Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PROTISTA 1

ALGA HIJAU

Oleh : Yusniar Zurroh A.


NIM : 190342621266
Offering : I

1. Habitat Alga Hijau


Alga hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya di air laut dan air
payau. Alga hijau yang hidup di laut tumbuh di sepanjang perairan yang dangkal. Pada
umumnya melekat pada bebatuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut.
Sebagian yang hidup di air laut merupakan mikroalga seperti Ulvales dan Sphonales.
Jenis yang hidup di air tawar distribusinya bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat
yang cahayanya cukup, seperti kolam, danau, genangan air hujan, pada air mengalir (air
sungai dan selokan). Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada
batu-batuan, tanah lembab, dan kulit batang pohon yang lembab.
Terdapat pula alga yang ditemukan di sumber air panas, di salju daerah kutub dan puncak
gunung yang tinggi, bahkan di perairan yang mengandung boraks di Lamongan juga
ditemukan alga.
2. Susunan Tubuh Alga Hijau
Susunan tubuh dari alga hijau ini bervariasi baik dalam ukuran, bentuk, maupun
susunannya. Untuk itu, berdasarkan susunan tubuhnya alga dikelompokkan menjadi
berikut :
a. Sel tunggal (uniseluler)
a.1.Alga hijau Uniseluler dan motil atau bergerak karena memiliki alat gerak berupa
flagella. Contohnya yaitu Chlamydomonas sp. Yang biasanya hidup di perairan tawar.

Chlamydomonas sp.
a.2. Alga hijau uniseluler dan tidak bergerak karena tidak memiliki alat gerak.
Contohnya yaitu Chlorella sp.

Chlorella sp.
b. Sel Senobium
Koloni yang tersusun dari beberapa sel dengan jumlah tertentu, bentuk dan ukurannya
tetap untuk setiap spesies. Contohnya yaitu Hydrodycticon sp.

Hydrodycticon sp.
c. Koloni Tak Beraturan (Agregat)
Tidak seperti senobium, agregasi sel-sel pada koloni ini tidak memiliki bentuk dan
ukuran yang tetap. Contohnya yaitu Tetraspora sp.

Tetraspora sp.
Koloni agregat terbagi menjadi dua macam yaitu koloni dendroid dan koloni
rhizopodal.

c.1. Koloni Dendroid


Agregasi sel-sel berbentuk menyerupai pohon. Sel-sel bersambung dengan
perantaraan lendir yang disekresikan oleh sel-sel itu sendiri. Contohnya yaitu
Prasinocladus sp.

c.2. Koloni Rhizopodal


Sel-sel amuboid dengan jumlah yang bervariasi bergabung dengan perantaraan
beberapa tonjolan sitoplasma. Contohnya yaitu Rhizochrysis.

d. Filamen
Filamen dihasilkan dari pembelahan sel yang berulang-ulang, dan sel-sel hasil
pembelahan tidak memisah tetapi membentuk rangkaian sel. Bentuk filament atau
benang dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
d.1. Filamen Tak Bercabang, contohnya yaitu Ulothrix sp.

Ulothrix sp.

d.2 Filamen Bercabang, contohnya yaitu Chladophora sp.

Chladophora sp.
e. Sifoneus
Talus mengandung banyak inti (multinukleus) tetapi tidak terbagi-bagi
menjadi sel-sel, kecuali pada waktu membentuk unit-unit reproduktif. Contohnya
yaitu Vaucheria sp.

Vaucheria sp.
f. Parenkimateus (Seperti Jaringan Parenkim)
Jika pembelahan sel berlangsung pada lebih dari satu bidang akan menghasilkan
struktur talus seperti parenkim. Contohnya yaitu Ulva sp.

Ulva sp.

g. Heterotrikus
Filament bercabang yang bentuknya terbagi menjadi bagian yang rebah (prostrate)
dan bagian yang tegak (erect). Contohnya yaitu Stigeoclonium sp.

