Pengetahuan
REKAM MEDIS d
Dasar Sis
Modul Pendidikan dan Pelatihan
Sistem Informasi Kesehatan
REKAM MEDIS
i
Daftar Isi
KEPUSTAKAAN 60
ii
1
BAB
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
Sejarah Perkembangan
Rekam Medik
1
FKM-UNSRAT
2
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
3
FKM-UNSRAT
4
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
5
FKM-UNSRAT
generasi ke generasi melalui catatan pada daun lontar dan sarana lain yang
dapat digunakan sesuai dengan zamannya.
Walapun pelayanan RM di Indonesia telah ada sejak zaman penjajahan,
namun perhatian untuk pembenahan yang lebih baik dapat dikatakan mulai
sejak diterbitkannya:
1. Keputusan Men.Kes.RI No. 031/Birhup/1972 yang menyatakan bahwa
semua rumah sakit diharuskan mengerjakan medical recording dan
reporting, dan hospital statistic. Keputusan tersebut kemudian dilanjutkan
dengan adanya;
2. Keputusan Men.Kes.RI No. 034/Birhup/1972 tentang Perencanaan dan
Pemeliharaan Rumah Sakit. “ Guna menunjang Rencana Induk (Master
Plan) yang baik, maka setiap RS diwajibkan : mempunyai dan merawat
statistik yang up to date, membina medical record berdasarkan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan “.
3. Keputusan Men.Kes.RI No. 134/MenKes/SK/IV/78, tgl 28 April 1978,
tentang SOTK RSU. “ Sub Bagian (Urusan) Pencatatan Medik mempunyai
tugas mengatur Pelaksanaan Kegiatan Pencatatan Medik “.
4. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, diperbaharui dengan UU No.36
Tahun 2009.
5. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
6. UU Praktik Kedokteran No. 29 tahun 2004.
7. PerMenKes RI No. 269/MenKes/Per/III/2008, tentang Rekam Medik
(Medical Record).
8. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di sarana
pelayanan kesehatan, kehadiran perekam medis sangat diperlukan dalam
bidang kesehatan. Rekam medis berguna untuk menunjang tertib administrasi,
tanpa di dukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar,
mustahil tertib administrasi tersebut dapat berhasil.
6
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
7
FKM-UNSRAT
8
2
BAB
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
9
FKM-UNSRAT
10
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
11
FKM-UNSRAT
12
3
BAB
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
13
FKM-UNSRAT
a. Identitas pasien;
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit;
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e. Diagnosis;
f. Rencana penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan/atau tindakan;
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik; dan
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan.
2. Rekam medis pasien rawat inap sekurang-kurangnya berisi:
a. Identitas pasien;
b. Tanggal dan waktu;
c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit;
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
e. Diagnosis;
f. Rencana penatalaksanaan;
g. Pengobatan dan/atau tindakan;
h. Persetujuan tindakan bila diperlukan.
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan;
j. Ringkasan pulang (discahrge summary);
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter didi, atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;
l. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu; dan
m. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
3. Rekam medis pasien gawat darurat sekurang-kurangnya berisi:
a. Identitas pasien;
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan;
14
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
15
FKM-UNSRAT
Setiap catatan dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan
tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. Apabila
dalam pencatatan rekam medis menggunakan teknlogi informasi elektronik,
kewajiban membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan menggunakan
nomor identitas pribadi/personal identification number (PIN).
Dalam hal terjadi kesalahan saat melakukan pencatatan pada rekam
medis, catatan dan berkas tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara
apapun. Perubahan catatan atas kesalahan dalam rekam medis hanya dapat
dilakukan dengan pencoretan dan kemudian dibubuhi paraf petugas yang
bersangkutan. Lebih lanjut penjelasan tentang tata cara ini dapat dibaca pada
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Rekam Medis dan pedoman
pelaksanaannya.
Berdasarkan Permenkes Nomor 269/MenKes/Per/III/2008, tentang
Rekam Medis, dalam pasal 5 tata cara penyelenggaraan rekam medis
dijelaskan sebagai berikut:
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedoktern wajib
membuat rkekam medis.
2. Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien menerima
pelayanan.
3. Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan
pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
4. Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan
tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan secara langsung.
5. Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam
medis dapat dilakukan pembetulan dengan cara pencoretan tanpa
menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter
gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan.
16
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
Sesuai Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, rekam medis pasien rawat inap di
rumah sakit wjib disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
terhitung tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan. Setelah batas waktu 5
(lima) tahun dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang
dan persetujuan tindakan medik.
Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik harus disimpan untuk
jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut.
Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang dilaksanakan oleh petugas yang
ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Rekam medis pada sarana pelayanan kesehatan non rumah sakit wajib
disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung dari
tanggal terakhir pasien berobat. Setelah batas waktu dilampaui, rekam medis dapat
dimusnahkan.
17
FKM-UNSRAT
18
4
BAB
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
Penyelenggaraan Rekam
Medis di Puskesmas dan
Rumah Sakit
19
FKM-UNSRAT
20
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
21
FKM-UNSRAT
22
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
23
FKM-UNSRAT
a. Sistem Penamaan
24
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
25
FKM-UNSRAT
26
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
27
FKM-UNSRAT
catatan nomor jilid dan jumlah jilidnya, misalnya jilid 1 dari 2 atau jilid 2 dari
2. Penjiidan dilakukan berdasarkan urutan tanggal, bulan dan tahun rawat
pasien.
c. Sistem Penyimpanan
28
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
satu folder.
vi. Mudah menerapkan sistem unit.
Kekurangan sistem sentralisasi ini yaitu:
i. Petugas menjadi lebih sibuk karena harus menangani unit rawat
jalan dan unit rawat inap.
ii. Filing (tempat penyimpanan) dokumen rekam medis harus jaga 24
jam karena sewaktu-waktu diperlukan untuk pelayanan di UGD
yang buka 24 jam.
iii. Tempat penerimaan pasien harus bertugas selama 24 jam, karena
KIUP akan digunakan sewaktu-waktu bila pasien datang tidak
membawa KIB, padahal KIUP tersimpan di TPPRJ.
b) Desentralisasi
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis secara desentralisasi yaitu
suatu sistem penyimpanan dengan cara memisahkan milik seorang pasien
antara dokumen rekam medis rawat jalan, dokumen rekam medis gawat
darurat dan rawat inap pada folder tersendiri dan atau ruang atau tempat
tersendiri. Kelebihan sistem penyimpanan ini yaitu:
i. Efisiensi waktu, sehingga pasien mendapat pelayanan lebih cepat.
ii. b. Beban kerja yang dilaksanakan petugas lebih ringan.
Kekurangan sistem penyimpanan ini yaitu:
i. Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis.
ii. Biaya yang diperlukan untuk peralatan dan ruangan lebih banyak.
c) Satelit
Sistem penyimpanan satelit adalah sistem penyimpanan dengan cara
menggabungkan sistem sentralisasi dan desentralisasi. Sistem ini hanya
berfungsi pada rumah sakit yang sudah menggunakan komputerisasi.
Kelebihan menggunakan sistem ini adalah pengambilan dan pencarian
data lebih cepat, sedangkan kelemahannya adalah sekuritas data masih
dipertanyakan.
Dari ketiga sistem penyimpanan cara sentralisasi lebih baik. Tetapi
pelaksanaannya sangat tergantung pada situasi dan kondisi masing-
masing rumah sakit:
i. Karena terbatasnya tenaga kerja yang terampil.
29
FKM-UNSRAT
30
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
ditumpuk melainkan disusun berdiri sejajar satu dengan yang lain. Penjajaran
dokumen rekam medis mengikuti urutan nomor rekam medis dengan 3 cara
yaitu Sistem Penomoran Langsung (straright numerical filing system), Sistem
angka akhir (terminal digit filing system), dan Sistem Angka Tengah (Middle
Digit Filing System).
Beberapa sistem penjajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
i. Sistem penomoran langsung (straright numerical filing system).
Penyimpanan dengan sistem nomor langsung adalah penyimpanan rekam
medis dalam rak penyimpanan secara berturut sesuai dengan urutan
nomornya.
