DISUSUN OLEH :
A. Pendahuluan ......................................................................................... 5
B. Pengertian pelatihan ............................................................................. 5
..............................
C. Tujuan dan manfaat pelatihan .............................................................. 6
D. Jenis-jenis pelatihan ............................................................................. 8
E. Prinsip-prinsip pelatihan....................................................................... 8
F. Komponen pelatihan ............................................................................ 11
G. Manajemen pelatihan............................................................................ 12
H. Metode pelatihan .................................................................................. 20
I. Evaluasi pelatihan ................................................................................ 21
J. Tantangan kebutuhan pelatihan ............................................................ 23
K. Rangkuman .......................................................................................... 23
A. Pendahuluan ......................................................................................... 26
B. Pengertian kepuasan kerja .................................................................... 26
C. Survei kepuasan kerja .......................................................................... 27
D. Dampak kepuasan kerja ....................................................................... 28
E. Teori-teori kepuasan kerja .................................................................... 30
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja............................... 32
G. Meningkatkan kepuasan kerja .............................................................. 40
H. Rangkuman .......................................................................................... 43
A. Pendahuluan ......................................................................................... 46
B. Pengertian kejenuhan kerja .................................................................. 46
C. Penyebab kejenuhan kerja .................................................................... 48
D. Gejala kejenuhan kerja ......................................................................... 55
E. Dimensi kejenuhan kerja ...................................................................... 56
F. Rangkuman .......................................................................................... 58
A. Pendahuluan ......................................................................................... 64
B. Pengertian audit pegawai ..................................................................... 64
C. Jenis-jenis audit .................................................................................... 66
D. Tujuan audit pegawai ........................................................................... 68
E. Manfaat audit pegawai ......................................................................... 68
F. Ruang lingkup audit pegawai ............................................................... 69
G. Pelaksanaan audit pegawai ................................................................... 72
H. Audit pegawai berbasis riset ................................................................ 74
I. Rangkuman .......................................................................................... 76
A. Pendahuluan ......................................................................................... 84
B. Pengertian kompensasi ......................................................................... 84
C. Asas –asas kompensasi ........................................................................ 85
D. Jenis-jenis kompensasi ......................................................................... 87
E. Fungsi dan tujuan kompensasi ............................................................. 91
F. Sistem kompensasi ............................................................................... 93
..............................
G. Program pemberian kompensasi .......................................................... 95
H. Waktu pembayaran kompensasi ........................................................... 98
I. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian kompensasi ................. 99
J. Rangkuman .......................................................................................... 103
BAB 9
PELATIHAN PEGAWAI
A. PENDAHULUAN
Perkembangan pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mendorong perusahaan untuk menerapkan, memanfaatkan, serta
mengelola pengetahuan dan kemajuan di bidang teknologi bagi
pengembangan perusahaan. Untuk itu, dibutuhkan pegawai yang
meiliki spesifikasi kemampuan dan ketrampilan yang unik, yang
membedakannya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan pesaing.
Pelatihan pegawai merupakan sarana penting dalam pengembangan
SDM yang superior.
B. Pengertian Pelatihan
Chan (2010) menyatakan bahwa pelatihan merupakan pembelajaran
yang disediakan untuk meningkatkan kinerja berkaitan dengan
pekerjaan saat ini.
Roger dan Caple (2009) menyatakan bahwa pelatihan merupakan
upaya yang sistematis dan terencana untuk mengubah atau
mengembangkan pengetahuan/ketrampilan/sikap melalui pengalaman
belajar dalam rangka meningkatkan efektifitas kinerja kegiatan atau
berbagai kegiatan.
Tyson (2006) menyatakan bahwa pelatihan bertujuan mencapai tujuan
jangka pendek perusahaan, sedangkan Pendidikan diarahkan pada
pembangunan pegawai jangka Panjang.
Barbazette (2005) menyatakan bahwa pada umumnya fungsi pelatihan
dalam perusahaan adalah mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan serta membentuk sikap yang akan memenuhi kebutuhan
bisnis perusahaan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, pelatihan adalah upaya
yang sistematis dan terencana untuk mengubah atau mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, sikap baru yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
Pelatihan memungkinkan pegawai memperoleh kemampuan
tambahan sehingga ia dapat mengemban tugas atau pekerjaan aktual
yang dihadapi secara lebih baik, lebih cepat, lebih mudah, dengan
kualitas pekerjaan yang lebih tinggi dan menghasilkan kinelja dan
produktivitas kerja yang lebih baik.
b. Pelatih eksternal
Pelatih eksternal adalah seseorang atau tim pelatih dari luar
perusahaan yang diminta untuk memberikan pelatihan bagi pegawai
perusahaan. Banyak perusahaan yang meng-ndalkan bantuan lembaga
pendidikan dan pelatihan, serta penasihat profesional dalam
memimpin program pengembangan SDM. Di antara subjek-subjek
yang paling sering menjadi bahan materi pembahasan datam pelatihan
adalah subjek yang berhubungan dengan kemanusiaan, pekerjaan
kepenyeliaan, administrasi personalia, hubungan ketenagakerjaan,
ekonomi umum, manajemen umum, komunikasi, dan keterampilan
menggunakan peralatan teknologi. Dengan demikian, pelatih yang
didatangkan dari luar harus dapat mengarahkan pegawai pada suatu
kemajuan.
c. Kombinasi instruktur
Kombinasi instruktur yang berasal dari internal dan eksternal
merupakan tim gabungan yang memberikan pelatihafl kepada
pegawai. cara ini paling baik karena unsur dan praktisnya akan
bersinergi.
Pelatih yang cakap diharapkan akan menghasilkan output yang terbaik. oleh karena
itu, seorang manajer pelatihan teriebih dahulu mempelajari hal-hal yang
diperlukan bagi seorang pelatih yang terpilih dengan melihat deskripsi jabatannya.
Dalam deskripsi jabatan untuk seorang pelatih, dijelaskan tanggung jawab, dan
wewenang seorang pelatih. Dijelaskan pula kepada siapa ia harus memberi laporan
tentang pekełjaannya. Pada prinsipnya, seorang pelatih bertanggung jawab atas
penyampaian materi pelatihan serta hasil yang diperolehnya. la wajib melaporkan
semua kegiatan pelatihan kepada manajer pelatihan, termasuk hasil penilaian atas
peserta.
Untuk mencari atau memperoleh instruktur dapat dilakukan dengan berbagai cara,
seperti referensi dari rekanan perusahaan, memuat iklan di surat kabar, majalah dan
jurnal, dari agensi kepegawaian (employment agencies), dan dari biro
pengembangan dan pelatihan pegawai profesional.
Kinerja pelatih dapat dilihat dari kemampuan profesional, kemampuan sosial, serta
kemampuan personal yang dimilikinya.
a. Kemampuan profesional
Kemampuan profesional seorang pelatih atau instruktur meliputi penguasaan
materi pelatihan yang terdiri atas bahan yang akan diajarkan dan konsep dasar
keilmuan dari materi yang diajarkan itu; penguasaan dan penghayatan atas
landasan dan wawasan pelatihan; penguasaan proses pelatihan dan pembelajaran.
b. Kemampuan sosial
Kemampuan sosial menyangkut kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan
kerja dan lingkungan sekitar ketika akan membawakan tugasnya sebagai
instruktur.
c. Kemampuan personal
Kemampuan personal (pribadi) mencakup penampilan yang positif terhadap
keseluruhan tugasnya sebagai pelatih beserta unsur-unsurnya; pemahaman,
penghaya dan penampilan nilai yang seyogianya dianut oleh instruktur;
penampilan upaya untuk menjadikan dirini panutan dan teladan bagi peserta
pelatihan.
6. Pelaksanaan
Dalam melaksanakan program pelatihan, setiap pelatih mengajarkan materi
pelatihan kepada trainee. Sebelum melaksanakan program pelatihan, peran
pimpinan sangatlah berarti. Dalam memberikan tugas kepada pegawai, seorang
pimpinan harus dapat bertindak sebagai pelatih. Seorang pimpinan harus dapat
mempelajari dan menguraikan bentuk kerja tertentu dalam tahap-tahap pengerjaan
dengan memberikan petunjuk pelaksanaannya secara terperinci.
Tahap-tahap ini menunjukkan urutan pekerjaan, sedangkan petunjuk
pelaksanaannya menguraikan secara terperinci cara melakukan pekerjaan dalam
setiap tahapnya. Jika pemecahan terhadap jenis pekerjaan tersebut telah dilakukan,
selanjutnya menyusun bagian yang perlu diberi pelatihan, dilengkapi oleh bahan,
alat ataupun perlengkapannya setelah segala sesuatu siap pada tempatnya barulah
pemberian petunjuk ini dapat dimulai Dalam pelaksanaan program pelatihan,
urutan pelatihan terlebth dahulu melakukan persiapan, kemudian menyajikan dan
memben kesempatan untuk mencoba, serta membiarkan pegawai untük
melaksanakan pekerjaannya.
