Bagaimana jati diri wanita Indonesia? Mungkin sebagian besar kaum wanita Indonesia
sekarang ini tidak tahu bagaimana menjadi wanita Indonesia. Mereka hanya tahu lahir dan besar
di Indonesia. Namun tidak memiliki gambaran yang jelas sebagai wanita Indonesia. Inilah salah
satu kekurangan dari negara kita, karena nilai-nilai mulia wanita Indonesia terkikis oleh budaya
Barat dan tidak pernah memperkenalkan dan menegaskan sosok perempuan Indonesia yang
sesungguhnya.
Stereotip bahwa wanita Jawa adalah lemah, ternyata salah sama sekali. Wanita Jawa
memiliki banyak kelebihan yang kurang atau sulit dipahami oleh orang-orang yang hidup di
zaman modern ini. Pertama, kecerdasan yang tinggi seperti yang dimiliki oleh ibu Kartini. Ia
menggunakan kecerdasannya untuk mendidik kaumnya. Namun di sisi lain, ia patuh pada
budaya.
Dalam budaya Minang, wanita justru memiliki posisi yang sangat kuat. Wanita adalah
pewaris utama. Wanita yang mengatur dan memanajemen kondosi perekonomian keluarga.
Karena itu, jika ingin menikah dengan wanita Minang, maka laki-laki harus inrospeksi diri,
apakah dirinya sepadan/memiliki kemampuan untuk mengimbangi wanita Minang yang akan
menjadi istrinya. Di sini terlihat bahwa laki-laki menjadi partner wanita dalam menjalani
kehidupan.
Sudah selayaknya wanita Indonesia bangga dengan kecantikan yang dimiliki. Pasalnya
wanita Indonesia mempunyai ciri-ciri kecantikan yang khas, yang tidak dimiliki oleh wanita dari
negara lain. Lantas apa saja ciri-ciri kecantikan khas yang dimiliki wanita Indonesia?
Wanita Indonesia dikenal sangat ramah. Meski pada orang asing yang belum dikenal, namun
wanita Indonesia tetap menunjukan keramahannya. Sambutan hangat itu bisa diwujudkan dengan
senyuman atau pun perhatian yang diberikan. Maka dari itu wanita indonesia juga perlu
mengetahui tentang etika berbicara dengan orang lain :
2. Antusias
Antusias bukan berarti over aktif dalam komunikasi (atau cerewet) ya. Antusias bisa juga
diperlihatkan dengan cara mendengarkan secara seksama, memberikan tatapan mata berbinar
yang menunjukan ketertarikan saat mendengarkan lawan bicara anda. Jangan menunduk,
celingukan, menatap dengan mata kosong. Kalau mendengarkan saja anda tidak bisa, bagaimana
membuat pimpinan anda percaya anda mampu untuk mengemban tugas tugas dengan baik.
6. Hindari ponsel
Saat berkumpul, berkomunikasi atau berbicara baik itu dengan keluarga, teman teman,
terlebih lagi dengan orang lain, selalu usahakan Jangan memainkan Gadget atau HP. Main
Ponsel atau hp Pada Saat Ada Orang Lain Berbicara Merupakan Bukti Bahwa anda Tidak serius
dan Tidak memperhatikan yang di katakan lawan bicara.
7. Jaga Nada suara
Jangan menggunakan intonasi terlalu tinggi dan keras karena takutnya nanti orang
tersinggung dan marah karena kata kata kita. Jangan juga berbicara terlalu perlan karena nanti
kita akan dianggap lelet, bisik bisik, atau juga lemah dan tidak bertanggung jawab. Sebisa
mungkin gunakan intonasi dan suara yang standard saja, yang penting lawan bicara kita mengerti
dan mengangkap poin terkait apa yang kita utaran.
8. Senyum
senyum adalah lambang dari keramahan, senyum itu ibadah paling murah, dan senyum bisa
mencairkan suasanya. Jadi sesekali tersenyumlah, orang cenderung lebih suka mengajak lawan
bicara yang banyak senyum ketimbang orang yang banyak diam. Tapi senyumnya tetap dalam
porsi yang harus di sesuaikan betul dengan keadaanya.
Jika kita memperhatikan wanita Indonesia dari Sabang sampai Merauke, barulah sadar
bahwa wanita Indonesia selalu menunjukkan keagungan dan keanggunan. Kita lihat saja dari
balutan pakaian tradisional yang mereka kenakan. Apapun sukunya, pasti menonjolkan
keanggunan, meski di balik itu wanita mempunyai sejuta kekuatan. Karena busana yang
dikenakan wanita indonesia memiliki norma dalam berbusana. Norma-norma Berbusana yang
berlaku di masyarakata antara lain sesuai dengan:
1. Adat Ketimuran
2. Lingkungan
3. Norma Agama
4. Norma Kebudayaan
Menerapkan etika berbusana dalam kehidupan manusia perlu memahami tentang kondisi
lingkungan, budaya dan waktu pemakaian. Untuk hal itu baik jenis, model, warna atau corak
busana perlu disesuaikan dengan ketiga hal tersebut, agar seseorang dapat diterima
dilingkungannya.
