Anda di halaman 1dari 11

Professional etic

Berkomunikasi ditempat kerja


- Maulidya
- Reynaldi
- Jacoobus
- Kiki

Pokok-pokok materi :
1.Pengertian berkomunikasi dengan tamu dan kolega
2. Penggunaan bahasa dan mengatur nada
3. Pengertian bahasa tubuh
4. Contoh budaya bangsa
5. Cara berkomunikasi dua arah yang efektif

Pembahasan :

1.Pengertian berkomunikasi dengan tamu dan kolega

 Komunikasi dengan tamu

Komunikasi yang baik akan memberikan pengalaman yang positif bagi tamu. Sebagai Tuan
Rumah, Anda bisa membantu tamu menikmati masa inap yang menyenangkan (juga mendorong
ulasan positif) dengan berkomunikasi dengan jelas dan segera sejak tamu mengungkapkan
minatnya pada iklan Anda, hingga setelah mereka check-out dari tempat Anda.

 Komunikasi dengan kolega

Kolega ialah teman atau rekan kerja. Jadi komunikasi dengan mereka bisa dilakukan secara
horizontal, yaitu mencakup pola aliran dalam organisasi yang terjadi antara anggota-anggota
kelompok kerja yang sama ataupun para pekerja padaorganisasi yang sama atau perusahaan yang
sama.
Cara melayani pelanggan dan kolega adalah dengan ramah tamah dan sopan. Cara berbicara
ketika menghadapi pelanggan dan kolega dapat kita rangkum sebagai berikut :

1. Ekspresi wajah ketika berbicara

usahakan selalu menatap lawan bicara saat berbicara.

2. Berbicara dengan baik

berbicara dengan baik diperlukan dalam kerja sama dengan pelanggan, karena:

a. Berbicara merupakan alat untuk berkomunikasi;

b. Cara berbicara merupakan cermin pribadi seseorang; dan

c. Dengan berbicara kita dapat mempengaruhi orang lain.

3. Dalam berbicara, gunakanlah gerakan tubuh (bahasa tubuh) untuk membantu mengungkapkan
apa yang ingin disampaikan.

4. Berbicaralah dengan jelas.

Sesuaikan volume suara dengan kondisi waktu, tempat, dan inti pembicaraan. Jangan terlalu
cepat atau lambat dalam berbicara. Nada suara harus sopan dan bersahabat.

2. Penggunaan bahasa dan mengatur nada

Saat berbicara, kita tidak hanya menggunakan kata-kata untuk berkomunikasi. Kita saling
memperhatikan bahasa tubuh dan mendengarkan nada bicara. Jika Anda sedang mengobrol
kasual dengan seseorang, gunakan nada bicara yang ramah. Untuk melakukan hal ini, sesuaikan
gaya bicara dan bahasa tubuh Anda. Anda akan terdengar sangat bersahabat.

 Cara menggunakan bahasa dan nada yang tepat.:

Gaya Bahasa Berdasarkan Nada

Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dan rangkaian kata-
kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Sering kali sugesti ini akan lebih nyata kalau diikuti
dengan sugesti suara dan pembicara, bila sajian yang dihadapi adalah bahasa lisan.

Dengan latar belakang ini gaya bahasa dilihat dan sudut nada yang terkandung dalam sebuah
wacana, dibagi atas: gaya yang sederhana, gaya mulia dan bertenaga, serta gaya menengah.

1. Gaya Sederhana
Gaya ini biasanya cocok untuk memberi instruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan, dan
sejenisnya.

2. Gaya Mulia dan Bertenaga

Sesuai dengan namanya, gaya ini penuh dengan vitalitas dan enersi, Ian biasanya dipergunakan
untuk menggerakkan sesuatu. Menggerakkan sesuatu tidak saja dengan mempergunakan tenaga
dan vitalitas pembicara, tetapi juga dapat mempergunakan nada keagungan dan kemuliaan.
Tampaknya hal ini mengandung kontradiksi, tetapi kenyataannya memang demikian.

Nada yang agung dan mulia akan sanggup pula menggerakkan emosi setiap pendengar. Dalam
keagungan, terselubung sebuah tenaga yang halus tetapi secara aktif ia meyakinkan bekerja
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Khotbah tentang kemanusiaan dan keagamaan, kesusilaan
dan ketuhanan biasanya disampaikan dengan nada yang agung dan mulia. Tetapi di balik
keagungan dan kemuliaan itu terdapat tenaga penggerak yang luar biasa, tenaga yang benar-
benar mampu menggetarkan emosi para pendengar atau pembaca.

3. Gaya Menengah

Gaya menengah adalah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk menimbulkan suasana senang
dan damai. Karena tujuannya adalah menciptakan suasana senang dan damai, maka nadanya juga
bersifat lemah-lembut, penuh kasih sayang, dan mengandung humor yang sehat.

Pada kesempatan-kesempatan khusus seperti pesta, pertemuan, dan rekreasi, orang lebih
menginginkan ketenangan dan kedamaian. Akan ganjillah rasanya, atau akan timbul disharmoni,
kalau dalam suatu pesta pernikahan ada orang yang memberi sambutan berapi-api, mengerahkan
segala emosi dan tenaga untuk menyampaikan sepatah kata. Para hadirin yang kurang waspada
akan turut terombang-ambing dalam permainan emosi semacam itu.

3. Pengertian bahasa tubuh

Bahasa tubuh adalah jenis komunikasi non-verbal di mana perilaku fisik , yang bertentangan
dengan kata-kata, digunakan untuk mengekspresikan atau menyampaikan informasi.

Menurut Richard E. Potter dan Larry A. Samoval dalam Intercultural Communication: A Reader
( Cengage Learning , 2014) , bahasa tubuh adalah proses pertukaran pikiran dan gagasan dengan
menyampaikan pesan, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan, artifak (lambang yang
digunakan ), diam, waktu, suara, serta postur dan gerakan tubuh.

Bahasa tubuh adalah bahasa yang “diucapkan” oleh tubuh kita, bisa dilakukan secara sadar
(terkendali), bisa pula dilakukan tanpa disadari (tak terkendalikan).

Bahasa tubuh yang dilakukan secara sadar dan mudah dimanipulasi, disesuaikan dengan apa
yang diucapkan.Sebaliknya, bahasa tubuh yang terucap tanpa disadari dapat mengungkapkan
rahasia makna yang tak terlontar dari mulut.Tatapan mata, gerakan tangan, gerakan kepala, dan
ekspresi wajah merupakan beberapa bagian tubuh yang sering berbicara.

Mata adalah bagian tubuh yang paling sulit diajak berbohong. Gerakan bola mata, sinar mata,
arah cinta, hingga frekuensi kedipan mata mengatakan apa yang tidak dikatakan oleh
mulut.Orang yang sedang berbohong, umumnya tidak berani melakukan kontak mata saat sedang
berbicara, atau memandang ke arah kiri atas.

 Bahasa Tubuh yang Sering Muncul

Bahasa tubuh sering muncul bersamaan dengan pengucapan kata-kata. Bahasa tubuh paling
mudah dilihat antara lain saat orang melakukan public speaking .

Grogi, mind, atau nervoues dalam perut biasanya muncul dalam bahasa tubuh, seperti
menyilangkan tangan di depan atau di belakang badan, memasukkan lengan ke dalam saku,
memegang-megang mikrofon, atau pandangan mengarah ke dinding atau langit-langit.

 Berikut ini beberapa bahasa tubuh yang sering muncul saat seseorang sedang berbicara,
termasuk dalam komunikasi public speaking :

1. Menyentuh hidung : usaha untuk mengenangnya.

2. Menyilangkan lengan : keangkuhan, rasa marah, atau cerita. Tetapi jika cuaca sedang dingin,
hanya bisa berarti sedang kedinginan

3. Memasukkan tangan ke saku celana : cemas, cemas, bosan, atau ingin menyembunyikan
sesuatu.

4. Mengetuk-ngetukkan jari ke meja : bosan atau tidak sabar

5. Mengangkat alis : takut atau terkejut

6. Bola mata melebar : selain menunjukkan rasa terkejut juga dapat menunjukkan minat atau
ketertarikan pada lawan bicara.

7. Mengerucutkan bibir : cemas, tidak sabar, atau bahkan marah.

8. Menggigit bibir : tegang, cemas, atau stres.

9. Jarang mengedipkan mata : fokus, konsentrasi, kebosanan, atau malah rasa permusuhan.

10. Terlalu sering mengedipkan mata : dapat menunjukkan hal-hal, tetapi juga dapat
menunjukkan perasaan gembira. Bisa juga “penyakit”

11. Menatap langsung pada lawan bicara : jujur, tertarik.

12. Sering menoleh : gelisah, tidak sabar.


Bahasa tubuh seseorang tidak tunggal, apalagi karena beberapa bahasa tubuh dapat dimanipulasi.