7. Evaluasi
a. Reaksi (reaction)
ukuran mengenai reaksi ini didesain untuk mengetahui opini dari para peserta
mengenai program pelatihan. Usaha untuk mendapatkan opini para peserta
tentang pelatihan ini, terutama didasarkan pada alasan:
1) mengetahui sejauh mana para peserta merasa puas dengan program;
2) mengetahui maksud diadakannya beberapa revisi atas program pelatihan;
3) menjamin agar para peserta yang lain bersikap reseptif untuk mengikuti
program pelatihan.
b. Pembelajaran (learning)
Informasi yang ingin diperoleh melalui jenis evaluasi ini adalah untuk mengetahui
seberapa jauh para peserta menguasai konsep, pengetahuan, dan keterampilan
yang diberikan selama pelatihan. Ini biasanya dilakukan dengan mengadakan tes
tertulis (essay atau multiple choice), tes kinerja, dan latihan simulasi. Pertanyaan
disusun sedemikian rupa sehingga mencakup semua Isi materi dari semua program
pelatihan.
c. Perilaku (behaviors)
Sebelum dan setelah pelatihan, perilaku peserta dapat dibandingkan untuk
mengetahui tingkat pengaruh pelatihan terhadap perubahan kinerjanya. Langkah
ini penting karena sasaran pelatihan adalah mengubah perilaku atau kinerja para
peserta. Perilaku atau kinerja peserta dapat diukur berdasarkan sistem evaluasi
kinerja untuk mendapatkan tingkat para peserta yang dikumpulkan oleh masing-
masing supervisor, yang selanjutnya dibandingkan dengan kinerja setelah
pelatihan.
o Pelatihan adalah upaya yang sistematis dan terencana untuk mengubah atau
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap baru yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Pelatihan nemungkinkan pegawai memperoleh
kemampuan tambahan sehingga dapat mengemban tugas atau pekerjaan
aktual yang dihadapi secara lebih baik, lebih cepat, lebih mudah, dengan
kualitas peke$aan yang lebih tinggi dan menghasilkan kinerja dan
produktivitas kerja yang lebih baik. Program pelatihan yang dilaksanakan
Oleh perusahaan memiliki sejumlah tujuan dan manfaat, yaitu produktivitas;
kualitas; perencanaan kepegawaian; moral; kompensasi tidak langsung;
keselamatan dan kesehatan; pencegahan kedaluwarsa; perkembangan
pribadi.
o Sejumlah prinsip pelatihan yang perlu menjadi rujukan dalam program
pelatihan perusahaan adalah perbedaan individual; keterkaitan dengan
analisis jabatan; motivasi; partisipasi aktif; seleksi peserta pelatihan;
pemilihan pelatih; pelatihan bagi pelatih; metode pelatihan; prinsip
pembelajaran; level jabatan. Komponenkomponen yang perlu diperhatikan
dalam pelatihan adalah tujuan dan sasaran pelatihan harus jelas dan dapat
diukur; para pelatih harus ahlinya yang berkualifikasi memadai
(profesional); materi pelatihan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dicapai; metode pelatihan harus sesuai dengan kemampuan pegawai yang
menjadi peserta; peserta pelatihan harus memenuhi persyaratan yang
ditentukan.
o Manajemen pelatihan terdiri atas analisis kebutuhan pelatihan, sasaran
pelatihan, kurikulum pelatihan, peserta pelatihan, pelatih, pelaksanaan, dan
evaluasi pelatihan. Beberapa metode pelatihan Yang sering digunakan dalam
pelatihan, antara lain praktik kerja langsung, vestibule, apprenticeship, dan
kursus keahlian (specialist course).
BAB 10
KEPUASAN KERJA PEGAWAI
A.Pendahuluan
Kepuasan kerja telah menjadi isu penting berkenaan dengan perkembangan sumber
daya manusia dan kepegawaian kontemporer. Kepuasan kerja selalu identik
dengan pegawai yang memiliki kompensasi kerja dan penghasilan tinggi, tetapi itu
tidak sepenuhnya benar karena kepuasan kerja melebihi kepentingan pegawai
terhadap kompensasi dan penghasilan yang diperolehnya.
Tinggi rendahnya kepuasan kerja tentu tidak akan memberikan dampak yang sama.
Hal itu sangat bergantung pada sikap mental dari pegawai dan Cara perusahaan
dalam menyikapinya. Kepuasan kerja yang tinggi sangat memungkinkan akan
menghasilkan perusahaan berkinerja tinggi. Sementara tingkat kepuasan kerja yang
rendah merupakan ancaman yang akan membawa perusahaan pada kemunduran
dan kebangkrutan
B.Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan hal penting yang dimiliki individu dalam bekerja.
Setiap individu pekerja memiliki karakteristik yang berbeda-beda maka tingkat
kepuasan kerjanya pun berbeda pula. Tinggi rendahnya kepuasan kerja dapat
memberikan dampak yang tidak sama. Hal itu sangat bergantung pada sikap
mental individu yang bersangkutan. Byars dan Rue (2008) mengatakan bahwa
kepuasan kerja yang tinggi akan mendorong terwujudnya tujuan perusahaan secara
efektif. Sebaliknya, tingkat kepuasan kerja yang rendah merupakan ancaman yang
akan membawa kehancuran atau kemunduran bagi perusahaan, baik secara cepat
maupun perlahan.
Rivai dan Sagala (2009) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan evaluasi
yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak puas
dalam bekerja. Adapun Siagian (2010) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah
sikap umum seseorang pegawai terhadap pekerjaannya.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja
merupakan sekumpulan perasaan pegawai terhadap pekerjaannya, baik senang/
suka maupun tidak senang/ üdak suka, sebagai hasil interaksi pegawai dengan
lingkungan pekerjaannya atau sebagai persepsi sikap mental, juga sebagai hasil
penilaian pegawai terhadap pekerjaannya. Perasaan pegawai terhadap pekerjaan
mencerminkan sikap dan perilakunya dalam bekerja.
C.Survei Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja akan diketahui setelah dilakukan, salah satunya dengan
menggunakan metode survei. Greenberg dan Baron (2003) menyatakan bahwa
pendekatan yang paling umum untuk mengukur kepuasan kerja ialah dengan
menggunakan kuesioner, yang di dalamnya menggunakan skala rating, seperti Job
Descriptive Index (JDI), Minnesota Satisfaction Questionnaire (MSQ), serta Paty
Satisfaction Questionnaire (PSQ).
1.Job descriptive indeks (JDI) Yaitu kuisioner pengukuran yang di dalamnya
menggambarkan beberapa aspek pekerjaan, diantaranya berupa gaji, peluanng,
promosi, supervismn, dan hubungan kerja.
2.Minnesota Satisfaction Questionnaire (MSQ), yaitu kuesioner pengukuran yang
di dalamnya orang-orang mengindikasikan kepuasan dengan memperluas aspek-
aspek mengenai pekerjaannya. Bentuk jawaban atas pertany-aan digambarkan
dengan skala likert, yakni nilai tertinggi merupakan tingkatan dari kepuasan kerja.
3.Pay Satisfaction Questionnaire (PSQ), yaitu kuesioner yang dirancang untuk
menilai tingkat kepuasan pegawai dengan berbagai aspek mengenai gaji, level gaji,
kenaikan gaji, dan benefit yang diperoleh.
Selain ketiga alat ukur tersebut, Spector (1997), pakar psikologi yang
mengembangkan Job Satisfaction Survey (JSS) untuk mengetahui tingkat kepuasan
kerja pegawai terhadap pekerjaan yang diembannya. Penelitian Spector tentang
kepuasan kerja sangat beragam. la menyatakan bahwa kepuasan kerja berkaitan
dengan perasaan pegawai terhadap pekerjaannya dan berbagai macam aspek dari
pekerjaan tersebut sehingga kepuasan kerja sangat berkaitan dengan sejauh mana
pegawai puas atau tidak puas dengan pekerjaannya.
D.Dampak Kepuasan Kerja
Dampak perilaku dari kepuasan dan ketidakpuasan kerja telah banyak diteliti dan
dikaji. Banyak perilaku dan hasil kerja pegawai yang diduga merupakan hasil
kepuasan atau ketidakpuasan kerja. Hal-hal tersebut tidak -'hanya meliputi variabel
kerja, seperti unjuk kerja dan turnover, tetapi juga variabel nonkerja seperti
kesehatan dan kepuasan hidup. Berikut ini dijelaskan mengenai dampak kepuasan
kerja pegawai.
1.Kinerja
Banyak pakar yang berusaha memahami apakah kepuasan kerja berdampak pada
kinerja? Sebagian penelitian membuktikan ada pengaruh kepuasan kerja terhadap
kinerja, baik Secara langsung maupun tidak langsung. Sebagian pakar
membuktikan bahwa kepuasan kerja berkaitan dengan motivasi kerja yang pada
akhirnya meningkatkan kinerja. Namun, ada beberapa pakar yang juga melakukan
penelitian bahwa kepuasan kerja tidak selalu berdampak positif terhadap kinerja.
2.Organizational citizenship behavior
Organizational citizenship behavior (OCB) atau perilaku ekstra peran adalah
perilaku pegawai untuk membantu rekan kerja ataupun membantu perusahaan.
3.Perilaku menghindar (withdrawal behavior)
Ketidakhadiran atau kemangkiran dan pindah kerja adalah perilaku-perilaku yang
dilakukan pegawai untuk melarikan diri dari pekerjaan yang tidak memuaskan.
Banyak teori yang menduga bahwa pegawai yang tidak menyukai pekerjaannya
akan menghindarinya dengan cara yang bersifat permanen, yaitu berhenti atau
keluar dari perusahaan, atau sementara dengan cara tidak masuk kerja atau datang
terlambat. Peneliti memandang absenteeism dan turnover merupakan fenomena
yang saling berhubungan yang didasari oleh motivasi yang sama, yaitu melarikan
diri dari pekerjaan yang tidak memuaskan.
a.Ketidakhadiran/kemangkiran (absenteeism)
Ketidakhadiran adalah fenomena yang dapat menurunkan efektivitas dan efisiensi
perusahaan dengan meningkatkan biaya pegawai. Pada banyak pekerjaan,
pengganti diperlukan untuk setiap pegawai yang sedang tidak masuk dan pegawai
yang tidak masuk pun tetap dibayar. Hal ini menyebabkan meningkatnya biaya
untuk pegawai pengganti. Jika tingkat ketidakhadiran pegawai tinggi, biaya juga
bisa tinggi.
b.Pindah kerja (turnover)
Pindah kerja adalah hal yang sangat merugikan perusahaan karena banyaknya
biaya yang telah dikeluarkan perusåhaan dan biaya yang harus dikeluarkan
kembali untuk merekrut pegawai baru sebagai pengganti pegawai yang keluar.
