Anda di halaman 1dari 145

PEDOMAN PENGELOLAAN

REKAM MEDIS
RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA

REVISI KE- I

Jl. Raya Imam Bonjol No. 7 Cikarang Barat – Kab. Bekasi


Telp. : (021) 89116527  Facx. : (021) 89116528

1
KATA PENGANTAR

Rekam medis diartikan sebagai “ Keterangan tertulis dan terekam tentang


identitas, anamnesa, penentuan fisik laboratorium, diagnose dan
pengobatan”.

Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi


dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit
ridhoka salma. Isi rekam medis merupakan dokumen resmi yang mencatat
seluruh proses pelayanan medis dirumah sakit, dan sangat bermanfaat
antara lain bagi asfek administrasi, medis, hukum keuangan, penelitian,
pendidikan, dokumentasi, perencanaan serta pemanfaatan sumbar daya.

Rekam medis wajib di isi bukan hanya oleh tenaga medis, paramedic, tetapi
juga oleh residen serta mahasiswa dibawah pengawasan dokter.Agar dapat
terciptanya keseragaman dan persamaan pengertian rekam medis di rumah
sakit yang sesuai dengan Permenkes. No.269/MENKES/PER/III/2008,
tentang rekam medis/ Medical Record, maka perlu adanya suatu Pedoman
Pengelolaan Rekam Medis di lingkungan rumah sakit Ridhoka salma (
BPPRM).

Rekam medis harus berisi informasi lengkap perihal proses pelayanan medis
di lingkungan Rumah Sakit Ridhoka Salma, baik yang terjadi di masa lalu,
masa kini dan perkiraan dimasa yang akan datang. Dalam permenkes semua
petugas dirumah sakit wajib untuk terlibat dalam pengisian rekam medis
sesuai dengan undang - undang kesehatan yang berlaku.Jika terjadi
kecerobahan, kelalaian serta kekhilalafan dalam pengisian lembar-lembar
rekam medis dapat dituntut dan mengakibatkan sanksi hukum pada rumah
sakit atau petugas yang bersangkutan.

Oleh karena itu didalam kesempatan yang baik ini kami mengajak semua
pihak yang bekerja di rumah sakit Ridhoka Salma untuk sama-sama
membina dan mengembangkan rekam medis. Semua petugas di rumah
Sakit. Baik tenaga medis, paramedic, maupun non medis yang berkaitan
dengan penyelenggaraan rekam medis hendaknya selalu mentaati ketentuan
yang telah digariskan didalam buku pedoman ini.

Komite Medis/ Sub Komite Rekam Medis di rumah sakit Ridhoka salma
diharapkan dapat berperan lebih aktif untuk terus menerus melakukan
pemantauan secara cermat terhadap pelaksanaan penyelenggaraan rekam
medis di lingkungan Rumah Sakit Ridhoka Salma

2
SAMBUTAN

Puji syukur ke hadirat tuhan yang maha Esa, bahwa buku Pedoman
Pengelolaan Rekam medis di Rumah sakit Ridhoka Salma telah dapat di
susun. Buku ini merupakan pedoman bagi pimpinan Rumah Sakit, Komite /
Sub Komite Rekam Medis, serta semua petugas yang ada kaitannya dengan
rekam medis dalam tata cara pelaksanaan penyelenggaraan rekam medis.

Buku pedoman ini dibuat berdasarkan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit
Ridoka salma No.

Dengan BPPRM ini diharapkan setiap unit kerja yang ada di lingkungan
rumah sakit ridhoka Salma dapat memahami dan melaksanakannya dengan
baik dan benar sehingga terciptanya berkas rekam medis yang rapid an diisi
dengan benar dan rapi.

Cikarang, Juli 2014.

3
DAFTAR ISI

- KATA PENGANTAR DIREKTUR RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA


- SAMBUTAN WAKIL DIREKTUR PELAYANAN MEDIS RUMAH SAKIT
RIDHOKA SALMA
- DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN SEJARAH DAN PERKEMBANGAN …..


A. Pendahuluan……….
B. Sejarah……………..
C. Perkembangan…………….
BAB II : FALSAFAH, PENGERTIAN DAN TUJUAN SERTA KEGUNAAN
A. Falsafah………….
B. Pengertian…………..
C. Tujuan dan Kegunaan………….
BAB III : ORGANISASI DAN PANITIA REKAM MEDIS
A. Organisasi Rekam Medis……….
B. Panitia Rekam Medis…………
BAB IV : PROSES PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS
A. Sistem Penamaan
1. Sistem Penamaan……
2. Sistem Penomoran……..
3. Sistem Kartu Indeks Utama Pasien /KIUP
B. Prosedur Rekam Medis
1. Pendaftaran Pasien
1.a. Rawat Jalan
1.b. Rawat Inap
1.c. Rawat Darurat
2. Perekaman Kegiatan Pelayanan Medis
2.a. Penanggung Jawab Pengisian Rekam Medis
2.b. Ketentuan Pengisian Rekam Medis
2.c. Formulir dan Cara Pengisian Rekam Medis
C. Proses Pengolahan Rekam Medis
1. Perakitan / Assembling Rekam Medis
2. Koding / Coding
3. Indeksing / Indexing
4. Pelaporan Rumah Sakit
5. Korespondensi Rekam Medis
D. Analisa
1. Analisa Mutu dan Rekam Medis
2. a. Analisa Mortalitas dan Operasi
b. Analisa Morbilitas Kualitatif dan Kuantitatif
E. Sistem Kearsipan Rekam Medis
1. Penyimpanan Rekam Medis
2. Pengendalian Rekam Medis

4
3. Penyusutan dan penghapusan Rekam Medis
BAB V : PROTAP / SOP REKAM MEDIS
BAB VI :ASPEK HUKUM REKAM MEDIS
A. Pertanggung Jawaban terhadap Rekam Medis
B. Pemilikan Rekam Medis dan Kerahasian Rekam Medis
C. Informed Consent
D. Pemberian Informasi Rekam Medis
E. Rekam Medis di Pengadilan
F. Adopsi.
BAB VII. PENGEMBANGAN REKAM MEDIS
A. Pendidikan dan Pelatihan
B. Teknologi RM
LAMPIRAN – LAMPIRAN
A. Permenkes 749a tahun 1989
B. Permenkes 269 tahun 2008
C. Permenkes 575 tahun 1989
D. Bagan Organisasi
E. PP No. 32 tentang Tugas Kesehatan
F. PP No. 10 tahun 1996.
G. SK Dirjen Yan Medik tentang revisi Pedoman Pengolahan Rekam
Medis Rumah Sakit
H. Standar Pelayanan Rekam Medis.

5
BAB I
PENDAHULUAN

SEJARAH REKAM MEDIS

A. Lahirnya Rekam Medis ; Lahirnya Ilmu Kedokteran dimulai zaman Batu


(Paleolithic) ± 3000- 2500 SM di Spanyol Pahatan pada dinding gua
(batu),daun-daun kering dan tulang-tulang.

B. Zaman Mesir Kuno (Egyptian Period).

1. Dewa Thoth ( Zaman Mesir Kuno )


seorang ahli pengobatan, yang sampai dijuluki dengan Dewa
Kebijaksanaan. ia mengarang antara 36 s.d 42 buku. Enam buku
diantaranya mengenai masalah kedokteran (Tubuh manusia,
penyakit, alat-alat pengobatan dan kebidanan)

Gb. 1. Dewa Thoth


2. Imhotep ( Zaman Mesir Kuno )
Hidup di zaman piramid antara 3000 – 2500 SM, menjabat sebagai
Kepala Arsitek Negeri dan Penasehat Medis Raja Fir'aun.ia adalah
seorang dokter yang mendapat kehormatan sebagai medical
demiggod. ia membuat papyrus yaitu dokumen imlu kedokteran kuno
yang berisi 43 kasus pembedahan.

Gb. 2.Imhotep

Papyrus Ebers Ditemukan di kaki Mummy di Necropolis dekat Thebes


thn 1972 Ditulis sejak 1550 SM Dijual pada George Ebers (arkeolog
Jerman) Sebelum PD II berada di University of Leipzing (Polandia)

6
merupakan observasi yang cermat tentang penyakit & pengobatan
yang dikerjakan teliti & mendalam,

Gb. 3. Papyrus Ebers

Papyrus selama berabad-abad menghilang dan ditemukan pada abad


XIX oleh Bangsa Inggris bernama Edwin Smith dikenal Edwin Smith
Papyrus. Papyrus sekarang disimpan di New York Academy
Academy of Medicine, USA
a. Aeculapius ( Zaman Yunani Kuno
Dianggap Dewa Kedokteran Memp.tongkat dililit ular (simbol
kedokteran) Praktek di Delphi,dekat kuilnya yang runtuh dekat
gunung Zsus Ilmu Kedokteran diYunani disebarkan 10 dokter ,
Aesculapadae Kuil penderita , Aesculapia (1134 SM) Pengobatan
lain di kota Epidaurus (Secred Grove)/ barat Athena.
b. Hippocrates ( Zaman Yunani Kuno )(460 SM)
sebagai bapak ilmu kedokteran. beliaulah yang banyak menulis
tentang pengobatan penyakit dengan metode ilmu modern,
mengenyampingkan ramalan dan pengobatan mistik, serta
melakukan penelitian observasi dengan cermat yang sampai saat ini
masih dianggap relevan. Hasil penelitian terhadap pasien tersebut
sampai saat ini juga masih dapat dibaca oleh para dokter. Beliau
mengajarkan pentingnya menuliskan catatan penemuan medis
kepada murid-muridnya)
c. Anak Hipocrates:Thesalius,Dracon,Dexxipusdiajarkan mencatat RM,
hasil penemuanmedis

Gb. 4. Thesalius putra Hipocrates

7
C. Zaman Yunani Romawi

1. Galen dan St. Jerome( Romawi Kuno )


Mereka adalah tokoh yang berperan dalam memperkenalkan pertama
kali istilah rumah sakit (Hospitalia) yang didirikannya pertama kali di
Roma italia pada tahun 390 M.

Gb. 5.RS. St. Jerome di Roma

2. Aetius, Alexander, Oribasius & Faul.


Mereka hidup di zaman Bizantyum banyak melakukan penelitian di
bidang kesehatan,membuat buku dan pencatatan serta pengobatan
kepada masyarakat,mereka sering di sebut rahib ( dokter kuno ).

3. Zaman Jahudi
Injil dan Talmud yang memuat masalah penyembuhan Dari pada Injil
Bangsa Ibrani pencipta Prophylaxis Buku Leviticus tentang Hipotesis,
efek menyentuh benda kotor,jenis makanan yang harus dimakan dan
bergizi , cara membersihkan ibu post partum

4. Avicena (Ibnu Sina) dan Rhazes (865-925)


Hidup di zaman Nabi Muhammad saw pada abad 8 ( dinasti Islam)
Dokter Islam & berpraktek di RS Persia (Iran) Pendiri RS di Baghdad,
merupakan tokoh yang berperan dalam penulisan catatan klinik yang
lebih baik maupun buku-buku kedokteran seperti "Treatise on
Smallpox and Measles". Dokter pertama pengguna alkohol & usus
kambing utk menjahit luka

Gb. 6. Ibnu Sina

8
D. Zaman Abad Pertengahan
Selain Tokoh-tokoh diatas terdapat juga Rumah-Rumah Sakit yang
sangat berperan dalam Perkembangan Rekam Medis seperti :

Adanya RS St.Bartholomous di London, Inggris RM pasien yang pernah


dirawat tahun 1137 masih ada Pendiri RS ini, Rahera RS mengeluarkan
buku Book of Foundation berisi riwayat dr 28 kasus penyakit

Gb. 7.RS. St. Bartholomous di London


Rumah Sakit St. Barthelomew di London
Berdiri pada jaman Renaissance RS ini sangat menekankan
pencatatan laporan/ instruksi medis yang harus dilakukan oleh
seorang dokter sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada
pasiennya.RS ini juga yang mempelopori adanya pendirian
perpustakaan kedokteran.

Gb. 8.RS. St. Barthelomew di London

Andreas Vassalus (1514-1564) Bangsa Belgia Dokter yg belajar Ilmu


Anatomi melalui pembedahan mayat org kriminal dgn cara mencuri
mayat Membuat RM = Fabrica (1543) menjadi profesor pd University
of Padua (Italia)

9
Gb. 9. Andreas Vassalus

E. Abad Ke XVII
Dokter William Harbey Menekankan arti pentingnya RM Dokter hrs
bertanggung jawab thd RM & hrs mencatat laporan instruksi medis dr
pasien

Gb. 10. Dokter William Harbey

Kapten Jhon Grant Org pertama kali mempelajari Vital Statistik thn 1661
Penelitian atas Bills of Mortality (angka kematian) 2 pendapat
penelitiannya: - Kematian di kota > drpd di desa -Jml kematian pria >
wanita,ttp terdpt jml seimbang pria & wanita di masy.

F. Abad Ke XVIII

Benyamin Franklin pada tahun 1752


Mendirikan Rumah Sakit Penansylavania di Philadelphia, Kemudian
tahun 1771 rumah sakit New York didirikan. dan pencatatan rekam medis
baru dilakukan pada tahun 1793 yaitu registrasi pasien baru. Tahun 1862
pengindeksan penakit dan kondisi penyertanya baru dilakukan.

10
Gb. 10. Rumah Sakit New York 1771
G. Abad Ke XIX
a. Dibuka RSU Massachusetts di Boston yg memiliki RM dan katalog
lengkap Tahun 1871 pasien yang dirawat dibuat KIUP (Kartu Indeks
Utama Pasien) Thn 1870-1893 Library Bureu ,penelitian katalog
pasien

Gb. 10. Rumah Sakit Massachusetts di Boston 1871


b. Thn 1895-1867 Ny. Grece Whiting Myers terpilih sbg President
pertama dr Association of Record Librarian of North America & ahli
Medical Record pertama di Rumah Sakit.

Gb. 11. Assosiasi of Record Librarian of North America dan Ahli Medical
Record yang pertama di Rumah Sakit.

11
H. Abad Ke XX Thn 1902,
American Hospital Association (AHA)
Perkembangan rekam medis pada abad 20 semakin berkembang
pesat khusunya di dunia barat karna AHA (American Hospital
Association) untuk pertama kalinya melakukan diskusi rekam medis.
Hingga tahun 1905 seorang dokter berkebangsaan Amerika dr.
Wilson mengemukakan pidato ilmiahnya tentang "A clinical chart for
the record of patient in small hospital" atau inti pidatonya yaitu tentang
pentingnya nilai rekam medis yang lengkap demi kepentingan pasien
maupun pihak rumah sakit. Perkembangan berikutnya yaitu sebagai
berikut;
a. Tahun 1935 di Amerika mulai muncul 4 buah sekolah rekam medis
b. Tahun 1955 sekolah tersebut telah berkembang hingga 26 sekolah.
c. Di Inggris didirikan 4 buah sekolah rekam medis tahun 1948.
d. Australia medirikan sekolah rekam medis oleh seorang ahli rekam
medis
berkebangsaan Amerika Ny. Huffman.

Gb. 12. Gedung Sekolah Rekam Medis yang Pertama didirikan .

12
PERKEMBANGAN REKAM MEDIS DI INDONESIA

a. PERKEMBANGAN RM DI INDONESIA Kemerdekaan Rumah Sakit


sudah melaksanakan.pencatatan tapi belum baik Tahun 1960, PP
No.10 ,semua tenaga kesehatan wajib menyimpan rahasia
kedokteran Rekam Medis Tahun 1972, SK Menkes RI
N0.034/Birhup/1972, Rumah Sakit wajib menyelenggarakan Rekam
Medis.
b. Guna menunjang Rencana Induk (Master Plan) yang baik,maka
Rumah Sakit harus:
1. Memiliki dan mengolah data statistik sehingga dapat
menghasilkan data informasi yang up to date
2. 2.Memiliki prosedur penyelenggaraan Rekam Medis yang
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
c. Tahun 1972-1989,penyelenggaraan Rekam Medis belum baik
,PermenkesNo.749a Menkes/Per/XV/thn 1989. Sesuai Pasal 22,” Hal-
Hal yang belum diatur dan petunjuk pelaksanaan peraturan ini akan
ditetapkan Direktur Jenderal sesuai bidang/tugas masing-masing”……
maka…..
d. DirjenYanmed menyusunSK DirjenYanmed, Juklak RM di Rumah
Sakit dengan Keputusan No. 78 thn 1991 No.YM.00.03.2.2.1296
tentang Revisi Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit
e. UU Kedokteran No.29 thn 2004 tentang praktek Kedokteran ,pasal 46
ayat (1) “Setiap dokter atau dokter gigi dlm menjalankan praktek
kedokteran wajib membuat Rekam Medis, Dengan perkembangan
Iptek bidang data dan informasi disempurnakanlah Buku Pedoman
Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di
Indonesia
f. UU Kesehatan No.3 Tahun 1992 (pasal 53,54,55),DITINJAU DARI
ASPEK HUKUM kedudukan Rekam Medis kuat Tenaga kesehatan
berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai profesinya.Jadi,tenaga kesehatan yang bersalah, tindakan
disiplinSetiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan yg
dilakukan tenaga kesehatan
g. UU RI No.29, thn 2004 tentang Praktek Kedokteran,pasal 51 “Dokter
atau dokter gigi daalm melaksanakan praktek kedokteran mempunyai
kewajiban dalam memberikan pelayanan sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis
pasien,menjaga rahasia kedokteran & memberikan pelayanan selalu
mengacu pada etika kedokteran yang berlaku”

13
BAB II

FALSAFAH, PENGERTIAN DAN TUJUAN SERTA KEGUNAAN

A. FALSAFAH REKAM MEDIS.

Rekam medis merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan


yang diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainya kepada
pasien, hal ini merupakan cerminan kerja sama lebih dari satu orang
tenaga kesehatan untuk menyembuhkan pasien. Bukti tertulis
pelayanan dilakukan setelah pemeriksaan tindakan pengobatan
sehingga dapat dipertanggung jawabkan.

Proses Pelayanan yang diawali dengan indentifikasi pasien baik jati


diri, maupun perjalanan penyakit, pemeriksaan, pengobatan dan
tindakan medis lainnya.Rekam Medis merupakan catatan (Rekaman)
yang harus di jaga kebersihannya dan terbatas tenaga kesehatan dan
pasien – pasien serta memberikan kepastian biaya yang harus
dikeluarkan. Jadi falsafah Rekam Medis mencantumkan nilai
Administrasi, Legal, Finansial, Riset, Edukasi, Dokumen, Akurat,
Informatif dan dapat dipertanggung jawabkan ( ALFRED AIR ).

B. PENGERTIAN REKAM MEDIS.

Di dalam membahas pengertian rekam medis terlebih dahulu akan


dikemukakan arti dari rekam medis itu sendiri. Rekam medis disini
diartikan sebagai “ keterangan baik yang tertulis maupun yang
terekam tentang identitas, anamneses, penentuan fisik laboratorium,
diagnosa segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan
kepada pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan
maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat”. Kalau
diartikan secara dangkal, rekam medis seakan-akan hanya
merupakan catatan dan dokumen tentang keadaan pasien namun
kalau dikaji lebih dalam rekam medis mempunyai makna yang lebih
luas dari pada hanya catatan biasa, karena didalam catatan tersebut
sudah tercermin segala informasi menyangkut seorang pasien yang
akan dijadikan dasar didalam menentukan tindakan lebih lanjut dalam
upaya pelayanan maupun tindakan medis lainnya yang diberikan
kepada seorang pasien yang datang ke rumah sakit.

14
Rekam medis mempunyai pengertian, yang sangat luas tidak hanya
sekedar kegiatan pencatatan.Akan tetapi mempunyai pengertian
sebagai satu system penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan
kegiatan pencatatannya sendiri hanya merupakan salah satu kegiatan
dari pada penyelenggaraan rekam medis penyelenggaraan rekam
medis adalah merupakan proses kegiatan yang dimulai pada saat di
terimanya pasien dirumah sakit, diteruskan kegiatan pencatatan data
medik pasien selama pasien itu mendapatkan pelayanan medic di
rumah sakit. Dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam
medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta
pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani
permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan
lainnya.

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN REKAM MEDIS


Di dalam uraian tujuan dan kegunaan rekam medis ini terdapat dua
pengertian yang sangat erat kaitannya yaitu tujuan dan kegunaan.

1. Tujuan Rekam Medis


Tujuan dari rekam medis itu sendiri, sedangkan kegunaan disini
dimaksudkan kegunaan dari rekam medis.

Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib


administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan
di rumah sakit.Tanpa didukung suatu system pengolaan rekam medis
yang baik dan benar. Mustahil tertib administrasi rumah sakit akan
berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib
administrasi merupakan salah satu factor yang menentukan di dalam
upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tujuan Rekam medis
secara rinci akan terlihat dan analog dengan kegunaan rekam medis
itu sendiri.

2. Kegunaan Rekam Medis.


Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain
:
- Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena
isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan
tanggung jawab sebagai tenaga medis dan para medis dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
- Aspek Medis

15
Suatu berkas medis mempunyai nilai medic, karena catatan
tersebut di pergunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada seorang
pasien.
- Aspek Hukum.
Suatu berkas medis mempunyai nilai hukum, karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas
dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta
penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
- Aspek Keuangan.
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya
mengandung data/ informasi yang dapat dipergunakan sebagai
aspek keuangan.
- Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya
menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai
aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang
kesehatan.
- Aspek Pendidikan.
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena
isinya menyangkut data/ informasi tentang perkembangan
kronologis dan kegiatan pelayanan medic yang diberikan kepada
pasien.Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan/
referensi pengajaran di bidang profesi si pemakai.
- Aspek Dokumentasi.
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena
isinya menyangkut sumber ingatan yang harus di dokumentasikan
dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan
rumah sakit.
Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut diatas, rekam
medis mempunyai kegunaan yang sangat luas, karena tidak
hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi pelayanan
saja. Kegunaan rekam medis secara umum adalah:
a. Sebagai alat komunikasi antara dokter , antara tenaga ahli
lainnya yang ikut ambil bagian di dalam memberikan
pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien.
b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan
yang harus diberikan kepada seorang pasien.
c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan,
perkembangan penyakit dan pengubatan selama pasien
berkunjung/dirawat di rumah sakit.

16
d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan
evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada
pasien.
e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit
maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
f. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk
keperluan penelitian dan pendidikan.
g. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran
pelayanan medic pasien.
h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumrntasikan, serta
sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan.

17
BAB III

PENGORGANISASIAN REKAM MEDIS

A. ORGANISASI REKAM MEDIS


Organisasi Rumah Sakit Umum diatur dalam keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 983/MENKES/SK/XI/1992, tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum. Khususnya rekam medis
di dalam organisasi rumah sakit sesuai klasifikasi kelas A,B,C dan D
terdapat kegiatan rekam medis masing-masing pada pasal 16(3),25
(3) dan 40 (32).
Unit Rekam Medis keberadaanya tergantung dari kelas RS (lihat
lampiran). Untuk Rumah Sakit khusus dan Rumah Sakit Umum
lainnya dapat mengacu pada Permenkes 983 tersebut.
B. PANITIA REKAM MEDIS/ SUB KOMITE REKAM MEDIS
Panitia Rekam Medis atau Sub Komite Rekam Medis bertanggung
jawab kepada Komite Medik.Merujuk Surat Keputusan Menkes RI No.
983/SK/Menkes/XI/92 pasal 42 tentang Komite Medis.

Ayat (1) : Pengertian Komite Medis adalah kelompok tenaga medis


yang anggotanya dipilih dari anggota staf medis fungsional.
Ayat (2) : Komite Medis berada dibawah dan bertanggung kepada
direktur
Ayat (3) : Komite Medis mempunyai Tugas :
- Membantu Direktur menyusun standar, pelayanan dan
memantau pelaksanaannya.
- Melaksanakan pembinaan etika profesi.
- Profesi anggota staf medis fungsional.
- Serta mengembangkan program pelayanan,
pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan.
Ayat (4) : Dalam melaksanakan tugas, komite medis dapat dibantu
oleh panitia yang anggotanya terdiridari staf medis
fungsional dan tenaga profesi.
Ayat (5): Panitia adalah kelompok kerja khusus di dalam komite medis
yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah khusus.
Ayat (6) : Pembentukan panitia ditetapkan oleh direktur.

18
Adalah kelompok kerja rekam medis yang terdiri dari tenaga
kesehatan yang terlibat di dalam pelayanan kesehatan, dalam rangka
membantu komite rekam medis agar penyelenggaraan rekam medis
bemutu, tanggung jawab Panitia Rekam Medis/Sub Komite Rekam
Medis.

1. Tanggung Jawab

Tenaga Medis, paramedic dan tenaga kesehatan lainnya yang


memberikan pelayanan baik langsung maupun tidak langsung
kepada seorang pasien bertanggung jawab terhadap mutu yang
mereka berikan. Untuk memenuhi standar pelayanan medis.
Secara garis besar untuk rumah sakit Ridhoka Salma di uraikan
Sebagai berikut :

a. Ketua Sub Komite Rekam Medis.


