Anda di halaman 1dari 5

SEDIKIT PANDUAN TATA KOMUNIKASI

Tanpa bicara, tatanan kehidupan ini akan rusak berantakan, bahkan mungkin hidup
dan kehidupan ini sendiri akan berhenti atau mandeg.

Dengan tutur kata yang manis, kita akan banyak mempunyai teman dan menambah
saudara.Tapi sebaliknya banyak pula kerusakan dan kejahatan dalam hidup ini yang
bersumber dari pembicaraan yang salah dan tidak pada tempatnya.

Nah, untuk mengetahui bagaimana seharusnya kita berbicara maka, terlebih dahulu
harus diperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut :

 Mengapa atau untuk apa kita berbicara? (Why)

 Dengan siapa kita berbicara ? (Whom)

 Tentang apa kita berbicara ? (What)

 Di mana kita berbicara ? (Where)

 Kapan atau dalam suasana bagaimana kita berbicara ? (When)

1. Mengapa Atau untuk Apa Kita Berbicara

Pertanyaan ini menyangkut masalah tujuan atau arah pembicaraan yang tentu saja
tidak bisa terlepas dari unsur niat dalam hati. Kalau kita tidak mengetahui tujuan/arah
pembicaraan (untuk apa kita berhicara?) maka lebih baik kita diam. Jangan ikut-ikutan
bicara Sebab hal itu adalah perbuatan yang sia-sia, bahkan mungkin berbahaya

2. Dengan Siapa Kita Berbicara

Kita harus selalu menyadari bahwa orang-orang yang kita ajak bicara itu, tentu
bermacam-macam keadaannya Dengan demikian, cara dalam pembicaraan pun harus
berbeda-beda pula Tidak bisa dipukul rata atau disamakan satu dengan yang lainya
Perbedaan-perbedaan tersebut bisa berupa :

 tingkat pendidikan dan pengetahuannya.

 status sosial pekerjaan/profesi atau hobinya.

 keadaan pribadinya (watak, sifat dan sikap-sikapnya).

 pandangan hidupnya (agama, kepercayaan, ideologinya)

 jenis kelaminnya, usianya, dan lain-lain.


Oleh sebab itu dan berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut di atas, hendaknya
diperhatikan benar-benar bagaimana seharusnya kita berbicara dengan atau di depan :

 petani, nelayan atau pedagang

 sesama pelajar atau sesama santri

 orang tua, anak muda, teman sebaya

 mahasiswa, sarjana atau kaum intelek

 ulama, kiyai, atau guru

 pengawai negeri, pejabat (sipil atau pemerintahan)

 laki-laki atau perempuan

 orang yang seiman atau yang berbeda agama

 murid, anak buah, anggota atau bawahan, dan lain-lain

Masing-masing tentu memerlukan cara/teknik dan materi pembicaraan yang tidak


sama satu dengan yang lainnya

3. Tentang Apa Kita Berbicara

Setiap pembicaran harus mempunyai topik atau judul yang jelas, sehingga tidak
melantur ke mana-mana dan menimbulkan hal-hal yang negatif. Tanpa judul yang jelas
pembicaraan akan menjurus kepada hal-hal yang berbau ghibah, buthan dan fitnah, atau
mungkin hanya berupa omong kosong yang tidak ada gunanya. Oleh sebab itu, jika kita
tidak mengetahui atau tidak mempunyai topik pembicaraan, lebih baik jangan
memaksakan diri untuk ikut bicara. Carilah kegiatan lain yang lebih baik !

4. Di mana Kita Berbicara

Agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, maka seharusnya cara dan isi
pembicaraan kita disesuaikan dengan tempat kita berbicara:

 di rumah sendiri, di rumah orang lain,

 di tempat-tempat umum, di jalan, di warung,

 di masid, di sekolah, di kantor,

 di atas kendaraan umum, dan lain-lain.


5. Kapan Kita Berbicara

Pertanyaan ini sangat erat hubungannya dengan hal menyangkut waktu dan
suasana di saat kita berbicara. Waktu dan suasana yang berbeda tentu saja memerlukan isi
dan cara berbicara yang berbeda pula. Perhatikan baik-baik bagaimana seharusnya kita
berbicara:

 Pada wak-tu pagi, siang, sore atau malam hari

 pada saat suasana tenang atau gaduh.

 pada waktu serius atau sedang santai.

 pada waktu situasi sedang panas atau sedang dingin

 Pada waktu takziyah, resepsi, rapat-rapat, dan lain-lain.

6. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Berbicara

Volume Suara

 Sesuaikan volume (tinggi-rendahnya suara, keras-lembutnya suara) dengan tempat,


waktu dan suasana yang ada.

 Jangan mengangkat suara terlalu tinggi/keras di depan orang yang lebih kita
hormati

Bahasa dan Susunan Kata

 Pakailah bahasa dan susunan kata yang baik, benar dan menarik hati. Singkat tapi
jelas dan terarah.

 Jangan terlalu memaksakan diri untuk mempergunakan kata¬kata asing, jika


karena tidak terpaksa betul. Hindari kesan dibuat-buat, karena ingin tampak intelek
atau terpelajar (berpendidikan)

Gerakan Tubuh atau Tangan

 Sewaktu-waktu, jika dianggap perlu, boleh disertai dengan gerakan tubuh, tangan
atau perubahan mimik muka. Tapi ingat, harus wajar, tidak terus menerus dan
tidak dibuat-buat.

 Jangan sekali-kali menggunakan tangan kiri. Apalagi untuk menunjuk-nunjuk.


Tidak sopan !

Jangan Egoistis
 Dalam berbicara, jangan Sampai terlalu menonjol-nonjolkan diri sendiri, serba
aku, egois ! itu hanya sikap orang tak berbudi. Hindarilah !

 Jangan memborong atau memonopoli pembicaraan, sehingga orang lain tidak


punya kesempatan. Sangat tercela !

Berbicara Kotor dan Kasar

 Hindari sebisa mungkin pembicaraan yang berbau porno dan cabul. Ingat kita
adalah orang-orang terhormat.

 Jangan sekali-kali mengata-ngatai orang lain dengan kata-kata kotor (walaupun


sambil bergurau atau sedang marah). Jangan pula saling mengumpat atau saling
menghina !

 Jangan biasa bersitegang urat leher, ngotot-ngototan, debat kusir atau ingin
menang sendiri

Ghibah, Buthan, dan Fitnah

 Ghibah adalah membicarakan aib/kejelekan orang lain yang benar-benar terjadi.

 Buthan adalah mengada-adakan sesuatu yang tidak ada dengan cara berdusta dan
mengarang-ngarang.

 Fitnah adalah menyebabkan sesuatu yang tidak ada untuk mencapai tujuan yang
keji, seperti adu domba, menghasud dan lain-Iain.

Berbicara Dengan Orang Tua dan Wanita

 Jika berbicara dengan orang tua, jangan sambil tidur-tiduran. Duduklah atau
berdirilah dengan sopan !

 Berbicara dengan wanita bukan muhrim, kalau terpaksa boleh saja. Tapi jangan
sampai berhadap-hadapan langsung. Jaga jarak dan hindari kecurigaan orang.
Apalagi berbicara hanya berduaan. Berhahaya, fitnah bias terjadi, usahakan agar
ada orang ketiga yang ikut menyaksikan

Mendengarkan Pembicaraan

 Dengarkan dan perhatikan dengan saksama setiap pembicaran yang disampaikan


orang lain (siapa pun orangnya).

 Sewaktu-waktu dianggap perlu, boleh memberi reaksi komentar dengan cara yang
sopan dan wajar. Baik berupa ucapan (seperti ooh.. begitu ya? Masa? Dan lain-
lain, ataupun berupa gerakan (seperti manggut-manggut, geleng-geleng kepala dan
lain-lain)

Menyambut atau Memotong Pembicaraan

 Kalau terpaksa harus memotong pembicaraan orang lain.

 lakukanlah dengan sopan, wajar dan tepat pada waktunya. Menjawab pertanyaan
harus mempergunakan ungkapan yang jelas dan terarah, sehingga memuaskan si
penanya. Jangan berbelit-belit !

 Jika terpaksa harus menyanggah pendapat orang lain lakukanlah dengan cara yang
baik dan tidak menyinggung perasaan.

Anda mungkin juga menyukai