Anda di halaman 1dari 10

Akibat Hukum Terhadap Peralihan Hak Milik Atas Tanah...

(M. Adib Luthfi)

Vol 5 No 1 Maret 2018

Akibat Hukum Terhadap Peralihan Hak Milik Atas Tanah Yang Belum Lunas Pembayarannya

M. Adib Luthfi*, Akhmad Khisni**


*
Mahasiswa Program Magister (S2) Kenotariatan Fakultas Hukum UNISSULA, Semarang email :
adibluthfi@gmail.com
**
Dosen Fakultas Hukum UNISSULA

ABSTRAK
Hasil penelitian menyimpulkan, bahewa akibat hukum dari peralihan hak milik atas tanah yang belum lunas
pembayarannya adalah sah secara jual beli, akan tetapi apabila pembayaran harga tanahnya tersebut belum
dilunasi terlebih dahulu maka peralihan hak nya dapat ditangguhkan (sesuai perjanjian pengikatan jual beli
lunas). Setelah pembayaran harganya dilunasi baru proses peralihan haknya dilanjutkan (pembuatan Akta Jual
Beli dan proses sertifikat). PPAT membuatkan Akta Jual Beli selanjutnya akta tersebut dijadikan alat bukti autentik
yang menerangkan telah terjadi peralihan hak atas tanah melalui jual beli selanjutnya untuk didaftarkan.
Sedangkan jual beli tanah yang menganut hukum adat bersifat konkret, kontan, nyata dan riil. Artinya peran
PPAT dalam melaksanakan amanat Undang-Undang tersebut harus benar-benar terlaksana dan kaitannya
dengan peralihan hak milik atas tanah yang belum lunas pembayarannya, PPAT harus menentukan sikap tegas
untuk tidak membuatkan Akta Jual Beli tersebut sebelum seluruh pembayaran harganya lunas meskipun cara
pembayarannya secara bertahap. Solusinya apabila ada permasalahan seperti itu maka PPAT harus membuatkan
perjanjian pengikatan jual beli lunas sebelum dibuatkan Akta Jual Belinya. Hal tersebut dilakukan supaya
terwujud rasa keadilan dan meminimalisir wanprestasi antara penjual dan pembeli dalam kaitannya dengan jual
beli tanah.
Kata Kunci : Akibat Hukum, Jual Beli Tanah, Belum Lunas.

ABSTRACT

The result of this study concludes that the legal effect of the transfer of ownership of land that has not paid off is
valid for the sale and purchase, but if the payment of the land price has not been paid in advance then the
transfer of its rights can be suspended (in accordance with the agreement of sale and purchase settlement paid).
After payment of the price is paid a new process of transfer of rights continue (making Deed of Sale and Purchase
certificate process). PPAT makes the Deed of Sale and then the deed is used as authentic proof that there has
been a transfer of land rights through subsequent sale and sale to be registered. While the sale and purchase of
land that adheres to customary law is concrete, cash, real and real. This means that the role of PPAT in carrying
out the mandate of the Act must be fully implemented and related to the transfer of ownership rights to land that
has not paid off, PPAT must determine the firm stance to not make the Deed and Sell before all payment of the
price paid in full even though the payment method gradually . The solution if there are problems like that then
PPAT must make a binding agreement to buy and sell paid before the Deed of Sale. This is done in order to
realize the sense of justice and minimize the default between the seller and the buyer in relation to the sale and
purchase of land.
Keywords: Legal Effect, Sale and Purchase Land, Not Filled.

PENDAHULUAN populasinya. Tanah bagi kehidupan manusia memiliki


arti yang sangat penting, karena sebagian besar dari
Tanah merupakan kebutuhan manusia yang
kehidupannya tergantung pada tanah. Tanah adalah
tidak bisa dihindari dan dipungkiri. Kebutuhan
karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada umat
manusia akan tanah semakin hari semakin
manusia dimuka bumi. Sejak lahir sampai meninggal
meningkat seiring dengan perkembangan

