Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tentang “ Perbedaan efektivitas penyuluhan dengan media pop up


book dibandingkan dengan media cerita bergambar terhadap perubahan pengetahuan
tentang karies gigi pada siswa kelas III SD Pedalangan 02 Semarang” telah
dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2019 di SDN Pedalangan 02 Semarang.
Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang dengan hasil sebagai berikut:
A. Profil Lokasi Penelitian
SDN Pedalangan 02 merupakan Sekolah Dasar (SDN) Negeri yang
berlokasi di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang Provinsi Jawa tengah
dengan profil sebagai berikut:
Nama : SDN Pedalangan 02
NPSN : 20331687
Alamat : jl. Jatimulyo no 4
Desa/Kelurahan : Pedalangan
Kecamatan : Banyumanik
Kota : Semarang
Propinsi : Prov. Jawa Tengah
Penyelenggaraan : Pagi/1 hari
Naungan : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
No. SK. Pendirian : 1910-01-01
No. SK. Operasional : 1910-01-01
Akreditasi :B

1. Analisa Univariat
Pada hasil penelitian ini menyajikan analisis mengenai Perbedaan
efektivitas penyuluhan dengan media pop up book dibandingkan dengan media
cerita bergambar terhadap perubahan pengetahuan tentang karies gigi pada
siswa kelas III SD Pedalangan 02 Semarang” Responden dalam penelitiaan ini
adalah para siswa SDN Pedalangan 02 Semarang kelas III dengan jumlah 36
siswa. Responden dibagi menjadi 2 kelompok,yaitu 18 siswa sebagai kelompok
yg diberikan penyuluhan menggunakan media pop up book dan 18 siswa
sebagai kelompok yg diberikan penyuluhan menggunakan media cerita
bergambar. Setelah dilakukan pengolahan data diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Jenis Kelamin

Media Laki-laki Perempuan Jumlah


Cerita bergambar 8 10 18
Pop up book 7 11 18
Jumlah 15 21 36

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 36 responden,


dibagi menjadi 2 kelompok, dengan media cerita bergambar dan pop up
book. penyuluhan dengan metode cerita bergambar laki-laki berjumlah 8
siswa dan permpuan berjumlah 10 siswa sedangkan media Pop up book
laki-laki berjumlah 7 siswa dan perempuan berjumlah 11 siswa.

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Karies Gigi Sebelum dan Sesudah


Penyuluhan Menggunakan Media Cerita Bergambar

Kriteria Pengetahuan Sebelum Sesudah


n f (%) n f (%)
Baik 2 11.1 14 77,8
Sedang 10 55.6 4 22,2
Kurang 6 33.3 0 0
Jumlah 18 100 18 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan 14 (77,8%). Dari jumlah


responden sesudah mendapatkan penyuluhan menunjukkan media cerita
bergambar dengan kriteria baik, dimana sebelumnya hanya berjumlah 2
(11,1%) dan tidak terdapat dari responden dengan kriteria kurang setelah
penyuluhan dimana sebelumnya terdapat 6 33,3 % dari jumlah responden.
Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Karies Gigi Sebelum dan Sesudah
Penyuluhan Menggunakan Media Pop Up Book.

Kriteria Pengetahuan Sebelum Sesudah


n f (%) n f (%)
Baik 1 5.5 16 88,9
Sedang 12 66.7 2 11.1
Kurang 5 27.8 0 0
Jumlah 18 100 18 100

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan 16 (88,9%). Dari jumlah


responden sesudah mendapatkan penyuluhan menunjukkan media pop up
book dengan kriteria baik, dimana sebelumnya hanya berjumlah 1 (5,5%)
dan tidak terdapat dari responden dengan kriteria kurang setelah
penyuluhan dimana sebelumnya terdapat 27,8 % dari jumlah responden.

Tabel 4.4 Rata-rata tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah


Penyuluhan Menggunakan Media Cerita Bergambar dan Pop Up
Book

Media Sebelum Sesudah Selisih


Buku Cerita Bergambar 6,4 10,3 3,9

Pop Up Book 6,2 12,3 6,1


Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan
pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan menggunakan media buku cerita
bergambar dengan rata-rata selisi 3,9. Kemudian, terdapat perbedaan sebelum
dan sesudah dengan media Pop Up Book dengan rata-rata selisih 6,1. Dari nilai
rata-rata kedua media dapat dilihat bahwa nilai rata-rata media Pop Up Book
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata Buku Cerita Bergambar artinya
ada perubahan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat ini digunakan untuk mngetahui perbedaan peningkatan
pada pre and posttest pada penyuluhan menggunakan metode cerita bergambar
dan pop up book terhadap peningkatan pengetahuan karies gigi pada siswa
kelas III SD Pedalangan 02 Semarang. Untuk melakukan analisis maka
digunakan uji wilcoxon dan mann whitney (Non Parametric Test) dengan
asumsi kemaknaan sig<0,05. Karena data yg diperoleh berdistribusi tidak
normal. Data berdistribusi dibuktikan dengan hasil sebagai berikut.
1. Uji Normalitas
Ada pun variabel yg diuji meliputi variabel pre test dan post test
pada kelompok buku cerita bergambar dan pop up book.

Tabel 4.4 Rangkuman hasil Uji Normalitas Pengetahuan Sebelum


dan Sesudah Penyuluhan Menggunakan Media Cerita Bergambar
dan Pop Up Book

Variabel Perlakuan Kelompok N P-value Kesimpulan


Pengetahuan pretest Cerita bergambar 18 0.074 Normal
Cerita bergambar 18 0.005 Tidak normal
Posttest Pop Up Book 18 0.244 Normal

Pop Up Book 18 0.000 Tidak normal

Berdasarkan hasil tabel 4.4 terlihat bahwa variabel pre test cerita
berbegambar distribusi normal dengan nilai sig 0,074 > 0.05, post test
cerita bergambar berdistribusi tidak normal karena nilai sig 0.005 < 0,05
dan untuk pre test pop up book berdistribusi normal dengan nilai sig 0.244
> 0.05, sedangkan untuk variabel post tes pop up book berdistribusi Tidak
normal dengan nilai sig 0.000 > 0,05. Karena data yg diperoleh
berdistribusi tidak normal maka pengujian dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Wilcoxon dan Mann Whitney.
a. Uji Wilcoxon Signed Ranks Test
Uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test untuk melihat ada
tidaknya pengaruh dengan menganalis perbandingan tingkat pengetahuan
kesehatan gigi pada saat pengukuran awal (pre-test) dengan
pengukuran akhir (post-test) pada siswa yang dilakukan penyuluhan
dengan metode cerita bergambar dan pop up book.

Tabel 4.5 Hasil uji pre and post-test penyuluhan dengan metode
cerita bergambar terhadap pengetahuan karies gigi
Pengetahuan p value Interpestasi

Pre test 0,000 Media pop up book lebih


Post test efektif dibanding cerita bergambar

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai p value sebesar


0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
terdapat perbedaan nilai sebelum dan sesudah penyuluhan dengan
menggunakan media buku cerita bergambar dan media pop up book
terhadap tingkat pengetahuan pada siswa SD Pedalangan 02 Semarang.

b. Uji Mann Whitney U-Test


Uji statistik Mann Whitney test untuk membandingkan perbedaan
tingkat pengetahuan kesehatan gigi antara siswa yang diberikan
penyuluhan dengan metode pop up book dan buku cerita bergambar.

Tabel 4.6 Hasil uji perbedaan pengetahuan kesehatan gigi


menggunakan media cerita bergambar dan media pop up book

Pengetahuan N Mean P value


Buku cerita bergambar 18 14,78
0,021
Pop up book 18 22,22

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa tingkat efektivitas yang


dapat dilihat dari nilai penggunaan buku cerita bergambar sebesar 14,78,
sedangkan nilai rata-rata media pop up book sebesar 22,22. Hasil ini
menunjukkan bahwa penigkatan pengetahuan siswa yg diberikan media
pop up book lebih besar dibandingkan dengan buku cerita bergambar.
Berdasarkan uji mann whitney didapatkan p value sebesar 0,021<
0,05. ini menunjukkan bahwa ada perbedaan efektivitas secara signifikan
media buku cerita bergambar dan pop up book terhadap peningkatan
pengetahuan karies gigi siswa SD pedalangan 02 Semarang. Dimana media
pop up book lebih efektif dibandingkan media buku cerita bergambar
dalam meningkatkan pengetahuan karies gigi.

B. Pembahasan
Pada penelitiaan ini peneliti ingin mengetahui tentang efektivitas
penyuluhan dengan menggunakan media cerita bergambar dan pop up book
terhadap peningkatan pengetahuan karies gigi siswa kelas III SD Pedalangan 02
Semarang. penelitiaan dilakukan pada 36 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu kelompok cerita bergambar dan pop up book..
Hasil penelitiaan nilai rata-rata sebelum penyuluhan dengan media cerita
bergambar sebesar 6,4 dan nilai rata-rata sesudah sebesar 10,3 selisih perbedaan
sebelum dan sesudah dengan media cerita bergambar sebesar 3,9. Sedangkan
media Pop Up book sebesar 6,2 dan nilai rata-rata sesudah sebesar 12,3 selisih
perbedaan sebelum dan sesudah dengan media Pop Up book sebesar 6,1. Hasil ini
diperkuat oleh hasil uji hipotesis menggunakan uji wilcoxon, menunjukan adanya
perbedaan antara sebelum dan sesudah penyuluhan karies gigi siswa kelas III SD
Pedalangan 02 Semarang. Dimana nilai p value 0,000 < 0,05.
Media pop up book lebih dominan dalam meningkatkan pengetahuan
tentang karies gigi dari pada media cerita bergambar. juga menunjukan adanya
perbedaan antara penyuluhan media cerita bergambar dan media pop up book
terhadap peningkatan pengetahuan karies gigi kelas III Sd Pedalangan 02
Semarang. Sehingga media pop up book lebih efektif digunakan untuk
memberikan penyuluhan kepada siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Ni’mah (2014).
Bentuk media pop up book lebih memberikan visualisasi cerita yg lebih
menarik, mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi,
gambar dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau dapat digeser bagian yang
dapat berubah bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya dapat disentuh
gambar-gambar yang timbul dan memberikan kejutan-kejutan dan
menyenangkan. pada setiap halamanya yang dapat mengundang ketakjuban ketika
halamanya dibuka, hal ini dapat membuat anak tertarik dan antusias dalam
membaca buku ini karena siswa menanti kejutan apa lagi akan diberikan dalam
halaman tersebut (Dzuanda 2011).
Pop up book dalam membuat ceritanya lebih menyenangkan dan menarik
untuk dinikmati anak-anak. Hal lain yg membuat buku pop up book menarik dan
berbeda dari buku cerita ilustrasi pembaca seperti Pop up book dapat lebih
memberikan kenikmatan dalam membaca cerita, dalam menikmati pop up book,
anak tidak hanya membaca sebuah cerita , mereka dapat berintraksi dengan cerita
yang disampaikan dalam buku dan ikut aktif sebagai pelaku, baik itu disajikan
dalam buku atau bahkan melalui suara yang disajikan dalam bentuk pop up book,
selain itu juga dapat mengembangkan kreativitas anak, merangsang imajinasi
anak dan menambah pengetahuan sehingga dapat memberikan gambaran bentuk
suatu benda atau yang lainnya. Pop up book juga mempunyai kemampuan untuk
memperkuat kesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita sehingga dapat
lebih terasa (Setyawan dkk 2013).
Dilihat dari nilai rata-rata tersebut terjadi kenaikan rata-rata pada
kelompok cerita bergambar dan Pop Up book setelah diberikan penyuluhan.
Berdasarkan analisa sebelum dan sesudah perlakuan terhadap pengetahuan
responden tentang karies gigi dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
pengetahuan karies gigi setelah dilakukan penyuluhan menggunakan media cerita
bergambar dan Pop Up book. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitiaan terdahulu
yang menyatakan bahwa media cerita bergambar dan media pop up book dapat
meningkatkan pengetahuan anak Ulum (2010/ 2011 ) dan Penelitiaan Rizkika
(2017).
