Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PENGANTAR ETNOMUSIKOLOGI

ALAT MUSIK DOL DALAM UPACARA TABOT


MASYARAKAT
PESISIR KOTA BENGKULU

Disusun Oleh:
Nama : Andika Nugraha Sahputra
NIM : 2010752015
Jurusan/Prodi : S-1 Etnomusikologi

Dosen Pengampu :
Drs. Krismus Purba, M.Hum

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA


FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
1.
Musik tradisional adalah musik yang
berkembang di berbagai daerah yang
diwariskan secara turun - menurun. Salah
satunya Dol yang ada di provinsi
Bengkulu. Alat musik Dol adalah simbol
genderang Perang dari peristiwa
kematian cucu Nabi Muhammad SAW
yaitu Imam Husain dalam Perang Badar
antara kaum syi’ah dengan kaum Bani
Umayah yang dipimpin oleh Yazid bin
Muawiyah serta Ubaidillah Bin Ziyad di
Padang Karbela wilayah Irak pada tahun
61 Hijriah atau sekitar 680 M (badur
munir 1993 : 63).
Dari kejadian tersebut lahir lah kebudayaan yang disebut Upacara Tabot.
Upacara tabot dilakukan setiap tahun tepatnya pada tanggal 1-10 Muharram,
upacara ini bertujuan untuk mengenang wafatnya cucu Nabi Muhammad S A W
dalam Perang Badar. Persebaran kebudayaan Tabot mulai dari Irak – India –
Pariaman – Bengkulu. Alat musik Dol dibawa oleh orang Benggali dari India
bersamaan dengan Tabot yang ikut serta membangun Benteng Marlborough milik
Inggris pada tahun 1700-an di Tapak Paderi, Pesisir Kota Bengkulu. Setelah itu
mereka menetap, menikah, dengan pribumi dan menyebar ke seluruh dataran
Pesisir Kota Bengkulu yang meliputi daerah Malabero, Pasar Melintang, Berkas,
Pondok Besi, Bajak, Tengah Padang, Kampung Bali, Penurunan, dan Lempuing,
namun tidak bisa dipastikan kapan waktu masuk nya kebudayaan tersebut, karena
pada masa itu masih sangat kuno akan teknologi dan ilmu pengetahuan. Keturunan
campuran India dengan Pribumi Bengkulu disebut Keluarga Keturunan Tabut (
KKT ) atau sebutan lain adalah Suku Sipai.
Pada zaman dahulu, Musik Dol sangat disakralkan oleh masyarakat pesisir kota
Bengkulu karena mitos nya tidak sembarang orang yang boleh menabuh nya, hanya
dari Keluarga Keturunan Tabut dan Laki – laki saja yang diperbolehkan memainkan
nya. Selain itu, Musik Dol hanya boleh digunakan pada tanggal 1 – 10 Muharam
dalam Ritual dan Perayaan Festival Tabot setiap tahun, selain waktu itu sangat
dilarang memainkan nya.
➢ Dalam upacara, Musik Dol digunakan sebagai musik pendukung dalam
upacara Tabot. Selain memenuhi kebutuhan dalam mengiringi rangkaian
upacara tabot, dol juga berfungsi sebagai pemberi kabar kepada masyarakat
Bengkulu bahwasanya ketika dol mulai dibunyi itu bertanda upacara tabot
sudah dimulai.
➢ Dahulu dol hanya untuk iringan ritual dan upacara tabot saja. Musik Dol
juga diperlombakan dalam festival tabot setiap tahun juga acara formal
lainnya, dan dikreasi kan dengan alat musik daerah lain maupun alat musik
modern, juga sebagai iringan tari – tarian tradisi bengkulu.
➢ Seiring berjalannya waktu Musik Dol mencapai suatu proses perkembangan
berdasarkan fungsi dalam kesinambungan budaya nya, Musik Dol boleh
dimainkan oleh siapa saja dan dimana saja sebagai musik pelengkap acara
yang bersifat resmi. Agar aktivitas kesenian ini terus berjalan. adapun
bentuk pengembangan dol saat ini digunakan untuk bahan ajar mata
pelajaran kesenian dan pelajaran ekstrakulikuler.
➢ Sebagai media hiburan, musik dol sering dijumpai sebagai acara
besar. Musik dol akan di tampilkan sebagai wujud dari musik
tradisional. Dalam hal ini biasanya para pemain dol sering
melakukan atraksi musik dol.
➢ Alat musik pengiring Dol antara lain tassa, Kompang, Booya ( Dol Kecil )
dll.
2.
Musik Dol ditampilkan pada malam 6 dan 7 Muharam yang disebut Beruji Dol.
Di malam menjara, Beruji Dol ditampilkan sebagai saat-saat terjadinya peperangan
antara Husein dan Kaum Yazid. Ritual menjara (saling mendatangi, menyerang)
dilakukan di lapangan terbuka dengan diiringi bunyian Dol dan Tassa yang bertalu-
talu pada malam hari , sedangkan Arti malam menjara ini dalam bahasa Bengkulu
mengandun / mengandung adalah perjalanan panjang di malam hari yang dilakukan
keluarga tabot berkunjung atau mendatangi kelompok lain untuk bersilaturahmi
dengan musik dol sebagai iringan tanda dan pemberi kabar.

