannya. Prosedur analisis pekerjaan harus memastikan bahwa data yang
dikumpulkan akurat, tajam, terpercaya, dan lengkap sehingga dapat memberikan informasi
mengenai pekerjaan.
c) Pengolahan data
Data yang telah terkumpul melalui keempat metode pengumpulan data, dilanjutkan
dengan pengolahan data dan penyusunan draft awal tentang deskripsi pekerjaan.
Sebagai acuan dalam pengolahan data tersebut adalah struktur organisasi dan
deskripsi tugas organisasi yang dilengkapi dengan studi kepustakaan dan konsultasi
dengan tenaga ahli.
d) Diskusi hasil pengolahan data
Penyusunan draft atau konsep deskripsi pekerjaan yang berisi beberapa informasi
pekerjaan, oleh para penganalisis dikonsultasikan dengan para penyelia atau
pengarah dari masing-masing unit kerja responden dalam forum diskusi.
Selanjutnya berdasarkan hasil diskusi disebut menganalisis pekerjaan membuat
verifikasi atau pembetulan dan disusunlah deskripsi pekerjaan yang telah
disempurnakan.
1. Nama jabatan/pekerjaan
2. Kode jabatan
3. Unit kerja
4. Ikhtisar jabatan atau rumusan jabatan
5. Hasil kerja
6. Bahan kerja
7. Perangkat kerja
8. Sifat jabatan
9. Uraian tugas jabatan
10. Tanggung jawab
11. Wewenang
12. Korelasi
13. Risiko bahaya dalam pekerjaan
14. Syarat jabatan
Spesifikasi pekerjaan
Dengan tersusunnya deskripsi pekerjaan, dapat diperoleh petunjuk tentang
spesifikasi pekerjaan yang diperlukan. Spesifikasi pekerjaan akan memberikan
petunjuk tentang karakteristik karyawan yang diperlukan untuk dapat
memangku suatu jabatan atau melaksanakan pekerjaan tertentu. Karakteristik
karyawan ini sekaligus merupakan suatu kualifikasi yang harus dimiliki oleh
karyawan yang antara lain : tingkat pendidikan, pengalaman kerja, keadaan
fisik dan mental, pengetahuan dan kecakapan berdasarkan latihan sebelumnya,
unsur, jenis kelamin, dan kualifikasi emosional khusu, seperti watak, karakter,
temperamen, dan minat kerja.
Pada umumnya isi suatu spesifikasi pekerjaan terdiri atas berikut ini :
1. Identifikasi pekerjaan/jabatan (nama, kode, bagian)
2. Persyaratan kerja meliputi : melliputi pendidikan, kecerdasan,
pengalaman, keterampilan, syarat fisik, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, kewarganegaraan, stabilitas eosi, dan kemampuan khusus.
G. Job Desain (Desain Pekerjaan)
Desain pekerjaan adalah fungsi penetapan kegiatan kerja seorang individu atau
kelompok karyawan secara organisasional. Tujuan untuk mengatur penugasan kerja yang
memenuhi kebutuhan organisasional, teknologi dan keprilakuan. Desain pekerjaan sangat
mempengaruhi kualitas kehidupan kerja, yang tercermin pada kepuasan individu pemegang
jabatan.
Dalam melakukan desain pekerjaan ada tiga hal penting yang diperhatikan yaitu :
Informasi mengenai deskripsi pekerjaan untuk semua jabatan terdapat pada tujuan
pekerjaan, wewenang, tugas dan tanggung jawab. Sedangkan informasi mengenai
spesifikasi pekerjaan terdapat pada keahlian yang dibutuhkan, pendidikan yang dimiliki dan
kemampuan dasar yang harus dimilikiAnalisis jabatan merupakan proses pengkajian dan
pengumpulan informasi yang baerkaitan dengan pelaksanaan dan tnaggung jawab suatu
jabatan/pekerjaan tertentu. Analisis jabatan dalam kenyataannya merupakan suatu perosedur
untuk mengumpulkan, mengolah, menginterprestasikan, dan menyimpulkan segala fakta
yang relevan dengan pekerjaan secara sistematis. Analisis pekerjaan sebagai suatu proses
dengan menggunakan teknik dan metode tertentu untuk mendaptkan data pekerjaan,
menguraikan, mengolah, menyimpulkan dan menyusun kembali menjadi informasi
jabatan.Desain pekerjaan adalah fungsi penetapan kegiatan kerja seorang individu atau
kelompok karyawan secara organisasional. Tujuan untuk mengatur penugasan kerja yang
memenuhi kebutuhan organisasional, teknologi dan keprilakuan. Desain pekerjaan sangat
mempengaruhi kualitas kehidupan kerja, yang tercermin pada kepuasan individu pemegang
jabatan.
BAB IV
A.Pendahuluan
Memilih orang yang memiliki kompetensi, memilki standar kerja yang tinggi sesuai
harapan perusahaan adalah tidak mudah.Perlu strategi khusus dalam rekrutmen & sistem
seleksi untuk mendapatkan SDM yang unggul tersebut.Langkahnya SDM yang memiliki
kompetensi unggul, menjadikan tingkat perebutan pengadaan tenaga kerja semakin ramai.
Perebutan SDM tidak hanya pada level manager keatas akan tetapi juga pada level
dibawahnya. Proses rekrutmen dan seleksi mempunyai peran penting dalam kesuksesan tiap
perusahaan karena proses rekrutmen dan seleksi dapat menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk terus bertahan, beradaptasi dan berkembang khususnya di tengah persaingan yang
ketat. Oleh karena itu, mereka dituntut untuk lebih profesional dalam mengelola
perusahaannya khususnya dalam hal sumber daya manusia (tenaga kerja). Penyusutan
pegawai biasanya terjadi karena adanya pegawai yang memasuki masa pensiun, meninggal
dunia atau dikeluarkan dari institusi karena melanggar tata tertib dan disiplin pegawai yang
telah ditetapkan , oleh karena itu pegawai baru menggantikannya dengan masa kerja yang
berbeda-beda dipastikan setiap tahunnya ada pegawai yang memasuki masa
pensiun. Rekrutmen dapat juga dilakukan untuk menambah pegawai baru ke dalam suatu
satuan kerja yang kegiatannya semakin menurun aktivitas yang tinggi.Dalam rekrutmen juga
perlu adanya proses seleksi yang efektif, hal ini dilakukan untuk melakukan pemerataan
pegawai pada setiap seksi sehingga kekuatan setiap seksi menjadi seimbang. Oleh karena itu
diperlukan pegawai-pegawai baru untuk memperkuat suatu kerja. Mengingat sangat
pentingnya proses Rekrutmen dan Seleksi bagi perusahaan, diharapkan dengan adanya proses
rekrutmen.
B. Definisi Rekrutmen
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian rekrutme, berikut
dikemukakan beberapa definisi rekrutmen menurut beberapa ahli antara lain :
Susilo Martoyo (2000:21), menyatakan bahwa, “Rekrutmen adalah upaya untuk
memperoleh jumlah dan jenis tenega kerja yang tepat untuk memenuhi
kebtuhan tenaga kerja yang dibutuhkan guna mencapai tujuan organisasi.”
Henry Simamora (1997:212) dalam buku koleksi digital Universitas Kristen
Petra menyatakan bahwa “Rekrutmen (Recruitment) adalah serangkaian
aktivitas mencari dan memikat pelamar kerja dengan motivasi, kemampuan,
keahlian dan pengetahuan yang diperlukan guna menutupi kekurangan yang
diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian.
Drs. Fautisno Cardoso Gomes (1995:105) menyatakan bahwa “rekruitmen
merupakan proses mencari, menemukan dan menarik para pelamar untuk
dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi.”
Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson (1997:227) dalam Nanang Nuryanta
(2008)rekrutmen antara lain meliputi upaya pencarian sejumlah calon karyawan
yang memenuhi syarat dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka perusahaan
dapat menyeleksi orang-orang yang paling tepat untuk mengisi lowongan
pekerjaan yang ada.
Noe at. all ( 2000 ) rekrutmen didefinisikan sebagai pelaksanaan atau aktifitas
organisasi awal dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mencari tenaga kerja
yang potensial.
Menurut Schermerhorn, 1997 Rekrutmen (Recruitment) adalah proses penarikan
sekelompok kandidat untuk mengisi posisi yang lowong. Perekrutan yang
efektif akan membawa peluang pekerjaan kepada perhatian dari orang-orang
yang berkemampuan dan keterampilannya memenuhi spesifikasi pekerjaan.
Malayu S.P Hasibuan (2000:40) menyatakan bahwa “Rekrutmen adalah usaha
dan mempengaruhi tenaga kerja, agar mau melamar lowongan pekerjaan yang
ada dalam suatu pekerjaan.
C. Definisi Seleksi Karyawan
Diantara beberapa unsur dari pengelolaan sumber daya manusia yang sangat terkait
dengan keberadaan organisasi atau perusahaan adalah unsur rekrutmen dan seleksi Sumber
Daya Manusia. Untuk lebih memperjelas mengenai beberapa konsep tentang rekrutmen dan
seleksi, berikut ini akan dipaparkan mengenai kedua hal tersebut.
D. Konsep Rekrutmen Dan Seleksi
Rekrutmen adalah proses mencari, menemukan, mengajak dan menetapkan sejumlah
orang dari dalam maupun dari luar sekolah sebagai calon tenaga kerja dengan karakteristik
tertentu seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan sumber daya manusia.
Seleksi adalah usaha pertama yang harus dilakukanperusahaan untuk memperoleh
karyawan yang qualified dan komponen yang akan menjabat serta mengarjakan semua
pekerjaan pada perusahaan. Pelaksanaan seleksi harus dilakukan secara jujur, cermat, dan
obyektif supaya karyawan yang diterima benar-benar qualified untuk menjabat dan
melaksanakan pekerjaan.
Menurut Cut Zurnali (2010), sebuah organisasi atau perusahaan harus dapat mencari
dan menarik calon karyawan yang memiliki kemampuan bekerja dengan menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi, yang biasa disebut sebagai pekerja pengetahuan
(knowledge worker).
Melakukan proses rekrutmen dan seleksi yang benar merupakan fungsi manajemen
yang paling penting dalam organisasi. Tidak ada fungsi lain yang melebihi pentingnya proses
ini. Alasan utama adalah manusia, sebagai salah satu sumber daya dalam organisasi,
merupakan subjek yang berkuasa atas sumber daya yang lain. Sumber daya lain (uang, mesin,
material, metode, informasi dan lain-lain) menjadi objek, baik buruknya penggunaan sumber
daya lain sangat tergantung dari manusia yang mengelolanya. Jadi tugas utama dan paling
pertama dari manajemen adalah memastikan bahwa orang yang masuk ke dalam organisasi
adalah orang yang tepat.
Namun kerap kali dalam organisasi proses ini tidak mendapatkan perhatian penuh,
dilakukan secara seadanya saja, tidak ada pelatihan khusus bagi para supervisor-manajer
tentang bagaimana melakukan rekrutmen dan seleksi.
Hasil akhirnya keputusan yang dibuat salah memilih orang yang seharusnya ditolak dan
menolak orang yang seharusnya diterima.Kesalahan ini berakibat fatal bagi organisasi.
Untuk itu, kami merancang program pelatihan ini, sehingga setelah mengikutinya, para
peserta mengetahui bagaimana melakukan rekrutmen dam seleksi yang benar.
Dalam proses rekrutmen terdiri dari dua fase, yaitu:
1) Untuk memonitor perubahan lingkungan dan organisasi yang menimbulkan
kebutuhan sumber daya manusia baru,dan menetapkan pekerjaan-pekerjaan yang
harus diisi dan tipe-tipe pelamar yang diperlukan.
2) Untuk menyebarluaskan kepada pelamar yang potensial bahwa ada lowongan
pekerjaan,sehingga menarik pelamar yang bersangkutan dan menyisihkan pelamar
yang kurang memenuhi kualifikasi yang diperlukan.
Adapun hasil kegiatan rekrutmen adalah identifikasi terhadap suatu pool yang
berisikan para calon karyawan yang memenuhi syarat yang kemungkinan besar akan terpilih
dan ditempatkan.
1. Memasang iklan di berbagai media cetak, seperti koran, majalah, tabloid; atau di
radio dan televisi.
2. Pendekatan langsung ke sekolah universitas, lembaga-lembaga pendidikan
kejuruan atau pusat-pusat kursus para karyawannya sendiri yang akan
mengajukan kenalan atau anggota keluarganya yang dapat mereka jamin
“kebaikan” kerjanya.
3. Pencari kerja melamar sendiri di perusahaan-perusahaan.
Sistem Langsung
Sistem rekutmen dan seleksi semacam ini adalah sistem yang menerima secara
langsung terhadap seorang tenaga baru dengan langsung memberikannya SK
dari pimpinan tertinggi atau yang bertangung jawab. Adapun bentuk-
bentuknya dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Pemupukan ekternal
b. Pemupukan internal
c. Bentuk terbuka
d. Bentuk tertutup
Orientasi Selektif
Adalah proses orientasi beberapa orang yang telah diterima untuk bekerja di
lembaga namun masih berada dalam bingkai untuk memilih yang terbaik.
misalnya setelah A, B dan C dinyatakan diterima untuk bekerja tidak langsung
mendapatkan SK dari pimpinan sehingga statusnya bukanlah pegawai tetap.
Mereka terlebih dahulu diorientasi dalam waktu satu tahun untuk dievaluasi
atau dinilai kinerjanya untuk kemudian dipilih yang terbaik dan sesuai
kebutuhan organisasi yang kemudian barulah mereka mendapatkan SK setelah
dinyatakan benar- benar diterima dengan terbitnya SK dari pimpinan tinggi.
Orientasi Akumulatif
Adalah proses orientasi beberapa orang yang telah benar- benar diterima
semuanya dengan tujuan hanya untuk mengenalkan dan memantapkan cara
berfikir dan bertindak mereka sesuai dengan visi dan misi lembaga.
Rekrutmen Internal
Berarti mempertimbangkan karyawan yang ada sebagai kandidat atas
lowongan pekerjaan tersedia sehingga juga dapat membantu membangun
semangat kerja dan mempertahankan karyawan yang berkualitas tinggi agar
tidak meninggalkan perusahaan.
Rekrutmen External
Melibatkan usaha menarik orang-orang dari luar organisasi untuk melamar
lowongan pekerjaan. Metode rekrutmen external meliputi pemasangan
iklan, wawancara di kampus, badan-badan pencari tenaga kerja atau
eksekutif, aula rekrutmen serikat pekerja, referensi dari karyawan yang ada
dan rekrutmen “walk in” atau “gate hire” ( Orang yang datang tanpa
diseleksi terlebih dahulu). Mengurangi dampak negatif dari sistem
rekrutmen dan seleksi :
Prosedur penempatan kerja harus ditentukan secara jelas dan
diberitahukan secara langsung dan terbuka kepada seluruh karyawan
dan jadwal waktunya harus jelas dan tepat
Harus dinyatakan tentang spesifikasi pekerjaan yang dibutuhkan
semakin banyak spesifikasi yang dibutuhkan diduga semakin sedikit
jumlah pelamar akan mempermudah proses seleksi
Persyaratan aturan main dan criteria keputusan penerimaan harus
diketahui pelamar dengan jelas dan terbuka dan hasilnya hrs
diumumkan sesuai waktu yang ditentukan.
G. Langkah- Langkah Rekrutmen Dan Seleksi
Secara garis besar pelaksanaan rekrutmen dan seleksi dapat dipolarisasi menjadi dua
bagian pertama, analisa jabatan- kedua, pemilihan tenaga kerja.
Analisa Jabatan
Analisa jabatan adalah proses untuk mempelajari dan mengumpulkan berbagai
informasi yang berhubungan dengan berbagai operasi dan kewajiban suatu jabatan.
Hal perlu diperhatikan dalam analisa jabatan adalah
Definisi jabatan,
Apa saja yang harus dilakukan dari jabatan tersebut,
Bagaimana melakukan pekerjaan tersebut,
Dan mengapa harus dilakukan.
Pemilihan Tenaga Baru
Pemilihan tenaga baru adalah proses untuk menentukan kandidat yang mana
yang paling layak untuk mengisi jabatan tertentu yang tersedia di sekolah. Beberapa
metode yang sering digunakan adalah pengisian formulir, tes psikologi, wawancara
dan orientasi orientasi.
Ada banyak metode rekrutmen yang dapat dipilih oleh perusahaan dalam
melakukan rekrutmen seperti iklan, employee referrals, walk-ins & write-ins,
Depnakertrans,perusahaan pencari tenaga kerja, organisasi buruh, dan lain
sebagainyaperusahaan juga dapat memilih lebih dari satu metode, tergantung
situasi dan kondisi yang terjadi saat itu.
5. Memanggil kandidat-kandidat yang dianggap memenuhi persyaratan jabatan
Prosedur seleksi perlu dilakukan jika: 1) pelaksanaan tugas pada jabatan yang
akan diisi memerlukan ciri-ciri fisik dan psikis tertentu yang tidak dimiliki oleh
setiap orang; 2) ada lebih banyak kandidat yang tersedia dibandingkan jumlah
jabatan yang akan diisi.
Setelah proses seleksi dianggap cukup dan petugas rekrutmen sudah dapat
menentukan kandidat terbaik untuk jabatan tertentu, maka selanjutnya perlu
dipersiapkan penawaran kerja. Termasuk disini adalah mempersiapkan perjanjian
kerja (KKB), memperkenalkan secara lebih mendalam tentang peraturan dan
kondisi kerja.
Sumber rekrutmen dalam mengisi posisi jabatan yang kosong berasal dari sumber
internal dan eksternal. Sumber internal terdiri dari rencana sukses, penawaran terbuka untuk
suatu jabatan ( job ),perbantuan pekerja,kelompok kerja sementara, dan promosi dan
pemindahan. Sedangkan sumber eksternal, meliputi hubungan dengan Universitas , agen
tenaga kerja,rekrutmen, agen advertensi, balai latihan keterapilan dan organisasi profesional.
Berbagai kendala yang dijumpai dalam rekrutmen adalah dariorganisasi yang bersangkutan
sendiri, kebiasaan pencari tenaga kerja sendiri,dan faktor-faktor eksternal yang bersumber
dari lingkungan dimana organisasi bergerak
Apabila perekrutan dan penyeleksian dilakukan dengan prosedur yang benar dan
didukung dengan alat rekrutmen dan seleksi yang akurat, sudah barang tentu kualifikasi
sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh setiap organisasi akan dapat terpenuhi. Karena
prosedur yang benar dalam melakukan rekrutmen dan seleksi ini akan mempunyai dampak
positif bukan saja bagi perusahaan tetapi juga bagi para pelamar pekerjaan yang diseleksi.
Bagi perusahaan keuntungan yang dapat diperoleh adalah mudah untuk menentukan
kualifikasi pelamar yang dinyatakan lolos proses penyeleksian. Sedangkan keuntungan bagi
para pelamar adalah dapat merasa puas dan tidak menimbulkan kecurigaan-kecurigaan dalam
proses seleksi. Pelamar akan merasakan adanya sikap dan tindakan yangfair dari perusahaan
atau organisasi penyelenggara seleksi, sehingga apabila pelamar mengalami kegagalan dalam
seleksi, mereka akan dapat merasakan “kepuasan” atau paling tidak dapat mengadakan
introspeksi diri bahwa mereka belum dapat memenuhi standar yang ditentukan oleh
perusahaan atau organisasi untuk bekerja.
Sedangkan bagi para pelamar yang dapat lolos dalam rekrutmen dan seleksi, tentunya
mereka diharapkan dapat bekerja sesuai dengan job spesifikasinya masing-masing yang pada
akhirnya dapat menampilkan seluruh potensi yang dimilikinya, baik itu berupa pengetahuan,
kemampuan, ketrampilan, minat, kesukaan, dan kepribadiannya bagi kepentingan dan tujuan
perusahaan atauorganisasi tempat mereka bekerja.
BAB V
SELECTING AND PLACEMENT
Beberapa tujuan khusus yang akan dicapai oleh prosedur seleksi dan penempatan
adalah sebagai berikut:
Untuk mencapai tujuan-tujuan ini secara efektif, seleksi dan penempatan harus sesuai
dengan lingkungan internal dan eksternal, terintegrasi dengan kegiatan sumber daya manusia
lainnya dan dilakukan secara konsisten dengan peraturan hukum. Dalam kombinasinya,
unsur-unsur ini sering menentukan apakah sebuah perusahaan paling mungkin mencari calon
karyawan dari luar ataukah dari dalam. Untuk pekerjaan diatas tingkat pemula, promosi dari
dalam merupakan praktek standar di kebanyakan perusahaan. Meskipun demikian banyak
lowongan pekerjaan diatas tingkat pemula diisi oleh sumber dari luar perusahaan terutama
jika diperlukan seseorang dengan keterampilan tinggi. Penerimaan karyawan dari luar juga
terjadi jika perusahaan ditinggalkan secara mandadak dan tidak ada orang dalam yang siap
untuk mengambil alih job tersebut. Ini bisa terjadi karena perubahan mendadak strategi bisnis
atau keinginan untuk memanfaatkan peluang bisnis yang tidak diduga sebelumnya.
Kemitraan Dalam Seleksi Dan Penempatan
Manajer Lini membantu mengenali kebutuhan staf melalui kegiatan
perencanaan sumber daya manusia perusahaan bersangkutan, membantu dengan
analisis jabatan dan identifikasi strategi, mengevaluasi pelamar pekerjaan, serta pada
akhirnya mengevaluasi kinerja karyawan. Semua kegiatan ini melibatkan manajer lini
tanpa memandang apakah karyawannya berasal dari luar atau dalam perusahaan. Jika
promosi dan perpindahan internal dilakukan, keterlibatan manajer lini seringkali
semakin besar.
Peran Pelamar
Pelamar umunya sangat memperhatikan hasil keputusan seleksi dan dapat
memberikan reaksi keras atas pengalaman mereka.Reaksi pengalaman atas proses
seleksi sangat berpengaruh kepada keputusannya untuk menolak atau menerima
kesempatan kerja dalam suatu perusahaan.Selain itu,pengalaman ini menjadi tahap
awal dalam proses sosialisasi yang akan berlanjut untuk beberapa bulan stekah
pelamar benar-benar diterima.Oleh karena itu,sangatlah penting untuk memperhatikan
cara pelamar memandang kegiatan seleksi dan rekruitmen suatu persahaan.Perspektif
pelamar adalah keinginannya untuk diperlakukan secara adil.Persepsi dalam proses
selaksi ditentukan oleh banyak variabel,termasuk ukuran yang digunakan untuk
menyeleksi pelamar,administrasi proses,serta hasil prosesnya.
Proses seleksi atau penerimaan biasanya meliputi tahap-tahap dasar berikut ini:
Menilai tuntutan pekerjaan dan kebutuhan perusahaan untuk menentukan
kriteria kepentingan.
Menyimpulkan orang yang diperlukan untuk menentukan preditor mana yang
paling mungkin berhasil.
Merancang suatu metode atau proses yang memungkinkan perusaahan
maupun pelamar mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan.
Mensintesiskan informasi yang dikumpulkan dan membuat keputusan
seleksi.
A. Latar Belakang
Perkembangan dan pertumbuhan perusahaan mempersyaratkan ketersediaan
sumberdaya manusia yang andal. Upaya menyediakan sumber daya tersebut dapat diperoleh
melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang
berkualifikasi menurut kebutuhan perusahaan dapat diperoleh melalui program pelatihan dan
pengembangan karyawan. Pelatihan dan pengembangan karyawan merupakan faktor yang
mendorong tercapainya kompetensi karyawan sehingga dapat memberikan kinerja terbaik
pada perusahaan. Perusahaan perlu mengidentifikasi kebutuhan organisasi sehingga
perusahaan dapat menerapkan jenis program pelatihan dan pengembangan yang akan
diberikan kepada individu dalam organisasi.
Kesesuaian kebutuhan organisasi dan tugas dengan program pelatihan dan
pengembangan karyawan akan mendukung peningkatan kompetensi karyawan. Penyesuaian
diri terhadap lingkungan kerja, menyelaraskan kemampuan diri terhadap perkembangan
teknologi dan perkembangan regulasi dalam dunia usaha merupakan sasaran dari pelatihan
dan pengembangan karyawan, sehingga karyawan kompeten dalam menjalankan tugas-
tugasnya. Program pelatihan dan pengembangan karyawan dapat meningkatkan ketrampilan,
pengetahuan dan pengalaman karyawan terhadap pekerjaannya.
Karyawan yang memiliki kompetensi terhadap pekerjaannya akan mendapatkan
kesempatan untuk mengikuti tahapan jenjang karir dan akan mencapai jenjang karir yang
baik. Kegiatan dalam pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian dan
kompetensi. Kegiatan pelatihan dilakukan melalui kegiatan pengajaran, pendidikan dan
pelatihan yang meliputi materi ilmu pengetahuan, ketrampilan dan keahlian.
Kegiatan dalam pengembangan karyawan bertujuan untuk mempersiapkan karyawan
agar dapat menyesuaikan diri terhadap tugasnya. Pengembangan karyawan memberi
kesempatan kepada karyawan untuk bersosialisasi terhadap tugas dan lingkungan
pekerjaannya, dengan demikian program pelatihan dan pengembangan memberi peluang
terhadap karyawan agar dapat berperan dalam perusahaan.
B. Pengertian Orientasi
Orientasi adalah pengenalan dan adaptasi terhadap suatu situasi atau lingkungan.
Dimaksud orientasi disini adalah pengembangan dan pelatihan awal bagi para karyawan baru
yang memberi mereka informasi bagi perusahaan, pekerjaan, maupun kelompok kerja.
Pengenalan dan orientasi perlu diprogamkan karena adanya sejumlah aspek khas yang
muncul pada saat seseorang memasuki lingkungan kerja yang baru.
Materi-materi yang diberikan pada masa orientasi kepada para SDM/ Karyawan baru
meliputi :
1. Profil organisasi termasuk didalamnya sejarah berdirinya perusahaan, visi dan misi
yang ingin dicapai perusahaan, struktur organisasi perusahaan berikut para
pemangku jabatan pada seluruh departemen yang perlu diketahui.
2. Peraturan-peraturan dan berbagai kebijakan perusahaan dalam hubungannya
dengan hak dan kewajiban karyawan.
3. Berbagai fasilitas yang mungkin dapat digunakan atau tidak boleh digunakan oleh
karyawan.
4. Pengenalan kondisi lingkungan kerja dimana karyawan tersebut akan kerja seperti
siapa yang menjadi atasanlangsung,atasan tidak langsung, rekan kerja, bawahan,
kondisi ruangan kerja, dan fasilitasnya.
5. Pengenalan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh SDM yang bersangkutan sesuai
dengan job description.
C. Tujuan Orientasi
Ada 4 tujuan orientasi, yaitu :
1. Membuat karyawan baru merasa diterima dan menjadi bagian dalam tim
2. Memastikan karyawan baru memiliki informasi dasar agar dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik
3. Membantu karyawan baru mengerti organisasi secara luas (misalnya visi,
misi, kultur, dan value perusahaan)
4. Membantu karyawan tersebut dalam memulai bersosialisasi di perusahaan
Lamanya proses orientasi karyawan tergantung pada seberapa lama perusahaan
membutuhkan waktu untuk melakukan orientasi. Perusahaan biasanya akan memberikan
informasi mengenai benefit karyawan, kebijakan perusahaan, rutinitas karyawan sehari-hari,
struktur organisasi, dan fasilitas tur keliling kantor untuk berkenalan dengan rekan kerja
selama orientasi.
D. Hakikat Pelatihan (Training) Dan Pengembangan Karyawan
Pelatihan Karyawan
Pelatihan adalah aktifitas yang dirancang untuk memberi para pembelajar
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka saat ini.
Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan
teknik pelaksanaan kerja tertentu, rutin dan terinci. Serta menyiapkan karyawan untuk
melakukan pekerjaan sekarang.
Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performasi pekerjaan pada suatu
pekerjaan tertentu yang sedang menjadi jawabnya atau suatu pekerjaan yang ada
kaitannya dengan pekerjaan supaya efektif. Pelatihan biasanya harus mencakup
pengalaman belajar, aktifitas-aktifitas yang terencana dan desain sebagai jawaban atas
kebutuhan-kebutuhan yang berhasil diidentifikasikan. Pelatihan dimaksudkan untuk
memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan pekerjaan
tertentu, terperinci dan rutin (Handoko, 2001:104).
Pelatihan memiliki peran penting dalam menentukan efektifitas, efisiensi perusahaan
serta kinerja karyawan.Setiap organisasi mengadakan pelatihan mempunyai alasan
tertentu yang mana akan mendidik setiap karyawan atau anggotanya agar menjadi lebih
trampil sehingga dapat memberikan keunggulan bagi organisasi dan karyawan
tersebut.Simamora (2003:349)
Mangkunegara (2005:169) mengemukakan beberapa alasan terjadinya pelatihan,
yaitu: 1) menyesuaikan dengan peraturan-peraturan dan standar yang ada 2)perubahan-
perubahan yang terjadi memahami secara benar bagaimanan melakukan pekerjaan
4)meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki produktivitas.
Pengembangan Karyawan
Karyawan yang telah diterima kemudian ditempatkan memerlukan program
pengembangan karyawan. Pengembangan karyawan ditujukan baik kepada karyawan
baru maupun lama agar karyawan dapat mengikuti tuntutan organisasi dan berperan
serta dalam organisasi secara nyata sehingga karyawan mampu menyelesaikan kinerja
terbaik bagi organisasinya.
Simamora (2003: 268) mendefinisikan pengembangan karyawan sebagai aktivitas
pengembangan karir karyawan terhadap organisasi, penyediaan landasan bagi karyawan
agar dapat berprestasi secara efektif dan menghasilkan prestasi baru dalam lingkungan
perusahaan. Pengembangan karyawan dalam pelaksanaannya seringkali dilakukan
untuk membantu karyawan memasuki dunia kerja yang kompetitif yang berbeda dari
kondisi kehidupan sebelumnya. Karyawan yang akan mengikuti program
pengembangan adalah karyawan baru agar memahami, terampil, dan ahli dalam
menyelesaikan pekerjaannya, dan karyawan lama supaya mereka lebih memahami
technical skill, human skill, conceptual skill, dan managerial skill.
Handoko (2001:104) mengemukakan bahwa pengembangan karyawan dimaksudkan
untuk menyiapkan karyawan untuk memegang tanggung jawab pekerjaan di masa yang
akan datang. Pengembangan karyawan bisa dilakukan secara formal maupun informal.
Secara formal berarti karyawan ditugaskan oleh perusahaan. Sedangkan secara informal
berarti karyawan melatih dan mengembangkan dirinya atas keinginan dan inisiatif
sendiri tanpa ditugaskan oleh perusahaan. Program pengembangan karyawan akan
membuat karyawan semakin produktif sehingga memungkinkan organisasi atau
perusahaan mempertimbangkan untuk melakukan pengembangan karir karyawan.
Nawawi (2008:292) pengembangan karyawan memiliki alternatif yaitu 1)organisasi
mempertahannya pada jabatan semula dalam jangkan waktu tertentu 2)organisasi perlu
memindahkan pekerja pada jabatan atau posisi lain secara horizontal 3)organisasi perlu
mempromosikan pekerja secara vertikal.
Adapun perbedaan antara pelatihan dan pengembangan menurut
(Syafaruddin:2001:217) :
Pelatihan
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan saat ini.
Sasaran: Peningkatan kinerja jangka pendek.
Orientasi: Kebutuhan jabatan sekarang.
Efek terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif rendah.
Pengembangan
Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan yang akan
datang.
Sasaran: Peningkatan kinerja jangka panjang.
Orientasi: Kebutuhan perubahan terencana atau tidak terencana.
Efek terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif tinggi.
E. Tujuan Dan Manfaat Pelatihan -Pengembangan
Tujuan diselenggarakan pelatihan dan pengembangan kerja menurut
(Simamora:2006:276) diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan
kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan. Adapun
tujuan-tujuannya sebagai berikut:
a. Memperbaiki kinerja karyawan-karyawannya yang bekerja secara tidak memuaskan
karena kekurangan keterampilan merupakan calon utama pelatihan, kendatipun tidak
dapat memecahkan semua masalah kinerja yang efektif, progaram pelatihan dan
pengembangan yang sehat sering berfaedah dalam meminimalkan masalah ini.
b. Memuktahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.
Melalui pelatihan, pelatih memastikan bahwa karyawan dapat megaplikasikan
teknologi baru secara efektif. Perubahan teknologi pada gilirannya, berarti bahwa
pekerjaan senantiasa berubah dan keahlian serta kemampuan karyawan haruslah
dimuktahirkan melalui pelatihan, sehingga kemajuan teknologi dapat diintgrasikan
dalam organisasi secara sukses.
c. Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar kompoten dalam
pekerjaan. Seorang karywan baru acap kali tidak menguasai keahlian dan
kemampuan yang dibutukan untuk menjadi ”job comotent” yaitu mencapai output
dan standar mutu yang diharapkan.
d. Membantu memecahkan masalah orperasional. Para manejer harus mencapai tujuan
mereka dengan kelangkaan dan kelimpahan suber daya: kelangkaan sumberdaya
finansial dan sumberdaya teknologis manusia (human tecnilogical resourse), dan
kelimpahan masalah keuangan, manusia dan teknologis.
e. Mempersiapkan karyawan untuk promosi satu cara untuk menarik, menahan, dan
memotivasi karyawan adalah melalui program pengembangan karir yang sistematis.
Pengembangan kemampuan promosional karyawan konsisten dengan kebijakan
sumberdaya manusia untuk promosi dari dalam: pelatihan adalah unsur kunci dalam
sistem pengembangan karir. Dengan secara berkesinambungan mengembangkan dan
mempromosikan semberdaya manusianya melalui pelatihan, manejer dapat
menikmati karyawan yang berbobot, termotivasi dan memuaskan.
f. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi, karena alasan inilah, beberapa
penyelenggara orientasi melakukan upaya bersama dengan tujuan mengorientasikan
para karyawan baru terhadap organisasi dan bekerja secara benar.
g. Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi. Misalnya sebagian besar manejer adalah
berorientasi pencapaian dan membutuhkan tantangan baru dipekerjaannya. Pelatihan
dan pengembangan dapat memainkan peran ganda dengan menyediakan aktivitas-
aktivitas yang menghasilkan efektifitas organisasional yang lebih besar dan
meningkatkan pertumbuhan pribadi bagi semua karyawan.
Manfaat PelatihanDan Pengembangan
Pelatihan mempunyai andil besar dalam menentukan efektifitas dan efisiensi
organisasi. Beberapa manfaat nyata yang ditangguk dari program pelatihan dan
pengembangan (Simamora:2006:278) adalah:
1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.
2) Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar
kinerja yang dapat diterima.
3) Membentuk sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih menguntungkan.
4) Memenuhi kebutuhan perencanaan semberdaya manusia
5) Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja.
6) Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.
Manfaat di atas membantu baik individu maupun organisasi. Program pelatihan yang
efektif adalah bantuan yang berharga dalam perencanaan karir dan sering dianggap
sebagai penyembuh penyakit organisasional. Apabila produktivitas tenaga kerja menurun
banyak manejer berfikir bahwa solusinya adalah pelatihan. Program pelatihan tidak
mengobati semua masalah organisasional, meskipun tentu saja program itu berpotensi
untuk memperbaiki situasi tertentu sekiranya program dijalankan secara benar.
CAREER DEVELOPMENT
A. Latar Belakang
Pegawai atau karyawan merupakan sumber daya yang dimiliki organisasi, mereka harus
dipekerjakan secara efektif, efisien, dan manusiawi. Dalam perkembangannya, organisasi
akan menghadapi permasaalahan tenaga kerja yang semakin kompleks. Oleh karenanya
pengelolaan tenaga kerja sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) harus dilakukan secara
professional oleh departemen tersendiri dalam suatu organisasi, yaitu Human Resource
Departement (HRD).
Organisasi yang ingin tetap eksis dan memiliki citra positif di mata masyarakat tidak
akan mengabaikan aspek pengembangan kualitas SDM-nya. Oleh karena itu peranan
manajemen SDM dalam organisasi sangatlah besar. Manajemen SDM dapat diartikan sebagai
kegiatan perencanaan, pengadaan, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan SDM
dalam upaya mencapai tujuan individual maupun organisasi Salah satu bagian manajemen
SDM adalah pengembangan karir dari SDM sebagai tenaga kerja, pegawai ataupun
karyawan itu sendiri. Dari uraian di atas berarti pembinaan karir tidak dapat dilepaskan
dengan kegiatan perencanaan SDM, rekriutmen, dan seleksi dalam rangka pengaturan staf
(staffing). dari kegiatan-kegiatan manajemen SDM tersebut, harus diperoleh sejumlah tenaga
kerja yang potensial denga kualitas terbaik. Tenaga kerja seperti itulah yang harus diberi
kesempatan untuk mengembangkan kariernya, agar dengan kemampuannya yang terus
meningkatkan sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis, tidak saja mampu mempertahankan
eksistensi organisasi, tetapi juga mampu mengembangkan dan memajukan. Maka dari itu,
penulis berusaha untuk mengkaji lebih jauh mengenai pengembangan karir.
Pilihan karier adalah soal mencocokkan (matching). Di dalam irama hidup orang, terjadi
perubahan-perubahan dan ini berpengaruh pada usahanya untuk mewujudkan konsep diri itu.
Teori perkembangan menerima teori matching (teori konsep diri), tetapi memandang bahwa
pilihan kerja itu bukan peristiwa yang sekali terjadi dalam hidup seseorang (misalnya waktu
tamat pendidikan dan mau meninggalkan sekolah). Orang dan situasi lingkungannya
berkembang, dan keputusan karier itu merupakan rangkaian yang tersusun atas keputusan
yang kecil-kecil.
Kelima tahap ini dipandang sebagai acuan bagi munculnya sikap-sikap dan perilaku
yang menyangkut keterlibatan dalam suatu jabatan, yang tampak dalam tugas-tugas
perkembangan vokasional (vocational developmental tasks).
E. Desain Program Pengembangan Karier
Desain program pengembangan karier ini akan membantu para manajer dalam membuat
keputusan yang kreatif mengenai pengembangan karier para pekerja. Untuk itu perlu
dibedakan atas tiga fase dalam mendesain program pengembangan karier yang terdiri dari:
1. Fase perencanaan
Fase ini merupakan aktivitas menyelaraskan rancangan pekerja dan rancangan
organisasi mengenai pengembangan karir di lingkungannya. Tujuan dari fase ini
adalah untuk mengidentifkasi kelebihan dan kekurangan pekerja dalam melaksanakan
tugas-tugasnya, dengan demikian dapat dilakukan berbagai usaha untuk membantu
para pekerja antara lain:
Bantuan memilih jalur pengembangan karier sesuatu dengan yang tersedia.
Memperbaiki kekurang atau kelemahan bagi pekerja yang menunjukan
kesungguhan dan membutuhkannya untuk mewujudkan karier yang sukses.
2. Fase pengarahan
Fase ini bermaksud untuk membantu para pekerja agar mampu mewujudkan
perncanaannya menjadi kenyataan, yakni dengan memantapkan tipe karieryang
dinginkannya, dan mengatur langkah-langkah yang harus di tempuh untuk
mewujudkannya. Ada dua cara pendekatan yang dapat dilakukan yaitu:
a. Pengaranan dengan menyelenggarakan konseling karier.
b. Perbedaan dengan menyelenggarakan playanan informasi yang mencakup
kegiatan sebagai berikut:
b. Manajer/Pimpinan
c. Organisasi
Menurut Hasto Joko Nur Utomo dan Meilan Sugiarto (2007: 98), memberikan contoh 9
faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan karir individu di suatu organisasi, yaitu :
Dalam situasi ideal, pegawai organisasi berada dalam hubungan yang saling
menguntungkan. Dalam keadaan ideal ini, baik pegawai maupun organisasi dapat
mencapai produktifitas kerja yang tinggi.
2. Personalia Pegawai
3. Faktor Eksternal
Dengan kata lain, bila kadar “politicking” dalam organisasi sudah demikian parah,
maka manajemen karir hampir dipastikan akan mati dengan sendirinya. Perencanaan
karir akan menjadi sekedar basa-basi.
5. Sistem Penghargaan
Organisasi yang tidak mempunyai sistem penghargaan yang jelas (selain gaji dan
insentif) akan cenderung memperlakukan pegawainya secara subyektif. Pegawai yang
berprestasi baik dianggap sama dengan pegawai malas.
6. Jumlah Pegawai
Semakin banyak pegawai maka semakin ketat persaingan untuk menduduki suatu
jabatan, dan semakin kecil kesempatan (kemungkinan) bagi seorang pegawai untuk
meraih tujuan karir tertentu.
7. Ukuran Organisasi
Ukuran organisasi dalam konteks ini berhubungan dengan jumlah jabatan yang ada
dalam organisasi tersebut, termasuk jumlah jenis pekerjaan, dan jumlah personel
pegawai yang diperlukan untuk mengisi berbagai jabatan dan pekerjaan tersebut.
8. Kultur Organisasi
Seperti sebuah sistem masyarakat, organisasi pun mempunyai kultur dan kebiasaan-
kebiasaan.
9. Tipe Manajemen
Secara teoritis-normatif, semua manajemen sama saja di dunia ini. Tetapi dalam
impelemntasinya, manajemen di suatu organisasi mungkin amat berlainan dari
manajemen di organisasi lain.
Karir seorang pegawai tidak hanya tergantung pada faktor-faktor internal di dalam
dirinya (seperti motivasi untuk bekerja keras dan kemauan untuk ingin maju), tetapi juga
sangat tergantung pada faktor-faktor eksternal seperti manajemen. Banyak pegawai yang
sebenarnya pekerja keras, cerdas, jujur, terpaksa tidak berhasil meniti karir dengan baik,
hanya karena pegawai ini “terjebak” dalam sistem manajemen yang buruk.
Dalam praktiknya setiap kegiatan tentu memiliki kendala atau hambatan, baik dari sisi
internal perusahaan maupun sisi eksternal. Penyusunan program karier juga perlu dipikirkan
dampak positif dan negatifnya baik bagi perusahaan maupun karyawan. Pihak perusahaan
tidak dapat menentukan seenaknya tanpa mempertimbangkan faktor lainnya, baik yang
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung bagi perusahaan.
Dalam praktiknya kendala-kendala yang dihadapi perusahaan dalam menyusun dan
menerapkan perencanaan karier karyawan bervariasi tergantung kondisi perusahaan. Secara
umum kendala-kendala yang dihadapi perusahaan dalam menyusun dan menerapkan
perencanaan karier karyawan sebagai berikut:
1. Sikap diskriminatif
Artinya adanya perbedaan dalam penilaian kerena pertimbangan tertentu, terutama
untuk perusahaan keluarga, atau sahamnya dimiliki oleh sekelompok orang yang
berlatar belakang tertentu. Rasa kedaerahan, suku agama bahkan alumi terkadang
menjadi pertimbangan yang tidak tertulis, dan sering lebih dominan untuk
dilakukan.
2. Tidak objektif
Artinya dalam pelaksanaan sering kali pihak penilai bersikap tidak sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan. Pertimbangan ini bersikap individu karena sesuatu hal
yang ada dalam diri si penilai yang kebenaran menurutnya sendiri. Akibatnya sering
kali seseorang yang seharusnya kariernya meningkat malah terhambat karena sikap
yang tidak atau kurang objektif tersebut.
3. Formasi jabatan
Artinya jabatan yang tersedia terkadang tidak mampu menampung promosi yang
seharusnya diberikan, misalnya karena skala perusahaan yang tidak terlalu besar.
Akibatnya persyaratan untuk jabatan tertentu menjadi lebih berat.
4. Kekurangan sumber daya manusia
Artinya perusahaan kekurangan tenaga kerja yang potensial untuk menduduki suatu
jabatan. Hal ini berbahaya jika diperhatikan secara baik. Dalam hal ini perusahaan
harus melakukan sistem kaderisasi yang baik sehingga pada saat dibutuhkan tidak
terjadi kevakuman atau kekosongan jabatan.
BAB VIII
PERFORMANCE APPRAISAL SYSTEM
A. Latar Belakang
Umumnya orang yang berkecimpung dalam manajemen sumberdaya manusia sependapat
bahwa penilaian prestasi kerja para pegawai merupakan bagian penting dari seluruh proses
pekerjaan pegawai yang bersangkutan. Pentingnya penilaian prestasi kerja yang rasional dan
diterapkan secara objektif terlihat paling sedikit dua kepentingan, yaitu kepentingan pegawai
yang bersangkutan sendiri dan kepentingan organisasi. Bagi para pegawai, penilaian tersebut
berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, keletihan,
kekurangan dan potensinya yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur,
rencana dan pengembangan kariernya. Bagi organisasi, hasil penilaian prestasi kerja para
pegawai sangat penting arti dan perananya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai
hal, seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi,
program pengenalan, penempatan, promosi, system imbalan dan berbagai aspek lain dari
keseluruhan proses manajemen sumberdaya manusia secara efektif. Setiap pemimpin perlu
mengambil keputusan dan keputusan itu akan semakin tepat apabila informasinya juga tepat.
Salah satu cara untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kemampuan karyawan
dalam melaksanakan pekerjaanya adalah penilaian prestasi. Tentu saja pelaksaan penilaian
prestasi itu sendiri harus benar agar informasi yang diperoleh juga benar. Untuk itu dalam
bab ini akan dibahas prinsip-prinsip yang dipergunakan dalam penilaian prestasi agar benar
atau agar dapat memberikan kepuasan bagi yang dinilai.
2. Penyesuaian-Penyesuaian Kompensasi
Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalammenentukan
kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.
3. Keputusan-Keputusan Penempatan
Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau
antisipasinya.Promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja
masa lalu.
7. Ketidak-akuratan Informasional
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam informasi
analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia, atau komponen-komponen
lain sistem informasi manajemen personalia. Akibatnya keputusan-keputusan yang
diambil menjadi tidak tepat.
Ukuran-ukuran
Prestasi
Kerja
Kriteriayangada
hubungannya
dengan
pelaksanaan
kerja
Keputusa Catatan
n catatan
keputusan tentang
Personalia karyawan
Gambar 2
Mempersiapkan Penilai
Penilai sering tidak berhasil untuk tidak melibatkan emosionalnya dalam menilai
prestasi kerja karyawan.Ini menyebabkan evaluasi menjadi bias.Bias adalah distorsi
pengukuran yang tidak akurat yang digunakan bersifat subyektip. Berbagai bias penilai
yang paling umum terjadi adalah :
1. Halo Effect
Halo effect terjadi bila pendapat pribadi penilai tentang karyawan mempengaruhi
pengukuran prestasi kerja.Sebagai contoh, bila seorang atasan senang kepada
seorang karyawan, maka pandangan ini bisa mengubah estimasi atasan terhadap
prestasi kerja karayawan.
2. Kesalahan Kecenderungan Terpusat
Banyak peniai yang tidak suka menilai para karyawan sebagai yang efektip atau
tidak efektip, dan sangat baik atau sangat jelek, sehingga penilaian prestsai kerja
cenderung dibuat rata-rata. Pada formulir penilaian, distorsi ini menyebabkan
penilai menghindari penilaian “Ekstrim” tersebut, dan menempatkan penilaian
pada atau dekat dengan nilai-nilai tengah.
3. Bias Terlalu Lunak Dan Terlalu Keras
Kesalahan terlalu lunak (leniency bias) disebabkan oleh kecenderungan penilai
untuk terlalu mudah memberikan nilai baik dalam evaluasi prestasi kerja
karyawan. Kesalahan yang terlalu keras (strickness bias) adalah sebaliknya, yang
terjadi karena penilai cenderung terlalu ketat dalam evaluasi mereka. Kedua
kesalahan ini pada umumnya terjadi bila standar-standar prestasi tidak jelas.
4. Prasangka Pribadi
Faktor-faktor yang membentuk prasangka pribadi terhadap seseorang atau
kelompok bisa mengubah penilaian. Sebagai contoh, seorang atasan pria mungkin
cenderung memberi penilaian rendah kepada para karyawan wanita karena suatu
hal. Sebab-sebab prasangka pribadi lain yang mempengaruhi penilaian mencakup
faktor senioritas, kesukuan kesamaan kelompok dan status sosial.
5. Pengaruh Kesan Terakhir
Bila menggunakan ukuran-ukuran prestasi kerja subyektip, penilaian sangat
dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan karyawan yang paling akhir (recency effect).
Kegiatan-kegiatan terakhir baik atau buruk-cenderung lebih diingat oleh penilai.
Penilaian prestasi kerja merupakan sebuah proses formal untuk melakukan peninjauan
ulang dan evaluasi prestasi kerja seseorang secara periodik. Dapat diartikan juga penilaian
prestasi adalah suatu analisa yang adil dan jujur tentang nlai karyawan bagi
organisasi.Suatu ancangan yang obyektif, sistematis dan menyeluruh kepada penilaian
prestasi dapat menjadi suatu alat yang berguna bagi perusahaan.Ia bukan saja menjadi
suatu alat untuk memberikan bimbingan kepada manajemen dalam menseleksi karyawan
untuk kenaikan pangkat atau gaji tetapi juga dipakai suatu alat pelatihan dan bimbingan
guna membantu para karyawan pada segala jenjang dari organissi untuk meningkatkan
prestasinya, dan untuk perencanaan karyawan berjangkauan panjang. penilaian prestasi
dilakukan untuk memperoleh informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan kegiatam manager sumber daya manusia (SDM) yang lain seperti
perencanaan SDM , penarikan dan seleksi , pengembangan SDM, perencanaan dan
pengembangan karir , program-program kompensasi, promosi, demosi, pensiun, dan
pemecatan. Metode yang paling luas dipakai untuk mengukur (validitas/kelayakan untuk
dipercayai) mengenai metode penilaian adalah membandingkan pengharkatan yang paling
akhir dengan pengharkatan-pengharkatan terdahulu. Menafsirkan penilaian prestasi
merupakan langkah penting yang terakhir.Walaupun sulit, tetapi diperlukan kehati-hatian
dalam menafsirkan penilalian.
BAB IX
COMPENSATION
A. Latar Belakang
Karyawan harus menerima hak-haknya sebagai karyawan yaitu imbalan atau kompensasi
setelah mereka menjalankan kewajiban. Defenisi kompensasi adalah segala sesuatu yang
diterima karyawan sebagai balasan jasa untuk kerja mereka, dalam suatu organisasi. Masalah
kompensasi merupakan suatu yang sangat kompleks, namun pling penting bagi karyawan
maupun organisasi itu sendiri.Dalam meningkatkan efesiensi dan produktivitasnya salah satu
upaya yang ditempuh organisasi untuk menciptakan kondisi tersebut adalah dengan
memberikan kompensasi yang memuaskan. Dengan memberikan kompensasi, organisasi
dapat meningkatkan prestasi kerja, motivasi.Pentingnya kompensasi sebagai salah satu
indikator kepuasan dalam bekerja sulit ditaksir, karena pandangan-pandangan karyawan
mengenai uang atau imbalan langsung nampaknya sangat subjektif dan barang kali
merupakan sesuatu yang sangat khas dalam industri. Tetapi pada dasarnya dugaan adanya
ketidak adilan dalam memberikan upah maupun gaji merupakan sumber ketidakpuasan
karyawan terhadap kompensasi yang pada akhirnya bisa menimbulkan perselisihan dan
semangat rendah dari karyawan itu sendiri.
Salah satu cara manajer untuk meningkatkan produktifitas kerja, kepuasan kerja, dan
motivasi kerja adalah dengan memberikan kompensasi. Jika dikelola dengan baik,
kompensasi dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuan dan memperoleh,
memelihara dan menjaga karyawan dengan baik. Sebaliknya tanpa kompensasi yang cukup,
karyawan yang ada sangat mungkin untuk meninggalkan perusahaan dan untuk melakukan
penempatan kembali tidaklah mudah, perlu menyeleksi dan memberikan pelatihan kembali,
dan itu memerlukan waktu yang cukup lama. Akibat dari ketidakpuasan dalam pembayaran
juga akan mengurangi kinerja, meningkatkan keluhan - keluhan, penyebab mogok kerja, dan
mengarah pada tindakan - tindakan fisik danpsikologis, seperti meningkatkan ketidakhadiran
dan perputaran karyawan.
Menurut Malayu Hasibuan, kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang,
barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang
diberikan kepada perusahaan. William B. Werther dan Keith Davis, mendefinisikan
kompensasi sebagai apa yang seorang pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang
diberikannya, baik berupa upah per jam ataupun gaji periodik. Sedangkan menurut Andrew
F. Sikula, kompensasi adalah segala sesuatu yang dikonstitusikan atau dianggap sebagai
suatu balas jasa atau ekuivalen.
Berdasarkan penjelasan dari para ahli di atas, dapat di simpulkan bahwa kompensasi
merupakan pemberian berupa uang atau barang, baik gaji maupun diluar gaji yang diberikan
oleh pemimpin sebagai balas jasa atas kontribusi yang diberikan karyawan kepada
perusahaan. Bagi organisasi atauperusahaan, kompensasi memiliki arti penting karena
kompensasi mencerminkan upaya organisasi dalam mempertahankan atau meningkatkan
kesejahteraan karyawannya. Maka dari itu manajemen kompensasi yang baik sangat penting
bagi perusahaan. Islam juga memberikan perhatian tinggi terhadap pemberian kompensasi
sebab terkait dengan rasa keadilan dan kemanusiaan yang menjadi inti ajaran agama, agar
tidak ada pihak yang dirugikan, terutama pekerja atau karyawan.
B. Pengertian Kompensasi
Kompensasi menurut para ahli ialah :
Kompensasi yang baik akan memberikan beberapa efek positif pada perusahaan/
organisasi sebagai berikut:
C. Jenis-Jenis Kompensasi
Jenis-jenis kompensasi yang diberikan kepada karyawan antara lain :
Imbalan Ekstrinsik
a. Imbalan ekstrinsik yang berbentuk uang, antara lain :
- Gaji
Gaji adalah balas jasa yang dibayarkan secara periodik kepada karyawan
tetap serta mempunyai jaminan yang pasti, diberikan kepada pegawai atas
jasa pelayanannya yang diberikan secara bulanan.
- Upah
Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja harian dengan
berpendoman atas perjanjian yang disepakati membayarnya, bisa juga
dibayarkan kepada pegawai secara perjam, perhari, dan persetengah hari.
- Honor
- Bonus
- Komisi
- Insentif, dan sebagainya.
b. Imbalan ekstrinsik yang bentuknya sebagai benefit atau tunjangan
pelengkap. Contoh :
- Uang Cuti
- Uang Makan
- Uang Transportasi atau antar jemput
- Asuransi
- Jamsostek
- Uang pensiun
- Rekreasi
- Beasiswa, dan lain-lain
Imbalan Intrinsik
Imbalan dalam bentuk instrinsik yang tidak berbentuk fisik dan hanya dapat dirasakan
berupa kelangsungan pekerjaan, tanggungjawab, tantangan, otonomi, jenjang karir yang
jelas, kondisi lingkungan kerja, pekerjaan yang menarik dan lain-lain.
D. Tujuan Kompensasi
Tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) adalah sebagai ikatan kerja sama, kepuasan
kerja, pengadaan efektif, motivasi, stabilitas karyawan, disiplin, serta pengaruh serikat buruh
dan pemerintah. Randall dan Susan mengemukakan bahwa tujuan dari kompensasi yaitu:
E. Asas-asas Kompensasi
Program kompensasi (balas jasa) harus ditetapkan atas asas adil dan layak serta dengan
memperjhatikan Undang-Undang Perburuan yang berlaku. Prinsip adil dan layak harus
mendapat perhatian dengan sebaik-baiknya supaya balas jasa yang akan diberikan
merangsang gairah dan kepuasan kerja karyawan Asas-asas tersebut adalah seabagai berikut:
Asas adil
Besarnya kompensasi yang dibayar kepada setiap karyawan harus disesuaikan
dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan
pekerjaan, dan memenuhi persyaratan internal konsistensi.
Dengan asas adil maka akan tercipta suasana kerja yang baik, semangat kerja, disiplin,
loyalitas, dan stabilisasi karyawan akan lebih baik.
Asas layak dan wajar
Kompensasi yang diterima karyawan dapat memenuhi kebutuhannya pada tingkat
normative yang ideal. Tolak ukur layak adalah relative penetapan besarnya
kompensasi didasarkan atas batas upah minimal pemerintah dan internal konsistensi
yang berlaku.
F. Metode Kompensasi
Metode kompensasi (balas jasa) dikenal metode tunggal dan metode jamak, yaitu
sebagai berikut:
Metode tunggal
Metode tunggal yaitu suatu metode yang dalam penetapan gaji pokok hanya
didasarkan atas ijazah terakhir dari pendidikan yang dimiliki karyawan. Jadi tingkat
golongan dan gaji pokok seseorang hanya ditetapkan atas ijazah terakhir yang dijadikan
standar.
Metode jamak
Metode jamak yaitu suatu metode yang dalam gaji pokok didasarkan atas beberapa
pertimbangan seperti ijazah, sifat pekerjaan, pendidikan formal, bahkan hubungan
keluarga ikut menentukan besarnya gaji pokok seseorang. Jadi standar gaji pokok yang
pasti tidak ada. ini terdapat pada perusahaan-perusahaan swasta yang didalamnya masih
sering ada diskriminasiRandall dan Susan mengemukakan bahwa ada berbagai metode
yang digunakan untuk mengevaluasi jabatan tradisional diantaranya:
Metode Rangking
Salah satu pendekatan rangking mengandalkan nilai pasar masing-masing jabatan.
Kemungkinan lain, jabatan dapat ditentukan rangkingnya berdasarkan variabel-variabel
semacam tingkat kesulitan, kepentingan bagi keberhasilan organisasi, dan keterampilan
yang dibutuhkan.
Sistem Waktu
Dalam sistem waktu, besarnya kompensasi ditetapkan berdasarkan standar
waktu seperti jam, minggu, atau bulan. Sistem waktu biasanya ditetapkan jika
prestasi kerja sulit diukur per unitnya dan bagi karyawan tetap kompensasinya
dibayar atas sisitem waktu secara periodic setiap bulannya. Besar kompensasi sistem
waktu hanya didasarkan kepada lamanya bekerja bukan dikaitkan kepada prestasi
kerjanya.
Sistem Hasil (Output)
Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi yang dibayar selalu didasarkan
kepada banyaknya hasil yang dikerjakan bukan kepada lamanya waktu
mengerjakannya. Sistem hasil ini tidak dapat ditetapkan kepada karyawan tetap dan
jenis pekerjaan yang tidak mempunyai standar fisik, seperti bagi karyawan
administrasi.
Sistem borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya jasa
didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya. Penetapan besarnya
balas jasa berdasarkan sistem borongan cukup rumit, lama mengerjakannya serta
banyak alat yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
Kebijaksanaan Kompensasi
Kebijaksanaan kompensasi, baik besarnya, susunannya, maupun waktu
pembayarannya dapat mendorong gairah kerja dan keinginan karyawan untuk mencapai
prestasi kerja yang optimal sehingga membantu terwujudnya sasaran perusahaan.
Faktor pemerintah
Peraturan pemerintah yang berhubungan dengan penentuan standar gaji
minimal, pajak penghasilan, penetapan harga bahan baku, biaya
transportasi/angkutan, inflasi maupun devaluasi sangat mempengaruhi
perusahaan dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai.
Kemampuan membayar
Dalam menentukan kebijakan kompensasi pegawai perlu didasarkan pada
kemampuan perusahaan dalam membayar upah pegawai. Artinya jangan sampai
menentukan kebijakan kompensasi diluar batas kemampuan yang ada pada
perusahaan.
Upah Insentif
Guna lebih mendorong produktivitas kerja yang lebih tinggi, banyak organisasi yang
menganut sistem intensif sebagai bagian dari sistem imbalan yang berlaku bagi para
karyawan organisasi. Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa yang termasuk insentif
adalah :
a. Piecework
Salah satu teknik yang lumrah digunakan untuk mendorong para karyawan
meningkatkan produktivitas kerjanya adalah dengan jalan memberikan insentif
financial berdasarkan jumlah hasil pekerjaan karyawan yang dinyatakan dalam unit
produksi.
b. Bonus
Insentif dalam bentuk bonus diberikan pada karyawan yang mampu bekerja
sedemikian rupa sehingga tingkat produksi yang baku terlampaui. Melampaui
tingkat produksi itu dapat dalam salah satu dari tiga bentuk, Pertama berdasarkan
jumlah unit produksi yang dihasilkan dalam satu kurun waktu tertentu. Kedua
apabila terjadi penghematan waktu. Ketiga bonus yang diberikan berdasarkan
perhitungan progresif.
c. Komisi
Sistem insentif lain yang lumrah ditetapkan adalah pemberian komisi. Pada
dasarnya ada dua bentuk sistem ini. Pertama, para karyawan memperoleh gaji
pokok, tetapi penghasilannya dapat bertambah dengan bonus yang diterimanya
karena keberhasilan melaksanakan tugas. Kedua, karyawan memperoleh
penghasilan semata-mata berupa komisi. Cara kedua ini paling sering ditetapkan
bagi tenaga-tenaga penjualan di perusahaan-perusahaan tertentu seperti penjualan
kendaraan bermotor.
d. Kurva "Kematangan"
Dalam organisasi yang memperkerjakan tenaga teknikal dan profesional ilmiah,
sering terjadi bahwa para karyawan - terutama yang merupakan “pekerja otak” –
tidak bergairah untuk menduduki jabatan administrative atau manajerial. Mereka
ada kalanya lebih senang terus menekuni bidang profesinya.
a. Beberapa alat pengukur dari berbagai prestasi karyawan haruslah dapat dibuat
secara tepat, bisa diterima dan wajar.
b. Berbagai alat pengukur tersebut haruslah dihubungkan dengan tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan
c. Data yang menyangkut berbagai prestasi haruslah dikumpulkan tiap hari,
minggu atau, bulan.
d. Standar yang ditetapkan haruslah mempunyai kadar atau tingkat kesulitan yang
sama untuk setiap kelompok kerja.
e. Gaji/upah total dari upah pokok plus bonus yang diterima, haruslah konsisten
diantara berbagai kelompok pekerjaan yang menerima insentif, dan antara
kelompok yang menerima insentif dan yang tidak menerima insentif.
f. Standar prestasi haruslah disesuaikan secara periodik, dengan adanya
perubahan dalam prosedur kerja.
g. Berbagai reaksi karyawan terhadap sistem pengupahan insentif yang kita
lakukan juga harus sudah diperkirakan.
Ringkasan
Kompensasi adalah seluruh imbalan yang diterima karyawan atas hasil kerja karyawan
tersebut pada organisasi. Kompensasi bisa berupa fisik maupun non fisik dan harus dihitung
dan diberikan kepada karyawan sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikan kepada
organisasi
A. Latar Belakang
Kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa motivasi dasar bagi kebanyakan orang
menjadi pegawai pada suatu organisasi tertentu adalah untuk mencari nafkah. Berarti apabila
disatu pihak seorang menggunakan ketrampilan, pengetahuan, tenaga dan sebagian waktu
untuk berkarya pada suatu organisasi di lain pihak ia mengharapkan menerima imbalan
tertentu. Dewasa ini masalah imbalan dipandang sebagai salah satu tantangan yang harus
dihadapi oleh manajemen suatu organisasi karena imbalan oleh para pekerja tidak lagi
dipandang semata-mata sebagai alat pemuas kebutuhan matrialnya akan tetapi sudah
dikaitkan dengan harkat dan martabat manusia.
Kepentingan para pekerja harus mendapat perhatian dalam arti bahwa kompensasi yang
terimanya atas jasa yang diberikan kepada organisasi harus memungkinkan dan
mempertahankan harkat dan martabatnya sebagai insan yang terhormat. Kepentingan
organisasi harus terjamin dalam arti bahwa melalui pengarahan kemampuan, pengetahuan,
ketrampilan, waktu dan tenaga para pekerjanya, organisasi dapat mencapai tujuan dan
sasarannya yang pada gilirannya memungkinkan organisasi tidak hanya sekedar
mempertahankan eksistensinya, melainkan juga untuk bertumbuh dan berkembang, baik
dalam arti kuantitatif maupun kualitatif
Sistem imbalan yang baik adalah sistem yang mampu menjamin kepuasan para anggota
organisasi yang pada gilirannya memungkinkan organisasi memperoleh, memelihara dan
mempekerjakan sejumlah orang yang dengan berbagai sikap dan perilaku positif bekerja
dengan produktif bagi kepentingan organisasi.
F. Jasa-Jasa Kepegawaian
Dalam usaha mendorong produktivitas serta ketenangan kerja para karyawan, dewasa ini
semakin banyak organisasi yang memberikan jasa-jasa tertentu pada para karyawan yang di
luar pembayaran upah dan gaji. Tiga bentuk jasa yang sudah umum diberikan dewasa ini
yaitu :
Bantuan Dana Pendidikan
Merupakan kenyataan yang menggambarkan makin banyak karyawan yang semakin
memadai bahwa menambah pengetahuan dan ketrampilan mereka secara programatik
merupakan salah satu wahana penting dalam meniti karir secara lebih berhasil. Oleh karena
itu banyak karyawan yang melanjutkan pendidikan formalnyaatau mengikuti berbagai kursus
ketrampilan diluar jam kerja mereka. Dalam situasi demikian banyak organisasi yang
memberikan jasa baik berupa bantuan keuangan bagi mereka yang mengikuti program
pendidikan dan pelatihan tertentu.Sudah barang tentu bantuan tersebut disertai dengan
berbagai persyaratan.Misalnya, salah satu persyaratan yang harus dipenuhi yaitu harus
berkaitan dengan tugas pekerjaan pegawai yang bersangkutan dan juga nilai yang dicapai
harus memuaskan berdasarkan kriteria kerja yang ditetapkan oleh penyelenggara.
1) Bantuan Jasa finansial
Berbagai jenis organisasi memberikan bantuan finansial bagi para karyawannya,
untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan jangka pendek yang mendesak maupun
untuk kepentingan jangka panjang.Untuk kepentingan mendesakmisalnya banyak
organisasi yang mendorong terbentuknya koperasi simpan pinjam karyawan.Dengan
adanya koperasi seperti itu, jika ada kaaryawan membutuhkan sejumlah uang untuk
keperluan yang mendesak karyawan tersebut dapat meminjamnya dari koperasi
karyawan dengan berbagai keringanan seperti bunga yang rendah, jangka waktu
pengembalian yang relative lama dan lain sebagainya. Bentuk jasa finansial lainnya
yang sering diberikan oleh berbagai perusahaan kepada semua karyawan ialah
kesempatan membeli saham perusahaan yang harganya lebih rendah dari yang
berlaku di bursa saham. Jasa demikian bermanfaat untuk jangka panjang karna
karyawan dapat menikmati saham yang dimilikinya dikemudian hari, bahkan setelah
mereka memasuki masa pensiun.
2) Jasa Lainnya
Kenyataan menunjukkan bahwa dewasa ini kehidupan karyawan sering berakibat
pada makin banyaknya karyawan yang mengalami stres.Stres yang berat dapat
berakibat pada kondisi fisik, stres yang tidak dapat diatasi oleh para karyawan
berakibat negatif pada prestasi kerja karayawan yang sering terwujud dalam
berbagai bentuk seperti sering berbuat kesalahan dalam penyelesaian tugas, mudah
lelah, dan berbagai hal negatif lainnya. Untuk membantu para karyawan mengatasi
hal tersebut banyak organisasi atau perusahaan yang memberikan jasa-jasa baik
dalam berbagai bentuk seperti bantuan pengoatan, konsultasi psikologi,
pembentukan klub olahraga dan berbagai bentuk lainnya.
Ringkasan
Bagian kepegawaian memikul tanggung jawab utama untuk mengembangkan sistem
imbalan bagi suatu organisasi yang diterapkan secara seragam diseluruh jajaran organisasi.
Dalam usaha mengembangkan suatu sistem imbalan yang efektif para spesialis dibidang
manajemen sumber daya manusia perlu melakukan beberapa hal berikut yaitu :
Melakukan analisis pekerjaan.
Melakukan penilaian pekerjaan yang dikaitkan dengan keadilan internal.
Melakukan survai berbagai sistem imbalan yang berlaku guna memperoleh bahan
yang berkaitan dengan keadilan eksternal.
Menentukan harga setiap pekerjaan dihubungkan dengan harga pekerjaan jenis
tempat lain.
Faktor yang mempengaruhi sistem imbalan yaitu :
Tingkat upah dan gaji yang berlaku.
Tuntutan serikat pekerja.
Produktivitas.
Kebijaksanaan organisasi mengenai upah dan gaji.
Peraturan perundang-undangan
Jasa-jasa kepegawaian yaitu : bantuan dana pendidikan, bantuan jasa financial dan jasa
lainnya
BAB XI
HUMAN RELATIONS
A. Latar Belakang
Beberapa hal yang menjadi faktor penentu keberhasilan sutu perusahaan, diantaranya
adalah baiknya sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan. Para manajer sangat
sadar akan nilai investasi mereka dalam hal sumber daya manusia. Mulai dari menemukan,
mempekerjakan, memotivasi, melatih, mendisiplinkan, dan mengembangkan karyawan
menjadi prioritas nomor satu bagi mayoritas bisnis.Adanya hubungan ketenagakerjaan
(labour relations) yang merupakan hubungan berkesinambungan di antara sekolompok
karyawan dengan manajemen perusahaan, memungkinkan para karyawan membentuk suatu
perkumpulan atau organisasi yang dinamakan serikat karyawan/pekerja. Terbentuknya serikat
karyawan ini dikarenakan rasa ketidakpuasan karyawan terhadap berbagai kondisi
perusahaan. Hubungan ini meliputi negosiasi kontrak tertulis menyangkut gaji, jam kerja,
ketentuan kerja dan intepretasi serta pelaksanaan kontrak selama jangka waktu berlakunya.
Pengetahuan tentang hubungan ketenagakerjaan dan perundingan bersama adalah penting.
Pada kenyataannya, sulit memisahkan hubungan ketenagakerjaan sebagai fungsi sumber daya
manuusia dari banyak aktivitas sumber daya manusia lainnya.
Perlu memperoleh fakta yang benar dalam diskusi adalah untuk mendapatkan kemauan
kerja sama, hubungan kerja sama dari pegawai untuk menerapakan dan memperoleh
persetujuan sebagai solusi. Cara untuk memperoleh kerja sama yang baik dan hasil yang baik
diperlukan pendekatan sebagai berikut :
a) Mau mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberi rasa simpatik, serta
penghargaan. Seseorang yang dalam keadaan kesulitan akan mendapat
keuntungan manakala membiarkan masalahnya didiskusikan bersama
pandangan dengan mereka yang simpatik, dan mengetahui dibidangnya.
b) Temukan permasalahan dengan jelas, baik bagi pewawancara maupun yang
diwawancarai. Wawancara sebaiknya dibantu dengan perumusan masalah-
masalah yang dihadapi.
c) Manakala permasalahan telah dirumuskan dan sudah disepakati dalam
pembahasannya sebagai solusinya, maka sejumlah pertanyaan perlu
dikemukakan sebelum masalahnnya menjadi jelas, khususnya adanya suatu
emosi yang kuat dalam masalah dan pertemuan.
d) Diharapkan anggota yang mengadakan pertemuan memberikan pendapatnya
pada pokok persoalan dan memberikan pandangan-pandangan terhadap
permasalahan.
e) Pendekatan disiplin bagi seluruh pegawai, dan keluwesan, yaitu mengadakan
rencana bagaimana menyesatkan suatu masalah, misalnya melalui wawancara
dengan kearsipan dan arahan yang matang diharapkan melalui wawancara ini
menghasilkan informasi yang benar.
f) Melakukan tindakan yang sesuai dengan keadaan fakta-fakta dan suatu
masalah.
g) Jangan tenggelam pada satu masalah dari berbagai macam masalah.
h) Memperhatikan sikap dan tingkah laku, kemudian gerak dan ucapan,
bandingkan dengan permasalahan yang dihadapi.
Hubungan kerja yang menyangkut pemeliharaan yang menyangkut pemeliharaan yang
berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia, yaitu untuk menciptakan keserasian dan
keterpaduan kerja sama yang baik antarmanusia dalam organisasi maupun hubungannya
dengan manusia yang berada di luar organisasi.
D. Kepuasan Kerja
Pembahasan mengenai kepuasan kerja perlu didahului oleh penegasan bahwa masalah
kepuasan kerja bukanlah hal yang sederhana, baik dalam arti konsepnya maupun dalam arti
analisisnya, karena “kepuasan” mempunyai konotasi yang beraneka ragam.
Meskipun demikian tetap relevan untuk mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan
suatu cara pandang seseorang baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif tentang
pekerjaannya.
Karena tidak sederhana, banyak faktor yang perlu mendapat perhatian dalam
menganalisis kepuasan kerja seseorang. Misalnya sifat pekerjaan seseorang mempunyai
dampak tertentu pada kepuasan kerjanya. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa
apabila dalam pekerjaannya seseorang mempunyai otonomi untuk bertindak, terdapat variasi,
membarikan sumbangan penting dalam keberhasilan organisasi dan karyawan memperoleh
umpan balik tentang hasil pekerjaan yang dilakukannya, yang bersangkutan akan merasa
puas. Bentuk program perkenalan yang tepat serta berakibat pada diterimanya seseorang
sebagai anggota kelompok kerja dan oleh organisasi secara ikhlas dan terhormat juga pada
umumnya berakibat pada tingkat kepuasan kerja yang tinggi. Situasi lingkungan pun turut
berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja seseorang.
Pemahaman yang lebih tepat tentang keuasan kerja dapat terwujud apabila analisis
tentang kepuasan kerja dikaitkan dengan prestasi kerja, tingkat kemangkiran, keinginan
pindah, usia pekerja, tingkat jabatan dan besar kecilnya organisasi.
a. Kepuasan Kerja dan Besarnya-kecilnya Organisasi
Telah umum dimaklumi bahwa kehidupan berkarya digunakan oleh manusia
tidak hanya untuk memuaskan kebutuhan meteriel saja, akan tetapi juga untuk
memenuhi berbagai kebutuhan lainnya seperti yang bersifat mental, psikologikal,
sosial dan spiritual.
Oleh karena itu di organisasi yang besar perlu dicari cara pengelompokan para
karyawan sedemikian rupa sehingga masing-masing karyawan tetap merasa
mendapat perlakuan dan perhatian individual sesuai jati diri masing-masing dan
tidak sekedar alat produksi yang diberi “nomor” pegawai sebagai petunjuk
identitasnya.
b. Kepuasan Kerja dan Prestasi
Jika di muka telah dikatakan bahwa membahas kepuasan kerja bukanlah hal yang
sedehana, salah satu buktinya ialah sukarnya menemukan jawaban pertanyaan
apakah ada kaitan antara kepuasan kerja dengan prestasi seseorang. Memang pada
umumnya orang berpendapat bahwa terdapat kolerasi positif antara keduanya. Pada
hal berbagai penelitian membuktikan bahwa seorang karyawan yang “puas” tidak
dengan sendirinya merupakan karyawan yang berprestasi tinggi, melainkan sering
hanya berprestasi “biasa-biasa saja.” Jika demikian, dapat pula dikatakan bahwa
kepuasan kerja tidak selalu menjadi faktor motivasional kuat untuk berprestasi.
Seorang karyawan yang puas belum tentu terdorong untuk berprestasi karena
“kepuasannya” tidak terletak pada motivasinya, akan tetapi dapat terletak pada
faktor-faktor lain, misalnya pada imbalan yang diperolehnya.
c. Kepuasan Kerja dan Kemangkiran
Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli serta pengalaman banyak
organisasi terlihat bahwa terdapat korelasi kuat antara kepuasan kerja dengan tingkat
kemangkiran. Artinya telah terbukti bahwa keryawan yang tinggi tingkat kepuasan
kerjanya akan rendah tingkat kemangkirannya. Sebaliknya karyawan yang rendah
tingkat kepuasannya akan cenderung tinggi tingkat kemangkirannya. Dalam praktek
kolerasi itu berarti bahwa seorang keryawan yang puas akan hadir di tempat tugas
kecuali ada alasan yang benar-benar kuat sehingga ia mangkir. Sebaliknya karyawan
yang merasa tidak atau kurang puas, akan menggunakan berbagai alasan untuk tidak
masuk kerja. Dengan demikian, salah satu cara yang paling efektif untuk mengurangi
tingkat kemangkiran karyawan adalah meningkatkan kepuasan kerjanya.
d. Kepuasan Kerja dan Keinginan Pindah
Tidak dapat disangkal bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya keinginan
pindah kerja adalah ketidakpuasan pada tempat bekerja sekarang. Sebab-sebab
ketidakpuasan itu dapat beraneka ragam seperti penghasilan rendah atau dirasakan
kurang memadai, kondisi kerja yang kurang memuaskan, hubungan yang tidak serasi,
baik dengan atasan maupun dengan rekan sekerja, pekerjaan yang tidak sesuai dan
berbagai faktor lainnya.
e. Kepuasan Kerja dan Usia
Dalam pemeliharaan hubungan yang serasi antara organisasi dengan para
anggotanya, kaitan antara usia karyawan dengan kepuasan kerja perlu mendapat
perhatian.
Telah diketahui bahwa terdapat korelasi antara kepuasan kerja dengan usia
seseorang karyawan. Artinya, kecenderungan yang sering terlihat ialah bahwa
semakin lanjut usia karyawan, tingkat kepuasan kerjanya pun biasanya semakin
tinggi. Berbagai alasan yang sering dikemukakan menjelaskan fenomenal ini antara
lain ialah :
a) Bagi karyawan yang sudah agak lanjut usia makin sulit memulai karier baru
di tempat lain.
b) Sikap yang dewasa dan matang mengenai tujuan hidup, harapan, keinginan
dan cita-cita.
c) Gaya hidup yang sudah mapan.
d) Sumber penghasilan yang relatif terjamin.
e) Adanya ikatan batin dan tali persahabatan antara yang bersangkutan dengan
rekan-rekannya dalam organisasi.
Sebaliknya mudah menduga bahwa bagi para karyawan yang lebih muda usia,
keinginan pindah itu lebih besar.
Konseling Pegawai
Perlu ditekankan terlebih bahwa korteks konseling pegawai adalah pemeliharaan
hubungan yang serasi dengan para karyawan, khususnya melalui pemberian bantuan
mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi, baik yang sifatnya kedinasan maupun
pribadi.
Konselimg yang efektif adalah kegiatan yang :
a) Melibatkan paling sedikit dua pihak, yaitu karyawan dan konselor
b) Berwujud komunikasi dua arah yang terbuka
c) Membantu karyawan menghadapi dan menyelesaikan masalah
d) Meningkatkan kemampuan organisasi mencapai sasarannya
e) Memperlakukan para karyawan dengan cara yang lebih manusiawi
f) Mengatasi permasalahan pribadi dan organisasional
g) Bersifat konfidensial
h) Ditangani oleh tenaga ahli secara profesional, baik yang terdapat di dalam
organisasi maupun yang didatangkan dari luar organisasi yang bersangkutan
Dinyatakan dengan cara lain, kegiatan konseling mempunyai paling sedikit enam
fungsi, yaitu :
Disiplin Pegawai
a) Pendisiplinan Preventif
Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para
karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi
standar yang telah ditetapkan. Artinya melalui keelasan dan penjelasan tentang
pola sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi
diusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan berperilaku negatif.
b) Pendisiplinan Korektif
Jika ada karyawan yang nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas
ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah
ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau ringannya suatu
sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi.
Ringkasan
Hubungan karyawan merupakan suatu bentuk interaksi antara pihak karyawan
dengan sesama karyawan, pihak karyawan dengan atasan, atau hubungan antara seluruh
individu yang ada dalam suatu perusahaan untuk melakukan interaksi.
Secara umum alasan-alasan di bentuknya serikat kerja adalah sebagai berikut:
Mendapatkan kompensasi yang layak, mendapatkan kondisi kerja yang lebih baik,
mendapat haknya secara adil, melindungi diri mereka dari tindakan sewnang-wenang
manajemen, mendapatkan kepuasan kerja dan kesempatan yang berprestasi.
Pertumbuhan berbagai jenis pekerjaan dan meningkatnya globalisasi pada
berbagai perusahaan menghadirkan tantangan pada hubungan karyawan yang unik
terhadap departemen SDM. Secara umum hubungan karyawan dibentuk oleh persepsi
terhadap diskriminasi, atau kebalikan dari diskriminasi, yang mungkin saja dapat terjadi
ketika penentuan pekerjaan, promosi pekerja, atau pemberian hadiah kepada sekelompok
karyawan.
BAB XII
SEPARATION
Pemecatan terjadi hanya manakala situasi tadi terdokumentasi dengan baik, dan
apabila pelatihan atau konseling gagal mengoreksi masalah. Pemecatan juga harus mematuhi
ketentuan hukum, manajer harus mencermati dan mengidentifikasi situasi dimana ketidak
cocokan antara karyawan dengan pekerjaan tidak dapat dikoreksi melalui pelatihan yang akan
datang.
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh manajer dalam memecat karyawan, yaitu:
B. Pengunduran Diri
Bahkan tatkala sebuah organisasi sungguh-sungguh berniat untuk membuat
lingkungannya tempat yang baik untuk bekerja, para karyawan masih akan mengundurkan
diri atau minta berhenti. Pengunduran diri (resignation) adalah pemisahan diri sukarela oleh
seorang karyawan dari organisasi. Putaran karyawan dengan kuantitas tertentu adalah wajar
bagi organisasi dan sering diperlukan dalam rangka memberikan kepada kalangan karyawan
kesempatan untuk meraih tujuan karir. Tetapi, seandainya putaran karyawan menjadi terlalu
berlebihan, sesuatu harus dilakukan. Para karyawan yang paling kompeten sering merupakan
orang yang mengundurkan diri karena mereka merasa tidak mobile. Di lain pihak, karyawan
yang berprestasi rendah kelihatannya tidak pernah meninggalkan perusahaan. Jika karyawan
cemerlang yang meninggalkan perusahaan kuantitasnya banyak, perusahaan perlu mencari
kiat untuk menghambat kecenderungan itu.
Menganalisis Pengunduran Diri
Alasan pengunduran diri yang sangat sering mengemuka adalah utuk mencari gaji
dan/atau tunjangan yang lebih baik. Meskipun demikian, sebagian besar perusahaan
mengadakan servei gaji, atau jikalau tidak, mencari tahu berapa gaji yang ditawarkan
oleh pesaing. Menurut riset, bahwa sekiranya para karyawan menyebutkan gaji
sebagai alasan pengunduran diri, namun mereka pula sering memiliki alasan lain yang
lebih mendalam untuk memilih keluar dari perusahaan seperti contoh manajer
departemen yang sulit diajak kerja sama, atau kultur perusahaan yang mengekang
para karyawan yang kreatif.
Andai kata perusahaan ingin mengetahui alasan sebenarnya dari individu sehingga
memutuskan untuk keluar, perusahaan dapat menyelenggarakan wawancara keluar
(exit interview) dan kuesioner pascakeluar (postexit questionnaire). Manajemen
percaya bahwa wawancara keluar dapat meredakan putaran karyawan dengan
mengumpulkan informasi mengenai beragam masalah yang digeluti karyawan di
tempat kerjanya. Wawancara keluar yang dimodifikasi dapat juga dilaksanakan ketika
seorang karyawan meninggalkan posisi apa saja untuk alasan apapun misalnya
pensiun muda, transfer, atau bahkan pemberhentian. Wawancara keluar menyangkut
hal-hal sebagai berikut:
Pembinaan hubungan baik
Tujuan wawancara
Sikap terhadap pekerjaan yang lama
Meneliti alasan keluar
Perbandingan pekerjaan lama dan baru
Perubahan yang disarankan
Kesimpulan
Maklumat Pengunduran Diri
Sebagian besar perusahaan akan meminta maklumat pengunduran diri (Notice of
Resignation) dari karyawan paling tidak dua minggu sebelumnya. Jikalau maklumat
atau pemberitahuan itu diinginkan perusahaan, kebijakan ini harus disampaikan secara
jelas kepada semua karyawan. Perusahaan mempunyai kewajiban tertentu apabila
menghendaki karyawan keluar menyampaikan pemberitahuan sebelumnya.
Transfer adalah perpindahan seorang karyawan dari satu pekerjaan ke posisi lainnya
yang gaji, tanggung jawab, dan atau jenjang organisasionalnya relatif sama. Apabila promosi
(promotion) menyangkut perpindahan ke atas (upward movement), maka transfer merupakan
perpindahan horisontal dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Sebagian besar organisasi
mempunyai kebijakan dan prosedur transfer spesifik yang telah disusun terutama untuk
merespon beberapa sebab transfer:
Karyawan dengan riwayat kinerja yang rendah atau perilaku bermasalah yang
tidak ingin lagi dipertahankan oleh kepala departemennya.
Karena praktif penempatan karyawan yang tidak sempurna, ketidakcocokan
pekerjaan bisa saja terjadi.
Seorang karyawan dapat menjadi tidak puas dengan sebuah pekerjaan karena
satu atau berbagai alasan.
Beberapa organisasi kadang-kadang memulai transfer untuk pengembangan
karyawan yang lebih lanjut.
Perusahaan sering menjumpai perlunya reorganisasi.
Membuat posisi-posisi tersedia dalam saluran promosi utama.
Memuaskan hasrat pribadi para karyawan.
Promosi (Promotion) terjadi tatkala seorang karyawan berpindah dari suatu pekerjaan ke
posisi lain yang lebih tinggi gaji, tanggung jawab, dan atau jenjang organisasionalnya lebih
tinggi. Pada umumnya tujuan promosi adalah untuk mengisi kekosongan posisi yang nilainya
lebih berharga bagi organisasi dari pada posisi karyawan pada saat ini. Nilai yang lebih
berharga ini biasanya tercermin dalam rentang bayaran untuk posisi itu. Promosi mempunyai
beberapa tujuan dan manfaat kepada perusahaan dan karyawan:
Pensiun (retirement) adalah pemisahan diri oleh karyawan tua dari organisasi, pensiun
memungkinkan mereka untuk mencari minat/kepentingan diluar pekerjaan seraya membuka
peluang posisi dan karir bagi karyawan lainnya. Program pensiun dapat berdasarkan pada
umur tertentu atau lamanya masa kerja bersama perusahaan, atau kedua-dua nya. Kadang-
kadang karyawan ingin pensiun sebelum mencapai persyaratan usia atau lamanya masa dinas
perusahaan. Dari sudut pandang organisasi karyawan yang pensiun muda memiliki aspek
positif dan negatif. Pensiun muda (early retirement) sering dipandang sebagai sebuah solusi
yang menarik. Organisasi dapat memberlakukan pensiun muda untuk mengurangi tingkat
senioritas yang tinggi sehingga mengurangi biaya gaji dan tunjangan, atau untuk membuka
kesempatan promosi dengan mengurangi jumlah karyawan manajerial yang jenjang nya
tinggi. Pensiun muda dapat juga menjadi alternatif bagi karyawan yang dirumahkan (lay off).
Dampak Pensiun
Pensiun sudah barang tentu berdampak terhadap organisasi dan individu yang pensiun
Dampak terhadap individu
Dengan perencanaan dan sumber daya keuangan yang memadai, tampaknya
pensiun kini menjadi pengalaman positif bagi orang-orang yang
mengalaminya.
Dampak terhadap organisasi
Dari perspektif organisasi, pensiun dapat menjadi suatu proses yang sangat
positif. Pensiun memampukan karyawan baru dengan kecakapan mutakhir
untuk memasuki organisasi dan menggantikan karyawan tua yang keahliannya
sudah ketinggalan jaman. Proses ini mendorong inovasi dan pemikiran baru
didalam organisasi.
Keluarnya karyawan-karyawan tua dapat mempertinggi tingkat ketidak pastian
lingkungan yang mesti dihadapi oleh organisasi. Kadang kala pengganti yang
kompeten untuk orang-orang yang pensiun sulit pula ditemukan. Pada saat karyawan
tua meninggalkan organisasi, dia membawa serta kekayaan pengetahuan tentang
lingkungan organisasi, kontak bisnis dan pengaruh yang mereka bina dengan
lingkungan bisnis juga ikut raib.
BAB XIII
HUMAN RESOURCES INFORMATION SYSTEM
A. Latar Belakang
Proses layanan produk lebih didominasi oleh manusia, hubungan antar sistem di dalam
organisasi yang merupakan prasyarat tercapainya organisasi yang efektif secara langsung
membutuhkan kemampuan pengelolaan sumber daya manusia yang lebih baik pula.
Perusahaan yang dinamis akan selalu meningkatkan produktivitasnya melalui konsistensinya
menghasilkan kinerja terbaik serta mempertahankan hal yang menjadi keunggulan kompetitif
tersebut. Dan faktor yang dianggap paling potensial dalam penyediaan keunggulan kompetitif
bagi perusahaan adalah SDM, serta terkait dengan bagaimana mengelola sumber daya ini.
Unsur individu manusialah yang memegang peranan penting dan sangat menentukan
keberhasilan organisasi tersebut. Kemampuan SDM akan sangat berpengaruh terhadap
kemajuan perusahaan.
Strategi organisasi/perusahaan yang competitive akan dapat dirumuskan melalui
berbagai masukan dari sumber daya manusia dan menjadi dasar dalam penyusunan
perencanaan sumber daya manusia (human resources planning). Hal ini dapat diwujudkan
melalui proses yang didukung instrumen kebijakan dengan melakukan analisis dan
identifikasi kebutuhan sumber daya manusia serta ketersediannya. Tindakan dari proses
tersebut melalui tahapan pemeriksaan/audit sumber daya manusia, agar diperoleh dasar
keputusan terhadap kondisi objektif atas berbagai permasalahan strategi dalam kebutuhan
sumber daya manusia yang direncanakan.
Naik turunnya kinerja perusahaan karena adanya beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Pada umumnya kinerja perusahaan yang optimal dipengaruhi oleh faktor
internal maupun eksternal. Faktor internal yang diduga kuat memberikan pengaruh terhadap
kinerja perusahaan saat ini salah satunya diantaranya karena Sistem informasi SDM yang
juga berpengaruh terhadap Kinerja. Hal ini bisa disebabkan Sarana sistem informasi SDM
yang kurang mendukung, dalam hal ini penerapan sistem informasi SDM yang akurat,
relevan, lengkap dan tepat waktu. Di perusahaan, pemanfaatan Sistem Informasi Sumber
Daya Manusia (Human Resource Informastion Sistem) mampu meningkatkan kinerja dan
daya saing bisnis ketika kebutuhan akan informasi yang cepat tepat dan ketersediaan data
untuk proses pengambilan keputusan dibutuhkan.
Sistem Informasi SDM sebagai suatu sistem informasi terintergrasi yang dirancang
untuk meningkatkan efisiensi dengan mengumpulkan data SDM dan untuk membuat
dokumen SDM lebih berguna sebagai sumber informasi. Dengan demikian bisa dikatakan
bahwa langkah-langkah aktivitas MSDM terangkum dan terstandarisasi dalam aplikasi
pengelolaan sumber daya yang berdampak pada kinerja perusahaan.
Fungsi Masukan
Fungsi Pemrosesan
Fungsi Keluaran
Fungsi ini merupakan fungsi yang paling kentara dari sebuah system sumber
daya manusia. Untuk menghasilkan fungsi keluaran yang bernilai bagi pemakai
computer, system informasi sumber daya manusia harus memproses keluaran
tersebut dan membuat kalkulasi – kalkulasi yang diperlukan setelah itu
menginformasikan presentasinya dalam cara yang dimengerti oleh pemakai.
Subsistem Input
Subsistem input merupakan kombinasi standar dari pengolahan data,
penelitian dan intelejen. Subsistem input ini terdiri dari :
Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi menyediakan data akuntansi bagi system
informasi sumber daya manusia sehingga database berisi gambaran yang
lengkap dari sumber daya manusia, baik berupa keuangan maupun non
keuangan. Elemen sumber daya manusia relative lebih permanen dan bersifat
non-keuangan seperti nama pegawai, jenis kelamin, tanggal lahir,
pendidikan, dan jumlah tanggungan. Data keuangan seperti upah per jam,
gaji bulanan, pendapatan kotor saat ini, dan pajak penghasilan tahun berjalan.
Subsistem Penelitian Sumber Daya Manusia
Subsistem penelitian sumber daya manusia mengumpulkan data melalui
proyek penelitian khusus, contohnya penelitian suksesi, analisis dan evaluasi
jabatan, dan penelitian keluhan.
Subsistem Intelijen Sumber Daya Manusia
Subsistem ini mengumpulkan data yang berhubungan dengan sumber daya
manusia dari lingkungan perusahaan. Elemen lingkungan yang menyediakan
data ini meliputi pemerintah, pemasok tenaga kerja, serikat kerja, masyarakat
global, dan sebagainya.
Subsistem ini adalah hasil pengolahan data sumber daya manusia perusahaan.
Subsistem Perencanaan Angkatan Kerja
Subsistem ini meliputi kegiatan yang memungkinkan manajemen untuk
mengidentifikasi kebutuhan pegawai dimasa datang seperti pembuatan bagan
organisasi, peramalan gaji, analisis/evaluasi jabatan.
Subsistem Perekrutan
Subsistem ini mengidentifikasi dua aplikasi perekrutan yaitu penelusuran pelamar
dan pencarian internal.
Subsistem Manajemen Angkatan Kerja
Subsistem ini meliputi penilaian kerja, pendidikan dan pelatihan, pengendalian
posisi, relokasi, keahlian/kompensasi, dan pendisplinan.
Subsistem Kompensasi
Subsistem ini meliputi segala bentuk informasi yang berkaitan dengan balas jasa
terhadap yang telah dikerjakan karyawan, yaitu peningkatan penghargaan, gaji,
kompensasi eksekutif, insetif bonus, dan kehadiran.
Subsistem Benefit
Aplikasi dalam subsistem ini umumnya sangat rumit dan sukar dilaksanakan.
Subsistem benefit ini seperti berapa besar pension yang diperoleh seorang
karyawan pada akhir masa kerjanya.
Subsistem Pelaporan Lingkungan
Subsistem ini ditujukan untuk memenuhi tanggung jawab perusahaan pada pihak
berkepentingan diluar lingkungan perusahaan seperti pemerintah dan serikat
kerja.
Ringkasan
Sistem informasi sumber daya manusia merupakan suatu prosedur sistematik yang
memiliki kemampuan lebih dari sekadar laporan computer mengenai informasi pegawai,
namun system informasi sumber daya manusia juga mampu menyimpan, menganalisa,
memelihara, dan mengendalikan informasi keseluruhan mengenai sumber daya manusia
agar dapat dipakai oleh semua pihak yang membutuhkan.
BAB XIV
HUMAN RESOURCES AUDIT
A. Pendahuluan
Manusia merupakan sumber daya yang paling penting dan menentukan dalam arah dan
perubahan organisasi. Tanpa manusia sebagai penggeraknya, organisasi menjadi kumpulan
resources yang tidak berguna. Selain itu, sumber daya manusia menjadi pilar penyangga
utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi – misi dan tujuan
organisasi. Dan, persis seperti aspek keuangan, pemasaran, mutu, lingkungan, manajemen,
operasional, internal dan eksternal, maka sumber daya manusia juga memerlukan audit untuk
memeriksa dan melihat sejauh mana fungsi-fungsi sumber daya manusia dalam organisasi
memenuhi azas kesesuaian, efektivitas dan efisiensi di dalam prakteknya untuk mendukung
tercapainya tujuan dan sasaran organisasi secara keseluruhan. Audit sumber daya manusia
sejatinya merupakan penilaian yang sifatnya komprehensif. Audit itu juga didesain untuk
menentukan jika dan bagaimana suatu perusahaan memenuhi tanggung jawabnya yang
berhubungan dengan aturan-aturan sumber daya manusia. Guna mengerti dengan benar akan
budaya, dinamika internal, dan bagaimana fungsi-fungsi organisasi, maka porsi terbesar dari
pekerjaan audit sumber daya manusia dilakukan on-site dan diikutsertakannya berbagai
komponen audit. Kunci penilaian keseluruhan dalam audit ini adalah gap analysis yang
mengukur aktivitas sumber daya manusia pada kondisi saat audit dengan praktek-praktek
yang dipertimbangkan sebagai yang ‘terbaik’.