1. Menyusun program kerja Sub Komite Rekam Medis,
sesuai tugas Sub Komite Rekam Medis.
2. Menyusun prosedur pelaksanaan yang berkaitan dengan
tugas Sub Komite Rekam Medis.
3. Mengadakan koordinasi dengan unit kerja terkait dalam
rangka pelaksanaan tugas Sub Komite Rekam Medis.
4. Membuat uraian tugas bagi Wakil Ketua, Sekretaris dan
Anggota Sub Komite Rekam Medis.
5. Mengajukan usulan yang berkaitan dengan tugas Sub
Komite Rekam Medis kepada Direktur RS. Ridhoka Salma
melalui Ketua Komite Medis.
6. Mengadakan pengawasan terhadap semua kegiatan Sub
Komite Rekam Medis agar dilaksanakan sesuai dengan
program kerja.
7. Mengadakan evaluasi terhadap semua kegiatan Sub
Komite Rekam Medis.
8. Melaporkan hasil kegiatan Sub Komite Rekam Medis
kepada Ketua Komite Medis.
9. Memimpin Rapat Sub Komite Rekam Medis.
10. Membina kerja sama dengan penasehat hukum dalam hal
hubungan keluar dan pengeluaran data/keterangan untuk
badan-badan lain diluar RS. Ridhoka Salma, atas
persetujuan Ketua Komite Medis dan Direktur RS. Ridhoka
Salma.

b. Wakil Ketua Sub Komite Rekam Medis.


1. Membantu Ketua Sub Komite Rekam Medis dalam
melaksanakan tugasnya.

19
2. Menjadi Koordinator analisis verifikasi berkas rekam medis
pasien.
3. Melaporkan hasil analisis/verifikasi berkas rekam medis
kepada ketua Sub Komite Rekam Medis.
4. Menggantikan tugas Ketua Sub Komite Rekam Medis
pada saat berhalangan.
5. Mengikuti rapat Sub Komite Rekam Medis.

c. Sekretaris Sub Komite Rekam Medis.


1. Membantu Ketua Sub Komite Rekam Medis untuk
menyiapkan dan memberikan data yang berhubungan
dengan tugas Sub Komite RekamMedis.
2. Membantu ketua Sub Komite Rekam Medis mengatur
jadwal/agenda kegiatan Sub Komite Rekam Medis dan
melaporkan hasilnya kepada Ketua Sub Komite Rekam
Medis.
3. Menetapkan rapat dan menjadi notulis dalan acara
pertemuan Sub Komite Rekam Medis.
4. Mengetik notulen rapat, pembuatan prosedur tetap dan
laporan kegiatan Sub Komite Rekam Medis.

d. Anggota Panitia Rekam Medis


1. Membantu Ketua Sub Komite Rekam Medis untuk
melaksanakan program kerja yang sesuai dengan tugas
Sub Komite Rekam Medis.
2. Membantu Ketua Sub Komite Rekam Medis membuat
prosedur yang berkaitan dengan tugas Sub Komite Rekam
Medis.
3. MelaksanakanVerifikasi berkas Rekam Medis :
i. Dokter : Melaksanakan verifikasi berkas
rekam medis yang berkaitan dengan kegiatan
pelayanan medis.
ii. Perawat : Melaksanakan verifikasi berkas
RekamMedis yang berkaitan dengan kegiatan
pelayanan keperawatan.
iii. Petugas Rekam Medis: Melaksanakan verifikasi
Rekam Medis dalam hal kelengkapan dan ataupun
pengisian berkas rekam medis sesuai dengan
peraturan yang berlaku
4. Melaporkan hasil verifikasi berkas rekam medis pasien
kepada Wakil Ketua Sub Komite Rekam Medis.
5. Mengikuti rapat Sub Komite Rekam Medis.

20
2. Keanggotaan.

Keanggotaan Panitia Rekam Medis terdiri dari Kanit Rekam medis,


Tenaga Medis, Tenaga Paramedis dan tenaga kesehatan lainnya
yang terlibat dalam pengisian lembaran-lembaran rekam
medis.Sebaiknya ditunjuk sebagai Ketua Panitia rekam medis
adalah seorang Dokter senior, sedang sebagai sekretaris di tunjuk
Ka.Unit rekam medis. Keanggotaan Panitia tersebut ditetapkan
dengan surat keputusan Direktur Rumah Sakit, untuk jangka waktu
3 ( tiga ) tahun. Tahun ke-II dan Ke-III baru dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik.Pada saat penggantian keanggotaan
Komite.Ketua komite harus benar-benar tahu lebih dahulu semua
prosedur yang berlaku.

3. Tata Kerja.

Komite harus mengadakan pertemuan satu kali


sebulan.Mereka harus menitik beratkan perhatian kepada
perbaikan mutu, pelayanan idealnya komite rekam medis harus
mempelajari rekam medis. Semua pasien yang telah keluar dari
rumah sakit dalam sebulan yang lalu terutama menilai kasus-kasus
tanpa diagnose, perbedaan pendapat tentang diagnose dan sebab-
sebab kematian. Biasanya menilai rekam medis pasien pulang
secara random saja.
Untuk ini harus dibuat jadwal penilaian rutin yang harus benar-
benar dituruti untuk menjamin bahwa semua macam kasus yang
mungkin di rawat di rumah sakit tersebut dapat termasuk dalam
penilaian.Petugas rekam medis menyerahkan rekam medic yang
tidak memenuhi standar kepada komite tersebut.Rekam medic tadi
dapat diambil secara khusus dari salah satu golongan pasien.Misal
rekam medis dari pasien Ginekologi.Harus meneliti rekam medis
pasien yang masih dirawat di unit rawat Inap.Penilaian khusus
secara teratur harus dilakukan oleh komite rekam medis terhadap
rekam medis di IGD menilai mutu pelayanan medis yang
diberikan.Rekam medis pasien-pasien yang meninggal dalam
jangka waktu 24 jam setelah masuk rumah sakit di IGD harus
mendapat perhatian khusus.Tanggung jawab Komite untuk menilai
rekam medis dan mutu pelayanan medis tidak hanya untuk pasien
rawat inap, tetapi juga untuk pasien rawat jalan.
Semua lembaran-lembaran rekam medis harus diperiksa oleh
komite rekam medis hal ini untuk mencegah duplikasi,

21
penyeragaman isi rekam medis menyeragamkan bentuk dan
ukuran dan mengurangi jumlah Rekam medis( Semini mungkin).
Agar tugas dan fungsi sub komite rekam medis dapat berdaya
guna dan berhasil guna maka sub komite rekam medis di beri
wewenang :
- Memberikan penilaian akhir terhadap kwalitas pengisian data
klinis.
- Menolak rekam medis tidak memenuhi standar.
- Menerapkan tindakan-tindakan kea rah perbaikan rekam
medis yang tidak memuaskan setiap tenaga medis, paramedic
dan tenaga kesehatan lainnya yang berkewajiban melengkapi
pengisian rekam medis harus menyetujui ketentuan-ketentuan
yang ada dan jika menolak akan dikenakan sangsi.

4. Hubungan Kerja.

a. Unit Rekam Medis, Unit Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Unit
Gawat Darurat dan Unit yang terkait, bertanggung jawab atas
terlaksananya kegiatan rekam medis, sesuai dengan batas
wewenang dan tanggung jawabnya.
b. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala unit rekam medis wajib
menerapkan koordinasi, Integrasi dan sinkronisasi baik dalam
lingkungan Internal unit dengan unit-unit lain yang terkait,
sesuai dengan tugasnya masing-masing.
c. Kepala unit rekam medis dan unit yang terkait, dengan
pelaksanaan kegiatan rekam medis, bertanggung jawab dan
mengkoordinasikan bawahannya masing-masing serta
memberikan petunjuk bagi pelaksanaan bagi petugas
bawahannya.
d. Kepala unit rekam medis dan unit-unit lain yang terkait dengan
pelaksanaan kegiatan rekam medis, wajib mengikuti dan
memenuhi petunjuk dan tanggung jawab kepada atasan
masing-masing dan menyampaikan laporan berkala tepat pada
waktunya.
e. Dalam melaksanakan tugasnya kepala unit rekam medis dan
unit-unit lain yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan rekam
medis, dalam rangka pembinaan dan pemberian bimbingan
wajib mengadakan rapat berkala baik antar petugas rekam
medis, maupun antara pimpinan unit rekam medis dengan unit-
unit yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan rekam medis di
rumah sakit.

22
f. Unit rekam medis mempunyai hubungan koordinasi dengan
unit-unit lain pada bagian secretariat. Unit rawat jalan, Unit
rawat Inap, Unit gawat darurat unit-unit penunjang dan instalasi
yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan rekam medis di
rumah sakit.

23
BAB IV
PROSES PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS

A. SISTEM REKAM MEDIS


1. Sistim Penamaan

Sistem penamaan pada dasarnya untuk memberikan identitas


kepada seorang pasien serta untuk membedakan antara pasien satu
dengan pasien yang lainnya, sehingga mempermudah/memperlancar
didalam memberikan pelayanan rekam medis kepada pasien yang
datang berobat kerumah sakit. Penamaan harus dilakukan secara
luwes, karena sebetulnya nama hanyalah salah satu identitas yang
membedakan pasien yang satu dengan lainnya di samping umur,
alamat dan nomor rekam medis pasien.
Prinsip utama yang harus di taati oleh petugas pencatat adalah :
nama pasien harus lengkap, minimal terdiri dari dua suku kata
dengan demikian, nama pasien yang akan tercantum dalam rekam
medis akan menjadi satu diantara kemungkinan ini :
- Nama pasien sendiri, apabila nama sudah terdiri daari satu kata
atau lebih;
- Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama suami, apabila
pasien seorang pasien yang bersuami.
- Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama orang tua (
biasanya nama ayah );
- Bagi pasien yang mempunyai keluarga/Marga, maka nama
kelurga/marga atau surname didahulukan dan kemudian diikuti
nama sendiri;
Dalam system penamaan rekam medis diharapkan :
- Nama ditulis dengan huruf cetak atau mengikuti ejaan yang
disempurnakan ;
- Sebagai pelengkap, bagi pasien perempuan diakhir nama lengkap
ditambah Ny. Atau Nn. Sesuai dengan status sosialnya.
- Pencantuman title selalu diletakkan sesudah nama lengkap
pasien:
- Perkataan tuan, Saaudara, Bapak tidak di cantumkan dalam
penulisan nama pasien ;

CARA PENULISAN NAMA PASIEN

Cara penulisan nama pasien menjadi sangat penting artinya karena sering
dijumpai pasien dengan nama yang sama dan seringnya seorang pasien
berobat di rumah sakit. Untuk mempermudah dalam menemukan kembali
berkas rekam medis jika diperlukan, serta untuk keseragaman penulisan
nama pasien dengan menggunakan ejaan baru yang disempurnakan.

Adapun cara penulisan adalah sebagai berikut :

24
A. Nama
1. Nama Orang Indonesia.
a. Nama orang Indonesia yang mempunyai nama keluarga, di indeks
menurut kata akhir ( nama keluarga ) sebagai kata pengenal
diikuti tanda koma, baru kemudian namanya sendiri.
Contoh :Suwito Mangunkusastro
Suwito Dipokusumo
Diindeks: Mangunkusastro suwito
Dipokusumo, Sumitro
b. Nama orang Indonesia majemuk
Contoh : Sutopo Yuwono (Yuwono bukan nama keluarga)
Diindeks : Sutopo Yuwono

c. Nama orang Indonesia yang mempunyai suku, marga, diindeks


menurut nama suku dan marga tersebut.
Contoh : Hamdan Harahap
Arnold Mononutu
Dirk Palekahelu
Diindeks : Harahap, Hamdan
Mononutu, Arnold
Palekahelu, Dirk
d. Nama – nama wanita.
1. Nama Wanita yang menggunakan nama ayahnya diindeks
dengan nama ayahnya.
Contoh : Anna Matovani
Heny Pusponegoro
Diindeks : Matovani. Anna
Pusponegoro. Heny
2. Wanita yang sudah bersuami diindeks dengan nama
suaminya.
Contoh : Aminah. Sutrisno
Diindeks : Sutrisno. Aminah

Aturan ini berlaku pula bagi janda yang masih mengunakan


nama almarhum suaminya. Bila yang bersangkutan bersuami lagi,
nama suami yang baru sebagai kata pengenal pertama. Untuk
membedakan antara wanita yang belum bersuami dengan wanita
yang sudah bersuami, dibelakang nama di tuliskan Nn. Atau Ny
dalam tanda kurung.
Contoh : Ny. Kartini Sukarno
Nn. Sutiah binti Huhaji
Diindeks : Sukarno, Kartini (Ny)
Muhaji, Sutiah binti (Nn)
e. Nama bayi.
Bila terjadi seorang bayi yang baru lahir hingga saat pulang belum
mempunyai nama, maka penulisannya adalah kartono. Bayi binti
(Nn), bila bayi lahir wanita dan orang tua beragama islam.

25
Ritonga, bayi bila bayi lahir laki-laki dan orangtuanya beragama
Kristen.

f. Petunjuk silang.
Petunjuk silang ialah alat petunjuk dari indeks yang tidak
dipergunakan kepada indeks yang dipakai atau petunjuk
hubungan antara indeks yang dipakai dengan indeks lainnya yang
juga dipakai. Penunjukan langsung dan tidak langsung (
penunjukan tidak langsung tidak kita bicarakan ). Petunjuk silang
langsung adalah penunjukan tentang seorang yang memiliki lebih
dari satu nama atau dokumen yang mengandung lebih dari satu
masalah ( tentang dokumen tidak kita bicarakan). Untuk petunjuk
langsung digunakan kata”lihat” atau tanda”X” alias/samara
ditujukan kepada nama yang sebenarnya.
Contoh : Unyil alias Sumiati
Diindeks : Sumiati lihat Unyil atau sumiati X Unyil.

2. Nama Orang Eropa.


Nama keluarga orang eropa terletak di bagian akhir dari nama
tersebut
Contoh : Robert Kennedy
Albert van der Molen
H.J. van Mook
Diindeks : Kennedy, Robert
Molen, Alberty van der
Van Mook, H.J
3. Nama Orang Arab.
Contoh : Akhmad Albar
Mohammad bin Gozali
Diindeks : Albar. Akhmad
Gozali, Mohammad bin

4. Nama India, Jepang dan Thailand.


Contoh : Mahatma Gandhi
Saburo Kabayashi
Charoom Rataranatsin

5. Nama orang China, Korea, Vietnam


Nama keluarga terletak dibagian paling depan, sehingga cara
penulisannya ( keturunan,She) tidak mengalami perubahan.
Contoh : Tan Po Guan
Kim III Sung
Tranh Van Dang
Diindeks : Tan Po Guan
Kim III Sung
Tranh Van Dang

26
Kadang-kadang kita jumpai nama china yang di gabungkan dengan
nama eropa
Contoh : Robert Liem
Sylvia Tan
Diindeks : Liem, Robert
Tan. Silvia
Nama-nama orang suci dan Haji menjadi bagian dari nama
Contoh : Santa Claus
Santo Jesep
FX. Suharjo
Haji Amir Makhmud
Diindeks : Claus, Santa
Josep, Santo
Suharjo, FX
Makhmud, Haji Amir

6. Gelar – gelar.
a. Gelar bangsawan adalah merupakan bagian dari indeks seperti
nama suci, baptis atau Haji.
Contoh : RA Kartini
Teuku Umar
Andi Lala
Sir Stanford Rafles
Diindeks : Kartini, RA
Umar, Teuku
Lala, Andi
Rafles, Sir Stanford
Gelar – gelar yang dipakai di Sumatera Barat bukan gelar
Contoh : Syamsudin sutan Bendaharo
Rusli Datuk Tumenggung
Diindeks : Syamsudin sutan Bendaharo
Rusli Datuk Tumenggung
b. Gelar kesarjanaan seperti DR, Dr, SH dsb, bukan merupakan
bagian dalam mengindeks gelar-gelar kesarjanaan tersebut di
tempatkan dibelakang nama dalam tanda kurung.
Contoh : Sumarno Notonegoro, SH
KRT. Sumantri Partokusumo, MSc
Diindeks : Notonegoro,sumarno (MSc)
Partokusumo.KRT. Sumantri (MSc)

c. Pangkat dan Jabatan tidak termasuk gelar, jika hal tersebut


benar-benar diperlukan dapat diindeks sebagai berikut :
Contoh : Mayor Sutopo Lusumo
Gubernur Ali Sadikin
Diindeks : Kusumo, Sutopo ( Mayor)
Ali Sadikin ( Gubernur )

27
2. Sistem Cara Pemberian Nomor ( Numbering System )
A. Sistem Penyimpanan.
1. Penyimpanan secara Sentralisasi.
Penyimpanan rekam medis seoramh pasien dalam satu
kesatuan baik rekam medis rawat jalan maupun pasien rawat
inap.
2. Penyimpanan secara Desentralisasi.
Penyimpanan rekam medis rawat jalan dan rawat inap
masing-masing terpisah.
B. Cara Penyimpanan.
1. Sistem Alfabetis.
Sistem penyimpanan rekam medis berdasarkan abjad dari
nama pasien.
2. Sistem Nomor.
Sistem penyimpanan rekam medis berdasarkan nomor rekam
medis yang diberikan kepada setiap pasien.
a. Nomor Langsung (Straight Numerical ).
Adalah penyimpanan rekam medis dalam rak
penyimpanan secara berurutan.
Contoh:
1201 00-02-01.
1202 00-02-02.
1203 00-02-03.
1204 00-02-04.
1205 00-02-05.

b. Nomor Angka Akhir ( Terminal Digit ).


Adalah cara penyimpanan dengan angka akhir nomor
dengan 6 angka yang dikelompokan menjadi 3 kelompok
masing masing 2 angka .
2 angka pertama disebut sebagai Angka ketiga atau
(tertiari digits),
2 angka ke-dua disebut sebagai Angka kedua (Secondari
digits), dan
2 angka terakhir disebut Angka pertama ( Primary digits)
contoh:
47-53-00 99-04-25 99-99-30
48-53-00 00-05-25 00-00-31
49-53-00 01-05-25 01-00-31
50-53-00 02-05-25 02-00-31

c. Cara penyimpanan Angka Tengah ( Middle Digits).


Adalah cara penyimpanan dengan angka Tengah dengan
6 angka yang dikelompokan menjadi 3 kelompok masing-
masing 2 angka.
2 angka pertama disebut sebagai Angka kedua.

28
2 angka ke-dua disebut sebagai Angka Pertama.
2 angka terakhir disebut Angka ketiga.
Contoh :
58-78-96 99-78-96
58-78-97 99-78-97
58-78-98 99-78-98
58-78-99 99-78-99
59-78-00 00-79-00
59-78-01 00-79-01

C. Pengambilan kembali rekam medis( Retrieval ).


Permintaan rutin berkas RM dari poliklinik atau dokter harus
diajukan kebagian rekam medis. Setiap hari pada jam yang telah
ditentukan. Permintaan tidak rutin berkas RM harus menggunakan
permintaan, dibuat rangkap tiga.
D. Tata cara pengambilan kembali rekam medis.
1. Tidak satupun berkas rekam medis boleh keluar dari ruang
rekam medis. Tanpa kartu peminjaman.
2. Seseorang yg menerima/meminjam rekam medis
berkewajiban untuk mengembalikan dalam keadaan baik dan
tepat waktu.
3. Rekam medis tidak dibenarkan diambil dari rumah sakit
kecuali atas perintah pengadilan.
E. Petunjuk Keluar(Outguide).
Suatu alat penting untuk mengawasi penggunaan rekam medis
diletakan sebagai pengganti pada maf-maf rekam medis yang
diambil.
F. Kode Warna untuk Maf ( Sampul Rekam Medis ).
Penggunaan kode warna terserah rumah sakit masing-masing
namun dianjurkan sbb:

Angka Warna Angka warna


0 Ungu 5 Coklat
1 Kuning 6 Kemerahan
2 Hijau Tua 7 Hijau muda
3 Oranye 8 Merah
4 Biru muda 9 Biru Muda

3. Cara Pembuatan Kartu Indeks Utama Pasien.

Kartu indeks Utama Pasien adalah salah satu cara untuk menunjang
kelancaran pelayanan terhadap pasien, karena apabila seorang
pasien lupa membawa kartu berobat maka KIUP akan membantu
untuk mencarikan data pasien yang diperlukan . KIUP merupakan

29
kunci utama bagi setiap pasien, sehingga mutlak harus dibuat, baik itu
pasien berobat jalan maupun pasien untuk dirawat. KIUP suatu tanda
pengenal setiap pasien baru yang disimpan selamanya pada instansi
yang bersangkutan. KIUP dibuat berdasarkan atas ringkasan riwayat
klinik yang diperoleh dari tempat penerimaan pasien. Karena KIUP
merupakan sumber data yang selamanya harus disimpan, maka
harus dibuat selengkap dan sejelas mungkin. Dalam KIUP memuat
data identitas pasien yang harus dibuat secara terperinci dan lengkap;
antara lain :

- Nama lengkap pasien - Status Perkawinan


- Nomor Rekam Medis - Tempat/tanggal lahir
- Alamat - Pekerjaan
- Nama Ibu - Orang yang dihubungi
- Nama Ayah bila terjadi sesuatu.
- Agama - Tanggal Kunjungan
- Jenis Kelamin poliklinik
- Umur
Bila setelah menikah pasien pindah alamat, maka alamat pertama
dicoret dan dicantumkan alamat baru pada tempat yang kosong dan
tanda tangan berobat dibalik kartu tersebut untuk memudahkan
pencarian alamat terakhir. Karena KIUP harus selalu berada pada
tempatnya dan harus senantiasa memiliki data yang terbaru untuk
setiap penggunaan, maka akan sering dipergunakan sehingga harus
diusahakan memakai kertas tebal. Gunakan kertas berwarna putih
serta harus diperhatikan pula standard ukurannya yaitu 12.5 x 7.5 cm

CARA PENYIMPANAN KARTU INDEKS

1. Kartu Indeks Penderita.


1. Pengertian
Indeks penderita adalah satu kartu katalog yang berisi nama
semua penderita yang pernah berobat di RS. Informasi yang ada
di dalam kartu ini adalah :
Halaman depan : Nama lengkap, kelamin, umur, alamat
Tempat dan tanggal lahir
Nama ayah
Pekerjaan
Halaman belakang : Tanggal mask, tanggal keluar, hasil,
dokter, nomor rekmed
2. Ukuran
Ukuran kartu indeks penderita tergantung dari banyak sedikitnya
penderita yang berobat ke rumah sakit.
Ukuran yang dianjurkan adalah 12,5 x 7,5 cm
Untuk rumah sakit yang sangat banyak penderita rawat jalannya
dianjurkan menggunakan kartu dengan ukuran (4,25 x 7.5 ) cm.

30
Untuk negara yang maju, data penderita di masukkan kedalam
komputer.

3. Kegunaan
Kartu indeks penderita adalah kunci untuk menemukan berkas
rekmed seorang penderita.

4. Cara Penyimpanan.
- Kartu indeks disusun alpabet seperti susunan kata-kata dalam
kamus.
- Jika seorang penderita datang kembali dengan mengatakan
bahwa dia telah bersuami, kartunya yang sekarang harus
dibuat catatan penunjuk ( tanda lihat atau tanda X ) dengan
kartunya yang dulu dan sebaliknya.
- Untuk mempercepat dan mempermudah mengambilkan kartu
indeks nama jika sewaktu-waktu dibutuhkan, penyimpanan
kartu indeks harus diberi petunjuk dan dibelakang setiap
petunjuk maksimum hanya diletakkan 20 kartu saja.
- Pengecekan terhadap penyimpanan kartu-kartu harus
dilakukan secara periodik untuk memperbaiki kekeliruan yang
mungkin terjadi.
- Untuk negara yang maju data penderita dimasukkan ke dalam
komputer.

5. Lama Penyimpanan.
Lama penyimpanan kartu indeks penderita sama dengan lama
penyimpanan berkas rekam medis.

6. Alat Penyimpanan
- Menggunakan lemari 8 laci dengan 3 kotak pada setiap laci,
rata-rata 100 kartu dapat diletakkan pada setiap 2,5 cm,
sehingga satu lemari besi 8 laci dengan 3 kotak tersebut dapat
menyimpan 63.000 kartu.
- Menggunakan kata yang berkotak-kotak yang dapat
diputar(nama register kosong Indeks File).