Pindah kerja adalah tindakan puncak dari segala perilaku yang disebabkan oleh
ketidakpuasan pegawai terhadap pekerjaannya.
4.Burnout
Burnout adalah emosional distress atau keadaan psikologis yang dialami dalam
bekerja, Burnout lebih merupakan reaksi emosi terhadap pekerjaan. Teori burnout
menyebutkan bahwa pegawai yang dalam keadaan burnout mengalami gejala-
gejala kelelahan emosi dan motivasi kerja yang rendah, tetapi bukan depresi.
Biasanya terjadi dalam pekerjaan yang langsung berhubungan dengan orang Iain,
seperti pekerja kesehatan dan pekerja sosial.
5.Kesehatan mental dan fisik
Beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara kepuasan kerja, kesehatan
fisik, dan mental. Suatu kajian longitudinal menyimpulkan bahwa ukuran kepuasan
kerja merupakan peramal yang baik bagi panjang umur (longevity) atau rentang
kehidupan.
6.Perilaku kontraproduktif
Perilaku yang berlawanan dengan organizational citizenship adalah
counterproductive. Perilaku ini terdiri atas tindakan yang dilakukan pegawai, baik
secara sengaja maupun tidak sengaja yang merugikan perusahaan. Perilaku
tersebut meliputi penyerangan terhadap rekan kerja, penyerangan terhadap
perusahaan, sabotase, dan pencurian. Perilaku-perilaku tersebut mempunyai
berbagai
macam penyebab, tetapi sering dihubungkan dengan ketidakpuasan dan frustrasi di
tempat kerja.
7.Kepuasan hidup
Saling memengaruhi antara pekerjaan dan kehidupan di luar pekerjaan merupakan
faktor penting untuk memahami reaksi pegawai terhadap pekerjaannya. Kita
cenderung untuk mempelajari kerja, terutama di tempat kerja, tetapi pegawai juga
terpengaruh Oleh peristiwa dan situasi di luar tempat kerjanya.
E.Teori-teori Kepuasan Kerja
Greenberg dan Baron (2003) menyatakan teori kepuasan kerja secara umum, yaitu
sebagai berikut.
1.Teori dua faktor (two-factor theory)
Teori kepuasan kerja yang menggambarkan kepuasan dan ketidakpuasan berasal
dari kelompok variabel yang berbeda, yakni hygienefactors dan motivators.
Hygienefactors adalah ketidakpuasan kerja yang disebabkan Oleh kumpulan
perbedaan faktor-faktor kualitas pengawasan, lingkungan kerja, pembayaran gaji,
keamanan, kualitas lembaga, hubungan kerja, dan kebijakan perusahaan. Karena
bersifat mencegah reaksi negatif, faktor-faktor ini disebut sebagai hygiene
(maintenance) factors. Kepuasan kerja yang didatangkan dari sekumpulan faktor
yang berhubungan denganpekerjaannya atau hasil secara langsung dari
pekerjaannya (peluang promosi, pengakuan, tanggung jawab, prestasi) disebut
sebagai motivators karena merupakan level tertinggi dari kepuasan kerja.
2.Teori nilai (value theory)
Teori kepuasan kerja yang menjelaskan pentingnya kesesuaian antara hasil
pekerjaan yang diperolehnya (penghargaan) dan persepsi mengenai ketersediaan
hasil. Semakin banyak hasil yang diperoleh, ia akan lebih puas. Semakin sedikit
hasil yang diperoleh, ia akan lebih sedikit puas. Teori ini berfokus pada banyak
hasil yang diperoleh. Kunci kepuasannya adalah kesesuaian hasil yang diterima
dengan persepsi mereka.
Wexley dan Yukl (1977) menyatakan tiga macam teori tentang kepuasan kerja
yang sudah umum dikenal, yaitu discrepancy theory, equity theory, dan two factor
theory.
1.Discrepancy theory
Teori ini se)alan dengan teori yang dikemukakan oleh Porter. Dalam teorinya,
P6rter menunjukkan bahwa kepuasan merupakan perbedaan antara yang dirasakan
oleh pegawai tentang yang seharusnya ia terima dengan yang ia rasakan tentang
yang sebenarnya diterima
2.Equity theory
Gibson, Ivancevich, dan Donnely (2010) menyatakan bahwa keadilan (equity)
adalah suatu keadaan yang muncul dalam pikiran pegawai jika ia merasa bahwa
rasio antara usaha dan imbalan seimbang dengan rasio individu yang
dibandingkannya. Inti teori keadilan ialah pegawai membandingkan usaha mereka
terhad ap imbalan pegawai lainnya dalam situasi kerja yang sama. Teori ini
didasarkan pada asumsi bahwa orang-orang dimotivasi oleh keinginan untuk
diperlakukan secara adil dalam pekerjaan. Pegawai bekerja untuk mendapat
tukaran imbalan dari dalam perusahaan.
3.Twofactor tlıeory
Two factor theory menjelaskan bahwa kepuasan kerja berbeda dengan
ketidakpuasan kerja. Artinya, kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan
bukan merupakan variabĞl yang berkelanjutan. Teori ini membagi situasi yang
memengaruhi sikap pegawai terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok
penting, yaitu satisfiers atau motivator dan kelompok dissatisfiers atau hygiene
factors.
Dalam perkembangannya, kepuasan dan ketidakpuasan dihubungkan dengan teori
motivasi dari Maslow. Kepuasan Ferhubungan dengan kebutuhan dalam level yang
tinggi (higher order), misalnya kebutuhan sosial dan kebutuhan aktualisasi diri,
sedangkan ketidakpuasan hubungan dengan kebutuhan dalam level yang rendah
(lower order needs), misalnya kebutuhan psikologis, kebutuhan akan keamanan
dan kenyamanan, serta dalam kadar tertentu kebutuhan sosial.
F.Faktor-faktor yang memengaruhi kepyuasan kerja
As’ad (2009) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan
kerja yaitu sebagai berikut :
1.Faktor psikologi, faktor yang berkaitan dengan kejiwaan pegawai.
2.Faktor sosial, faktor yang berinteraksi dengan interaksi sosial.
3.Faktor fisik, faktor yang berkaitan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan
kondisi fisik pegawai.
4.Faktor finansial, faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan
pegawai.
2.Faktor intrinsik
Faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan kerja pegawai secara intrinsik adalah
sebagai berikut.
a. Pengakuan (recognition)
Penghargaan, pengakuan merupakan perangsang yang kuat, yang akan
memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi
b. Tanggung jawab (responsibility)
Adanya rasa ikut memiliki (sense of belonging) akan menimbulkan motivasi
untuk turut merasa bertanggung jawab.
c. Prestasi (achievement)
Pegawai yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan dapat
mendorongnya mencapai sasaran.
d. Pekerjaan (the Work)
Pekerjaan yang disenangi akan menjadi motivasi untuk dilaksanakan dengan
baik.
e. Kemungkinan untuk berkembang (the possibility ofgrowth).
Kesempatan untuk mengembangkan diri memacu pegawai untuk berlomba-
lomba meraih sukses.
f. Kemajuan (advancement)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi motivasi bagi pegawai
untuk meningkatkan pendidikannya.
Greenberg dan Baron (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi
kepuasan kerja terdiri atas faktor yang memengaruhi secara individu ataupun
faktor yang memengaruhi secara organisasional, seperti dijelaskan berikut ini.
1.Faktor-faktor yang berkaitan dengan individu
Faktor-faktor yang berkaitan dengan individu adalah faktor-faktor yang berasal
dari dalam diri individu, yang membedakan antara satu individu dengan individu
Iain yang mampu menentukan tingkat kepuasan kerja yang dirasakan. Faktor-
faktor dari diri individu yang memengaruhi tingkat kepuasan kerja pegawai adalah
sebagai berikut.
a.Kepribadian
Kepribadian merupakan cara pegawai untuk berpikir, bertingkah laku, dan
menyangkut perasaan yang dimilikinya.
b.Nilai-nilai yang dimiliki individu
Nilai memiliki pengaruh pada kepuasan kerja karena merefleksikan keyakinan
pegawai mengenai kinerja dan cara pegawai bertingkah laku dalam pekerjaannya.
c.Pengaruh sosial dan kebudayaan
Sikap dan tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar,
termasuk pengaruh orang lain dan kelompok tertentu. Kebudayaan yang ada di
lingkungan tempat individu tersebut tinggal memengaruhi tingkat kepuasan kerja
pegawai yang dirasakan oleh individu. Individu yang tinggal di lingkungan yang
menekankan pada kekayaan akan merasa puas dengan pekerjaan yang memberikan
d.Minat dan keterampilan
Minat sangat berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Individu bekerja pada bidang
kerja yang sesuai dengan minatnya, akan merasa puas apabila dibandingkan
dengan individu yang bekerja pada bidang kerja yang tidak sesuai dengan
minatnya.
e.Usia dan pengalaman kerja
Hubungan antara kepuasan kerja, pengalaman kerja, dan usia merupakan
hubungan paralel. Biasanya, pada awal bekerja, pegawai cenderung merasa puas
dengan pekerjaannya.
f.Jenis kelamin
Penelitian sebelumnya menemukan hubungan antara kepuasan kerja dan jenis
kelamin walaupun terdapat perbedaan hasil
g.Inteligensi
Inteligensi pegawai bukan merupakan faktor utama dan menentukan kepuasan
kerja, melainkan berhubungan erat dan menjadi faktor penting dalam unjuk kerja.
