REKAM MEDIS
RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA
REVISI KE- I
1
KATA PENGANTAR
Rekam medis wajib di isi bukan hanya oleh tenaga medis, paramedic, tetapi
juga oleh residen serta mahasiswa dibawah pengawasan dokter.Agar dapat
terciptanya keseragaman dan persamaan pengertian rekam medis di rumah
sakit yang sesuai dengan Permenkes. No.269/MENKES/PER/III/2008,
tentang rekam medis/ Medical Record, maka perlu adanya suatu Pedoman
Pengelolaan Rekam Medis di lingkungan rumah sakit Ridhoka salma (
BPPRM).
Rekam medis harus berisi informasi lengkap perihal proses pelayanan medis
di lingkungan Rumah Sakit Ridhoka Salma, baik yang terjadi di masa lalu,
masa kini dan perkiraan dimasa yang akan datang. Dalam permenkes semua
petugas dirumah sakit wajib untuk terlibat dalam pengisian rekam medis
sesuai dengan undang - undang kesehatan yang berlaku.Jika terjadi
kecerobahan, kelalaian serta kekhilalafan dalam pengisian lembar-lembar
rekam medis dapat dituntut dan mengakibatkan sanksi hukum pada rumah
sakit atau petugas yang bersangkutan.
Oleh karena itu didalam kesempatan yang baik ini kami mengajak semua
pihak yang bekerja di rumah sakit Ridhoka Salma untuk sama-sama
membina dan mengembangkan rekam medis. Semua petugas di rumah
Sakit. Baik tenaga medis, paramedic, maupun non medis yang berkaitan
dengan penyelenggaraan rekam medis hendaknya selalu mentaati ketentuan
yang telah digariskan didalam buku pedoman ini.
Komite Medis/ Sub Komite Rekam Medis di rumah sakit Ridhoka salma
diharapkan dapat berperan lebih aktif untuk terus menerus melakukan
pemantauan secara cermat terhadap pelaksanaan penyelenggaraan rekam
medis di lingkungan Rumah Sakit Ridhoka Salma
2
SAMBUTAN
Puji syukur ke hadirat tuhan yang maha Esa, bahwa buku Pedoman
Pengelolaan Rekam medis di Rumah sakit Ridhoka Salma telah dapat di
susun. Buku ini merupakan pedoman bagi pimpinan Rumah Sakit, Komite /
Sub Komite Rekam Medis, serta semua petugas yang ada kaitannya dengan
rekam medis dalam tata cara pelaksanaan penyelenggaraan rekam medis.
Buku pedoman ini dibuat berdasarkan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit
Ridoka salma No.
Dengan BPPRM ini diharapkan setiap unit kerja yang ada di lingkungan
rumah sakit ridhoka Salma dapat memahami dan melaksanakannya dengan
baik dan benar sehingga terciptanya berkas rekam medis yang rapid an diisi
dengan benar dan rapi.
3
DAFTAR ISI
4
3. Penyusutan dan penghapusan Rekam Medis
BAB V : PROTAP / SOP REKAM MEDIS
BAB VI :ASPEK HUKUM REKAM MEDIS
A. Pertanggung Jawaban terhadap Rekam Medis
B. Pemilikan Rekam Medis dan Kerahasian Rekam Medis
C. Informed Consent
D. Pemberian Informasi Rekam Medis
E. Rekam Medis di Pengadilan
F. Adopsi.
BAB VII. PENGEMBANGAN REKAM MEDIS
A. Pendidikan dan Pelatihan
B. Teknologi RM
LAMPIRAN – LAMPIRAN
A. Permenkes 749a tahun 1989
B. Permenkes 269 tahun 2008
C. Permenkes 575 tahun 1989
D. Bagan Organisasi
E. PP No. 32 tentang Tugas Kesehatan
F. PP No. 10 tahun 1996.
G. SK Dirjen Yan Medik tentang revisi Pedoman Pengolahan Rekam
Medis Rumah Sakit
H. Standar Pelayanan Rekam Medis.
5
BAB I
PENDAHULUAN
Gb. 2.Imhotep
6
merupakan observasi yang cermat tentang penyakit & pengobatan
yang dikerjakan teliti & mendalam,
7
C. Zaman Yunani Romawi
3. Zaman Jahudi
Injil dan Talmud yang memuat masalah penyembuhan Dari pada Injil
Bangsa Ibrani pencipta Prophylaxis Buku Leviticus tentang Hipotesis,
efek menyentuh benda kotor,jenis makanan yang harus dimakan dan
bergizi , cara membersihkan ibu post partum
8
D. Zaman Abad Pertengahan
Selain Tokoh-tokoh diatas terdapat juga Rumah-Rumah Sakit yang
sangat berperan dalam Perkembangan Rekam Medis seperti :
9
Gb. 9. Andreas Vassalus
E. Abad Ke XVII
Dokter William Harbey Menekankan arti pentingnya RM Dokter hrs
bertanggung jawab thd RM & hrs mencatat laporan instruksi medis dr
pasien
Kapten Jhon Grant Org pertama kali mempelajari Vital Statistik thn 1661
Penelitian atas Bills of Mortality (angka kematian) 2 pendapat
penelitiannya: - Kematian di kota > drpd di desa -Jml kematian pria >
wanita,ttp terdpt jml seimbang pria & wanita di masy.
F. Abad Ke XVIII
10
Gb. 10. Rumah Sakit New York 1771
G. Abad Ke XIX
a. Dibuka RSU Massachusetts di Boston yg memiliki RM dan katalog
lengkap Tahun 1871 pasien yang dirawat dibuat KIUP (Kartu Indeks
Utama Pasien) Thn 1870-1893 Library Bureu ,penelitian katalog
pasien
Gb. 11. Assosiasi of Record Librarian of North America dan Ahli Medical
Record yang pertama di Rumah Sakit.
11
H. Abad Ke XX Thn 1902,
American Hospital Association (AHA)
Perkembangan rekam medis pada abad 20 semakin berkembang
pesat khusunya di dunia barat karna AHA (American Hospital
Association) untuk pertama kalinya melakukan diskusi rekam medis.
Hingga tahun 1905 seorang dokter berkebangsaan Amerika dr.
Wilson mengemukakan pidato ilmiahnya tentang "A clinical chart for
the record of patient in small hospital" atau inti pidatonya yaitu tentang
pentingnya nilai rekam medis yang lengkap demi kepentingan pasien
maupun pihak rumah sakit. Perkembangan berikutnya yaitu sebagai
berikut;
a. Tahun 1935 di Amerika mulai muncul 4 buah sekolah rekam medis
b. Tahun 1955 sekolah tersebut telah berkembang hingga 26 sekolah.
c. Di Inggris didirikan 4 buah sekolah rekam medis tahun 1948.
d. Australia medirikan sekolah rekam medis oleh seorang ahli rekam
medis
berkebangsaan Amerika Ny. Huffman.
12
PERKEMBANGAN REKAM MEDIS DI INDONESIA
13
BAB II
14
Rekam medis mempunyai pengertian, yang sangat luas tidak hanya
sekedar kegiatan pencatatan.Akan tetapi mempunyai pengertian
sebagai satu system penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan
kegiatan pencatatannya sendiri hanya merupakan salah satu kegiatan
dari pada penyelenggaraan rekam medis penyelenggaraan rekam
medis adalah merupakan proses kegiatan yang dimulai pada saat di
terimanya pasien dirumah sakit, diteruskan kegiatan pencatatan data
medik pasien selama pasien itu mendapatkan pelayanan medic di
rumah sakit. Dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam
medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta
pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani
permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan
lainnya.
15
Suatu berkas medis mempunyai nilai medic, karena catatan
tersebut di pergunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang
pasien.
- Aspek Hukum.
Suatu berkas medis mempunyai nilai hukum, karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas
dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta
penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
- Aspek Keuangan.
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya
mengandung data/ informasi yang dapat dipergunakan sebagai
aspek keuangan.
- Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya
menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai
aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang
kesehatan.
- Aspek Pendidikan.
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena
isinya menyangkut data/ informasi tentang perkembangan
kronologis dan kegiatan pelayanan medic yang diberikan kepada
pasien.Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan/
referensi pengajaran di bidang profesi si pemakai.
- Aspek Dokumentasi.
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena
isinya menyangkut sumber ingatan yang harus di dokumentasikan
dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan
rumah sakit.
Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut diatas, rekam
medis mempunyai kegunaan yang sangat luas, karena tidak
hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi pelayanan
saja. Kegunaan rekam medis secara umum adalah:
a. Sebagai alat komunikasi antara dokter , antara tenaga ahli
lainnya yang ikut ambil bagian di dalam memberikan
pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien.
b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan
yang harus diberikan kepada seorang pasien.
c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan,
perkembangan penyakit dan pengubatan selama pasien
berkunjung/dirawat di rumah sakit.
16
d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan
evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada
pasien.
e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit
maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
f. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk
keperluan penelitian dan pendidikan.
g. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran
pelayanan medic pasien.
h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumrntasikan, serta
sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan.
17
BAB III
18
Adalah kelompok kerja rekam medis yang terdiri dari tenaga
kesehatan yang terlibat di dalam pelayanan kesehatan, dalam rangka
membantu komite rekam medis agar penyelenggaraan rekam medis
bemutu, tanggung jawab Panitia Rekam Medis/Sub Komite Rekam
Medis.
1. Tanggung Jawab
19
2. Menjadi Koordinator analisis verifikasi berkas rekam medis
pasien.
3. Melaporkan hasil analisis/verifikasi berkas rekam medis
kepada ketua Sub Komite Rekam Medis.
4. Menggantikan tugas Ketua Sub Komite Rekam Medis
pada saat berhalangan.
5. Mengikuti rapat Sub Komite Rekam Medis.
20
2. Keanggotaan.
3. Tata Kerja.
21
penyeragaman isi rekam medis menyeragamkan bentuk dan
ukuran dan mengurangi jumlah Rekam medis( Semini mungkin).
Agar tugas dan fungsi sub komite rekam medis dapat berdaya
guna dan berhasil guna maka sub komite rekam medis di beri
wewenang :
- Memberikan penilaian akhir terhadap kwalitas pengisian data
klinis.
- Menolak rekam medis tidak memenuhi standar.
- Menerapkan tindakan-tindakan kea rah perbaikan rekam
medis yang tidak memuaskan setiap tenaga medis, paramedic
dan tenaga kesehatan lainnya yang berkewajiban melengkapi
pengisian rekam medis harus menyetujui ketentuan-ketentuan
yang ada dan jika menolak akan dikenakan sangsi.
4. Hubungan Kerja.
a. Unit Rekam Medis, Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Unit
Gawat Darurat dan Unit yang terkait, bertanggung jawab atas
terlaksananya kegiatan rekam medis, sesuai dengan batas
wewenang dan tanggung jawabnya.
b. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala unit rekam medis wajib
menerapkan koordinasi, Integrasi dan sinkronisasi baik dalam
lingkungan Internal unit dengan unit-unit lain yang terkait,
sesuai dengan tugasnya masing-masing.
c. Kepala unit rekam medis dan unit yang terkait, dengan
pelaksanaan kegiatan rekam medis, bertanggung jawab dan
mengkoordinasikan bawahannya masing-masing serta
memberikan petunjuk bagi pelaksanaan bagi petugas
bawahannya.
d. Kepala unit rekam medis dan unit-unit lain yang terkait dengan
pelaksanaan kegiatan rekam medis, wajib mengikuti dan
memenuhi petunjuk dan tanggung jawab kepada atasan
masing-masing dan menyampaikan laporan berkala tepat pada
waktunya.
e. Dalam melaksanakan tugasnya kepala unit rekam medis dan
unit-unit lain yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan rekam
medis, dalam rangka pembinaan dan pemberian bimbingan
wajib mengadakan rapat berkala baik antar petugas rekam
medis, maupun antara pimpinan unit rekam medis dengan unit-
unit yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan rekam medis di
rumah sakit.
22
f. Unit rekam medis mempunyai hubungan koordinasi dengan
unit-unit lain pada bagian secretariat. Unit rawat jalan, Unit
rawat Inap, Unit gawat darurat unit-unit penunjang dan instalasi
yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan rekam medis di
rumah sakit.
23
BAB IV
PROSES PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS
Cara penulisan nama pasien menjadi sangat penting artinya karena sering
dijumpai pasien dengan nama yang sama dan seringnya seorang pasien
berobat di rumah sakit. Untuk mempermudah dalam menemukan kembali
berkas rekam medis jika diperlukan, serta untuk keseragaman penulisan
nama pasien dengan menggunakan ejaan baru yang disempurnakan.
24
A. Nama
1. Nama Orang Indonesia.
a. Nama orang Indonesia yang mempunyai nama keluarga, di indeks
menurut kata akhir ( nama keluarga ) sebagai kata pengenal
diikuti tanda koma, baru kemudian namanya sendiri.
Contoh :Suwito Mangunkusastro
Suwito Dipokusumo
Diindeks: Mangunkusastro suwito
Dipokusumo, Sumitro
b. Nama orang Indonesia majemuk
Contoh : Sutopo Yuwono (Yuwono bukan nama keluarga)
Diindeks : Sutopo Yuwono
25
Ritonga, bayi bila bayi lahir laki-laki dan orangtuanya beragama
Kristen.
f. Petunjuk silang.
Petunjuk silang ialah alat petunjuk dari indeks yang tidak
dipergunakan kepada indeks yang dipakai atau petunjuk
hubungan antara indeks yang dipakai dengan indeks lainnya yang
juga dipakai. Penunjukan langsung dan tidak langsung (
penunjukan tidak langsung tidak kita bicarakan ). Petunjuk silang
langsung adalah penunjukan tentang seorang yang memiliki lebih
dari satu nama atau dokumen yang mengandung lebih dari satu
masalah ( tentang dokumen tidak kita bicarakan). Untuk petunjuk
langsung digunakan kata”lihat” atau tanda”X” alias/samara
ditujukan kepada nama yang sebenarnya.
Contoh : Unyil alias Sumiati
Diindeks : Sumiati lihat Unyil atau sumiati X Unyil.
26
Kadang-kadang kita jumpai nama china yang di gabungkan dengan
nama eropa
Contoh : Robert Liem
Sylvia Tan
Diindeks : Liem, Robert
Tan. Silvia
Nama-nama orang suci dan Haji menjadi bagian dari nama
Contoh : Santa Claus
Santo Jesep
FX. Suharjo
Haji Amir Makhmud
Diindeks : Claus, Santa
Josep, Santo
Suharjo, FX
Makhmud, Haji Amir
6. Gelar – gelar.
a. Gelar bangsawan adalah merupakan bagian dari indeks seperti
nama suci, baptis atau Haji.
Contoh : RA Kartini
Teuku Umar
Andi Lala
Sir Stanford Rafles
Diindeks : Kartini, RA
Umar, Teuku
Lala, Andi
Rafles, Sir Stanford
Gelar – gelar yang dipakai di Sumatera Barat bukan gelar
Contoh : Syamsudin sutan Bendaharo
Rusli Datuk Tumenggung
Diindeks : Syamsudin sutan Bendaharo
Rusli Datuk Tumenggung
b. Gelar kesarjanaan seperti DR, Dr, SH dsb, bukan merupakan
bagian dalam mengindeks gelar-gelar kesarjanaan tersebut di
tempatkan dibelakang nama dalam tanda kurung.
Contoh : Sumarno Notonegoro, SH
KRT. Sumantri Partokusumo, MSc
Diindeks : Notonegoro,sumarno (MSc)
Partokusumo.KRT. Sumantri (MSc)
27
2. Sistem Cara Pemberian Nomor ( Numbering System )
A. Sistem Penyimpanan.
1. Penyimpanan secara Sentralisasi.
Penyimpanan rekam medis seoramh pasien dalam satu
kesatuan baik rekam medis rawat jalan maupun pasien rawat
inap.
2. Penyimpanan secara Desentralisasi.
Penyimpanan rekam medis rawat jalan dan rawat inap
masing-masing terpisah.
B. Cara Penyimpanan.
1. Sistem Alfabetis.
Sistem penyimpanan rekam medis berdasarkan abjad dari
nama pasien.
2. Sistem Nomor.
Sistem penyimpanan rekam medis berdasarkan nomor rekam
medis yang diberikan kepada setiap pasien.
a. Nomor Langsung (Straight Numerical ).
Adalah penyimpanan rekam medis dalam rak
penyimpanan secara berurutan.
Contoh:
1201 00-02-01.
1202 00-02-02.
1203 00-02-03.
1204 00-02-04.
1205 00-02-05.
28
2 angka ke-dua disebut sebagai Angka Pertama.
2 angka terakhir disebut Angka ketiga.
Contoh :
58-78-96 99-78-96
58-78-97 99-78-97
58-78-98 99-78-98
58-78-99 99-78-99
59-78-00 00-79-00
59-78-01 00-79-01
Kartu indeks Utama Pasien adalah salah satu cara untuk menunjang
kelancaran pelayanan terhadap pasien, karena apabila seorang
pasien lupa membawa kartu berobat maka KIUP akan membantu
untuk mencarikan data pasien yang diperlukan . KIUP merupakan
29
kunci utama bagi setiap pasien, sehingga mutlak harus dibuat, baik itu
pasien berobat jalan maupun pasien untuk dirawat. KIUP suatu tanda
pengenal setiap pasien baru yang disimpan selamanya pada instansi
yang bersangkutan. KIUP dibuat berdasarkan atas ringkasan riwayat
klinik yang diperoleh dari tempat penerimaan pasien. Karena KIUP
merupakan sumber data yang selamanya harus disimpan, maka
harus dibuat selengkap dan sejelas mungkin. Dalam KIUP memuat
data identitas pasien yang harus dibuat secara terperinci dan lengkap;
antara lain :
30
Untuk negara yang maju, data penderita di masukkan kedalam
komputer.
3. Kegunaan
Kartu indeks penderita adalah kunci untuk menemukan berkas
rekmed seorang penderita.
4. Cara Penyimpanan.
- Kartu indeks disusun alpabet seperti susunan kata-kata dalam
kamus.
- Jika seorang penderita datang kembali dengan mengatakan
bahwa dia telah bersuami, kartunya yang sekarang harus
dibuat catatan penunjuk ( tanda lihat atau tanda X ) dengan
kartunya yang dulu dan sebaliknya.
- Untuk mempercepat dan mempermudah mengambilkan kartu
indeks nama jika sewaktu-waktu dibutuhkan, penyimpanan
kartu indeks harus diberi petunjuk dan dibelakang setiap
petunjuk maksimum hanya diletakkan 20 kartu saja.
- Pengecekan terhadap penyimpanan kartu-kartu harus
dilakukan secara periodik untuk memperbaiki kekeliruan yang
mungkin terjadi.
- Untuk negara yang maju data penderita dimasukkan ke dalam
komputer.
5. Lama Penyimpanan.
Lama penyimpanan kartu indeks penderita sama dengan lama
penyimpanan berkas rekam medis.
6. Alat Penyimpanan
- Menggunakan lemari 8 laci dengan 3 kotak pada setiap laci,
rata-rata 100 kartu dapat diletakkan pada setiap 2,5 cm,
sehingga satu lemari besi 8 laci dengan 3 kotak tersebut dapat
menyimpan 63.000 kartu.
- Menggunakan kata yang berkotak-kotak yang dapat
diputar(nama register kosong Indeks File).
31
b. Sedang menurut jenis kedatangannya pasien dapat dibedakan
menjadi :
1. Pasien baru : adalah pasien yang baru pertama kali datang
kerumah sakit untuk keperluan berobat.
2. Pasien lama : adalah pasien yang pernah datang
sebelumnya untuk keperluan berobat.
Ringkasan riwayat klinik ini juga dipakai sebagai dasar pembuatan kartu
indeks Utama Pasien (KIUP). Pasien baru dengan berkas rekam
medisnya akan dikirim ke poliklinik sesuai dengan yang dikehendaki
pasien. Setelah mendapat pelayanan yang cukup dari poliklinik, ada
beberapa kemungkinan dari setiap pasien :
- Pasien boleh langsung pulang.
32
- Pasien di beri slip perjanjian oleh petugas poliklinik untuk datang
kembali pada hari dan tanggal yang telah ditetapkan. Kepada
pasien yang diminta datang kembali. Harus lapor kembali ke TPP.
- Pasien dirujuk/dikirim ke rumah sakit lain.
- Pasien harus keruang perawatan.
Semua berkas medis pasien poliklinik akan dikirim ke Bagian Rekam
Medis, kecuali pasien yang harus dirawat, rekam medisnya akan dikirim
keruang perawatan.
Pasien Lama
Pasien lama datang ketempat penerimaan pasien yang telah ditentukan.
Pasien ini dibedakan :
- Pasien yang datang dengan perjanjian
- Pasien yang datang tidak dengan perjanjian (atas kemauan
sendiri).
33
d. Bagi pasien yang pernah berobat/dirawat maka rekam medisnya
segera dikirim ke ruang perawatan yang bersangkutan dan tetap
memakai nomor yang telah dimilikinya.
e. Bagi pasien yang belum pernah di rawat atau berobat ke rumah
sakit maka diberikan nomor rekam medis.
f. Petugas central opname harus selalu memberitahukan ruang
penampungan sementara menganai situasi tempat tidur di ruang
perawatan.
34
11. Petugas Unit Rekam Medis membuat rekapitulasi setiap akhir bulan,
untuk membuat laporan dan statistic rumah sakit.
12. Berkas rekam medis pasien di simpan menurut nomor rekam
medisnya ( apabila menganut system Desentralisasi ) rekam medis
pasien rawat jalan disimpan di tempat penerimaan pasien rawat jalan.
Nomor
Follow Up Pernah berobat Tdk Register
Rawatan (No.R.M)
Ya
Dirujuk ke
Dirawat POLIKLINIK RS. Lain
Pendaftaran Tdk
Ya Perlu Berobat Ulang Pulang
Perjanjian
35
ALUR DOKUMEN MEDIK PASIEN RAWAT JALAN
TPPRJ
TPP
Unit Gawat Darurat
Nomor
Sudah ada
Register Tdk Unit Rawat Inap
No. R.M.
(No.R.M)
Ya
Dira
wat
Kontrol
Rawat Ulang
Nomor RM
POLIKLINIK
Berobat Ulang
Pendidikan
Kantor/Ruangan Pengolahan
Rekam medis/Medical Record Penelitian
Keperluan lain
2 1 L3 4 5 P
Keleng T Assemb 1/ e Indeks Indeks i
File n
kapan Checking n Penyakit Nama
L j
g
k a
a m
p
36
1. Penerimaan Pasien Rawat Inap
Penerimaan pasien rawat inap dinamakan admitting office atau sering
dinamakan sentral opname.Fungsi utamanya adalah menerima pasien untuk
dirawat di rumah sakit. Tata cara penerimaan pasien yang disebut admitting
procedure harus wajar sesuai dengan keperluannya. Dengan makin
meningkatnya jumlah pasien.Pimpinan rumah sakit harus memberikan
perhatian yang konsisten dalam membina system dan prosedur penerimaan
pasien yang sebaik-baiknya. Pasien yang memerlukan perawatan, dapat
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
- Pasien yang tidak Urgen, penundaan perawatan pasien tersebut tidak
akan menambah penyakitnya.
- Pasien yang urgen, tetapi tidak darurat gawat, dapat dimasukkan ke
dalam daftar tunggu.
- Pasien gawat darurat (emergency), langsung dirawat.
Pembinaan dan pelaksanaan pekerjaan penerimaan pasien dengan baik
menciptakan tanggapan yang baik dari pasien-pasien yang baru masuk,
menjamin kelancaran dan kelengkapan catatan-catatan serta menghemat
waktu dan tenaga. Untuk lancarnya proses penerimaan pasien 4 hal berikut
ini perlu diperhatikan yaitu :
- Petugas yang Kompeten.
- Cara penerimaan pasien yang tegas dan jelas (Clear cut).
- Ruang kerja yang menyenangkan.
- Lokasi yang tepat dari bagian penerimaan pasien.
37
ALUR PASIEN RAWAT INAP
Datang sendiri
Dokter Praktek Tempat Penerimaan
Ruj. Puskesmas pasien rawat inap
Ya
Dirujuk
Poliklinik RUANG RAWAT ke
INAP RS. Lain
Pendaftaran
perjanjian Ya Perlu Berobat Jalan Tdk Pulang
Poliklinik
38
a. Ketentuan Umum Penerimaan Pasien Rawat Inap (TPPRI)
- Semua pasien yang menderita segala macam penyakit. Selama
ruangan dan fasilitas yang memadai tersedia. Dapat di terima di
rumah sakit.
- Sedapat mungkin pasien diterima di sentrel Opname pada waktu
yang telah ditetapkan, kecuali untuk kasus darurat gawat dapat
diterima setiap saat.
- Tanpa diagnose yang tecantum dalam surat permintaan di rawat,
pasien tidak dapat diterima.
- Sedapat mungkin tanda tangan persetujuan untuk tindakan operasi
dan sebagainya (apabila dilakukan) dilaksanakan di Sentral Opname.
- Pasien dapat diterima apabila :
Ada surat rekomendasi dari dokter yang mempunyai wewenang
untuk merawat pasien di rumah sakit.
Dikirim oleh dokter Poliklinik
Dikirim oleh dokter Instalasi Gawat Darurat.
- Pasien Gawat darurat perlu di prioritaskan.
39
Kalau pasien tidak mampu maka pasien/keluarga harus mengurus
kekelurahan untuk mendapatkan surat keterangan tidak mampu.
Tata cara prosedur penerimaan pasien tersebut diatas untuk tiap-tiap rumah
sakit dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi rumah sakit yang
bersangkutan.
1. Setiap pasien yang membawa surat permintaan rawat inap dari dokter
poliklinik, Instalasi Gawat Darurat, menghubungi tempat penerimaan
pasien Rawat Inap, setiap pasien rujukan dari pelayanan kesehatan
lainnya terlebih dahulu diperiksa oleh dokter rumah sakit bersangkutan.
2. Apabila tempat tidur di ruang rawat inap yang dimaksud masih tersedia
petugas menerima pasien mencatat dalam buku register penerimaan
pasien rawat inap: Nama, Nomor RM, Indentitas dan Data social lainnya.
Serta menyiapkan/mengisi data identitas pasien pada lembaran masuk
(RM).
3. Apabila diberlakukan system uang muka, khusus pasien non askes dan
dianggap mampu, pihak keluarga pasien diminta menghubungi bagian
keuangan untuk membayar uang muka perawatan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Petugas penerimaan pasien rawat inap mengirimkan berkas rekam medis
bersama-sama dengan pasiennya keruang rawat inap yang dimaksud.
5. Pasien diterima oleh petugas di ruang rawat inap dan di catat pada buku
register.
6. Dokter yang bertugas mencatat tentang riwayat penyakit. Hasil
pemeriksaan fisik, terapi serta semua tindakan yang diberikan kepada
pasien pada lembaran- lembaran rekam medis dan menanda tanganinya.
Perawat/Bidan mencatat pengamatan mereka terhadap pasien dan
pertolongan perawatan yang mereka berikan kepada pasien kedalam
catatan Perawat/Bidan dan membubuhkan tanda tangannya, serta
mengisi lembaran grafik tentang suhu, nadi, dan pernapasan seorang
pasien.
7. Selama di ruang rawat inap, perawat/bidan menambah lembaran-
lembaran rekam medis sesuai dengan pelayanan kebutuhan pelayanan
yang diberikan kepada pasien.
40
8. Perawat / Bidan berkewajiban membuat sensus harian yang memberikan
gambaran mutasi pasien mulai jam 00.00 sampai dengan jam 24.00.
Sensus harian dibuat rangkap 3 di tanda tangani Kepala Ruang Rawat
Inap, dikirim ke Unit Rekam Medis, tenpat Penerimaan Pasien Rawat
Inap (Sentral Opname) dan satu lembar arsip ruang rawat Inap.
Pengiriman sensus harian paling lambat jam 08.00 pagi hari berikutnya.
9. Petugas ruangan memeriksa kelengkapan berkas rekam medis pasien,
sebelum diserahkan ke Unit Rekam Medis.
10. Setelah pasien keluar dari rumah sakit, berkas rekam medis pasien
segera dikembalikan ke unit rekam medis paling lambat 24 jam setelah
pasien keluar, secara lengkap dan benar.
11. Petugas Unit Rekam medis mengolah rekam medis yang sudah lengkap,
dimasukan ke dalam kartu indeks penyakit, Indeks Operasi, Indeks
kematian, dsb, untuk membuat laporan dan data statistic rumah sakit.
12. Petugas Unit Rekam Medis membuat rekapitulasi sensus harian setiap
akhir bulan dan mengirimkan ke Subbag/Urusan PPL untuk bahan
laporan rumah sakit.
13. Unit Rekam medis menyimpan berkas-berkas rekam medis pasien
menurut nomor RM nya ( apabila menganut system sentralisasi, berkas
rekam medis pasien rawat jalan dan pasien rawat inap untuk tiap-tiap
pasien disatukan).
14. Petugas Unit Rekam Medis mengeluarkan berkas rekam medis, apabila
ada permintaan baik untuk keperluan pasien berobat ulang atau
keperluan lain.
15. Setiap permintaan rekam medis harus menggunakan surat, yang disebut
kartu permintaan.
16. Kartu permintaan dibuat rangkap 3 (tiga), satu copy ditempel pada rekam
medis, satu copy diletakkan pada rak penyimpanan sebagai tanda keluar,
dan satu copy sebagai arsip yang meminta.
17. Apabila rekam medis yang di pinjam sudah kembali, kedua copy kartu
permintaan tersebut dibuang.
18. Rekam medis pasien yang tidak pernah berbuat lagi kerumah sakit
selama lima tahun terakhir, dinyatakan sebagai inactive record.
19. Berkas-berkas rekam medis yang sudah dinyatakan sebagai inactive
record dikelurkan dari rak penyimpanan dan disimpan digudang rumah
sakit dimusnahkan.
Catatan :
Bagi Pasien Gawat Darurat, baik rawat jalan maupun rawat Inap, pertolongan
kepada pasien didahulukan. Setelah pasien mendapat pertolongan yang
diperlukan baru dilakukan pencatatan.
41
ALUR REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP
Tempat Penerimaan
Pasien Rawat Inap
Nomor
Sudah ada
Register Tdk POLIKLINIK
No. R.M.
(No.R.M)
Ya
Dira
wat
Pendidikan
Kantor/Ruangan Pengolahan
Rekam medis/Medical Record Penelitian
Keperluan lain
2 T 1 L3 4 5 P
Keleng a Assemb 1/ e Indeks Indeks i
Penyakit/Op
Nama/ Dr. File n
kapan k Checking n erasi
L g j
e k a
n a m
g p
k
a
p
42
2. PEREKAMAN KEGIATAN PELAYANAN MEDIS.
43
informasi yang diperlukan pada setiap lembaran rekam medis dengan baik
dan benar.
Formulir rekam medis ini meliputi formulir rekam medis untuk pasien
rawat jalam dan formulir rekam medis untuk pasien rawat inap.
Sehubungan Menteri Kesehatan RI No. 749a/MenKes/Pers/XII/1989
tentang Rekam Medis maka :
1) Isi Rekam Medis untuk pasien rawat jalan dapat dibuat selengkap-
lengkapnya dan sekurang-kurangnya memuat : Identitas, Anamnesa,
Diagnosis dan tindakan / pengobatan.
2) Isi Rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat :
Identitas Pasien
Anamnesa
Riwayat Penyakit
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis
Persetujuan Tindakan Medik.
Tindakan, Pengobatan
Usaha Keperawatan
Catatan Observasi klinis dan hasil pengobatan.
Resume akhir dan evaluasi pengobatan.
44
-
45
46
47
48
B. Proses Pengolahan Rekam Medis
1. Perakitan ( Assembling) Rekam Medis.
a. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Jalan.
Perakitan Rekam Medis pasien rawat jalan meliputi :
- Pembatas Poliklinik.
- Lembar Dokumen Pengantar.
- Lembar Poliklinik.
- Hasil Pemeriksaan Penunjang.
- Salinan Resep.
b. Perakitan Rekam Medis Pesian Rawat Inap.
i. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk Kasus anak
meliputi :
- Ringkasan ( Diisi oleh bagian RM )
- Pembatas Masuk
- Ringkasan Masuk dan Keluar
- Surat Dokumen pengantar
- Instruksi Dokter
- Lembar konsultasi
- Catatan perawat
- Catatan perkembangan
- Grafik Suhu, Nadi dan Pernafasan
- Pengawasan Khusus
- Hasil Pemeriksaan Laboratorium
- Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
- Salinan Resep
- Resume / Laporan Kematian.
49
- Instruksi Dokter
- Catatan Perkembangan
- Lembaran Konsultasi
- Catatan Perawat
- Grafik suhu, Nadi dan Pernafasan
- Pengawasan Khusus
- Hasil Pemeriksaan Laboratorium
- Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
- Salinan Resep
- Resume/ Laporan Kematian
- Informed Concent
iii. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap Kasus Kebidanan
:
- Pembatasan Masuk
- Ringkasan Masuk dan Keluar
- Surat Dokumen Pengantar
- Lembar Obstetrik
- Catatan Persalinan
- Lembaran Bayi baru lahir
- Instruksi Dokter
- Catatan perkembangan
- Lembaran Konsultasi
- Catatan Perawat
- Grafik Nifas ( Grafik Ibu)
- Pengawasan Khusus
- Hasil Pemeriksaan Penunjang
- Salinan Resep
- Resume / Laporan Kematian
- Informed Concent
iv. Perakitan rekam Medis Pasien Rawat Inap Kasus Bayi Lahir :
- Pembatas Masuk
- Ringkasan Masuk dan Keluar
- Riwayat Kelahiran
- Instruksi Dokter
- Catatan Perkembangan
- Lembar Konsultasi
- Catatan Perawat
- Grafik Bayi
- Pengawasan Khusus
- Hasil Pemeriksaan Penunjang Medis
- Salinan Resep
- Resume / Laporan Kematian.
- Informed Concent.
2. Koding ( Coding ).
50
Koding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan
huruf atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili
komponen data.Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada
didalam rekam medis harus diberi kode dan selanjutnya di indeks
agar memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk
menunjang fungsi perencanaan, managemen, dan riset bidang
kesehatan. Kode klasifikasi penyakit oleh WHO ( World Health
Organization ) bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan
penyakit, cidera, gejala dan factor yang mempengaruhi kesehatan.
