Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keselamatan Pasien (Patient Safety) merupakan isu global dan nasional

bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar

dari pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu (WHO, 2004).

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur

dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap

pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien bertujuan menurunkan angka

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat

di rumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien sendiri dan pihak rumah

sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain beban kerja perawat

yang tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat

dan lain sebagainya (Nursalam, 2011).

Dewasa ini masyarakat sudah menyadari pentingnya pelayanan kesehatan

dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Masyarakat akan berbondong-bondong

mengunjungi rumah sakit jika mengalami sakit untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan. Dengan semakin meningkatnya jumlah kunjungan pasien ke rumah

sakit, maka akan semakin banyak pula prosedur penatalaksanaan terhadap

permasalahan pasien, hal ini tidak terlepas dari tantangan untuk rumah sakit dalam

memberikan pelayanan yang aman bagi pasien. Harapan rumah sakit juga bahwa
2

setiap unit di rumah sakit dapat memprioritaskan penerapan keselamatan pasien

dalam pemberian pelayanan.

Ruang intensif merupakan salah satu unit yang terdapat di rumah sakit,

sama halnya seperti yang telah disampaikan dalam memberikan pelayanan harus

tetap mengedepankan prinsip keselamatan pasien. Hal ini karena dengan beragam

kondisi pasien yang dirawat, maka akan ditemui sejumlah pelayanan yang

komplek pula terhadap pasien. Kondisi ini tidak dapat dipungkiri, dengan

beragam kompleksitas pelayanan yang diberikan berpotensi terhadap terjadinya

kesalahan.

Kompleksitas pelayanan di ruang intensif salah satunya berhubungan

dengan aktivitas perawat, mulai dari penerimaan pasien sampai dengan pasien

boleh dinyatakan alih rawat. Aktivitas perawat dalam layanan timbang terima

pasien berpotensi dapat mempengaruhi timbulnya suatu kesalahan. Timbang

terima pasien merupakan suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu

laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien.

Berdasarkan hasil observasi di ruang intensif RSUD Kota Bandung, SOP

timbang terima pasien sudah dibuat, tetapi pada pelaksanaannya timbang terima

belum sepenuhnya dapat dilaksanakan sesuai prosedur. Hasil wawancara dengan 5

perawat, timbang terima prosesnya hanya berjalan secara spontanitas, dengan

panduan lembar observasi yang digunakan untuk observasi pasien. Tahapan

timbang terima terdiri dari tahap persiapan dan pelaksanaan dan ditetapkan

menjadi pedoman untuk proses timbang terima pasien, timbang terima masalah

keperawatan lebih fokus pada diagnosa medis dan dokumen operan belum

tersedia.
3

Timbang terima pasien yang dilakukan secara spontanitas, cenderung

berdampak pada adanya penyampaian data yang tertinggal atau kondisi pasien

yang sebenarnya tidak tersampaikan, timbang terima pasien dengan menggunakan

lembar observasi pasien cenderung hanya masalah diagnosa medis saja yang

disampaikan dan tidak menggambarkan perkembangan masalah keperawatan,

dokumen operan yang belum tersedia cenderung menimbulkan masalah perawat

kesulitan dalam hal pendokumentasian operan. Penyampaian informasi pada

kondisi ini tidak dilakukan secara menyeluruh terutama pada masalah

keperawatan yang seharusnya dapat dijadikan panduan dalam melaksanakan

asuhan keperawatan secara berkesinambungan.

Bila dikaitkan dengan aspek indikator keselamatan pasien proses timbang

terima yang sudah dijalankan di Ruang Intensif RSUD Kota Bandung selama ini,

dapat dievaluasi pertama pada aspek ketepatan identifikasi pasien yaitu karena

kondisi pasien yang banyak ditemui di ruang intensif, pasien dengan penurunan

kesadaran, resiko jatuh dengan pemakaian restrain kemungkinan alergi terhadap

suatu obat atau pasien dengan pemberian transfusi, prosedur pengambilan darah

atau perlu dilakukan tindakan medis atau keperawatan. Kenyataan dilapangan

belum dapat terlaksana secara sempurna, misal penggunaan gelang untuk

membedakan kondisi pasien belum dapat terlaksana, kondisi ini berpotensi

berbahaya bagi pasien.