Misalnya, mengungkapkan lawan bicara agar dianggap jujur, namun jari telunjuk secara tak
sadar terus mengusap-usap ujung hidung.

Menurut Ray Birdwhistell, pelopor kinesik (bidang ilmu yang menelaah bahasa tubuh), pada
dasarnya setiap anggota tubuh manusia, dari wajah sampai kaki, dapat digunakan sebagai
indikator tanda-tanda yang nyata, meski tak ada makna ucapan khusus yang terucapkan.

1. Bibir, Senyum

Salah satu bahasa tubuh paling populer untuk dibaca adalah bibir, terutama senyuman. Orang
yang tulus akan tersenyum juga dengan matanya, tidak hanya dengan tulus.

Selain itu, senyuman yang penuh suka, maka bola mata lebih berbinar dan ramah karena
keduanya bergerak seiring dengan perasaan.

Senyuman dengan bibir yang terkatup rapat bisa menjadi pertanda bahwa lawan bicara Anda
menyembunyikan sesuatu. Mungkin saja rasa, kekuatiran, atau.

2. Tangan

Gerakan-gerakan yang ditunjukkan oleh tangan, akan selalu memiliki makna dan arti besar
sebagai bahasa tubuh manusia.

Telapak tangan yang menghadap ke atas berarti tidak mengancam.

Zaman dahulu, ini dipakai untuk menunjukkan tidak adanya senjata. Telapak tangan yang
menghadap ke bawah akan memproyeksikan otoritas.

Demikian juga menunjuk dengan jari telunjuk. Kemudian tangan yang rapat selama
pembicaraan, menunjukkan perlindungan terhadap diri sendiri. Seolah si empunya tangan ingin
mengatakan bahwa ia sebenarnya sedang tidak ingin diganggu.

3. Kaki

Kaki lebih sulit diamati dari yang lain. Namun, ada sebuah prinsip dasar yang dapat Anda ingat.
Kaki seseorang, tanpa ia sadari, akan mengarah pada hal yang sebenarnya ia inginkan atau pada
hal yang menarik perhatiannya (seorang wanita cantik, misalnya).

Contoh, jika telapak kaki seseorang saat berada di tengah tengah mengarah ke pintu keluar,
sebenarnya ia sudah tidak betah dan mau segera pulang.

Sedangkan kaki yang disilangkan baik ketika sedang duduk biasa, atau ketika dalam situasi
penuh obrolan. Keadaan ini menunjukkan bahwa si empunya kaki sebenarnya sedang tidak ingin
diajak pergi. Atau secara tidak sadar membentengi diri dari pembicaraan.
Kaki yang digoyang-goyangkan secara sengaja mendengarkan, menunjukkan bahwa sebenarnya
ia merasa bosan dengan pembicaraan yang Anda lakukan di tengah.

Kaki yang terjulur berjajar dengan ujungnya terjuntai, menunjukkan bahwa si empunya kaki
sedang merasa benar-benar santai.

4. Contoh budidaya bangsa

Sejatinya Indonesia memiliki keanekaragaman suku, budaya, ras, agama dan golongan. Lantas
apa saja bentuk keragamaan budaya Indonesia yang patut kita ketahui? Simak ulasannya berikut
ini.

1. Kegiatan Upacara Adat

Upacar adat merupakan salah satu ciri khas dalam kelompok masyarakat yang memiliki unsur
nilai yang tinggi. Upacara adat menjadi wujud rasa syukur masyarakat atas alam dan
lingkungannya. Di setiap wilayah Indonesia memiliki tradisi upacara adat masing-masing, seperti
upacara Ngaben di Bali, upacara Adu Betis di Sulawesi Selatan, upacara Kebo-Keboan di
Banyuwangi Jawa Timur dan masih banyak lainnya.

2. Pakaian Tradisional

Bentuk keragaman budaya selanjutnya adalah pakaian tradisional khas setiap daerah. Pakaian
tradisional biasanya dikenakan pada kelompok masyarakat tertentu dalam kegiatan sehari-hari
hingga tradisi upacara adat. Contoh pakaian tradisional antara lain: Ulos dari Sumatera Utara,
Bundo Kanduang dari Sumatera Barat, Elee Balang dari Aceh dan masih banyak lainnya.