Sejak tahun 1993 WHO mengharuskan Negara anggotanya termasuk
Indonesia menggunakan klasifikasi penyakit revisi-10 (ICD-10,
International Statitical Clasification Deseassees and Health Problem
10 Revisi. ICD-10 menggunakan kode kombinasi yaitu menggunakan
abjad dan angka ( Alpha Numeric).
Kecepatan dan ketepatan koding dari suatu diagnosis sangat
tergantung kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut
yaitu :
a. Tenaga Medis dalam menetapkan Diagnosis
b. Tenaga Rekam Medis sebagai Pemberi Kode
c. Tenaga Kesehatan lainnya.
51
Dokter ( Pemberi Pelayanan)
Alat-alat
Dan Lain-lain
3. Indeksing
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah
dibuat kedalam indeks-indeks ( dapat menggunakan kartu indeks atau
komputerisasi ). Di dalam kartu indeks tidak boleh mencantumkan
nama pasien.
Jenis indeks yang biasa dibuat :
a. Indeks pasien.
b. Indeks penyakit (Diagnosis) dan Operasi.
c. Indeks Obat-obatan.
d. Indeks Dokter.
e. Indeks Kematian.
f. DII
Indeks Pasien
i. Pengertian
Indeks pasien adalah suatu kartu catalog yang berisi nama semua
pasien yang berobat di rumah sakit. Informasi yang ada didalam kartu
ini ialah :
Halamam depan : Nama Lengkap, Kelamin, Umur
Alamat
Tempat dan Tanggal Lahir
Pekerjaan
Halaman belakang : Tanggal masuk, Tanggal keluar, hasil, dokter,
nomor rekmed.
ii. Ukuran
Ukuran kartu indeks penderita tergantung dari banyak sedikitnya
penderitaan yang berobat di rumah sakit.
Ukuran yang dianjurkan adalah 12,5 x 7,5 cm
Untuk rumah sakit yang sangat banyak penderita rawat jalannya
dianjurkan menggunakan kartu dengan ukuran ( 4,25 x 7,5 cm ).
iii. Kegunaan
Kartu indeks penderita adalah kunci untuk menemukan berkas rekam
medis seorang penderita.
52
- Untuk mempercepat dan mempermudah mengambilkan kartu
indeks nama jika sewaktu-waktu dibutuhkan, penyusunan kartu
indeks harus diberi petunjuk dan dibelakang setiap petunjuk
maksimum hanya diletakkan dua kartu saja.
- Pengecekan terhadap penyimpanan kartu-kartu harus dilakukan
secara periodic untuk memperbaiki kekeliruan yang mungkin
terjadi.
- Untuk Negara yang maju data penderita dimasukkan kedalam
computer.
v. Lama Penyimpanan.
Lama penyimpanan kartu indeks penderita sama dengan lama
penyimpanan berkas rekam medis.
53
4. PELAPORAN
5. FORMULIR STANDAR
54
pelayanan kesehatan gigi, kegiatan radiologi, pengujian
kesehatan, rujukan, rehabilitasi medik, latihan kerja, keluarga
berencana, imunisasi, pelayanan kesehatan jiwa, dan
sebagainya.
b. Formulir RL2a memuat data kompilasi penyakit/morbiditas
pasien rawat inap yang dikelompokkan menurt daftar tabulasi
dasar KIP/10 untuk masingmasing kelompok penyakit
dilaporkan mengenai jumlah pasien keluar menurut golongan
umur dan menurut jenis kelamin, serta jumlah pasien mati
untuk masing-masing kelompok penyakit.
c. Formulir RL2b memuat data kompilasi penyakit/morbiditas
pasien rawat jalan yang dikelompokkan menurt daftar
tabulasi dasar KIP/10 untuk masingmasing kelompok
penyakit dilaporkan mengenai jumlah kasus baru menurut
golongan umur dan menurut jenis kelamin dan jumlah
kunjungan.
d. Formulir RL2a1 memuat data keadaan morbiditas survailans
terpadu pasien rawat inap rumah sakit.
e. Formulir RL2b1 memuat data keadaan morbiditas survailans
terpadu pasien rawat jalan rumah sakit.
f. Formulir RL3, data Inventarisasi Rumah Sait, memuat data
indentitas Rumah Sakit, Surat Ijin, Penyelenggaraan,
Kepemilikan, Direktur Rumah Sakit, Fasilitas Tempat Tidur,
Fasilitas Rawat Jalan.
g. Formulir RL4 memuat data jumlah tenaga yang bekerja di
rumah sakit menurut kualifikasi pendidikan dan status
kepegawaian.
h. Formulir RL5 memuat data jumlah dan jenis peralatan medik,
jumlah, umur, kondisi, ijin operasional, sertifikat kalibrasi
serta data kesehatan lingkungan rumah sakit.
i. Formulir RL6 memuat data infeksi nosokomial, yaitu
merupakan formulir rekapitulasi Infeksi Nosokomial di Rumah
Sakit yang terbagi menjadi dua.
j. Mengingat kebutuhan Informasi yang lebih terperinci untuk
keperluan analisa & Penilaian upaya pelayanan Rumah
Sakit, maka telah ditetapkan Formulir Standar data individual
mengenai keadaan penyakit pasien rawat inap & ketenagaan
Rumah Sakit yang dikirimkan hanya ke Departemen
Kesehatan c.q. Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Formulir
data individual mengenai penyakit pasien rawat inap terdiri
dari 3 macam sesuai dengan jenis pasien, yaitu : pasien
umum, pasien obstetric & bayi baru lahir, sedangkan data
individual ketenagaan Rumah Sakit hanya satu macam
formulir. Untuk jelasnya formulir individual yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
RL 2.1. Untuk Pasien Umum
RL 2.2. Untuk Pasien Obstetric
55
RL 2.3. Untuk Bayi Baru Lahir / Lahir Mati
RL 4a, Data Individual Ketenagaan Rumah Sakit.
56
Merupakan formulir pencatatan rekapitulasi pasien rawat inap
untuk mengukur efisiensi penggunaan Fasilitas pada tiap
ruang perawatan dalan satu bulan.
* Grafik Barber Jonshon.
Merupakan Indikator Efisiensi Pengelolaan rumah Sakit.
i. Data Kegiatan Rawat Inap.
Adalah formulir rekapitulasi jumlah pasien yang dirawat
dalam satu bulan serta jumlah hari perawatan untuk masing-
masing kelas ruang perawatan.
57
s. Kegiatan Pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik.
Adalah formulir Rekapitulasi kegiatan pelayanan rehabilitasi
medik selama satu bulan.
6. PERIODE LAPORAN.
58
DATA MOR- DATA KEADAAN RL.2a. TRIWULAN Ditjen Yanmed
BIDITAS MORBIDITAS PASIEN I/I s/d 31/XII Tanggal 15 ; Dinkes
RAWAT INAP RS Bulan Prop;Kab/Kota
keempat
DATA KEADAAN RL.2b TRIWULAN Ditjen Yanmed
MORBIDITAS PASIEN I/I s/d 31/XII ; Dinkes
RAWAT JALAN RS Tanggal 15 Prop;Kab/Kota
Bulan
DATA KEADAAN RL.2a BULANAN keempat Hanya untuk
MORBIDITAS PASIEN 1 Dinkes
RAWAT INAP SURVAILANS Kab/Kota;
TERPADU RUMAH SAKIT Tanggal 15 (Dinkes
Bulan Setempat)
DATA KEADAAN BULANAN keempat
MORBIDITAS PASIEN RL.2b Hanya untuk
RAWAT JALAN 1 Dinkes
SURVAILANS TERPADU Kab/Kota;
RUMAH SAKIT Tanggal 15 (Dinkes
Bulan Setempat)
DATA STATUS BULANAN keempat
IMUNISASI
RL.2c Hanya untuk
DATA INDIVIDUAL Dinkes
MORBIDITAS PASIEN Kab/Kota;
RAWAT INAP Tanggal 15 (Dinkes
- Pasien umum TRIWULAN Bulan Setempat)
(Sampling keempat
RL2.1. 10Hari)
- Pasien obstetri Dinkes
TRIWULAN Prop;
RL.2.2 (Sampling Kab/Kota
- Bayi baru lahir/lahir 10Hari) Tanggal 25 (Dinkes
mati Bulan Setempat)
RL.2.3 TRIWULAN Sampling Dinkes
(Sampling Prop;
DATA DASAR 10Hari) Tanggal 25 Kab/Kota
RUMAH SAKIT DATA DASAR RUMAH Bulan (Dinkes
SAKIT RL.3 Sampling Setempat)
DATA TAHUNAN Dinkes
KETENAGAAN 31 Tanggal 25 Prop;
Desember Bulan Kab/Kota
DATA KETENAGAAN RL.4 Sampling (Dinkes
RUMAH SAKIT Setempat)
SEMESTER
30 Juni dan Tanggal 15 Ditjen Yanmed
DATA INDIVIDUAL RL.4a 31 Januari ; Dinkes
DATA KETENAGAAN RUMAH Desember Prop;Kab/Kota
PERALATAN SAKIT ( RS VERTIKAL
DEPKES) TAHUNAN Tanggal 15 Ditjen Yanmed
DATA RL.5 31 Juli dan 15 ; Dinkes
KESEHATAN DATA PERALATAN Desember Januari Prop;Kab/Kota
LINGKUNGAN MEDIK RUMAH SAKIT
Ditjen Yanmed
DATA INFEKSI DATA KEGIATAN RL.5 TAHUNAN Tanggal 15
NOSOKOMIAL KESEHATAN 31 Januari
LINGKUNGAN Desember
Ditjen Yanmed
RL.6 Tanggal 15 ; Dinkes
DATA INFEKSI TAHUNAN Januari Prop;Kab/Kota
NOSOKOMIAL RUMAH 31
SAKIT Desember Ditjen Yanmed
Tanggal 15 ; Dinkes
Januari Prop;Kab/Kota
59
BULANAN
Ditjen Yanmed
Tanggal 5 ; Dinkes
Bulan Prop;Kab/Kota
Berikut
RL1;RL2a;RL2b;RL3;RL4;RL5;RL6
DITJEN YANMED
PROPINSI
RL1;RL2a;RL2b;RL2a1;RL2b1;RL2c
DINAS KESEHATAN
KABUPATEN/ KOTA
RL2.1;RL2.2;RL2.3;RL3;RL4;RL5;RL6
R.S.
DEPKES, PEMDA
DEP.LAIN/BUMN 60
R.S.
RL1;RL2a;RL2b;RL3;
RL4;RL5;RL6
TNI&POLRI/DEP.LAIN/BUMN
SWASTA
R.S.
RL1;RL2a;RL2b;RL3;
RL4;RL5;RL6
I. KEGIATAN PELAYANAN RAWAT JALAN
SWASTA
Adalah pasien yang baru pertama kali datang berobat ke salah satu
jenis pelayanan rawat jalan, pada tahun yang sedang berjalan. Setiap
pasien baru diberikan nomor rekam medis dengan menggunakan
register penomoran dan dibuatkan berkas rekam medis. Nomor
rekam medis diberikan hanya 1 kali untuk seluruh jenis pelayanan
dan berlaku permanen.Data diisi dengan jumlah pengunjung baru
selama periode pelaporan.
Adalah total kunjungan pasien yang datang kerumah sakit baik pasien
baru maupun pasien lama pada tahun yang berjalan. Pengunjung
yang datang dicatat dalam register pendaftaran pasien rawat jalan
dan register pasien pada Unit Rawat Jalan data diisi dengan jumlah
pengunjung yang datang selama periode laporan.
I. E . P O L A P E N Y A K IT R A W A T J A L A N .
T o ta l
64
Gambar 1.5. Formulir Pelaporan Pola Penyakit Rawat Jalan
65
a. Rujukan adalah jumlah banyaknya penderita yang dtang ke
unit Gawat Darurat atas rujukan dari instalasi kesehatan,
petugas kesehatan, Polisi dan Hukum.
II. A . K U N J U N G A N P A S IE N L A N G S U N G M E L A L U I U G D .
J E N IS TO TA L J E N IS P E L A Y A N A N M E N IN G G A L
DOA
PELA Y A N A N R U JU K A N N O N R U JU K A N RAW AT R U JU K PU LA N G S E B E L U M D IR A W A T
Sep O kt Sep O kt Sep O kt Sep O kt Sep O kt Sep O kt O kt
BED A H
N O N BED A H
K E B ID A N A N
R a t a -ra t a / H a ri
TO TA L
II. B . K U N J U N G A N P A S IE N U G D M E L A L U I P O L IK L IN IK .
J E N IS TO TA L J E N IS P E L A Y A N A N M A TI
DOA
PELA Y A N A N R U JU K A N N O N R U JU K A N RAW AT R U JU K PU LA N G S E B E L U M D IR A W A T
Sep O kt Sep O kt Sep O kt Sep O kt Sep O kt Sep O kt O kt
BED A H
66
N O N BED A H
K E B ID A N A N
R a t a -ra t a / H a ri
TO TA L
penjumlahan ke bawah untuk setiap kolom.
II. C . P O L A P E N Y A K IT R A W A T D A R U R A T .
T o ta l
Data Distribusi Rawat Inap adalah rekapitulasi dari data pasien yang
dirawat inap pada bulan yang bersangkutan.Diambil dari catatan
harian pasien rawat inap. Format diisi dengan cara sebagai berikut :
1. Ruangan
Masing-masing ruangan dibagi berdasarkan jenisnya, yaitu pasien
dewasa dan pasien anak
3. Pasien Awal.
Diisi pasien sisa pada hari terakhir bulan sebelumnya atau pasien
bulan lalu yang pulang pada saat pencatatan bulan bersangkutan.
4. Penderita Masuk.
Diisi dengan jumlah pasien masuk pada bulan tersebut/periode
waktu tertentu.
68
Diisi sesuai dengan jumlah hari rawat pasien yang sudah keluar
rumah sakit (hidup maupun meninggal) pada bulan tersebut.
9. Pasien Akhir.
Diisi dengan jumlah pasien yang masih dirawat pada hari terakhir
bulan tersebut.
69
15. NDR ( Net Death Rate )
Diisi dengan jumlah NDR/ kematian pada masing-masing kelas /
ruangan dengan rumus
Pasien mati
>48Jamdirawat
X 1000%
Pasien Keluar (
hidup+mati)
Keterangan :
1. TT = Tempat Tidur
Barry Barber, M.A, Ph.D, Finst P, AFIMA dan David Johnson, M.Sc
pada tahun 1973 berhasil menciptakan suatu grafik yang secara
visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi pengelolaan
rumah sakit. Suatu usaha untuk mendayagunakan statistik rumah
sakit dalam rangka memenuhi kebutug\han manajemen akan
indikator efisiensi pengelolaan rumah sakit.
70
Barber Jonshon menjelaskan bagaimana pemakaian empat
parameter sebagai salah satu indikator efisiensi pengelolaan rumah
sakit.
10
9
8
7 B…
6
5 Los BOR A
4
Toi
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Turn Over Interval
71
Adalah data pelayanan rawat inap untuk setiap jenis pelayanan/
ruang perawatan yang diperoleh dari catatan harian pasien rawat inap
pada bulan tersebut. Adapun isi dari formulir laporan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Pasien Awal.
Diisi dengan jumlah pasien awal pada hari pertama bulan
tersebut.Pasien awal tersebut merupakan pasien sisa hari terakhir
bulan sebelumnya, data diambil dari catatan harian pasien.
2. Pasien Masuk.
Disi dengan jumlah pasien masuk selama periode bulan tersebut,
data diambil dari catatan harian pasien.
8. Pasien Akhir.
Diisi dengan jumlah pasien yang masih dirawat pada hari terakhir
bulan tersebut.
72
11. Jumlah Hari Rawat Kelas I
Diisi dengan jumlah hari rawat pasien kelas I selama bulan
tersebut, sesuai dengan spesialisnya.
12. Jumlah Hari Rawat Kelas II
Diisi sesuai dengan jumlah hari rawat pasien kelas II selama
bulan tersebut, sesuai dengan spesialisnya..
73
C. POLA PENYAKIT RAWAT INAP.
III. C . P O L A P E N Y A K IT R A W A T IN A P .
T o ta l
74
D. PELAYANAN KAMAR BERSALIN
2. Persalinan :
a. Persalinan normal : adalah persalinan secara normal tanpa
adanya komplikasi.
b. Persalinan dengan Komplikasi : adalah persalinan yang
dilakukan dengan adanya komplikasi sehingga memerlukan
tindakan lain untuk mengatasinya.
75
10. Bayi berat < 2500 gr adalah jumlah bayi yang memiliki berat
badan kurang dari 2500 gr pada peralinan dalam bulan tersebut.
11. Bayi berat > 2500 gr adalah jumlah bayi yang memiliki berat
badan sama atau lebih dari 2500 gr pada persalinan dalam bulan
tersebut.
NO. KETERANGAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES TOTAL
1 LAHIR OLEH DOKTER
2 LAHIR OLEH BIDAN
Jumlah Persalinan
3 PERSALINAN
a. Persalinan Normal
b. Persalinan Dgn komplikasi
- Perd. Sblm persalinan
- Perd. Ssd persalinan
- Pre Eklamsi
- Eklamsi
- Infeksi
- Lain-lain
4 VE
5 SC
6 Abortus
7 Imunisasi TT I
8 Imunisasi TT II
9 KELAHIRAN HIDUP
10 KELAHIRAN MATI
Data diambil dari buku registrasi yang terdapat di ruang perinatal dan
diisi dalam format laporan pada kolom bulan tersebut.
1. Kelahiran hidup
a. Bayi dengan berat < 2500 gr, diisi dengan jumlah bayi yang
lahir hidup di RS. Karya Medika yang memiliki berat badan
kurang dari 2500 gr.
76
b. Bayi dengan berat > 2500 gr, diisi dengan jumlah bayi yang
lahir hidup di RS. Karya Medika dan memiliki berat badan
lebih atau sama dengan 2500 gr.
2. Kematian Perinatal
a. Kelahiran mati, diisi dengan jumlah bayi yang lahir mati di RS.
Karya Medika.
b. Mati Noenatal < 7 hari, diisi dengan jumlah bayi meninggal di
ruang perinatal yang berumur di bawah 7 hari, baik bayi yang
lahir di RS. Karya Medika maupun bayi rujukan dari luar RS.
Karya Medika.
NO. SPESIALISASI JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES T OT AL
1 BEDAH UMUM
2 OBSGYN
3 BEDAH SARAF
4 T HT
5 MAT A
6 KULIT & KELAMIN
7 GIGI & MULUT
8 BEDAH PLAST IK
9 BEDAH T ULANG
10 BEDAH UROLOGI
11 PARU - PARU
12 LAIN - LAIN
13 T OT AL
1 BEDAH UMUM
2 OBSGYN
3 BEDAH SARAF
4 T HT
5 MAT A
6 KULIT & KELAMIN
7 GIGI & MULUT
8 BEDAH PLAST IK 77
9 BEDAH T ULANG
10 BEDAH UROLOGI
11 PARU - PARU
12 LAIN - LAIN
Gambar 3.7. Formulir Pelaporan Kegiatan kamar Operasi dan Jenis Anestesi
B. PELAYANAN LABORATORIUM.
IV . B . K E G IA T A N P E L A Y A N A N L A B O R A T O R IU M
C. PELAYANAN PATOLOGI.
79
dari registrasi yang dilakukan oleh instalasi rawat inap. Untuk
pengisiannya sesuai dengan jenis pemeriksaan pada bulan tersebut
IV . C . K E G IA T A N P E L A Y A N A N P A T O L O G I
NO. KETERANGAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES TOTAL
JENIS PEMERIKSAAN
1 Medis
2 Fisioteraphi
2.1. Latihan fisik
2.1. Aktinoteraphi
2.3. Electroteraphi
2.4. Hidroteraphi
2.5. Traksi Lumbal & Cervical
5.6. Lain-lain (INH)
3 Okupasiteraphi
4 Terapi Wicara
5 Psikologi
6 Sosial Medis
7 Ortotik Prostetik
7.1. Pembuatan alat Bantu
7.2. Pembuatan alat Anggota
7.3. Tiruan
7.4. Lain-lain 80
8 Kunjungan Rumah
Rata-rata/Hari
Jumlah
E. PELAYANAN FARMASI
a. PENGADAAN OBAT
Jumlah Item Obat
No. Golongan Obat Jumlah Item Obat
yang tersedia di Rumah Sakit
1 Obat Generik
2 Obat Non Generik
Gambar
Obat Non4.4. .Formulir
Generik di laporan Rehabilitasi Medik
3
luar Formularium
99 Total
F. POLA KEMATIAN.
81
c. ICU / Ruang Intensif.
Adalah jumlah pasien yang meninggal di ruang ICU / Intensif, baik
yang meninggal kurang dari 48 jam atau lebih dari 48 jam
perawatan. Pada formulir diisi dengan penyebab kematian, jenis
kelamin, usia dan keterangan tempat meninggal.
2. RUANG PERAWATAN
Usia
No. Penyebab Kematian
L P
Hari Rawat Keterangan
3. TOTAL KEMATIAN
Jenis Kelamin
No. TEMPAT Jumlah
L P
Total 0 0 0
1. Rawat Jalan.
a. Pasien Umum adalah jumlah rekapitulasi pasien rawat jalan di
Poliklinik dalam satu bulan yang tidak menggunakan jaminan
kesehatan dari perusahaan atau Assuransi.
2. Rawat Inap.
No. Keterangan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Total
1 Perusahaan
2 Umum
Rata-Rata/ Hari
Jumlah
84
BAB V
PROSEDUR TETAP REKAM MEDIS
( PROTAP / SOP REKAM MEDIS )
85
RUMAH SAKIT PENERIMAAN / PENDAFTARAN PASIEN BARU
RIDHOKA SALMA
Cikarang - Bekasi No. Dokument: No. Revisi: Halaman :
PROTAP.S…..P…..RM…. 0 1 dari 2
A. Pengertian Pasien baru rawat jalan adalah pasien yang datang untuk pertama kalinya
guna mendapatkan pelayanan kesehatan di Poliklinik dengan terlebih dahulu
B. Tujuan Guna tercapainya tertib administrasi dan terlaksananya pelayanan secara cepat
dan tepat terhadap pasien rawat jalan ( poliklinik )
C. Kebijakan Semua pasien yang datang untuk berobat harus melalui loket pendaftaran &
tercatat secara lengkap.
86
D. Prosedur PENDAFTARAN PASIEN BARU
1. Pasien Umum.
a. Pasien datang ke tempat pendaftaran pasien rawat jalan.
b. Petugas mewawancarai pasien untuk mendapatkan identitas dan data sosial.
c. Petugas meminta kartu identitas pasien / KTP.
d. Petugas mencetak kartu pasien dengan mengisi nomor rekam medis, nama
alamat lengkap, tanggal lahir/usia, pekerjaan, nama ayah/ibu untuk pasien
anak.
e. Petugas mencetak registrasi penomoran / slip layanan.
f. Petugas mencetak kartu kunjungan berobat pasien.
g. Petugas melampirkan slip layanan dan surat rujukan bila pasien dirujuk,
pada berkas rekam medis
h. Petugas mengarahkan pasien sesuai tujuan poliklinik.
i. Pelaksanaan pendaftaran dilaksanakan ditempat pendaftaran pasien umum.