65
Vol 5 No 1 Maret 2018: 65 - 74

dunia, manusia membutuhkan tanah untuk tempat kemauannya asalkan ketentuan perjanjian tersebut
tinggal dan sumber kehidupan, dalam hal ini tanah tidak bertentangan, baik dengan peraturan
mempunyai dimensi ekonomi, sosial, kultural, politik perundang-undangan yang bersifat memaksa,
dan ekologis.1 ketertiban umum, maupun kesusilaan.4
Hubungan antara manusia dengan tanah sangat Dalam perjanjian jual beli tanah yang dibuat
erat sehingga dirasakan mempunyai pertalian yang pejabat yang berwenang biasanya menerapkan asas
berakar dalam alam pikiran. Hal ini dapat dimengerti kebebasan berkontrak yang mana para pihak yang
dan dipahami, karena tanah merupakan tempat melakukan perjanjian dengan bebas mengemukakan
tinggal, tempat pemberi makan, tempat mereka apa yang menjadi maksud dan tujuan dari isi
dilahirkan, dan tempat ia dimakamkan.2 perjanjian tersebut. Perjanjian jual beli tanah sering
Oleh sebab itu, tanah sangat dibutuhkan oleh ditemukan dalam praktek sehari-hari di masyarakat
setiap manusia baik dalam skala lingkup kecil yang maupun di kantor-kantor notaris. Perjanjian ini
hanya sebatas untuk kebutuhan tempat tinggal, merupakan suatu perjanjian yang mendahului
maupun dalam skala besar yaitu untuk kebutuhan perjanjian jual beli tanahnya, yang harus dilakukan
sosial maupun usaha. Perkembangan dan dihadapan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah).
pertambahan tersebut membawa konsekuensi logis Dengan dibentuknya Undang-Undang Pokok Agraria
tuntutan kebutuhan tanah sebagai suatu hal pokok yang lebih dikenal dengan UUPA Nomor. 5 Tahun
yang harus dimiliki. Hal ini memberikan pengertian 1960 dan Peraturan Pemerintah Nomor. 24 Tahun
bahwa pentingnya tanah bagi kehidupan manusia 1997. Tentang Pendaftaran Tanah, maka jual beli
untuk selalu berusaha agar dapat memiliki dan tanah harus dilakukan dengan suatu akta yang
menguasai tanah. dibuat oleh dan dihadapan Pejabat Pembuat Akta
Sebagai salah satu cara untuk mendapatkan Tanah (PPAT).5
atau memiliki tanah adalah dengan cara jual beli Menurut ketentuan tersebut diatas dalam Pasal
tanah, artinya pihak yang ingin memiliki tanah 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
tersebut harus membeli dari orang yang menjual. 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, dapat diketahui
Dengan adanya praktek jual beli tanah akan bahwa untuk peralihan hak atas tanah diperlukan
mempermudah seseorang untuk memiliki dan suatu akta otentik yang dibuat oleh seorang pejabat
menguasai tanah yang selanjutnya dibuktikan umum yang disebut dengan Pejabat Pembuat Akta
dengan akta kepemilikan hak atas tanah tersebut. Tanah (PPAT) yang diangkat oleh pemerintah.
Praktek jual beli biasanya dibuatkan suatu Sehingga peralihan hak atas tanah tidak dapat
perjanjian atau akta jual beli yang dibuat dihadapan dilakukan begitu saja tanpa memenuhi peraturan
notaris atau pejabat yang berwenang. Pengikatan perundang-undangan yang berlaku.6 Hal ini
jual beli merupakan suatu bentuk perjanjian yang dilakukan untuk menjamin kepastian dan ketertiban
muncul dari kebutuhan hukum yang berkembang hukum dalam jual beli tanah tersebut, maka proses
dalam masyarakat. Pengikatan jual beli tanah jual beli hanya dilakukan diatas tanah yang dimiliki
merupakan perjanjian tidak bernama, karena tidak berdasarkan hak-hak atas tanah, artinya obyek tanah
ditemukan dalam bentuk-bentuk khusus perjanjian yang telah disahkan atau dibuktikan dengan bukti
yang diatur dalam Undang- Undang.3 kepemilikan hak atas tanah yang diterbitkan oleh
Perjanjian pengikatan jual beli tanah merupakan instansi yang berwenang, dalam hal ini adalah Badan
implementasi dari asas kebebasan berkontrak, Pertanahan Nasional. Dengan demikian dapat
dimana para pihak secara bebas dapat menentukan diketahui, bahwa penjual adalah sebagai orang atau
pihak yang berhak dan sah menurut hukum untuk
1
Benhard Limbong, Konflik Pertanahan, Margaretha
Pustaka, Jakarta, 2012, h. 2.
2 4
Soetomo, Pedoman Jual Beli Tanah, Peralihan Hak dan Ibid. H. 32
5
Sertipikat, Universitas Brawijaya, Malang, 1981, h. 11. Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah
3
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan
Penerapannya dibidang Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2003, h. 205.
6
Bandung, 2011, h. 36. Ibid

66
Akibat Hukum Terhadap Peralihan Hak Milik Atas Tanah...
(M. Adib Luthfi)

Vol 5 No 1 Maret 2018

menjual tanah tersebut kepada pembeli. ditempatkan sebagai pengamat.7


Prinsip utama jual beli tanah adalah adanya hak Data sekunder adalah data yang siap di olah dari
yang melekat bagi pemilik, artinya seseorang hasil data primer atau bisa disebut data yang siap
memiliki kekuatan hukum sebagai pemilik hak atas jadi. Data sekunder merupakan data yang
tanah. Atas hak kepemilikan ini mengandung tingkatannya kedua, bukan yang utama. Misalnya,
konsekuensi hukum, sehingga legalitas jual jika data tentang hasil musyawarah yang dilakukan oleh
subyek hukum sah sebagai pemilik hak dan jual beli para pihak yang bersengketa. Menurut sugiyono,
melalui mekanisme yang disepakati dan ditetapkan data sekunder adalah data yang tidak langsung
oleh ketentuan hukum. Artinya penjual benar-benar memberikan data kepada peneliti, misalnya
meliki hak jual dengan dibuktikan sertifikat yang penelitian harus melalui orang lain atau mencari
terbit atas nama penjual selaku pemilik yang sah. melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan
Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap
masih banyak praktik jual beli tanah yang belum banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-
lunas pembayarannya ataupun dilakukan dengan catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain
cara mengangsur. Dengan adanya praktik jual beli itu peneliti juga mempergunakan data yang diperoleh
yang belum lunas pembayarannya, maka bisa dari internet.8
menimbulkan masalah dikemudian hari apabila pihak Metode penelitian yang penulis gunakan adalah
pembeli tidak bisa membayar atau tidak melunasi metode penelitian hukum Empiris. Penelitian hukum
(wanprestasi). Seperti yang terjadi di lapangan ada empiris merupakan salah satu jenis penelitian hukum
pembeli belum menyelesaikan kewajibannya (belum yang menganalisis dan mengkaji bekerjanya di dalam
lunas pembayarannya), akan tetapi sudah menjual masyarakat. Bekerjanya hukum dalam masyarakat
kembali tanah tersebut kepada pihak lain. Sama dapat dikaji dari tingkat efektifitasnya hukum,
halnya yang terjadi pada pengembang bisnis kepatuhan terhadap hukum, peranan lembaga atau
properti, tanah yang dibeli belum dilunasi institusi hukum di dalam penegakan hukum,
pembayarannya akan tetapi sudah dikapling-kapling implementasi aturan hukum, pengaruh aturan hukum
dan dijual kembali kepada konsumen atau pihak lain. terhadap masalah sosial tertentu atau sebaliknya,
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini pengaruh sosial terhadap aturan hukum.9
adalah data. Sedangkan data yang digunakan adalah Sedangkan metode pendekatan yang penulis
data primer dan data sekunder. Data primer gunakan adalah metode pendekatan yuridis
merupakan data yang berasal dari data lapangan. sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologis atau
Data lapangan itu diperoleh dari para responden. sosiologi hukum merupakan pendekatan yang
Responden yaitu orang ataupun kelompok menganalisis tentang bagaimana reaksi dan interaksi
masyarakat yang memberikan jawaban terhadap yang terjadi ketika sistem norma itu bekerja dalam
pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Responden masyarakat.
merupakan orang atau masyarakat yang terkait
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
secara langsung dengan masalah. Informen adalah
orang atau individu yang memberikan informasi data Akibat Hukum Peralihan Hak Milik Atas Tanah
yang dibutuhkan oleh peneliti sebatas yang Yang Belum Lunas Pembayarannya
diketahuinya dan peneliti tidak dapat mengarahkan Setiap subjek hukum termasuk dalam hal ini
jawaban sesuai yang diinginkan. Informen diperlukan
dalam penelitian hukum empiris untuk mendapatkan
7
data secara kualitatif. Nara sumber adalah orang Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian
Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
yang memberikan pendapat atas objek yang diteliti.
2010, h. 174-175.
Dia bukan bagian dari unit analisis, tetapi 8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D, Alfabeta, Bandung, 2005, h. 62.
9
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori
Hukum Pada Tesis dan Disertasi, Raja Grafindo Persaja,
Jakarta, 2016, h. 20.

67
Vol 5 No 1 Maret 2018: 65 - 74

Pejabat Pembuat Akta Tanah, mempunyai tanggung persekutuan perdata terhadap pembuatan aktanya
jawab dan apabila tanggung jawab tersebut tidak menurut analisis teori Hans Kelsen merupakan
dilaksanakan dan bertentangan dengan hukum maka pertanggungjawaban individu dimana masing-masing
subjek hukum tersebut harus memikul akibat dari notaris secara individu bertanggungjawab atas
tidak dilaksanakannya tanggungjawab tersebut. pelanggaran yang dilakukannya sendiri atas
Peran PPAT adalah melaksanakan sebagian dibuatnya akta Jual Beli, dan bukan
tugas negara di bidang pertanahan, sebagai Pejabat pertanggungjawaban kolektif karena seorang PPAT
Umum yang berwenang untuk membuat akta tidak bertanggung jawab atas pelanggaran yang
otentik, dan akta yang dibuat oleh ppat merupakan dilakukan oleh PPAT lain terhadap pembuatan
formulasi atau kehendak para pihak dan sebagai aktanya.
bukti tertulis mengenai keadaan, peristiwa atau Akibat hukum dari peralihan hak milik atas tanah
perbuatan hukum yang telah terjadi. yang belum lunas pembayarannya adalah sah secara
PPAT dalam membuat aktanya jika melakukan jual beli, akan tetapi apabila pembayaran harga
kesalahan dan menimbulkan kerugian terhadap para tanahnya tersebut belum dilunasi terlebih dahulu
pihak, maka PPAT dapat dimintakan maka peralihan hak nya dapat ditangguhkan (sesuai
pertanggungjawaban atas kesalahannya tersebut perjanjian pengikatan jual beli lunas).10 Setelah
dan bentuk tanggung jawab di ditujukan kepada pembayaran harganya dilunasi baru proses peralihan
masing-masing PPAT secara pribadi yang haknya dilanjutkan (pembuatan Akta Jual Beli dan
bersangkutan yang membuat akta. proses sertifikat).11 Syarat jual beli ada dua, syarat
PPAT sebagai jabatan kepercayaan dalam materiil dan syarat formil. Setelah persyaratan
melaksanakan tugas dan jabatannya harus materiil yang sudah di uraikan dalam tinjauan
menjunjung tinggi harkat dan martabatnya serta pustaka di atas maka persyaratan formil juga harus
menjalankan tugas dan jabatannya dengan tepat dan dipenuhi yaitu PPAT(Pejabat Pembuat Akta Tanah)
jujur, dan secara normatif harus berpedoman pada yang membuat akta jual belinya. Akta Jual Beli
Undang-undang PP RI Nomor 37 Tahun 1998 menurut pasal 37 Peraturan Pemerintah No. 24
tentang Peraturan Jabatan Pejabat Akta Tanah dan Tahun 1997 harus dibuat oleh PPAT. Jual beli yang
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional RI No. dilakukan tanpa dihadapan PPAT tatap sah karena
23 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan PP No. 37 UUPA berlandaskan pada Hukum Adat (pasal 5
Tahun 1998 beserta Kode Etik Pejabat Pembuat Akta UUPA), sedangkan dalam Hukum adat sistem yang
Tanah. dipakai adalah sistem yang konkret/kontan/nyata/riil.
Tanggung jawab PPAT timbul karena adanya Kendatipun demikian, untuk mewujudkan adanya
kewenangan yang diberikan kepadanya oleh suatu kepastian hukum dalam setiap peralihan hak
Undang-undang dalam hal membuat akta, dengan atas tanah, PP No. 24 Tahun 1997 sebagai peraturan
tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang PPAT pelaksana UUPA telah menentukan bahwa setiap
merupakan keadaan yang wajib dilakukan PPAT, perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas
menanggung segala resikonya apabila terjadi sesuatu tanah harus dibuktikan dengan suatu akta yang
misal dituntut, dipersalahkan atau diperkarakan oleh dibuat oleh dan dihadapan PPAT.
pihak yang dirugikan. Dalam hal pembuatan Akta Oleh sebab itu PPAT berperan penting dalam
Jual Beli, tanggungjawab dalam hal pembuatan setiap pelaksanaan peralihan hak atas tanah. PPAT
aktanya terletak pada masing-masing PPAT. yang membuatkan Akta Jual Beli yang selanjutnya
Menurut teori tanggung jawab menurut Hans akta tersebut dijadikan alat bukti autentik yang
Kelsen jika dikorelasikan dengan PPAT, maka PPAT menerangkan telah terjadi peralihan hak atas tanah
bertanggung jawab secara hukum atas semua melalui jual beli. Sedangkan jual beli tanah yang
perbuatan dimana perbuatan yang dilakukan itu
merupakan perbuatan yang bertentangan dengan 10
Chaidar Muhammad, “Wawancara Pribadi”,
peraturan perundang-undangan, dan bentuk Notaris/PPAT, 27 Februari 2018, Jepara.
pertanggungjawaban PPAT dalam bentuk 11
Sofin Hadi, “wawancara pribadi”, Notaris/ PPAT, 17
Februari 2018, Jepara.