3. Rumah Adat

Rumah adat merupakan bentuk bangunan khas sebuah daerah yang melekat dengan nilai-nilai
leluhur. Rumah adat menjadi tempat dimana upacara adat dilaksanakan. Rumah adat memiliki
keanekaragaman bentuk yang tergantung dengan wilayah dan suku. Contoh rumah adat antara
lain: Rumah Gadang di Sumatera Barat, Rumah Joglo dari Jawa Tengah, Rumah Panjang di
Kalimantan Barat dan masih banyak lainnya.

4. Makanan Tradisional

Di setiap daerah memiliki makanan tradisional yang memiliki perbedaan rasa, bumbu, dan
bahan-bahan yang berbeda. Makanan tradisional menjadi wujud identitas sebuah masyarakat.
Contoh makanan tradisional seperti rujak cingur dari Jawa Timur, kerak telor dari Jakarta, ayam
betutu dari Bali dan masih banyak lainnya.

5. Alat Musik dan Lagu


Alat musik dan lagu menjadi salah satu identitas masyarakat dalam keanekaragaman bentuk
budaya. Lagu tradisional pada umumnya menceritakan kembali nilai-nilai kehidupan masyarakat
yang memiliki makna yang terkandung di dalamnya. Contoh lagu tradisional seperti Gundul-
gundul Pacul dan Bapak Pucung dari Jawa Tengah, Ayam Den Lapeh dari Sumatera Barat, Rasa
Sayange dari Maluku, dan masih banyak lainnya. Sedangkan untuk alat musik seperti angklung,
bedug, kolintang, saluang dan masih banyak lainnya.

5. Cara berkomunikasi dua arah yang efektif

Komunikasi dua arah atau two ways communication adalah proses komunikasi dimana terjadi
timbal balik (feedback) atau respon saat pesan dikirimkan oleh sumber atau pemberi pesan
kepada penerima pesan. Jenis komunikasi ini berbanding terbalik dengan komunikasi satu arah,
dimana kedua pihak berperan aktif saling berkesinambungan dan memberikan respon terhadap
pesan yang dikirimkan satu sama lain. Komunikasi dua arah banyak ditemukan pada prakek
komunikasi interpersonal atau antar pribadi maupun komunikasi kelompok.

Jika dilihat sekilas dan secara garis besar, komunikasi dua arah mungkin bisa dianggap bentuk
komunikasi yang ideal karena memungkinkan kedua belah pihak memberikan pandangan atau
minimal responnya terhadap pesan yang disampaikan. Dibanding komunikasi satu arah yang
mungkin tampak terlihat diktator dan tidak adil untuk semua pihak yang berada dalam proses
komunikasi, komunikasi dua arah memang memberikan lebih banyak opsi untuk munculnya
perbincangan dan pembahasan lebih lanjut mengenai pesan atau topik yang dikomunikasikan.

 Arah dalam komunikasi ini dapat terjadi dalam tiga jenis gaya, yaitu komunikasi vertikal,
horizontal, dan diagonal:

1. Komunikasi dua arah vertikal, terjadi saat satu pihak memiliki kedudukan lebih tinggi
dibanding pihak lainnya dan terdapat aliran komunikasi dari atas ke bawah atau sebaliknya.
Contoh komunikasi ini yang paling sering ditemukan adalah komunikasi antara bos dengan
bawahan, guru dengan murid, atau orang tua dengan anak. (Baca juga: Teori Interaksi Simbolik)

2. Komunikasi dua arah horizontal, terjadi saat pihak-pihak yang melakukan komunikasi
memiliki kedudukan atau tingkat yang sama dan setingkat. Contoh yang sering ditemui adalah
komunikasi yang terjalin antara sesama teman sebaya, rekan kerja, atau orang lain yang sudah
dekat satu sama lain. (Baca juga: Pengertian Media Menuru Para Ahli)

3. Komunikasi dua arah diagonal, terjadi saat pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi
memiliki kedudukan, tingkat, dan wewenang yang berbeda. Contohnya adalah komunikasi yang
terjalin antara sesama kepala divisi namun membawahi bagian yang berbeda dalam kantor.