B. PROSEDUR REKAM MEDIS


Pasien di rumah sakit dapat dikategorikan sebagai pasien poliklinik
(pasien berobat jalan) dan pasien rawat inap.
Penerimaan pasien rawat inap.
a. Di lihat dari segi pelayanan rumah sakit pasien datang ke rumah
sakit data dibedakan menjadi :
1. Pasien yang dapat menunggu
- Pasien berobat jalan yang datang dengan perjanjian.
- Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat.
2. Pasien yang segera ditolong (Pasien gawat darurat)

31
b. Sedang menurut jenis kedatangannya pasien dapat dibedakan
menjadi :
1. Pasien baru : adalah pasien yang baru pertama kali datang
kerumah sakit untuk keperluan berobat.
2. Pasien lama : adalah pasien yang pernah datang
sebelumnya untuk keperluan berobat.

c. Kedatangan pasien ke rumah sakit dapat terjadi karena :


1. Dikirim oleh dokter praktek di luar rumah sakit.
2. Dikirim oleh rumah sakit lain, Puskesmas, atau jenis
pelayanan kesehatan lainnya.
3. Datang atas kemauan sendiri.

Prosedur penerimaan dapat disesuaikan dengan sistem yang dianut oleh


masing-masing rumah sakit.

1. Penerimaan Pasien Rawat Jalan.


Pasien Baru

Setiap pasien baru diterima di tempat penerimaam pasien (TPP) dan


akan diwawancarai oleh petugas guna mendapatkan data identitas
yang akan diisikan pada formulir ringkasan riwayat klinik.

Setiap pasien baru akan memperoleh nomor pasien yang akan


digunakan sebagai kartu pengenal, yang harus dibawa pada setiap
kunjungan berikutnya kerumah sakit yang sama, baik sebagai pasien
berobat jalan maupun sebgai pasien rawat inap.

Data pada ringkasan riwayat klinik diantaranya berisi :


- Dokter Penanggung Jawab Poliklinik.
- Nomor Pasien.
- Alamat Lengkap.
- Tempat / Tanggal Lahir.
- Umur.
- Jenis Kelamin.
- Status Keluarga.
- Agama.
- Pekerjaan.

Ringkasan riwayat klinik ini juga dipakai sebagai dasar pembuatan kartu
indeks Utama Pasien (KIUP). Pasien baru dengan berkas rekam
medisnya akan dikirim ke poliklinik sesuai dengan yang dikehendaki
pasien. Setelah mendapat pelayanan yang cukup dari poliklinik, ada
beberapa kemungkinan dari setiap pasien :
- Pasien boleh langsung pulang.

32
- Pasien di beri slip perjanjian oleh petugas poliklinik untuk datang
kembali pada hari dan tanggal yang telah ditetapkan. Kepada
pasien yang diminta datang kembali. Harus lapor kembali ke TPP.
- Pasien dirujuk/dikirim ke rumah sakit lain.
- Pasien harus keruang perawatan.
Semua berkas medis pasien poliklinik akan dikirim ke Bagian Rekam
Medis, kecuali pasien yang harus dirawat, rekam medisnya akan dikirim
keruang perawatan.

Pasien Lama
Pasien lama datang ketempat penerimaan pasien yang telah ditentukan.
Pasien ini dibedakan :
- Pasien yang datang dengan perjanjian
- Pasien yang datang tidak dengan perjanjian (atas kemauan
sendiri).

Baik pasien dengan perjanjian maupun pasien yang datang atas


kemauan sendiri, setelah membeli karcis, baru akan mendapat pelayanan
di TPP. Pasien perjanjian akan langsung menuju poliklinik yang dimaksud
karena rekam medistelah disiapkan oleh petugas. Sedang untuk pasien
yang datang atas kemauan sendiri, harus menunggu sementara rekam
medisnya dimintakan oleh petugas TPP ke bagian Rekam Medis. Setelah
rekam medisnya dikirim ke poliklinik, pasien akan mendapat pelayanan di
poliklinik dimaksud.

2. Prosedur Pasien Gawat Darurat.


Pasien datang ke tempat penerimaan pasien gawat darurat.TPP ini
dibuka selama 24 jam.Berbeda dengan prosedur pelayanan pasien baru
dan pasien lama yang biasa, disini pasien di tolong terlebih dulu baru
penyelesaian administrasinya. Setelah mendapat pelayanan yang cukup,
ada beberapa kemungkinan dari setiap pasien :

- Pasien boleh langsung pulang


- Pasien dirujuk/dikirim ke rumah sakit lain.
- Pasien harus dirawat.
a. Pasien yang sudah di seleksi dan membawa surat pengantar
untuk dirawat dapat langsung di bawa keruang perawatan atau
ruang penampungan sementara sambil menunggu tempat tidur
kosong dari perawatan
b. Jika pasien sudah sadar dan dapat diwawancarai. Petugas sentral
Opname mendatangai pasien dan keluarga untuk mendapatkan
identitas selengkapnya.
c. Cenrtal Opname mengecek data identitas ke bagian rekam medis
untuk mengetahui apakah pasien pernah dirawat/berobat
kerumah sakit.

33
d. Bagi pasien yang pernah berobat/dirawat maka rekam medisnya
segera dikirim ke ruang perawatan yang bersangkutan dan tetap
memakai nomor yang telah dimilikinya.
e. Bagi pasien yang belum pernah di rawat atau berobat ke rumah
sakit maka diberikan nomor rekam medis.
f. Petugas central opname harus selalu memberitahukan ruang
penampungan sementara menganai situasi tempat tidur di ruang
perawatan.

ALUR REKAM MEDIS

A. REKAM MEDIS RAWAT JALAN


1. Pasien membeli karcis diloket penulisan karcis.
2. Pasien dengan membawa karcis, mendaftar ke tempat penerimaan
pasien rawat jalan.
3. - Petugas tempat penerimaan Pasien rawat jalan mencatat pada
buku register : Nama pasien, Nomor RM, Identitas dan Data social
pasien dan mencatat keluhan pada kartu poliklinik.
- Petugas tempat penerimaan pasien membuat kartu berobat untuk
diberikan kepada pasien, yang harus dibawa apabila pasien
tersebut berobat ulang.
- Bagi pasien ulangan , disamping memperlihatkan karcis, pasien
harus menunjukan kartu berobat kepada petugas penerimaan
pasien. Petugas akan mengambil berkas rekam medis ulangan
tersebut.
4. Kartu poliklinik dikirimkan ke poliklinik yang dituju sesuai dengan
keluhan pasien, sedangkan di pasien datang sendiri ke poliklinik.
5. Petugas poliklinik mencatat pada buku register pasien rawat jalan :
Nama. Nomor MR, Jenis Kunjungan, tindakan/pelayanan yang
diberikan dsb.
6. Dokter memeriksa mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan,
diagnosis, terapi yang ada televansi dengan penyakitnya, pada
kartu/lembaran rekam medis pasien.
7. Petugas dipoliklinik (Perawat/Bidan) membuat laporan/rekapitulasi
harian pasien rawat jalan.
8. Setelah pelayanan di poliklinik selesai dilaksanakan, petugas poliklinik
mengirimkan seluruh berkas rekam medis pasien rawat jalan berikut
rekapitulasi harian pasien rawat jalan. Ke unit rekam medis paling
lambat 1 jam sebelum berakhir jam kerja.
9. Petugas Unit Rekam Medis memeriksa kelengkapan pengisian rekam
medis, dan untuk yang belum lengkap segera di upayakan
kelengkapannya.
10. Petugas Unit Rekam Medis mengolah rekam medis yang sudah
lengkap, dimasukkan kedalam kartu indeks Operasi dsb, sesuai
dengan penyakitnya.

34
11. Petugas Unit Rekam Medis membuat rekapitulasi setiap akhir bulan,
untuk membuat laporan dan statistic rumah sakit.
12. Berkas rekam medis pasien di simpan menurut nomor rekam
medisnya ( apabila menganut system Desentralisasi ) rekam medis
pasien rawat jalan disimpan di tempat penerimaan pasien rawat jalan.

ALUR PASIEN RAWAT JALAN

Datang Sendiri Tempat


Dokter Praktek Penerimaan
Rujukan Puskesmas Pasien rawat
Rujukan R.S. Lain jalan

Nomor
Follow Up Pernah berobat Tdk Register
Rawatan (No.R.M)

Ya

Dirujuk ke
Dirawat POLIKLINIK RS. Lain

Pendaftaran Tdk
Ya Perlu Berobat Ulang Pulang
Perjanjian

35
ALUR DOKUMEN MEDIK PASIEN RAWAT JALAN

TPPRJ

TPP
Unit Gawat Darurat

Nomor
Sudah ada
Register Tdk Unit Rawat Inap
No. R.M.
(No.R.M)

Ya
Dira
wat
Kontrol
Rawat Ulang
Nomor RM
POLIKLINIK
Berobat Ulang

Pendidikan
Kantor/Ruangan Pengolahan
Rekam medis/Medical Record Penelitian

Keperluan lain

2 1 L3 4 5 P
Keleng T Assemb 1/ e Indeks Indeks i
File n
kapan Checking n Penyakit Nama
L j
g
k a
a m
p

36
1. Penerimaan Pasien Rawat Inap
Penerimaan pasien rawat inap dinamakan admitting office atau sering
dinamakan sentral opname.Fungsi utamanya adalah menerima pasien untuk
dirawat di rumah sakit. Tata cara penerimaan pasien yang disebut admitting
procedure harus wajar sesuai dengan keperluannya. Dengan makin
meningkatnya jumlah pasien.Pimpinan rumah sakit harus memberikan
perhatian yang konsisten dalam membina system dan prosedur penerimaan
pasien yang sebaik-baiknya. Pasien yang memerlukan perawatan, dapat
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
- Pasien yang tidak Urgen, penundaan perawatan pasien tersebut tidak
akan menambah penyakitnya.
- Pasien yang urgen, tetapi tidak darurat gawat, dapat dimasukkan ke
dalam daftar tunggu.
- Pasien gawat darurat (emergency), langsung dirawat.
Pembinaan dan pelaksanaan pekerjaan penerimaan pasien dengan baik
menciptakan tanggapan yang baik dari pasien-pasien yang baru masuk,
menjamin kelancaran dan kelengkapan catatan-catatan serta menghemat
waktu dan tenaga. Untuk lancarnya proses penerimaan pasien 4 hal berikut
ini perlu diperhatikan yaitu :
- Petugas yang Kompeten.
- Cara penerimaan pasien yang tegas dan jelas (Clear cut).
- Ruang kerja yang menyenangkan.
- Lokasi yang tepat dari bagian penerimaan pasien.

Untuk memperlancar tugas-tugas bagian lain yang erat hubungannya dengan


proses penerimaan pasien, aturan penerimaan pasien perlu ditetapkan.
Aturan yang baik harus memenuhi hal-hal berikut :
- Bagian penerimaan pasien bertanggung jawab sepenuhnya mengenai
pencatatan seluruh informasi yang berkenaan dengan diterimanya
seorang pasien di rumah sakit.
- Bagian penerimaan pasien harus segera memberitahukan bagian-bagian
lain terutama bagian yang berkepentingan langsung, setelah diterimanya
seorang pasien untuk dirawat.
- Semua bagian harus memberitahukan bagian penerimaan pasien,
apabila seorang pasien diijinkan meninggalkan rumah sakit.
- Membuat catatan yang lengkap tentang jumlah tempat tidur yang terpakai
dan yang tersedia diseluruh rumah sakit.
- Rekam medis yang lengkap, terbaca dan seragam harus disimpan oleh
semua bagian selama pasien dirawat.
- Instruksi yang jelas harus diketahui oleh setiap petugas yang bekerja
dalam proses penerimaan dan pemulangan pasien.

37
ALUR PASIEN RAWAT INAP

Datang sendiri
Dokter Praktek Tempat Penerimaan
Ruj. Puskesmas pasien rawat inap

Ruj. R.S. Lain

Follow Up Pernah Nomor


Rawatan
dirawat/Berobat Tdk Register
(No.R.M)

Ya

Dirujuk
Poliklinik RUANG RAWAT ke
INAP RS. Lain

Pendaftaran
perjanjian Ya Perlu Berobat Jalan Tdk Pulang
Poliklinik

38
a. Ketentuan Umum Penerimaan Pasien Rawat Inap (TPPRI)
- Semua pasien yang menderita segala macam penyakit. Selama
ruangan dan fasilitas yang memadai tersedia. Dapat di terima di
rumah sakit.
- Sedapat mungkin pasien diterima di sentrel Opname pada waktu
yang telah ditetapkan, kecuali untuk kasus darurat gawat dapat
diterima setiap saat.
- Tanpa diagnose yang tecantum dalam surat permintaan di rawat,
pasien tidak dapat diterima.
- Sedapat mungkin tanda tangan persetujuan untuk tindakan operasi
dan sebagainya (apabila dilakukan) dilaksanakan di Sentral Opname.
- Pasien dapat diterima apabila :
 Ada surat rekomendasi dari dokter yang mempunyai wewenang
untuk merawat pasien di rumah sakit.
 Dikirim oleh dokter Poliklinik
 Dikirim oleh dokter Instalasi Gawat Darurat.
- Pasien Gawat darurat perlu di prioritaskan.

b. Prosedur Pasien Masuk Untuk Dirawat.


1) Pasien urgen tetapi tidak darurat.
2) Pasien yang tidak urgen.
- Pasien yang sudah memenuhi syarat atau peraturan untuk
dirawat, setiap saat dapat menanyakan pada Sentral Opname
apakah ruangan yang diperlukan sudah tersedia.
- Apabila ruangan sudah tersedia :
 Pasien segera mendaftar di TPPRI
 Pada saat mendaftar dia akan mendapat penerangan tentang
:
i. Kapan dapat Masuk
ii. Bagaimana cara pembayaran serta tariff-tarifnya.
iii. Peraturan selama pasien dirawat.
 Dibuatkan kartu Identitas penderita dirawat yang minimal
berisi :
i. Nama lengkap pasien
ii. Jenis kelamin pasien
iii. Nomor Rekam Medis
iv. Nama Ruang dan Kelas
v. Diagnosa awal (diagnose kerja)
vi. Nama dokter yang mengirim.
 Jika pasien pernah berobat kepoliklinik atau pernah dirawat
sebelumnya maka TPPRI. Menghubungi bagian medis untuk
meminta nomor catatan medis.
 Petugas TPPRI segera menghubungi petugas keuangan
untukmenyelesaikan pembayaran uang muka.
 Selesai pembayaran, pasien diantar petugas ke ruangan.

39
Kalau pasien tidak mampu maka pasien/keluarga harus mengurus
kekelurahan untuk mendapatkan surat keterangan tidak mampu.

c. Prosedur selama Pasien di Ruang Perawatan.


1) Pada waktu pasien tiba di ruang perawatan dan diterima oleh
perawat, pasien diberi tanda pengenal.
2) Perawatan menambah formulir-formulir yang diperlukan oleh dokter
maupun perawat sendiri.
3) Selama perawatan, perawat mencatat semua data perawatan yang
diberikan dari mulai saat pasien tiba diruang sampai pasien tersebut
pulang, dipindahkan atau meninggal.

Tata cara prosedur penerimaan pasien tersebut diatas untuk tiap-tiap rumah
sakit dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi rumah sakit yang
bersangkutan.

URAIAN ALUR REKAM MEDIS RAWAT INAP

1. Setiap pasien yang membawa surat permintaan rawat inap dari dokter
poliklinik, Instalasi Gawat Darurat, menghubungi tempat penerimaan
pasien Rawat Inap, setiap pasien rujukan dari pelayanan kesehatan
lainnya terlebih dahulu diperiksa oleh dokter rumah sakit bersangkutan.
2. Apabila tempat tidur di ruang rawat inap yang dimaksud masih tersedia
petugas menerima pasien mencatat dalam buku register penerimaan
pasien rawat inap: Nama, Nomor RM, Indentitas dan Data social lainnya.
Serta menyiapkan/mengisi data identitas pasien pada lembaran masuk
(RM).
3. Apabila diberlakukan system uang muka, khusus pasien non askes dan
dianggap mampu, pihak keluarga pasien diminta menghubungi bagian
keuangan untuk membayar uang muka perawatan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Petugas penerimaan pasien rawat inap mengirimkan berkas rekam medis
bersama-sama dengan pasiennya keruang rawat inap yang dimaksud.
5. Pasien diterima oleh petugas di ruang rawat inap dan di catat pada buku
register.
6. Dokter yang bertugas mencatat tentang riwayat penyakit. Hasil
pemeriksaan fisik, terapi serta semua tindakan yang diberikan kepada
pasien pada lembaran- lembaran rekam medis dan menanda tanganinya.
Perawat/Bidan mencatat pengamatan mereka terhadap pasien dan
pertolongan perawatan yang mereka berikan kepada pasien kedalam
catatan Perawat/Bidan dan membubuhkan tanda tangannya, serta
mengisi lembaran grafik tentang suhu, nadi, dan pernapasan seorang
pasien.
7. Selama di ruang rawat inap, perawat/bidan menambah lembaran-
lembaran rekam medis sesuai dengan pelayanan kebutuhan pelayanan
yang diberikan kepada pasien.

40
8. Perawat / Bidan berkewajiban membuat sensus harian yang memberikan
gambaran mutasi pasien mulai jam 00.00 sampai dengan jam 24.00.
Sensus harian dibuat rangkap 3 di tanda tangani Kepala Ruang Rawat
Inap, dikirim ke Unit Rekam Medis, tenpat Penerimaan Pasien Rawat
Inap (Sentral Opname) dan satu lembar arsip ruang rawat Inap.
Pengiriman sensus harian paling lambat jam 08.00 pagi hari berikutnya.
9. Petugas ruangan memeriksa kelengkapan berkas rekam medis pasien,
sebelum diserahkan ke Unit Rekam Medis.
10. Setelah pasien keluar dari rumah sakit, berkas rekam medis pasien
segera dikembalikan ke unit rekam medis paling lambat 24 jam setelah
pasien keluar, secara lengkap dan benar.
11. Petugas Unit Rekam medis mengolah rekam medis yang sudah lengkap,
dimasukan ke dalam kartu indeks penyakit, Indeks Operasi, Indeks
kematian, dsb, untuk membuat laporan dan data statistic rumah sakit.
12. Petugas Unit Rekam Medis membuat rekapitulasi sensus harian setiap
akhir bulan dan mengirimkan ke Subbag/Urusan PPL untuk bahan
laporan rumah sakit.
13. Unit Rekam medis menyimpan berkas-berkas rekam medis pasien
menurut nomor RM nya ( apabila menganut system sentralisasi, berkas
rekam medis pasien rawat jalan dan pasien rawat inap untuk tiap-tiap
pasien disatukan).
14. Petugas Unit Rekam Medis mengeluarkan berkas rekam medis, apabila
ada permintaan baik untuk keperluan pasien berobat ulang atau
keperluan lain.
15. Setiap permintaan rekam medis harus menggunakan surat, yang disebut
kartu permintaan.
16. Kartu permintaan dibuat rangkap 3 (tiga), satu copy ditempel pada rekam
medis, satu copy diletakkan pada rak penyimpanan sebagai tanda keluar,
dan satu copy sebagai arsip yang meminta.
17. Apabila rekam medis yang di pinjam sudah kembali, kedua copy kartu
permintaan tersebut dibuang.
18. Rekam medis pasien yang tidak pernah berbuat lagi kerumah sakit
selama lima tahun terakhir, dinyatakan sebagai inactive record.
19. Berkas-berkas rekam medis yang sudah dinyatakan sebagai inactive
record dikelurkan dari rak penyimpanan dan disimpan digudang rumah
sakit dimusnahkan.

Catatan :
Bagi Pasien Gawat Darurat, baik rawat jalan maupun rawat Inap, pertolongan
kepada pasien didahulukan. Setelah pasien mendapat pertolongan yang
diperlukan baru dilakukan pencatatan.

41
ALUR REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP

Tempat Penerimaan
Pasien Rawat Inap

Nomor
Sudah ada
Register Tdk POLIKLINIK
No. R.M.
(No.R.M)

Ya
Dira
wat

Copy Lembaran Berobat Jalan


Resume Keluar di Dirujuk UNIT RAWAT
kirim kr RS.Ruj. INAP Rawatan Ulang

Pendidikan
Kantor/Ruangan Pengolahan
Rekam medis/Medical Record Penelitian

Keperluan lain

2 T 1 L3 4 5 P
Keleng a Assemb 1/ e Indeks Indeks i
Penyakit/Op
Nama/ Dr. File n
kapan k Checking n erasi
L g j
e k a
n a m
g p
k
a
p

42
2. PEREKAMAN KEGIATAN PELAYANAN MEDIS.

2.a. Penanggung Jawab Pengisian Rekam Medis.

Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang


melakukan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap wajib membuat
rekam medis. Yang membuat/mengisi rekam medis adalah dokter dan
tenaga kesehatan lainnya :
1) Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis
yang melayani pasien dirumah sakit.
2) Dokter tamu yang merawat pasien dirumah sakit.\
3) Residen yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik.
4) Tenaga para medis perawatan dan tenaga para medis non perawatan
yang langsung terlihat didalam antara lain : Perawat, Perawat Gigi,
Bidan, Tenaga Laboratorium Klinik, Gizi, Anestesi, Penata Rontgen.
Rehabilitasi Medis dan lain sebagainya.
5) Dalam hal dokter luar negri melakukan alih teknologi kedokteran yang
berupa tindakan/konsultasi kepada pasien yang membuat rekam
medis adalah dokter yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit.

2.b. Ketentuan Pengisian Rekam Medis.

Rekam Medis harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya setelah


pasien menerima pelayanan dengan ketentuan sbb:
1) Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien, selambat-
lambatnya dalam waktu 1 x 24 jam harus di tulis dalam lembaran
rekam medis.
2) Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter/tenaga
kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama
terangnya serta diberi tanggal.
3) Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa
lainya ditandatangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang
merawat atau oleh dokter pembimbingnya.
4) Catatan yang dibuat oleh dokter residens harus diketahiu oleh dokter
pembimbingnya.
5) Dokter yang merawat, dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan
melakukannya pada saat itu juga serta dibubuhi paraf.
6) Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan.

2.c. Formulir dan Cara Pengisisan Rekam Medis.

Banyak macam bentuk formulir rekam medis yang dipakai oleh


berbagai rumah sakit, namun semuanya harus memenuhi keperluan-
keperluan yang mendasar, sebagaimana yang telah diuraikan pada
kegunaan rekam medis.Formulir- formulir rekam medis sendiri tidak
memberikan jaminan pencatatan data medic yang tepat dan baik, apabila
para dokter maupun staf mediknya tidak secara seksama melengkapi

43
informasi yang diperlukan pada setiap lembaran rekam medis dengan baik
dan benar.
Formulir rekam medis ini meliputi formulir rekam medis untuk pasien
rawat jalam dan formulir rekam medis untuk pasien rawat inap.
Sehubungan Menteri Kesehatan RI No. 749a/MenKes/Pers/XII/1989
tentang Rekam Medis maka :

1) Isi Rekam Medis untuk pasien rawat jalan dapat dibuat selengkap-
lengkapnya dan sekurang-kurangnya memuat : Identitas, Anamnesa,
Diagnosis dan tindakan / pengobatan.
2) Isi Rekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat :
 Identitas Pasien
 Anamnesa
 Riwayat Penyakit
 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
 Diagnosis
 Persetujuan Tindakan Medik.
 Tindakan, Pengobatan
 Usaha Keperawatan
 Catatan Observasi klinis dan hasil pengobatan.
 Resume akhir dan evaluasi pengobatan.

Formulir yang digunakan biasanya dalam bentuk kartu yaitu kartu


pemeriksaan pasien, dimana informasi mengenai identitas pasien, diagnosis
dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien seperti anamnese.Terapi
dicatat didalam kartu tersebut untuk pasien rawat jalan perlu dibuat lembaran
ringkasan poliklinik yang lazim disebut identitas dan ringkasan
poliklinik.Lembaran ini sebagai dasar dalam menyiapkan kartu indeks utama
pasien (KIUP), yang berisi identitas pasien serta ringkasan poliklinik.

Informasi yang dimintakan pada identitas, meliputi :


- Nama Pasien - Status Perkawinan
- Nomor Rekam Medis - Agama
- Tempat/tanggal Lahir - Nama Ayah
- Jenis Kelamin - Nama Ibu
- Pekerjaan - Alamat

Perubahan alamat perlu dicatat, apabila pasien tersebut berpindah alamat


tempat tinggalnya, disamping itu perlu dicatat pula cara kunjungan pasien,
dikirim oleh siapa.

