Anda di halaman 1dari 10

Efisika Diri dan Kecemasan: Emosi dan Kelangsungan dalam

Pembelajaran Fisika
Oleh: Nuraeni
Abstrak
Pentingnya emosi dalam situasi belajar dan kinerja dalam kelangsungan pembelajaran fisika. Artikel
ini bertujuan untuk mengeksplorasi kondisi efikasi diri dan kecemasan dalam keberlangsungan
pembelajaran di kelas fisika. Efikasi diri dan kecemasan sebagai faktor prediktor yang memberikan
kontribusi dalam konstruksi kognitif dan non-kognitif, kinerja dan pencapaian fisika. Namun,
bagaimana respon siswa tentang perasaan stres dan ketidakberdayaan ketika berhadapan dengan
belajar fisika? Atau tingkat efikasi diri siswa dalam kemampuan memecahkan masalah-masalah
sederhana dan masalah-masalah kompleks fisika. Bagaimana kedua variabel ini mempengaruhi
kinerja siswa dan manakah karakteristik afektif yang mendominani siswa bahkan berpengaruh
signifikan dalam kelangsungan pembelajaran fisika serta kondisi ideal dalam ketahanan belajar fisika.
Dalam artikel ini akan menyajikan lebih lanjut efikasi diri dan kecemasan belajar dalam proses
pembelajaran dan pemecahan masalah fisika berdasarkan kajian rumusan masalah. Berdasarkan
tinjauan pustaka, self-efficacy fisika dan kecemasan fisika berkorelasi negatif yang berarti bahwa self-
efficacy fisika yang tinggi berhubungan dengan kecemasan fisika yang rendah dan tingkat kecemasan
fisika yang tinggi menunjukkan self-efficacy fisika yang rendah. Studi ini merekomendasikan
pemberian instruksi yang jelas dan melibatkan siswa secara aktif untuk merancang kegiatan
pembelajaran fisika efektif untuk perbaikan kedua konstruk afektif tersebut
1. Pendahuluan
Studi psikologis menggambarkan pentingnya emosi dalam situasi belajar dan kinerja fisika.
Meskipun fakta menunjukkan prestasi akademik fisika berkaitan dengan tingginya jumlah variabel
kognitif dan telah banyak direpresentasikan dalam angka (Sahin, Caliskan, & Dilek, 2015). Akan
tetapi tidak mungkin untuk mempertimbangkan fakta ini secara terpisah dari persepsi afektif dan
karakteristik siswa. Prestasi akademik adalah multi-dimensi yang memiliki struktur yang tidak dapat
dijelaskan hanya oleh faktor kognitif (Komarraju & Nadler 2013). Oleh karena itu, pengajaran dan
pembelajaran fisika yang efektif telah difokuskan pada dua dimensi yaitu proses kognitif, dan faktor
afektif siswa. Di antara yang menonjol variabel afektif yang didefinisikan dalam beberapa literatur
seperti konsep diri, efikasi diri, kepercayaan diri, kecemasan, motivasi, harga diri dan locus of control
(Higbee & Thomas, 1999).
Dalam studi yang berhubungan dengan psikologi pembelajaran dapat mengidentifikasi berbagai
pendekatan teoretis yang berkaitan dengan peran emosi dalam pembelajaran fisika. Dimensi
emosional dari faktor afektif yang telah menerima perhatian yang meningkat dalam penelitian
beberapa dekade terakhir adalah hubungan yang kuat antara self-efficacy dan kecemasan (Yüksel &
Geban, 2015; Singh, & Malespina, 2021; Stang et al., 2020). Salah satu konsep penting dimiliki
siswa dalam pembelajaran fisika adalah self-efficacy. Self-efficacy adalah keyakinan atau kepercayaan
pada kemampuannya untuk belajar fisika, untuk malakukan & menyelesaikan tugas fisika, serta
kemampuan untuk mencapai tujuan pembelajaran fisika (Slavin, 2014; Zimmerman et al., 2000).
Teori efikasi diri Bandura (2012) menyatakan bahwa tingkat dan kekuatan self-efficacy akan
menentukan 1) apakah suatu perilaku akan dimulai atau tidak, 2) berapa banyak upaya akan terjadi,
dan 3) bagaimana lama upaya akan dipertahankan dalam menghadapi rintangan. Faktor lainnya yang
dikaitkan adalah kecemasan sebagai keadaan ketakutan dan ketegangan yang diaktifkan di bawah
ancaman dalam bentuk emosi negatif (Sahin, Caliskan, & Dilek, 2015).
Beberapa studi yang ditemukan hanya sedikit yang diketahui tentang kecemasan fisika dan
tingkat self-efficacy fisika serta bagaimana variabel ini berhubungan dengan kinerja fisika siswa dan
ketika mengamati efeknya (Corkett, Hatt, & Benevides, 2016; Brewe et al., 2018). Informasi tentang
kebutuhan ini penting dalam mengembangkan instruksi fisika yang tepat yang akan memastikan
keberhasilan siswa dalam pembelajaran fisika. Ini juga akan berguna dalam membantu instruktur
meningkatkan metode pengajaran mereka untuk mengatasi efikasi diri yang rendah dan tingkat
kecemasan yang tinggi di kelas fisika. Sehingga, artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi kondisi
efikasi diri dan kecemasan fisika siswa dalam keberlangsungan pembelajaran fisika dan interaksi
didalamnya, serta mengusulkan alternatif solusi yang memfasilitasi kedua aspek afektif tersebut.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah literature riview. Sumber kajian yang digunakan adalah artikel
jurnal bereputasi dan buku yang relevan serta valid yang membahas kondisi self-efficacy dan
kecemasan siswa dalam pembelajaran fisika. Database yang digunakan dalam pemilihan, dan
kategorisasi artikel adalah Google Scholar, IOP, Elsevier, Proquest, dan Tandfonline dengan rentang
waktu publish artikel tahun 2013 hingga 2023. Dalam penelitian ini, lima langkah identifikasi dengan
teknik sintesis sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi dan mendefinisikan topik, (2) mengidentifikasi
sumber yang mencakup aspek penting dari kerangka konseptual self-efficacy dan kecemasan belajar
berupa indikator dan faktor -faktor terkait, (3) meninjau temuan yang dianalisis dan ditafsirkan, (4)
menuliskan temuan, dan (5) menerapkan temuan untuk merekomendasikan dan menawarkan solusi
alternatif untuk memfasilitasi self-efficacy dan kecemasan belajar siswa (Kitchenham et al., 2009).

3. Hasil Penelitian dan Diskusi


a. Definisi konseptual self-efficacy dan kecemasan fisika
Kecemasan fisika sebagai perasaan ketakutan saat dihadapkan dengan tugas fisika, baik dalam
situasi intruksional atau konteks evaluatif (Singh & Malespina, 2021). Dengan kata lain, kecemasan
didefinisikan sebagai keadaan emosional yang tidak menyenangkan dari ketidakpastian, ketakutan,
kekhawatiran, ketidaknyamanan, kehilangan kendali, dan harapan bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi dalam pembelajaran (Smith et al., 2021). Kecemasan menunjukkan reaksi fisio-emosional
seseorang ketika dia memikirkan atau melakukan tugas (Stankov el al., 2022). Kecemasan fisika
dilihat dari fenomena pada tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan perilaku. Aspek kognitif terdiri dari
kekhawatiran dan keasyikan diri (kesibukan) (misalnya, berpikir tentang kekurangan yang dirasakan
seseorang alih-alih tugas yang ada), serta pemikiran kegagalan yang mengganggu, yang semuanya
membatasi waktu dan sumber daya kognitif siswa dalam penilaian. Aspek afektif kecemasan
mempengaruhi bagaimana perasaan siswa ketika mereka memiliki kecemasan, misalnya detak jantung
yang cepat, perasaan “berdebar atau gugup” di perut mereka. Aspek perilaku kecemasan
memanifestasi dalam hal penghindaran, seperti penundaan atau berinteraksi hanya dengan umpan
balik tingkat permukaan setelah ujian (misalnya, tidak memeriksa kesalahan dengan cermat untuk
membuat rencana perbaikan (Zedner, 2014).
Self-efficacy merupakan keyakinan siswa terhadap kemampuan, keberhasilan, dan kegigihan
mereka dalam belajar dan mengerjakan tugas-tugas fisika serta keyakinan atas manfaat fisika pada
kehidupan sehari-hari (Pajares & Graham, 1999). Efikasi diri menghubungkannya dengan emosi yang
mereka yakini akan mereka alami di kelas-kelas fisika (Brígido et al., 2013). Kerangka efikasi diri
berfokus pada perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan, membantu menilai seberapa
besar usaha dan ketahanan yang dilakukan seseorang dalam tugas tertentu dan
memengaruhinya berpikir dan bereaksi terhadap emosi (Sawtelle et al., 2012; Jamil & Mahmud,
2019). Teori Bandura (1997) melaporkan bahwa individu dengan tingkat efikasi diri yang tinggi lebih
suka melakukan tugas yang lebih menantang. Ketika melakukan tugas-tugas ini, individu dengan
efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih keras daripada individu dengan efikasi diri yang rendah.
Schunk (2015) lebih lanjut menyatakan bahwa individual dengan tingkat efikasi diri yang tinggi akan
mempertahankan keterlibatan mereka dalam suatu tugas sementara bagi individu dengan efikasi diri
yang rendah, mereka akan melakukan tugas yang lebih sedikit.
Efikasi diri dan kecemasan fisika adalah secara signifikan terkait dengan pencapaian prestasi
dan kinerja fisika (mis. Emma, et al., 2021; Chen & Usher, 2013; Singh & Malespina, 2021; Yüksel &
Geban, 2015). Studi sebelumnya menunjukkan lebih tinggi self-efficacy fisika telah ditemukan secara
positif terkait prestasi fisika sedangkan lebih tinggi kecemasan telah ditemukan secara negatif terkait
dengan prestasi fisika. Namun, kapan diperiksa bersama, self-efficacy fisika tampaknya memainkan
peran lebih menonjol terhadap pencapaian fisika siswa. Sebagaimana Emma, et al. (2021)
menemukan Efek self-efficacy fisika pada nilai fisika jauh lebih besar dari efek kecemasan fisika.
Mungkin itu sebagai keyakinan tentang kemampuan, Self-efficacy lebih selaras dengan pencapaian
daripada kecemasan (Zimmerman, 2000). Namun, penting untuk dicatat bahwa studi ini hanya
menjelaskan efek utama dari self-efficacy fisika dan kecemasan dalam pembelajaran fisika untuk
memeriksa interaksi kedua konstruk afektif sebagai pemecahan masalah dalam menguatkan self-
efficacy dan kecemasan fisika.
b. Bagaimana Menilai self-efficacy dan kecemasan fisika Siswa?
Self-efficacy sebagai keyakinan siswa terhadap kemampuan mereka untuk menyelesaikan tugas
(Bandura, 2012). Bandura menyebutkan bahwa self-efficacy dinilai mencakup tiga aspek. Pertama,
aspek magnitude terkait dengan tingkat kesulitan tugas. Individu akan menyelesaikan dan bertahan
pada tugas-tugas tertentu yang menurut mereka dapat dilakukan, akan menghindari situasi dan
perilaku yang menurut mereka di luar kemampuannya. Kedua, aspek strength berkaitan dengan
kekuatan dari keyakinan individu terhadap kemampuannya sendiri. Ketiga, generality melibatkan
berbagai macam perilaku di mana individu memiliki kepercayaan pada kemampuan mereka. Self-
efficacy menunjukkan keyakinan siswa pada kemampuan mereka untuk berhasil pada suatu kegiatan
atau mata pelajaran (Malespina & Singh, 2022). Self-efficacy dinilai dari 4 aspek yaitu mastery
experiences sebagai belajar mengatasi kesulitan (misalnya, tugas-tugas, kuis yang menantang); social
modelling menggambarkan melihat dan mengamati orang-orang yang serupa yang berhasil dalam
suatu domain; social persuasion sebagai dorongan untuk meningkatkan tekad dan mengukur
keberhasilan melalui perbaikan pribadi; dan emotional state seperti manajemen kecemasan.
Kecemasan fisika adalah berbagai fenomena yang muncul akibat kombinasi dari
kecenderungan kognitif dan paparan sikap negatif tentang fisika (Malespina & Singh, 2022).
Kecemasan dialami berupa keadaan di mana seorang siswa mengalami reaksi negatif ketika
menemukan konsep atau prosedur fisika selama mereka mendapatkan kegiatan pembelajaran dan
evaluasi. Indikator kecemasan fisika dapat dinyatakan meliputi sulit diperintahkan untuk mengerjakan
maslaah fisika;, menghindari kelas fisika; merasakan sakit secara fisik, pusing, takut, dan panik serta
tidak dapat mengerjakan soal tes fisika (Mahmood & Khatoon, 2011). Studi Arem (2010)
menerangkan kecemasan fisika diketahui melalui kriteria yaitu pikiran negatif, yakni negative
thoughts about physics (pikiran negatif tentang fisika); negative thoughts about one’s own ability to
do physics (pikiran negatif tentang kemampuan sendiri untuk melakukan sesuatu tentang fisika);
preoccupation with disliking physics, self-doubts and worry (keasyikan dengan tidak menyukai fisika,
keraguan diri dan khawatir); perasaan kecemasan (misalnya, panik, tegang, bingung, tidak dapat
berkosentrasi, perasaan takut, dan sebagainya; Gejala gangguan fisik berupa jantung berdebar,
gemetar keringat dingin; serta buruknya hasil belajar fisika.

c. Emosi Dominan Self-efficacy dan kecemasan dalam kelangsungan pembelajaran


fisika
Dalam studi ini, kami mengeksplorasi hubungan antara self-eficacy dan kecemasan fisika.
Kedua variabel, baik self-efficacy dan kecemasan belajar telah dipelajari secara independen dalam
konteks fisika, kami sangat tertarik pada interaksi antara keduanya. Beberapa temuan menunjukkan
keduanya dikaitkan dengan ketahanan belajar fisika siswa. Siswa dengan self-efficacy yang rendah
akan menghindari banyak pembelajaran dan tugas-tugas yang menantang, sedangkan siswa dengan
self-efficacy tinggi akan menghadapi tugas-tugas pembelajaran dengan keinginan yang besar
(Santrock, 2009; Hackett & Betz, 2020). Self-efficacy sangat menentukan upaya siswa untuk
mengatasi kesulitan mereka (Çalışkan, 2017). Selain itu, self-efficacy akan menentukan jenis perilaku,
tingkat upaya untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan suatu tugas, dan waktu untuk
menghadapi kendala yang tidak perlu (Emma, et al., 2021).
Temuan lain yang serupa menunjukkan siswa dengan self-efficacy yang tinggi akan lebih rajin
menghadapi masalah fisika yang sulit, dan perhitungan matematisnya akan lebih akurat dibandingkan
dengan kemampuan belajar mandiri siswa dengan self-efficacy rendah (Hughes & Riccomini, 2014).
Self-efficacy juga menjadi penentu pilihan ketekunan seseorang dalam menghadapi kesulitan dan cara
berpikir serta respon emosional yang dialaminya (Diemen et al., 2021). Self-efficacy akan
mengaktifkan pengalaman pemahaman, menghadapi masalah fisika dengan lebih rajin, dan mampu
menyelesaikan tugas yang lebih menantang (Hodges, 2018); dan self-efficacy berhubungan positif
dengan nilai tugas, minat, serta enjoyment siswa dalam belajar fisika (Schukajlow et al., 2019).
Sejalan dengan itu, hasil penelitian Woolfolk (2016) mengungkapkan siswa yang memiliki self-
efficacy yang tinggi akan menetapkan tujuan belajar yang lebih tinggi, memiliki lebih sedikit
ketakutan akan kegagalan, dan akan menemukan strategi baru ketika gagal. Hal yang senada
dijelaskan Schunk (2015) bahwa siswa dengan self-efficacy yang rendah cenderung akan menjauhi
kegiatan atau tugas yang dianggap sulit, sedangkan siswa dengan self-efficacy yang tinggi mengikuti
kegiatan dengan semangat, mengeluarkan usaha yang lebih besar dan mencoba lebih lama dibanding
siswa dengan self-efficacy rendah.
Self-efficacy berperan besar dalam motivasi siswa dan berhubungan erat dengan perasaan
percaya diri dalam menyelesaikan tugasnya (McGeown et al., 2014; Prasetya, Yusuf, & Buhungo,
2022). Self-efficacy yang baik akan lebih spesifik, dinamis, fluktuasi, kompetensi yang lebih baik
(Schunk, 2012: 148). Self-efficacy yang tinggi akan termotivasi lebih untuk dapat menyelesaikan
tugas yang spesifik dan mereka akan memberikan effort yang lebih besar dalam menyelesaikan tugas
tersebut. Siswa dengan self-efficacy yang tinggi merasa lebih kompeten ketika mereka melakukannya
dengan baik dan sangat menghargai tugas mereka (Denissen et al., 2007; Reichwein Zientek et al.,
2019). Efikasi diri dapat ditingkatkan dengan menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan
adanya kolaborasi dan otonomi (Pekrun, 2006). Dalam konteks ini, perhatian harus diberikan untuk
memastikan bahwa lingkungan belajar tidak membuat terlalu banyak tuntutan pada siswa, karena hal
ini dapat menimbulkan emosi negatif.
Temuan statistik korelasi kedua faktor afektif menunjukkan terdapat perbedaan antara pria
dan wanita adalah korelasi negatif yang lemah antara self-efficacy fisika dan tingkat kecemasan fisika
untuk pria tetapi ada korelasi negatif sedang yang signifikan secara statistik antara tingkat self-efficacy
fisika dan kecemasan untuk wanita (Corkett, Hatt, & Benevides, 2016). Beberapa hasil studi
menunjukkan self-efficacy fisika dan kecemasan fisika berkorelasi negatif yang berarti bahwa self-
efficacy fisika yang tinggi berhubungan dengan kecemasan fisika yang rendah dan tingkat kecemasan
fisika yang tinggi menunjukkan self-efficacy fisika yang rendah (Yüksel & Geban, 2015; Singh &
Malespina, 2021; Smith et al., 2021; Stang et al., 2020; Brewe et al., 2018). Berikut hasil kajian
literatur berbagai penelitian terkait kondisi self-efficacy fisika dan kecemasan fisika dilihat pada tabel
1.

Tabel 1. Hasil Kajian Penelitian Self-Efficacy dan Kecemasan Fisika

Peneliti Hasil

Jenis dan pengaruh variabel


kecemasan dan efikasi diri
berbeda-beda tergantung pada
karakteristik materi hubungan
Yüksel, M., antar variabel afektif
& Geban, menunjukkan korelasi negatif
Ö. (2015). antara kecemasan dan efikasi
diri siswa menunjukkan bahwa
kecemasan siswa menurun
ketika efikasi diri meningkat dan
sebaliknya.
Singh, C., Terdapat perbedaan gender
& dalam efikasi diri dan
Malespina, kecemasan siswa. Ditemukan
A. (2021). wanita memiliki tingkat
kecemasan tes yang lebih tinggi
daripada pria, tetapi tingkat
efikasi diri yang lebih rendah
efikasi diri memediasi hubungan
antara kecemasan fisika dan
penilaian berskala tinggi seperti
ujian semester dan penilaian
berskala rendah seperti kuis dan
tugas rumah. Dari temuan ini
kami berpendapat bahwa kelas
fisika memiliki potensi untuk
menjadi lebih adil bagi
perempuan jika instruktur fokus
untuk memberikan dukungan
yang mereka butuhkan untuk
memasuki siklus peningkatan
efikasi diri dan mengurangi
kecemasan tes.
Respons survei siswa
mengidentifikasi tingkat efikasi
diri yang lebih rendah sebelum
Rahman, maupun setelah mengikuti ujian
N., dan melaporkan skor kecemasan
Christie, yang tinggi, siswa menilai dan
R., Durk, memikirkan kegagalan sebagian
J., & besar atau sepanjang waktu
Smith, A. selama ujian dan
(2021). menggambarkan kemampuan
mereka untuk mengikuti ujian
sama sekali tidak positif.

Studi melaporkan perbedaan


gender dalam self-efficacy dan
tes kecemasan dan hubungan
mereka untuk skor penilaian
dalam fisika. Perbedaan berbasis
gender, wanita memiliki skor
yang lebih rendah terkait dengan
Stang, J.
keberhasilan (skor self-efficacy
B., Altiere,
E., Ives, J., dan penilaian) dan skor yang
& Dubois, lebih tinggi pada faktor afektif
P. J. yang merugikan (tes kecemasan)
(2020). menyebabkan individu
berkinerja buruk pada suatu
penilaian; Jika keseluruhan
kelompok demografis
mengalami kecemasan tes yang
relatif tinggi, Ini menjelaskan
perbedaan kinerja yang diamati.

