Anda di halaman 1dari 20

Deden Rafsanjani Habib

1611060367

Biologi 3e

Conjugatae (Ganggang Gandar)

Conjugatae (ganggang gandar) adalah ganggang hijau, yang mengandung

klorofil a dan klorofil B. Conjugate disebut juga Acontae, karena gametnya tidak

memiliki bulu cambuk. Ciri-ciri umum :

 Sel-selnya mempunyai satu inti

 Dinding sel dari selulosa

 Ada yang bersel tunggal, ada yang membentuk koloni(berbentuk benang)

 Merupakan organisme haploid

 Sebagian besar hidup di air tawar

Conjugatae dibedakan dalam dua bangsa, yaitu :

1. Bangsa Desmidiales

2. Bangsa Zygnematales

1. Bangsa Desminidiales

Taksonomi Position :

Divisi : Thallophyta

Sub divisi : Algae

Kelas : Conjugatae (Ganggang gandar)

Ordo : Desmidiales
Kelompok ini disebut juga Ganggang Hias, karena bentuknya yang beraneka rupa.

Ciri-cirinya :

 Hidup dalam rawa-rawa (gambut), airnya bereaksi dengan asam.

 Sel-selnya ada yang berbentuk bulan sabit (Closterium), atau ditengah-

tengahnya berlekuk(seperti biskuit dan bintang).

 Sel terdiri atas dua bagian yang simetris

 Tiap bagian sel mempunyai chloroplas yang besar, serta satu atau beberapa

pirenoid.

 Di tengah-tengah sel terdapat satu inti.

Beberapa jenis dapat merayap dengan perantaraan benang-benang lendir yang dikeluarkan

melalui liang-liang pada dinding selnya.

Pembiakan terjadi secara :

 Aseksual, sel membagi di tengah-tengahnya, dan masing-masing bagian lalu

menyempurnakan diri. Pada marga-marga tertentu sel-sel anakan itu tetap berlekatan

dan dengan demikian terbentuklah deretan sel-sel.

 Seksual dengan Kopulasi, dua sel berdekatan lalu menyelubungi diri dengan lendir.

Dinding di bagian tengah lalu membuka dan protoplas kedua sel itu bersatu di saluran

kopulasi yang membesar dan terjadilah sebuah zigot, yang dindingnya berduri.

Disamping zigot itu terdapat 4 belahan dinding sel dari kedua sel yang berkopulasi

tadi. Pada perkecambahan terjadi pembelahan reduksi sehingga terbentuk 4 inti

haploid yang bebas, dua kemudian mengalami degenerasi. Dengan demikian dari satu

zigot, paling banyak hanya dapat tumbuh dua individu baru.

Contoh bangsa ini, dari suku Desmidiaceae, yaitu genus :

1. Closterium

Subgenus: Holopenium
Closterium libellula Closterium rectimarginatum Closterium Navicula

Subgenus: Euclosterium

Closterium ehrenbergii Closterium lunula Closterium Littorale

Closterium moniliferum

Zigot
2. Bangsa Zygnematales

Taksonomi position

Divisi : Thallophyta

Sub divisi : Algae

Kelas : Conjugatae (Ganggang gandar)

Ordo : Zygnematales

Ciri-ciri bangsa Zygnematales :

 Sel-selnya membentuk koloni (benang yang tidak bercabang).

 Koloni selalu bertambah panjang karena pembelahan sel secara vegetatif dan

pembentangan sel-sel itu sendiri.

 Dinding selnya lunak, tidak berlubang-lubang, terdiri atas selulosa dengan selaput

pektin, agak berlendir.

 Tiap koloni dapat terputus-putus menjadi beberapa bagian, yang dapat tumbuh

menjadi koloni-koloni baru.

 Sel mengandung satu inti dan satu kloroplas bentuk pita yang melingkar seperti

spiral, serta pirenoid-pirenoid. Pada marga Zygnema kloroplas berbentuk bintang,

sedangkan pada marga Mougeotia berbentuk pipih.

Dari golongan ini yang terkenal ialah jenis-jenis yang tergolong dalam marga Spirogyra (suku

Zygnemataceae).

Perkembangbiakan terjadi secara :

 Konjugasi, dua koloni yang berlainan jenis kelaminnya berdekatan dan sejajar satu

sama lain. Pada tempat persentuhan antara dua sel terbentuk penonjolan-penonjolan.

Karena terlarutnya dinding persentuhan, tonjolan akhirnya menjadi saluran kopulasi.

Melalui saluran itu protoplas sel-sel pada benang yang jantan sebagai gamet jantan
masuk ke dalam sel-sel koloni betina. Peleburan kedua protoplas membentuk zigot,

dengan beberapa lapis dinding yang tebal berwarna coklat (pirang), penuh dengan

tepung dan minyak. Dalam zigot ini kloroplas yang bersal dari gamet jantan

mengalami degenerasi. Pada perkecambahan, zigot mengadakan pembelahan reduksi,

dan terbentuklah 4 inti haploid yang bebas. Satu di antaranya agak besar dan 3

lainnya yang lebih kecil mengalami degenerasi.Zigot lalu berkecambah menjadi

individu baru. Kopulasi kedua gamet itu ada yang terjadi di tengah-tengah saluran

kopulasi, sehingga zigot terdapat di antara kedua koloni yang mengadakan

perkawinan, antara lain pada anggota-anggota marga Mougeotia dan Zygnema.

Contoh bangsa ini, dari suku Zygnemataceae, yaitu genus :

1. Spirogyra

Gambar. Spiropyra sp
2. Mougeotia

Zigot pada Mougeotia

pulhella

Mougeotia sp

3. Netrium

Netrium sp
Netrium digitus Netrium Oblongum

4. Spirotaenia

5. Zygnema

Gambar. Zygnema sp

6. Zygnemopsis
7. Mesotaenium

8. Cylindrocystis

Ganggang Karang (Kelas Charophyceae)

