Anda di halaman 1dari 2

EPIDEMIOLOGI

1. INFEKSI
a. Otitis Eksterna
Otitis eksterna merupakan penyakit yang cukup sering ditemukan
pada praktik. Prevalensi rerata kejadian otitis eksterna di dunia
diperkirakan sekitar 10%. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa otitis
eksterna mempengaruhi 4 dari 1000 orang setiap tahunnya.
Data mengenai prevalensi otitis eksterna di Indonesia masih sangat
terbatas. Pada suatu penelitian di Poliklinik THT-KL RSU Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado ditemukan terdapat 440 kasus otitis eksterna dari 5297
pasien (8,33%). Pada penelitian yang dilakukan oleh Lumbantobing di RS
Pirngadi Medan tahun 2012 didapatkan kelompok usia otitis eksterna yang
paling sering adalah usia 14-24 tahun.
b. Otitis media
Penelitian yang dilakukan oleh Teele et al. menyatakan bahwa episode
OMA (Otitis Media Akut) pada tahun pertama dan tahun ketiga adalah
66% dan 86% pada lelaki dan 53% dan 77% pada wanita. [9] Puncak
insidensi otitis media adalah usia 6-12 bulan pertama kehidupan, dan
menurun setelah usia 5 tahun. Sebanyak 80% anak-anak menderita otitis
media, dan 80%-90% anak-anak menderita otitis media efusi sebelum usia
sekolah. Di usia dewasa otitis media lebih jarang terjadi, kecuali pada
dewasa dengan keadaan defisiensi imun.[2] Menurut ras/suku bangsa,
insidensi otitis media tertinggi terjadi pada suku Inuits dari Alaska,
aborigin Australia, dan orang asli Amerika (12%-46%), kemudian Maori
di Selandia Baru, Nepal, dan Malaysia (4%-8%), diikuti oleh Korea, India,
dan Saudi Arabia sebanyak 1.4%-2%, dan insidensi terendah di Amerika,
Inggris, Denmark, dan Finlandia (<1%).
Penelitian yang dilakukan di Indonesia pada 6 wilayah besar Indonesia
(Bandung, Semarang, Balikpapan, Makasar, Palembang, Denpasar)
didapatkan bahwa otitis media sangat signifikan terjadi pada anak usia
sekolah. Prevalensi kejadian OMA, OME, dan Otitis media kronis secara
berurutan adalah 5/1000, 4/100, dan 27/1000 anak. Prevalensi otitis media
kronis pada daerah pedesaan adalah 27/1000 atau 2.7% dan pada daerah
perkotaan prevalensinya lebih rendah yaitu 7/1000 anak atau 0.7%.
Prevalensi otitis media kronis tertinggi di Indonesia adalah Bali dan
Bandung dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Otitis media
kronis aktif tertinggi ditemukan pada pedesaan Bali usia 10-12 tahun
sebanyak 23.5 per 1000 anak. Otitis media kronis inaktif prevalensi
tertinggi di pedesaan Bali anak usia 6-9 tahun sebanyak 62.9 per 1000
anak. Prevalensi timpanosklerosis tertinggi di pedesaan Bali anak usia 13-
15 tahun sebesar 26 per 1000 anak. 
2. Non infeksi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan salah satu
gangguan Neurologi dimana 17% pasien datang dengan keluhan pusing. Pada
populasi umum prevalensi Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
yaitu antara 11 sampai 64 per 100.000 (prevalensi 2,4%). Dari kunjungan 5,6
miliar orang ke rumah sakit dan klinik di United State dengan keluhan pusing
didapatkan prevalensi 17% - 42% pasien didiagnosis Benign Paroxysmal
Positional Vertigo (BPPV). Dari segi onset Benign Paroxysmal Positional
Vertigo (BPPV) biasanya diderita pada usia 50-70 tahun. Proporsi antara
wanita lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yaitu 2,2 : 1,5. Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan bentuk dari vertigo
posisional. Menurut dr. Badrul Munir, Sp.S (2015) usia rata-rata penderita
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah 54 tahun dengan
rentang usia 11 – 84 tahun, wanita : pria : 16:11 (Johnson & Lalwani, 2009).

Anda mungkin juga menyukai