Sedangkan riwayat poliklinik berisi informasi :


- Tanggal Kunjungan.
- Poliklinik yang melayani.
- Diagnosis.
- TIndakan yang diberikan.
- Dokter yang menangani

44
-

45
46
47
48
B. Proses Pengolahan Rekam Medis
1. Perakitan ( Assembling) Rekam Medis.
a. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Jalan.
Perakitan Rekam Medis pasien rawat jalan meliputi :
- Pembatas Poliklinik.
- Lembar Dokumen Pengantar.
- Lembar Poliklinik.
- Hasil Pemeriksaan Penunjang.
- Salinan Resep.
b. Perakitan Rekam Medis Pesian Rawat Inap.
i. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk Kasus anak
meliputi :
- Ringkasan ( Diisi oleh bagian RM )
- Pembatas Masuk
- Ringkasan Masuk dan Keluar
- Surat Dokumen pengantar
- Instruksi Dokter
- Lembar konsultasi
- Catatan perawat
- Catatan perkembangan
- Grafik Suhu, Nadi dan Pernafasan
- Pengawasan Khusus
- Hasil Pemeriksaan Laboratorium
- Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
- Salinan Resep
- Resume / Laporan Kematian.

ii. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap untuk Kasus


Bedah :
- Ringkasan
- Pembatas Masuk
- Surat Dokumen Pengantar
- Instruksi Pra /Pasca Bedah
- Catatan Anestesi.
- Laporan Pembedahan

49
- Instruksi Dokter
- Catatan Perkembangan
- Lembaran Konsultasi
- Catatan Perawat
- Grafik suhu, Nadi dan Pernafasan
- Pengawasan Khusus
- Hasil Pemeriksaan Laboratorium
- Hasil Pemeriksaan Radiodiagnostik
- Salinan Resep
- Resume/ Laporan Kematian
- Informed Concent
iii. Perakitan Rekam Medis Pasien Rawat Inap Kasus Kebidanan
:
- Pembatasan Masuk
- Ringkasan Masuk dan Keluar
- Surat Dokumen Pengantar
- Lembar Obstetrik
- Catatan Persalinan
- Lembaran Bayi baru lahir
- Instruksi Dokter
- Catatan perkembangan
- Lembaran Konsultasi
- Catatan Perawat
- Grafik Nifas ( Grafik Ibu)
- Pengawasan Khusus
- Hasil Pemeriksaan Penunjang
- Salinan Resep
- Resume / Laporan Kematian
- Informed Concent

iv. Perakitan rekam Medis Pasien Rawat Inap Kasus Bayi Lahir :
- Pembatas Masuk
- Ringkasan Masuk dan Keluar
- Riwayat Kelahiran
- Instruksi Dokter
- Catatan Perkembangan
- Lembar Konsultasi
- Catatan Perawat
- Grafik Bayi
- Pengawasan Khusus
- Hasil Pemeriksaan Penunjang Medis
- Salinan Resep
- Resume / Laporan Kematian.
- Informed Concent.

2. Koding ( Coding ).

50
Koding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan
huruf atau angka atau kombinasi huruf dalam angka yang mewakili
komponen data.Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada
didalam rekam medis harus diberi kode dan selanjutnya di indeks
agar memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk
menunjang fungsi perencanaan, managemen, dan riset bidang
kesehatan. Kode klasifikasi penyakit oleh WHO ( World Health
Organization ) bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan
penyakit, cidera, gejala dan factor yang mempengaruhi kesehatan.
Sejak tahun 1993 WHO mengharuskan Negara anggotanya termasuk
Indonesia menggunakan klasifikasi penyakit revisi-10 (ICD-10,
International Statitical Clasification Deseassees and Health Problem
10 Revisi. ICD-10 menggunakan kode kombinasi yaitu menggunakan
abjad dan angka ( Alpha Numeric).
Kecepatan dan ketepatan koding dari suatu diagnosis sangat
tergantung kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut
yaitu :
a. Tenaga Medis dalam menetapkan Diagnosis
b. Tenaga Rekam Medis sebagai Pemberi Kode
c. Tenaga Kesehatan lainnya.

Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban.Hak dan


tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah
oleh karenanya harus diagnosis yang ada dalam rekam medis, diisi
dengan lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada buku
ICD -10.Tenaga medis sebagai seorang pemberi kode, bertanggung
jawab atas keakuratan kode dari suatu diagnosis yang sudah
ditetapkan oleh tenaga medis.Oleh karenanya.Untuk hal yang kurang
jelas atau yang tidak lengkap, sebelum koding ditetapkan
komunikasikan terlebih dahulu pada dokter yang membuat diagnosis
tersebut.Setiap pasien selesai mendapatkan pelayanan baik rawat
jalan maupun rawat inap maka dokter harus segera membuat
diagnosis akhir. Kelancaran dan kelengkapan pengisian rekam medis
di unit rawat jalan dan di ruang rawat inap atas kerja sama tenaga
medis dan tenaga kesehatan lain yang ada dimasing-masing unit
kerja tersebut. Hal ini seperti dijelaskan pasal 3 dan 4 Permenkes RI
No. 749a/MenKes/Per/XII/1989 tentang rekam medis.
Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis, petugas
rekam medis harus membuat koding sesuai dengan klasifikasi yang
tepat.Disamping kode penyakit. Berbagai tindakan lain juga harus di
koding sesuai dengan klasifikasi masing-masing.
 Koding Penyakit (ICD-10)
 Pembedahan/Tindakan (ICD9CM
 Koding Obat-obatan
 Laboratorium
 Radiologi

51
 Dokter ( Pemberi Pelayanan)
 Alat-alat
 Dan Lain-lain

3. Indeksing
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah
dibuat kedalam indeks-indeks ( dapat menggunakan kartu indeks atau
komputerisasi ). Di dalam kartu indeks tidak boleh mencantumkan
nama pasien.
Jenis indeks yang biasa dibuat :
a. Indeks pasien.
b. Indeks penyakit (Diagnosis) dan Operasi.
c. Indeks Obat-obatan.
d. Indeks Dokter.
e. Indeks Kematian.
f. DII

Indeks Pasien
i. Pengertian
Indeks pasien adalah suatu kartu catalog yang berisi nama semua
pasien yang berobat di rumah sakit. Informasi yang ada didalam kartu
ini ialah :
Halamam depan : Nama Lengkap, Kelamin, Umur
Alamat
Tempat dan Tanggal Lahir
Pekerjaan
Halaman belakang : Tanggal masuk, Tanggal keluar, hasil, dokter,
nomor rekmed.
ii. Ukuran
Ukuran kartu indeks penderita tergantung dari banyak sedikitnya
penderitaan yang berobat di rumah sakit.
Ukuran yang dianjurkan adalah 12,5 x 7,5 cm
Untuk rumah sakit yang sangat banyak penderita rawat jalannya
dianjurkan menggunakan kartu dengan ukuran ( 4,25 x 7,5 cm ).

iii. Kegunaan
Kartu indeks penderita adalah kunci untuk menemukan berkas rekam
medis seorang penderita.

iv. Cara Penyampaian


- Kartu indeks disusun alphabet seperti susunan kata-kata dalam
kamus
- Jika seorang penderita datang kembali dengan mengatakan
bahwa dia telah bersuami, kartunya yang sekarang harus dibuat
catatan petunjuk (tanda lihat atau tanda X) dengan kartunya yang
dulu dan sebaliknya.

52
- Untuk mempercepat dan mempermudah mengambilkan kartu
indeks nama jika sewaktu-waktu dibutuhkan, penyusunan kartu
indeks harus diberi petunjuk dan dibelakang setiap petunjuk
maksimum hanya diletakkan dua kartu saja.
- Pengecekan terhadap penyimpanan kartu-kartu harus dilakukan
secara periodic untuk memperbaiki kekeliruan yang mungkin
terjadi.
- Untuk Negara yang maju data penderita dimasukkan kedalam
computer.
v. Lama Penyimpanan.
Lama penyimpanan kartu indeks penderita sama dengan lama
penyimpanan berkas rekam medis.

vi. Alat Penyimpanan

- Menggunakan lemari 8 laci dengan 3 kotak pada setiap laci. Rata-rata


100 kartu dapat diletakkan pada setiap 2,5 cm, sehingga satu lemari besi
8 laci dengan 3 kotak tersebut dapat menyimpan 63.000 kartu.
- Menggunakan alat yang berkotak-kotak yang dapat di putar ( nama
register kosong indeks file ).

53
4. PELAPORAN

1. Dalam upaya meningkatkan mutu informasi yang dihasilkan dari


rumah sakit, perlu didukung dengan upaya pencatatan yang lebih
teratur dan sistematika sehingga proses perubahan dari data yang
dikumpulkan menjadi suatu informasi yang lebih efisien, karena
data dari pencatatatn merupakan sumber dari data yang
dikumpulkan.
2. Dalam hal ini Sistem Pelaporan Rumah Sakit secara umum
sesuai dengan pedoman Sistem pelaporan Rumah Sakit Revisi V
( Sistem Pelaporan Rumah Sakit Revisi V) yang diterbitkan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2003.
3. Sistem Pelaporan Intern di rumah Sakit Karya Medika mulai
dilaksanakan pada tanggal 1 Juli 2000, sistem pelaporan ini
mencakup beberapa pelayanan yang ada di rumah sakit Karya
Medika.
4. Sistem Pelaporan Rumah Sakit dilakukan secara periodik setiap
bulannya dan di informasikan baik secara Internal maupun
instansi terkait.
5. Pengkajian terhadap Sistem Pelaporan Rumah Sakit dilakukan
satu tahun sekali sebagai perbandingan dari pelaporan pada
tahun sebelumnya.

5. FORMULIR STANDAR

1. Untuk berbagai data yang dikumpulkan melalui Sistem Pelaporan


Rumah Sakit yang disesuaikan dengan Pedoman Sistem
Informasi Rumah Sakit ( Sistem Pelaporan Rumah Sakit Revisi V)
tersebut, digunakan formulir standar pelaporan sebagai berikut :
a. Formulir RL1, Data Kegiatan Rumah Sakit, merupakan
formulir rekapitulasi yang mencakup berbagai kegiatan
rumah sakit seperti Rawat Inap, rawat jalan, pelayanan
instalasi gawat darurat, kegiatan bedah dan non bedah,

54
pelayanan kesehatan gigi, kegiatan radiologi, pengujian
kesehatan, rujukan, rehabilitasi medik, latihan kerja, keluarga
berencana, imunisasi, pelayanan kesehatan jiwa, dan
sebagainya.
b. Formulir RL2a memuat data kompilasi penyakit/morbiditas
pasien rawat inap yang dikelompokkan menurt daftar tabulasi
dasar KIP/10 untuk masingmasing kelompok penyakit
dilaporkan mengenai jumlah pasien keluar menurut golongan
umur dan menurut jenis kelamin, serta jumlah pasien mati
untuk masing-masing kelompok penyakit.
c. Formulir RL2b memuat data kompilasi penyakit/morbiditas
pasien rawat jalan yang dikelompokkan menurt daftar
tabulasi dasar KIP/10 untuk masingmasing kelompok
penyakit dilaporkan mengenai jumlah kasus baru menurut
golongan umur dan menurut jenis kelamin dan jumlah
kunjungan.
d. Formulir RL2a1 memuat data keadaan morbiditas survailans
terpadu pasien rawat inap rumah sakit.
e. Formulir RL2b1 memuat data keadaan morbiditas survailans
terpadu pasien rawat jalan rumah sakit.
f. Formulir RL3, data Inventarisasi Rumah Sait, memuat data
indentitas Rumah Sakit, Surat Ijin, Penyelenggaraan,
Kepemilikan, Direktur Rumah Sakit, Fasilitas Tempat Tidur,
Fasilitas Rawat Jalan.
g. Formulir RL4 memuat data jumlah tenaga yang bekerja di
rumah sakit menurut kualifikasi pendidikan dan status
kepegawaian.
h. Formulir RL5 memuat data jumlah dan jenis peralatan medik,
jumlah, umur, kondisi, ijin operasional, sertifikat kalibrasi
serta data kesehatan lingkungan rumah sakit.
i. Formulir RL6 memuat data infeksi nosokomial, yaitu
merupakan formulir rekapitulasi Infeksi Nosokomial di Rumah
Sakit yang terbagi menjadi dua.
j. Mengingat kebutuhan Informasi yang lebih terperinci untuk
keperluan analisa & Penilaian upaya pelayanan Rumah
Sakit, maka telah ditetapkan Formulir Standar data individual
mengenai keadaan penyakit pasien rawat inap & ketenagaan
Rumah Sakit yang dikirimkan hanya ke Departemen
Kesehatan c.q. Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Formulir
data individual mengenai penyakit pasien rawat inap terdiri
dari 3 macam sesuai dengan jenis pasien, yaitu : pasien
umum, pasien obstetric & bayi baru lahir, sedangkan data
individual ketenagaan Rumah Sakit hanya satu macam
formulir. Untuk jelasnya formulir individual yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
 RL 2.1. Untuk Pasien Umum
 RL 2.2. Untuk Pasien Obstetric

55
 RL 2.3. Untuk Bayi Baru Lahir / Lahir Mati
 RL 4a, Data Individual Ketenagaan Rumah Sakit.

2. Untuk berbagai data yang dikumpulkan melalui Sistem Pelaporan


Rumah Sakit, dibuat format pelaporan sebagai berikut :
a. Perkembangan Kunjungan Pasien Baru Rawat Jalan.
Merupakan formulir rekapitulasi pasien baru yang datang ke
rumah sakit karya medika selama satu bulan, baik pasien
umum maupun pasien perusahaan.Mencakup semua
pelayanan yang terdapat di Unit Rawat Jalan.

b. Perkembangan Kunjungan Pasien Lama Rawat Jalan.


Merupakan formulir rekapitulasi pasien lama yang datang ke
Rumah Sakit Karya Medika selama satu bulan, baik pasien
umum maupun pasien perusahaan.Mencakup semua
pelayanan yang terdapat di Unit Rawat Jalan.

c. Perkembangan Kunjungan Pasien Rawat Jalan.


Merupakan formulir rekapitulasi semua pasien yang datang
kerumah sakit Karya Medika selama satu bulan, baik pasien
Umum maupun Pasien Perusahaan Atau Assuransi.
Mencakup semua pelayanan yang terdapat di Unit Rawat
Jalan.

d. Kegiatan Pelayanan Medikal Check Up.


Merupakan formulir rekapitulasi kegiatan medikal check up
pasien dalam satu bulan baik pasien umum maupun pasien
Perusahaan atau Assuransi.

e. Pola Penyakit Rawat Jalan


Merupakan formulir rekapitulasi jumlah penyakit yang
terbanyak dari kunjungan pasien rawat jalan.

f. Perkembangan Pelayanan Unit Gawat Darurat.


Merupakan formulir pencatatan rekapitulasi jumlah pasien
yang datang ke Rumah sakit Karya Medika yang
dikelompokkan atas tiga Pelayanan yaitu Pasien Bedah,
Pasien Non Bedah dan kebidanan di unit gawat darurat.

g. Pola Penyakit Rawat darurat.


Merupakan formulir rekapitulasi jumlah penyakit yang
terbanyak untuk pasien yang masuk melalui Unit Gawat
Darurat.

h. Distribusi Pasien Rawat Inap

56
Merupakan formulir pencatatan rekapitulasi pasien rawat inap
untuk mengukur efisiensi penggunaan Fasilitas pada tiap
ruang perawatan dalan satu bulan.
* Grafik Barber Jonshon.
Merupakan Indikator Efisiensi Pengelolaan rumah Sakit.
i. Data Kegiatan Rawat Inap.
Adalah formulir rekapitulasi jumlah pasien yang dirawat
dalam satu bulan serta jumlah hari perawatan untuk masing-
masing kelas ruang perawatan.

j. Pola Penyakit Rawat Inap.


Adalah formulir pencatatan rekapitulasi jumlah penyakit yang
terbanyak untuk pasien rawat inap dalam satu bulan.

k. Kegiatan Pelayanan Kamar Bersalin.


Merupakan formulir pencatatan rekapitulasi jumlah persalinan
dan tindakan yang dilakukan di kamar bersalin.

l. Kegiatan Pelayanan Ruang Perinatologi.


Merupakan formulir pencatatan rekapitulasi jumlah bayi yang
dirawat dalam satu bulan.

m. Kegiatan Pelayanan Kamar Operasi.


Merupakan kegiatan pengelompokan, pencatatan dan
rekapitulasi jumlah Operasi yang dilakukan dalam satu bulan
di Rumah Sakit Karya Medika I.

n. Data Kematian di Rumah Sakit Karya Medika.


Merupakan rekapitulasi jumlah kematian yang terjadi di
rumah sakit selama satu bulan.
o. Jumlah Pasien Umun dan Pasien Perusahaan.
Merupakan rekapitulasi jumlah kunjungan pasien pada
Poliklinik dan jumlah pasien rawat inap yang dikelompokan
dalam pasien umum dan pasien Perusahaan/Assuransi.

p. Kegiatan Pelayanan Instalasi Radiologi.


Merupakan formulir rekapitulasi jumlah kegiatan radiologi
termasuk USG yang dilakukan selama satu bulan.

q. Kegiatan Pelayanan Laboratorium.


Merupakan Rekapitulasi pencatatan kegiatan laboratorium
yang dilaksanakan dalam satu bulan.

r. Kegiatan Pelayanan Patologi.


Adalah formulir rekapitulasi pencatatan kegiatan patologi
anatomi.

57
s. Kegiatan Pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik.
Adalah formulir Rekapitulasi kegiatan pelayanan rehabilitasi
medik selama satu bulan.

t. Kegiatan Pelayanan Instalasi Farmasi.


Merupakan rekapitulasi pencatatan atas jumlah resep yang
dilayani dan jumlah obat yang tersedia di rumah sakit dalam
satu bulan.

6. PERIODE LAPORAN.

Pada sistem pelaporan rumah sakit periode laporan disesuaikan


dengan jenis data yang dikumpulkan serta ditunjukan kepada siapa
seperti :

1. Formulir RL1, RL.2a, RL.2b, RL.2a1, RL.2b1, RL.2c, RL.3, RL.4,


RL.5, RL.6 data tersebut dikirimkan ke kantor Dinas Kesehatan,
Kanwil dan Departemen Kesehatan setiap bulan, Triwulan dan
tahunan. Data yang dilaporkan mencakup keadaan mulai tanggal
1 bulan pertama sampai dengan tanggal 30/31 pada bulan
tersebut atau bulan ketiga pada triwulan yang bersangkutan.
2. Laporan Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit Karya Medika
mencakup keadaan mulai tanggal I bulan pertama sampai dengan
tanggal 30/31 pada bulan tersebut.

7. JADWAL PENGIRIMAN PELAPORAN

1. Data yang dikumpulkan dapat diolah sesuai dengan jadwal yang


ditentukan, maka pengiriman formulir standar yang telah diisi dari
rumah sakit dilakukan paling lambat 10 hari sesudah jangka waktu
data yang dilaporkan.
2. Data kegiatan Pelayanan rumah sakit karya medika juga
dikirimkan ke Dinas kesehatan setempat bersamaan dengan
pengiriman formulir standar. dilakukan paling lambat 10 hari
sesudah jangka waktu data yang dilaporkan.

RESUME SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT


Jenis Nama Periode Jadwal
Kode Keterangan
Data Formulir Laporan Laporan
1 2 3 4 5 6
DATA DATAKEGIATAN RUMAH RL1 TRIWULAN Tanggal 15 Ditjen Yanmed
KEGIATAN SAKIT I/I s/d 31/III Bulan ; Dinkes
keempat Prop;Kab/Kota

58
DATA MOR- DATA KEADAAN RL.2a. TRIWULAN Ditjen Yanmed
BIDITAS MORBIDITAS PASIEN I/I s/d 31/XII Tanggal 15 ; Dinkes
RAWAT INAP RS Bulan Prop;Kab/Kota
keempat
DATA KEADAAN RL.2b TRIWULAN Ditjen Yanmed
MORBIDITAS PASIEN I/I s/d 31/XII ; Dinkes
RAWAT JALAN RS Tanggal 15 Prop;Kab/Kota
Bulan
DATA KEADAAN RL.2a BULANAN keempat Hanya untuk
MORBIDITAS PASIEN 1 Dinkes
RAWAT INAP SURVAILANS Kab/Kota;
TERPADU RUMAH SAKIT Tanggal 15 (Dinkes
Bulan Setempat)
DATA KEADAAN BULANAN keempat
MORBIDITAS PASIEN RL.2b Hanya untuk
RAWAT JALAN 1 Dinkes
SURVAILANS TERPADU Kab/Kota;
RUMAH SAKIT Tanggal 15 (Dinkes
Bulan Setempat)
DATA STATUS BULANAN keempat
IMUNISASI
RL.2c Hanya untuk
DATA INDIVIDUAL Dinkes
MORBIDITAS PASIEN Kab/Kota;
RAWAT INAP Tanggal 15 (Dinkes
- Pasien umum TRIWULAN Bulan Setempat)
(Sampling keempat
RL2.1. 10Hari)
- Pasien obstetri Dinkes
TRIWULAN Prop;
RL.2.2 (Sampling Kab/Kota
- Bayi baru lahir/lahir 10Hari) Tanggal 25 (Dinkes
mati Bulan Setempat)
RL.2.3 TRIWULAN Sampling Dinkes
(Sampling Prop;
DATA DASAR 10Hari) Tanggal 25 Kab/Kota
RUMAH SAKIT DATA DASAR RUMAH Bulan (Dinkes
SAKIT RL.3 Sampling Setempat)
DATA TAHUNAN Dinkes
KETENAGAAN 31 Tanggal 25 Prop;
Desember Bulan Kab/Kota
DATA KETENAGAAN RL.4 Sampling (Dinkes
RUMAH SAKIT Setempat)
SEMESTER
30 Juni dan Tanggal 15 Ditjen Yanmed
DATA INDIVIDUAL RL.4a 31 Januari ; Dinkes
DATA KETENAGAAN RUMAH Desember Prop;Kab/Kota
PERALATAN SAKIT ( RS VERTIKAL
DEPKES) TAHUNAN Tanggal 15 Ditjen Yanmed
DATA RL.5 31 Juli dan 15 ; Dinkes
KESEHATAN DATA PERALATAN Desember Januari Prop;Kab/Kota
LINGKUNGAN MEDIK RUMAH SAKIT
Ditjen Yanmed
DATA INFEKSI DATA KEGIATAN RL.5 TAHUNAN Tanggal 15
NOSOKOMIAL KESEHATAN 31 Januari
LINGKUNGAN Desember
Ditjen Yanmed
RL.6 Tanggal 15 ; Dinkes
DATA INFEKSI TAHUNAN Januari Prop;Kab/Kota
NOSOKOMIAL RUMAH 31
SAKIT Desember Ditjen Yanmed
Tanggal 15 ; Dinkes
Januari Prop;Kab/Kota

59
BULANAN
Ditjen Yanmed
Tanggal 5 ; Dinkes
Bulan Prop;Kab/Kota
Berikut

SKEMA SALURAN PENGIRIMAN INFORMASI RUMAH SAKIT

RL1;RL2a;RL2b;RL3;RL4;RL5;RL6
DITJEN YANMED

RL4a (Khusus RS Vertikal Depkes )


DINAS KESEHATAN RL1;RL2a;RL2b;RL3;RL4;RL5;RL6

PROPINSI

RL1;RL2a;RL2b;RL2a1;RL2b1;RL2c
DINAS KESEHATAN

KABUPATEN/ KOTA
RL2.1;RL2.2;RL2.3;RL3;RL4;RL5;RL6

R.S.

DEPKES, PEMDA

TNI & POLRI/

DEP.LAIN/BUMN 60
R.S.
RL1;RL2a;RL2b;RL3;

RL4;RL5;RL6
TNI&POLRI/DEP.LAIN/BUMN

SWASTA

R.S.
RL1;RL2a;RL2b;RL3;

RL4;RL5;RL6
I. KEGIATAN PELAYANAN RAWAT JALAN
SWASTA

A. KUNJUNGAN BARU RAWAT JALAN.

Adalah pasien yang baru pertama kali datang berobat ke salah satu
jenis pelayanan rawat jalan, pada tahun yang sedang berjalan. Setiap
pasien baru diberikan nomor rekam medis dengan menggunakan
register penomoran dan dibuatkan berkas rekam medis. Nomor
rekam medis diberikan hanya 1 kali untuk seluruh jenis pelayanan
dan berlaku permanen.Data diisi dengan jumlah pengunjung baru
selama periode pelaporan.

I. KEGIATAN UNIT RAWAT JALAN RS. RIDHOKA SALMA

I. A. KUNJUNGAN BARU PASIEN RAWAT JALAN


NO KETERANGAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES TOTAL
1 P. DALAM
2 BEDAH UMUM
3 KESEHATAN ANAK
a. Neonatal
b. Lain-lain
4 OBS GYN
a. Ibu Hamil
b. Lain-lain
5 KB
6 BEDAH SARAF
7 SARAF
8 JIWA
9 THT
10 MATA
11 KULIT & KELAMIN
12 GIGI & MULUT
13 KARDIOLOGI
14 BEDAH TULANG
15 PARU-PARU
61
16 KUSTA
17 UMUM
18 GAWAT DARURAT
19 REHABILITASI MEDIK
Gambar 1.1. Formulir Pelaporan Kunjungan Pasien Baru

B. KUNJUNGAN LAMA RAWAT JALAN.

Adalah Kunjungan berikutnya dari suatu kunjungan baru, pada tahun


yangberjalan.Pengunjung datang untuk kedua dan seterusnya tidak
mendapat nomor rekam medis lagi, tapi dicatat dalam register
pendaftaran pasien rawat jalan.Data diisi dengan jumlah pengunjung
yang datang untuk ke dua kali dan seterusnya selama periode
pelaporan.