Ganggang Karang hanya terdiri atas beberapa marga saja. Sel-selnya mempunyai
dinding selulosa, klorofil a dan b, dan zat tepung sebagai hasil asimilasi, dan merupakan zat
makanan cadangan. Hidupnya di kolam-kolam atau selokan sebagai bentos. Habitusnya
seperti tumbuhan yang seluruhnya hidup di dalam air. Talus berbuku-buku dengan ruas-ruas
yang panjang dengan cabang-cabang yang tersusun dalam suatu karangan. Pembiakan
seksual dengan oogami. Oogonium diselubungi benang-benang yang melingkar-lingkar
seperti spiral. Anteridium bergandeng-gandengan mrupakan benang-benang dan tersusun
dalam sebuah badan berbentuk peluru yang kosong.
Pada buku-bukunya tumbuh cabang-cabang pendek yang beruas-ruas, kadang-kadang
juga cabang-cabang yang lebih pendek lagi pada buku-bukunya
Dari ketiak cabang-cabang pendek itu seringkali tumbuh cabang-cabang yang panjang yang
susunannya sama dengan sumbu pokoknya. Sumbu itu pada pangkalnya melekat pada
substrat yang keras (bata atau kayu) melainkan melekat pada Lumpur atau pasir. Beberapa
jenis Characeae pada bagian bawah sumbunya membentuk semacam umbi yang penuh terisi
dengan tepung dan merupakan alat untuk mengatasi kala yang buruk.
Sumbu pokok dan cabang-cabangnya bertambah panjang karena sel ujung selalu
memisahkan segmen dengan membentuk dinding-dinding pemisah melintang. Segmen itu
membentang menjadi suatu sel ruas yang memanjang dan tidak membelah diri lagi, dan sel
buku-buku yang berbentuk cakram.
Sel buku-buku itu tetap pendek, tetapi membelah lagi dengan dinding pemisah
membujur, dan dari sel-sel ini akhirnya terbentuk cabang-cabang danjuga rizoid-rizoid. Pada
Nitella tiap-tiap ruas sumbu hanya terdiri atas satu sel ruas saja, tetapi pada Characeae
umumnya, sel ruas itu dikelilingi oleh selapis sel-sel yang tersusun sejajar menurut poros
bujur, yang keluar pada buku-buku dari sel-sel bagian bawah cabang-cabang.
Sel-selnya mengandung sebuah inti dan kloroplas berbentuk bulat. Dalam sel-sel ruas inti
mengadakan pembelahan amitosis, sehingga dalam sel-sel ruas terdapat beberapa inti.
Pembiakan aseksual dengan spora tidak ada. Alat-alat pembiakan seksual berupa
anteridium bulat berwarna kekuning-kuningan, dan oogonium berbentuk seperti telur
berwarna hijau dan terdapa tdalam ketiak cabang.
Anteridium berasal dari satu sel induk yangkemudian membelah-belah menjadi 8 sel,
yang dinamakan oktan. Tiap-tiap oktan lalu membentuk 2 dinding tangensial menjadi 3 sel,
sehingga dengan initerbentuklah 24 sel. Delapn sel yang paling luar pipih, dinamakan sel-sel
dinding (pelindung), 8 sel di tengah-tengah dinamakan sel-sel pemegang (manubrium), 8 lagi
yang paling dalam dinamakan sel-sel pokok. Sel-sel dinding lalu membentuk tonjolan-
tonjolan radial yang tidak sempurna, sehingga sel-sel itu terbagi-bagi dalm ruang-ruang yang
terpisah-pisah tidak sempurna pula. Sel-sel yang di tengah kemudian membentang kea rah
radial. Karena sel-sel dinding tumbuh meluas, dalam alat itu akan terjadi suatui ruangan
dengan sel-sel pemegang dan sel-sel pokok di dalamnya. Sel-sel yang paling dalam lalu
membuat 3-6 sel sekunder, dan dari sel-sel ini ditonjolkan 3-5 sel-sel benang spermatogen
terdiri atas sel-sel berbentuk cakram.
Dari setiap sel akhirnya keluar spermatozoid berbentuk spiral yang mempunyai satu
bintik mata, kadang-kadang tanpa plastida dan mempunyai dua bulu cambuk. Oogonium
mula-mula hanya satu sel telur saja yang penuh terisi dengan tetes-tetes minyak dan butir-
butir tepung, kemudian oogonium itu diselubungi oleh 5 buluh yang terpilin seperti spiral.
Ujung benang-benang selubung oogonium ini merupakan bentuk seperti mahkota, di
antaranya terdapat celah-celah jalan masuknya spermatozoid. Setelah selesai pembuahan, sel
telur membentuk dinding yang tidak berwarna. Dinding benang-benang pembungkus yang
sebelah dalm menebal, warna menjadi pirang, kadang-kadang diperkuat dengan kapur,
sedang dinding luarnya lenyap setelah buah itu jatuh. Pada perkecambahan zigot terjadi
pembelahan reduksi dan terjadilah 4 inti haploid. Dari 4 inti ini yang 3 mengalami
degenerasi, sehingga akhirnya dari satu zigot hanya tumbuh satu tumbuhan baru saja.
Karena sifat-sifatnya sebagai pembentuk kapur, maka Characeae penting peranannya
dalam pembentukan tanah-tanah kapur. Dalam keadaan fosil, Characeae ditemukan pada
lapisan-lapisan tanah dari zamn Jura.
Charophyceae atau Ganggang Karang merupakan golongan yang terasing, baik ke
bawah maupunke atas. Menurut susunan talusnya kelompok ganggang ini tergolong
organisme yang lebih tinggi tingkat perkembangannya (pembiakan generatif dengan oogami,
tak ada pembiakan aseksual). Dari bentuk talus dan alat-alat perkembangbiakan seksual,
sukar ditemukan hubungannya dengan salah satu golongan Chlorophyceae, tetapi umumnya
masih dianggap berdekatan dengan ganggang hijau itu. Semua warga kelas ini hanya
dimasukkan dalam satu bangsa saja, yaitu Charales yang terbagi dalm beberapa suku
Characeae yang meliputi antara lain Chara fragilis, Chara intermedia, Nitella gracilis,
Tolypella prolifera.

Gambar Chara fragilis


Ganggang Pirang (Kelas Phaeophyceae)

Phaeophyceae adalah ganggang yang berwarna pirang. Dalam kromatofornya


terkandung klorofil-a, karotin, dan santofil, tetapi terutama fikosantin yang menutupi warna
lainnya dan yang menyebabkan ganggang itu kelihatan berwarna pirang. Sampai 50 % dari
berat keringnya terdiri atas laminarin, sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin dan lebih
dekat dengan selulosa daripada dengan tepung. Selain laminarin juga ditemukan manit,
minyak, dan zat-zat lain.

Dinding selnya terdiri dari pektin, selulosa, algin. Pada Phaeophyceae tingkat
perkembangan yang dapat bergerak berupa zoospora dan gamet, mempunyai 2 buluh cambuk
yang heterokon dan terdapat di bagian samping badannya yang berbentuk buah per atau
sekoci.