68
Akibat Hukum Terhadap Peralihan Hak Milik Atas Tanah...
(M. Adib Luthfi)

Vol 5 No 1 Maret 2018

menganut hukum adat bersifat konkret, kontan, 3. Faktor manusianya/ karakter pembeli
nyata dan riil. Artinya peran PPAT dalam Faktor ini juga sangat penting dan perlu
melaksanakan amanat Undang-Undang tersebut diperhatikan dalam hal jual beli. Penjual harus
harus benar-benar terlaksana dan kaitannya dengan mengerti karakter calon pembeli apakah dia
peralihan hak milik atas tanah yang belum lunas mampu dan mau untuk membayar harganya atau
pembayarannya, PPAT harus menentukan sikap tidak.
tegas untuk tidak membuatkan Akta Jual Beli Menurut keterangan bapak Sofin Hadi, S.H.,
tersebut sebelum seluruh pembayaran harganya M.Kn selaku Notaris/PPAT, ada beberapa faktor
lunas meskipun cara pembayarannya secara yang berpengaruh melatarbelakangi terjadinya
bertahap. peralihan hak milik atas tanah yang belum lunas
Kontan bukan berarti harus di bayar semuanya pembayarannya seperti:12
secara langsung, akan tetapi kontan itu dapat a. Faktor harga
diartikan harus lunas seluruh harganya. Konkret, Faktor harga sangat berpengaruh bagi
nyata dan riil semua itu dapat dilakukan dihadapan peralihan hak milik atas tanah yang belum
PPAT seperti yang diamanatkan Undang-Undang. lunas pembayarannya. Artinya harga yang
Jadi PPAT sangat berperan penting dan ada ditawarkan atau disepakati oleh kedua belah
keterkaitan dengan peralihan hak milik atas tanah pihak, penjual dan pembeli nominalnya
yang belum lunas pembayarannya, karena dihadapan sangat besar sehingga pembayaran harganya
PPAT lah perjanjian jual beli peralihan hak milik tidak bisa dilakukan sekaligus atau lunas
tersebut dibuat. Walaupun poin-poin perjanjian (harganya dibayar beberapa kali sesuai
tersebut para pihak yang menentukan, akan tetapi kesepakatan dalam perjanjian).
Notaris/PPAT tetap bisa menjadi penentu bila b. Faktor teman/ keluarga
keinginan para pihak tersebut bertentangan dengan Faktor teman/ keluarga biasanya sangat
Undang-Undang. mempengaruhi peralihan hak milik atas tanah
melalui jual beli yang belum lunas
Faktor-Faktor Apa Saja Yang Melatarbelakangi
pembayarannya. Teman/ keluarga biasanya
Terjadinya Peralihan Hak Milik Atas Tanah
dalam membuat perjanjian pengikatan jual
Yang Belum Lunas Pembayarannya.
beli diantara mereka, kedua belah pihak
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi sangatlah fleksibel dan terkesan santai. oleh
terjadinya peralihan hak milik atas tanah yang belum sebab itu teman/ keluarga termasuk faktor
lunas pembayarannya dintaranya: yang melatarbelakangi terjadinya peralihan
1. Faktor bisnis hak milik atas tanah yang belum lunas
Penjelasannya adalah pada zaman sekarang ini pembayarannya.
bisnis yang termasuk paling menggiurkan adalah c. Faktor keadaan ekonomi pembeli
bisnis properti, dimana para developer atau Faktor ini juga sangat berpengaruh dalam
pengembang berlomba-lomba untuk membeli melatarbelakangi terjadinya peralihan hak
tanah yang strategis untuk dikembangkan dan milik atas tanah yang belum lunas
selanjutnya dijual kembali. pembayarannya. Artinya keadaan ekonomi
Para pengembang biasanya membeli tanah hak pembeli tidak stabil atau merosot
milik tersebut dengan perjanjian pengikatan jual perekonomiannya sehingga berdampak
beli (PPJB) sebelum membuat akta jual belinya terhadap pembayaran yang dilakukan
(AJB), dikarenakan pembeli belum bisa membayar terhadap penjual. Misalnya pembeli pada saat
lunas harga tanah yang dibelinya. Faktor bisnis melakukan perjanjian pengikatan jual beli
sangat berpengaruh atas hal tersebut. memberikan sebagian harga kepada penjual
2. Faktor finansial/ Keuangan dan sebagian lagi akan dilunasi 5 bulan
Faktor ini sangat berpengaruh bagi proses cepar
atau lambatnya pelunasan atau pembayaran yang 12
Sofin Hadi, “wawancara pribadi”, Notaris/ PPAT, 17
dilakukan oleh pembeli. Februari 2018, Jepara

69
Vol 5 No 1 Maret 2018: 65 - 74

kedepan, akan tetapi pembeli hadapan kepala adat, yang berperan sebagai pejabat
perekonomiaannya bangkrut dan belum yang menanggung keteraturan dan sahnya
sanggup melunasi sisa harga tanah tersebut. perbuatan pemindahan hak tersebut sehingga
d. Faktor keadaan ekonomi penjual perbuatan tersebut diketahui oleh umum. Tunai
Faktor ini juga termasuk faktor yang maksudnya, bahwa perbuatan pemindahan hak dan
melatarbelakangi terjadinya peralihan hak pembayaran harganya dilakukan serentak. Oleh
milik atas tanah yang belum lunas karena itu, maka tunai mungkin berarti harga tanah
pembayarannya. Keadaan ekonomi penjual dibayar secara kontan, atau baru dibayar sebagian
yang kurang secara finansial memaksa (dianggap tunai). Dalam hal pembeli tidak membayar
mereka untuk menjual cepat tanah atau aset sisanya, maka penjual tidak dapat menuntut atas
tanah yang di milikinya, sehingga penjual dasar terjadinya jual beli tanah, akan tetapi atas
cenderung menerima pembeli yang dasar hukum utang piutang.14
membayar harganya secara tidak langsung Dalam pelaksanaan jual beli kadang-kadang
(dibayar sebagian dulu), asalkan pembeli seorang pembeli tanah belum tentu mempunyai
dapat menerima sebagian uang tersebut uang tunai sebesar harga tanah yang ditetapkan.
dengan cepat. Dalam hal yang demikian ini berarti pada saat
terjadinya jual beli, uang pembayaran dari harga
Perbandingan Antara Teori dan Praktek
tanah yang ditetapkan belum semuanya terbayar
Mengenai Peralihan Hak Milik Atas Tanah yang
lunas (hanya sebagian saja). Belum lunasnya
Belum Lunas Pembayarannya.
pembayaran harga tanah yang ditetapkan tersebut
Dalam teorinya sesuai dengan pasal 5 UUPA tidak menghalangi pemindahan haknya atas tanah,
terdapat pernyataan bahwa Hukum Tanah Nasional artinya pelaksanaan jual beli tetap dianggap telah
kita adalah hukum adat, berarti kita menggunakan selesai. Adapun sisa uang yang harus di bayar oleh
konsepsi, asas-asas, lembaga hukum dan sistem pembeli kepada penjual dianggap sebagai utang
Hukum Adat. HukumAdat yang dimaksud tentunya pembeli kepada penjual, jadi hubungan ini
Hukum Adat yang telah di-saneer yang dihilangkan merupakan hubungan utang-piutang antara penjual
cacat-cacatnya/ disempurnakan. Jadi pengertian jual dengan pembeli. Meskipun pembeli masih
beli tanah menurut Hukum Tanah Nasional kita menanggung utang kepada penjual berkenaan
adalah pengertian jual beli tanah menurut dengan jual belinya tanah penjual, namun hak atas
HukumAdat. tanah tetap telah berpindah dari penjual kepada
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa sumber- pembeli saat terselesainya jual beli.
sumber Hukum Tanah Nasional kita berupa norma- Dalam hukum adat, jual beli tanah dimasukkan
norma hukum yang berbentuk tertulis dan tidak dalam hukum benda, khususnya hukum benda tetap
tertulis. Sumber- sumber hukum yang tertulis berupa atau hukum tanah, tidak dalam hukum perikatan
Undang- Undang Dasar 1945, UUPA, Peraturan khususnya hukum pejanjian, hal ini karena:15
Pelaksanaan UUPA, dan peraturan-peraturan lama 1. Jual beli tanah menurut Hukum Adat bukan
yang masih berlaku. Adapun sumber-sumber hukum merupakan suatu perjanjian, sehingga tidak
yang tidak tertulis adalah norma-norma Hukum Adat mewajibkan para pihak untuk melaksanakan
yang telah di-saneer dan hukum kebiasaan baru, jual beli tersebut.
termasuk yurisprudensi.13 2. Jual beli tanah menurut Hukum Adat tidak
Menurut hukum adat, jual beli tanah adalah menimbulkan hak dan kewajiban, yang ada
suatu perbuatan pemindahan hak atas tanah yang hanya pemindahan hak dan kewajiban atas
bersifat terang dan tunai. Terang berarti perbuatan tanah. Jadi apabila pembeli baru membayar
pemindahan hak tersebut harus dilakukan di harga tanah sebagian dan tidak membayar