87
D. Prosedur g. Petugas mencetak registrasi penomoran/slip layanan.
h. Petugas mencetak kartu kunjungan berobat pasien.
i. Petugas melampirkan slip layanan dan surat rujukan bila pasien dirujuk,
pada berkas rekam medis.
j. Petugas mengarahkan pasien sesuai tujuan poliklinik.
k. Pelaksanaan pendaftaran di laksanakan di tempat pendaftaran pasien
Perusahaan.
88
D. Prosedur h. Petugas mencetak kartu kunjungan berobat pasien.
i. Petugas melampirkan slip layanan dan surat rujukan bila pasien dirujuk,
pada berkas rekam medis.
j. Petugas mengarahkan pasien sesuai tujuan poliklinik.
k. Pelaksanaan pendaftaran dilaksanakan di tempat pendaftaran pasien
perusahaan
E. Unit Terkait Pendaftaran Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Administrasi Perusahaan
89
RUM AH SAKIT PENDAFTARAN PASIEN LAMA RAWAT JALAN
RIDHOKA SALM A
Cikarang - Bekasi No. Dokument: No. Revisi: Halaman :
0 1 dari 2
A. Pengertian Pasien lama adalah pasien yang datang untuk mendapatkan pelayanan
C. Kebijakan Semua pasien yang datang untuk berobat harus melalui loket pendaftaran
1. Pasien Umum.
90
D. Prosedur rak penyimpanan.
f. Petugas menc oc okan identitas & nomor rekam medis yang dimaksud
g. Petugas melampirkan slip layanan ( nomor registrasi ) dan surat rujukan
bila pasien dirujuk pada berkas rekam medis.
h. Petugas mengarahkan pasien sesuai tujuan poliklinik.
i. Pelaksanaan pendaftaran dilaksanakan ditempat pendaftaran pasien umum.
91
D. Prosedur inap untuk dilakukan pengisian resume medis ( Diagnosa ).
i. Petugas menghubungi pihak assuransi untuk meminta nomor jaminan.
j. Petugas menc etak registrasi penomoran/slip layanan.
k. Petugas mengeluarkan berkas rekam medis rawat jalan atau rawat inap dari
dalam rak penyimpanan.
l. Petugas menc oc okan identitas & nomor rekam medis yang dimaksud.
m. Petugas melampirkan slip layanan dan surat rujukan bila pasien dirujuk,
pada berkas rekam medis.
n. Petugas mengarahkan pasien sesuai tujuan poliklinik.
o. Pelaksanaan pendaftaran dilaksanakan di tempat pendaftaran pasien
perusahaan
E. Unit Terkait Pendaftaran Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Administrasi Perusahaan
92
RUM AH SAKIT PENDAFTARAN PASIEN RAWAT INAP
RIDHOKA SALM A
Cikarang - Bekasi No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
0 1 (dari 1)
A. Pengertian Adalah(Admitting Office) yang berfungsi menerima pasien rawat inap di rumah
sakit yang mendata secara lengkap identitas pasien umum, konfirmasi jaminan
kesehatan untuk pasien perusahaan atau assuransi dan mendistribusikan ke
unit terkait
C. Kebijakan Semua pasien yang datang untuk berobat harus melalui loket pendaftaran
dan tercatat secara lengkap serta dapat dipertanggung jawabkan.
D. Prosedur 1. Setiap pasien yang membawa surat permintaan rawat inap dari dokter Poli-
klinik dan unit gawat darurat, menghubungi tempat penerimaan pasien
masuk sedangkan untuk pasien rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya
terlebih dahulu diperiksa oleh dokter rumah sakit tersebut.
2. Apabila tempat tidur di ruang rawat inap masih tersedia maka petugas
akan mencatat dalam buku register penerimaan pasien rawat inap, nama,
nomor RM Identitas dan data sosial lainnya, serta menyiapkan atau mengisi
data identitas pasien pada lembaran masuk rekam medis dan / atau
informed concent.
93
3. Kemudian petugas menginput data pasien dalam sistem komputerisasi ru-
mah sakit sehingga pasien mempunyai no. registrasi dan no. rekam medis
untuk pendataan di bagian penunjang lainnya.
4. Untuk pasien umum, maka pihak keluarga atau penanggung jawab pasien
wajib menyelesaikan pembayaran uang muka perawatan di bagian keuangan
sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Untuk pasien dari perusahaan atau assuransi petugas penerimaan pasien
menghubungi perusahaan atau assuransi terlebih dahulu untuk meminta
jaminan perawatan, dan menuliskannya dalam lembar konfirmasi.
6. Petugas penerimaan pasien rawat inap menyerahkan berkas rekam medis
kepada perawat UGD atau perawat poliklinik untuk diantar keruang pera-
watan bersama pasien tersebut.
E. Unit terkait Instalasi Rawat Inap, Unit Gawat Darurat, Poliklinik, Adm Central,
Ruang perawatan
94
RUM AH SAKIT PENOMORAN REKAM MEDIS
RIDHOKA SALM A
Cikarang - Bekasi No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
0 1 (dari 1)
A. Pengertian Adalah suatu proses pemberian nomor rekam medis kepada seorang pasien yang
baru pertama kali datang berobat, termasuk bayi baru lahir. Nomor rekam medis
ini seragam dan merupakan nomor tunggal dimana seorang pasien memperoleh
satu nomor selama menjalani proses penyembuhan disemua unit pelayanan di
RS. RIDHOKA SALM A
C. Kebijakan Setiap pasien yang datang berobat, termasuk bayi baru lahir akan mendapat-
kan satu nomor rekam medis yang akan digunakan selamanya untuk semua
pelayanan kesehatan di RS. Ridhoka Salma.
D. Prosedur 1. Pasien datang ke tempat pendaftaran rawat jalan untuk rawat jalan dan pen-
daftaran rawat inap untuk pasien rawat inap atau yang datang melalui
Instalasi Rawat Inap
95
3. Jika pasien adalah pasien baru maka petugas pendaftaran akan membuka
menu pendaftaran pada program komputer, petugas meng in-put identitas
pasien pada kolom yang tersedia. Setelah semua terisi lalu disimpan dalam
program dan di print - out maka akan keluar nomor rekam medis baru dan
identitas pasien dalam bentuk formulir registrasi bagi pasien itu.
4. Pemberian nomor rekam medis bagi bayi baru lahir dilakukan di pendaftaran
pasien rawat inap, dimana petugas ruang perinatal melaporkan adanya bayi
baru lahir dan petugas pendaftaran meng in-put identitas bayi tersebut
berikut. Setelah semua terisi lalu disimpan dalam program dan di print-out,
maka akan keluar nomor rekam medis baru dan identitas
E. Unit terkait - Pendaftaran pasien rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat
- Instalasi Rawat Inap
- Unit Rawat Jalan
96
RUMAH SAKIT PENYIMPANAN BERKAS REKAM MEDIS
RIDHOKA SALMA
Cikarang - Bekasi No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
0 1 (dari 1)
A. Pengertian Penyimpanan berkas rekam medis adalah kegiatan penyimpanan berkas medis
pasien pada rak-rak yang telah tersedia secara berurutan berdasarkan sistem
penomoran.
C. Kebijakan Penyimpanan berkas rekam medis didasarkan pada peraturan Departemen ke-
sehatan tentang tatacara penyimpanan berkas rekam medis dengan meng-
gunakan sistem angka akhir dan cara penyimpanan sentralisasi yaitu
berkas rawat jalan dan berkas rawat inap menjadi satu.
D. Prosedur a. Penyimpanan hanya dilaksanakan oleh petugas rekam medis yang ditugas-
kan sebagai penjajar berkas rekam medis.
b. Sebelum dilakukan penyimpanan petugas rekam medis merapikan serta me-
nyusun nomor rekam medis berkas rawat inap.
c. Sebelum dilakukan Penyimpanan dilakukan juga proses pendataan dan koding
untuk mendukung data laporan kegiatan pelayanan RSIA. Ridhoka Salma
97
d. Petugas memasukan berkas rekam medis rawat inap berdasarkan pada ke-
lompok nomor yang sudah disusun.
e. Sistem penyimpanan berkas rekam medis menggunakan sistem angka
akhir atau ( terminal digit )
f. Untuk penyimpanan berkas rekam medis yang terletak dibagian rak atas
petugas wajib menggunakan tangga untuk menyusun atau mengambilnya.
g. Tidak diperkenankan orang lain untuk mengambil atau mengeluarkan berkas
rekam medis selain petugas
h. Tidak diperkenankan menginjak pinggiran rak tempat penyimpanan.
i. Tidak diperkenankan merokok / melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan
kebakaran.
j. Penyimpanan berkas rekam medis aktif berlaku selama 5 tahun
E. Unit terkait - Unit Rekam Medis , Rawat Inap dan Rawat Jalan
98
BAB VI
99
benar dan tidak lengkap maka kode penyakitnyapun tidak tepat,
sehingga indeks penyakit mencerminkan kekurangan: hal ini
berakibat riset akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu data
statistic dan laporan hanya dapat secermat informasi dasar yang
benar.
100
5. Hasil laboratorium dan X – ray dicatat dicantumkan
tanggalnya serta ditanda tangani oleh pemeriksa.
6. Semua tindakan pengobatan medic ataupun tindakan
pembedahan harus ditulis dicantumkan tenggal serta
ditandatangani oleh dokter
7. Semua konsultasi yang dilaksanakan harus sesuai dengan
peraturan staf medic harus dicatat secara lengkap serta
ditanda tangani. Hasil konsultasi, mencakup penemuan
konsulen pada pemeriksaan fisik terhadap pasien termasuk
juga pendapat dan rekomendasinya.
8. Pada kasus observasi, catatan prenatal dan persalinan
dicatat secara lengkap, mencakup hasil test dan semua
pemeriksaan pada saat prenatal sampai masuk rumah sakit.
Jalannya persalinan dan kelahirannya sejak pasien masuk
rumah sakit, juga harus dicatat secara lengkap.
9. Catatan perawat dan catatan prenatal rumah sakit yang lain
tentang observasi & pengobatan yang diberikan harus
lengkap. Catatan ini harus diberi cap dan tanda tangan.
10. Resume telah ditulis pada saat pasien pulang. Resume harus
berisi ringkasan tentang temuan-temuan, dan kejadian
penting selama pasien dirawat, keadaan waktu pulang saran
dan rencana pengobatan selanjutnya.
11. Bila otopsi dilakukan, diagnose sementara/ diagnose anatomi,
dicatat segera ( dalam waktu kurang dari 72 jam ) :
keterangan yang lengkap harus dibuat dan digabungkan
dengan rekam medis.
Analisa kualitatif oleh personel medis untuk meng evaluasi kualitas
pencatatan yang dilakukan oleh dokter untuk mengevaluasi mutu
pelayanan medic.Pertanggung jawaban untuk mengevaluasikan mutu
pelayanan medic terletak pada dokter.
