Anda di halaman 1dari 14

Adapun bentuk-bentuk dari kenakalan remaja adalah :

a. Kebut-kebutan dijalanan yang mengganggu keamanan


lalu lintas dan membahayakan jiwa serta orang lain

b Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang


jalan dan kadang-kadang pergi ke pasar untuk bermain
game

c. Memakai dan menggunakan bahan narkotika bahkan


hal yang mereka anggap ringan yakni minuman keras.

d. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan


taruhan, seperti permainan domino, remi dan lain-lain.

e. Perkelahian antar geng, antar kelompok, antar


sekolah, sehingga harus melibatkan pihak yang berwajib.
1.1latar belakang

Remaja adalah sebuah masa perubahan sifat dari


seorang manusia, dimana pada masa ini sifat dari
seseorang yang kekanak-kanakan akan berkembang
menjadi lebih dewasa. Dan pada masa inilah akan
terbentuk sifat dari seorang manusia.

Setiap orang yang hidup di dunia ini pastinya mempunyai


kepribadian yang berbeda-beda, ada yang
pemurung,pendiam,pemarah, hingga sifat yang periang.
Banyak faktor yang mempengaruhi dari pembentukan
sifat yang berbeda dari setiap orang ini. Namun faktor
yang paling mempengaruhi adalah faktor lingkungan,
karna kepribadian setiap orang akan terbentuk jika ia
telah terbiasa degan apa yang di lihatnya sehari-hari.

Namun pada masa remaja, naluri terbesar yang tumbuh


di dalam hati adalah Naluri untuk mencari sebuah
identitas diri. Dimana identitas ini akan membuatnya
dapat di kenal di lingkungan sekitarya.

Remaja adalah masa-masa pubertas, dan di masa inilah


seorang manusia akan terus dan terus berusaha untuk
mencari sebuah kepuasan hati. Kebanyakan remaja di
waktu ini, banyak yang melakukan hal yang tidak
sewajarnya. Contohnya minum-minuman keras,free sex
(sex bebas),hingga memakai obat-obatan terlarang. Yang
tentunya kegiatan ini dapat mengancam masa depan
hingga nyawanya. Namun meskipun begitu, masih
banyak remaja yang melakukan kegiatan Haram ini, dan
tak menutup kemungkinan mereka juga tahu tentang
bahaya dari kegiatan mereka itu.

Tingkah laku remaja yang seperti ini biasa di sebut


dengan Kenakalan Remaja, namun sifat buruk yang
muncul ini tak langsung begitu saja muncul dalam diri
mereka, faktor yang paling mempengaruhi adalah
lingkungan sekitarnya, karna kebiasaan yang muncul
adalah dampak dari kebiasaannya sehari-hari, yang
mulanya suka membolos lalu berkembang suka merokok.
Jadi, kebiasaan membolos pun dapat berdampak besar
bagi perkembangan sifat seorang Remaja.
.2 tujuan

Manusia Remaja adalah orang yang berusia sekitar 16-20


tahun, dimana pada umur ini mereka masih bergelut di
dunia belajar (sekolah), manusia adalah makhluk tuhan
yang telah di beri sebuah naluri, dimana naluri ini akan
membawanya untuk mencari kebutuhan sebagai
nalurinya tersebut.

Namun tak jarang, naluri ini akan membawa seseorang


ini kepada hal yang buruk. Sebab, naluri tiap manusia
berbeda-beda, ada yang suka dengan hal yang baik,
namun ada juga yang suka dengan hal buruk. Nah, inilah
Manusia. Namun disamping naluri itu, manusia juga di
beri sifat yang mudah bosan, karna hal itu pula remaja ini
melakukan kegiatan untuk membuang rasa bosan itu,
seperti bermain hingga membolos. Tapi apa membolos
itu jalan keluar untuk mengusir rasa penat itu? Nah,
maka dari itu makalah ini akan mengusut tuntas tentang
budaya membolos. Karena pada masa sekarang
membolos telah menjadi budaya dalam dunia remaja.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kenakalan remaja bolos sekolah.

Bolos atau meninggalkan jam pelajaran saat saat


kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung di sekolah
adalah sebuah hal yang haram dilakukan oleh para
pelajar. Namun tetap saja karena sifat dasar siswa yang
juga manusia, selalu saja ada secuil rasa bosan yang
timbul di benak mereka. Bosan dengan rutinitas sehari-
hari untuk pergi ke sekolah dan menunaikan kewajiban
sebagai pelajar. Terlebih bagi mereka yang sudah
menjadikan bolos ini sebagai hobi dan agenda wajib
mereka saat sekolah. Mereka yang malas-malasan dan
hanya ingin bersenang-senang saja tentunya lebih
memilih untuk meninggalkan kelas daripada harus
mendengarkan penjelasan guru yang kata mereka bisa
membuat 'kram otak' itu haha...

Resiko bagi mereka yang bolos sekolah adalah


ketinggalan pelajaran, karena saat bolos mereka tidak
menerima pelajaran seperti yang semestinya. Membolos
pun bisa menghasilkan hadiah peringatan dari sekolah
atau yang paling parah lagi adalah dikeluarkan dari
sekolah alias “DO” Drop Out. Bagi mereka yang
membolos, enteng saja! Ah yang penting bolos, senang-
senang diluar daripada susah di sekolah...

