8109 15056 1 SM
8109 15056 1 SM
ABSTRACT
The aim of this research was to find whether there’s relationship between academic self-efficacy and shabr,
as well as its supporting aspects. Participants were 108 undergraduate students. The instruments used were
adapted version of College Questionnaire Academic Self-efficacy (Owen & Froman, 1988) and Shabr
questionnaire (El Hafi, Rozi, & Mundzir, 2013). Data were analyzed with Pearson correlation. Results
showed that there’s significant correlation between shabr and academic self-efficacy. This finding can
contribute to shabr theory construction and enhance comprehensive understanding about shabr among the
community.
INTISARI
Penelitian ini berusaha mencari tahu apakah terdapat hubungan antara academic self-efficacy dan sabar
beserta aspek-aspek pendukungnya. Subjek adalah 108 mahasiswa. Instrumen penelitian meliputi
College Questionnaire Academic Self-efficacy (Owen & Froman, 1988) yang diadaptasi dan kuesioner
kesabaran (El Hafi, Rozi, & Mundzir, 2013). Data diolah dengan teknik korelasi Pearson. Hasil analisis
statistik menyatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kesabaran dan academic self-
efficacy. Temuan ini dapat berkontribusi terhadap konstruksi teori sabar dan memberikan pemahaman
yang komprehensif pada masyarakat mengenai makna sabar.
M ahasiswa
mempunyai
pada umumnya
target
menghadapi tantangan aka-
demis. Mereka memerlukan keyakinan bah-
wa dirinya mampu melakukan hal-hal yang
dan
dan reaksi emosi. Orang dengan self-efficacy
yang tinggi cenderung memilih kegiatan
menantang, terus berusaha keras dan tetap
bertahan dalam usahanya walaupun meng-
alami hal tidak menyenangkan. Perilaku
diperlukan hingga target tercapai dan tersebut terpolakan dalam pikiran dan ter-
tantangan dapat dihadapi. Dengan kata lain, cerminkan dalam reaksi emosinya. Konsep
mereka membutuhkan self-efficacy yang self-efficacy juga berlaku dalam konteks aka-
baik. Self-efficacy didefinisikan oleh Bandura demis sehingga dapat disebut juga sebagai
(1986) sebagai penilaian terhadap kemam- academic self-efficacy. Beberapa penelitian
puan diri sendiri dalam menjalankan rang- yang dipaparkan dalam Zimmerman (2000)
kaian perilaku untuk mencapai suatu tujuan. mendukung pernyataan Bandura (1986),
Self-efficacy dapat mempengaruhi pilihan yaitu academic self-efficacy dapat mempre-
perilaku, besar usaha yang dikeluarkan dan diksi pilihan aktivitas, tingkat usaha, sebe-
seberapa lama bertahan ketika mengalami rapa lama bertahan dalam usahanya, dan
hal yang tidak menyenangkan, pola pikiran, reaksi emosi.
Konsep self-efficacy bersifat spesifik Komarraju dan Nadler (2013), yaitu maha-
terhadap bidang yang berkaitan dengan siswa dengan self-efficacy yang tinggi dapat
target perilaku, contohnya, self-efficacy berusaha secara terus-menerus untuk
seseorang bisa tinggi dalam olahraga namun mencapai target walaupun menghadapi
rendah dalam fisika. Self-efficacy juga dapat kesulitan.
berbeda antar individu walaupun dalam Hasil penelitian Komarraju dan Nadler
satu bidang. Salah satu faktor penyebab (2013) menunjukkan bahwa academic self-
perbedaan itu adalah jenis kelamin. Ber- efficacy yang tinggi diperlukan mahasiswa
dasarkan temuan Lindstrøm dan Sharma dalam menghadapi kesulitan yang dapat
(2011), perempuan cenderung memiliki self- berasal dari keadaan lingkungan akademis.