101
iv. Tanggung Jawab Staf Medik
Staf medic tersebut secara langsung menentukan kualitas pelayanan
kepada pasien.Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan tepat dan
baik. Direktur Rumah Sakit Wakil direktur Medik membuat peraturan-
peraturan yang akan mengatur para anggota staf medic juga dan
membentuk komisi khusus yang diperlukan yang keanggotaannya
diambil diantara angota-angota staf medic, menunjuk komite staf
medic untuk melaksanakan beberapa tanggung jawab khusus yang
diperlukan Wakil Direktur Medik yang merupakan atasan dari seluruh
staf medic rumah sakit, bertanggung jawab terhadap efektifitas
kegiatan pelayanan medic di rumah sakit. Tanggung jawab dari pada
Wakil Direktur Medik ini disesuaikan dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam keputusan Menteri Kesehatan R.I. tentang
organisasi dan tata kerja Rumah sakit Umum kelas A, B dan C.
102
berkas secara terkecil yang kesemuanya dilakukan demi menjaga
agar berkas rekam medis dapat diberikan perlindungan hukum bagi
rumah sakit .petugas pelayanan kesehatan maupun pasien.
Dalam kaitan ini boleh ataupun tidaknya pasien megerti akan sisi dari
pada rekam medis adalah amat tergantung pada kesanggupan pasien
untuk mendengar informasi mengenai penyakitnya yang dijelaskan oleh
dokter yang merawatnya. Hal ini tidak berarti bahwa pasien
diperkenankan untuk membawa berkasnya pulang. Resume pasien yang
dikeluarkan oleh dokter rumah sakit serta diteruskan kepada dokter
rujukan sudah dianggap memadai. Apabila dokter rujukan menghendaki
informasi mengenai penyakit pasien yang lebih terperinci maka pihak
rumah sakit diperkemankan untuk memfotocopy dan melegalisir halama-
halaman yang dipotocopy tersebut serta meneruskan kepada dokter
rujukan tersebut.Harus diingat bahwa rumah sakit senantiasa wajib
memegang berkas asli, kecuali untuk resep obat pasien.
103
pengamatan dan seterusnya mengenai penderitayang
bersangkutan.Mengenai hal ini ada kewajiban simpanrahasia
kedokteran, sehingga tidak boleh disebar luaskan tanpaijin penderita
tersebut.
b. Informasi Yang Tidak Mengandung Nilai Kerahasiaan
Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan yaitumengenai
identitas pasien (nama, alamat, dan lain-lain) sertainformasi lain yang
tidak mengandung nilai medis. Berkas rekam
medis asli tetap harus disimpan dirumah sakit dan tidak boleh
diserahkan kepada pengacara atau siapapun, yang berhak atasrekam
medis adalah rumah sakit. Pengisian danpenyelesaiannya adalah
tanggung jawab penuh dokter yangmerawat dimana catatan harus
cermat, singkat dan jelas.
(Soeparto. 2006).
104
Dengan lahirnya UU No. 29 Tahun 2004 ini, maka semakin terbuka luas
peluang bagi pasien untuk mendapatkan informasi medis yang sejelas-
jelasnya tentang penyakitnya dan sekaligus mempertegas kewajiban dokter
untuk memberikan informasi medis yang benar, akurat dan berimbang
tentang rencana sebuah tindakan medik yang akan dilakukan, pengobatan
mapun perawatan yang akan di terima oleh pasien. Karena pasien yang
paling berkepentingan terhadap apa yang akan dilakukan terhadap dirinya
dengan segala resikonya, makaInformed Consent merupakan syarat subjektif
terjadinya transaksiterapeutik dan merupakan hak pasien yang harus
dipenuhi sebelum dirinya menjalani suatu upaya medis yang akan dilakukan
oleh dokter terhadap dirinya .
Sehubungan dengan penjelasan tersebut diatas maka Informed
Consent bukan hanya sekedar mendapatkan formulir persetujuan tindakan
yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarganya tetapi persetujuan
tindakan medik adalah sebuah proses komunikasi intensif untuk mencapai
sebuah kesamaan persepsi tetang dapat tidaknya dilakukan suatu tindakan,
pengobatan, perawatan medis. Jika porses komunikasi intesif ini telah
dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu antara dokter sebagai pemberi
pelayanan dan pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan maka hal
tersebut dikukuhkan dalam bentuk pernyataan tertulis yang ditandatangani
oleh kedua belah pihak,demikian halnya jika bahwa ternyata setelah proses
komunikasi ini terjadi dan ternyata pasien menolak maka dokter wajib untuk
menghargai keputusan tersebut dan meminta pasien untuk menandatangani
surat pernyataan menolak tindakan medik . jadiinformed Consent adalah
sebuah proses bukan hanya sekedar mendapatkan tandatangan lembar
persetujuan tindakan.
Hal pokok yang harus di perhatikan dalam proses mencapai
kesamaan persepsi antara dokter dan pasien agar terbangun suatu
persetujuan tindakan medik adalah bahasa komunikasi yang digunakan. Jika
terdapat kesenjangan penggunaan bahasa atau istilahistilah yang sulit
dimengerti oleh pasien maka besar kemungkinan terjadinya mispersepsi
yang akan membuat gagalnya persetujuan tindakan medis yang akan
dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut , Komalawati ( 2002: 111)
mengungkapkan bahwainformed conset dapat dilakukan ,antara lain :
a. Dengan bahasa yang sempurna dan tertulis
b. Dengan bahasa yang sempurna secara lisan
c. Dengan bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima pihak lawan
d. Dengan bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawan.
e. Dengan diam atau membisu tetapi asal dipahami atau diterima oleh
pihak lawan
Jika setelah proses informed yang dilakukan oleh dokter pada pasien dan
ternyata pasien gagal memberikan consent sebagaimana yang di harapkan ,
tidaklah berari bahwa upaya memperoleh persetujuan tersebut menjadi gagal
total tetapi dokter harus tetap memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk
pasien berfikir kembali setiap keuntungan dan kerugian jika tindakan medis
tersebut dilakukan atau tidak dilakukan. Selain itu dokter tetap berusaha
105
melakukan pendekatan-pendekatan yang lebih efektif dan efisien yang
memungkinkan untuk memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukan jika memang tindakan tersebut adalah tindakan yang utama dan
satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk menolong menyembuhkan
atau meringankan sakit pasien.
Secara umum dapat disadari bahwa informasi yang terdapat dalam rekam
medis sifatnya rahasia dan harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter maupun
tenaga profesi kesehatan lainnya. Dari pernyataan diatas mungkin akan
timbul pertanyaan apakah rahasia kedokteran itu dapat dibuka ?
Kesehatan mengatakan bahwa di Indonesia tidak menganut paham
kewajiban menyimpan rahasia kedokteran secara mutlak, namun terdapat
pengecualian bahwa rahasia kedokteran dapat dibuka berdasarkan beberapa
alasan yaitu :
106
Hal pembukaan rahasia kedokteran dipertegas kembali dalam
PerMenKes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008.
Pasal 10 :
Ayat (2)
“ Informasi tentang identitas, diagnosa, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan, dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :
Ayat (3)
“Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana
pelayanan kesehatan”.
107
i. Tanda tangan pasien/kuasa.
Jika anak termasuk kategori telah dewasa/mandiri maka membuka
informasi harus berdasarkan ijin anak.
108
BAB VII
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA
DIREKTUR
T.U Pen
& y
KEP Ang
EG g
RT Perb
& &
PER Verif
L.
RM Pen
& y
INF Prog
O ram
SMF
1.
2
3.
4
5
INST
ALA
SI
126
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 1996
TENTANG
TENAGA KESEHATAN
MEMUTUSKAN:
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
JENIS TENAGA KESEHATAN
Pasal 2
127
(5) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomology
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan
dan sanitarian.
(6) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
(7) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.
(8) Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
1. elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi
2. transfusi dan perekam medis.
B A B III
PERSYARATAN
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
(1) Selain ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), tenaga medis dan
tenaga kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat
melakukan upaya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur oleh Menteri.
BAB IV
PERENCANAAN, PENGADAAN DAN PENEMPATAN
Bagian Kesatu
Perencanaan
Pasal 6
128
(12) Perencanaan nasional tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dan ayat (3) ditetapkan oleh Menteri.
Bagian Kedua
Pengadaan
Pasal 7
Pasal 9
Pasal 10
(1) Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti
pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya.
(2) Penyelenggara dan/atau pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab atas
pemberian kesempatan kepada tenaga kesehatan yang ditempatkan dan/atau
bekerja pada sarana kesehatan yang bersangkutan untuk meningkatkan
keterampilan atau pengetahuan melalui pelatihan di bidang kesehatan.
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
129
(1) Pelatihan di bidang kesehatan wajib memenuhi persyaratan tersedianya :
a. calon peserta pelatihan;
b. tenaga kepelatihan;
c. kurikulum;
d. sumber dana yang tetap untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan
pelatihan;
e. sarana dan prasarana.
(2) Kelentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pelatihan di bidang kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri.
Pasal 14
Bagian Ketiga
Penempatan
Pasal 15
Pasal 16
Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (1) dan ayat
(2) dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab Menteri.
Pasal 17
130
Pasal 18
(1) Penempatan tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan pada :
a. sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah;
b. sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang ditunjuk oleh
Pemerintah;
d. lingkungan perguruan tinggi sebagai staf pengajar;
e. lingkungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Pasal 19
(1) Tenaga kesehatan yang telah melaksanakan masa bakti diberikan surat
keterangan dari Menteri
(2) Surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan
persyaratan bagi tenaga kesehatan untuk memperoleh ijin menyelenggarakan
upaya kesehatan pada sarana kesehatan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian surat keterangan sebagaimana
dimaksud dalam ayal (1) diatur oleh Menteri
Pasal 20
BABV
STANDAR PROFESI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
Bagian Kesatu
Standar Profesi
Pasal 21
Pasal 22
(1) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya
berkewajiban untuk :
a. menghormati hak pasien;
b. menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien;
c. memberikan infomasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang
akan dilakukan;
d. meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan;
e. membuat dan memelihara rekam medis.
131
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
oleh Menteri.
Pasal 23
(1) Pasien berhak atas ganti rugi apabila dalam pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
mengakibatkan terganggunya kesehatan, cacat, atau kematian yang terjadi
karena kesalahan atau kelalaian.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai
denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kedua
Perlindungan Hukum
Pasal 24
Pasal 25
(1) Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada sarana kesehatan atas dasar
prestasi kerja, pengabdian, kesetiaan, berjasa pada Negara atau meninggal
dunia dalam melaksanakan tugas diberikan penghargaan .
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan oleh
Pemerintah dan/atau masyarakat.
(3) Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat, tanda jasa, uang atau
bentuk lain.
BAB VII
IKATAN PROFESI
Pasal 26
(1) Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk
rneningkatkan dan/atau rnengembangkan pengetahuan dan keterampilan,
martabat dan kesejahteraan tenaga kesehatan.
(2) Pembentukan ikatan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
BAB VIII
TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING
Pasal 27
132
(1) Tenaga kesehatan warga negara asing hanya dapat melakukan upaya
kesehatan atas dasar ijin dari Menteri.
(2) Ketentuan lebih lanjut rnengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur oleh Menteri dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku di bidang tenaga kerja asing
B A B IX
PEMBINAAN DAN PENGA WASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 28
Pasal 29
(1) Pembinaan karier tenaga kesehatan meliputi kenaikan pangkat, jabatan dan
pemberian penghargaan.
(2) Pembinaan karier tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 30
Pasal 31
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 32
133
Pasal 33
(1) Dalarn rangka pengawasan, Menteri dapat rnengambil tindakan disiplin terhadap
tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
tenaga kesehatan yang bersangkutan.
(2) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a. teguran;
b. pencabutan ijin untuk melakukan upaya kesehatan.