I. B. KUNJUNGAN PASIEN LAMA RAWAT JALAN


NO KETERANGAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES TOTAL
1 P. DALAM
2 BEDAH UMUM
3 KESEHATAN ANAK
a. Neonatal
b. Lain-lain
4 OBS GYN
a. Ibu Hamil
b. Lain-lain
5 KB
6 BEDAH SARAF
7 SARAF
8 JIWA
9 THT
10 MATA
11 KULIT & KELAMIN
12 GIGI & MULUT
13 KARDIOLOGI
14 BEDAH TULANG
15 PARU-PARU
16 KUSTA
17 UMUM
18 GAWAT DARURAT
19 REHABILITASI MEDIK
20 GIZI
21 MEDICAL CHECK UP 62
Rata- Rata/Hari
TOTAL
Gambar 1.2. Formulir Pelaporan Kunjungan Pasien Lama

C. TOTAL KUNJUNGAN RAWAT JALAN.

Adalah total kunjungan pasien yang datang kerumah sakit baik pasien
baru maupun pasien lama pada tahun yang berjalan. Pengunjung
yang datang dicatat dalam register pendaftaran pasien rawat jalan
dan register pasien pada Unit Rawat Jalan data diisi dengan jumlah
pengunjung yang datang selama periode laporan.

I. C. TOTAL KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN


NO KETERANGAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES TOTAL
1 P. DALAM
2 BEDAH UMUM
3 KESEHATAN ANAK
a. Neonatal
b. Lain-lain
4 OBS GYN
a. Ibu Hamil
b. Lain-lain
5 KB
6 BEDAH SARAF
7 SARAF
8 JIWA
9 THT
10 MATA
11 KULIT & KELAMIN
12 GIGI & MULUT
13 KARDIOLOGI
14 BEDAH TULANG
15 PARU-PARU
16 KUSTA
17 UMUM
18 GAWAT DARURAT
19 REHABILITASI MEDIK
20 GIZI
21 MEDICAL CHECK UP
Rata- Rata/Hari
63
Gambar 1.3. Formulir Pelaporan Total Kunjungan Pasien Rawat Jalan

D. POLA PENYAKIT RAWAT JALAN.

Adalah rangkuman jenis penyakit yang terdapat pada pasien rawat


jalan.Data diambil dari daftar pasien dan penyakit pada masing-
masing poliklinik yang kemudian diisi pada formulir RL.2b. Data pada
formulir RL.2b dirangkum menjadi 20 besar dan 10 besar penyakit
dalam satu periode.

I. E . P O L A P E N Y A K IT R A W A T J A L A N .

N o. N a m a P e n y a k it Jan Feb Mar A pr M ei Jun Jul Ags Sep Okt N op Des T o ta l


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Su b T o ta l
L a in -la in

T o ta l

64
Gambar 1.5. Formulir Pelaporan Pola Penyakit Rawat Jalan

II. KEGIATAN PELAYANAN UNIT GAWAT DARURAT

A. KUNJUNGAN PASIEN LANGSUNG MELALUI UGD

Adalah kegiatan pencatatan yang dilakukan untuk menghitung jumlah


pasien yang datang langsung di Unit Gawat Darurat dalam satu
periode waktu tertentu pencatatan data kegiatan pelayanan dilakukan
setiap hari pada Buku Register Pasien Unit Gawat Darurat, baik
pasien rawat jalan dalan keadaan yang darurat maupun pasien yang
akan rawat inap .

B. KUNJUNGAN PASIEN UGD MELALUI POLIKLINIK

Adalah kegiatan pencatatan yang dilakukan untuk menghitung jumlah


pasien yang datang dari unit poliklinik untuk ditindak lanjuti
penangananya, dalam keadaan yang darurat maupun pasien yang
akan rawat inap .yang dilakukan dalam satu periode waktu tertentu.

Langkah-langkah pembuatan laporan kegiatan Unit Gawat Darurat


adalah sebagai berikut :

1. Kasus-kasus pelayanan Rawat Darurat dibedakan antara kasus


Bedah, Non Bedah dan Kasus Kebidanan, sehingga pengisian
kegiatan pelayanan rawat darurat menjadi Kasus Bedah, Kasus
Non Bedah, Kasus Kebidanan dan Total, baik untuk pasien yang
datang melalui Unit Gawat Darurat maupun yang melalui
poliklinik.

2. Total pasien untuk masing-masing kasus dibedakan menjadi


pasien rujukan dan non Rujukan.

65
a. Rujukan adalah jumlah banyaknya penderita yang dtang ke
unit Gawat Darurat atas rujukan dari instalasi kesehatan,
petugas kesehatan, Polisi dan Hukum.

b. Non rujukan adalah orang yang datang ke rumah sakit atas


kemauan sendiri.

3. Pasien yang berkunjung ke pelayanan Unit Gawat Darurat setelah


mendapat pertolongan dokter, tindak lanjut pelayanan disesuaikan
dengan kondisi pasien, apakah perlu rawat inap, pulang, dirujuk
ke Rumah Sakit Lain atau kemungkinan mati di Unit Gawat
Darurat ( mati sebelum dirawat).

a. Dirawat adalah jumlah banyaknya penderita yang setelah


diperiksa memerlukan perawatan lebih lanjut dalam periode
waktu yang sama.
b. Dirujuk adalah jumlah penderita yang setelah diperiksa perlu
dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih mampu dalam periode
waktu yang sama.

c. Pulang adalah jumlah banyaknya pasien yang boleh pulang


setelah diperiksa di unit Gawat darurat dalam periode waktu
yang sama.

d. Mati sebelum rawat adalah jumlah penderita yang meninggal


sewaktu masih dalam pengawasan atau pemeriksaan di Unit
Gawat Darurat pada bulan yang sama.

4. Setelah masing masing kolom diisi dengan lengkap maka dibuat


II. K E G IA T A N P E L A Y A N A N U N IT G A W A T D A R U R A T

II. A . K U N J U N G A N P A S IE N L A N G S U N G M E L A L U I U G D .
J E N IS TO TA L J E N IS P E L A Y A N A N M E N IN G G A L
DOA
PELA Y A N A N R U JU K A N N O N R U JU K A N RAW AT R U JU K PU LA N G S E B E L U M D IR A W A T
Sep O kt Sep O kt Sep O kt Sep O kt Sep O kt Sep O kt O kt
BED A H
N O N BED A H
K E B ID A N A N
R a t a -ra t a / H a ri
TO TA L

II. B . K U N J U N G A N P A S IE N U G D M E L A L U I P O L IK L IN IK .
J E N IS TO TA L J E N IS P E L A Y A N A N M A TI
DOA
PELA Y A N A N R U JU K A N N O N R U JU K A N RAW AT R U JU K PU LA N G S E B E L U M D IR A W A T
Sep O kt Sep O kt Sep O kt Sep O kt Sep O kt Sep O kt O kt
BED A H
66
N O N BED A H
K E B ID A N A N
R a t a -ra t a / H a ri
TO TA L
penjumlahan ke bawah untuk setiap kolom.

C. POLA PENYAKIT RAWAT DARURAT.

Adalah rangkuman jenis penyakit yang terdapat pada pasien rawat


darurat. Data diambil dari daftar pasien rawat jalan di unit gawat
darurat yang kemudian diisi pada formulir RL. 2b. Data pada formulir
RL.2b dirangkum menjadi 20 besar dan 10 besar penyakit dalam satu
periode.

II. C . P O L A P E N Y A K IT R A W A T D A R U R A T .

N o. N a m a P e n y a k it Jan Feb M ar A pr M ei Jun Jul Ags Sep Okt N op Des T o ta l


1
2
3
4
5
6 Gambar 2.1. Formulir Pelaporan Unit Gawat Darurat
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Su b T o ta l
L a in -la in

T o ta l

Gambar 2.2. Formulir Pelaporan Pola Penyakit Rawat Darurat


67
III. KEGIATAN PELAYANAN RAWAT INAP

A. DISTRIBUSI RAWAT INAP MENURUT KELAS DAN


SPESIALISASI

Data Distribusi Rawat Inap adalah rekapitulasi dari data pasien yang
dirawat inap pada bulan yang bersangkutan.Diambil dari catatan
harian pasien rawat inap. Format diisi dengan cara sebagai berikut :

1. Ruangan
Masing-masing ruangan dibagi berdasarkan jenisnya, yaitu pasien
dewasa dan pasien anak

2. Kapasitas Tempat Tidur.


Diisi berdasarkan jumlah tempat tidur pada masing-masing kelas/
ruang perawatan

3. Pasien Awal.
Diisi pasien sisa pada hari terakhir bulan sebelumnya atau pasien
bulan lalu yang pulang pada saat pencatatan bulan bersangkutan.

4. Penderita Masuk.
Diisi dengan jumlah pasien masuk pada bulan tersebut/periode
waktu tertentu.

5. Pasien Keluar Hidup.


Diisi dengan jumlah pasien yang keluar hidup selama bulan
tersebut.

6. Pasien Mati dalam waktu kurang dari 48 jam atau lebih.


Diisi dengan jumlah pasien yang mati dalam waktu kurang dari 48
Jan atau lebih dalam bulan tersebut.

7. Jumlah Pasien Keluar.


Diisi sesuai dengan jumlah hari rawat pasien yang sudah keluar
rumah sakit (hidup maupun meninggal)pada bulan tersebut.

8. Jumlah Lama dirawat.

68
Diisi sesuai dengan jumlah hari rawat pasien yang sudah keluar
rumah sakit (hidup maupun meninggal) pada bulan tersebut.

9. Pasien Akhir.
Diisi dengan jumlah pasien yang masih dirawat pada hari terakhir
bulan tersebut.

10. Jumlah Hari Perawatan.


Diisi dengan jumlah pasien yang masih dirawat pada hari terakhir
bulan tersebut.

11. BOR ( Bed Occupancy Rate ).


Diisi sesuai dengan jumlah BOR pada masing-masing kelas/ruang
dengan rumus :
 Hari Rawat
X 100%
xhari dalam satu waktu/periode waktu tertentu
Untuk menunjukan prosentase pemakaian tempat tidur normal :>
75%

12. AvLOS ( Average Length of Stay ).


Diisi dengan AvLOS pada masing-masing kelas/Ruang Perawatan
dengan rumus :
 Hari Rawat Pasien Keluar
 Pasien kelua(Hidup+Mati)

Untuk menunjukan rata-rata lama perawatan pasien normal :6~9


hari

13. BTO ( Bed Turn Over ).


Diisi dengan jumlah BTO pada masing-masing kelas/Ruang
Perawatan dengan rumus :
Pasien keluar (Hidup+Mati)
 TT
Untuk menunjukan frekuensi pemakaian tempat tidur normal : 40
~ 50 x/thn.

14. TOI ( Turn Over Interval ).


Diisi dengan jumlah TOI pada masing-masing kelas/ruag
perawatan dengan rumus :
(  TT x hari )- hari rawat
 Pasien keluar hidup+mati)

Untuk menunjukan rata-rata tempat tidur tidak ditempati normal :


1-3 hari

69
15. NDR ( Net Death Rate )
Diisi dengan jumlah NDR/ kematian pada masing-masing kelas /
ruangan dengan rumus

Pasien mati
>48Jamdirawat
X 1000%
Pasien Keluar (
hidup+mati)

Untuk menunjukan angka kematian >48 jam dirawat normal : <


25%

16. GDR ( Gross Death Rate ).


 Pasien mati >48 + pasien mati < 48 Jam
dirawat X 1000%
 Pasien Keluar ( hidup +mati )

Untuk menunjukan angka kematian umum /keseluruhan normal :<


45%

Keterangan :

1. TT = Tempat Tidur

17. Grafik barber johnson

Barry Barber, M.A, Ph.D, Finst P, AFIMA dan David Johnson, M.Sc
pada tahun 1973 berhasil menciptakan suatu grafik yang secara
visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi pengelolaan
rumah sakit. Suatu usaha untuk mendayagunakan statistik rumah
sakit dalam rangka memenuhi kebutug\han manajemen akan
indikator efisiensi pengelolaan rumah sakit.

Grafik Barber Jonshon adalah sebagai salah satu indikator efisiensi


pengelolaan rumag sakit, secara garis besar efisiensi pengelolaan
rumah sakit dapat dilihat dari dua Aspek yaitu.

a. Aspek Medis : meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan


medis
b. Aspek Ekonomi : meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan
sarana yang ada

70
Barber Jonshon menjelaskan bagaimana pemakaian empat
parameter sebagai salah satu indikator efisiensi pengelolaan rumah
sakit.

Keempat parameter tersebut di bawah ini dapat digambarkan dalam


satu grafik :

1. Lamanya rata-rata pasien di rawat atau Length Of Stay (LOS).


2. Lamanya rata-rata tempat tidur tidak terisi (kosong) atau Turn
Over Interval (TOI).
3. Persentasi tempat idur yang terisi atau Bed Occupancy Rate
(BOR).
4. Pasien dirawat yang keluar dalam keadaan hidup dan yang
meninggal ( discharges) per tempat tidur ( yang siap pakai)
selama setahun atau Bed Turn Over /BTO).

GRAFIK BARBER JOHNSON


RS……………………………
Periode :…………………..
90% 80% 70%
15 60%
14
13
12
11 Daerah
Efisien
Lengh of Stay

10
9
8
7 B…
6
5 Los BOR A
4
Toi

3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Turn Over Interval

B. DATA KEGIATAN RAWAT INAP

71
Adalah data pelayanan rawat inap untuk setiap jenis pelayanan/
ruang perawatan yang diperoleh dari catatan harian pasien rawat inap
pada bulan tersebut. Adapun isi dari formulir laporan tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Pasien Awal.
Diisi dengan jumlah pasien awal pada hari pertama bulan
tersebut.Pasien awal tersebut merupakan pasien sisa hari terakhir
bulan sebelumnya, data diambil dari catatan harian pasien.

2. Pasien Masuk.
Disi dengan jumlah pasien masuk selama periode bulan tersebut,
data diambil dari catatan harian pasien.

3. Pasien Keluar Hidup.


Diisi sesuai dengan jumlah pasien yang keluar hidup selama
periode bulan tersebut.

4. Pasien Mati kurang dari 48 Jam


Diisi dengan jumlah pasien yang meninggal kurang dari 48 Jam
selama periode waktu bulan tersebut.

5. Pasien Mati Lebih dari 48 Jam


Diisi dengan jumlah pasien yang meninggal lebih 48 Jam selama
periode waktu bulan tersebut.

6. Jumlah Pasien Keluar Mati


Diisi sesuai dengan jumlah pasien yang keluar meninggal selama
bulan tersebut. Pasien keluar meninggal sama dengan
penjumlahan pasien meninggal kurang dari 48 jam dan pasien
meninggal dalam 48 Jam atau lebih.

7. Jumlah Lama Dirawat


Diisi sesuai dengan total lama dirawat dari pasien yang sudah
keluar rumah sakit (hidup maupun meninggal).

8. Pasien Akhir.
Diisi dengan jumlah pasien yang masih dirawat pada hari terakhir
bulan tersebut.

9. Jumlah Hari Rawat.


Diisi sesuai dengan total hari rawat dari semua pasien yang
dirawat selama bulan tersebut.

10. Jumlah Hari Rawat Kelas Utama (VIP)


Diisi dengan jumlah hari rawat pasien kelas utama (VIP) selama
bulan tersebut, sesuai dengan jenis spesialisnya.

72
11. Jumlah Hari Rawat Kelas I
Diisi dengan jumlah hari rawat pasien kelas I selama bulan
tersebut, sesuai dengan spesialisnya.
12. Jumlah Hari Rawat Kelas II
Diisi sesuai dengan jumlah hari rawat pasien kelas II selama
bulan tersebut, sesuai dengan spesialisnya..

13. Jumlah Hari Rawat Kelas IIB.


Diisi sesuai dengan jumlah hari rawat pasien kelas IIB selama
bulan tersebut,sesuai dengan spesialisnya..

14. Jumlah Hari Rawat Kelas IIIB.


Diisi sesuai dengan jumlah hari rawat pasien kelas IIIB selama
bulan tsb, sesuai dengan spesialisnya..

15. Jumlah Hari Rawat Kelas IIIC.


Diisi sesuai dengan jumlah hari rawat pasien kelas IIIC selama
bulan tsb, sesuai dengan spesialisnya..

16. Jumlah Hari Rawat Kelas IIIVK


Diisi sesuai dengan jumlah hari rawat pasien kelas III VK selama
bulan tsb,sesuai dengan spesialisnya..

17. Jumlah Hari Rawat Non Kelas (Perina/ICU)


Diisi sesuai dengan jumlah hari rawat pasien non kelas selama
bulan tersebut, sesuai dengan spesialisnya.

73
C. POLA PENYAKIT RAWAT INAP.

Adalah rangkuman jenis penyakit yang terdapat pada pasien rawat


inap.Data diambil dari daftar harian pasien yang berisi kode penyakit /
kode ICD pada masing-masing kelas / ruangan yang kemudian diisi
pada formulir RL.2a.dirangkum menjadi 20 besar dan 10 besar
penyakit.

III. C . P O L A P E N Y A K IT R A W A T IN A P .

N o. N a m a P e n y a k it Jan Feb M ar A pr M ei Jun Jul Ags Sep Okt N op Des T o ta l


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Su b T o ta l
L a i n - la i n

T o ta l

Gambar 3.4..Formulir pelaporan pola penyakit rawat inap

74
D. PELAYANAN KAMAR BERSALIN

Adalah kegiatan yang dilakukan di dalam kamar bersalin selama satu


bulan. Data diambil dari buku register dan tindakan yang dibuat oleh
petugas kamar bersalin.

Data yang direkapitulasi adalah :


1. Jumlah Persalinan :
a. Lahir dengan dokter : adalah jumlah persalinan yang dilakukan
oleh dokter
b. Lahir dengan bidan : adalah jumlah persalinan yang dilakukan
oleh bidan yang bertugas di RS. Karya Medika

2. Persalinan :
a. Persalinan normal : adalah persalinan secara normal tanpa
adanya komplikasi.
b. Persalinan dengan Komplikasi : adalah persalinan yang
dilakukan dengan adanya komplikasi sehingga memerlukan
tindakan lain untuk mengatasinya.

3. VE ( Vakum Ekstrasi ) adalah persalinan yang memerlukan


tindakan vakum karena adanya peyulit dalam persalinan.

4. SC ( Secsio Caesaria ) adalah persalinan yang dilakukan dengan


jalan operasi karena adanya penyulit dalam persalinan
berdasarkan dignosa dokter.

5. Abortus adalah keguguran, terhentinya kehamilan sebelum 28


minggu.

6. Imunisasi TT I adalah imunisasi pada ibu hamil berupa


penyuntikan Toxoid tetanus yang pertama.

7. Imunisasi TT II adalah imunisasi Toxoid Tetanus yang ke dua

8. Kelahiran hidup adalah bayi yang lahir hidup.

9. Kelahiran Mati adalah bayi yang lahir mati dalam persalinan.

75
10. Bayi berat < 2500 gr adalah jumlah bayi yang memiliki berat
badan kurang dari 2500 gr pada peralinan dalam bulan tersebut.

11. Bayi berat > 2500 gr adalah jumlah bayi yang memiliki berat
badan sama atau lebih dari 2500 gr pada persalinan dalam bulan
tersebut.

III. D. PELAYANAN KAMAR BERSALIN

NO. KETERANGAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES TOTAL
1 LAHIR OLEH DOKTER
2 LAHIR OLEH BIDAN
Jumlah Persalinan
3 PERSALINAN
a. Persalinan Normal
b. Persalinan Dgn komplikasi
- Perd. Sblm persalinan
- Perd. Ssd persalinan
- Pre Eklamsi
- Eklamsi
- Infeksi
- Lain-lain
4 VE
5 SC
6 Abortus
7 Imunisasi TT I
8 Imunisasi TT II
9 KELAHIRAN HIDUP
10 KELAHIRAN MATI

11 BAYI BERAT < 2500 gr


12 BAYI BERAT >= 2500 gr

Gambar 3.5. Formulir Pelaporan pelayanan ruang Kebidanan

E. PELAYANAN RUANG PERINATOLOGI.

Adalah kegiatan yang dilakukan di dalam ruang perinatal (ruang bayi),


baik bayi kiriman maupun bayi yang lahir di RS.Karya medika.

Data diambil dari buku registrasi yang terdapat di ruang perinatal dan
diisi dalam format laporan pada kolom bulan tersebut.

Jenis data yang diambil adalah :

1. Kelahiran hidup
a. Bayi dengan berat < 2500 gr, diisi dengan jumlah bayi yang
lahir hidup di RS. Karya Medika yang memiliki berat badan
kurang dari 2500 gr.

76
b. Bayi dengan berat > 2500 gr, diisi dengan jumlah bayi yang
lahir hidup di RS. Karya Medika dan memiliki berat badan
lebih atau sama dengan 2500 gr.

2. Kematian Perinatal

a. Kelahiran mati, diisi dengan jumlah bayi yang lahir mati di RS.
Karya Medika.
b. Mati Noenatal < 7 hari, diisi dengan jumlah bayi meninggal di
ruang perinatal yang berumur di bawah 7 hari, baik bayi yang
lahir di RS. Karya Medika maupun bayi rujukan dari luar RS.
Karya Medika.

3. Sebab Kematian, diisi dengan jumlah penyebab kematian


berdasarkan diagnosa dokter yang merawat.

F. PELAYANAN KAMAR OPERASI

Merupakan data tentang kegiatan yang dilakukan di Kamr Operasi,


jenis operasi serta jenis spesialisasi.
Data diambil dari buku registrasi kamar operasi dan diisi pada kolom
bulan yang bersangkutan berdasarkan jenis operasi, spesialisasinya
serta anestesi yang dilakukan terhadap pasien selama satu bulan.
III. F. PELAYANAN KAMAR O PERASI

NO. SPESIALISASI JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES T OT AL
1 BEDAH UMUM
2 OBSGYN
3 BEDAH SARAF
4 T HT
5 MAT A
6 KULIT & KELAMIN
7 GIGI & MULUT
8 BEDAH PLAST IK
9 BEDAH T ULANG
10 BEDAH UROLOGI
11 PARU - PARU
12 LAIN - LAIN
13 T OT AL

KHUSUS BESAR SEDANG KECIL ANAST ESI


NO. SPESIALISASI T OT AL
ELEKTIF CITO ELEKTIF CITO ELEKTIF CITO ELEKTIF CITO POLI UMUM SPINAL LOKAL LAIN-LAIN

1 BEDAH UMUM
2 OBSGYN
3 BEDAH SARAF
4 T HT
5 MAT A
6 KULIT & KELAMIN
7 GIGI & MULUT
8 BEDAH PLAST IK 77
9 BEDAH T ULANG
10 BEDAH UROLOGI
11 PARU - PARU
12 LAIN - LAIN
Gambar 3.7. Formulir Pelaporan Kegiatan kamar Operasi dan Jenis Anestesi

IV. KEGIATAN PELAYANAN PENUNJANG MEDIS.

A. PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI.

Kegiatan pelayanan yang dilakukan di ruang Radilogi serta jenis


pelayanan yang diberikan kepada pasien yang datang berkunjung di
Rs. Karya Medika selama satu bulan. Data diambil dari buku
registrasi dan diisi pada kolom bulan tersebut berdasarkan Jenis
Pelayanannya.
1. Jenis pengirim diisi berdasarkan pengelompokan pasien Internal
adalah pasien yang datang langsung kerumah sakit sedangkan
pasien rujukan adalah pasien yang datang melalui rujukan dari
pelayanan kesehatan diluar rumah sakit
2. Jenis Pemeriksaan diisi berdasarkan data pemeriksaan yang
dilakukan oleh radiologi yang diambil dari buku registrasi.
3. Ukuran Pemakaian Film, adalah rekapitulasi jumlah pemakaian
film yang digunakan selama satu bulan.
4. Jenis kelamin, adalah penggolongan jenis kelamin atas tindakan
penunjang medis yang direkapitulasi selama satu bulan.
IV. A. KEGIATAN PELAYANAN INSTALASI RADIO LO GI
NO. KETER ANGAN J AN F EB M AR AP R M EI J UN J UL AGS T S EP T OKT NOP DES TOTAL
1 J ENIS P ENGIR IM
Intern : Rawat Jalan/Poliklinik
Rawat Inap
Extern/Rujukan
Jumlah
2 J ENIS P EM ER IKS AAN
Tanpa Kontras
Ultra Sonografi
BNO
Abdomen 3 posisi
Extermitas
Verteberate
T horax
Kepala
Pelvis
CT Scan
Panoramik
De ngan Ko ntras
BNO IVP
Cystografi
Apendicogram
HSG
Fistulografi
Urethrografi
Jumlah
3 UKUR AN F ILM
Ukuran Film 35
Ukuran Film 30
Ukuran Film 24 78
Ukuran film 18
CT Scan
Panoramik
Jumlah
4 J ENIS KELAM IN
Pria
Gambar 4.1. Formulir laporan Kegiatan di Instalasi Radiologi.