Malam menjara, perjalanan panjang dimalam hari saling mendatangi

Persiapan menjara. Proses Bediang ( memanaskan dol serta tassa kulit/rebana di api
unggun )

Dol dikeluarkan setelah selesai sholat isya. Masing – masing keluarga


tabot menyiapkan rumah mereka untuk menjara menggunakan musik Dol. Sebelum
dimulai Keluarga tabot dan partisipan sekitar melakukan kegiatan bediang Dol atau
dipanaskan bersama tassa, rebana/ kompang di depan api unggun besar yang sudah
disiapkan bertujuan agar permukaan kulit alat musik tersebut kembali meregang.
Jumlah alat musik Dol pada malam menjara tak terbatas semua yang ada
dikeluarkan dan dibuat formasi melingkari pemain tassa. Selain Dol dan Tassa/
Rebana alat musik pendukung lainnya yaitu Peluit sebagai komando, dan Keneng
– keneng ( Lonceng ) sebagai tempo

Setelah diang Dol selesai, Semua Partisipan kembali diposisi alat masing
– masing. Beruji Dol dimalam menjara 6 – 7 muharam dimulai dengan Tassa
membran dibunyi kan sebagai pemimpin iringan, Setelah semua tassa dibunyikan
Peluit ditiup sebagai tanda Dol mulai ditabuh. Saat berlangsung nya beruji dol
sekelompok anak muda berjoget dan bersuka ria di dalam lingkaran sambil
membunyikan keneng – keneng mengatur tempo ketukan, semua orang boleh ikut
pria maupun wanita dalam semua usia. Jika capek boleh bergantian dan sebaliknya.
Di sela kegiatan, Kelompok tabot lain datang lalu bergabung beberapa saat untuk
Beruji dol bersama, lalu kelompok itu pun kembali melanjutkan perjalanan
mendatangi kelompok lainnya. Di malam pertama Kelompok tabot bangsal
mendatangi seluruh kelompok dengan tujuan akhir tabut berkas dan malam kedua
sebaliknya. Ada 2 teknik pukulan dalam beruji Dol yaitu Tamatan dan Tsweri.
Kedua teknik tersebut dimainkan dari sudah isya sampai tengah malam.
Cara membuat alat musik Dol

• Bahan pembuatan Dol adalah


bonggol/ akar pohon Kelapa
minimal pohon yang telah berusia
17 tahun, digali sedalam 1 meter,
karena diamater akar pohon kelapa
yang dibawah 17 tahun masih
sangat kecil. Semakin tua pohon
kelapa semakin besar dan semakin
bagus kualitas akar/ bonggol yang
dihasilkan. Bonggol pohon kelapa tersebut dilubangi tengahnya secara manual
dengan linggis, karena bonggol kelapa itu berserat kalau menggunakan mesin akan
merusak seluruh diameter bonggol. Dol memiliki ukuran diameter 70–125 cm
dengan tinggi 75–100 cm. Dol termasuk instrumen bermuka satu. Dol memiliki
ukuran diameter 70–125 cm dengan tinggi 75–100 cm.
• Setelah dilubangi tengah nya sesuai kebutuhan, permukaan luar dol di haluskan
dengan amplas menggunakan mesin/ manual dan diberi dempul/semen putih dan
lem fox agar serat bonggol tertutupi, meskipun permukaan kayu bonggol di beri
dempul tidak mengganggu mengurangi bunyi yang dihasilkan asal tidak terlalu
tebal, dan lapisi dempul dengan warna dasar sesuai kebutuhan

Proses melubangi bonggol kelapa Setelah diamplas diberi warna dasar


• Setelah itu, permukaan dol ditutupi dengan kulit Sapi/ Kerbau. Kulit yang
digunakan harus direndam terlebih dahulu selama beberapa jam dan diregangkan di
kerangka kayu lalu dijemur hingga setengah kering 2 - 4 hari. Tujuan di rendam
agar elastis saat di tarik ke dalam rangka kayu. Saat diregang di bingkai lemak/
daging yang menempel dibersihkan dari kulit tersebut.

Proses peregangan kulit sapi

• Disamping itu, pekerja lain sedang membelah


rotan yang nanti nya akan digunakan untuk
menarik kulit di pemasangan dol ( rajut )
• Kembali ke kulit yang dijemur setengah kering,
potong sesuai diameter dol, namun dilebih kan
lingkar luar nya.

Proses pencetakan diameter untuk permukaan kulit dol

Proses mencetak diameter kulit

menggunakan rotan ( jiplak )


• Masuk ke perajutan bonggol dengan kulit. Pada tahap ini memerlukan kehati –
hatian karena batangan rotan yang digunakan sudah dibelah 2 dan harus tajam
ujung nya agar memudahkan merangkai satu sama lain. Tak jarang pekerja yang
terluka di pergelangan/ telapak tangan di tahap ini.
• Rangkaian rajut harus satu persatu hingga seluruh diameter dol tertupi bersama
kulit.

Proses penyatuan rotan ( rajut ) dengan cara ditarik setengah kencang


• Lanjut proses yang sulit lainnya, membutuhkan 1 orang berbadan besar untuk
manjat di atas besi behel, tujuan nya untuk memberi beban berat pada besi, lalu besi
behel dikaitkan di kulit rajut yang telah ditarik rotan setelah itu, orang lain nya
memukul besi behel itu kebawah sehingga kulit turun kebawah (press ke bongkol
dol). Tahap ini dilakukan pada seluruh permukaan kulit. Setelah diregangkan lanjut
ke tarikan rotan hingga kuat.
• Ada teknik rangkaian rajutan dol yang selalu diterapkan secara turun – temurun
yaitu,biasa disebut pecak rebung.
Teknik ini menerapkan segitiga bertemu atas dan bawah. Tujuan nya untuk
menahan kekuatan rotan saat tarikan kulit saat mulai mengering total. Inilah ciri
khas dol.
Meregang kulit

Pecak rebung

Finishing pewarnaan pecak rebung


dan seluruh
Permukaan dol sesuai kebutuhan
Bunyi yang dihasilkan tergantung pada bermacam faktor seperti :
- Rotan yang saling terkait kuat, tentu saja bahan rotan nya juga kuat tidak
terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, sehingga mudah patah
- Usia bahan bonggol/ akar kelapa ( kelawang ), semakin tua semakin bagus,
juga proses kedalaman pelubangan bonggol tersebut. Jika terlalu tebal
bonggol akan berkualitas buruk, dan terlalu tipis pun akan mudah retak.
Sering kali bonggol yang didapat busuk/ berjamur sehingga menurunkan
kualitas dan merugikan pengrajin.
- Kulit yang digunakan, lebih bagus kulit sapi lebih elastis dibanding kulit
kerbau, serta cara menjemur dan pengolahan kulit sapi tersebut berpengaruh
pada keawetannya. Terkadang kulit yang diperoleh busuk sebagian. 1
lembar kulit sapi bisa untuk 2 – 3 dol Yang mana bunyinya dihasilkan dari
getaran kulit tersebut.
- Kerapian dalam pembuatan dan cat yang digunakan serta perawatan yang
dilakukan berpengaruh pada keawetan. Musuh alat musik kulit adalah udara
lembab.
- Karena proses yang begitu rumit dan rinci tentu harga satu dol kisaran
Rp.1.500.000 – Rp2.500.000 tergantung kualitas bahan baku, dan pengrajin
nya.
Kostum yang digunakan dalam Pentas Musik Dol :
- Berwarna cerah dan berbahan licin sehingga saat dipanggung terlihat terang
dan penuh warna bermakna ceria dan penuh semangat suka ria.
- Desain kostum seperti pelaut melayu dengan kancing menyamping di dada
lengan pendek dan celana pendek, ada juga yang panjang ( bervariasi ). Ada
juga kostum seperti Jubah pengaruh dari kebudayaan Arab.
- Aksesoris seperti ikat kepala makna nya kaum pria yang perkasa ada juga
yang menggunakan Detar yaitu atribut kepala untuk pria Bengkulu.
- Selain itu ada ikat pinggang kain guna menahan perut tidak turun saat
menabuh Dol dengan penuh tenaga
- Aksesoris lainnya seperti strap lengan kiri dan kanan berfungsi sebagai
pelindung saat mengangkat Dol ( Atraksi ) di tangan mengurangi rasa sakit
tali Dol yang kasar.
- Jenis lain yaitu kostum adat Bengkulu, Teluk Blango ( Jas khas Bengkulu )
dengan Detar kepala dan Songket dipinggang serta celana dasar hitam.
Terkesan Rapi.
- Namun sekarang penggunaan kostum telah banyak variasi ( bebas ) oleh
seniman tersebut.
3.
Teknik Permainan musik Dol / Pola Ritme Musik Dol
1. Tamatam
2. Sweri
3. Swena
Sweri symbol penyemangat dalam berperang. Mereka mengenang perjalanan
panjang Al-Husein dan perjuangan menuju perang melalui prosesi Ambik Tanah,
Menjara, Tabot Naik pangkek, Arak Gedang dan Tabot Tebuang.

Tamatam symbol penyeimbang atau pelepas lelah setelah melakukan perjalanan


jauh, pola ini hadir dalam prosesi Menjara, Arak Gedang, Tabot Tebuang.

Swena merupakan “simbol dari bersedih atau berkabung”, memaknai


memberitahukan kepada masyarakat bahwa potongan-potongan badan dari Al-
Husein ditemukan. Permainan swena hadir didalam prosesi Meradai, Arak Penja,
Arak Seroban, Arak Gedang dan Tabot Tebuang.

Anda mungkin juga menyukai