Misalnya keempat rekam medis berikut ini akan disimpan berurutan dalam
satu rak, yaitu 462931, 462932, 462933, 462934. Kelebihan dari sistem
penyimpanan ini adalah mudah dalam mengambil berkas rekam medis
yang banyak dari rak aktif dan tidak aktif. Kemudahan lainnya adalah
sistem penyimpanan ini mudah dimengerti bagi tenaga baru. Sedangkan
kelemahannya: Petugas harus melihat seluruh angka sehingga mudah
keliru dalam mengambil berkas dari rak penyimpanan.
31
FKM-UNSRAT
memiliki 6 digit nomor rekam medis, yaitu 35-60-10. Maka angka “10”
menempati posisi primary digits, sedangkan dua angka di sebelah kirinya,
yaitu angka “60” menempati posisi secondary digits, dan yang terakhir
“35” menempati posisi tertiary digits. Urutan proses untuk melakukan
penyimpanan terhadap berkas rekam medis sesuai sistem ini, yaitu melihat
posisi dengan urutan primary digits -> secondary digits -> tertiary digits.
Kelebihan:
i. Pertambahan jumlah rekam medis selalu tersebar secara merata
dalam rak penyimpanan;
ii. Petugas tidak berdesak-desakkan disatu tempat;
iii. Pekerjaan akan terbagi rata mengerjakan jumlah rekam medis yang
hampir sama tiap harinya untuk setiap seksi;
iv. Rekam medis yang tidak aktif dapat diambil dari rak penyimpanan
dari setiap seksi, pada saat ditambahnya rekam medis baru;
v. Jumlah rekam medis untuk tiap-tiap seksi terkontrol dan bisa
dihindarkan timbulnya rak-rak kosong;
vi. Memudahkan dalam perencanaan peralatan penyimpanan;
vii. Kekeliruan peyimpanan dapat dicegah atau terkendali karena
petugas hanya melihat dua digit angka terakhir dalam memasukkan
rekam medis ke rak penyimpanan;
viii. Hanya melihat angka pertama dengan rak yang mudah dihafal;
ix. Disusun lagi melihat angka kedua dan kemudian RM disimpan
berdasar angka ketiga; dan
x. Lebih mudah efisien, efektif.
Kelemahan: Memerlukan tempat/ruang yang lebih besar, oleh karena
sebaran nomor sesuai dengan rak untuk rumah sakit besar dengan
32
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
33
FKM-UNSRAT
mungkin. Permintaan lewat telepon dapat juga dilayani dan petugas Instalasi
Rekam Medis harus menulis surat permintaan dari bagian lain yang meminta.
Petugas dari bagian lain yang meminta harus datang sendiri untuk mengambil
rekam medis yang diminta ke unit/bagian rekam medis.
Tata cara pengmabilan kembali ekam medis dapat dijelaskan sebaga berikut:
i. Pengeluaran Rekam Medis.
Ketentuan pokok yang harus ditaati di tempat penyimpanan adalah:
Rekam medis tidak boleh keluar dari ruang peyimpanan tanpa
tanda keluar/kartu peminjaman rekam medis. Peraturan ini tidak
hanya berlaku bagi orang-orang di luar rekam medis, tetapi juga
bagi petugas rekam medis sendiri.
Seorang yang menerima/meminjam rekam medis, berkewajiban
untuk mengembalikan dalam keadaan baik dan tepat waktunya.
Dan harus dibuat ketentuan berapa lama jangka waktu
peminjaman berkas rekam medis, atau rekam medis berada di luar
ruang penyimpanan rekam medis.
Rekam medis tidak dibenarkan berada di luar rumah sakit, kecuali
atas perintah pengadilan.
Dokter-dokter atau pegawai-pegawai rumah sakit yang
berkepentingan dapat meminjam rekam medis untuk dibawa ke
ruang kerjanya selama jam kerja, tetapi semua rkam medis harus
dikembalikan ke ruang rekam medis pada akhir jam kerja.
Jika beberapa rekam medis akan digunakan selama beberapa hari,
rekam medis tersebut disimpan dalam tempat sementara di ruang
rekam medis.