B. PELAYANAN LABORATORIUM.

Merupakan kegiatan yang dilakukan di Instalasi Laboratorium selama


satu bulan berupa jenis pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien,
baik pasien rawat jalan, rawat inap maupun pasien rawat darurat.Data
diambil dari registrasi laboratorium dan diisi sesuai dengan jenis
pemeriksaan pada kolom bulan tersebut.

IV . B . K E G IA T A N P E L A Y A N A N L A B O R A T O R IU M

NO. K ETERA N G A N JA N FEB MAR A PR M EI JU N JU L A G ST SEPT OKT NOP D ES TO TA L


J E N IS P E M E R IK S A A N
1 K im ia I
2 K i m i a II
3 G u l a D a ra h
4 H e m a to lo g i I
5 H e m a t o l o g i II
6 S e ro l o g i
7 B a k t e ri o l o g i
8 L iq u o r
9 T ra n s u d a t / E x u d a t
1 0 U ri n a l i s
11 Faeces
1 2 A s t ru f
13 K oh
1 4 N a rk o b a
Ju m la h
R a t a -r a t a / H a r i

Gambar 42.Formulir laporan Kegiatan Laboratorium

C. PELAYANAN PATOLOGI.

Merupakan kegiatan rekapitulasi Pemeriksaan Patologi Anatomi untuk


pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap yang datanya diambil

79
dari registrasi yang dilakukan oleh instalasi rawat inap. Untuk
pengisiannya sesuai dengan jenis pemeriksaan pada bulan tersebut

IV . C . K E G IA T A N P E L A Y A N A N P A T O L O G I

N O . K ETERA N G A N JA N FEB MAR A PR M E I JU N JU L A G ST SEPT O K T N O P D ES TO TA L


I PA TOLOGI A N A TOM I
1 K e c il
2 Sedang
3 B e sa r I
4 B e s a r II
JU M L A H
II S IT O L O G I
1 P a p sm e a r
2 C a i ra n T u b u h
3 S i t o l o g i H o rm o n a l S e ri a l 4 x
4 S e d ia a n F N A B
5 F N A B d e n g a n T in d a k a n
JU M L A H

Gambar 4.3. .Formulir laporan Patologi Anatomi

D. PELAYANAN REHABILITASI MEDIK

Merupakan kegiatan rekapitulasi kegiatan rehabilitasi medis dalam


satu bulan untuk pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap yang
datanya diambil dari registrasi yang dilakukan oleh administrasi
rehabilitasi medik . Untuk pengisiannya sesuai dengan jenis
pemeriksaan pada bulan tersebut
IV. D. KEGIATAN INSTALASI REHABILITASI MEDIK

NO. KETERANGAN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOP DES TOTAL
JENIS PEMERIKSAAN
1 Medis
2 Fisioteraphi
2.1. Latihan fisik
2.1. Aktinoteraphi
2.3. Electroteraphi
2.4. Hidroteraphi
2.5. Traksi Lumbal & Cervical
5.6. Lain-lain (INH)
3 Okupasiteraphi
4 Terapi Wicara
5 Psikologi
6 Sosial Medis
7 Ortotik Prostetik
7.1. Pembuatan alat Bantu
7.2. Pembuatan alat Anggota
7.3. Tiruan
7.4. Lain-lain 80
8 Kunjungan Rumah
Rata-rata/Hari
Jumlah
E. PELAYANAN FARMASI

Merupakan kegiatan yang dilakukan pada Instalasi Farmasi RS.Karya


Medika selama satu bulan.Data diambil dari jumlah resep yang masuk
dan jumlah serta jenis obat yang tersedia di apotik RS. Karya Medika.

Data pengadaan obat yang telah direkapitulasi dibagian farmasi


kemudian diisi pada format laforan berdasarkan golongan obat,
jumlah item obat dan jumlah obat yang tersedia di Rumah Sakit.

Sedangkan untuk rekapitulasi penulisan dan pelayanan resep diisi


pada kolom golongan obat, obat yang dikeluarkan untuk rawat jalan,
UGD maupun rawat inap berdasarkan jumlah resep yang dilayani di
Rumah Sakit.

IV. E. KEGIATAN PELAYANAN FARMASI .

a. PENGADAAN OBAT
Jumlah Item Obat
No. Golongan Obat Jumlah Item Obat
yang tersedia di Rumah Sakit
1 Obat Generik
2 Obat Non Generik
Gambar
Obat Non4.4. .Formulir
Generik di laporan Rehabilitasi Medik
3
luar Formularium
99 Total

b. PENULISAN DAN PELAYANAN RESEP


Total Jumlah Resep yang
No. Golongan Obat Rawat Jalan UGD Rawat Inap
R/ % dilayani di RS
Okt Nop Okt Nop Okt Nop Okt Nop Okt Nop R/ %
1 Obat Generik
2 Obat Non Generik
Obat Non Generik di
3
luar Formularium
99 Total

F. POLA KEMATIAN.

Adalah rekapitulasi dari jumlah pasien yang meninggal di ruang


perawatan RS.Karya Medika pada bulan tersebut.
Isi laporan / formulir terbagi atas :

81
c. ICU / Ruang Intensif.
Adalah jumlah pasien yang meninggal di ruang ICU / Intensif, baik
yang meninggal kurang dari 48 jam atau lebih dari 48 jam
perawatan. Pada formulir diisi dengan penyebab kematian, jenis
kelamin, usia dan keterangan tempat meninggal.

d. Ruang Perawatan Biasa.


Adalah jumlah pasien yang meninggal diruang perawatan biasa,
baik yang meninggal kurang dari 48 jam atau lebih dari 48 jam
perawatan. Pada formulir diisi dengan penyebab kematian, Jenis
Kelamin,usia dan keterangan tempat/ruang dimana pasien itu
meninggal.

e. Total Rumah sakit.


Adalah jumalah total dari poin A dan B, laporan tersebut berisi
tempat pasien meninggal, jenis kelamin dan usia, serta jumlah
pasien yang meninggal.

IV. F. RUANG ICU / RUANG INTENSIF


Usia
No. Penyebab Kematian
L P
Hari Rawat Keterangan

2. RUANG PERAWATAN
Usia
No. Penyebab Kematian
L P
Hari Rawat Keterangan

3. TOTAL KEMATIAN
Jenis Kelamin
No. TEMPAT Jumlah
L P

Total 0 0 0

4. PERBANDINGAN DENGAN BULAN SEBELUMNYA


BULAN
No. TEMPAT
O kt Nop
1 R.ICU
2 R.BAYI
3 RUANG PERAWATAN (Kls.
VIP, I, II, III, Isolasi)
Total
Jumlah Pasien Rawat Inap

82
Gambar PASIEN
G. JUMLAH 4.5. Formulir
UMUMPelaporan
DANPola PERUSAHAAN.
Kematian Pasien Rawat Inap.

Adalah jumlah rekapitulasi pasien Rawat Jalan di Polkilik dan pasien


rawat inap diruang perawatan , yang dilakukan dalam satu periode
waktu ( satu bulan )

Isi laporan / Format terbagi atas :

1. Rawat Jalan.
a. Pasien Umum adalah jumlah rekapitulasi pasien rawat jalan di
Poliklinik dalam satu bulan yang tidak menggunakan jaminan
kesehatan dari perusahaan atau Assuransi.

b. Pasien PT/Ass adalah jumlah rekapitulasi pasien rawat jalan di


polklinik dalam satu bulan yang mengunakan jaminan
kesehatan dari Perusahaan atau Assuransi.

2. Rawat Inap.

a. Pasien Umum adalah jumlah rekapitulasi pasien rawat inap


yang masuk melalui Instalasi Rawat Inap dalam satu bulan
yang tidak mengunakan jaminan kesehatan dari Perusahaan
atau assuransi.

b. Pasien PT/Ass adalah jumlah rekapitulasi pasien rawat inap


yang masuk melalui Instalasi Rawat Inap dalam satu bulan
yang menggunakan jaminan kesehatan dari Perusahaan atau
assuransi
IV. G. JUMLAH PASIEN UMUM DAN PERUSAHAAN

JUM LAH KUNJUNGAN


NO BULAN RAWAT JALAN TOTAL RAWAT INAP TOTAL
UM UM % PT/Ass. % UM UM % PT/Ass. %
1 JANUARI
2 FEBRUARI
3 M ARET
4 APRIL
5 M EI
6 JUNI
7 JULI
8 AGUSTUS
9 SEPTEM BER
10 OKTOBER
11 NOPEM BER
12 DESEM BER
TOTAL 83
Gambar 4.6. Formulir Pelaporan Jumlah Pasien Umum dan Pasien Perusahaan/Asuransi
H. PERKEMBANGAN MEDICAL CHECK UP.

Adalah total kunjungan pasien yang datang hanya untuk melakukan


medikal checkup dalam satu periode , setiap peserta medikal checkup
diregistrasi sehingga secara automatis peserta mendapatkan nomor
rekam medis yang bisa digunakan untuk pelayanan kesehatan
lainnya. Data peserta yang melakukan medikal checkup dicatat dan
dilaporkan dalam kunjungan pasien baru rawat jalan namun demikian
dilaporkan juga dalam bentuk khusus laporan medical checkup yang
dipisahkan atas pasien umum dan pasien Perusahaan/Assuransi.

IV.H. PERKEMBANGAN KEGIATAN MEDICAL CHECK UP

No. Keterangan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Total
1 Perusahaan
2 Umum
Rata-Rata/ Hari
Jumlah

Gambar .4.7. Formulir Pelaporan Kunjungan Pasien Medical Checkup

84
BAB V
PROSEDUR TETAP REKAM MEDIS
( PROTAP / SOP REKAM MEDIS )

85
RUMAH SAKIT PENERIMAAN / PENDAFTARAN PASIEN BARU
RIDHOKA SALMA
Cikarang - Bekasi No. Dokument: No. Revisi: Halaman :
PROTAP.S…..P…..RM…. 0 1 dari 2

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit: Ditetapkan di Cikarang Barat - Bekasi


Pelayanan Direktur
Rekam Medis
19 Juni 2012.
Roziana Ghani

A. Pengertian Pasien baru rawat jalan adalah pasien yang datang untuk pertama kalinya
guna mendapatkan pelayanan kesehatan di Poliklinik dengan terlebih dahulu

melalui proses pendaftaran.

B. Tujuan Guna tercapainya tertib administrasi dan terlaksananya pelayanan secara cepat
dan tepat terhadap pasien rawat jalan ( poliklinik )

C. Kebijakan Semua pasien yang datang untuk berobat harus melalui loket pendaftaran &
tercatat secara lengkap.

86
D. Prosedur PENDAFTARAN PASIEN BARU
1. Pasien Umum.
a. Pasien datang ke tempat pendaftaran pasien rawat jalan.
b. Petugas mewawancarai pasien untuk mendapatkan identitas dan data sosial.
c. Petugas meminta kartu identitas pasien / KTP.
d. Petugas mencetak kartu pasien dengan mengisi nomor rekam medis, nama
alamat lengkap, tanggal lahir/usia, pekerjaan, nama ayah/ibu untuk pasien
anak.
e. Petugas mencetak registrasi penomoran / slip layanan.
f. Petugas mencetak kartu kunjungan berobat pasien.
g. Petugas melampirkan slip layanan dan surat rujukan bila pasien dirujuk,
pada berkas rekam medis
h. Petugas mengarahkan pasien sesuai tujuan poliklinik.
i. Pelaksanaan pendaftaran dilaksanakan ditempat pendaftaran pasien umum.

2. Pasien Perusahaan (PT).


a. Pasien datang ke tempat pendaftaran pasien rawat jalan.
b. Petugas mewawancarai pasien untuk mendapatkan identitas dan data sosial.
c. Pasien menyerahkan surat jaminan rawat jalan/rawat inap dari perusahaan
yang sudah bekerjasama dengan rumah sakit Ridhoka Salma.
d. Petugas menayakan kartu karyawan dari perusahaan yang bersangkutan
e. Petugas membuatkan kartu berobat dan nomor Rekam medis baru bagi
pasien tersebut.
f. Petugas mencetak kartu pasien dengan mengisi nomor rekam medis, nama,
alamat lengkap/PT, tanggal lahir/usia, pekerjaan, nama ayah/ ibu untuk
pasien anak.

87
D. Prosedur g. Petugas mencetak registrasi penomoran/slip layanan.
h. Petugas mencetak kartu kunjungan berobat pasien.
i. Petugas melampirkan slip layanan dan surat rujukan bila pasien dirujuk,
pada berkas rekam medis.
j. Petugas mengarahkan pasien sesuai tujuan poliklinik.
k. Pelaksanaan pendaftaran di laksanakan di tempat pendaftaran pasien
Perusahaan.

3. Pasien Perusahaan peserta Assuransi.


a. Pasien datang ke tempat pendaftaran pasien rawat jalan.
b. Petugas mewawancarai pasien untuk mendapatkan identitas dan data sosial.
c. Petugas menanyakan kartu tanda peserta jaminan dari assuransi yang ber
sangkutan
d. Petugas membuatkan kartu berobat dan nomor Rekam medis baru bagi
pasien tersebut.
e. Bila akan ke dokter spesialis tertentu pasien harus membawa surat rujukan
dari dokter umum.
f. Petugas mengganti surat jaminan dari perusahaan dengan pengantar jamin-
an dari assuransi tersebut.
g. Pasien mengisi dan menadatangani formulir assuransi sebagai alat pemba
yaran berobat dan pengambilan obat di Apotek RS. Ridhoka Salma.
h. Apabila pasien dirawat inap, formulir assuransi dicantukkan di status rawat
inap untuk dilakukan pengisian resume medis ( Diagnosa ).
i. Petugas menghubungi pihak assuransi untuk meminta nomor jaminan.
j. Petugas mencetak kartu pasien dengan mengisi nomor rekam medis, nama,
alamat lengkap/PT, tanggal lahir usia, pekerjaan, nama ayah /ibu untuk
pasien anak.
g. Petugas mencetak registrasi penomoran/slip layanan.

88
D. Prosedur h. Petugas mencetak kartu kunjungan berobat pasien.
i. Petugas melampirkan slip layanan dan surat rujukan bila pasien dirujuk,
pada berkas rekam medis.
j. Petugas mengarahkan pasien sesuai tujuan poliklinik.
k. Pelaksanaan pendaftaran dilaksanakan di tempat pendaftaran pasien
perusahaan

E. Unit Terkait Pendaftaran Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Administrasi Perusahaan

* Berlaku untuk beberapa assuransi yang membutuhkan nomor jaminan

89
RUM AH SAKIT PENDAFTARAN PASIEN LAMA RAWAT JALAN
RIDHOKA SALM A
Cikarang - Bekasi No. Dokument: No. Revisi: Halaman :
0 1 dari 2

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit: Ditetapkan di Cikarang Barat - Bekasi


Pelayanan Direktur
Rekam M edis
19 Juni 2012.
Roziana Ghani

A. Pengertian Pasien lama adalah pasien yang datang untuk mendapatkan pelayanan

di poliklinik (rawat jalan), namun sudah pernah datang dan mendapatkan

pelayanan kesehatan sebelumnya.

B. Tujuan Guna tercapainya tertib administrasi dan terlaksananya pelayanan secara

cepat dan tepat terhadap pasien rawat jalan ( poliklinik )

C. Kebijakan Semua pasien yang datang untuk berobat harus melalui loket pendaftaran

& tercatat secara lengkap.

D. Prosedur PENDAFTARAN PASIEN LAMA

1. Pasien Umum.

a. Pasien datang ke tempat pendaftaran pasien rawat jalan.

b. Petugas mewawancarai pasien untuk mendapatkan identitas dan data


sosial.
c. Petugas meminta kartu kunjungan berobat dan melihat nomor rekam
medis.
d. Petugas mencetak registrasi penomoran / slip layanan.
e. Petugas mengeluarkan berkas rekam medis rawat jalan atau rawat
inap dari

90
D. Prosedur rak penyimpanan.
f. Petugas menc oc okan identitas & nomor rekam medis yang dimaksud
g. Petugas melampirkan slip layanan ( nomor registrasi ) dan surat rujukan
bila pasien dirujuk pada berkas rekam medis.
h. Petugas mengarahkan pasien sesuai tujuan poliklinik.
i. Pelaksanaan pendaftaran dilaksanakan ditempat pendaftaran pasien umum.

2. Pasien Perusahaan (PT).


a. Pasien datang ke tempat pendaftaran pasien rawat jalan.
b. Petugas mewawanc arai pasien untuk mendapatkan identitas dan data sosial
c . Pasien menyerahkan surat jaminan rawat jalan/rawat inap dari perusahaan
yang sudah bekerjasama dengan rumah sakit Karya M edika I. Dan bila akan
ke dokter spesialis tertentu petugas menanyakan surat rujukan dari dokter
umum / poliklinik Perusahaan.
d. Petugas menayakan kartu karyawan dari perusahaan yang bersangkutan
e. Petugas meminta kartu kunjungan berobat dan melihat nomor rekam medis-
nya.
f. Petugas menc etak registrasi penomoran / slip layanan.
g. Petugas mengeluarkan berkas rekam medis rawat jalan atau rawat inap dari
rak penyimpanan.
h. Petugas menc oc okan identitas & nomor rekam medis yang dimaksud
i. Petugas melampirkan slip layanan ( nomor registrasi ) dan surat rujukan bila
pasien dirujuk pada berkas rekam medis.
j. Petugas mengarahkan pasien sesuai tujuan poliklinik.
k. Pelaksanaan pendaftaran di laksanakan di tempat pendaftaran pasien
Perusahaan.

3. Pasien Perusahaan peserta Assuransi.


a. Pasien datang ke tempat pendaftaran pasien rawat jalan.
b. Petugas mewawanc arai pasien untuk mendapatkan identitas dan data sosial
c . Petugas menanyakan kartu tanda peserta jaminan dari assuransi yang ber
sangkutan
d. Petugas meminta kartu kunjungan berobat dan melihat nomor rekam medis-
nya.
e. Bila akan ke dokter spesialis tertentu pasien harus membawa surat rujukan
dari dokter umum.
f. Petugas mengganti surat jaminan dari perusahaan dengan pengantar jamin
an dari assuransi tersebut.
g. Pasien mengisi dan menadatangani formulir assuransi sebagai alat pem
bayaran berobat dan pengambilan obat di Apotek RS. Karya M edika I.
h. Apabila pasien dirawat inap, formulir assuransi dic antukkan di status rawat
inap untuk dilakukan pengisian resume medis ( Diagnosa ).

91
D. Prosedur inap untuk dilakukan pengisian resume medis ( Diagnosa ).
i. Petugas menghubungi pihak assuransi untuk meminta nomor jaminan.
j. Petugas menc etak registrasi penomoran/slip layanan.
k. Petugas mengeluarkan berkas rekam medis rawat jalan atau rawat inap dari
dalam rak penyimpanan.
l. Petugas menc oc okan identitas & nomor rekam medis yang dimaksud.
m. Petugas melampirkan slip layanan dan surat rujukan bila pasien dirujuk,
pada berkas rekam medis.
n. Petugas mengarahkan pasien sesuai tujuan poliklinik.
o. Pelaksanaan pendaftaran dilaksanakan di tempat pendaftaran pasien
perusahaan

E. Unit Terkait Pendaftaran Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Administrasi Perusahaan

* Berlaku untuk beberapa assuransi yang membutuhkan nomor jaminan

92
RUM AH SAKIT PENDAFTARAN PASIEN RAWAT INAP
RIDHOKA SALM A
Cikarang - Bekasi No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
0 1 (dari 1)

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit Ditetapkan di Cikarang Barat - Bekasi


Pelayanan Direktur
Rekam M edis
19 Juni 2012.
Roziana Ghani

A. Pengertian Adalah(Admitting Office) yang berfungsi menerima pasien rawat inap di rumah
sakit yang mendata secara lengkap identitas pasien umum, konfirmasi jaminan
kesehatan untuk pasien perusahaan atau assuransi dan mendistribusikan ke
unit terkait

B. Tujuan Guna tercapainya tertib administrasi dan terlaksananya pelayanan secara


cepat dan tepat terhadap pasien.

C. Kebijakan Semua pasien yang datang untuk berobat harus melalui loket pendaftaran
dan tercatat secara lengkap serta dapat dipertanggung jawabkan.

D. Prosedur 1. Setiap pasien yang membawa surat permintaan rawat inap dari dokter Poli-
klinik dan unit gawat darurat, menghubungi tempat penerimaan pasien
masuk sedangkan untuk pasien rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya
terlebih dahulu diperiksa oleh dokter rumah sakit tersebut.
2. Apabila tempat tidur di ruang rawat inap masih tersedia maka petugas
akan mencatat dalam buku register penerimaan pasien rawat inap, nama,
nomor RM Identitas dan data sosial lainnya, serta menyiapkan atau mengisi
data identitas pasien pada lembaran masuk rekam medis dan / atau
informed concent.

93
3. Kemudian petugas menginput data pasien dalam sistem komputerisasi ru-
mah sakit sehingga pasien mempunyai no. registrasi dan no. rekam medis
untuk pendataan di bagian penunjang lainnya.
4. Untuk pasien umum, maka pihak keluarga atau penanggung jawab pasien
wajib menyelesaikan pembayaran uang muka perawatan di bagian keuangan
sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Untuk pasien dari perusahaan atau assuransi petugas penerimaan pasien
menghubungi perusahaan atau assuransi terlebih dahulu untuk meminta
jaminan perawatan, dan menuliskannya dalam lembar konfirmasi.
6. Petugas penerimaan pasien rawat inap menyerahkan berkas rekam medis
kepada perawat UGD atau perawat poliklinik untuk diantar keruang pera-
watan bersama pasien tersebut.

E. Unit terkait Instalasi Rawat Inap, Unit Gawat Darurat, Poliklinik, Adm Central,
Ruang perawatan

94
RUM AH SAKIT PENOMORAN REKAM MEDIS
RIDHOKA SALM A
Cikarang - Bekasi No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
0 1 (dari 1)

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit Ditetapkan di Cikarang Barat - Bekasi


Direktur
Pelayanan
Rekam M edis 19 Juni 2012.
Roziana Ghani

A. Pengertian Adalah suatu proses pemberian nomor rekam medis kepada seorang pasien yang
baru pertama kali datang berobat, termasuk bayi baru lahir. Nomor rekam medis
ini seragam dan merupakan nomor tunggal dimana seorang pasien memperoleh
satu nomor selama menjalani proses penyembuhan disemua unit pelayanan di
RS. RIDHOKA SALM A

B. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah pelaksanaan dalam pemberian nomor rekam


medis pada pasien yang datang berobat, termasuk bayi baru lahir di RS.
RIDHOKA SALM A.

C. Kebijakan Setiap pasien yang datang berobat, termasuk bayi baru lahir akan mendapat-
kan satu nomor rekam medis yang akan digunakan selamanya untuk semua
pelayanan kesehatan di RS. Ridhoka Salma.

D. Prosedur 1. Pasien datang ke tempat pendaftaran rawat jalan untuk rawat jalan dan pen-
daftaran rawat inap untuk pasien rawat inap atau yang datang melalui
Instalasi Rawat Inap

2. Sebelum dilakukan pendaftaran pasien, petugas menanyakan apakah pasien


pernah berobat sebelumnya.

95
3. Jika pasien adalah pasien baru maka petugas pendaftaran akan membuka
menu pendaftaran pada program komputer, petugas meng in-put identitas
pasien pada kolom yang tersedia. Setelah semua terisi lalu disimpan dalam
program dan di print - out maka akan keluar nomor rekam medis baru dan
identitas pasien dalam bentuk formulir registrasi bagi pasien itu.

4. Pemberian nomor rekam medis bagi bayi baru lahir dilakukan di pendaftaran
pasien rawat inap, dimana petugas ruang perinatal melaporkan adanya bayi
baru lahir dan petugas pendaftaran meng in-put identitas bayi tersebut
berikut. Setelah semua terisi lalu disimpan dalam program dan di print-out,
maka akan keluar nomor rekam medis baru dan identitas

E. Unit terkait - Pendaftaran pasien rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat
- Instalasi Rawat Inap
- Unit Rawat Jalan

96
RUMAH SAKIT PENYIMPANAN BERKAS REKAM MEDIS
RIDHOKA SALMA
Cikarang - Bekasi No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
0 1 (dari 1)

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit Ditetapkan di Cikarang Barat - Bekasi


Direktur
Pelayanan
Rekam Medis 19 Juni 2012.
Roziana Ghani

A. Pengertian Penyimpanan berkas rekam medis adalah kegiatan penyimpanan berkas medis
pasien pada rak-rak yang telah tersedia secara berurutan berdasarkan sistem
penomoran.

B. Tujuan Sebagai langkah-langkah pelaksanan dalam penyimpanan berkas rekam medis


untuk ketertiban, kerapihan dan keamanan berkas rekam medis, serta agar pe-
laksanaan penyimpanan rekam medis menjadi baik dan bisa dipertanggung
jawabkan.