(3) Pengambilan tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan
memperhatikanketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BABX
KETENTU AN PIDANA
Pasal 34
Pasal 35
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
Pasal 37
134
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia,
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Mei 1996
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Mei 1996
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 1996
TENTANG
TENAGA KESEHATAN
UMUM
Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari Pembangunan Nasional pada
hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai
kemampuanhidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yangoptimal yang besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan
sumber daya manusia sebagai modal Pembangunan Nasional. Pembangunan
kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat
dengan menanamkan kebiasaan hidup sehat.
Untuk rnewujudkan hal tersebut di atas diselenggarakan berbagai upaya kesehatan
yang didukung antara lain oleh sumber daya tenaga kesehatan yang memadaisesuai
dengan yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan. Oleh karena itu pola
pengembangan sumber daya tenaga kesehatan perlu disusun secara cermat yang
meliputi perencanaan, pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan yang berskala
nasional. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan secara nasional disesuaikan
dengan masalah kesehatan, kemampuan daya serap dan kebutuhan
pengembanganprogram pembangunan kesehatan. Pengadaan tenaga kesehatan
135
sesuai denganperencanaan kebutuhan tersebut diselenggarakan rnelalui pendidikan
dan pelatihan baik oleh Pemerintah dan/atau oleh masyarakat termasuk
swastasedangkanpendayagunaannya diselenggarakan secara efektif dan merata.
Dalam rangka penempatan terhadap jenis tenaga kesehatan tertentu ditetapkan
kebijaksanaan melalui pelaksanaan masa bakti terutama bagi tenaga kesehatanyang
sangat potensial di dalam kebutuhan penyelenggaraan upaya kesehatan. Disamping
itu tenaga kesehatan tertentu yang bertugas sebagai pelaksana atau pemberi
pelayanan kesehatan diberi wewenang sesuai dengan kompetensi pendidikan yang
diperolehnya, sehingga terkait erat dengan hak dan kewajibarmya. Kompetensi dan
kewenangan tersebut menunjukan kemampuan profesional yang baku dan
merupakan standar profesi untuk tenaga kesehatan tersebut. Tenaga kesehatan
yang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesinya akan mendapatkan
perlindungan hukum. Terhadap jenis tenaga kesehatan tersebut di dalam
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4).
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
Pasal 3
136
Pasal 4
Ayat (1)
Pengertian ijin dalam ayat ini misalnya:
- surat penugasan bagi tenaga kesehatan;
- surat ijin praktik atau ijin kerja bagi tenaga kesehatan tertentu.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jeias
Pasal 5
Ayat (1)
Bagi tenaga kesehatan untuk jenis tenaga medis dan tenaga
kefarrnasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri
disyaratkan melakuan adaptasi untuk dapat melakukan tindakan
kesehatan atau upaya kesehatan. Adaptasi dilakukan dengan
maksud tenaga kesehatan untuk jenis tenaga medis dan tenaga
kefarmasian memperoleh penyesuaian ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari luar negeri dengan ilmu pengetahuan yang sesuai
untuk melakukan tugas profesi di bidang kesehatan di Indonesia.
Adaptasi perlu dilakukan sebab karakter dan tingkat kesehatan serta
lingkungan masyarakat Indonesia berbeda dengan di luar negeri
Sehingga suatu jenis penyakit tertentu di luar negeri akan
memerlukan analisa dan pendekatan, serta upaya pengobatan yang
berbeda dengan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan ilmu
pengetahuan tenaga kesehatan jenis tenaga medis dan tenaga
kefarmasian yang diperoleh dari luar negeri dapat diterapkan sesuai
dengan situasi dan kondisi rnasyarakat Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
ljin penyelenggaraan pendidikan di bidang kesehatan adalah ijin dari
Menteri Kesehatan dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bagi
pendidikan profesional di bidang kesehatan misalnya Akademi
Perawatan, Akademi Kesehatan Lingkungan, Akademi Gizi, dan ijin
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bagi pendidikan akademik
di bidang
137
kesehatan misalnya Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi
dan Fakultas Farmasi. Peraturan perundang-undangan yang berlaku
adalah sesuai dengan Peraturan perundang-undangan di bidang
Pendidikan Nasional.
Pasal 9
Ayal (1)
Cukup jelas
Ayal (2)
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Tempat pelatihan kesehatan lainnya adalah tempat pelatihan yang
memenuhi persyaratan sebagai tempat pelatihan kesehatan yang
ditunjuk oleh Menteri atau pejabat kesehatan yang berwenang.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jclas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
138
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Pemberian surat keterangan merupakan suatu bentuk penghargaan
yang diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan bahwa
tenaga kesehatan yang bersangkutan telah mengabdikan dirinya
kepada Negara melalui masa bakti.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 20
Termasuk dalam pengertian status pegawai tidak tetap antara lain pegawai
bulanan, pegawai harian, pegawai honorer sesuai dengan peraturan
perundang - undangan yang berlaku atau pegawai tidak tetap sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin
Kerja Apoteker, Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 1991 tentang
Pengangkatan Dokter Sebagai Pegawai Tidak Tetap Selama Masa Bakti,dan
Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengangkatan Bidan
Sebagai Pegawai Tidak Tetap.
Pasal 21
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan standar profesi tenaga kesehatan adalah
pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai
petunjuk dalam menjalakan profesinya secara baik.
Ayat (2)
Dalam menetapkan standar profesi untuk masing-masing jenis
tenaga kesehatan, Menteri dapat meminta pertimbangan dari para
ahli di bidang kesehatan dan/atau yang mewakili ikatan profesi
tenaga kesehatan.
Pasal 22
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan tertentu dalam ayat ini
adalah tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan
pasien misalnya, dokter, dokter gigi, perawat.
Huruf a
Yang dimaksud hak pasien dalam huruf ini antara lain ialah
hak atas hak untuk memberikan/menolak persetujuan, hak
atas pendapat kedua.
Huruf b
Cukup jelas
139
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Perlindungan hukum di sini misalnya rasa aman dalam
melaksanakan tugas profesinya, perlindungan terhadap keadaan
membahayakan yang dapat mengancam keselamatan atau jiwa baik
karena alam maupun perbuatan manusia
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 26
Ayat (I)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayal (2)
Cukup jelas
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 30
Ayat (1)
140
Dalam melakukan pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan,
Menteri dapat mengikutsertakan para ahli di bidang kesehatan
dan/atau yang mewakili ikatan profesi tenaga kesehatan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jeias
141
TENTANG
WAJIB SIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN
Mengingat :
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
Pasal 1.
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan
pekerjaannya dalam lapangan kedokteran.
Pasal 2.
Pasal 3.
Pasal 4
142
Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai: wajib simpan rahasia kedokteran yang
tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana, Menteri Kesehatan dapat melakukan tindakan administratif
berdasarkan pasal 11 Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan.
Pasal 5.
Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang
disebut dalam pasal 3 huruf b, maka Menteri Kesehatan dapat mengambil tindakan-
tindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.
Pasal 6.
Pasal 7.
Peraturan ini dapat disebut "Peraturan Pemerintah tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran".
Pasal 8.
Peraturan ini mulai berlaku pada hari diundangkannya. Agar setiap orang dapat
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 Mei 1966.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SUKARNO.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 21 Mei 1966.
SEKRETARIS NEGARA,
MOHD. ICHSAN.
143
PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH No. 10 TAHUN 1966
TENTANGWAJIB SIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN
UMUM .
Setiap orang harus dapat meminta pertolongan kedokteran dengan perasaan aman
dan bebas. Ia harus dapat menceriterakan dengan hati terbuka segala keluhan yang
mengganggunya, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, dengan keyakinan
bahwa hak *16858 itu berguna untuk menyembuhkan dirinya. Ia tidak boleh merasa
khawatir bahwa segala sesuatu mengenai keadaannya akan disampaikan kepada
orang lain, baik oleh dokter maupun oleh petugas kedokteran yang bekerja sama
dengan dokter tersebut. Ini adalah syarat utama untuk hubungan baik antara dokter
dengan penderita. Pada waktu menerima ijazah seorang dokter bersumpah: "Saya
akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan
karena keilmuan saya sebagai dokter". Dan sebagai pemangku suatu jabatan ia
wajib merahasiakan apa yang diketahuinya karena jabatannya, menurut pasal 322
KUHP yang berbunyi: : "Barangsiapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang
ia wajib menyimpan oleh karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang
maupun yang dahulu, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan
bulan atau denda sebanyak-banyaknya enam ratus rupiah". "Jika kejahatan ini
dilakukan terhadap seseorang yang tertentu maka ini hanya dituntut atas pengaduan
orang itu". Peraturan Pemerintah ini diperlukan untuk mereka yang melakukan
perbuatan-perbuatan pelanggaran rahasia kedokteran yang tidak dapat dipidana
menurut pasal 322 KUHP tersebut atau pasal 112 KUHP tentang pengrahasiaan
sesuaatu yang bersifat umum.
Dengan kata-kata "segala sesuatu yang diketahui", dimaksud : Segala fakta yang
didapat dalam pemeriksaan penderita, interpretasinya untuk menegakkan diagnose
dan melakukan pengobatan: dari anamnese, pemeriksaan jasmaniah, pemeriksaan
dengan alat-alat kedokteran dan sebagainya. Juga termasuk fakta yang dikumpulkan
oleh pembantu-pembantunya. Seorang ahli obat dan mereka yang bekerja dalam
apotik harus pula merahasiakan obat dan khasiatnya yang diberikan dokter kepada
pasiennya. Merahasiakan resep-dokter adalah sesuatu yang penting dari etik :
pejabat yang bekerja dalam Apotik.
Pasal 2.
Berdasarkan pasal ini orang (selain dari pada tenaga kesehatan) yang dalam
pekerjaannya berurusan dengan orang sakit atau mengetahui keadaan sisakit, (baik)
yang tidak maupun yang belum mengucapkan sumpah jabatan, berkewajiban
menjunjung tinggi rahasia mengenai keadaan sisakit. Dengan demikian para
mahasiswa kedokteran "kedokteran gigi, ahli farmasi, ahli laboratorium, ahli sinar,
bidan, para pegawai, murid para medis dan sebagainya termasuk dalam golongan
yang diwajibkan menyimpan rahasia. Menteri Kesehatan dapat menetapkan, baik
secara umum, maupun secara insidentil, orang-orang lain yang wajib menyimpan
144
rahasia kedokteran, misalnya pegawai tata-usaha pada rumah-rumah sakit dan
laboratorium-laboratorium,
Pasal 3.
Cukup jelas.
Pasal 4.
Berdasarkan pasal 322 KUHP, maka membocorkan rahasia jabatan, dalam hal ini
rahasia kedokteran, adalah suatu tindak pidana yang dituntut atas pengaduan
(klachdelict), apabila kejahatan itu ditujukan pada seseorang tertentu. Demi
kepentingan umum Menteri Kesehatan dapat bertindak terhadap pembocoran
rahasia kedokteran, meskipun tidak ada suatu pengaduan. Sebagai contoh: Seorang
pejabat kedokteran berulangkali mengobrolkan di depan orang banyak tentang
keadaan dan tingkah laku pasien yang diobatinya. Dengan demikian ia merendahkan
martabat jabatan kedokteran dan mengurangi kepercayaan orang kepada penjabat-
penjabat kedokteran.
Pasal 5.
Berdasarkan pasal ini Menteri Kesehatan dapat meminta kepada instansi yang
bersangkutan (umpama untuk urusan mahasiswa kepada Departemen P.T.I.P dan
sebagainya) agar mengambil tindakan administratip yang wajar bilamana dilanggar
wajib simpan rahasia kedokteran ini.
Pasal 6.
Pasal 7 dan 8.
Cukup jelas.
145