Salah satu faktor yang berhubungan dengan inteligensi adalah tingkat pendidikan.
Adanya tingkat kepuasan kerja yang rendah pada pegawai berusia muda dengan
pendidikan yang tinggi karena memiliki kemampuan yang lebih daripada yang
diharapkan oleh pekerjaannya sehingga mereka mudah merasa bosan dan tidak
tertantang. Pegawai yang berpendidikan juga mempunyai tingkat kepuasan kerja
yang tinggi dibandingkan dengan pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan
lebih rendah. Hal ini disebabkan pegawai dengan tingkat pendidikan tinggi
mengerjakan pekerjaan yang terlibat di dalamnya.
h.Status dan senioritas
Semakin tinggi posisi pegawai dalam level organisasi, semakin meningkat
kepuasan kerja yang dirasakannya.
2.Faktor-faktor yang berhubungan dengan perusahaan
Faktor-faktor yang berhubungan dengan perusahaan,. baik yang berasal dari dałam
maupun luar perusahąan adalah sebagai berikut.
a.Situasi dan kondisi pekerjaan
Situasi pekerjaan adalah tugas dan pekerjaan, interaksi dengan orang-orang
terteńtu, lingkungan pekerjaan, dan cara perusahaan memperlakukan pekerjanya,
serta imbalan atau gaji yang diperoleh.
b.Sistem imbalan
Sistem ini mengacu pada cara pembayaran, keuntungan, dan promosi
didistribusikan. Kepuasan kerja pegawai dapat timbul dengan penggunaan sistem
imbalan yang dipercaya adil, dengan adanya rasa hormat terhadap yang diberikan
oleh perusahaan dan mekanisme yang digunakan untuk menentukan pembayaran.
Ketidakpuasan kerja dapat muncul karena gaji yang diterima terlalu kecil
dibandingkan dengan gaji yang dipersepsikan akan diterima.
c.Supervisi dan komunikasi
Pegawai yang percaya bahwa supervisor adalah orang yang kompeten, mengetahui
minat mereka, perhatian, tidak mementingkan diri sendiri, memperlakukan dengan
baik dan menghargai mereka, cenderung memiliki tingkat kepuasan kerja yang
tinggi pula , Kualitas supervisor juga memengaruhi kepuasan kerja.
d.Pekerjaan
Pegawai akan merasa lebih puas jika dipekerjakan pada jenis pekerjaan yang
menarik, memberikan kesempatan belajar, dan pemberian tanggung jawab. Selain
itu, pegawai akan merasa lebih puas dengan pekerjaan yang bervariasi, yang dapat
membuat mereka menjadi bosan dan tidak tertantang. Faktor-faktor ini terdapat
pada individu yang melihat pekerjaan sebagai karier yang berlawanan dengan
pegawai yang melihat pekerjaannya untuk waktu singkat dan temporer.
e.Keamanan
Faktor keamanan berhubungan dengan kestabilan pekerjaan dan perasaan yang
dimiliki pegawai berkaitan dengan kesempatan untuk bekerja di bawah kondisi
perusahaan yang stabil. Keamanan menimbulkan kepuasan kerja karena dengan
adanya rasa aman individu dapat menggunakan kemampuannya dan memperoleh
kesempatan untuk tetap bertahan dalam pekerjaannya.
f.Kebijakan perusahaan
Kebijakan perusahaan sangat memengaruhi kepuasan kerja pegawainya karena
perusahaan memiliki prosedur dan peraturan yang memungkinkan individu untuk
memperoleh imbalan.
g.Aspek sosial pekerjaan
aspek sosial pekerjaan terbukti memberikan kontribusi terhadap kepuasan kerja
dan ketidakpuasan kerja. Aspek ini adalah kebutuhan untuk kebersamaan dan
penerimaan sosial. Pegawai yang bekerja dalam kelompok kerja yang kohesif dan
merasa bahwa hal-hal yang mereka kerjakan memberikan kontribusi terhadap
perusahaan akan merasa puas. Jika pegawai merasa tidak cocok dengan kelompok
kerjanya dan tidak dapat saling bekerja sama, pegawai tersebut merasa tidak puas.
h.Kesempatan jenjang karier dan promosi
Kesempatan jenjang karier dan promosi perlu mendapatkan perhatian pimpinan
perusahaan karena akan menjadi stimulus bagi kepuasan kerja pegawai dalam
berbagai level pekerjaan.
G.Meningkatkan Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja perlu ditingkatkan. Kepuasan kerja pegawai yang meningkat akan
mendorong pegawai untuk bertahan dan menjadi bagian penting di perusahaan.
Untuk itu, perusahaan harus memiliki upaya dan strategi yang tepat dalam rangka
meningkatkan kepuasan kerja pegawai. Upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja
dapat dilakukan melalui cara berikut ini.
2. Perubahan struktur kerja
3. Melakukan perubahan struktur pembayaran
a. pembayaran berdasarkan keahliannya (skili-based pay),
yaitu pembayaran ketika para pekerja digaji berdasarkan pengetahuan dan
keterampilannya daripada posisinya di perusahaan;
b. pembayaramberdasarkan jasanya (merit pay),
yaitu pekerja digaji berdasarkan kinerjanya, pencapaian finansial pekerja
berdasarkan hasil yang dicapai oleh individu;
c. pembayaran berdasarkan keberhasilan kelompok (gainslıaring),
yaitu keuntungan dibagi kepada seluruh anggota kelompok.
4. Pemberian jadwal kerja fleksibel
5. Program pendukung
Herzberg menyatakan bahwa upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja pegawai
dapat dilakukan melalui dua faktor, yaitu faktor pemuas dan faktor pemelihara.
Kedua faktor tersebut perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan.
1.Faktor pemuas
Faktor ini sering disebut dengan motivator, yaitu faktor-faktor yang mendorong
pegawai untuk berpréstasi, yang bersumber dari dalam diri pegawai (motivasi
intrinsik). Untuk meningkatkan motivasi intrinsik, pimpinan perusahaan harus
memenuhi faktor pemuas berikut.
a. Prestasi yang diraih (achievement)
Setiap pegawai ingin diakui prestasinya dalam pekerjaan. Kesuksesan
pegawai tidak memiliki arti sebelum mendapatkan pengakuan. Untuk itu,
pimpinan harus aktif dan tidak segan memuji keberhasilan pegawai dalam
menunaikan pekerjaannya. Selain itu, pimpinan harus memberikan pujian
dengan tulus, jangan terkesan berlebihan dan memaksakan.
b. Pengakuan orang Iain (recognition)
Setiap pegawai ingin diakui prestasinya dalam pekerjaan. Kesuksesan
pegawai tidak memiliki arti sebelum mendapatkan pengakuan. Untuk itu,
pimpinan harus aktif dan tidak segan memuji keberhasilan pegawai dalam
menunaikan pekerjaannya. Selain itu, pimpinan harus memberikan pujian
dengan tulus, jangan terkesan berlebihan dan memaksakan.
c. Tanggung jawab (responszbility)
Pegawai akan meningkat kepuasannya jika mempunyai rasa memiliki
terhadap pekerjaannya. Untuk itu, pimpinan harus mampu memberikan
kebebasan yang cukup dan kekuatan untuk menanggung pekerjaannya
sehingga mereka merasa memiliki hasilnya.
d. Peluang untuk maju (advancement)
Pimpinan harus mernberikan pelvang bati pegawai untuk maju karena hal
tersebut akan meringxatkan motivasi pegawai. Pegawai diberi kesempatan
berperaa dar, menjadi bagian penting bati perusa taan, misalnya
memberikan masaken dan saran terkait pengembangan perusahaan dan
pekerjaan operasional yaag diemban oleh pegawai.
e. Kepuasan kerja (the work)
Pimpinan harus mampu membuat pegawai percaya bahwa pekerjaan yang
mereka lakukan adalah pekerjaan penting dan tugas yang mereka lakukan
sangat berarti bagi perusahaan.
f. Kemungkinan pengembangan karier (the possibility of growth)
Pimpinan harus melakukan pengembangan jenjang karier dan prosedur
evaluasi kinerja pegawai yang jelas. Hal ini digunakan untuk menunjang
sistem promosi yang transparan dan adil. Dengan adanya transparansi
tersebut, pegawai memahami dengan baik hal-hal yang harus dituju dan
yang akan diperolehnya jika mampu meraih tujuan tersebut.