efficacy yang lebih rendah daripada laki-laki Situasi lingkungan akademis seperti dosen,
dalam mempelajari fisika. Temuan lain oleh prasarana, dan materi kuliah, akan diper-
Williams dan Takaku (2011) mengungkap- sepsikan oleh mahasiswa sebagai sesuatu
kan hal yang berbeda, bahwa tidak ada yang nyaman atau sebaliknya. Faktor per-
perbedaan antara laki-laki dan perempuan sepsi terhadap lingkungan akademis dapat
dalam writing self-efficacy. berpengaruh pada prestasi mahasiswa,
Temuan-temuan terkini mengungkap- namun pengaruh tersebut akan lebih kuat
kan pengaruh academic self-efficacy ter- jika mahasiswa memiliki academic self-
hadap aktivitas akademis mahasiswa. Salah efficacy yang baik (Abd-Elmotaleb & Saha,
satunya adalah pencapaian target akademis 2013).
yang dapat diukur dengan Indeks Prestasi Adanya kesulitan akademis terkadang
Kumulatif (IPK). Penelitian Feldman dan membuat sebagian mahasiswa mengalami
Kubota (2015) mengungkapkan bahwa IPK distress. Meskipun begitu, distress dapat
dapat diprediksi oleh academic self-efficacy. dicegah dengan tingginya academic self-
Artinya, individu yang yakin mampu me- efficacy. Asumsi tersebut sejalan dengan
lakukan berbagai hal dalam rangka men- temuan Kiamarsi dan Abolghasemi (2014)
capai target IPK, cenderung mendapatkan bahwa semakin tinggi self-efficacy semakin
IPK yang ditargetkan. Pengaruh academic rendah kecenderungan mahasiswa meng-
self-efficacy pada IPK juga dapat dimediasi alami distress. Berbagai kesulitan pun tidak
oleh faktor lain, yaitu effort atau usaha membuat kondisi psikologis orang dengan
untuk mencapai target (Li, 2012). academic self-efficacy yang tinggi, menjadi
Usaha dapat berupa self-regulation buruk.
dalam belajar. Mahasiswa dengan self- Academic self-efficacy yang baik mem-
efficacy yang tinggi mengatur dirinya dalam buat mahasiswa menjalankan aktivitasnya
belajar dan cenderung tidak melakukan secara optimal. Seseorang akan menilai
prokrastinasi (Klassen, Krawchuk, & Rajan, bahwa dirinya mampu menjalankan rang-
2008). Perilaku tersebut mengindikasikan kaian perilaku demi tercapainya target,
adanya usaha yang tekun pada mereka. menunjukkan bahwa dia optimis. Target
Ketekunan juga disertai dengan kegigihan akademis akan diraih dengan usaha yang
dalam berusaha, sebagaimana temuan tekun meskipun melalui berbagai tantangan,
sehingga seorang mahasiswa perlu memiliki berupa menahan, aktif memilih, taat aturan,
sifat pantang menyerah dan konsisten tujuan kebaikan, saat senang dan susah.
dengan target awalnya. Jika gagal dalam Lima aspek tersebut merupakan syarat
mencapai target, akan terus berusaha men- mutlak yang harus dimiliki seseorang hingga
cari ilmu agar menemukan solusi alternatif dapat dikatakan sabar atau tidak. Hilangnya
hingga tujuan awal tercapai. Individu salah satu aspek menandakan individu tidak
dengan academic self-efficacy yang tinggi sabar. Aspek pendukung terdiri dari opti-
akan cenderung berusaha terus-menerus misme, pantang menyerah, semangat men-
untuk mencapai target walaupun mengalami cari informasi atau ilmu untuk membuka
kesulitan (Komarraju & Nadler (2013). solusi alternatif, konsisten, dan tidak mudah
Kesulitan yang dihadapi pun juga tidak mengeluh. Aspek-aspek tersebut yang ada
direspon dengan keluhan hingga membuat pada individu menandakan tinggi atau
kondisi psikologis memburuk, seperti yang rendahnya tingkat kesabaran. Hilangnya
diungkapkan dalam hasil penelitian salah satu aspek pendukung tidak membuat
Kiamarsi dan Abolghasemi (2014), bahwa seseorang dikatakan tidak sabar, namun
self-efficacy berhubungan secara negatif tingkat kesabarannya lebih rendah daripada
dengan distress pada mahasiswa. orang yang memiliki semua aspek. Atribut
Karakteristik-karakteristik yang telah sabar adalah sesuatu yang berfungsi sebagai
disebutkan sebelumnya, antara lain optimis, manifestasi proses kesabaran, yaitu emosi,
pantang menyerah walaupun mengalami pikiran, perkataan, dan perbuatan.