C. Kebijakan Penyimpanan berkas rekam medis didasarkan pada peraturan Departemen ke-
sehatan tentang tatacara penyimpanan berkas rekam medis dengan meng-
gunakan sistem angka akhir dan cara penyimpanan sentralisasi yaitu
berkas rawat jalan dan berkas rawat inap menjadi satu.

D. Prosedur a. Penyimpanan hanya dilaksanakan oleh petugas rekam medis yang ditugas-
kan sebagai penjajar berkas rekam medis.
b. Sebelum dilakukan penyimpanan petugas rekam medis merapikan serta me-
nyusun nomor rekam medis berkas rawat inap.
c. Sebelum dilakukan Penyimpanan dilakukan juga proses pendataan dan koding
untuk mendukung data laporan kegiatan pelayanan RSIA. Ridhoka Salma

97
d. Petugas memasukan berkas rekam medis rawat inap berdasarkan pada ke-
lompok nomor yang sudah disusun.
e. Sistem penyimpanan berkas rekam medis menggunakan sistem angka
akhir atau ( terminal digit )
f. Untuk penyimpanan berkas rekam medis yang terletak dibagian rak atas
petugas wajib menggunakan tangga untuk menyusun atau mengambilnya.
g. Tidak diperkenankan orang lain untuk mengambil atau mengeluarkan berkas
rekam medis selain petugas
h. Tidak diperkenankan menginjak pinggiran rak tempat penyimpanan.
i. Tidak diperkenankan merokok / melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan
kebakaran.
j. Penyimpanan berkas rekam medis aktif berlaku selama 5 tahun

E. Unit terkait - Unit Rekam Medis , Rawat Inap dan Rawat Jalan

98
BAB VI

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS

A. Pertanggung Jawaban Terhadap Rekam Medis.


Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi informasi yang ada
didalam rekam medis terhadap kemungkinan hilangnya keterangan
ataupun memalsukan data yang ada didalam rekam medis atau
dipergunakan oleh orang yang semestinya tidak diberi izin. Rekam
medis harus diberi tanta data yang cukup terperinci. Sehingga dokter
lain. Dapat mengetahui bagaimana pengobatan dan perawatan kepada
pasien dan konsulen dapat memberikan pendapat yang tepat setelah dia
memeriksanya ataupun dokter yang bersangkutan dapat memperkirakan
kembali keadaan pasien yang akan datang dari prosedur yang telah
dilaksanakan.

i. Tanggung Jawab Dokter yang Merawat.


Tanggung jawab utamaakan kelengkapan rekam medis
terletak pada dokter yang merawat. Tahap memperdulikan ada
tidaknya bantuan yang diberikan kepadanya dalam melengkapi rekam
medis oleh staf lain di rumah sakit. Dia mengemban tanggung jawab
terakhir akan kelengkapan dan kebenaran isi rekam medis.
Disamping itu untuk mencatat beberapa keterangan medic seperti
riwayat penyakit.Pemeriksaan penyakit.Pemeriksaan fisik dan
ringkasan keluar (resume) kemungkinan bisa didelegasikan pada
coasisten Asisten ahli dan dokter lainnya.
Data harus dipelajari kembali dikoreksi dan ditanda tangani
juga oleh dokter yang merawat.Pada saat ini banyak rumah sakit
menyediakan staff bagi dokter untuk melengkapi rekam medis tetap
berada padanya.Nilai ilmiah dari sebuah rekam medis adalah sesuai
dengan taraf pengobatan dan perawatan yang tercatat. Oleh karena
itu ditinjau dari beberapa segi rekam medis sangat bernilai penting
karena :
o Kepentingan bagi pasien, untuk kepentingan penyakit dimasa
sekarang maupun dimasa yang akan datang.
o Kedua dapat melindungi rumah sakit maupun dokter dalam segi
hukum (Medikalegal). Bila mana rekam medis tidak lengkap dan
tidak benar.
o Ketiga dapat dipergunakan untuk meneliti medic maupun
administrative. Personil rekam medis hanya dapat dipergunakan
data yang diberikan kepadanya. Bilamana diagnosanya tidak

99
benar dan tidak lengkap maka kode penyakitnyapun tidak tepat,
sehingga indeks penyakit mencerminkan kekurangan: hal ini
berakibat riset akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu data
statistic dan laporan hanya dapat secermat informasi dasar yang
benar.

ii. Tanggung Jawab Petugas Rekam Medis.


Petugas Rekam medis, membantu dokter yang merawat dalam
mempelajari kembali rekam medis.Analisa dari kelngkapan isi data
dimaksudkan untuk mencari hal-hal yang kurang dan masih
diragukan, serta menjamin bahwa rekam medis telah dilaksanakan
sesuai dengan kebijaksanaan dan peraturan yang ditetapkan oleh
pimpinan rumah sakit. Staf medic dan berbagai organisasi , misalnya
persatuan profesi yang resmi. Penganalisaan ini harus dilaksanakan
pada keesokan harinya setelah pasien dipulangkan atau meninggal,
sehingga data yang kurang atau pun diragukan bisa di betulkan
sebelum data pasien terlupakan, dalam rangka membantu dokter
dalam menganalisa kembali dari rekam medis, personil rekam medis
harus melakukan analisa kualitatip dan analisa kuantitatip.
Personil rekam medis bertanggung jawab untuk mengevaluasi
kualitas rekam medis itu sendiri guna menjamin konsistensi dan
kelengkapan isinya, sehubungan dengan hal ini, personil rekam
medis harus berpegang pada pedoman sebagai berikut :
1. Semua diagnosis ditulis dengan benar pada lembaran masuk
dan keluar, sesuai dengan istilah terminology yang
dipergunakan, semua diagnose serta tindakan pembedahan
yang dilakukan harus di catat. Simbol dan singkatan jangan
dipergunakan.
2. Dokter yang merawat menulis tanggal dan tanda tangannya
pada sebuah catatan serta telah menandatangani juga
catatan yang ditulis oleh dokter lain. Pada rumah sakit
Pendidikan Yaitu : Riwayat penyakit pemeriksaan fisik dan
resume. Lembaran lingkaran masuk dan keluar tidak cukup
apabila hanya ditandatangani oleh seorang dokter.
3. Bahwa laporan riwayat penyakit, dan pemeriksaan fisik dalam
keadaan lengkap dan berisi semua data penemuan baik yang
positif maupun negatif
4. Catatan perkembangan. Memberikan gambaran kronologis
dan analisa klinis keadaan pasien, Frekuensi catatan
ditentukan oleh keadaan pasien.

100
5. Hasil laboratorium dan X – ray dicatat dicantumkan
tanggalnya serta ditanda tangani oleh pemeriksa.
6. Semua tindakan pengobatan medic ataupun tindakan
pembedahan harus ditulis dicantumkan tenggal serta
ditandatangani oleh dokter
7. Semua konsultasi yang dilaksanakan harus sesuai dengan
peraturan staf medic harus dicatat secara lengkap serta
ditanda tangani. Hasil konsultasi, mencakup penemuan
konsulen pada pemeriksaan fisik terhadap pasien termasuk
juga pendapat dan rekomendasinya.
8. Pada kasus observasi, catatan prenatal dan persalinan
dicatat secara lengkap, mencakup hasil test dan semua
pemeriksaan pada saat prenatal sampai masuk rumah sakit.
Jalannya persalinan dan kelahirannya sejak pasien masuk
rumah sakit, juga harus dicatat secara lengkap.
9. Catatan perawat dan catatan prenatal rumah sakit yang lain
tentang observasi & pengobatan yang diberikan harus
lengkap. Catatan ini harus diberi cap dan tanda tangan.
10. Resume telah ditulis pada saat pasien pulang. Resume harus
berisi ringkasan tentang temuan-temuan, dan kejadian
penting selama pasien dirawat, keadaan waktu pulang saran
dan rencana pengobatan selanjutnya.
11. Bila otopsi dilakukan, diagnose sementara/ diagnose anatomi,
dicatat segera ( dalam waktu kurang dari 72 jam ) :
keterangan yang lengkap harus dibuat dan digabungkan
dengan rekam medis.
Analisa kualitatif oleh personel medis untuk meng evaluasi kualitas
pencatatan yang dilakukan oleh dokter untuk mengevaluasi mutu
pelayanan medic.Pertanggung jawaban untuk mengevaluasikan mutu
pelayanan medic terletak pada dokter.

iii. Tanggung Jawab Pimpinan Rumah Sakit


Pimpinan Rumah Sakit bertanggung Jawab menyediakan fasilitas unit
rekam medis yang meliputi ruang, peralatan dan tenaga yang
memakai,.Dengan demikian tenaga dibagian rekam medis dapat
bekerja secara efektif, memeriksa kembali memuat indeks,
penyimpanan dari semua system medis dalam waktu
singkat.Ruangan untuk memeriksa berkas rekam medis harus cukup
untuk mencatat melengkapi mengulangi kembali tanda tangan bagi
dokter.

101
iv. Tanggung Jawab Staf Medik
Staf medic tersebut secara langsung menentukan kualitas pelayanan
kepada pasien.Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan tepat dan
baik. Direktur Rumah Sakit Wakil direktur Medik membuat peraturan-
peraturan yang akan mengatur para anggota staf medic juga dan
membentuk komisi khusus yang diperlukan yang keanggotaannya
diambil diantara angota-angota staf medic, menunjuk komite staf
medic untuk melaksanakan beberapa tanggung jawab khusus yang
diperlukan Wakil Direktur Medik yang merupakan atasan dari seluruh
staf medic rumah sakit, bertanggung jawab terhadap efektifitas
kegiatan pelayanan medic di rumah sakit. Tanggung jawab dari pada
Wakil Direktur Medik ini disesuaikan dengan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam keputusan Menteri Kesehatan R.I. tentang
organisasi dan tata kerja Rumah sakit Umum kelas A, B dan C.

B. Kepemilikan Rekam Medis


Secara hukum tidak ada bantahan terhadap kepemilikan rekam medis
oleh rumah sakit.Rumah sakit sebagai pemilik segala catatan yang ada
dirumah sakit termasuk rekam medis.Hal ini mengingat karena catatan
yang terdapat dalam berkas rekam medis merupakan rangkaian kegiatan
pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan kesehatan kepada
pasien.Jadi bukti dokumentasi tersebut adalah sebagai tanda bukti rumah
sakit terhadap segala usahanya dalam menyembuhkan pasien.Isi rekam
medis menunjukan pula baik buruknya upaya penyembuhan yang
dilakukan instalasi pelayanan kesehatan tersebut. Beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian bagi para petugas pelayanan kesehatan yang
terlibat pada pelayanan kesehatan kepada pasien :
o Tidak diperkenankan untuk membawa berkas rekam medis keluar
dari instalasi pelayanan kesehatan, kecuali atas ijin pimpinan dan
dengan sepengetahuan kepala unit rekam medis yang peraturannya
digariskan oleh rumah sakit.
o Petugas unit rekam medis antara lain bertanggung jawab penuh
terhadap kelengkapan dan penyakit, berkas yang sewaktu-waktu
dapat dibutuhkan oleh pasien.
o Petugas ini harus betul-betul menjaga agar berkas tersebut tersimpan
dan tertata dengan baik dan terlindung dari kemungkinan pencurian
berkas atau pembocoran isi berkas rekam medis.
o Itulah sebabnya maka petugas rekam medis harus menghayati
sebagai peraturan mengenai prosedur penyelesaian pengisian berkas
bagi para aparat pelayanan kesehatan maupun tata cara pengelolaan

102
berkas secara terkecil yang kesemuanya dilakukan demi menjaga
agar berkas rekam medis dapat diberikan perlindungan hukum bagi
rumah sakit .petugas pelayanan kesehatan maupun pasien.

Dalam kaitan ini boleh ataupun tidaknya pasien megerti akan sisi dari
pada rekam medis adalah amat tergantung pada kesanggupan pasien
untuk mendengar informasi mengenai penyakitnya yang dijelaskan oleh
dokter yang merawatnya. Hal ini tidak berarti bahwa pasien
diperkenankan untuk membawa berkasnya pulang. Resume pasien yang
dikeluarkan oleh dokter rumah sakit serta diteruskan kepada dokter
rujukan sudah dianggap memadai. Apabila dokter rujukan menghendaki
informasi mengenai penyakit pasien yang lebih terperinci maka pihak
rumah sakit diperkemankan untuk memfotocopy dan melegalisir halama-
halaman yang dipotocopy tersebut serta meneruskan kepada dokter
rujukan tersebut.Harus diingat bahwa rumah sakit senantiasa wajib
memegang berkas asli, kecuali untuk resep obat pasien.

Dengan adanya minat pihak ke tiga seperti badan-badan asuransi, polisi


pengadilan dan lain sebagainya terhadap rekam medis seorang pasien
maka tampak bahwa rekam medis telah menjadi milik umum. Namun
pengertian umum disini bukanlah dalam arti bebas dibaca oleh
masyarakat, karena walaupun bagaimana rekam medis hanya dapat
dikeluarkan bagi berbagai maksud / kepentingan berdasarkan otoritas
pemerintah/badan yang berwenang, yang secara hukum dapat
dipertanggung jawabkan. Bilamana peraturan secara khusus balum ada
maka perihal penyiaran atau penerusan informasi kepada pasien, dokter,
orang lain yang ditunjuk adalah bersifat administrative, rumah sakit, akan
diperhatikan berbagai factor yang terlibat sebelum menjawab
permohonan pasien atau pihak lainnya untuk melihat berkas rekam
medis. Dalam hal ini rumah sakit bertanggung jawab secara moral dan
hukum sehingga karenanya berupaya untuk menjaga agar jangan sampai
terjadi orang yang tidak berwenang dapat memperoleh informasi yang
terdapat dalam rekam medis. Pengamanan harus dimulai sejak pasien
masuk, selama pasien dirawat, dan sesudah ia pulang.

C. Kerahasiaan Rekam Medis


Nilai Informasi Yang Terkandung Dalam Rekam Medis.
Rekam Medis mengandung 2 (dua) macam informasi yaitu :

a. Informasi Yang Mengandung Nilai Kerahasiaan


Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan merupakancatatan
yang mengenai hasil pemeriksaan, diagnosis,pengobatan

103
pengamatan dan seterusnya mengenai penderitayang
bersangkutan.Mengenai hal ini ada kewajiban simpanrahasia
kedokteran, sehingga tidak boleh disebar luaskan tanpaijin penderita
tersebut.
b. Informasi Yang Tidak Mengandung Nilai Kerahasiaan
Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan yaitumengenai
identitas pasien (nama, alamat, dan lain-lain) sertainformasi lain yang
tidak mengandung nilai medis. Berkas rekam
medis asli tetap harus disimpan dirumah sakit dan tidak boleh
diserahkan kepada pengacara atau siapapun, yang berhak atasrekam
medis adalah rumah sakit. Pengisian danpenyelesaiannya adalah
tanggung jawab penuh dokter yangmerawat dimana catatan harus
cermat, singkat dan jelas.
(Soeparto. 2006).

D. Persetujuan Tindakan Medis ( Informed Concent )


“ Informed Consent “ adalah sebuah istilah yang sering dipakai untuk
terjemahan dari persetujuan tindakan medik. Informed Consentterdiri dari dua
kata yaitu Informed dan. Informed diartikan telah di beritahukan, telah
disampaikan atau telah di informasikan dan Consentyang berarti persetujuan
yang diberikan oleh seseorang untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian
pengertian bebas dari informed Consentadalah persetujuan yang diberikan
oleh pasien kepada dokter untuk berbuat sesuatu setelah mendapatkan
penjelasan atau informasi.
Pengertian Informed Consent oleh Komalawati ( 1989 :86) disebutkan
sebagai berikut :
“Yang dimaksud dengan informed Consent adalah suatu kesepakatan
/ persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter
terhadap dirinya, setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter
mengenai upaya medis yang dapat dilakukanuntuk menolong dirinya, disertai
informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.”
Sedangkan tatacara pelaksanaan tindakan medis yang akan dilaksanakan
oleh dokter pada pasien , lebih lanjut diatur dalam Pasal 45 UU No. 29 Tahun
2009 Tentang Praktek Kedokteran yang menegaskan sebagai berikut :
1. Setiap Tindakan Kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah
pasien diberikan penjelasan lengkap
3. Penjelasan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-
kurangnya mencakup :
a. Diagnosis dan tatacara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan resikonya
d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan.

104
Dengan lahirnya UU No. 29 Tahun 2004 ini, maka semakin terbuka luas
peluang bagi pasien untuk mendapatkan informasi medis yang sejelas-
jelasnya tentang penyakitnya dan sekaligus mempertegas kewajiban dokter
untuk memberikan informasi medis yang benar, akurat dan berimbang
tentang rencana sebuah tindakan medik yang akan dilakukan, pengobatan
mapun perawatan yang akan di terima oleh pasien. Karena pasien yang
paling berkepentingan terhadap apa yang akan dilakukan terhadap dirinya
dengan segala resikonya, makaInformed Consent merupakan syarat subjektif
terjadinya transaksiterapeutik dan merupakan hak pasien yang harus
dipenuhi sebelum dirinya menjalani suatu upaya medis yang akan dilakukan
oleh dokter terhadap dirinya .
Sehubungan dengan penjelasan tersebut diatas maka Informed
Consent bukan hanya sekedar mendapatkan formulir persetujuan tindakan
yang ditanda tangani oleh pasien atau keluarganya tetapi persetujuan
tindakan medik adalah sebuah proses komunikasi intensif untuk mencapai
sebuah kesamaan persepsi tetang dapat tidaknya dilakukan suatu tindakan,
pengobatan, perawatan medis. Jika porses komunikasi intesif ini telah
dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu antara dokter sebagai pemberi
pelayanan dan pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan maka hal
tersebut dikukuhkan dalam bentuk pernyataan tertulis yang ditandatangani
oleh kedua belah pihak,demikian halnya jika bahwa ternyata setelah proses
komunikasi ini terjadi dan ternyata pasien menolak maka dokter wajib untuk
menghargai keputusan tersebut dan meminta pasien untuk menandatangani
surat pernyataan menolak tindakan medik . jadiinformed Consent adalah
sebuah proses bukan hanya sekedar mendapatkan tandatangan lembar
persetujuan tindakan.
Hal pokok yang harus di perhatikan dalam proses mencapai
kesamaan persepsi antara dokter dan pasien agar terbangun suatu
persetujuan tindakan medik adalah bahasa komunikasi yang digunakan. Jika
terdapat kesenjangan penggunaan bahasa atau istilahistilah yang sulit
dimengerti oleh pasien maka besar kemungkinan terjadinya mispersepsi
yang akan membuat gagalnya persetujuan tindakan medis yang akan
dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut , Komalawati ( 2002: 111)
mengungkapkan bahwainformed conset dapat dilakukan ,antara lain :
a. Dengan bahasa yang sempurna dan tertulis
b. Dengan bahasa yang sempurna secara lisan
c. Dengan bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima pihak lawan
d. Dengan bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawan.
e. Dengan diam atau membisu tetapi asal dipahami atau diterima oleh
pihak lawan
Jika setelah proses informed yang dilakukan oleh dokter pada pasien dan
ternyata pasien gagal memberikan consent sebagaimana yang di harapkan ,
tidaklah berari bahwa upaya memperoleh persetujuan tersebut menjadi gagal
total tetapi dokter harus tetap memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk
pasien berfikir kembali setiap keuntungan dan kerugian jika tindakan medis
tersebut dilakukan atau tidak dilakukan. Selain itu dokter tetap berusaha

105
melakukan pendekatan-pendekatan yang lebih efektif dan efisien yang
memungkinkan untuk memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukan jika memang tindakan tersebut adalah tindakan yang utama dan
satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk menolong menyembuhkan
atau meringankan sakit pasien.

E. Pemberian Informasi Rekam Medis

Secara umum dapat disadari bahwa informasi yang terdapat dalam rekam
medis sifatnya rahasia dan harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter maupun
tenaga profesi kesehatan lainnya. Dari pernyataan diatas mungkin akan
timbul pertanyaan apakah rahasia kedokteran itu dapat dibuka ?
Kesehatan mengatakan bahwa di Indonesia tidak menganut paham
kewajiban menyimpan rahasia kedokteran secara mutlak, namun terdapat
pengecualian bahwa rahasia kedokteran dapat dibuka berdasarkan beberapa
alasan yaitu :

a. Karena Daya Paksa Pasal 48 KUHP yang berbunyi :


“Barang siapa melakukan sesuatu perbuatan karena pengaruh daya
paksa tidak dapat dipidana”.Dengan adanya pasal tersebut, maka tenaga
kesehatan terpaksa membuka rahasia pasien karena pengaruh daya
paksa untuk melindungi :
1) Kepentingan umum
2) Kepentingan orang yang tidak bersalah
3) Kepentingan pasien
4) Kepentingan tenaga kesehatan itu sendiri tidak dapat dipidana.
b. Karena Menjalankan Perintah Undang-Undang (Pasal 50 KUHP).
Seorang tenaga kesehatan yang dipanggil sebagai saksi ahli atau saksi
dalam sidang pengadilan, kewajiban untuk menyimpan rahasia pasien
dapat gugur atas perintah hakim yang memimpin sidang (Pasal 170 ayat
2 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana).
c. Karena Perintah Jabatan (Pasal 51 KUHP)
Seorang tenaga kesehatan yang diperintahkan untuk membuka rahasia
pasien oleh atasannya yang berhak untuk itu, tidak dapat dipidana.
d. Karena Untuk Mendapatkan Santunan Asuransi.
Seorang dokter wajib mengisi formulir yang diperlukan oleh pasien atau
keluarganya untuk mendapat santunan asuransi. Dalam hal ini kewajiban
untuk menyimpan rahasia kedokteran menjadi gugur, karena
berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja,
tanpa keterangan dari dokter yang merawat, maka santunan asuransi
tenaga kerja tidak akan dapat diberikan kepada yang bersangkutan.

106
Hal pembukaan rahasia kedokteran dipertegas kembali dalam
PerMenKes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008.

Pasal 10 :
Ayat (2)
“ Informasi tentang identitas, diagnosa, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan, dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :

a. Untuk kepentingan kesehatan pasien


b. Memenuhi permintaan aperatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum atas perintah pengadilan.
c. Permintaan dan atau persetujuan pasien sendiri.
d. Permintaan istitusi/lembaga berdasarkan ketentuan
perundangundangandan
e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis sepanjang
tidak menyebutkan identitas pasien.

Ayat (3)
“Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana
pelayanan kesehatan”.

Persetujuan Pelepasan Informasi Medis.

Walaupun informasi yang terkandung dalam rekam medis dapat dibuka,


namun pelepasan informasi tersebut harus melalui persetujuan atau
ijin tertulis dari pasien ataupun kuasa pasien itu sendiri.Ini
dimaksudkan untuk melindungi hak privasi pasien dan melindungi sarana
pelayanan kesehatan dalam tindak hokum perlindungan hak kerahasiaan
informasi pasien.Ijin tertulis atau persetujuan pelepasan informasi medis
ini harus dilengkapi dengan tanda tangan pasien. Selanjutnya Huffman,
1994 menyebutkan bahwa formulir pelepasan informasi
setidaknyamemuat unsur-unsur yang meliputi :

a. Nama institusi yang akan membuka informasi.


b. Nama perorangan atau institusi yang akan menerima informasi
c. Nama lengkap pasien, alamat terakhir dan tanggal lahir.
d. Maksud dibutuhkannya informasi.
e. Jenis informasi yang diinginkan termasuk tanggal pengobatan pasien.
Hati-hati perkataan “apapun dan semua” jenis informasitidak dibenarkan.
f. Tanggal yang tepat, kejadian, kondisi hingga batas waktu ijin yang
ditetapkan, kecuali dicabut sebelumnya.
g. Pernyataan bahwa ijin dapat dicabut dan tidak berlaku bagi masa lampau
maupun mendatang.
h. Tanggal ijin ditanda tangani. Tanggal tanda tangan harus sebelum
tanggal membuka informasi.

107
i. Tanda tangan pasien/kuasa.
Jika anak termasuk kategori telah dewasa/mandiri maka membuka
informasi harus berdasarkan ijin anak.

Kemudian WHO dalam Medical Record Manual menjelaskan


apabila suatu permintaan dibuat untuk pelepasan informasi, permintaan
tersebut harus mengandung hal-hal sebagai berikut :

1. Nama lengkap pasien, alamat dan tanggal lahir


2. Nama orang atau lembaga yang akan meminta informasi
3. Tujuan dan kebutuhan informasi yang diminta
4. Tingkat dan sifat informasi yang akan dikeluarkan, termasuk tanggal keluar
informasi
5. Ditandatangani oleh pasien atau wakilnya yang sah (misalnya, orang tua
atau anak).