13 14
Boedi Harsono, 1997, Hukum Agraria: Sejarah Soerjono Soekanto, 1983, Hukum adat Indonesia,
Pembentukan Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, Rajawali, Jakarta, h. 211
15
h. 235. Ibid, Soerjono Soekanto, h. 211

70
Akibat Hukum Terhadap Peralihan Hak Milik Atas Tanah...
(M. Adib Luthfi)

Vol 5 No 1 Maret 2018

sisanya maka penjual tidak dapat menuntut milik atas tanah melalui jual beli yang belum lunas
atas dasar terjadinya jual beli tanah pembayarannya terdapat perbedaan yang sangat
tersebut. mendasar. Dalam teori, proses peralihan hak milik
Dalam prakteknya peralihan hak milik atas tanah atas tanah melalui jual beli yang belum lunas
melalui jual beli yang belum lunas pembayarannya pembayarannya terkesan sepele dengan hanya
banyak kita jumpai dalam kehidupan masyarakat menyebutkan pembeli yang belum dapat melunasi
seperti yang pernah di alami bapak Sunarno. Bapak harga tanahnya dianggap hanya utang piutang
Sunarno memaparkan bahwa beliau pernah menjual kepada penjual dengan ranah pribadi dan tidak dapat
asetnya berupa tanah hak milik seluas 998 m2 mengganggu proses peralihan hak milik tanah
dengan harga Rp. 650.000.000,- (enam ratus lima tersebut kepada pembeli. Tanah hak milik tersebut
puluh juta rupiah) kepada bapak H. Muhlisin. Pada dapat langsung beralih kepada pembeli yang belum
waktu itu bapak Sunarno sedang membutuhkan bisa melunasi sisa harganya.
uang untuk berobat penyakit yang di deritanya, Berbeda pada kenyataan prakteknya, pembeli
sehingga bapak Sunarno berniat menjual tanahnya yang belum bisa melunasi sisa harganya kepada
tersebut dengan cepat. Berhubung harga tanah yang penjual, pihak Notaris/PPAT tidak berani menindak
lumayan besar, pasti membutuhkan pembeli yang lanjuti dengan proses balik nama sertifikat hak milik
mumpuni dan mempunyai uang yang cukup. Pada dari penjual tersebut kepada pembeli. Sertifikat hak
akhirnya terjadilah kesepakatan atau perjanjian milik penjual tetap dipegang (disimpan)
pengikatan jual beli antara bapak Sunarno dan bapak Notaris/PPAT, untuk selanjutnya menunggu
H. Muhlisin. Dalam isi perjanjian tersebut bapak H. pelunasan yang dilakukan pembeli terhadap penjual.
Muhlisin membayar sebagian harga tanahnya Setelah pelunasan dilakukan pembeli kepada penjual
sebesar RP. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) baru Notaris/PPAT yang ditunjuk tersebut
sisa harganya dibayar 5 (lima ) bulan kemudian dan melanjutkan proses balik nama sertifikat kepada
bapak Sunarno menyetujuinya dikarnakan beliau pembeli.18
memang membutuhkan dana yang cepat tersebut. Meskipun pada kenyataan prakteknya seperti
akhirnya terjadilah perjanjian jual beli antara bapak telah diuraikan di atas, masih ada banyak masalah
Sunarno dan bapak H. Muhlisin.16 antara pembeli dan penjual yang berkaitan dengan
Sebelum dibuatkan Akta Jual Beli oleh peralihan hak milik atas tanah yang belum lunas
Notaris/PPAT, mereka berdua membuat perjanjian pembayarannya atau pembeli tanah yang belum bisa
pengikatan jual beli lunas terlebih dahulu sehingga melunasi sisa harganya akan tetapi tanah yang
pelunasan atau pembayaran sisa harganya dapat belum lunas tersebut sudah di jual kembali oleh
dilakukan sebelum dibuatkan Akta Jual Beli oleh pembeli, seperti yang dialami oleh bapak H. Nur
Notaris/PPAT. Menurut Chaidar Muhammad Salim Muhammad selaku penjual tanah.
Notaris/PPAT kabupaten Jepara, perjanjian Sebidang tanah yang dijual kepada pengembang
pengikatan jual beli lunas (PPJB) dibuat bertujuan baru di bayar 25% dari harga yang telah disepakati.
agar penjual dapat kepastian akan adanya Sisa pembayarannya atau pelunasannya seperti
pembayaran sisa harganya sehingga setelah dituangkan dalam perjanjian pengikatan jual belinya
pelunasan atau pembayaran sisa harga tanah selama 6 bulan kedepan sebesar 75 %. Waktu
tersebut dilakukan oleh pembeli, baru Akta Jual beli pelunasan telah tiba bahkan sudah lebih dari 6 bulan
dibuat dan proses pembuatan sertifikat dengan nama pembeli belum juga melunasi, alasannya pembeli
penjual dilakukan.17 belum mendapatkan dana talangan modal dari bank.
Sehubungan dengan pembahasan bagaimana Sampai dua tahun lamanya pembayaran sisanya
perbandingan antar teori dan praktek peralihan hak 75% belum juga terlaksana, sehingga pihak penjual
terus menagih kesepakatan yang telah dibuat atas
perjanjian pengikatan jual beli tersebut.
16
Sunarno, “Wawancara Pribadi”, penjual hak milik atas
tanah, 25 Februari 2018, Jepara.
17 18
Chaidar Muhammad, “Wawancara Pribadi”, Sofin Hadi, “wawancara pribadi”, Notaris/ PPAT, 17
Notaris/PPAT, 27 Februari 2018, Jepara. Februari 2018, Jepara