Stigeoclonium sp.
3. Susunan Sel Alga Hijau
a. Dinding sel
Dinding sel umumnya tersusun atas dua komponen yaitu :
Komponen fibriler yang akan membentuk rangka dinding dan komponen non fibriler
berbentuk matriks. Tipe umum dari komponen fibriler adalah mengandung selulosa.
Selulosa dilapisi pula oleh mannan, misalnya terdapat pada Porphyra dan Bangia
(Rhodophyta). Selain itu ada pula yang diselubungi xylan.
Komponen non fibriler berlendir terdapat pada sebagian besar Phaeophyta dan
Rhodophyta. Komponen tersebut merupakan polisakarida dan
telah secara komersial diperdagangkan.
b. Kloroplas
Kloroplas terbungkus oleh sistem membrane rangkap. Pigmen yang terdapat dalam
kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b, beta karoten serta berbagai macam xantofil
(lutein, violaxanthin, zeaxanthin).
Kloroplas di dalam sel letaknya mengikuti bentuk dinding sel (parietal) contohnya
yaitu Ulothrix atau di tengah lumen sel (axial) contohnya Muogotia. Pada umumnya
satu kloroplas setiap sel tetapi pada Siphonales, Zygnemales terdapat lebih dari satu
klorofil pada setiap selnya. Bentuk kloroplas juga sangat bervariasi, oleh karena itu
entuk kloroplas dikelompokkan menjadi beberapa macam yaitu bentuk mangkuk,
bentuk sabuk, bentuk cakram, bentuk anyaman, bentuk spiral, dan juga bentuk
bintang. Amilum dari Chlorophyceae seperti pada tumbuhan tingkat tinggi tersusun
sebagai rantai glukosa tak bercabang yaitu amylose dan rantai yang bercabang
amilopektin.
c. Pirenoid
Organela yang tersusun oleh senyawa protein terletak di dalam atau pada permukaan
kloroplas.
d. Cadangan
Cadangan makanan pada chlorophyta seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu
berupa amilum, tersusun oleh amilosa (rantai glukosa tidak bercabang) dan
amilopektin (rantai glukosa yang bercabang). Sering sekali amilum ditemukan dalam
granula bersama dengan protein dalam plastida disebut pirenoid. Tetapi beberapa
jenis tidak memiliki pirenoid yaitu pada golongan chlorophyceae yang telah tinggi
tingkatannya, tirenoid dapat digunakan sebagai bukti taksonomi.
e. Fototaksis dan bentuk mata
Pada chlorophyta terdapat dua tipe pergerakan fototaksis, yaitu
Pergerakan dengan flagella. Pada umunya sel alga hijau baik sel vegetatife maupun
sel generatife ditemukan adanya alat gerak. Flagella pada kelas chlorophyceae selalu
bertipe whiplash (akronomatik) dan sama panjang (isokon) kecuali pada bangsa
oedogoniales memiliki tipe stefanokon. Flagella dihubungkan dengan struktur yang
sangat halus disebut aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal dari tiap
flagella disebut blepharoplas. Tiap flagella terdiri dari axonema yang tersusun oleh 9
dupklet mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat dua singlet mikrotubula.
Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9+2. Flagella tersebut dikelilingi oleh
selubung plasma. Pergerakan dengan sekresi lender. Dalam monografi tentang
desmid, ditunjukkan terjadi pergerakan pada desmid di permukaan lumpur dalam
laboratorium. Pergerakan tersebut disebabkan oleh adanya stimulus cahaya yang
diduga oleh adanya sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari
sel. Selama pergerakan kedepan bagian kutub berayun dari satu sisi ke sisi lain
sehingga lendir bagian belakang seperti berkelok-kelok.
f. Flagella
Pada umumnya sel alga hijau baik sel vegetatif maupun sel generatif dijumpai adanya
alat gerak. Flagella pada kelas chorophyceae selalu bertipe whiplash (akronomatik)
dan sama panjang (isokon), kecuali pada bangsa Oedogoniales memiliki type
stefanokon. Flagella dihubumgkan dengan struktur sel yang sangat halus disebut
aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal dari tiap flagella disebut
blephoroplas. Granula tersebut masing-masing dihubungkan oleh benang yang
letaknya melintang disebut paradesmosa. Risoplas merupakan benang tegak dan lurus
menghubungkan salah satu dari granula (blepharoplas) dengan struktur intranuklear
dari inti disebut sentrosom. Pada selubung plasma dari flagela sering terdapat struktur
berambut disebut mastigonem. Berdasarkan ada atau tidaknya mastigonem
dibedakan dua tipe flagella yaitu sebagai berikut:
1).Tipe Whiplash (acronematic)
Flagela tipe ini, permukaan selubung plasmanya halus tanpa dilengkapi
mastigonem.
2).Tipe Tinsel (pantonematic)
Pada permukaan selubung plasmanya terdapat struktur seperti rambut, letaknya
lateral. Struktur seperti rambut tersebut berasal dari aksonem. Rambut atau bulu
halus (mastigonem) yang terdapat pada flagela berperan untuk menambah luas
bidang permukaan dan membantu gerakan pada flagela sebagai pendorong.
4. Reproduksi Gametik
a. Chalmydomonas
Reproduksi seksual dapat berupa isogami hingga anisogami dan oogami. Pada saat
reproduksi seksual, protoplas sel membelah menjadi 16,32 atau bahkan 64 gamet
biflagellate. Gamet bisa telanjang yang disebut gymnogamet atau mungkin tertutup
dinding sel yang disebut calyptogametes. Dinding calyptogametes dapat tertinggal
sebagai gamet berpasangan atau mereka dapat dipertahankan.
1. Isogami: dalam hal ini, pasangan gamet berukuran sama
2. Anisogami: gamet memiliki bentuk serupa tetapi ukuran berbeda. Sel wanita
menghasilkan empat mikrogamet yang lebih kecil.
3. Oogami: gamet berbeda dalam ukuran dan bentuk. Oogonium menghasilkan
makrogamet. Sel jantan berfungsi sebagai antherozoid menghasilkan 8, 16, atau
32 mikrogamet biflagellate bola kecil atau sperma.

b. Spirogyra
Reproduksi seksual Spirogyra melibatkan pergantian siklus antara filamen vegetatif
haploid dan zigospora diploid, menjelang musim tumbuh filamen Spirogyra
menghasilkan aplanogamete dalam sel vegetatif yang disebut gametangia berfusi
membentuk zigospora (2n). Pada saat perkecambahan, inti zygospore mengalami
meiosis untuk menghasilkan 4 inti haploid tetapi hanya satu dari mereka yang
bertahan. Dengan demikian, zigospora memunculkan filamen haploid baru. Oleh
karena itu, dalam siklus hidup haplontic Spirogyra, tidak ada pergantian alga yang
sebenarnya. Sebaliknya, pergantian kromosom dari haploid ke diploid dan kembali ke
kondisi haploid dapat diperhatikan. Reproduksi seksual Spirogyra melibatkan
konjugasi yang dapat didefinisikan sebagai jenis primitive dari isogami yang disebut
isogami aplanogametik. Dalam jenis isogami ini, seluruh isi protoplasma sel vegetatif
yaitu Gametangia berfungsi sebagai gamet. Itu selalu melibatkan kontak gametangial.
Konjugasi terdiri dari dua jenis scalariform dan konjugasi lateral.

c. Chara
Reproduksi seksual Chara adalah tipe oogami tingkat lanjut. Organ seks makroskopis
dan besar. Organ seks pria berbentuk bulat dan berwarna kuning hingga merah,
disebut globule. Organ seks wanita kurang lebih oval dan berwarna hijau yang
disebut nucule atau oogonium. Mereka berkembang pada simpul- simpul cabang
pertumbuhan terbatas (yaitu lateral primer) berbaur dengan lateral sekunder. Nucule
selalu terletak sendirian di atas globule. Sebagian besar spesies bersifat homotel atau
monoecious (misalnya organ seks betina dan jantan berkembang pada tanaman yang
sama), tetapi beberapa heterothalik atau dioecious.
5. Daur Hidup
a. Chalmydomonas
 Chlamydomonas dewasa berflagela dan berkromosom haploid (n)
 Tahap reproduksi aseksual diawali dengan menghilangkan flagella, kemudian
terjadi pembelahan secara mitosis sebanyak dua kali lebih sehingga
menghasilkan empat sel anakan atau lebih
 Sel- sel anak membentuk dinding sel dan flagella menjadi zoospore. Bila
dinding sel induk pecah, maka keluarlah zoospore yang dapat berenang.
Zoospora tumbuh menjadi Chlamydomonas baru yang haploid.
 Apabila persediaan makanan berkurang atau lengkungannya kering
Chlamydomonas akan bereproduksi secara seksual. Reproduksi seksual
diawali dengan pembentukan gamet haploid (n) melalui pembelahan mitosis
berulang kali. Gamet lalu dilepaskan dari sel induk.
 Terjadi singami antara gamet yang berbeda jenis (+) dan (-) yang
menghasilkan zigot diploid (2n)
 Zigot membentuk selubung yang kuat dan resisten disebut zigospora