 Indikator Komunikasi Dua Arah


Dalam prakteknya, komunikasi dua arah memiliki beberapa indikator yang berisi unsur-unsur
yang berada di dalamnya. Berikut adalah indikator yang mencirikan proses komunikasi dua arah:

1. Opened

Seperti pada dasar komunikasi, harus ada pengirim dan penerima yang akan mengirimkan atau
bahkan bertukar pesan. Begitu pula dalam komunikasi dua arah, dimana kedua belah pihak
sama-sama berperan aktif dalam proses komunikasi yang berlangsung.

2. Encoding-decoding

Encoding adalah proses pembuatan dan penyampaian pesan yang dilakukan oleh pemberi atau
sumber pesan (source), seperti berbicara atau menulis. Dan decoding adalah proses penerimaan
pesan yang disampaikan tersebut dan mencerna makna dari pesan tersebut yang dilakukan oleh
penerima pesan (receiver).

3. Messages

Jika ada pengirim dan penerima, tentu saja harus ada pesan yang disampaikan. Pesan yang telah
di-encode oleh pengirim disampaikan kepada penerima, kemudian penerima pesan melakukan
decoding untuk memahami isi pesan.

4. Feedback

Hal yang menjadi perbedaan mendasar antara komunikasi satu arah dengan dua arah adalah
adanya feedback atau respon dalam komunikasi dua arah. Ketika penerima memberikan respon
(feedback), pesan yang diberikan balik pada pengirim disebut feedback message. Selain dari
penerima, feedback message juga dapat diterima dari si pengirim, yaitu ketika ia mengirim pesan
dan mendengarkan isi pesannya atau melihat apa yang ditulis (self-feedback message). Feedback
message tidak harus berupa bentuk verbal, tapi juga dapat berupa nonverbal.

5. Channel

Channel adalah media untuk penyampaian pesan, atau penghubung antara pengirim dan
penerima pesan. Dalam komunikasi, channel yang digunakan bisa lebih dari satu. Ketika
berkomunikasi, kita berbicara dan mendengarkan (vocal-auditory channel), menyampaikan pesan
melalui gerak tubuh (gesture-visual channel), atau melalui sentuhan (cutaneous channel). (Baca
juga: Komunikasi Kesehatan)

6. Noise

Gangguan dalam komunikasi yang menyebabkan pesan tidak sampai kepada penerima pesan.
Berikut jenis noise:
A. Physical noise adalah gangguan yang disebabkan selain oleh pengirim dan penerima pesan
(gangguan eksternal). Contohnya adalah suara kereta api, sinyal yang buruk, dan sebagainya.

B. Physiological noise adalah gangguan yang berasal dari pengirim atau penerima pesan berupa
penghalang fisik. Contohnya adalah penglihatan yang buruk, kehilangan pendengaran,
kehilangan ingatan, masalah pengucapan, dan sebagainya.

C. Psychological noise adalah gangguan yang berasal dari pengirim atau penerima pesan berupa
gangguan mental, seperti prasangka, pemikiran yang sempit, dan emosi tinggi.

D. Semantic noise adalah gangguan yang terjadi pada pengirim dan penerima pesan karena
adanya perbedaan dalam memaknai sesuatu, seperti perbedaan bahasa dan dialek, penggunaan
jargon atau istilah ekstrim yang berlebihan, dan bahasa yang ambigu atau istilah yang sangat
abstrak.

 Tahapan Komunikasi Dua Arah

Setelah memahami apa saja indikator yang ada dalam komunikasi dua arah, selanjutnya kita akan
membahas mengenai tahapan di dalamnya. Pada dasarnya, tahapan dan indikator dalam
komunikasi dua arah saling berkaitan satu sama lain, karena dalam tahapan ini berisi indikator
yang ada di dalamnya. Untuk lebih jelasnya, berikut 6 tahapan komunikasi dua arah:

1. Pembuatan atau kepemilikan gagasan atau ide dasar oleh pemberi atau sumber pesan (source).
Pada tahap ini, source sudah memiliki gagasan atau ide tertentu yang memang dimaksudkan
untuk disampaikan kepada target atau calon penerima pesan.

2. Source mengolah gagasan atau ide dasar menjadi pesan yang dapat lebih mudah disampaikan
serta dipahami oleh penerima pesan. Dalam hal ini, source menyesuaikan isi pesan yang akan
disampaikan dan bagaimana akan menyampaikannya nanti berdasarkan target penerima pesan.

