NIM : 190711637255
a) Pembunuhan
b) Pemusnahan
c) Perbudakan
d) Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
e) Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-
wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional
f) Penyiksaan
g) Perkosaan, perbudakan seksual secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan
atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lainnya yang
setara
h) Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin
atau alasan lain yang telah diakui secara umum sebagai hal yang dilarang menurut
hukum internasional.
i) Penghilangan orang secara paksa
j) Kejahatan apartheid
Peradilan terhadap Pelanggaran HAM berat berdasarkan Pasal 104 ayat (1) Undang-
Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menentukan bahwasanya
untuk mengadili pelanggaran HAM yang berat dibentuk Pengadilan HAM di Lingkungan
peradilan umum.
Salah satu bentuk dari pelanggaran HAM berat yang terjadi di Indonesia adalah
Pembunuhan Dukun Santet 1998, peristiwa geger sante atau pembunuhan terhadap dukun
santet yang terjadi di banyuwangi pada 1998 sudah berlangsung lebih dari 21 tahun. Saat
ini, setelah 21 tahun sejak Reformasi 1998, pengungkapan kasus hukumnya belum juga
tuntas. Peristiwa ini bermula dari pembunuhan akibat kesalahpahaman sekelompok orang
mengenai santet. Karena santet dianggap sebagai perbuatan sihir jahat, agresif, bahkan
digunakan untuk membunuh orang. Saat itu, pelaku pembunuhan merupakan kelompok
tidak dikenal. Untuk melindungi orang yang diduga dukun santet, Bupati Banyuwangi
Purnomo Sidik mendata orang-orang yang masih memiliki kekuatan magis atau dukun.
Setiap orang di pasar, sesepuh desa, hingga di lingkungan mana pun tak luput dari
pendataan ini. Dikutip dari Harian Kompas yang terbit 14 Oktober 1998, ia
menginstruksikan semua camatnya untuk mengirim data tentang orang yang dianggap
dukun santet di wilayahnya dengan tujuan menyelamatkan mereka. Radiogram ini
akhirnya bocor ke sekelompok orang. Awalnya bertujuan untuk menyelamatkan orang
yang diduga mempunyai santet, radiogram malah menjadikan petaka. Radiogram yang
menulis lengkap nama-nama orang yang mempunyai ilmu santet malah menjadi sumber
informasi bagi sekelompok orang untuk melakukan penyisiran dan pembunuhan massal.
Sumber: Pembunuhan Dukun Santet 1998, Kesalahan Memahami Budaya hingga Motif
Politik Halaman all - Kompas.com
Daftar Rujukan: