Tanpa bicara, tatanan kehidupan ini akan rusak berantakan, bahkan mungkin hidup
dan kehidupan ini sendiri akan berhenti atau mandeg.
Dengan tutur kata yang manis, kita akan banyak mempunyai teman dan menambah
saudara.Tapi sebaliknya banyak pula kerusakan dan kejahatan dalam hidup ini yang
bersumber dari pembicaraan yang salah dan tidak pada tempatnya.
Nah, untuk mengetahui bagaimana seharusnya kita berbicara maka, terlebih dahulu
harus diperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut :
Pertanyaan ini menyangkut masalah tujuan atau arah pembicaraan yang tentu saja
tidak bisa terlepas dari unsur niat dalam hati. Kalau kita tidak mengetahui tujuan/arah
pembicaraan (untuk apa kita berhicara?) maka lebih baik kita diam. Jangan ikut-ikutan
bicara Sebab hal itu adalah perbuatan yang sia-sia, bahkan mungkin berbahaya
Kita harus selalu menyadari bahwa orang-orang yang kita ajak bicara itu, tentu
bermacam-macam keadaannya Dengan demikian, cara dalam pembicaraan pun harus
berbeda-beda pula Tidak bisa dipukul rata atau disamakan satu dengan yang lainya
Perbedaan-perbedaan tersebut bisa berupa :
Setiap pembicaran harus mempunyai topik atau judul yang jelas, sehingga tidak
melantur ke mana-mana dan menimbulkan hal-hal yang negatif. Tanpa judul yang jelas
pembicaraan akan menjurus kepada hal-hal yang berbau ghibah, buthan dan fitnah, atau
mungkin hanya berupa omong kosong yang tidak ada gunanya. Oleh sebab itu, jika kita
tidak mengetahui atau tidak mempunyai topik pembicaraan, lebih baik jangan
memaksakan diri untuk ikut bicara. Carilah kegiatan lain yang lebih baik !
Agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, maka seharusnya cara dan isi
pembicaraan kita disesuaikan dengan tempat kita berbicara:
Pertanyaan ini sangat erat hubungannya dengan hal menyangkut waktu dan
suasana di saat kita berbicara. Waktu dan suasana yang berbeda tentu saja memerlukan isi
dan cara berbicara yang berbeda pula. Perhatikan baik-baik bagaimana seharusnya kita
berbicara:
Volume Suara
Jangan mengangkat suara terlalu tinggi/keras di depan orang yang lebih kita
hormati
Pakailah bahasa dan susunan kata yang baik, benar dan menarik hati. Singkat tapi
jelas dan terarah.
Sewaktu-waktu, jika dianggap perlu, boleh disertai dengan gerakan tubuh, tangan
atau perubahan mimik muka. Tapi ingat, harus wajar, tidak terus menerus dan
tidak dibuat-buat.
Jangan Egoistis
Dalam berbicara, jangan Sampai terlalu menonjol-nonjolkan diri sendiri, serba
aku, egois ! itu hanya sikap orang tak berbudi. Hindarilah !
Hindari sebisa mungkin pembicaraan yang berbau porno dan cabul. Ingat kita
adalah orang-orang terhormat.
Jangan biasa bersitegang urat leher, ngotot-ngototan, debat kusir atau ingin
menang sendiri
Buthan adalah mengada-adakan sesuatu yang tidak ada dengan cara berdusta dan
mengarang-ngarang.
Fitnah adalah menyebabkan sesuatu yang tidak ada untuk mencapai tujuan yang
keji, seperti adu domba, menghasud dan lain-Iain.
Jika berbicara dengan orang tua, jangan sambil tidur-tiduran. Duduklah atau
berdirilah dengan sopan !
Berbicara dengan wanita bukan muhrim, kalau terpaksa boleh saja. Tapi jangan
sampai berhadap-hadapan langsung. Jaga jarak dan hindari kecurigaan orang.
Apalagi berbicara hanya berduaan. Berhahaya, fitnah bias terjadi, usahakan agar
ada orang ketiga yang ikut menyaksikan
Mendengarkan Pembicaraan
Sewaktu-waktu dianggap perlu, boleh memberi reaksi komentar dengan cara yang
sopan dan wajar. Baik berupa ucapan (seperti ooh.. begitu ya? Masa? Dan lain-
lain, ataupun berupa gerakan (seperti manggut-manggut, geleng-geleng kepala dan
lain-lain)
lakukanlah dengan sopan, wajar dan tepat pada waktunya. Menjawab pertanyaan
harus mempergunakan ungkapan yang jelas dan terarah, sehingga memuaskan si
penanya. Jangan berbelit-belit !
Jika terpaksa harus menyanggah pendapat orang lain lakukanlah dengan cara yang
baik dan tidak menyinggung perasaan.