 Zigospora (2n) mengalami pembelahan secara meiosis menghasilkan empat
individu yang haploid (n).

b. Spirogyra
Siklus hidup spirogyra, dibagi menjadi 3 siklus. Siklus vegetatif dan seksual adalah
yang paling umum tetapi siklus aseksual hanya sesekali. Siklus hidup spirogyra
adalah haploidic di mana filamen vegetative haploid mewakili generasi gametofit
yang berkepanjangan dan fase sporofit singkat diwakili oleh diploid zygospore
(zigot). Dalam siklus hidup, filamen vegetative thalloid berkembang biak dengan
reproduksi vegetatif dan seksual yang paling umum sedangkan reproduksi aseksual
hanya terjadi sesekali.
c. Chara
Tubuh Chara adalah haploid. Reproduksi vegetative terjadi oleh pembentukan
bintang amilum, umbi, dan protonema sekunder. Tidak ada reproduksi aseksual.
Reproduksi seksual adalah tipe oogami lanjut. Organ seks jantan dan betina masing-
masing adalah globule dan nucule. Setelah fertilisasi spora diploid terbentuk. Pada
saat perkecambahan, diploid, inti oospore membelah menjadi inti hapoid dan haploid
Chara. Dengan demikian siklus hidup Chara merupakan tipe haploid yang dominan.
6. Mengapa Charophyceae dianggap lebih maju dibandingkan Chlorophyceae?
Karena susunan tubuh. Tubuh Charopyceae berupa talus multiseluler terdir dari sumbu
yang tersusun tegak, panjang, pipih dan melekat pada substrat dengan rhizoid
multiseluler. Talus terbagi menjadi ruas dan buku. Tiap buku mempunyai cabang lateral
yang letaknya mengelilingi buku dengan kenampakan seperti karangan, cabang lateral
tersebut sering disebut “daun”.

7. Peranan Chlorophyta
 Produsen dari ekosistem air
 Sebagai alternative bahan pangan bagi astronot, terutama spesie Chlorella (karena
mengandung kandungan chlorelin yang banyak mengandung vitamin E)
 Sebagai protein sel tunggal, contoh Chlorela
 Sebagai bahan makan, contoh Volvox sebagai sayuran
 Sebagai plankton, merupakan salah satu komponen yang penting dalam rantai
makanan di perairan tawar
 Menghasilkan O2 (Oksigen) dan hasil fotosintesis yang diperlukan oleh hewan
lain untuk bernafas
 Sebagai obat penghilang stress
 Sebagai obat penurun berat badan
 Menurunkan resiko leukoplakia
 Menjaga kesehatan jantung
 Mencegah terjadinya kanker’
 Menurunkan kadar kolesterol
 Sebagai antioksidan yang alami
 Mencegah rusaknya sel darah merah
 Memperbaiki sel tubuh yang rusak
 Mengobati anemia
 Membantu menyehatkan pencernaan
 Mengatasi Sindrom Pramenstruasi
 Sebagai anti inflamasi yang efektif
 Mengurangi kadar lemak darah
 Sebagai produk kencatikan
 Sebagai detoksifikasi
 Sebagai Biokatida pada PMFC (Photosynthetis Microbial Fuel Cell)

Anda mungkin juga menyukai