3. Source mengirimkan pesan tersebut kepada receiver atau penerima pesan dengan
menggunakan channel atau saluran yang dianggapnya sesuai. Proses ini sangatlah penting karena
berperan besar dalam menentukan apakah pesan dapat tersampaikan dan diterima dengan baik
atau tidak.

4. Receiver menerima pesan yang disampaikan oleh source tersebut, dan perlu diingat bahwa apa
yang disampaikan mungkin saja tidak sama dengan apa yang diterima. Hal ini karena adanya
faktor-faktor lain yang turut menentukan, seperti noise yang dapat mengganggu jalannya
penyampaian pesan.

5. Receiver memahami dan memaknai isi dari pesan yang sudah diterimanya dari source. Pada
tahap ini, banyak faktor internal dari receiver yang akan turut mempengaruhi, seperti
pandangannya akan suatu hal atau pengalamannya di masa lalu terhadap suatu peristiwa. Jadi
bisa saja makna yang dimiliki receiver terhadap pesan berbeda dengan makna yang dimiliki oleh
source.

6. Setelah memahami dan memaknai pesan, receiver kemudian memberikan feedback atau
respon yang ia miliki terhadap pesan. Respon ini bisa saja berupa tanggapan terhadap pesan, atau
justu pertanyaan karena ada hal yang dianggap belum jelas. Dalam tahap ini, kedua belah pihak
bisa berupaya menyamakan pandangan terhadap makna pesan dan melakukan diskusi terhadap
isi pesan tersebut.

 Kelebihan dan Kelemahan Komunikasi Dua Arah

Meskipun terdengar sebagai bentuk komunikasi yang ideal, komunikasi dua arah memiliki
kelebihan dan kelemahan seperti halnya jenis komunikasi lain.

Berikut adalah kelebihan dari terjadinya komunikasi dua arah:

1. Informasi yang diterima lebih jelas dan akurat karena disampaikan langsung oleh sumber
pesan yang juga dapat diberikan respon atau feedback oleh penerima pesan. Dengan begitu,
komunikasi ini dapat meminimalisir terjadinya kesalahpahaman karena penerima pesan bisa
bertanya dan mengkonfirmasi langsung pesan yang didapatnya. (Baca juga: Etnografi
Komunikasi)

2. Terjadi perbincangan, bahkan bisa mengarah pada dialog, antara kedua belah pihak yang
terlibat dalam komunikasi. Dengan adanya perbincangan tersebut, masing-masing pihak akan
merasa lebih puas dengan komunikasi yang mereka lakukan. (Baca juga: Model Komunikasi)

3. Komunikasi dua arah dapat memunculkan rasa keakraban dan kekeluargaan serta membangun
iklim demokratis karena memungkinkan masing-masing pihak menyampaikan respon dan
pendapatnya. (Baca juga: Pengertian Studi Kasus Menurut Ahli)

Kelemahan komunikasi dua arah :

1. Informasi sampai dengan cenderung lebih lambat karena adanya proses pemberian respon,
timbal balik, dan feedback baik dari penerima pesan maupun respon balasan dari pemberi pesan.
2. Karena informasi disampaikan dengan lebih lambat, keputusan yang harus diambil pun tidak
bisa ditentukan dengan cepat. (Baca juga: Semiotika Komunikasi)

3. Memberikan kesempatan bagi penerima pesan untuk bersikap menyerang opini dari pemberi
pesan dan memungkinkan terjadinya konflik dalam proses komunikasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.airbnb.co.id/resources/hosting-homes/a/how-and-when-to-communicate-with-
guests-33

http://akomodasi-perhotelan.blogspot.com/2013/01/cara-bicara-dalam-menghadapi-tamu-
dan.html

https://www.ilmu-ekonomi-id.com/2019/05/teknik-komunikasi-dengan-pelanggan-pimpinan-
kolega.html

https://id.wikihow.com/Mengembangkan-Nada-Bicara-yang-Bersahabat

https://aecperhotelanbanyuwangi.com/uncategorized/cara-menggunakan-bahasa-dan-nada-yang-
tepat/

https://romeltea.com/pengertian-bahasa-tubuh-dan-contohnya-dalam-komunikasi/

https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-dua-arah

https://amp.suara.com/news/2021/08/16/203737/5-contoh-keragaman-budaya-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai