1. Analisa Univariat
Pada hasil penelitian ini menyajikan analisis mengenai Perbedaan
efektivitas penyuluhan dengan media pop up book dibandingkan dengan media
cerita bergambar terhadap perubahan pengetahuan tentang karies gigi pada
siswa kelas III SD Pedalangan 02 Semarang” Responden dalam penelitiaan ini
adalah para siswa SDN Pedalangan 02 Semarang kelas III dengan jumlah 36
siswa. Responden dibagi menjadi 2 kelompok,yaitu 18 siswa sebagai kelompok
yg diberikan penyuluhan menggunakan media pop up book dan 18 siswa
sebagai kelompok yg diberikan penyuluhan menggunakan media cerita
bergambar. Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh data sebagai berikut.
Berdasarkan hasil tabel 4.4 terlihat bahwa variabel pre test cerita
berbegambar distribusi normal dengan nilai sig 0,074 > 0.05, post test
cerita bergambar berdistribusi tidak normal karena nilai sig 0.005 < 0,05
dan untuk pre test pop up book berdistribusi normal dengan nilai sig 0.244
> 0.05, sedangkan untuk variabel post tes pop up book berdistribusi Tidak
normal dengan nilai sig 0.000 > 0,05. Karena data yg diperoleh
berdistribusi tidak normal maka pengujian dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Wilcoxon dan Mann Whitney.
a. Uji Wilcoxon Signed Ranks Test
Uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test untuk melihat ada
tidaknya pengaruh dengan menganalis perbandingan tingkat pengetahuan
kesehatan gigi pada saat pengukuran awal (pre-test) dengan
pengukuran akhir (post-test) pada siswa yang dilakukan penyuluhan
dengan metode cerita bergambar dan pop up book.
Tabel 4.5 Hasil uji pre and post-test penyuluhan dengan metode
cerita bergambar terhadap pengetahuan karies gigi
Pengetahuan p value Interpestasi
B. Pembahasan
Pada penelitiaan ini peneliti ingin mengetahui tentang efektivitas
penyuluhan dengan menggunakan media cerita bergambar dan pop up book
terhadap peningkatan pengetahuan karies gigi siswa kelas III SD Pedalangan 02
Semarang. penelitiaan dilakukan pada 36 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu kelompok cerita bergambar dan pop up book..
Hasil penelitiaan nilai rata-rata sebelum penyuluhan dengan media cerita
bergambar sebesar 6,4 dan nilai rata-rata sesudah sebesar 10,3 selisih perbedaan
sebelum dan sesudah dengan media cerita bergambar sebesar 3,9. Sedangkan
media Pop Up book sebesar 6,2 dan nilai rata-rata sesudah sebesar 12,3 selisih
perbedaan sebelum dan sesudah dengan media Pop Up book sebesar 6,1. Hasil ini
diperkuat oleh hasil uji hipotesis menggunakan uji wilcoxon, menunjukan adanya
perbedaan antara sebelum dan sesudah penyuluhan karies gigi siswa kelas III SD
Pedalangan 02 Semarang. Dimana nilai p value 0,000 < 0,05.
Media pop up book lebih dominan dalam meningkatkan pengetahuan
tentang karies gigi dari pada media cerita bergambar. juga menunjukan adanya
perbedaan antara penyuluhan media cerita bergambar dan media pop up book
terhadap peningkatan pengetahuan karies gigi kelas III Sd Pedalangan 02
Semarang. Sehingga media pop up book lebih efektif digunakan untuk
memberikan penyuluhan kepada siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Ni’mah (2014).
Bentuk media pop up book lebih memberikan visualisasi cerita yg lebih
menarik, mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi,
gambar dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau dapat digeser bagian yang
dapat berubah bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya dapat disentuh
gambar-gambar yang timbul dan memberikan kejutan-kejutan dan
menyenangkan. pada setiap halamanya yang dapat mengundang ketakjuban ketika
halamanya dibuka, hal ini dapat membuat anak tertarik dan antusias dalam
membaca buku ini karena siswa menanti kejutan apa lagi akan diberikan dalam
halaman tersebut (Dzuanda 2011).
Pop up book dalam membuat ceritanya lebih menyenangkan dan menarik
untuk dinikmati anak-anak. Hal lain yg membuat buku pop up book menarik dan
berbeda dari buku cerita ilustrasi pembaca seperti Pop up book dapat lebih
memberikan kenikmatan dalam membaca cerita, dalam menikmati pop up book,
anak tidak hanya membaca sebuah cerita , mereka dapat berintraksi dengan cerita
yang disampaikan dalam buku dan ikut aktif sebagai pelaku, baik itu disajikan
dalam buku atau bahkan melalui suara yang disajikan dalam bentuk pop up book,
selain itu juga dapat mengembangkan kreativitas anak, merangsang imajinasi
anak dan menambah pengetahuan sehingga dapat memberikan gambaran bentuk
suatu benda atau yang lainnya. Pop up book juga mempunyai kemampuan untuk
memperkuat kesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita sehingga dapat
lebih terasa (Setyawan dkk 2013).
Dilihat dari nilai rata-rata tersebut terjadi kenaikan rata-rata pada
kelompok cerita bergambar dan Pop Up book setelah diberikan penyuluhan.
Berdasarkan analisa sebelum dan sesudah perlakuan terhadap pengetahuan
responden tentang karies gigi dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
pengetahuan karies gigi setelah dilakukan penyuluhan menggunakan media cerita
bergambar dan Pop Up book. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitiaan terdahulu
yang menyatakan bahwa media cerita bergambar dan media pop up book dapat
meningkatkan pengetahuan anak Ulum (2010/ 2011 ) dan Penelitiaan Rizkika
(2017).
Pada saat diberi penyuluhan media cerita bergambar responden kurang
antusias dan sibuk bermain sendiri, penyuluh susah mengkondisikan responden
karena tidak ada guru yang membantu pada saat penyuluhan. Sedangkan pada
saat diberi penyuluhan media Pop Up book lebih mudah dikendalikan oleh
penyuluh. Media atau alat peraga adalah alat yg digunakan oleh pendidik untuk
membantu dan menerangkan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran.
Menurut Damayanti (2016) Cerita bergambar yaitu buku yang isinya memiliki
unsur gambar dan kata-kata, di mana gambar dan kata-kata tersebut tidak berdiri
secara individu namun memiliki keterkaitan satu sama lain supaya menjadi
sebuah kesatuan cerita, hal yang perlu diperhatikan Kelemahan metode cerita
bergambar menurut Arif Sadiman (2009), diantaranya, butuh kemampuan khusus
untuk menarik perhatiaan anak agar dapat konsentrasi kepada pemateri dan isi
materi yang disampaikan melalui media bergambar, akan muncul banyak persepsi
dari suatu gambar tersebut, karena hanya visual (Masruro, 2018).
Buku Pop Up adalah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat
bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi serta memberikan visualisasi cerita yang
lebih menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat bergerak ketika
halamannya dibuka Dzuanda (2011). Anak dapat memahami isi gambar sehingga
anak lebih termotivasi dan lebih tertarik untuk membaca dan mengetahui isi cerita
gambar. Dina Indriana (2008) kelemahan media Pop Up book yaitu dalam proses
pembuatanya membutuhkan waktu lama, bahan cetak ajar terlalu tebal sehingga
anak malas untuk mempelajarinya, dan media cepat rusak dan mudah robek jika
bahan pembuatannya menggunakan kertas yang memiliki kualitas buruk. Hal ini
disebabkan karena kedua media berisi gambar-gambar yang merupakan media
yang efektif untuk mengungkapkan gagasan karena lebih mudah dicerna anak-
anak (Wulandari, dkk,2016).
Berdasarkan hasil penelitiaan, didapatkan hasil p value sebesar 0,021
<0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan efektivitas secara signifikan
antara media cerita bergambar dan media Pop Up book terhadap peningkatan
pengetahuan siswa kelas III SD Pedangan 02 Semarang. Hasil nilai rata-rata
peningkatan skor pengetahuan siswa yang diberikan media cerita bergambar
sebesar 14,78, sedangkan rata-rata peningkatan skor pengetahuan sebesar 22,22.
Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan siswa yang diberikan
lebih besar dibandingkan siswa yang diberikan media cerita bergambar.
Menunjukkan bahwa penyuluhan dengan media Pop Up book lebih efektif
disbanding cerita bergambar.
Pada saat penelitian, responden yang diberikan penyuluhan dengan media
Pop Up book lebih antusias ketika membaca Pop Up book dibandingkan
responden yang diberikan penyuluhan cerita bergambar. Pop up book identik
dengan anak-anak dan mainan, namun benda ini dapat digunakan menjadi media
pembelajaran yg baik (setiyawan dkk 2014). Kegiatan yang menarik bagi siswa
dapat memacu daya ingat. Siswa dapat termotivasi untuk belajar karena
memberikan kesan dalam pembelajaran tersebut. Sehingga siswa akan mengingat
materi yang diajarkan menggunakan media pop up book yang menarik.
Pengetahuan adalah hasil yang didapatkan oleh seseorang akan suatu objek
tertentu setelah menerima proses melalui system penginderaan terutama mata dan
telinga (Notoatmojo, 2010). hasil penelitiaan ini sesuai dengan hasil penelitiaan
terdahulu yang menyatakan bahwa media pop up book lebih efektif untuk
meningkatkan pengetahuan anak ( Dwi R, 2017).