Kedua pada aspek penggunaan komunikasi yang efektif, timbang terima

pasien belum menggunakan metoda tertentu yang secara sistematis dapat

mewakili penyampaian informasi yang efektif, misalnya pengalaman lapangan

meskipun penggunaan metoda konvensional sebagian besar sudah mewakili


4

informasi yang harus disampaikan pada saat timbang terima pasien, namun jarang

disertai timbang terima pada masalah keperawatan.

Ketiga pada aspek peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

misal pada saat timbang terima perlu diorientasikan terhadap obat-obat dengan

konsentrasi tinggi, obat yang bersifat Nama Obat, Rupa dan Ucapan sama

(NORUM) serta cara penggunaannya harus tersampaikan secara lengkap. Dengan

melihat jumlah karyawan ICU yang belum pernah mengikuti pelatihan, kondisi ini

memungkinkan terjadinya kesalahan pemberian.

Keempat pada aspek kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien

operasi, keadaan pasien icu terutama pasien post operasi ada beberapa yang

terpasang alat misalnya jalur intra vena, jalur feeding, selang drain atau polycath

dll. Semuanya harus tersampaikan pada saat timbang terima mengenai tepat

pasien, tepat proseur dan tepat lokasi, pengalaman di lapangan pernah terjadi

tertukarnya antara jalur intravena dan jalur feeding karena tidak diberi tanda

pembeda, hal semacam ini apabila tidak segera diketahui mungkin akan

berpotensi bahaya bagi pasien.

Kelima pada aspek pengurangan resiko infeksi, pengalaman di lapangan

perawat sudah membiasakan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan

tindakan, perawat juga saling mengingatkan untuk selalu mencuci tangan. Pada

saat timbang terima pasien belum ada pembiasaan penegasan kembali terhadap

pengurangan resiko infeksi terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan resiko

infeksi misalnya terkait alat, pelaksanaan SOP dan sarana untuk mensucihamakan

peralatan yang digunakan.


5

Keenam pada aspek pengurangan resiko pasien jatuh, ditujukan pada

pasien-pasien yang delirium dan berontak, pengalaman pada saat timbang terima

pasien perawat memberikan informasi untuk lebih waspada terhadap pasien ini

selain itu penggunaan restrain, penegasan pengawasan secara berkala terhadap

penggunaan restrain jarang disampaikan, resiko lepas atau cedera mungkin terjadi.

Hal ini tentu dapat merugikan pasien dan berdampak pada penurunan

kualitas pelayanan, terutama pelayanan keperawatan, karena proses pada asuhan

keperawatan berkesinambungan tidak dapat dilaksanakan, dampak lain masalah

keperawatan yang diasuh tidak dapat terevaluasi secara berkesinambungan target

pencapaiannya.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti tertarik ingin mengetahui aspek

keselamatan dalam timbang terima pasien di ruang Intensif Care Unit RSUD Kota

Bandung.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat penulis sampaikan berdasarkan latar

belakang masalah adalah peneliti ingin mengetahui aspek keselamatan apa saja

yang beresiko dalam timbang terima pasien di Ruang Intensif Care Unit RSUD

Kota Bandung.
6

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang penulis ingin ketahui pada penelitian ini adalah

mengetahui aspek keselamatan dalam timbang terima pasien menurut

perawat pelaksanana di Ruang Intensif Care Unit RSUD Kota Bandung.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus yang ingin penulis ketahui pada penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik responden di Ruang Intensif Care Unit

RSUD Kota Bandung

2. Mengidentifikasi aspek keselamatan dalam timbang terima pasien

menurut perawat pelaksana di Ruang Intensif Care Unit RSUD Kota

Bandung.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

keilmuan peneliti dan ilmu keperawatan tentang informasi apa saja aspe

keselamatan dalam timbang terima pasien menurut perawat pelaksana di

Ruang ICU RSUD Kota Bandung

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi rumah sakit

dan perawat bahwa dengan proses timbang terima pasien yang baik dan

sesuai SOP dapat meminimalkan terjadinya kesalahan-kesalahan dan


7

mendukung program keselamatan pasien di Ruang ICU RSUD Kota

Bandung

1.5. Kerangka Pemikiran

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

Timbang Terima Keselamatan Pasien :


Pasien oleh perawat

Anda mungkin juga menyukai