masa sulit, konsisten dengan target awal, Kesabaran juga diperlukan oleh maha-
tidak mengeluh, dan punya semangat untuk siswa yang menjalani berbagai aktivitas
mencari ilmu agar mendapatkan solusi akademisnya. Seorang mahasiswa perlu
pencapaian target, merupakan beberapa menahan dirinya dari perilaku mengeluh,
aspek dalam konstruk sabar. Konstruk sabar putus asa, malas, atau hal-hal lain yang
merupakan virtue atau nilai ideal yang berpotensi menghambat pencapaian tujuan-
berasal dari ajaran agama Islam. Definisi nya yang baik, seperti target prestasi
sabar adalah kemampuan memberi respon akademis. Kemampuan untuk bersabar
awal secara aktif dalam menahan emosi, memungkinkan dia terus berusaha walau-
pikiran, perkataan, dan perbuatan pada saat pun menghadapi masa sulit karena tetap
senang dan susah dengan mentaati aturan optimis, pantang menyerah, tetap konsisten
untuk tujuan kebaikan dengan didukung berusaha mencapai target awal. Usaha
oleh optimisme, pantang menyerah, sema- pencapaian target juga dilakukan dengan
ngat mencari informasi atau ilmu untuk mencari ilmu untuk mendapatkan solusi
membuka solusi alternatif, konsisten, dan alternatif ketika mengalami kegagalan.
tidak mudah mengeluh (El Hafiz dkk, 2013). Telah dipaparkan sebelumnya bahwa
Konstruk sabar memiliki beberapa terdapat beberapa kesamaan karakteristik
komponen, yaitu aspek utama, aspek kesabaran dan academic self-efficacy. Aspek
pendukung, dan atribut (El Hafiz dkk, 2013). optimis, pantang menyerah, konsisten, tidak
Aspek utama yang meliputi respon awal mengeluh, dan semangat mencari ilmu
jumlah subjek perempuan, yaitu 22 orang. orang, kemudian diikuti oleh angkatan 2013
Berdasarkan Tabel 2, jumlah terbanyak sebanyak 32 orang.
subjek ada pada angkatan 2013, yaitu 40 Hasil penelitian adalah sebagai
orang. Jumlah terbanyak kedua adalah berikut.
kelompok angkatan 2011 yang berjumlah 36
Klassen, R. M., Krawchuk, L. L., Rajani, S. Owen, S V., & Froman, S. D. (1988).
(2008). Academic procrastination of Development of a College Academic
undergraduates: Low self-efficacy to Self-efficacy Scale. Paper Dipresen-
self-regulate predicts higher levels of tasikan dalam Annual Meeting of the
procrastination. Contemporary Educa- National Council on Measurement in
tional Psychology, 33, 915–931. Education, New Orleans.
Komarraju, M., & Nadler, D. (2013). Self- Williams, J. D., & Takaku, S. (2011). Gender,
efficacy and academic achievement: writing self-efficacy, and help seeking.
why do implicit beliefs, goals, and International Journal of Business,
effort regulation matter? Learning and Humanities and Technology, 1 (3).
Individual Differences, 25, 67– 72. Diunduh pada 19 Februari 2015, dari
http://www.ijbhtnet.com/journals/V
Li, L. K. Y. (2012). A study of the attitude, ol_1_No_3_November_2011/5.pdf
self-efficacy, effort and academic
achievement of CityU students to- Zimmerman, B. J. (2000). Self-efficacy: an
wards research methods and statis- essential motive to learn. Contempora-
tics. Discovery – SS Student EJournal, 1, ry Educational Psychology, 25, 82–91.
154-183. Diunduh pada 15 Februari