2.Faktor pemelihara
Pimpinan juga harus memerhatikan faktor pemelihara (main tenance factor)
kepuasan kerja. Faktor pemelihara merupakan faktor yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan untuk memelihara keberadaan pegawai. Faktor tersebut
meliputi hal-hal berikut.
a.Kompensasi
b.Keamanan dan keselamatan kerja
cKondisi kerja pegawai
d.Status
e.prosedur perusahaan
f.supervisi hubungan interpersonal
H. Rangkuman
Berdasarkan berbagai uraian mengenai kepuasan kerja pegawai, dapat dirangkum
sebagai berikut.
o Kepuasan kerja identik dengan pegawai yang memiliki kompensasi kerja
dan penghasilan yang tinggi. Padahal, tidak sepenuhnya benar karena
kepuasan kerja jauh melebihi kepentingan pegawai terhadap kompensasi dan
penghasilan yang diperolehnya. Kepuasan kerja pegawai yang satu dengan
pegawai yang lain tentu berbeda karena setiap pegawai antara yang satu dan
lain memiliki kepentingan pada Hngkat yang berbeda pula. Misalnya,
pegawai senior di perusahaan tentu akan memiliki kepuasan kerja yang
berbeda dengan pegawai yang baru masuk, apalagi jika pegawai tersebut
merupakan lulusan baru (fresh graduate) yang belum memiliki pengalaman
kerja. Pegawai senior lebih berfokus pada karier dan penghasilan yang
mapan, sedangkan pegawai baru yang fresh graduate lebih membutuhkan
pengalaman kerja dan aktualisasi kemampuannya dalam bekerja, serta
membutuhkan pengakuan keberadaannya dalam perusahaan. Tinggi
rendahnya kepuasan kerja tentu tidak akan memberikan dampak sama
bergantung pada sikap mental dari pegawai dan cara perusahaan dalam
menyikapinya.
o Kepuasan Kerja merupakan sekvmpulan perasaan pegawai terhadap
pekerjaannya, Seperti senang atau tidal senang sebagai hasil interaksi
pegawai dengan lingkungan pekerjaannya atau persepsi sikap mental, juga
sebagai hasil penilaian pegawai terhadap pekerjaannya.
o Pendekatan yang paling umum untuk mengukur kepuasan kerja ialah dengan
menggunakan kuesioner yang di dalamnya menggunakan skala rating,
seperti Job Descriptive Index (JDI), Minnesota Satisfaction Questionnaire
(MSQ), serta Pay Satisfaction Questionnaire (PSQ). Selain itu, terdapat pula
Single global rating dan summation score yang terdiri atas sejumlah aspek
pekerjaan. Dampak kepuasan dan ketidakpuasan kerja berkaitan dengan
kinerja, Organizational citizenship behavior, perilaku menghindar
(withdrawal behavior), burnout, kesehatan mental dan fisik, perilaku
kontraproduktif, dan kepuasan hidup.
o Teori mengenai kepuasan kerja yang paling umum dikenal adalah teori dua
faktor (two-factor theory), teori nilai (value theory), discrepancy theory, dan
equity theory. Faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan kerja dapat berupa
faktor psikologi, sosial, fisik, dan finansial. Faktor Iainnya seperti faktor
pemenuhan kebutuhan, perbedaan, pencapaian nilai, keadilan, dan
komponen genetik.
o Upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja perlu dilakukan sehingga
pegawai akan bertahan di perusahaan dan menjadi aset yang penting bagi
perusahaan. Upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja dapat dilakukan
melalui perubahan struktur kerja; perubahan struktur pembayaran;
pemberianjadwal kerja fleksibel; program pendukung. Herzberg menyatakan
bahwa upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja pegawai dapat dilakukan
melalui dua faktor, yaitu faktor pemuas dan faktor pemelihara. Faktor
pemuas terdiri atas prestasi yang diraih; pengakuan orang Iain; tanggung
jawab; peluang untuk maju; kepuasan kerja; kemungkinan pengembangan
karier. Faktor pemelihara terdiri atas kompensasi; keamanan dan
keselamatan kerja; kondisi kerja pegawai; status; prosedur perusahaan;
supervisi hubungan interpersonal.
Bab 11
A. Pendahuluan
Kejenuhan atau burnout menjadi salah satu hal yang sering muncul dibanyak
perusahaan .
Lingkungan kerja terbagi menjadi dua, lingkungan kerja fisik dan non fisik.
lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat
disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan. Sedangkan lingkungan
non fisik adalah semua keadaan yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik
hubungan dengan atasan, rekan kerja atau dengan bawahan.
Pekerjaan yang dilakukan karyawan sehari-hari seperti rutinitas biasanya saja bisa
membuat karyawan jenuh, apalagi karyawan yang sudah lama bekerja di
perusahaan tersebut.
3. Motivasi
Motivasi sangat berperan penting dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Jika
seseorang memiliki motivasi yang rendah maka akan muncul kelelahan, merasa
lemah, cepat marah dan sulit berkonsentrasi sehingga seseorang merasakan
kejenuhan yang tinggi. Sebaliknya jika seseorang memiliki motivasi yang tinggi
maka orang tersebut tidak akan mudah merasakan kejenuhan.
lalu bagaimana cara mengatasi rasa jenuh yang seringkali muncul pada diri kita ?
Simak beberapa cara mengatasi rasa jenuh dalam bekerja di bawah ini.
Terkadang terlalu fokus pada pekerjaan bisa menyebabkan kita lupa waktu dan
terus memaksakan otak kita untuk bekerja, padahal pikiran kita sudah merasakan
kejenuhan. Maka dari itu perlu bagi kita untuk meluangkan waktu sejenak untuk
menyegarkan pikiran. tidak perlu waktu yang lama, sekitar 30 menit saja pergi
keluar untuk menghirup udara segar. bisa juga dengan melakukan kegiatan-
kegiatan yang kita sukai. Dengan beristirahat sejenak makan kejenuhan yang ada
dalam pikiran kita akan berkurang dan setelahnya kita akan lebih bersemangat
dalam bekerja.
Bekerja dalam suasana yang sama dan dalam jangka waktu yang lama akan
menimbulkan kejenuhan. Maka dari itu kamu bisa mendekorasi ruang kerja kamu
agar terlihat berbeda dari sebelumnya. Kamu bisa meletakkan hiasan-hiasan kecil
atau foto-foto agar terlihat lebih menarik. Jika ruang kerja sudah terlihat lebih
menarik, maka mood kamu dalam bekerja juga akan meningkat.
Di kantor pasti tidak hanya kamu yang pernah merasakan kebosanan, teman-teman
yang lain pasti pernah merasakan. Cobalah untuk saling bertukar pendapat tentang
kejenuhan dalam bekerja. Ceritakan mengenai kejenuhan kamu dan bisa juga
diselingi dengan bercandaan agar hubungan dengan teman kerja bisa lebih akrab.
Selain itu kamu juga bisa mendapatkan solusi dari teman kerja yang lainnya.
Kejenuhan dalam bekerja bisa diakibatkan oleh banyak faktor, maka dari itu
sebaiknya kamu mencari tahu apa penyebabnya. dengan mengetahui penyebab dari
kebosanan tersebut kamu bisa lebih mudah untuk menemukan solusinya.
Solusi Efektif Mengatasi Kejenuhan (Burnout)
Salah satu cara efektif untuk mengatasi kejenuhan pada para pegawai di suatu
lingkungan kerja adalah dengan adanya kesadaran pada diri para pucuk pimpinan
bahwa dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang pegawai banyak menghadapi
berbagai problem yang bisa berdampak pada timbulnya sindrom burnout pada
mereka.
1. Ciptakan birokrasi yang tidak menimbulkan anggapan di mata pegawai bahwa para
pembina yang bekerja di kantor, di manapun ia berkantor, tidak peduli dengan
kesulitan mereka, atau bekerja untuk menghambat niat baik mereka. Tidak juga
membuat pegawai merasa seolah-olah dipimpin dan atau dibina oleh mereka yang
memiliki citra tidak kompeten, tidak efisien, kurang komitmen, kurang berminat
terhadap hobi dan kegiatan kantor pada umumnya,
2. Lakukan pembinaan pegawai secara profesional, artinya lakukan serangkaian
usaha bantuan kepada pegawai, terutama bantuan yang berwujud layanan
profesional guna meningkatkan proses dan hasil pembinaan yang menggairahkan,
3. Lakukan hubungan profesional yang tidak kaku, yang akrab, yang tidak bersikap
otoriter pimpinan, sehingga pegawai tidak takut bersikap terbuka kepada pimpinan.
Dengan demikian, akan terjadi interaksi antara pegawai dengan pimpinan yang
harmonis, sehingga pada gilirannya tersedia kesempatan untuk mengembangkan ke
arah yang dapat menurunkan kemungkinan terjadinya burnout,
4. Lakukan dukungan sosial yang cukup bermakna kepada pegawai. Sebab dukungan
sosial yang tidak kuat dari pimpinan dapat menjadi sumber stres emosional yang
berpotensi terhadap timbulnya burnout.
Jenis dukungan yang diharapkan pegawai ialah:
d. Memberi contoh tingkah laku yang dapat dijadikan panutan ditempat kerja
pegawai, serta
5) Sebagai orang yang beriman jangan lupa untuk tetap berdoa, takwa, dan
tawakal
Bab 12
Audit pegawai
A.Pendahuluan
Manusia merupakan sumber daya yang paling penting dan menentukan arah dan
perubahan perusahaan tanpa manusia sebagai penggerak perusahaan menjadi
kumpulan dari resources yang tidak memiliki nilai dan kegunaan .
Audit sumber daya manusia atau audit pegawai menjadi salah satu aktivitas kunci
untuk memastikan bahwa sumber daya yang ada di perusahaan mampu berfungsi
Bagaimana mestinya sesuai dengan peraturan dan kebijakan perusahaan.
Mathis dan jackson (2012), menyatakan bahwa audit SDM merupakan usaha riset
formal yang mengevaluasi status terkini atas manajemen SDM perusahaan.
C.jenis-jenis audit
2. Audit oprasional
3. Audit ketataan
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui perusahaan sudah menaati
peraturan dan kebijakan yang berlaku ,baik yang ditetapkan oleh pihak internal
perusahaan .
4. Audit internal
5. Audit mutu
7. Audit komunikasi
8. Audit lingkungan
Audit ini dibutuhkan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mengetahui kelayakan
suatu perusahaan untuk hadir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.
9. Audit pemasaran
Untuk mengetahui kegiatan pemasaran yang dilaksanakan oleh perusahaan telah
sesuai dengan aturan ataupun kebijakan yang berlaku diperusahaan .
Suatu metode untuk memastikan bahwa SDM yang dikelola disuatu perusahaan
telah sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang dibuat perusahaan tersebut.
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari awal proses perencanaan kebutuhan SDM
hingga proses seleksi dan penempatan audit atas perolehan sumber daya manusia
terdiri atas perencanaan sumber daya manusia record mode seleksi dan
penempatan.
Analisis dan identifikasi tentang kebutuhan dan ketersediaan sumber daya manusia
untuk menyelesaikan berbagai bidang tugas dan tanggung jawab yang harus
dikelola perusahaan dalam mencapai tujuannya.
B. Rekrutmen
Rekrutmen meliputi pencarian calon pegawai yang memenuhi syarat dalam jumlah
tertentu sehingga perusahaan dapat menyeleksi orang-orang yang paling tepat
untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada.
Audit pegawai perlu memastikan bahwa sistem seleksi dan rekrutmen yang
dilaksanakan telah dilakukan dengan baik sehingga kebutuhan perusahaan untuk
mendapatkan pegawai yang dibutuhkan dengan kompetensi yang sesuai kebutuhan
perusahaan maupun terpenuhi dengan baik.
B. Pengembangan SDM
C. Pelatihan pegawai
Audit atas pelatihan pegawai dilakukan untuk memastikan bahwa kompetensi yang
dibutuhkan oleh pegawai untuk mengembangkan pekerjaan sesuai dengan yang
seharusnya.
Keselamatan dan kesehatan kerja mengacu pada kondisi fisiologis fisik dan
psikologis pegawai yang diakibatkan oleh lingkungan dan fasilitas kerja yang
disediakan perusahaan.
E. Hubungan kerja
Pemeliharaan hubungan yang serasi dengan para pegawai sangat penting karena
merupakan salah satu bentuk upaya memanusiakan manusia di tempat kerjaan
sehingga tidak ada kesenjangan yang mencolok antara pimpinan dan pegawai.
F. Penilaian kinerja
1. Audit Pendahuluan
Audit pendahuluan Tahap ini menekankan auditor untuk mencari informasi latar
belakang dan gambaran umum terhadap program / aktivitas SDM perusahaan .
Informasi yang diperoleh pada tahap ini akan mengantarkan auditor pada rumusan
sementara .
SPM yang dimiliki perusahaan menjadi pedoman yang digunakan oleh para
manajer dan supervisor dalam mengendalikan proses yang berjalan agar tidak
keluar dari ketentuan yang ditetapkan . Dalam audit sumber daya manusia , auditor
harus memahami hal hal yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya manusia.
Berdasarkan hasil reviu SPM tersebut , auditor akan memahami kond yang terjadi
sehingga dapat memutuskan tujuan audit sementara yang ditetapkan pada audit
pendahuluan dapat ditingkatkan menjadi tujuan audit yang sesungguhnya . Di
samping itu , berdasarkan hasil reviu tersebut , auditor dapat mengambil keputusan
bahwa audit dapat dilanjutkan atau tidak mengingat ketersediaan data yang
dibutuhkan dan kebebasan dalam melakukan audit .
Penyebab adalah tindakan real dari pihak - pihak yang berwenang dalam
menangani sumber daya manusia , yang menyebabkan terjadinya kondisi yang
ditemukan auditor .
Akibat adalah temuan berupa akibat yang harus ditanggung perusahaan karena
terjadinya perbedaan tindakan real dan kriteria yang ditetapkan .
4. Pelaporan
Pelaporan Kegiatan audit yang telah dilaksanakan akan lebih bermanfaat jika
diwujudkan dalam bentuk laporan tertulis dan terdokumentasi .
Laporan audit pegawai bersifat deskriptif komprehensif tentang hasil pelaksanaan
audit pegawai yang telah dilakukan di perusahaan pada periode audit tertentu .
Laporan audit pegawai memuat temuan dan rekomendasi yang perlu dilakukan
dalam rangka perbaikan yang berkesinambungan
5. Tindak lanjut
Rivai dan sagala (2013) nyatakan bahwa audit pegawai dapat dilaksanakan dengan
berbasis riset
Informasi ini dinyatakan juga sebagai rasio yang mudah dihitung dan digunakan .
Meminta staf SDM dan manajer menetapkan tujuan sesuai dengan tanggung jawab
mereka pendekatan manajemen berdasarkan sasaran untuk menciptakan tujuan
khusus terhadap kinerja sehingga dapat diukur tim audit meneliti kinerja aktual dan
membandingkannya dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
I. Rangkuman
- audit pegawai merupakan salah satu aktivitas kunci untuk memastikan bahwa
sumber daya yang ada di perusahaan berfungsi sebagaimana mestinya sesuai
dengan peraturan dan kebijakan yang ada di perusahaan.
- Ruang lingkup audit pegawai pada dasarnya terdiri atas tiga aktivitas kunci , yaitu
audit atas perolehan SDM yang terdiri atas perencanaan SDM , rekrutmen , serta
seleksi dan penempatan ; audit atas pengelolaan SDM yang terdiri atas seleksi dan
rekrutmen pegawai , pengembangan SDM , pelatihan pegawai , keselamatan dan
kesehatan kerja , hubungan kerja , dan penilaian kinerja ; audit atas pengurangan
sumber daya manusia .
- Pelaksanaan audit pegawai pada dasarnya terdiri atas lima tahapan aktivitas
kunci , yaitu audit pendahuluan , reviu atas sistem pengendalian manajemen ( SPM
) , pengelompokan hasil audit , pelaporan , serta tindak lanjut . Audit pegawai
dapat dilaksanakan dengan berbasis riset . Riset - riset yang dapat digunakan dalam
audit pegawai adalah riset terapan ( applied research ) , pendekatan komparatif
( comparative approach ) , pendekatan otoritas pihak luar ( outside authority
approach ) , pendekatan statistik ( statistical approach ) , pendekatan kepatuhan
( compliance appoach ) , serta pendekatan manajemen berdasarkan sasaran
( management by objective approach ) .
1. Untuk mengetahui apakah dan hasil kerja karyawan sesuai dengan rencana.
4. Sebagai dasar pertimbangan pemberian pujian dan atau hukuman kepada setiap
karyawan
5. Sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan mutsi vertikal, horizontal dan atau alih
tugas bagi karyawan
9.Untuk memenuhi ego dan kepuasan dengan memperhatikan nilai mereka Sebagai
pedoman yang efektif dalam melaksanakan seleksi penerimaan karyawan di masa
yang akan datang.
10. Sebagai dasar penilaian kembali rencana Sumber Daya Manusia apakah sudah
baik atau tidak, atau masih perlu disempurnakan.
3. Mungkin dapat dikatakan bahwa timbulnya citra negative atau paling sedikit
tidak benar merupakan akibat ketidakmampuan manajemen sumber daya manusia
suatu organisasi dan tidak disebabkan oleh persepsi para pelaksana tugas pokok.
4. Kejelasan tugas dan tanggung jawab satuan kerja yang menangani sumber daya
manusia.
7. Salah satu tuntutan yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan melalui berbagai
kebijaksanaan dan praktek-praktek penanganan sumber daya manusia ialah
ketaatan pada peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah
dibidang ketenagakerjaan
8. Jika salah satu kontribusi yang dapat dan harus diberikan oleh manajemen
sumber daya manusia kepada perusahaan adalah meningkatnya efisiensi kerja,
berarti satuan kerja yang menangani sumber daya manusia harus mampu pula
untuk menyelenggarakan berbagai fungsi dan kegiatan dengan tingkat efisiensi dan
efektivitas yang tinggi.
10. Berbagai karya ilmiah yang membahas manajemen sumber daya manusia
selalu menekankan pentingnya penciptaan system informasi sumber daya manusia
yang handal.
1. Mengamati kegiatan
2. Meminta penjelasan
3. Mewawancarai audit .
6. Menyimpulkan
c. Pelaporan dan Tindak Lanjut Audit Sumber Daya Manusia Setelah melakukan
kedua tahap seperti di atas, maka hal yang perlu dilakukan adalah menyusun
laporan dari hasil temuan audit. Seperti yang ditulis oleh Samsudin dalam Levianti
(2010) yaitu pelaporan audit adalah diskriminasi komprehensif terhadap aktivitas
sumber daya manusia yang meliputi rekomendasi untuk praktek yang efektif dan
rekomendasi untuk memperbaiki praktek yang tidak efektif. Dalam menyusun
sebuah laporan audit terdapat aspek-aspek yang perlu diperhatikan, seperti:
1. Esensi Laporan hasil audit haruslah mengandung informasi yang cukup atau
lengkap dan bersifat faktual, signifikan, dan relevan.
b) Laporan temuan audit yang mengungkap data-data yang terbukti objektif secara
lengkap dan terperinci.
3. Bentuk laporan audit sumber daya manusia Ditulis dalam form yang di
standarkan, dengan narasi bebas, serta diatur dalam prosedur audit.