Pada saat diberi penyuluhan media cerita bergambar responden kurang
antusias dan sibuk bermain sendiri, penyuluh susah mengkondisikan responden
karena tidak ada guru yang membantu pada saat penyuluhan. Sedangkan pada
saat diberi penyuluhan media Pop Up book lebih mudah dikendalikan oleh
penyuluh. Media atau alat peraga adalah alat yg digunakan oleh pendidik untuk
membantu dan menerangkan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran.
Menurut Damayanti (2016) Cerita bergambar yaitu buku yang isinya memiliki
unsur gambar dan kata-kata, di mana gambar dan kata-kata tersebut tidak berdiri
secara individu namun memiliki keterkaitan satu sama lain supaya menjadi
sebuah kesatuan cerita, hal yang perlu diperhatikan Kelemahan metode cerita
bergambar menurut Arif Sadiman (2009), diantaranya, butuh kemampuan khusus
untuk menarik perhatiaan anak agar dapat konsentrasi kepada pemateri dan isi
materi yang disampaikan melalui media bergambar, akan muncul banyak persepsi
dari suatu gambar tersebut, karena hanya visual (Masruro, 2018).
Buku Pop Up adalah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat
bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi serta memberikan visualisasi cerita yang
lebih menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat bergerak ketika
halamannya dibuka Dzuanda (2011). Anak dapat memahami isi gambar sehingga
anak lebih termotivasi dan lebih tertarik untuk membaca dan mengetahui isi cerita
gambar. Dina Indriana (2008) kelemahan media Pop Up book yaitu dalam proses
pembuatanya membutuhkan waktu lama, bahan cetak ajar terlalu tebal sehingga
anak malas untuk mempelajarinya, dan media cepat rusak dan mudah robek jika
bahan pembuatannya menggunakan kertas yang memiliki kualitas buruk. Hal ini
disebabkan karena kedua media berisi gambar-gambar yang merupakan media
yang efektif untuk mengungkapkan gagasan karena lebih mudah dicerna anak-
anak (Wulandari, dkk,2016).
Berdasarkan hasil penelitiaan, didapatkan hasil p value sebesar 0,021
<0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan efektivitas secara signifikan
antara media cerita bergambar dan media Pop Up book terhadap peningkatan
pengetahuan siswa kelas III SD Pedangan 02 Semarang. Hasil nilai rata-rata
peningkatan skor pengetahuan siswa yang diberikan media cerita bergambar
sebesar 14,78, sedangkan rata-rata peningkatan skor pengetahuan sebesar 22,22.
Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan siswa yang diberikan
lebih besar dibandingkan siswa yang diberikan media cerita bergambar.
Menunjukkan bahwa penyuluhan dengan media Pop Up book lebih efektif
disbanding cerita bergambar.
Pada saat penelitian, responden yang diberikan penyuluhan dengan media
Pop Up book lebih antusias ketika membaca Pop Up book dibandingkan
responden yang diberikan penyuluhan cerita bergambar. Pop up book identik
dengan anak-anak dan mainan, namun benda ini dapat digunakan menjadi media
pembelajaran yg baik (setiyawan dkk 2014). Kegiatan yang menarik bagi siswa
dapat memacu daya ingat. Siswa dapat termotivasi untuk belajar karena
memberikan kesan dalam pembelajaran tersebut. Sehingga siswa akan mengingat
materi yang diajarkan menggunakan media pop up book yang menarik.
Pengetahuan adalah hasil yang didapatkan oleh seseorang akan suatu objek
tertentu setelah menerima proses melalui system penginderaan terutama mata dan
telinga (Notoatmojo, 2010). hasil penelitiaan ini sesuai dengan hasil penelitiaan
terdahulu yang menyatakan bahwa media pop up book lebih efektif untuk
meningkatkan pengetahuan anak ( Dwi R, 2017).

Anda mungkin juga menyukai