108
BAB VII

PENGEMBANGAN REKAM MEDIS

A. Pendidikan dan pelatihan.


Direktur RS wajib melakukan pembinaan terhadap petugas yang
berkaitan dengan rekam medis serta pengetahuna dan keteranpiran
mereka. Dalam rangka melakukan pembinaan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan direktur rumahsakit berkewajiban
meningkatkan pendidikan petugas-petugas rekam medis dengan
ketentuan sebagai berikut :

Untuk RSU klas A :


1. 4 Orang S1 dan rekam medis
2. 6 Orang D III Rekam medis
3. Semua Staff Rekam Medis menpunyai STLP Rekam Medis
minimal 200 jam ( 3 SKP ).

Untuk RSU Klas B dan RS Setara :


1. 2 Orang S1 Rekam Medis
2. 4 Orang D II Rekam Medis
3. Semua Staf Rekam Medis mempunyai SLTP Rekam medis
minimal 200 jam.

Untuk RSU Klas C dan RS Setara :


1. 2 Orang D III RM.
2. Minimal Sda.

Untuk RSU klas D dan RS Setara


Semua tenaga RM mempunyai SLTP RM minimal 200 jam.

B. Dalam peningkatan penggunaan rekam medis, perlu mengantisipasi


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama informasi
kesehatan.

109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA

DIREKTUR

Seksi Seksi Komite Subbag Subbag Keu


Keperawata Pelayanan Medis Kesekretaria & Program
n tan & RM

T.U Pen
& y
KEP Ang
EG g

RT Perb
& &
PER Verif
L.

RM Pen
& y
INF Prog
O ram

SMF
1.
2
3.
4
5
INST
ALA
SI

126
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 1996
TENTANG
TENAGA KESEHATAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan, dipandang perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Tenaga Kesehatan;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;


2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(LembaranNegara Tanun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3495);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TENAGA KESEHATAN.

BABI
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :


1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yanlg mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan;
2. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan;
3. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau masyarakat;
4. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

BAB II
JENIS TENAGA KESEHATAN
Pasal 2

(1) Tenaga kesehatan terdiri dari :


a. tenaga medis;
b. tenaga keperawatan;
c. tenaga kefarmasian;
d. tenaga kesehatan masyarakat;
e. tenaga gizi;
f. tenaga keterapian fisik;
g. tenaga keteknisian medis.
(2) Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.
(3) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
(4) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.

127
(5) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomology
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan
dan sanitarian.
(6) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
(7) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.
(8) Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
1. elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi
2. transfusi dan perekam medis.

B A B III
PERSYARATAN

Pasal 3

Tenaga kesehatan wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidangkesehatan


yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.

Pasal 4

(1) Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah


tenagakesehatan yang bersangkutan memiliki ijin dari Menteri.
(2) Dikecualikan dari pemilikan ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
bagitenaga kesehatan masyarakat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diatur oleh Menteri.

Pasal 5

(1) Selain ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), tenaga medis dan
tenaga kefarmasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri hanya dapat
melakukan upaya kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai adaptasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur oleh Menteri.

BAB IV
PERENCANAAN, PENGADAAN DAN PENEMPATAN
Bagian Kesatu
Perencanaan

Pasal 6

(9) Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk memenuhi


kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat.
(10) Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan nasional tenaga kesehatan.
(11) Perencanaan nasional tenaga kesehatan disusun dengan memperhatikan faktor
:
h. jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;
i. sarana kesehatan;
j. jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan.

128
(12) Perencanaan nasional tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dan ayat (3) ditetapkan oleh Menteri.

Bagian Kedua
Pengadaan

Pasal 7

Pengadaan tenaga kesehatan dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan di bidang


kesehatan.
Pasal 8

(1) Pendidikan di bidang kesehatan dilaksanakan di lembaga pendidikan yang


diselenggarakan oleh Pemerintah atau masyarakat.
(2) Penyelenggaraan pendidikan di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilaksanakan berdasarkan ijin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 9

(1) Pelatihan dibidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan keterampilan atau


penguasaan pengetahuan di bidang teknis kesehatan.
(2) Pelatihan di bidang kesehatan dapat dilakukan secara berjenjang sesuai dengan
jenis tenaga kesehatan yang bersangkutan.

Pasal 10

(1) Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti
pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya.
(2) Penyelenggara dan/atau pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab atas
pemberian kesempatan kepada tenaga kesehatan yang ditempatkan dan/atau
bekerja pada sarana kesehatan yang bersangkutan untuk meningkatkan
keterampilan atau pengetahuan melalui pelatihan di bidang kesehatan.

Pasal 11

(1) Pelatihan di bidang kesehatan dilaksanakan di balai pelatihan tenaga kesehatan


atau tempat pelatihan lainnya.
(2) Pelatihan di bidang kesehatan dapat diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau
masyarakat.

Pasal 12

(1) Pelatihan di bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah


dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(2) Pelatihan di bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat
dilaksanakan atas dasar ijin Menteri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
diatur oleh Menteri.

Pasal 13

129
(1) Pelatihan di bidang kesehatan wajib memenuhi persyaratan tersedianya :
a. calon peserta pelatihan;
b. tenaga kepelatihan;
c. kurikulum;
d. sumber dana yang tetap untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan
pelatihan;
e. sarana dan prasarana.
(2) Kelentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pelatihan di bidang kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh Menteri.

Pasal 14

(1) Menteri dapat menghentikan pelatihan apabila pelaksanaan pelatihan di bidang


kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat ternyata :
a. tidak sesuai dengan arah pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1);
b. tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(1);
(2) Penghentian pelatihan karena ketentuan sebagaimana dimaksud
dimaksuddalam ayat (1), dapat mengakibatkan dicabutnya ijin pelatihan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghentian pelatihan dan pencabutan ijin
pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh
Menteri.

Bagian Ketiga
Penempatan

Pasal 15

(1) Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat,


Pemerintah dapat mewajibkan tenaga kesehatan untuk ditempatkan pada sarana
kesehatan tertentu untuk jangka waktu tertentu.
(2) Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
dengan cara masa bakti.
(3) Pelaksanaan penempatan tenaga kesehatan dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat(2) dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 16

Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud Pasal 15 ayat (1) dan ayat
(2) dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab Menteri.

Pasal 17

Penempatan tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan dengan


memperhatikan :
a. kondisi wilayah dimana tenaga kesehatan yang bersangkutan ditempatkan;
b. lamanya penempatan;
c. jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;
d. prioritas sarana kesehatan.

130
Pasal 18

(1) Penempatan tenaga kesehatan dengan cara masa bakti dilaksanakan pada :
a. sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah;
b. sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang ditunjuk oleh
Pemerintah;
d. lingkungan perguruan tinggi sebagai staf pengajar;
e. lingkungan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

(2) Pelaksanaan ketentuan huruf c dan huruf d sebagaimana dimaksud dalam


ayat(1) diatur lebih lanjut oleh Menteri setelah mendengar pertimbangan dari
pimpinan instansi terkait.

Pasal 19

(1) Tenaga kesehatan yang telah melaksanakan masa bakti diberikan surat
keterangan dari Menteri
(2) Surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan
persyaratan bagi tenaga kesehatan untuk memperoleh ijin menyelenggarakan
upaya kesehatan pada sarana kesehatan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian surat keterangan sebagaimana
dimaksud dalam ayal (1) diatur oleh Menteri

Pasal 20

Status tenaga kesehatan dalam penempatan tenaga kesehatan dapat berupa :


a. pegawai negeri; atau
b. pegawai tidak tetap.

BABV
STANDAR PROFESI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
Bagian Kesatu
Standar Profesi

Pasal 21

(1) Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk


mematuhi standar profesi tenaga kesehatan.
(2) Standar profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 22

(1) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya
berkewajiban untuk :
a. menghormati hak pasien;
b. menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien;
c. memberikan infomasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang
akan dilakukan;
d. meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan;
e. membuat dan memelihara rekam medis.

131
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
oleh Menteri.

Pasal 23

(1) Pasien berhak atas ganti rugi apabila dalam pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
mengakibatkan terganggunya kesehatan, cacat, atau kematian yang terjadi
karena kesalahan atau kelalaian.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai
denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua
Perlindungan Hukum

Pasal 24

(1) Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan


tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
oleh Menteri
B A B VI
PENGHARGAAN

Pasal 25

(1) Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada sarana kesehatan atas dasar
prestasi kerja, pengabdian, kesetiaan, berjasa pada Negara atau meninggal
dunia dalam melaksanakan tugas diberikan penghargaan .
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan oleh
Pemerintah dan/atau masyarakat.
(3) Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat, tanda jasa, uang atau
bentuk lain.

BAB VII
IKATAN PROFESI

Pasal 26

(1) Tenaga kesehatan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk
rneningkatkan dan/atau rnengembangkan pengetahuan dan keterampilan,
martabat dan kesejahteraan tenaga kesehatan.
(2) Pembentukan ikatan profesi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

BAB VIII
TENAGA KESEHATAN WARGA NEGARA ASING

Pasal 27

132
(1) Tenaga kesehatan warga negara asing hanya dapat melakukan upaya
kesehatan atas dasar ijin dari Menteri.
(2) Ketentuan lebih lanjut rnengenai perijinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur oleh Menteri dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku di bidang tenaga kerja asing

B A B IX
PEMBINAAN DAN PENGA WASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan

Pasal 28

(1) Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu pengabdian


profesi tenaga kesehatan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui pembinaan
karier, disiplin dan teknis profesi tenaga kesehatan.

Pasal 29

(1) Pembinaan karier tenaga kesehatan meliputi kenaikan pangkat, jabatan dan
pemberian penghargaan.
(2) Pembinaan karier tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 30

(1) Pembinaan disiplin tenaga kesehatan menjadi tanggung jawab penyelenggara


dan/atau pimpinan sarana kesehatan yang bersangkutan.
(2) Pembinaan disiplin tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Pasal 31

(1) Menteri melakukan pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan.


(2) Pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan sebagairnana dimaksud dalam ayat
(1) dilaksanakan rnelalui :
a. bimbingan;
b. pelatihan di bidang kesehatan;
c. penetapan standar profesi tenaga kesehatan.

Bagian Kedua
Pengawasan

Pasal 32

Menteri melakukan pengawasan terhadap tenaga kesehatan dalarn melaksanakan


tugas profesinya.

133
Pasal 33

(1) Dalarn rangka pengawasan, Menteri dapat rnengambil tindakan disiplin terhadap
tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
tenaga kesehatan yang bersangkutan.

(2) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a. teguran;
b. pencabutan ijin untuk melakukan upaya kesehatan.
(3) Pengambilan tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan
memperhatikanketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BABX
KETENTU AN PIDANA

Pasal 34

Barang siapa dengan sengaja menyelenggarakan pelatihan di bidang kesehatan


tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2), dipidana sesuai dengan
ketentuan Pasal 84 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Pasal 35

Berdasarkan ketentuan Pasal 86 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang


Kesehatan, barang siapa dengan sengaja :
a. melakukan upaya kesehatan tanpa ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (1);
b. melakukan upaya kesehatan tanpa melakukan adaptasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1);
c. melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi
tenagakesehatan yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
ayat (1);
d. tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1);
dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 36

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka semua ketentuan peraturan


perundang-undangan yang berhubungan dengan tenaga kesehatan yang telah ada

masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti


berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 37

134
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia,

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Mei 1996
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
ttd
SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Mei 1996
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1996 NOMOR 49

Salinan sesuai dengan aslinya


SEKRETARIAT KABINET RI
Kepala Biro Hukum dan
Perundang-undangan
Plt
Lambock V. Nahattands, S.H.

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 1996
TENTANG
TENAGA KESEHATAN

UMUM
Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari Pembangunan Nasional pada
hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai
kemampuanhidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yangoptimal yang besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan
sumber daya manusia sebagai modal Pembangunan Nasional. Pembangunan
kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat
dengan menanamkan kebiasaan hidup sehat.
Untuk rnewujudkan hal tersebut di atas diselenggarakan berbagai upaya kesehatan
yang didukung antara lain oleh sumber daya tenaga kesehatan yang memadaisesuai
dengan yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan. Oleh karena itu pola
pengembangan sumber daya tenaga kesehatan perlu disusun secara cermat yang
meliputi perencanaan, pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan yang berskala
nasional. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan secara nasional disesuaikan
dengan masalah kesehatan, kemampuan daya serap dan kebutuhan
pengembanganprogram pembangunan kesehatan. Pengadaan tenaga kesehatan

135
sesuai denganperencanaan kebutuhan tersebut diselenggarakan rnelalui pendidikan
dan pelatihan baik oleh Pemerintah dan/atau oleh masyarakat termasuk
swastasedangkanpendayagunaannya diselenggarakan secara efektif dan merata.
Dalam rangka penempatan terhadap jenis tenaga kesehatan tertentu ditetapkan
kebijaksanaan melalui pelaksanaan masa bakti terutama bagi tenaga kesehatanyang
sangat potensial di dalam kebutuhan penyelenggaraan upaya kesehatan. Disamping
itu tenaga kesehatan tertentu yang bertugas sebagai pelaksana atau pemberi
pelayanan kesehatan diberi wewenang sesuai dengan kompetensi pendidikan yang
diperolehnya, sehingga terkait erat dengan hak dan kewajibarmya. Kompetensi dan
kewenangan tersebut menunjukan kemampuan profesional yang baku dan
merupakan standar profesi untuk tenaga kesehatan tersebut. Tenaga kesehatan
yang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesinya akan mendapatkan
perlindungan hukum. Terhadap jenis tenaga kesehatan tersebut di dalam

melaksanakan tugas profesinya tetap diperlukan ijin. Tenaga kesehatan


sebagaipendukung upaya kesehatan dalam menjalankan tugasnya harus selalu
dibina dan diawasi. Pembinaan dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kemampuannya, sehingga selalu tanggap terhadap permasalahan kesehatan yang
menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan pengawasan dilakukan
terhadapkegiatannya agar tenaga kesehatan tersebut dapat melaksanakan tugasnya
sesuai dengan kcbijaksanaan peraturan perundang-undangan dan sistem yang telah
ditetapkan. Setiap penyimpangan pelaksanaan tugas oleh tenaga
kesehatanmengakibatkan konsekuensi dalam bentuk sanksi.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas

Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4).
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas

Pasal 3

Persyaratan pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan bagi tenaga


kesehatan harus sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikannya.

136
Pasal 4
Ayat (1)
Pengertian ijin dalam ayat ini misalnya:
- surat penugasan bagi tenaga kesehatan;
- surat ijin praktik atau ijin kerja bagi tenaga kesehatan tertentu.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jeias
Pasal 5
Ayat (1)
Bagi tenaga kesehatan untuk jenis tenaga medis dan tenaga
kefarrnasian lulusan dari lembaga pendidikan di luar negeri
disyaratkan melakuan adaptasi untuk dapat melakukan tindakan
kesehatan atau upaya kesehatan. Adaptasi dilakukan dengan
maksud tenaga kesehatan untuk jenis tenaga medis dan tenaga
kefarmasian memperoleh penyesuaian ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari luar negeri dengan ilmu pengetahuan yang sesuai
untuk melakukan tugas profesi di bidang kesehatan di Indonesia.
Adaptasi perlu dilakukan sebab karakter dan tingkat kesehatan serta
lingkungan masyarakat Indonesia berbeda dengan di luar negeri
Sehingga suatu jenis penyakit tertentu di luar negeri akan
memerlukan analisa dan pendekatan, serta upaya pengobatan yang
berbeda dengan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan ilmu
pengetahuan tenaga kesehatan jenis tenaga medis dan tenaga
kefarmasian yang diperoleh dari luar negeri dapat diterapkan sesuai
dengan situasi dan kondisi rnasyarakat Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas

Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
ljin penyelenggaraan pendidikan di bidang kesehatan adalah ijin dari
Menteri Kesehatan dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bagi
pendidikan profesional di bidang kesehatan misalnya Akademi
Perawatan, Akademi Kesehatan Lingkungan, Akademi Gizi, dan ijin
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bagi pendidikan akademik
di bidang

137
kesehatan misalnya Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi
dan Fakultas Farmasi. Peraturan perundang-undangan yang berlaku
adalah sesuai dengan Peraturan perundang-undangan di bidang
Pendidikan Nasional.

Pasal 9
Ayal (1)
Cukup jelas
Ayal (2)
Cukup jelas

Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Tempat pelatihan kesehatan lainnya adalah tempat pelatihan yang
memenuhi persyaratan sebagai tempat pelatihan kesehatan yang
ditunjuk oleh Menteri atau pejabat kesehatan yang berwenang.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jclas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas

138
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 19
Ayat (1)
Pemberian surat keterangan merupakan suatu bentuk penghargaan
yang diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan bahwa
tenaga kesehatan yang bersangkutan telah mengabdikan dirinya
kepada Negara melalui masa bakti.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas

Pasal 20
Termasuk dalam pengertian status pegawai tidak tetap antara lain pegawai
bulanan, pegawai harian, pegawai honorer sesuai dengan peraturan
perundang - undangan yang berlaku atau pegawai tidak tetap sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin
Kerja Apoteker, Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 1991 tentang
Pengangkatan Dokter Sebagai Pegawai Tidak Tetap Selama Masa Bakti,dan
Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengangkatan Bidan
Sebagai Pegawai Tidak Tetap.

Pasal 21
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan standar profesi tenaga kesehatan adalah
pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai
petunjuk dalam menjalakan profesinya secara baik.
Ayat (2)
Dalam menetapkan standar profesi untuk masing-masing jenis
tenaga kesehatan, Menteri dapat meminta pertimbangan dari para
ahli di bidang kesehatan dan/atau yang mewakili ikatan profesi
tenaga kesehatan.

Pasal 22
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan tertentu dalam ayat ini
adalah tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan
pasien misalnya, dokter, dokter gigi, perawat.
Huruf a
Yang dimaksud hak pasien dalam huruf ini antara lain ialah
hak atas hak untuk memberikan/menolak persetujuan, hak
atas pendapat kedua.
Huruf b
Cukup jelas

139
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Perlindungan hukum di sini misalnya rasa aman dalam
melaksanakan tugas profesinya, perlindungan terhadap keadaan
membahayakan yang dapat mengancam keselamatan atau jiwa baik
karena alam maupun perbuatan manusia
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 26
Ayat (I)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayal (2)
Cukup jelas
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas

Pasal 30
Ayat (1)

140
Dalam melakukan pembinaan teknis profesi tenaga kesehatan,
Menteri dapat mengikutsertakan para ahli di bidang kesehatan
dan/atau yang mewakili ikatan profesi tenaga kesehatan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jeias

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 10 TAHUN 1966

141
TENTANG
WAJIB SIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN

Presiden Republik Indonesia,

Menimbang : bahwa perlu ditetapkan peraturan tentang wajib simpan rahasia


kedokteran.

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat(2)Undang-Undang Dasar l945;


2. Pasal 10 ayat (4) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang
Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1960 No. 131 );
3. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1960 tentang lafal sumpah
dokter (Lembaran Negara Tahun 1960 No.69);

Mendengar : Presidium Kabinet Dwikora yang disempurnakan.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

"PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WAJIB SIMPAN RAHASIA


KEDOKTERAN".

Pasal 1.

Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan
pekerjaannya dalam lapangan kedokteran.

Pasal 2.

Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut


dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi
daripada Peraturan Pemerintah ini menentukan lain.

Pasal 3.

Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:

a. tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan


(Lembaran Negara tahun 1963 No. 79).
b. mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.

Pasal 4

142
Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai: wajib simpan rahasia kedokteran yang
tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana, Menteri Kesehatan dapat melakukan tindakan administratif
berdasarkan pasal 11 Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan.

Pasal 5.

Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang
disebut dalam pasal 3 huruf b, maka Menteri Kesehatan dapat mengambil tindakan-
tindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.

Pasal 6.

Dalam pelaksanaan peraturan ini Menteri Kesehatan dapat mendengar Dewan


Pelindung Susila Kedokteran dan/atau badan-badan lain bilamana perlu.

Pasal 7.

Peraturan ini dapat disebut "Peraturan Pemerintah tentang Wajib Simpan Rahasia
Kedokteran".

Pasal 8.

Peraturan ini mulai berlaku pada hari diundangkannya. Agar setiap orang dapat
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 Mei 1966.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUKARNO.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 21 Mei 1966.
SEKRETARIS NEGARA,

MOHD. ICHSAN.

143
PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH No. 10 TAHUN 1966
TENTANGWAJIB SIMPAN RAHASIA KEDOKTERAN

UMUM .

Setiap orang harus dapat meminta pertolongan kedokteran dengan perasaan aman
dan bebas. Ia harus dapat menceriterakan dengan hati terbuka segala keluhan yang
mengganggunya, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, dengan keyakinan
bahwa hak *16858 itu berguna untuk menyembuhkan dirinya. Ia tidak boleh merasa
khawatir bahwa segala sesuatu mengenai keadaannya akan disampaikan kepada
orang lain, baik oleh dokter maupun oleh petugas kedokteran yang bekerja sama
dengan dokter tersebut. Ini adalah syarat utama untuk hubungan baik antara dokter
dengan penderita. Pada waktu menerima ijazah seorang dokter bersumpah: "Saya
akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan
karena keilmuan saya sebagai dokter". Dan sebagai pemangku suatu jabatan ia
wajib merahasiakan apa yang diketahuinya karena jabatannya, menurut pasal 322
KUHP yang berbunyi: : "Barangsiapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang
ia wajib menyimpan oleh karena jabatan atau pekerjaannya, baik yang sekarang
maupun yang dahulu, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan
bulan atau denda sebanyak-banyaknya enam ratus rupiah". "Jika kejahatan ini
dilakukan terhadap seseorang yang tertentu maka ini hanya dituntut atas pengaduan
orang itu". Peraturan Pemerintah ini diperlukan untuk mereka yang melakukan
perbuatan-perbuatan pelanggaran rahasia kedokteran yang tidak dapat dipidana
menurut pasal 322 KUHP tersebut atau pasal 112 KUHP tentang pengrahasiaan
sesuaatu yang bersifat umum.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL.


Pasal 1.

Dengan kata-kata "segala sesuatu yang diketahui", dimaksud : Segala fakta yang
didapat dalam pemeriksaan penderita, interpretasinya untuk menegakkan diagnose
dan melakukan pengobatan: dari anamnese, pemeriksaan jasmaniah, pemeriksaan
dengan alat-alat kedokteran dan sebagainya. Juga termasuk fakta yang dikumpulkan
oleh pembantu-pembantunya. Seorang ahli obat dan mereka yang bekerja dalam
apotik harus pula merahasiakan obat dan khasiatnya yang diberikan dokter kepada
pasiennya. Merahasiakan resep-dokter adalah sesuatu yang penting dari etik :
pejabat yang bekerja dalam Apotik.

Pasal 2.

Berdasarkan pasal ini orang (selain dari pada tenaga kesehatan) yang dalam
pekerjaannya berurusan dengan orang sakit atau mengetahui keadaan sisakit, (baik)
yang tidak maupun yang belum mengucapkan sumpah jabatan, berkewajiban
menjunjung tinggi rahasia mengenai keadaan sisakit. Dengan demikian para
mahasiswa kedokteran "kedokteran gigi, ahli farmasi, ahli laboratorium, ahli sinar,
bidan, para pegawai, murid para medis dan sebagainya termasuk dalam golongan
yang diwajibkan menyimpan rahasia. Menteri Kesehatan dapat menetapkan, baik
secara umum, maupun secara insidentil, orang-orang lain yang wajib menyimpan

144
rahasia kedokteran, misalnya pegawai tata-usaha pada rumah-rumah sakit dan
laboratorium-laboratorium,

Pasal 3.
Cukup jelas.

Pasal 4.

Berdasarkan pasal 322 KUHP, maka membocorkan rahasia jabatan, dalam hal ini
rahasia kedokteran, adalah suatu tindak pidana yang dituntut atas pengaduan
(klachdelict), apabila kejahatan itu ditujukan pada seseorang tertentu. Demi
kepentingan umum Menteri Kesehatan dapat bertindak terhadap pembocoran
rahasia kedokteran, meskipun tidak ada suatu pengaduan. Sebagai contoh: Seorang
pejabat kedokteran berulangkali mengobrolkan di depan orang banyak tentang
keadaan dan tingkah laku pasien yang diobatinya. Dengan demikian ia merendahkan
martabat jabatan kedokteran dan mengurangi kepercayaan orang kepada penjabat-
penjabat kedokteran.

Pasal 5.

Berdasarkan pasal ini Menteri Kesehatan dapat meminta kepada instansi yang
bersangkutan (umpama untuk urusan mahasiswa kepada Departemen P.T.I.P dan
sebagainya) agar mengambil tindakan administratip yang wajar bilamana dilanggar
wajib simpan rahasia kedokteran ini.

Pasal 6.

Menteri Kesehatan membentuk Dewan Pelindung Susila Kedokteran justru untuk


mendapat nasehat dalam soal-soal susila kedokteran.

Pasal 7 dan 8.
Cukup jelas.

145

Anda mungkin juga menyukai