4. Bahasa Dalam penyajian laporan audit sebaiknya dibuat secara padat, singkat,
jelas dan mudah dimengerti, serta untuk penekanan dapat di cetak tebal atau diberi
garis bawah sehingga pada bagian tersebut bisa diperhatikan khusus. Setelah
disusun laporan seperti diatas hendaknya dilakukan tindak lanjut untuk membenahi
atau memperbaiki maslah-malah yang tercantum dalam laporan hasil temuan audit.
Seperti ditulis oleh Malayu Hasibuan dalam Levianti (2010) adalah apabila nilai
auditnya baik, diberikan kenaikan balas jasa, dipromosilan, dan atau penghargaan
seperti bintang jasa, piagam, dan lain-lain. Jika nilai auditnya kurang atau jelek
dikenakan hukuman seperti gajinya tidak dinaikkan, demosi, dan atau
diberhentikan. Menurut Willy Susilo (2002:99) tahapan-tahapan audit manajemen
sumber daya manusia terbagai kedalam tiga tahapan yaitu:
c. Alokasi waktu
f. Persiapan diri
g. Format laporan
a. Mengamati kegiatan
f. Mencari bukti-bukti
g. Memeriksa silang
h. Mewawancarai auditee
l. Menyimpulkan
a. Esensi
b. Sistematika
BAB 13
A. Pendahuluan
Kompensasi merupakan salah satu alasan dan motivasi utama seorang pegawai
bekerja di suatu perusahaan. Pegawai menggunakan pengetahuan, keterampilan,
tenaga, waktu, serta komitmennya bukan semata mata untuk membaktikan atau
mengabdikan diri pada perusahaan, melainkan mengharapkan imbalan atau balas
jasa atas kinerja dan produktivitas kerja yang dihasilkannya.Keberhasilan dalam
menetapkan kompensasi yang layak akan menentukan kualitas SDM dalam
bekerja, yang secara langsung berkaitan dengan efektivitas tujuan pegawai dan
efisiensi anggaran perusahaan, Serta menentukan keberlangsungan hidup
perusahaan dalam lingkungan persaingan bisnis yang semakin kompetitif.
kompensasi yang memadai akan mempengaruhi kinerja pegawai.
B. Pengertian Kompensasi
Kompensasi harus dibedakan dengan gaji dan upah karena konsep kompensasi
tidak sama dengan konsep gaji atau upah.Gaji dan upah merupakan salah satu
bentuk konkret atas pemberian kompensasi. Martoyo(2007) Menyatakan bahwa
kompensasi adalah pengaturan keseluruhan pemberian balas jasa bagi employers
ataupun employees, baik langsung berupa uang (finansial) maupun tidak langsung
berupa uang (nonfinansial). Sastrohadiwiryo (2005) Menyatakan bahwa
kompensasi adalah imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan
kepada para pegawai karena pegawai tersebut telah memberikan sumbangan tenaga
dan pikiran Demi kemajuan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
C. Asas-Asas Kompensasi
Perusahaan harus menetapkan program kompensasi yang didasarkan atas asas
keadilan serta asas kelayakan dan kewajaran, dengan memperhatikan undang-
undang ketenagakerjaan yang berlaku.
1. Keadilan
D. Jenis-jenis kompensasi
Tiga jenis kompensasi secara garis besar menurut Nawawi (2005) adalah sebagai
berikut.
1.Kompensasi langsung, yaitu penghargaan atau ganjaran yang disebut gaji atau
upah yang dibayar secara tetap berdasarkan dagang waktu yang tetap.
1. Kompensasi intrinsik, berupa rasa puas diri yang diperoleh pegawai yang telah
berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan telah mencapai sasaran
tertentu, misalnya dengan penambahan tanggung jawab, pengayaan pekerjaan, dan
usaha lain yang meningkatkan harga diri pegawai dan mendorong pegawai untuk
menjadi yang terbaik.
1.kompensasi finansial
a.kompensasi langsung
2)bayaran prestasi
2) bayaran di luar jam kerja yaitu liburan, Hari besar, Cuti tahunan, dan cuti
hamil.
a.pekerjaan
b.lingkungan kerja
Kebijakan yang sehat, supervisi yang kompeten, kerabat kerja yang menyenangkan
dan lingkungan kerja yang nyaman.
Tiga jenis kompensasi menurut Michael dan Harold (1993) Adalah kompensasi
material, sosial, dan aktivitas. masing-masing diuraikan sebagai berikut.
1. Kompensasi material
Bentuk kompensasi material tidak hanya berbentuk uang, seperti gaji, bonus,
dan Komisi, tetapi juga segala bentuk penguat fisik Misalnya parkir, telepon, dan
ruang kantor yang nyaman, serta berbagai macam bentuk tunjangan, misalnya
pensiun dan asuransi kesehatan.
pegawai dapat keluar jika besarnya kompensasi tidak kompetitif dan hal ini akan
menimbulkan perputaran pegawai yang semakin tinggi.
3. menjamin keadilan
5. mengendalikan biaya
7. memfasilitasi pengertian
F. Sistem Kompensasi
Kompensasi terdiri atas kompensasi langsung dan pelengkap. kompensasi
langsung berupa upah dan gaji, sedangkan merupakan komponen penunjang
kompensasi secara langsung, misalnya insentif, jasa atas pegawai, jaminan sosial,
serta asuransi. Sistem kompensasi ialah sistem yang terdiri atas komponen
kompensasi mulai penentuan besaran kompensasi dan cara pemberiannya.
1. menghargai kinerja
2. menjamin keadilan
sistem kompensasi yang baik akan menjamin terwujudnya keadilan bagi dan
antara pegawai dalam perusahaan. setiap pegawai akan memperoleh imbalan yang
sesuai dengan tugas, fungsi , jabatan dan kinerja nya.
3. mempertahankan pegawai
sistem kompensasi yang baik akan membuat pegawai betah sehingga akan
mengurangi tingkat keluarnya pegawai.
Sistem kompensasi yang baik akan menarik lebih banyak calon pegawai. Dengan
banyaknya pelamar atau Jalan pegawai, perusahaan akan memiliki banyak
alternatif dalam memilih pegawai yang bermutu tinggi di antara pelamar atau calon
pegawai yang ada.
5.Pengendalian biaya
1.Analisis pekerjaan
perlu disusun deskripsi jabatan, uraian pekerjaan, dan standar pekerjaan yang
terdapat dalam suatu perusahaan.
a. Metode tunggal
Metode tunggal adalah metode penetapan gaji pokok yang hanya didasarkan atas
ijazah terakhir atau pendidikan formal terakhir yang ditempuh pegawai. jadi
tingkat golongan dan gaji pokok seorang hanya ditetapkan atas ijazah terakhir yang
dijadikan standarnya.
b. Metode jamak
Metode jamak adalah metode dalam pemberian gaji pokok berdasarkan beberapa
pertimbangan, seperti ijazah, sifat pekerjaan, pendidikan informal, serta
pengalaman yang dimiliki. Jadi, standar gaji pokok yang pasti tidak ada. ini
terdapat pada perusahaan swasta yang di dalamnya masih sering terdapat
diskriminasi.
Program kompensasi yang baik biasanya memberikan peluang bagi pegawai untuk
memperoleh tambahan penghasilan, bukan hanya memperoleh upah atau gaji yang
rutin. Penghasilan tambahan tersebut, misalnya pembagian keuntungan perusahaan
sebagai pegawai melalui bonus, pemberian uang cuti, dan sebagainya.
2. Kemampuan membayar
3. Kesediaan membayar
5. Serikat Pekerja
3. serikat buruh
apabila serikat buruh nya kuat dan berpengaruh, tingkat kompensasi semakin
besar. Demikian pula sebaliknya.
jika produktivitas kerja pegawai baik dan banyak, kompensasi akan semakin
besar. sebaliknya, jika kalau produktivitas kerjanya buruK serta sedikit,
kompensasinya kecil.
6.Biaya hidup
Apabila biaya hidup di daerah itu tinggi, tingkat kompensasi semakin besar.
sebaliknya, jika tingkat gaya hidup di daerah itu rendah, tingkat kompensasi relatif
kecil. Seperti tingkat upah di Jakarta lebih besar daripada di bandung karena
tingkat biaya hidup di Jakarta lebih besar daripada di Bandung.
Pegawai yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima kompensasi lebih
besar. sebaliknya, pegawai yang menduduki jabatan yang lebih rendah akan
memperoleh kompensasi yang kecil. hal ini wajar karena seseorang yang mendapat
kewenangan dan tanggung jawab yang besar harus mendapatkan kompensasi yang
lebih besar.
jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama, kompensasi akan
semakin besar karena kecakapan serta keterampilan nya lebih baik. Sebaliknya,
pegawai yang berpendidikan rendah dan pengalaman kerja yang kurang maka
tingkat kompensasinya kecil.
jika jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan mempunyai resiko yang besar, tingkat
kompetensi semakin besar karena membutuhkan kecakapan serta ketinggian untuk
pengerjaannya. akan tetapi, jika jenis dan sifat pekerjaan yang mudah dan risiko
kecil, tingkat kompetisinya relatif rendah. misalnya nya, Pekerjaan merakit
komputer komplikasinya lebih besar daripada pekerjaan kuli angkut barang.
I. Rangkuman
Berdasarkan berbagai uraian mengenai bab kompensasi bagi pegawai,
selanjutnya dapat dirangkum sebagai berikut.
-Kompensasi merupakan salah satu alasan dan motivasi utama Mengapa pegawai
bekerja. keberhasilan dalam menetapkan kompensasi yang lah yang akan
menentukan kualitas sdm dalam bekerja, yang secara langsung berkaitan dengan
efektivitas tujuan pegawai dan efisiensi anggaran perusahaan, serta akan
menentukan keberlangsungan hidup perusahaan dalam lingkungan persaingan
bisnis yang semakin kompetitif. kompensasi yang memadai akan mempengaruhi
kinerja yang ditampilkan oleh pegawai.