Kemungkinan rekam medis dipergunakan oleh beberapa orang, dan
berpindah dari satu orang ke lain orang harus dilakukan dengan
mengisi ”Kartu Pindah Tangan” karena dengan cara ini rekam
medis tidak perlu bolak-balik dikirim ke bagian rekam medis.
ii. Petunjuk Keluar (Kartu Pinjam/Tracer)
Petunjuk keluar adalah suatu aat yang penting untuk mengawasi
penggunaan rekam medis. Dalam penggunaannya ”Petunjuk Keluar” ini
diletakkan sebagai pengganti pada tempat berkas rekam medis yang
34
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
35
FKM-UNSRAT
a. Pengertian
Salah satu elemen yang diperlukan dalam retensi rekam medis adalah jadwal
36
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
retensi rekam medis. Jadwal retensi rekam medis merupakan daftar yang
berisikan daftar formulir rekam medis yang akan disimpan dan jangka waktu
penyimpanannya sesuai dengan kegunaannya yang wajib dimiliki oleh setiap
badan pemerintah sebagai pedoman dalam retensi berkas rekam medis.
Penentuan jangka waktu penyimpanan berkas rekam medis ditentukan atas
dasar nilai kegunaan tiap-tiap berkas rekam medis. Untuk menjaga objektivitas
dalam menentukan nilai kegunaan tersebut, sebaiknya jadwal retensi rekam
medis sebaiknya disusun oleh suatu kepanitian yang terdiri dari unsur komite
rekam medis dan unit rekam medis yang benar-benar memahami rekam
medis, fungsi dan nilai rekam medis.
Rancangan jadwal retensi rekam medis yang merupakan hasil kerja panitia
tersebut perlu mendapat persetujuan Direktur rumah sakit terlebih dahulu
sebelum dijadikan pedoman resmi jadwal retensi rekam medis yang akan
berlaku di rumah sakit. Dengan prosedur di atas, kemungkinan
penyalahgunaan dalam pemusnahan berkas rekam medis dapat dihindarkan.
Setiap ada perubahan jadwal retensi rekam medis harus menempuh prosedur
sama seperti penyusunan jadwal retensi rekam medis.
37
FKM-UNSRAT
iii. Membuat pertelaan arsip bagi berkas rekam medis aktif yang telah dinilai.
iv. Daftar pertelaan berkas rekam medis yang akan dimusnahkan oleh Tim
Pemusnah, dilaporkan kepada Direktur RS dan Dirjen Pelayanan Medik
Kementerian Kesehatan RI.
v. Berita acara pelaksanaan pemusnahan dikirim kepada pemilik rumah sakit
dan kepada Dirjen Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan RI.
38
5
BAB
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
39
FKM-UNSRAT
40
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
keadilan.
Di dalam sistem hukum Indonesia, dikenal istilah „kebendaan‟ yang
meliputi pengertian:
1. Barang (benda bertubuh, benda berwujud) yaitu benda visual, baik
bergerak maupun tidak bergerak seperti tanah gedung, hewan, mobil dll.
2. Hak (benda tak bertubuh, benda tak berwujud) yaitu benda non visual
seperti piutang, program komputer dll.
Rekam medik menurut terminologi hukum Indonesia bisa digolongkan
sebagai benda atau barang (benda berwujud). Berkas rekam medik adalah
milik sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isinya adalah milik pasien.
Suatu dalil yang umum dapat dikatakan setiap informasi di dalam rekam
medis dapat dipakai sebagai alat bukti, karena rekam medis adalah dokumen
resmi dalam kegiatan pelayanan di sarana kesehatan. Jika pengadilan dapat
memastikan bahwa rekam medis itu tidak dapat disangkal kebenarannya dan
dapat dipercayai, maka keseluruhan atau sebagian informasi dapat dijadikan
bukti yang memenuhi persyaratan. Apabila salah satu pihak bersengketa
dalam satu acara pengadilan menghendaki pengungkapan isi rekam medis di
dalam sidang, ia meminta perintah dari pengadilan kepada rumah sakit yang
menyimpan rekam medis tersebut. Rumah sakit yang menerima perintah
tersebut wajib mematuhi dan melaksanakannya. Apabila ada keragu-raguan
tentang isi perintah tersebut dapat diminta penjelasan dari pengadilan yang
bersangkutan. Dengan surat tersebut diminta seorang saksi untuk datang dan
membawa rekam medis yang dimintanya atau memberikan kesaksian di depan
sidang.