Perlu juga dipahami, bahwasanya untuk lebih mengerti isi audit sumber daya manusia
yang sebenarnya, siapapun terlebih dahulu mesti mengenal pengertian, manfaat, instrument-
instrumen, dan bentuk laporan audit secara umum serta kemudian menghubungkannya
dengan pengertian dan manfaat audit sumber daya manusia. Pemaparan pengertian ini
sangatlah penting supaya pembaca tidak kehilangan makna dan maksud dari audit sumber
daya manusia.
Hal penting lain adalah bahwa audit sumber daya manusia tidak mesti selalu ditekankan
untuk mencari pelanggaran atau ketidaksesuaian. Akan tetapi, berguna juga mencari
terobosan dan tantangan baru. Auditor memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan yang
dimilikinya untuk menggali potensi nilai dari perspektif sumber daya manusia memotivasi
auditee guna memacu prestasi dengan melakukan berbagai perubahan atau inovasi. Sumber
daya manusia akan bisa berkembang jika didukung oleh budaya dan iklim organisasi yang
kondusif melalui habitat belajar yang dapat meningkatkan modal kredibilitas individu dan
organisasi. Kompetensi individu dan organisasi saja tidak cukup jika tidak didukung oleh
kredibilitas individu dan organisasi. Karena itu pula, audit sumber daya manusia perlu
ditindaklanjuti oleh manajemen dengan melakukan perbaikan dan menghindari masalah yang
sama di kemudian hari. Dan, peranan top management sangat diharapkan dalam keberhasilan
audit ini. Caranya, dengan memberikan disposisi atas laporan hasil audit sumber daya
manusia yang dapat menimbulkan dampak psikologis bagi auditor.
Lebih penting lagi, audit sumber daya manusia dapat dipandang sebagai proses
pembelajaran yang merupakan perluasan dari kata mencoba. Dalam pembelajaran (learning)
juga terdapat beberapa kesalahan dan ini dipandang sebagai proses untuk lebih menghasilkan
dan mencapai apa yang dipandang sebagai praktek terbaik. Seperti aturan umum yang
disampaikan oleh Warren Bennis dan Burt Nanus untuk semua organisasi: reasonable failure
should never be received with anger.
Menurut Gomez-Mejia (2001 :28), audit sumber daya manusia merupakan tinjauan
berkala yang dilakukan oleh departemen sumber daya manusia untuk mengukur efektifitas
penggunaan sumber daya manusia yang terdapat di dalam suatu perusahaan.
Selain itu, audit memberikan suatu perspektif yang komprehensif terhadap praktik yang
berlaku sekarang, sumber daya, dan kebijakan manajemen mengenai pengelolaan SDM serta
menemukan peluang dan startegi untuk mengarahkan ulang peluang dan strategi tersebut.
Intinya, melalui audit dapat menemukan permasalahan dan memastikan kepatuhan terhadap
berbagai peraturan perundangan-undangan dan rencana-rencana strategis perusahaan.
Bila dilihat ruang lingkup kegiatan suatu perusahaan, sebagai contoh bank, perusahaan
penerbangan, leasing, asuransi yang sangat luas dengan cabang yang tersebar di seluruh
pelosok negeri dan bahkan keluar negeri, sehingga mulai dari kegiatan pengambilan
keputusan dan penetapan kebijakan oleh Top Manajemen persuahaan yang bersangkutan.
Kemudian kegiatan pelaksanaan dari keputusan kebijakan tersebut , serta kegiatan
membukukan dan melaporkan akibat dari kegiatan yang terjadi yang utamanya yang
menyangkut SDM, semuanya perlu diaudit. Kembali kepada fungsi Audit ini sendiri dapat
dikategorikan ke dalam tiga bidang utamanya yang tentu fokusnya ada pada audit sumber
daya manusia, antaranya terdiri atas :
1. Policy Audit/ manajemen audit atau penilaian yang dilaksanakan secarasistematis dan
independent, berorientasi ke masa depan terhadap: keputusan dankebijakan yang
dilakukan oleh manajemen yang bertujuan untuk meningkatkankualitas SDM melalui
perbaikan pelaksanaan fungsi manajemen, pencapaianrencana yang sudah ditetapkan
serta pencapaian Social objective.
2. Performance/ Operasional audit, merupakan suatu kegiatan penilaian yang sistematis
yang dilaksanakan secara Objective dan independent berorientasiatas masa depan untuk
semua kegiatan yang ada dalam suatu perubahan yangutamanya dalam bidang SDM.
C. Pentingnya Audit SDM
Audit menelaah seberapa baik manajer mematuhi kebijakan SDM. Jika manajer
mengabaikan kebijakan SDM atau melanggar peraturan hubungan karyawan, audit akan
mengungkapkan kesalahan-kesalahan ini sehingga tindakan korektif dapat segera diambil.
Ketaatan terhadap hukum sangat penting.Di samping memastikan ketaatan, audit dapat
meningkatkan citra departemen SDM dan kontribusinya terhadap perusahaan. Manajer
operasi dapat memperoleh respek yang lebih tinggi untuk departemen pada saat tim audit
meminta pandangan mereka. Karena pada dasarnyadepartemen SDM merupakan departemen
pelayanan. Tindakan ini dapat memperbesar kontribusinya terhadap tujuan-tujuan
organisasional perusahaan.
Departemen SDM yang efektif memenuhi tujuan perusahaan dan kebutuhan karyawan.
Jika kebutuhan karyawan tidak terpenuhi, maka frekuensi perputaran karyawan,
ketidakhadiran dan aktivitas serikat pekerja kemungkinan akan terjadi. Untuk mempelajari
seberapa baik kebutuhan karyawan. Tim audit mengumpulkan informasi mengenai gaji,
tunjangan, praktik kepenyeliaan, bantuan perencanaan karier dan umpan balik yang diterima
karyawan mengenai kinerja mereka.
Audit Sumber Daya Manusia merupakan suatu proses sistematik dan formal untuk
mengevaluasi kompatibilitas fungsi SumberDaya Manusia dengan tujuan dan strategi
implementasi berbagai fungsi SDM, kebijakan dan prosedur SDM, serta kinerja setiap
program SDM.Audit SDM dapat dilaksanakan dalam beberapa situasi :
1. Ketika di rasa perlu oleh manajemen puncak
2. Ketika suatu kekuatan eksternal yang memaksa suatu tinjauan (perusahaan induk,
perusahaan yang mengakuisisi, dewan komisaris, badan pemerintah dan lain-lain)
3. Ketika seorang manajer baru bertanggung jawab atas departemen sumber daya
manusia.
4. Ketika suatu perusahaan yang signifikan dalam dunia usaha yang memaksa
konsiderasi(pertimbangan) ulang manajemen sumber daya manusia (contoh, penurunan
bisnis, ekspansi yang gencar, ancaman sedikit pekerja, dan perputaran karyawan yang
tinggi sekali.
5. Ketika suatu keinginan spesialis sumber daya manusia untuk meningkatkan praktik dan
sistem SDM perusahaan.
Lebih penting lagi, audit sumber daya manusia dapat dipandang sebagai proses
pembelajaran yang merupakan perluasan dari kata mencoba. Dalam pembelajaran (learning)
juga terdapat beberapa kesalahan dan ini dipandang sebagai proses untuk lebih menghasilkan
dan mencapai apa yang dipandang sebagai praktek terbaik.
D. Audit SDM
Ketaatan menilai alignment dan konsistensi kebijakan dan prosedur SDMdengan tujuan
dan strategi perusahaan Mengevaluasi keefektifan dan efisiensisetiap fungsi SDM serta
mengukur biaya dan kinerja setiap program dan fungsiMSDM. Menganalisis tingkatan
kepuasan penggunaan pelayanan fungsi SDM melalui pelaksanaan survei sikap karyawan.
Mengevaluasi penerapan berbagaikebijakan dan prosedur MSDM oleh para manajer lini.
Menentukan ketaatanterhadap peraturan dan regulasi(mengendalikan perilaku dengan aturan)
yang berlaku.
Perencanaan SDM
Perencanaan SDM merupakan proses analisis dan identifikasi tentangkebutuhan dan
ketersediaan SDM untuk menyelesaikan berbagai bidang tugas dan tanggung jawab yang
harus dikelola perusahaandalam mencapai tujuannya.Rencana SDM merupakan bagian
dari rencana strategis perusahaan, dimanarencana ini memastikan kebtuhan SDM untuk
mengimplementasikan strategi pencapaian tujuan perusahaan dapat terpenuhi dalam
kualitas dan kuantitasnyayang tepat pada saat diperukan. Cleh karena itu perencanaan
SDM harus secara maksimal mengadopsi berbagai perubahan lingkungan bisnis dan
organisasiyang terjadi, sehingga dapat memenuhi tuntutan perubahan tersebut, yang
tertuangdalam rencana strategi perusahaan.
Rekrutmen
Rekrutmen meliputi upaya pencarian sejumlah calon karyawan yangmemenuhi syarat
dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka perusahaan dapat menyeleksi orang-orang
yang paling tepat untuk mengisi lowongan pekerjaanyang ada. Pelaksanaan rekrutmen
harus mampu mendapatkan SDM dengan carayang paling ekonomis, efektif dan
efisien.Kegiatan kunci dalam melaksanakan rekrutmen meliputi:
a. Menentukan kebutuhan jangka panjang dan jangka pendek pada setiap bidang,
jenis pekerjaan dan levelnya dalam perusahaan.
b. Terus berupaya mendapatkan informasi tentang perkembangan kondisi pasar
tenaga kerja.
c. Menyusun bahan-bahan rekrutmen yang efektif.
d. Menyusun program rekrutmen yang terpadu berhubungan dengan aktivitasSDM
yang lain dang dengan kerjasama antara manajer lini dan karyawan.
e. Mendapat calon karyawan yang berbobot dan memenuhi syarat.
f. Mencatat jumlah dan kualitas pelamar dari berbagai sumber dan masing-masing
metode rekrutmennya.
g. Melakukan tindak lanjut terhadap para karyawan baik yang ditolak maupun yang
diterima untuk mengevaluasi efektivitas rekrutmen yang dilkukan.
Penilaian Kinerja
Penilaian kerja karyawan pada dasarnya adalah menghubungkan kinerjakaryawan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan standar keberhasilan yang telah
ditetapkan untuk tugas dan tanggung jawab tersebut. Hasil penilaian kinerja karyawan
dapat mencerminkan sebagian dari kinerja perusahaan.
M. Laporan Audit
Laporan audit merupakan deskripsi komprehensif aktivitas-aktivitas sumber daya
manusia yang meliputi rekomendasi-rekomendasi untuk prakte-praktek yang efektif dan
rekomendasi-rekomendasi untuk memperbaiki praktek-praktek yang tidak efektif.
Sikap manajer operasi dan karyawan mengenai servis departemen sumber daya
manusia
Telaah tujuan departemen dan organisasinya untuk mencapai tujuan tersebut
Permasalahan sumber daya manusia dan implikasinya
Rekomendasi untuk yang membutuhkan perubahan yang dapat dinyatakan dalam
prioritas yang dilihat oleh tim audit.
Dengan adanya informasi yang ada di dalam laporan audit, manajer sumber daya
manusia dapat mengambil pandangan luas mengenai fungsi sumber daya manusia. Laporan
audit SDM terdiri dari beberapa bagian yang ditujukan untuk Manajer lini,manajer SDM,
manajer Sumber Daya, yang formatnya terdiri atas :
Judul
Daftar Isi
Ringkasan dan kesimpulan
Masalah-masalah pokok
Kesimpulan dan saran
Tubuh (data, fakta pandangan dan alasan )
Sumber data
Lampiran yang dianggap penting.
L. Rekomendasi Hasil Audit
Rekomendasi hasil audit memuat temuan atas hasil audit yang dilakukan oleh auditor,
temuan-temuan yang bersifat negatif biasanya dibuat dalam bentuk KDT (Kertas Data
Temuan) oleh auditor untuk dijadikan laporan kepada institusi auditor.
Kertas data temuan tersebut, setelah audit selesai, perlu ada tanggapan dari perusahaan
yang diaudit, sehingga penyimpangan-penyimpangan yag ditemukan dapat dijelaskan apa
yang menjadi penyebabnya dan apa upaya dari perusahaan tersebut di masa yang akan
datang, agar penyimpangan-penyimpangan itu tidak terulang kembali.
Ringkasan
Audit SDM di laksanakan untuk mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan baik
untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Artinya audit SDM
mempunyai misi membantu pimpinan dengan memberikan masukan informasi signifikan
hasil penilaian auditor untuk membantu mengatasi permasalahan yang tengah dihadapi oleh
Departemen. Hasil audit SDM dapat menjadi masukan berharga untuk referensi dalam
membuat keputusan atau mengambil kebijakan tentang SDM sehingga pengelolaan SDM
dapat lebih sesuai dengan perencanaan organisasi jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Bernardin, H. J,. (2000) Human Resource Management: Experential Approach, Irwin Mc.
Graw – Hill.
Byars, V., & Leslie W. R,. (1997) Human Resource Management, Fifth Edition.
Gary D., Manajemen Sumber Daya Manusia, Terjemahan, Penerbit PT. Prenhallindo,
Jakarta.
Hasibuan, M., (2009) Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Bina Reksa.
Ivancevich, J., M. Human Resource Management, 9th edition.
Mangkunegara, A., P, AA. (2000) Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
PT.Remaja Rosdakarya, Bandung.
Milkovich, G., T, & John W. Boudreau., Human Resource Management.
Mondy,. (2008) Human Resource Management, 10” Edition, Prentice Hall.
Noe, A. R., Hollenbeck, R. J., Gehart, B., W., & Patrick., M. (2000), Human Resource
Management, Irwin McGraw – Hill, Third Edition.
Randall. S. S., & Susan E. J. (2009), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1 dan 2,
Penerbit Erlangga.
Siagian. P. S. (2017), Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Bina Reksa.
Simamora, H,. (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit STIE YKPN.
Weather, W., B. Jr & Keith D. (1996), Human Resource and Personal Management
McGraw – Hill.