Brewe, Siswa dengan minat tinggi pada


Geoff fisika akan mengembangkan
Potvin, efikasi diri yang tinggi dalam
Justyna P. fisika. Keberhasilan atau
Zwolak & kegagalan tugas yang
diselesaikan, serta dorongan atau
Zahra
emosi yang dialami selama
Hazari -
tugas, akan membentuk efikasi
2018
diri siswa
Hasil penelitian dan diskusi
mengarah pada terdapat korelasi
negatif yang lebih tinggi antara
self-efficacy fisika dalam
dimensi pencapaian dan
pemecahan masalah dan antara
Çalışkan, kecemasan fisika dibandingkan
S. (2017). dengan dimensi lainnya. Pada
saat yang sama, temuan
menunjukkan bahwa tingkat
self-efficacy yang lebih tinggi
dan tingkat kecemasan yang
lebih rendah berhasil dalam
kelas fisika
Hasil penelitian tentang motivasi
pembelajaran siswa terhadap
pembelajaran fisika online
menunjukkan bahwa
berdasarkan penilaian pada
Prasetya, I. tingkat self-efficacy dan
E., Yusuf, kecemasan dikategorikan
M., & sebagai sangat tinggi. Siswa
Buhungo, dengan kemampuan akademik
T. J. tinggi dan sedang memiliki
(2022). motivasi belajar tinggi yang
sangat tinggi dan sebaliknya,
siswa dengan kemampuan
akademik rendah memiliki
kategori motivasi belajar yang
rendah.
Malespina, Kami menemukan bahwa
A., & variabel self-efficacy dan
Singh, C. kecemasan fisika adalah variabel
(2022). prediktor pada kinerja siswa.
Self-efficacy sebagian
memediasi efek kecemasan
fisika pada hasil penilaian level
tinggi dan sedang seperti ujian
akhir. Dari hasil ini, kami
membuat beberapa saran untuk
instruktur dapat mengurangi
efek buruk kecemasan fisika
dan membuat penilaian fisika
lebih adil dan inklusif.
Emma C., Studi menunjukkan bahwa self-
Andrew J., eficacy secara positif
Roger K., memprediksi prestasi fisika
Joel P., siswa dan kecemasan sains
Smith V. secara negatif memoderasi efek
(2021). self-efficacy dan pencapaian.
Sedemikian rupa sehingga siswa
yang rendah dalam self-efficacy
dengan kecemasan yang lebih
tinggi mendapat skor lebih
rendah dalam pencapaian dari
mereka yang memiliki self-
efficacy yang tinggi dengan
kecemasan yang lebih rendah.
Temuan juga menyarankan
peran yang berpotensi
membangkitkan kecemasan bagi
siswa dalam self-efficacy yang
rendah diperhatikan dan
menyarankan pendekatan
intervensi ganda (mis.,
bersamaan dengan menguatkan
self-efficacy dan mengurangi
kecemasan) siswa dan intervensi
yang mendominasi self-efficacy
di level kelas mungkin
diperlukan untuk
mengoptimalkan pencapaian
belajar
Brígido, Efikasi diri yang tinggi secara
M.; signifikan berhubungan dengan
Borrachero emosi positif dan tidak merasa
, A.; mampu belajar materi fisika
Bermejo, menghasilkan emosi negatif
M.; Mellad
V, (2013).
González, Kombinasi efikasi diri dan
Antonio; motivasi yang dirasakan rendah
Fernández, menghasilkan tingkat kecemasan
María- yang tinggi pada siswa dan
Victoria mengurangi harapan siswa yang
Carrera; dalam pengaturan pencapaian
Paoloni, (kelas, belajar, dan ujian). Studi
Paola- menunjukkan siswa mengalami
Verónica sebagian besar kecemasan di
(2017). kelas fisika memperoleh tingkat
kinerja akademik yang lebih
rendah secara keseluruhan.
Diemen, Siswa yang memiliki tingkat
T.; Tran efikasi diri yang rendah lebih
Y.; cenderung rentan terhadap
Stolwijk- kecemasan fisika dan sikap
Swuste; fisika yang negatif dan
Roels, menyebabkan stres belajar serta
E.H.; Van kinerja yang tidak memadai
Nes; Post, yang ditakuti
W.M.
(2021).
Dengan demikian, kinerja dan kecemasan yang buruk adalah efek penuh dari self-efficacy
rendah atau dengan kata lain kecemasan memiliki efek negatif pada efikasi diri., namun self-efficacy
yang tinggi dan kecemasan yang berkurang membentuk siklus yang baik di mana perkembangan
mekanisme koping siswa (misalnya, teknik pengurangan stress dan secara eksplisit berlatih strategi
untuk tantangan akademik dalam fisika) meningkatkan sumber daya kognitif siswa untuk fokus pada
tugas yang ada dan menerapkan strategi koping dengan lebih baik. Strategi koping dalam hal ini usaha
mengubah pengetahuan dan perilaku siswa secara terus menerus untuk me-manage tuntutan spesifik
internal atau eksternal yang dinilai melebihi kemampuan.