41
FKM-UNSRAT
42
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
Sanksi Hukum
Dalam Pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur bahwa
setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam
medis dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
atau denda paling banyak Rp 50.000.000,(lima puluh juta rupiah).
Selain tanggung jawab pidana, dokter dan dokter gigi yang tidak
membuat rekam medis juga dapat dikenakan sanksi secara perdata, karena
dokter dan dokter gigi tidak melakukan yang seharusnya dilakukan (ingkar
janji/wanprestasi) dalam hubungan dokter dengan pasien.
Berdasarkan Permenkes Nomor 269/MenKes/Per/III/2008, tentang
Rekam Medis, menyatakan bahwa Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan
administratif sesuai dengan kewenangannya berupa teguran lisan, teguran
tertuis dan pencabutan izin sementara dalam rangka pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan rekam medis.
43
FKM-UNSRAT
44
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
45
FKM-UNSRAT
46
6
BAB
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
47
FKM-UNSRAT
Rekam kesehatan
Rekam medis elektronik Rekam kesehatan elektronik
personal
Rekaman/catatan elektronik
Rekaman/catatan elektronik
informasi terkait kesehatan Rekaman/catatan elektronik
tentang informasi terkait
(health-related information) informasi terkait kesehatan
kesehatan (health-related
seseorang yang mengikuti (health-related information)
information) seseorang yang
standar interoperabilitas nasional yang mengikuti standar
yang dibuat, dikumpulkan,
dan dapat dibuat, dikumpulkan, interoperabilitas nasional
dikelola, digunakan dan
dikelola, digunakan dan dirujuk dan dapat ditarik dari
dirujuk oleh dokter atau
oleh dokter atau tenaga kesehatan berbagai sumber namun
tenaga kesehatan yang berhak
yang berhak (authorized) pada dikelola, dibagi serta
(authorized) di satu organisasi
lebih dari satu organisasi dikendalikan oleh individu.
pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan
48
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
49
FKM-UNSRAT
50
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
51
FKM-UNSRAT
52
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
Dalam pasal 13 ayat (1) huruf b permenkes 269 tahun 2008 tentang
pemanfaatan rekam medis “sebagai alat bukti hukum dalam proses
penegakkan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakkan
etika kedokteran dan etika kedokteran gigi”. Karena rekam medis merupakan
dokumen hukum.maka keaman berkas sangatlah penting untuk menjaga
keotentikan data baik Rekam Kesehatan kertas maupun Rekam Kesehatan
Elektronik (RKE).
RKE juga merupakan alat bukti hukum yang sah. Hal tersebut juga
ditunjang dengan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
pada pasal 5 dan 6 yaitu:
Pasal 5
1. Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya
merupakan alat bukti hukum yang sah.
2. Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti
yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
3. Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila
menggunakan sistem elektronik yang sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalan Undang-Undang ini
Pasal 6
4. Dalam hal terdapat ketentuan lain selain yang diatur dalam pasal 5 ayat (4)
yang mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau
asli, Informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dianggap sah
sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses,
ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan
sehingga menerangkan suatu keadaan.
Dalam Sabarguna 2008 menyebutkan bahwasanya keamanan komputer
mencakup empat aspek yaitu privacy, integrity, authentication, availability,
sedangkan untuk dunia kedokteran maka terdapat aspek lain yang harus juga
diperhatikan yaitu access control dan non-repudiation.
53
FKM-UNSRAT
54
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
55
FKM-UNSRAT
56
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
57
FKM-UNSRAT
58
MODUL DIKLAT SIK – REKAM MEDIS
59
FKM-UNSRAT
Kepustakaan
1. Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional 2004. Jakarta: Depkes RI, 2004.
2. Depkes RI. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit
di Indonesia: Revisi II. Jakarta: Depkes RI, 2006.
3. Depkes RI. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat
Yanmedik Depkes RI, 2002.
60