-Kompensasi secara garis besar terdiri atas kompensasi langsung, kompensasi tidak
langsung, serta Insentif. fungsi pemberian kompensasi adalah terkait dengan
pengalokasian SDM secara efisien. penggunaan SDM secara lebih efisien dan
efektif mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. tujuan pemberian
kompensasi adalah memperoleh pegawai yang berkualifikasi, mempertahankan
pegawai yang ada, menjamin keadilan, penghargaan terhadap perilaku yang
dilakukan kan, mengendalikan biaya, mengikuti aturan hukum, memfasilitasi
pengertian, meningkatkan efisiensi administrasi.
BAB 14
A. Pendahuluan
Perkembangan bisnis dan manajemen perusahaan semakin
dinamis.Pembentukan organisasi virtual merupakan salah satu isu penting dalam
pengembangan organisasi kontemporer. organisasi virtual adalah organisasi yang
menggunakan teknologi informasi untuk menghubungkan banyak orang, organisasi
dan aktiva (O’Brien, 2005). Tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan
menginginkan produktivitas pegawai yang tinggi, sedangkan pada pihak lain
pegawai menginginkan fleksibilitas yang tinggi dari perusahaan. perkembangan
teknologi informasi bisa mengakomodasi kedua kepentingan ini sehingga pola
kerja masa depan dengan sendirinya akan berbeda. Hal ini disebabkan oleh
pekerjaan dan tanggung jawab kepentingan pribadi pegawai akan semakin
menuntut konfigurasi baru dan fleksibilitas yang lebih besar (Luthan,1995).
Tung (Anatan dan Ellitan, 2007) Menyatakan 5 Nilai penting untuk mendukung
terciptanya virtual organization secara efektif, yaitu sebagai berikut.
1. teknologi informasi
2.Kinerja Prima
karena setiap rekan usaha sudah terseleksi core competence nya memberikan
keunggulan kinerja dan menciptakan tim yang kompak.
karena setiap usaha tidak permanen, sedikit formal dan lebih mampu
memanfaatkan kesempatan yang baik. perusahaan dapat bersama-sama
menentukan pasar spesifik dan konsentrasi penuh dalam proyek tersebut.
4.Kepercayaan
5. tanpa batasan
Pengelolaan pegawai yang baik dalam lingkup kecil akan meningkatkan kinerja
pegawai dan dalam lingkup yang lebih besar dan akan membawa perbaikan kinerja
perusahaan atau pemerintah secara keseluruhan. Setiap perusahaan memiliki sistem
untuk mengumpulkan dan memelihara data, yang menjelaskan SDM, lalu
mengubah data tersebut menjadi informasi dan melaporkan informasi itu kepada
pemakai. sistem ini dinamakan SIMPEG.
Sumber informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk
tunggal datum atau data item. Data menurut Er.V.K.Jain (2002), “Data is the name
given to basic fact and entities as numbers.” Data merupakan nama yang diberikan
pada berbagai fakta dasar dan entitas, seperti nama-nama dan angka-angka.
berbagai tahap dalam pengolahan data menjadi informasi menurut Susanto (2004)
meliputi hal berikut.
1.Pengumpulan data
data yang diperlukan, yang telah dikumpulkan dengan cara tertentu seperti
sampling, dicatat dalam suatu file. misalnya, data yang menjelaskan penjualan
dimasukkan ke file pesanan penjualan.
2. masukkan
Tahap ini merupakan pemasukan data dan prosedur pengolahan data ke dalam
komputer melalui alat input, seperti keyboard. urutan langkah untuk mengolah data
yang dibuat dalam suatu program.
3. pengolahan data
tahap ini merupakan tahap pengolahan data sesuai dengan dan yang telah
ditentukan. kegiatan pengolahan data seperti ini, meliputi pengumpulan data,
klasifikasi, kalkulasi, penggabungan, peringkasan baik dalam bentuk tabel maupun
grafik, penyimpanan dan pembacaan data dari tempat penyimpanan data.
4. Hasil
hasil pengolahan data ditampilkan pada alat output, seperti monitor dan printer.
5. penyimpanan data
selanjutnya, data disimpan atau di backup dalam bentuk CD, DVD, disket, atau
softcopy untuk menghindari terjadinya kehilangan data.
6.Distribusi
Setelah proses pengolahan data dilakukan, informasi yang dihasilkan harus segera
didistribusikan. Proses pendistribusian tidak boleh terlambat dan harus diberikan
kepada yang berkepentingan sebab hasil pengolahan tersebut akan menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau menjadi data dalam pengolahan
selanjutnya.
Sistem informasi SDM menurut Rivai dan Sagala (2013) Merupakan prosedur
sistematik untuk mengumpulkan, menyimpan, mempertahankan menarik,
memvalidasi data yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk meningkatkan
keputusan SDM. Dengan kata lain, sistem informasi SDM mempunyai kemampuan
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan atau pilihan banyak orang yang
lebih berhubungan dengan aktivitas perencanaan SDM baru. Pilihan sistemnya
impresif, hal ini meliputi termasuk sentralisasi, desentralisasi, segmentasi dan
komprehensif.
1.Perencanaan SDM
perencanaan SDM adalah proses analisis dan simulasi kebutuhan SDM sesuai
dengan data rekapitulasi Kekuatan SDM yang dimiliki oleh perusahaan, yang
dikaitkan dengan rencana pengembangan aktivitas Departemen masa mendatang.
hal ini Pada dasarnya berdampak pada pengadaan SDM atau penempatan SDM
pada suatu lokasi atau unit yang membutuhkan.
2. Administrasi personalia
Ruang lingkup proses yang termasuk dalam kompensasi dan manfaat adalah
sebagai berikut.
a. Proses penentuan gaji dan transaksinya, termasuk dalam hal ini adalah
proses penggunaan merit payment dalam hal penentuan gaji dan pendapatan
lain yang berkaitan dengan penghasilan tambahan, seperti lembur, uang
makan, uang perumahan, insentif daerah terpencil, supervisor dan
sejenisnya.
b. Proses pemberian fasilitas yang berkaitan dengan kebutuhan luar ruang
lingkup kerja dan bertujuan memberikan jaminan rasa aman selama bekerja
di di perusahaan, seperti fasilitas Medikal dan tabungan pensiun.
4.Evaluasi kinerja personel
sistem penilaian yang baik dalam menilai kinerja personel adalah pengkajian dan
umpan balik. Dalam melakukan pengkajian digunakan kriteria-kriteria dasar yang
telah ditentukan sebelumnya oleh manajemen. Selain itu, juga Berdasarkan hasil
kajian yang umumnya dilakukan oleh suatu tim. Hal ini dapat diinformasikan dan
didiskusikan bersama dengan personel tersebut untuk mengetahui apresiasi lebih
lanjut mengenai cara pengkajian Dan harapannya dalam melaksanakan pekerjaan.
Dengan adanya sistem kepegawaian, diharapkan dapat diperoleh suatu sistem
evaluasi yang lebih objektif, yang mengacu pada fakta-fakta yang telah ditentukan
sebelumnya.
E. Komponen SIMPEG
Rivai dan Sagala (2013) menyatakan bahwa tiga komponen fungsional utama
dalam setiap SIMPEG, yaitu sebagai berikut.
Fungsi yang paling terlihat jelas dari sebuah SIMPEG adalah keluaran yang
dihasilkan. untuk menghasilkan keluaran yang bernilai bagi pemakai komputer,
SIMPEG harus memproses keluaran tersebut, membuat kalkulasi yang diperlukan,
dan memformat presentasinya dalam cara yang dapat dimengerti oleh para
pemakai.
Enam macam kelompok luaran (output) yang dapat dihasilkan dari SIMPEG
adalah sebagai berikut.
A. tingkat 1
B.tingkat 2
C.tingkat 3
Staffing, pelatihan dan pengembangan, dan administrasi
b. perangkat lunak, yang meliputi sistem dan terapan umum serta program aplikasi
c. data base
1.Perangkat keras
Perangkat keras bagi suatu SIM terdiri atas masukan atau keluaran, unit
Penyimpanan file, peralatan Penyiapan data, dan terminal masukan.
2.Perangkat lunak
c. aplikasi perangkat lunak yang terdiri atas program yang secara spesifik dibuat
untuk setiap aplikasi.
3.File
File yang berisikan program dan data dibuktikan dengan adanya media
penyimpanan fisik yang disimpan di perpustakaan file. File Juga meliputi keluaran
tercepat dalam catatan lain atas kertas, microfilm, dan sebagainya.
4.Prosedur
Prosedur merupakan komponen fisik, bentuk fisik seperti buku panduan dan
instruksi. tiga jenis prosedur yang dibutuhkan yaitu
5. Personalia pengoperasian
F. Sumber SIMPEG
Dalam membentuk sistem informasi yang komprehensif, informasi harus
diperoleh dari berbagai sumber .Rivai dan Sagala (2013) Menjelaskan sumber-
sumber informasi bagi keperluan SIMPEG, yaitu sebagai berikut.
1. Borang lamaran
G. Manfaat SIMPEG
Rivai dan Sagala (2013) Mengemukakan 9 manfaat khusus dari Simpati
yang meliputi sebagai berikut.
4. Mempelajari komposisi usia, suku, jenis kelamin, dari berbagai pekerjaan dan
kelas pekerjaan untuk memastikan Apakah semua itu sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
J. Rangkuman