Anda di halaman 1dari 3

NAMA KELOMPOK: 1.

ARIFINDA NENCY DWI F (192001)

2. ADELINA KEISHA MAUREN (192003)

3.NOVIA DWI NUR ROHMAH (192018)

4. PUTRI IKA MARTINAH (192020)

SIMULASI GAWAT DARURAT PADA PASIEN TENGGELAM

Disuatu hari adel dan ika pergi ke sebuah kolam renang untuk melepas penat usai menjalani penilaian
akhir semester dikampus mereka. Disana mereka tak sengaja bertemu nency dan novia yang sudah lebih
dulu datang. Terlihat nency sedang mengajari novia yang memang tidak bias berenang. Lalu mereka pun
saling bertukar sapa.

Adel: “Hai gaes udah lama?”

Nency: ”ya dari tadi gaes, dari mana aja kalian kok baru datang”

Ika: “Adel nih ribet”

Novia: “Emang dasar ya si Adel suka ribet sendiri”

Adel: ”Sembarangan ajaa!”

Ika: “Ya udah ya gais, aku mau ganti baju duluu”

Nency: “Okayy”

Lalu adel dan ika pun pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaian mereka dengan baju renang.
Beberapa saat setelah mereka mengganti pakaian, mereka mendengar suara kegaduhan dari kolam
renang. Merekapun segera pergi kearah kolam renang untuk mengetahui apa yang terjadi. Disana
mereka mendapat nency yang tengah panic.

Ika: ”Loh nen adapa?”

Nency: “Novia tenggelam! “

Adel: “Lo kok bisa sih? “

Ika: “cepet- cepat cari bantuan “

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghubunggi instansi kesehatan terdekat.

Adel: “Hallo tim medis, iya ini pak ada yang tenggelam”

Medis: “posisi sekarang dimana “


Adel: ”Kolam renang metro”

Medis: “siap mbak dalam perjalanan, mohon ditunggu”

Adel: ” Siap pak, segera ya,

Sambil menunggu, nency, adel, dan ika pun segera memberikan pertolongan pertama.

PENATALAKSANAAN

• Menyelamatkan Korban Dari Air

– Untuk menyelamatkan korban tenggelam,penolong harus dapat mencapai korban secepat mungkin,
sebaiknya menggunakan alat angkut (perahu, rakit, papan selancar atau alat bantu apung )

– Dibutuhkan dua orang dewasa

– Korban diangkat dengan kepala ditelungkupkan untuk menghindari post immersion collaps.

RJP dalam air

• Berikan napas buatan : hal yang utama dan pertama

• Ventilasi mulut ke hidung dapat digunakan sebagai alternatif ventilasi mulut ke mulut jika penyelamat
mengalami kesulitan dalam mencubit hidung korban, menyangga kepala korban, dan membuka jalan
nafas di dalam air

• Setelah pemberian dua kali nafas bantuan, penolong harus segera memberikan kompresi dada dan
melakukan siklus kompresiventilasi sesuai pedoman bantuan hidup

• Apabila dalam 10 detik denyut nadi tidak teraba, siklus kompresiventilasi harus dilakukan kembali.
Apablia penolong hanya sendiri, setidaknya memberikan 5 siklus (sekitar 2 menit) sebelum
meninggalkan korban untuk menghubungi nomor darurat

• Hanya penolong yang terlatih yang sebaiknya memberikan kompresi dada di air

• Ketika korban sudah dikeluarkan dari air, jika ia tidak merespon dan tidak bernafas

• setelah dua kali nafas bantuan, penolong harus memasang Automated External Defibrillator (AED) jika
tersedia dan melakukan defibrilasi jika shockable rhythm teridentifikasi.

• Hanya perlu mengeringkan daerah dada sebelum memasang bantalan defibrilasi dan menggunakan
AED.

Penanganan Muntah Saat Resusitasi

• Korban mungkin akan muntah saat penolong melakukan kompresi dada atau bantuan nafas.
• Sesuai dengan penelitian selama 10 tahun di Australia, duaper tiga dari korban yang mendapatkan
nafas bantuan dan 86% dari korban yang memerlukan kompresi ventilasi muntah.

• Jika hal ini terjadi, miringkan korban ke samping danbersihkan muntahan menggunakan jari, pakaian
atau penyedot (suction).

• Jika terdapat kecurigaan cedera spinal cord, korban sebaiknya digulingkan dimana kepala, leher dan
badan digerakkan bersamaan untuk melindungi saraf tulang leher.

Menghangatkan kembali

• Pakaian yang basah sebaiknya dilepaskan sebelum pasien dibungkus dengan selimut tebal.

• Minuman hangat tidak dapat membantu dan sebaiknya dihindar.

Transportasi dan Indikasi Rujuk Ke Rumah Sakit

• Korban near drowning sebaiknya segera dibawa ke unit gawat darurat terdekat untuk evaluasi dan
penanganan lebih lanjut sehingga dapat meminimalkan komplikasi atau kecacatan yang mungkin
ditimbulkan.

• Tidak dianjurkan menunda transportasi untuk pemeriksaan sekunder kecuali korban benar-benar
dapat dikategorikan “stabil”.

• Sebelum dirujuk korban (terutama pada korban dengan penurunan kesadaran) harus diamankan di
sebuah tandu (bila tersedia) dan diposisikan dengan nyaman

• Korban dengan fraktur, cedera kepala atau tulang belakang sebaiknya diletakkan di papan dengan
penyangga tulang belakang

• Evaluasi terhadap kesadaran dan tanda-tanda vital dilakukan secara berkala selama perjalanani.

Anda mungkin juga menyukai