Kebanyakan Phaeophyceae hidup dalam air laut, hanya beberapa jenis saja yang
hidup dalam air tawar. Gangganng ini termasuk bentos, melekat pada batu-batuan, kayu,
epifit pada talus lain ganggang, bahkan ada yang hidup sebagai endofit.

1. Bangsa Phaeosporales
Bangsa ini merupakan sebagian besar ganggang pirang. Kebanyakan mempunyai
perawakan seperti Cladophora, tetapi ada pula yang mempunyai talus yang lebih tinggi
tingkatannya. Pembiakan terjadi secara :

a. Aseksual dengan zoospora, yang terjadi karena adanya reeduksi. Dari zoospora itu
tumbuh gametofit haploid dengan gamatangium yang berwarna berkotak-kotak.
b. Seksual dengan isogami. Gametangium bersel banyak.

Gambar gametagium berkotak-kotak dan sporangium yang unilokulur pada plyceta ramulosa
Zoospora ganggang pirang

A. Zoospora chorda filum

B. Idem dari Ectocarpus globiffer

C. Zoospora yang telah menarik ke dalam flagelnya

Pada golongan ini terdapat satu pergiliran keturunan. Pada Ectocarpus siliculosus, gametofit
dan sporofit mempunyai habitus yang sama. Perkecualian terdapat pada Cutleria yang
gametofitnya lebih besar dari sporofit. Gametofit mempunyai talus yang tegak, bercabang-
cabang menggarpu, berbentuk pita, sedang sporofit mempunyai talus yang pipih, kecil seperti
cakram, tipis, tepinya berlekuk-lekuk, dan dinamakan Aglaozonia. Pada Ectocarpus dan
Pleurocladia terdapat jenis-jenis yang hidup sebagai epifit pada lain ganggang.

Pada beberapa jenis suku Cutleriaceae gametangium dan gamet betina lebih besar daripada
yang jantan, jadi di sini terdapat anisogami. Pada Phaeosporales tidak ada oogami.
Phaeosporales antara lain mencakup :

- Suku Ectocarpaceae. Contoh ; Ectocarpus siliculosus, Pleurocladia lacustris


- Suku Cutleriaceae. Contoh ; Cutleria multifida, Heterochordia abietina.

2. Bangsa Laminariles
Dalam bangsa ini termasuk suku Laminariaceae, yang antara lain meliputi

- Macrocystis pyrifera, hidup di daerah kutub selatan, talusnya mencapai panjang 60 m


dengan berat sampai 100 kg. Mempunyai cabang-cabang talus berbentuk lembaran
yang bergantungan, talus dapat terapung-apung pada permukaan air laut.
- Lessonia sp. Mempunyai talus yang bentuknya seperti pohon palma.
- Laminaria clustoni, pangkal talus setebal lengan dan umurnya tahunan, bagian atas
menyerupai daunatau mempunyai lembaran-lembaran menjari yang setiap tahun
diperbarui.
Pada Laminaria terdapat pergiliran keturunan yang beraturan. Gametofit itu berasal dari
zoospora, pada ujungnya terdapat anteridim yang hanya terdiri atas satu sel, masing-masing
mengeluarkan dua spermatozoid yang mempunyai dua bulu cambuk.
Gambar daur kehidupan & skema pergiliran keturunan Cutleria multifucata

Zigot hasil perkawinan tumbuh menjadi sporofit. Pada permukaan sporofit terdapat
sel-sel mandul berbentuk buluh (parafisis). Masing sporangium menghasilkan banyak
zoospora dengan dua bulu cambuk. Nerecystis leutkeana, talus mempunyai bagian seperti
batang yang panjangnya 70 m dan pada ujungnya trdapat gelembung pengapung berbentuk
lembaran.

Gambar daur kehidupan & skema pergiliran keturunan Laminaria Cutloni

3.Bangsa Dictyotales
Pada ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium beruang satu
dan mengeluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dengan oogami. Gamet jantan
mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Sporofit dan gametofit bergiliran
dan beraturan, dan keduanya mempuynyai talus berbentuk pita yang bercabang-cabang
menggarpu, misalnya Dictyota dichotoma. Bangsa Dictyotales terdiri atas satu suku saja,
yaitu Dictyotaceae, yang meliputi beberapa jenis, antara lain :

- Dictyotaceae dichotoma

- Dictyopteris polypoides

- Padina pavonia

Gambar Nereocytys luetkeana

4.Bangsa Fucales
Bersama-sama dengan Laminariales ganggang ini merupakan penyusun utama
vegetasi lautan di daerah dingin. Pembiakan generatif dengan oogami. Fucales hanya terdiri
atas satu suku yaitu Fucaceae, meliputi antara lain Fucus srratus. Fucus yang sudah berumur
beberapa tahun mempunyai talus yang berbentuk pita yang ditengah-tengahnya diperkuat
oleh rusuk tengah, kaku seperti kulit, bercabang-cabang menggarpu dan melekat pada batu
dengan suatu alat perekat berbentuk cakram. Ujung cabang-cabang talus ini agak membesar
dan mempunyai lekukan-lekukan yang disebit konseptakel. Didalamnya terdapat benang-
benang mandul (parafisis), oogonium, anteridium. Tiap anteridium menghasilkan 64
spermatozoid. Oogonium berupa suatu badan yang duduk di atas tangkai terdiri atas satu sel
saja, dan mengandung 8 sel telur.
Selain Fucus serratus dalam suku ini termasuk pula Fucus vsiculosus, Sargassum
vulgare, Turbinaria decurrens. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Phaeopyceae
bersifat heterotrik. Phaeopyceae mempunyai perkembangan yang setingkat dengan
Chlorophyceae. Melihat adanya rambut-rambut mengkilat pada salah satu bulu cambuknya
yang heterokon itu, rupanya ada hubungan kekerabatan dengan Chrysomonadales dan
Heterochloridales. Pembelahan reduksi pada umumnya terjadi pada pembentukan spora.
Gametofit dan sporofit dapat bersifat isomorf, dapat juga heteromorf. Beberapa jenis
Phaeophyceae menghasilkan yodium. Ada yang mempunyai khasiat obat, misalnya
Laminaria cloustoni dan Fucus vesiculosus.

Rhodophyta (Ganggang Merah)


Rhodophyceae berwarna merah sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung atau
pirang kemerahmerahan. Kromatofor mengandung klorofil-a dan karotenoid, tetapi warna itu
tertutup oleh zat warna merah yang mengandung fluoresensi, yaitu fikoeretin. Sebagai hasil
asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, yang juga merupakan hasil
polimerisasi glukosa berbentuk bulat, tidak larut dalam air, seringkali berlapis-lapis, jika
dibubuhi yodium berwarna kemerahmerahan. Rhodophyceae selalu bersifat autotrof dan
heterotrik, hidup dalam air laut, hidupnya sebagai bentos, melekat pada suatu substrat dengan
benang-benang pelekat atau cakram pelekat.
Adapun cici-ciri rhodophyta secara spesifik adalah sebagai berikut:
1. Mengandung kloroplas berisi fikoeretrin lebih banyak dibandingkan klorofil, ada
karotenoid, sedikit fikosianin.
2. Kebanyakan hidup di air laut, yaitu laut dalam yang hanya dapat dicapai oleh cahaya
bergelombang pendek. Hidup sebagai bentos, melekat pada substrat dengan
benang/cakram pelekat.
3. Bersifat autotrof, tetapi ada yang heterotrof. Yang heterotrof tidak berkromatofora dan
hidup sebagai parasit pada ganggang lain.
4. Hasil asimilasi berupa tepung floridae (mirip glikogen) dan floridosida (senyawa gliserin
dan galaktosa) serta tetes minyak. Kadang terdapat pirenoid.
5. Dinding sel ganggang merah terdiri atas selulosa (sebelah dalam) dan pektin berlendir
(sebelah luar).
6. Bentuk talus beranekaragam dengan jaringan tubuh yang belum bersifat parenkim tetapi
hanya berupa plektenkim.
7. Reproduksi aseksual dengan spora, dan seksual dengan cara oogami. Spora atau gamet
tidak berflagel, jadi tidak dapat bergerak aktif.

Gambar alga merah Gelidium sp.


Gracilaria sp. Porphyra sp.

A. Habitat Rhodophyta
Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika. Sebagian kecil
hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu ada pula
yang hidup di air payau. Alga merah yang banyak ditemukan di laut dalam adalah Gelidium
dan Gracilaria, sedang Euchema spinosum menyukai laut dangkal.

B. Klasifikasi dari alga merah


Divisio : Rhodophycophyta
Classsis : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Species : Gracilaria sp

C. Pembagian Anak Kelas Rhodophyta


Pembagian anak kelas rhodophyta yaitu sebagai berikut:
1. Anak Kelas Bangieaea (Protofloroda)
Talus berbentuk benang, cakram atau pita dengan tidak ada percabangan yang
beraturan. Pembiakan vegetatif dengan monospora yang dapat memperlihatkan gerakan
ameboid. Anteridium menghasilkangamet jantan yang disebut spermatium. Dalam golongan
ini termasuk suku Bangiaceae, yang membawahi antara lain ganggang tanah Porpyridium
cruentum dan ganggang laut Bangia artropurpurea.
2. Anak Kelas Floridae
Talus ada yang masih sederhana, tapi umumnya hampir selalu bercabang-cabang
dengan beraturan dan mempunyai beraneka ragam bentuk, seperti benang, lembaran-
lembaran. percabangannnya menyirip atau menggarpu. Tiap anteridium menghasilkan satu
gamet betina yang oleh karena tidak dapat bergerak tidak dinamakan spermatozoid tetapi
spermatium. Gametangium betina dinamakan karpogonium, terdapat pada ujung-ijung
cabang lain daripada cabang talus yang mempunyai anteridium. Suatu karpogonium terdiri
atas satu sel panjang, bagian bawahnya membesar seperti botol, bagia atasnya berbentuk gada
atau benang dan dinamakan trikogen.
Zigot tidak mengalami waktu istirahat, melainkan dari bidang sampingnya lalu
membentuk sel-sel yang merupakan benang-benang sporogen. Dalam sel-sel ujung benang
itu terbentuk satu spora, masing-masing dengan satu inti dan satu plastida dan dinamakan
karpospora. Karpospora itu mula-mula berkecambah menjadi suatu protalium yang akhirnya
tumbuh menjadi individu baru dengan alat-alat generatif. Peristiwa di atas terdapat antara lain
pada Batrachospermum moniliforme. Pada warga Floridaea lainnya terdapat pergiliran antar
3 keturunan dalam daur hidupnya yaitu :
a. Gametofit yang haploid, yang mempunyai anteridium dan karpogonium.
b. Karposporofit yang diploid, mengeluarkan karpospora diploid.
c. Tetrasporofit, yang habitusnya menyerupai gametofit (keturunan pertama), akan tetapi
tidak mempunyai alat-alat seksual, melainkan mempunyai sporangium yang masing-
masing mengeluarkan 4 spora (tetraspora).
Daur hidup yang memperlihatkan 3 keturunan itu antara lain terdapat pada
Callithamnion corymbosum. Gametofit dan tetrasporofit dapat isomorf, tetapi ada pula yang
tidak, misalnya Bonnemaisonia hamifera.
Florideae dibagi dalam sejumlah bangsa, diantaranya yaitu:
1) Bangsa Nemalionales, termasuk suku Helminthocladiacae yang antara lain mencakup
Batrachospeermum moniliforme, Bonnemisonia humifera.
2) Bangsa Gelidiales, termasuk suku Gelidiaceae, misalnya Gelidium cartilagineum dan
Gelidium lichenoides, terkenal sebagai penghasil agar-agar.
3) Bangsa Gigartinales, kebanyakan terdiri atas ganggangang laut. Yang penting ialah suku
Gigartinaceae dengan dua warganya yang menghasilkan bahan yang berguna, ialah
Chondrus crispus dan Gigartina mamillosa, penghasil karagen atau lumut islandia yang
berguna sebagai bahan obat.
4) Bangsa Nemastomales, dari bangsa ini perlu disebut suku Rhodophyllidaceae yang salah
satu warganya terknal sebagai penghasil agar-agar, yaitu Euchema spinosum. Suku
Sphaerococaceae, juga mempunyai anggota-anggota yang merupakan penghasil agar-agar
pula, diantaranya Gracilaria lichenoides dan berbagai jenis yang termasuk marga
Sphaerococcus.
5) Bangsa Ceramiales, dalam bangsa ini termasuk antara lain suku Ceramiaceae di
dalamnya. Contoh, Callithamnion corymbosum.
Ada yang mencari nenek moyang Rhodophyceae pada Chlorophyceae, mengingat
adanya trikogin pada karpogonium yang mengingatkan oogonium dalam sel-sel tumbuhan
pada Coleochaeta. Ada yang mencari hubungan kekerabatan dengan Cyanophyceae dan
menganggap Protoflorideae sebagai jembatannya.
Bekas ganggang ini telah ditemukan dalam lapisan-lapisan tanah dari zaman silur, dan
mungkin dari kambrium, bahkan sering tidak hanya bekas, melainkan sisa sisa yang
mengandung kapur.

D. Sistem Reproduksi Rhodophyta


Perkembangbiakan dapat secara aseksual, yaitu dengan pembentukan spora, dapat pula
secara seksual (oogami).
1. Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual terjadi melalui pembentukan dua anteridium pada ujung-ujung
cabang talus. Anteridium menghasilkan gamet jantan yang disebut spermatium.
Gametangium betina disebut karpogonium yang terdapat pada ujung cabang lain.
Karpogonium terdiri dari satu sel panjang. Bagian karpogonium bawah membesar seperti
botol, sedangkan bagian atasnya membentuk gada atau benang dan dinamakan trikogen. Inti
sel telur terdapat di bagian bawah yang membesar seperti botol. Spermatium mencapai
trikogen karena terbawa air (pergerakan secara pasif). Spermatium kemudian melekat pada
trikogen. Setelah dinding perlekatan terlarut,seluruh protoplasma spermatium masuk dalam
karpogonium. Setelah terjadi pembuahan, terbentuklah sumbat di bagian bawah.
karpogonium. Sumbat itumemisahkan karpogonium dan trikogen. Zigot hasil pembuahan
akan membentuk benang-benang sporogen. Dalam sel-sel di ujung benang sporogen itu,
terbentuk spora yang masing-masing memiliki satu inti dan satu plastida; spora
tersebutdinamakan karpospora. Karpospora akhirnya keluar dari sel-sel ujung
benangsporogen sebagai protoplasma telanjang berbulu cambuk. Karpospora ini mula-mula
berkecambah menjadi protalium yang akhirnya tumbuh menjadi individu baru lengkap
dengan alat-alat generatifnya.
2. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk tetraspora. Tetrasporaakan menjadi
gametangium jantan dan gametangium betina. Gametangium jantan dan betina akan bersatu
membentuk karposporofit. Karposporofit kemudian menghasilkan tetraspora, Contoh
anggota-anggota Rhodophyta antara lain: Corrallina, Palmaira, Batrachospermum
moniliforme, Gelidium, Gracilaria, Eucheuma,dan Scicania furcellata.
Baik spora maupun gametnya tidak mempunyai bulu cambuk, jadi tidak dapat bergerak
aktif. Rhodophyceae dibagi dalam dua anak kelas, yaitu Bangieae dan Florodeae.
E. Peranan Rhodophyta
Alga merah jenis tertentu dapat menghasilkan agar yang dimanfaatkanantara lain
sebagai bahan makanan dan kosmetik, misalnya Eucheuma spinosum.Di beberapa negara,
misalnya Jepang, alga merah ditanam sebagai sumber makanan. Selain itu juga dipakai dalam
industri agar, yaitu sebagai bahan yang dipakai untuk mengeraskan/memadatkan media
pertumbuhan bakteri. Beberapa alga merah yang dikenal dengan sebutan alga koral
menghasilkan kalsium karbonat didinding selnya. Kalsium karbonat ini sangat kuat dalam
mengatasi terjangan ombak. Kelebihan ini menjadikan alga koral memiliki peran
pentingdalam pembentukan terumbu karang.
Selain itu alga merah dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan
hewan lain yang hidup di laut. Jenis ini juga menjadi bahan makanan bagi manusia misalnya
Chondrus crispus (lumut Irlandia) dan beberapa genus Porphyra. Chondrus crispus dan
Gigortina mamilosa menghasilkan karagen yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan
pembuat krem, dan obat pencuci rambut. Alga merah lain seperti Gracilaria lichenoides,
Euchema spinosum, Gelidium dan Agardhiella dibudidayakan karena menghasilkan bahan
serupa gelatin yang dikenal sebagai agar-agar. Gel ini digunakan oleh para peneliti sebagai
medium biakan bakteri dan fase padat pada elektroforesis gel, untuk pengental dalam banyak
makanan, perekat tekstil, sebagai obat pencahar (laksatif), atau sebagai makanan penutup.

Anda mungkin juga menyukai