Etika Berbusana yang baik :
1. Menutup Aurat BagianTubuh
2. Sesuai Dengan Tujuan, Situasi dan Kondisi Lingkungan
3. Tampak Rapi, Bersih, Sehat, dan Ukurannya Pas
4. Tidak Mengganggu Orang Lain
5. Tidak Melanggar Hukum Negara dan Hukum Agama
Pada akhirnya tujuan dari etika berbusana adalah untuk kelancaran hubungan sosial dalam
masyarakat.
1. Kepribadian
Ada 2 kepribadian yaitu,
a. Kepribadian Lembut (Feminim)
b. Kepribadian Sportif (Maskulin)
2.Bentuk Tubuh
Fungsi Analisis Untuk menutupi bagian-bagian tubuh yang kurang sempurna dan menonjolkan
bagian bagian tubuh yang baik.
3. Warna Kulit
Kombinasi warna dalam desain pakaian harus disesuaikan dengan warna kulit, misalnya :
Orang yang berkulit hitam sebaiknya tidak memakai warna terang/panas.
Kulit Orang Indonesia umumnya terbagi atas 3 bagian, yaitu Putih, Kuning Langsat, dan
Sawo Matang.
Untuk Orang Yang Berkulit putih dapat memilih busana dengan warna-warna dingin seperti
: hijau, biru, ungu, biru kehijauan, dan biru keunguan.
Bila warna kulit kuning langsat dan sawo matang dapat memilih busana dengan warna-
warna panas seperti : merah, kuning, jingga, merah kejinggan, dan kuning kejinggaan.
"Janganlah kita gunakan busana hanya untuk kebutuhan trend saja tapi gunakanlah busana
untuk kebutuhan kita untuk menutupi aurat dan membuat kita terlindungi dari hal-hal yang
negatif". trend saat ini di indonesia telah terpaku oleh fashion budaya luar seperti korea, jepang
dan eropa. dan terkadang busana yang ditawarkan itu cenderung justru merusak adat istiadat
bangsa indonesia. karena bangsa kita yang harusnya adalah bangsa yang kental akan budaya
malah tercemar oleh budaya luar yang tidak cocok untuk budaya kita ini.
6. Kenyamanan
Kenyamanan adalah hal yang penting dalam hal berbusana,sebagus apapun busana yang kita
kenakan apabila itu tidak nyaman maka buat apa busana itu kita kenakan". harusnya busana
memberikan fungsi yang baik untuk melindungi diri kita dan menutupi aurat kita, maka jangan
salah gunakanlah busana hanya untuk menarik perhatian dan terlebih lagi apabila busana tersebut
tidak nyaman untuk kita gunakan.
Bangsa indonesia yang memiliki banyak kebudayaan juga memiliki banyak pakaian adat,
salah satunya adalah kebaya. Kehadiran kebaya dalam khazanah sejarah juga banyak terlihat.
Sejarawan dan penulis Ria Pentasari dalam buku Chic in Kebaya mengungkapkan kebaya
merupakan busana yang dikenakan perempuan Jawa sejak abad ke-15. Kata kebaya juga
diperkirakan merupakan serapan dari bahasa asing. Perkiraan tersebut dibenarkan sejarawan
Denys Lombard yang menilai kebaya berasal dari bahasa Arab kaba, yang artinya pakaian. Hal
ini dapat diterima kebenarannya karena pada abad ke-15 wilayah Jawa merupakan daerah yang
banyak dikunjungi bangsa-bangsa asing.
Bangsa Indonesia juga menempatkan peran pemerintah daerah dan masyarakat sebagai
bagian dari upaya pemajuan kebudayaan. Artinya, busana kebaya diharapkan lebih berkembang
pada masa mendatang. Wujud partisipasi pemerintah daerah tentang kebaya terlihat pada
Peraturan Gubernur Bali No 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali. Dalam
aturan ini memerintahkan aparatur sipil negara dan masyarakat di Bali mengenakan busana adat
Bali pada waktu yang telah ditetapkan, yakni pada jam kerja setiap Kamis, hari Purnama, Tilem,
dan Hari Jadi Provinsi pada 14 Agustus (Pasal 5 Pergub No 79 Tahun 2018).
BEBERAPA waktu lalu, media sosial (medsos) ramai dengan gerakan Indonesia
Berkebaya, sebuah gerakan yang diinisiasi komunitas perempuan sebagai kampanye penyadaran
pemakaian busana kebaya khas Nusantara. Kampanye ini tidak bertujuan mengabaikan busana
adat lainnya yang juga hidup di alam Indonesia. Gerakan Indonesia Berkebaya yang
menggunakan tagar #SelasaBerkebaya berbuah respons beragam. Ada yang menilai kebaya
sebagai pakaian yang santun dan mewakili pribadi perempuan Indonesia. Ada pula yang
menyebut hal itu tidak bisa mewakili busana perempuan Indonesia.