d. Bagaimana siswa menguatkan self-efficacy dan mengatasi kecemasan fisika


mereka dalam belajar?
Sebagai pemecahan masalah, untuk menguatkan self-efficacy dan mengatasi kecemasan fisika
memberikan kesempatan siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajaran fisika mereka. Dalam hal
ini mengharuskan mereka untuk berbicara dan menulis tentang perasaan terhadap fisika dan strategi
apa yang mungkin mereka gunakan untuk menciptakan perasaan positif terhadap fisika. Peran
instruktur harus membantu siswa memahami konseptual materi fisika baik dengan membaca buku
teks ataupun digital fisika, menciptakan lingkungan belajar di mana ketakutan akan fisika dapat
didiskusikan secara terbuka, dan harus menyesuaikan gaya mengajar mereka dengan memperhatikan
teori kognitif perilaku untuk mengakomodasi perbedaan dan gaya belajar siswa (Lau, 2020; Emma,
2021). Sebagaimana disebutkan saran lain seperti instruktur harus melibatkan siswa dengan
tingkat kemampuan yang berbeda dalam pembelajaran kreatif yang mencakup berbagai dimensi
efikasi diri (misalnya keterampilan kognitif tingkat tinggi, keterampilan komunikasi, pemahaman
konseptual, dll.) (Jamil & Mahmud, 2019; Stang et al., 2020). Instruktur memastikan untuk datang
ke kelas fisika dengan metode pendekatan pengajaran yang berbeda dan memberikan metode evaluasi
alternatif siswa (mis., peta konsep, kisi terstruktur) sehingga siswa lebih banyak diperkenalkan ke
konseptual fisika dan pengalaman hidup sehari -hari tentang konsep fisika.

4. Kesimpulan
Self-efficacy dan kecemasan fisika adalah variabel prediktor pada kinerja siswa dalam kelangsungan
pembelajaran di kelas fisika. Self-efficacy dan kecemasan fisika berkorelasi negatif, dimana self-
efficacy fisika yang tinggi berhubungan dengan kecemasan fisika yang rendah dan tingkat kecemasan
fisika yang tinggi menunjukkan self-efficacy fisika yang rendah. Studi ini merekomendasikan
pemberian instruksi yang jelas dan melibatkan siswa secara aktif untuk merancang kegiatan
pembelajaran fisika efektif dengan memperhatikan dimensi emosional siswa untuk perbaikan kedua
konstruk afektif tersebut.

Daftar Referensi

Bandura, A. (2012). On the functional properties of perceived self-efficacy. Revisited J.Manage. 38.
9-44.

Brígido, María; Borrachero, Ana Belen; Bermejo, Maria Luisa; Mellado, Vicente (2013). Prospective
primary teachers’ self-efficacy and emotions in science teaching. European Journal of Teacher
Education, 36(2), 200–217. doi:10.1080/02619768.2012.686993

Çalışkan, S. (2017). Anxiety of Pre- Service Teachers and Their Self-Efficacy Beliefs: Differences
According to Gender and Physics. Journal of Baltic Science Education, 16(5), 678–693.
Çaliskan, S. (2017). Physics anxiety of preservice teachers and their self-efficacy beliefs: Differences
according to gender and physics achievement. Journal of Baltic Science Education, 16(5) 678-693.
https://doi.org/10.33225/jbse/17.16.678.

Diemen, Tijn; Tran, Yvonne; Stolwijk-Swuste, Janneke M.; Roels, Ellen H.; van Nes, Ilse J.W.; Post,
Marcel W.M. (2021). Trajectories of self-efficacy, depressed mood, and anxiety from admission
to spinal cord injury rehabilitation to one year after discharge. Archives of Physical Medicine
and Rehabilitation, (), S0003999321003907–. doi:10.1016/j.apmr.2021.04.018

Eidner, M. (2014). Test anxiety: The state of the art. Plenum Press.

Emma C. Burns;Andrew J. Martin;Roger K. Kennett;Joel Pearson;Vera Munro-Smith; (2021).


Optimizing science self-efficacy: A multilevel examination of the moderating effects of anxiety
on the relationship between self-efficacy and achievement in science . Contemporary
Educational Psychology, (), –. doi:10.1016/j.cedpsych.2020.101937

González, Antonio; Fernández, María-Victoria Carrera; Paoloni, Paola-Verónica (2017). Hope and
anxiety in physics class: Exploring their motivational antecedents and influence on
metacognition and performance. Journal of Research in Science Teaching, 54(5), 558–585.
doi:10.1002/tea.21377

Jamil, N. and Mahmud, S. (2019) Self-Efficacy Relationship on Science Achievement amongst


National Secondary School Students. Creative Education, 10, 2509-2527. doi:
10.4236/ce.2019.1011179.

Kartimi, K., Anugrah, I. R., & Addiin, I. (2021). Systematic Literature Review: Science Self-Efficacy
in Science Learning. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
9(2), 13–34. https://doi.org/10.24256/jpmipa.v9i2.2048.
Kitchenham, Barbara, O Pearl Brereton, David Budgen, Mark Turner, John Bailey, and Stephen
Linkman ((2009). “Systematic Literature Reviews in Software Engineering – A Systematic
Literature Review.” Information and Software Technology 51(1) 7–15.

Lau, Stephen CL; Bhattacharjya, Sutanuka; Fong, Mandy WM; Nicol, Ginger E; Lenze, Eric J; Baum,
Carolyn; Hardi, Angela; Wong, Alex WK (2020). Effectiveness of theory-based digital self-
management interventions for improving depression, anxiety, fatigue and self-efficacy in people
with neurological disorders: A systematic review and meta-analysis. Journal of Telemedicine
and Telecare, (), 1357633X2095512–. doi:10.1177/1357633x20955122

Malespina, A., & Singh, C. (2022). Gender differences in test anxiety and self-efficacy: why
instructors should emphasize low-stakes formative assessments in physics courses. European
Journal of Physics, 43(3). https://doi.org/10.1088/1361-6404/ac51b1

Prasetya, I. E., Yusuf, M., & Buhungo, T. J. (2022). Description of students learning motivation
towards the use of phet simulation in physics online learning in terms of self-efficacy and
anxiety levels. Jurnal Pijar Mipa, 17(1), 23–27. https://doi.org/10.29303/jpm.v17i1.3218

Rahman, N., Christie, R., Durk, J., & Smith, A. (2021). exam experience in first-year physics
students. August, 48109.

Sahin, M., Caliskan, S., & Dilek, U. (2015). Development and Validation of the Physics Anxiety
Rating Scale. International Journal of Environmental and Science Education, 10(2), 183–200.
https://doi.org/10.1037/t51406-000
Sawtelle, Vashti; Brewe, Eric; Goertzen, Renee Michelle; Kramer, Laird H. (2012). Identifying events
that impact self-efficacy in physics learning. Physical Review Special Topics - Physics
Education Research, 8(2), 020111–. doi:10.1103/PhysRevSTPER.8.020111

Schunk, D.H., DiBenedetto, M.K. (2015). Self-Efficacy: Education Aspects. In: James D. Wright
(editor-in-chief), International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences. Oxford:
Elsevier. pp. 515–521.

Singh, C., & Malespina, A. (2021). Test anxiety, self-efficacy, and gender: A quest for equitable
assessment practices in physics. Physics Education Research Conference Proceedings, 390–395.
https://doi.org/10.1119/perc.2021.pr.Singh

Slavin, R. E. (2014). Cooperative Learning and Academic Achievement: Why Does Groupwork Work
?. Anales de Psicología, 30(3). doi:10.6018/analesps.30.3.201201
Stang, J. B., Altiere, E., Ives, J., & Dubois, P. J. (2020). Exploring the contributions of self-efficacy
and test anxiety to gender differences in assessments. Physics Education Research Conference
Proceedings, 497–502. https://doi.org/10.1119/perc.2020.pr.Stang

Stang, J. B., Altiere, E., Ives, J., & Dubois, P. J. (2020). Exploring the contributions of self-efficacy
and test anxiety to gender differences in assessments. Physics Education Research Conference
Proceedings, 497–502. https://doi.org/10.1119/perc.2020.pr.Stang

Stankov, Lazar; Lee, Jihyun; Luo, Wenshu; Hogan, David J. (2012). Confidence: A better predictor of
academic achievement than self-efficacy, self-concept and anxiety?. Learning and Individual
Differences, 22(6), 747–758. doi:10.1016/j.lindif.2012.05.013

Tanitteerapan, T.; Mungkung, N.; Arunrungrusmi, S.; Chunkul, C.; Songruk, A.; Yuji, T.; Kinoshita,
H. (2022). An Analysis of Student Anxiety Affecting on Online Learning on Conceptual
Applications in Physics: Synchronous vs. Asynchronous Learning. Educ. Sci. 12, 278.
https://doi.org/10.3390/educsci12040278

Tiro, D. M. A. E. E. (2021). Physics Anxiety, Habits of Mind, and Self-Efficacy as Predictors of


Students’ Academic Performance. 4(June).

Trujillo, G.; Tanner, K. D. (2014). Considering the Role of Affect in Learning: Monitoring Students'
Self-Efficacy, Sense of Belonging, and Science Identity. Cell Biology Education, 13(1), 6–15.
doi:10.1187/cbe.13-12-0241

Woolfolk, A. (2016). Educational Psychology: Active Learning Edition. New York: Pearson
Education

Yüksel, M., & Geban, Ö. (2015). Examination of Science and Math Course Achievements of
Vocational High School Students in the Scope of Self-efficacy and Anxiety. Journal of
Education and Training Studies, 4(1), 88–100. https://doi.org/10.11114/jets.v4i1.1090

Zimmerman, Barry J. (2000). Self-Efficacy: An Essential Motive to Learn. Contemporary


Educational Psychology, 25(1), 82–91. doi:10.1006/ceps.1999.1016

Anda mungkin juga menyukai