71
Vol 5 No 1 Maret 2018: 65 - 74

Ada masalah timbul setelah sebidang tanah ditangguhkan (sesuai perjanjian pengikatan jual
tersebut tampak depan yang berdekatan dengan beli lunas). Setelah pembayaran harganya
jalan raya di bangun sebuah gedung futsal, dan dilunasi baru proses peralihan haknya dilanjutkan
ternyata tanah yang bagian depan tersebut telah (pembuatan Akta Jual Beli dan proses sertifikat).
laku oleh pembeli baru dengan harga yang nilainya Sementara kaitannya dengan Notaris/PPAT
bisa bahkan lebih besar untuk melunasi kekurangan adalah peran dari PPAT tersebut, artinya PPAT
yang 75% tersebut. Sehingga bapak H. Nur Salim sangat berperan penting dalam pelaksanaan
Muhammad selaku penjual merasa dirugikan dan peralihan hak milik atas tanah melalui jual beli.
mengancam akan menggugat ke pengadilan. Timbul PPAT lah yang diamanatkan dalam Undang-
sengketa antara bapak H. Nur Salim Muhammad Undang untuk membuat akta autentik berkaitan
selaku penjual dan pembeli pertama (pengembang) dengan peralihan hak milik atas tanah (PP No.
selanjutnya terjadi juga pada pembeli kedua yang 24 Tahun 1997). Jadi PPAT berperan penting
ternyata sertifikatnya tidak bisa keluar dikarnakan atas terjadi atau tidaknya peralihan hak milik
pelunasan tanah tersebut belum terealisasi. Artinya atas tanah tersebut dilakukan. Berkaitan dengan
pembelian sebagian tanah yang kedua tersebut peralihan hak milik atas tanah yang belum lunas
terjadi di bawah tangan, tidak dihadapan pembayarannya, biasanya PPAT membuatkan
Notaris/PPAT yang memegang sertifikat hak milik perjanjian pengikatan jual beli lunas sebelum
yang masih utuh tersebut. dibuatkannya Akta Jual Beli dan proses balik
Terjadilah sebuah masalah yang rumit dan nama sertifikat. Hal tersebut dilakukan agar
akhirnya ada pengembang lain yang bersedia terjadi pembayaran secara utuh dari harga tanah
melunasi sisa kekurangannya 75% tersebut dan tersebut sebelum proses balik nama sertifikat.
bapak H. Nur Salim dengan besar hati menerima sisa 2. Faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya
kekurangannya tersebut tanpa harus bersengketa di peralihan hak milik atas tanah yang belum lunas
pengadilan.19 pembayarannya seperti yang sudah di uraikan
Dari uraian di atas menyimpulkan bahwa antara dalam penelitian dan pembahasan antara lain
teori dan praktek terkadang tidak sejalan dengan yaitu faktor bisnis, faktor keuangan/ finansial,
situasi yang terjadi di masyarakat. Oleh sebab itu, faktor karakter pembeli/ manusianya, faktor
pengalaman lapangan dan jam terbang sangatlah harga, faktor teman/ keluarga, faktor ekonomi
penting bagi Notaris/PPAT untuk menunjang teori penjual, faktor ekonomi pembeli dan masih
yang ada, sehingga antara teori dan prakteknya bisa banyak beberapa faktor yang mungkin bisa
sejalan dan tidak menimbulkan masalah di kemudian mempengaruhi terjadinya peralihan hak milik
hari. atas tanah yang belum lunas pembayarannya.
Diantara beberapa faktor yang telah disebutkan
PENUTUP
faktor bisnis sangat dominan dikarenakan para
Kesimpulan pengembang (pembeli) biasanya membeli tanah
Dari hasil penelitian dan pembahasan untuk dikembangkan lalu dijual kembali.
sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab di atas, Biasanya pembeli tersebut tidak serta merta
maka dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan membayar lunas atas pembelian tanah tersebut
sebagai berikut: melainkan membayar sebagian harganya dan
1. Akibat hukum dari peralihan hak milik atas tanah kalau sudah mendapatkan banyak calon pembeli,
yang belum lunas pembayarannya adalah sah baru dia melunasi sisa harganya tersebut.
secara jual beli, akan tetapi apabila pembayaran 3. Perbandingan Antara Teori dan Praktek
harga tanahnya tersebut belum dilunasi terlebih Mengenai Peralihan Hak Milik Atas Tanah yang
dahulu maka peralihan hak nya dapat Belum Lunas Pembayarannya adalah untuk teori
peralihan hak milik atas tanah, dalam hal ini
19
Nur Salim Muhammad, “wawancara Pribadi”, Penjual Hak
yang dimaksud jual beli mengacu pada UUPA
Milik Atas Tanah, 21 februari 2018, Jepara. yang menganut sistem Hukum Adat. Adapun

72
Akibat Hukum Terhadap Peralihan Hak Milik Atas Tanah...
(M. Adib Luthfi)

Vol 5 No 1 Maret 2018

dalam jual beli yang dimaksud disini adalah jual membuat perjanjian pengikatan jual beli
beli lepas yang artinya jual beli dalam proses lunas supaya pelunasan tetap terjadi
pemindahan hak atas tanahnya bersifat terang, sebelum proses peralihan hak milik atas
tunai dan riil, dimana semua ikatan antara bekas tanahnya dilakukan.
penjual dengan tanahnya menjadi lepas sama 3) Dalam pembuatan perjanjian pengikatan
sekali. Akan tetapi tunai disini menurut Soerjono jual beli lunas dalam suatu pasalnya
Soekanto bukan berarti harus dibayar lunas harus memuat sanksi administrasi
seketika itu, boleh dibayar sebagian (dalam apabila pihak pembeli wanpestasi
proses jual belinya dianggap telah membayar terhadap ketentuan janji pelunasannya.
tunai). Meskipun masih ada sisa harga yang
Saran
harus dibayar, dianggap sebagai utang pembeli
kepada penjual dan jual beli atau perpindahan Saran dan solusi yang tepat dalam penelitian
hak miliknya dianggap telah selesai (sah). Pada tentang Akibat Hukum Peralihan Hak Milik Atas
kenyataan prakteknya tidak berani demikian, Tanah yang Belum Lunas Pembayarannya adalah:
karena sangat berisiko wanprestasi oleh pembeli. 1. Disarankan agar setiap peralihan hak milik atas
Peralihan hak milik atas tanah dalam hal ini jual tanah melalui jual beli dilakukan di hadapan
beli yang belum lunas pembayaran harganya Notaris/PPAT sehingga penjual dan pembeli
tidak serta merta dianggap selesai. Dalam dapat membuat perjanjian jual beli tanah
prakteknya PPAT membuatkan atau para pihak tersebut ada yang mengarahkan demi
membuat perjanjian pengikatan jual beli lunas terciptanya kebaikan bersama, selain PPAT yang
terlebih dahulu, baru PPAT berani membuatkan akan membuatkan Akta Jual Beli tersebut.
Akta Jual Belinya dan memproses balik nama 2. Disarankan Antara pembeli dan penjual untuk
sertifikatnya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi membuat perjanjian pengikatan jual beli lunas
risiko wanprestasi dan menjunjung tinggi asas baik dibuat secara bawah tangan maupun
keadilan. dibuatkan akta autentik oleh notaris supaya
4. Adapun Kelemahan-Kelemahan dan Bagaimana pelunasan tetap terjadi sebelum proses peralihan
Solusi Terhadap Peralihan Hak Milik Atas Tanah hak milik atas tanahnya dilakukan.
Yang Belum Lunas Pembayarannya diuraikan 3. Untuk penjual disarankan untuk menuangkan
sebagai berikut: pasal sanksi administrasi dalam perjanjian
a. Kelemahan pengikatan jual beli supaya ada konsekuensi
1) Terjadinya konflik antara penjual dan yang harus ditanggung dari pembeli apabila
pembeli apabila pembeli tidak menepati pembeli tersebut wanprestasi atas pelunasannya.
janji pembayaran kekurangan harganya.
2) Memperlambat proses peralihan hak
milik atas tanah yang disertai keluarnya DAFTAR PUSTAKA
sertifikat.
3) Memperlambat proses sertifikat tanah Adrian Sutedi, 2017, Peralihan Hak Atas Tanah dan
apabila di jual kembali. Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta.
b. Solusi A.P. Parlindungan, 2004, Pendaftaran Tanah Di
1) Proses peralihan hak milik atas tanah Indonesia, Cet: Ke 2, Mandar Maju,
yang belum lunas pembayarannya atau Bandung.
proses jual belinya harus dilakukan
dihadapan PPAT, supaya dapat Benhard Limbong, 2012, Konflik Pertanahan,
mewujudkan adanya suatu kepastian Margaretha Pustaka, Jakarta.
hukum dalam setiap peralihan hak atas Boedi Harsono, 2003, Hukum Agraria Indonesia,
tanah. (sesuai PP No. 24 Tahun 1997) Sejarah Pembentukan Undang-Undang
2) Antara pembeli dan penjual harus Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya,

73
Vol 5 No 1 Maret 2018: 65 - 74

Djambatan, Jakarta. Penerapan Teori Hukum Pada Tesis dan


Disertasi, Raja Grafindo Persaja, Jakarta.
Bachtiar Effendi, 1993, Kumpulan Tulisan Tentang
Hukum Tanah, Alumni, Bandung. Subekti, 2001, Pokok-Pokok Hukum Perdata,
Intermasa, Jakarta.
Effendi Perangin, 1994, Praktik Jual Beli Tanah, Raja
Grafindo Persada, Jakarta. Soetomo, 1981, Pedoman Jual Beli Tanah, Peralihan
Hak dan Sertipikat, Universitas Brawijaya,
Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, 2013, Prinsip-
Malang.
Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas,
Bandung. Soerjono Soekanto, 1983, Hukum adat Indonesia,
Rajawali, Jakarta.
Herlien Budiono, 2011, Ajaran Umum Hukum
Perjanjian dan Penerapannya dibidang Urip Santoso, 2016, PEJABAT PEMBUAT AKTA
Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung.. TANAH Perspektif Regulasi, Wewenang dan
Sifat Akta, Prenadamedia, Jakarta.
Salim HS, 2001, Pengantar Hukum Perdata Tertulis
(BW), Sinar Grafika, Jakarta. Urip Santoso, 2010, Pendaftaran dan Peralihan Hak
atas Tanah, Kencana, Jakarta.
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2016,

74

Anda mungkin juga menyukai