Normalnya, sebagai seorang murid sekolah bahkan


hingga sebelum tamat kuliah, saya pun pernah
melakukan hal ini. Ya! Membolos. Sasaran tempat
membolos saya biasanya tidak jauh-jauh dari lingkungan
sekolah. Di kantin sekolah, ruang BP, perpustakaan,
bahkan sampai masjid pun pernah saya lakoni, bahkan
hingga keluar area sekolah hehe. Akan tetapi karena
dasarnya saya ini adalah murid yang baik, itu semua
adalah atas inisiatif teman-temanku saja.. hehehe... Sifat
buruk saya pun ikut-ikutan muncul seketika itu, hihi dan
boloslah saya.... Hahaha...

Pengalaman buruk sewaktu membolos adalah saat kelas


2 SMP, waktu itu tempat membolos sekolah saya adalah
di arena 'dingdong' alias game center. Masih dengan
kondisi berseragam lengkap dengan sepatu dan tas
sekolah, bersama dua orang teman saya yang lain, Erwin
dan Fuad, kami bertiga tertangkap basah oleh razia polisi
yang khusus menyergap mereka yang berseragam dan
bolos sekolah. Nama kami bertiga pun dicatut pihak yang
berwajib itu dalam sehelai kertas dan akan mengancam
akan melaporkannya ke kepala sekolah. Dalam hatiku
berucap, "Mampus aku!". Konyolnya lagi, si Erwin yang
mungkin sangat gugup itu malah dengan serta merta
menyerahkan kartu pelajarnya saat ditanya namanya
hihi. Tapi untung bagi saya, pak polisi tadi agak error
telinganya, sehingga salah menulis nama saya, yang
hanya ditulis Isfendik saja hahahaha, ga bakal ketahuan
nih. Dan salah seorang polisi itu pun berkata "Melihat
tampang dan penampilan kalian, saya yakin kalian itu di
sekolah ga pintar". Beuh, ingin rasanya kutunjukkan
rapor sekolah kami di depan pak pulisi itu.. Kami ini dari
kelas unggulan di sekolah kami, pak!. Padahal, dengan
bolos, mungkin anak itu mendapat sesuatu yang lebih
bernilai ketimbang mendekam dalam kelas yang
ritualnya membosankan. Hukuman dan kemarahan
hanya akan membuat anak didik mengulang lagi
perbuatannya tanpa ada perubahan pemahaman atas
dirinya, tentang sekolah dan belajar.

Saya tak sejalan dengan sistem pendidikan dulu dan hari


ini. Guru, biarkanlah anak didikmu belajar dalam arti
sesungguhnya. Jangan biarkan mereka terlambat
mengenal diri dan potensi mereka. Biarkan mereka
memilih sendiri mau apa dan bagaimana kisah hidup
mereka. Bertanggung jawab atas pilihan itu. Jangan
selalu jadikan mereka objek pendidikan.
(Diposkan oleh dandi raver)

2.2 Peran Sekolah Atasi Perilaku Membolos pada Remaja.

PERGI ke sekolah bagi remaja merupakan suatu hak


sekaligus kewajiban sebagai sarana mengenyam
pendidikan dalam rangka meningkatkan kehidupan yang
lebih baik. Sayang, kenyataannya banyak remaja yang
enggan melakukannya tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Banyak yang akhirnya
membolos.Perilaku yang dikenal dengan istilah truancy
ini dilakukan dengan cara, siswa tetap pergi dari rumah
pada pagi hari dengan berseragam, tetapi mereka tidak
berada di sekolah. Perilaku ini umumnya ditemukan pada
remaja mulai tingkat pendidikan SMP.

Salah satu penyebabnya terkait dengan masalah


kenakalan remaja secara umum. Perilaku tersebut
tergolong perilaku yang tidak adaptif sehingga harus
ditangani secara serius. Penanganan dapat dilakukan
dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab
munculnya perilaku membolos tersebut.
2.3 Karena berbagai sebab faktor membolos hadir.

Faktor pendukung munculnya perilaku membolos


sekolah pada remaja ini dapat dikelompokkan menjadi 3,
faktor sekolah, personal, serta keluarga. Faktor sekolah
yang berisiko meningkatkan munculnya perilaku
membolos pada remaja antara lain kebijakan mengenai
pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim
antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru
yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang
menantang bagi siswa.

Faktor personal misalnya terkait dengan menurunnya


motivasi atau hilangnya minat akademik siswa, kondisi
ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja
seperti konsumsi alkohol dan minuman keras. Sedangkan
faktor keluarga meliputi pola asuh orang tua atau
kurangnya partisipasi orang tua dalam pendidikan anak
(Kearney, 2001). Ketiga faktor tersebut dapat muncul
secara terpisah atau berkaitan satu sama lain.
Pemahaman terhadap sumber penyebab utama sangat
penting untuk mengatasi masalah ini.
3.4 Sekolah penyebab peserta didiknya membolos.

Tanpa disadari, pihak sekolah bisa jadi menyebabkan


perilaku membolos pada remaja, karena sekolah kurang
memiliki kepedulian terhadap apa yang terjadi pada
siswa. Awalnya barangkali siswa membolos karena faktor
personal atau permasalahan dalam keluarganya.
Kemudian masalah muncul karena sekolah tidak
memberikan tindakan yang konsisten, kadang
menghukum kadang menghiraukannya.

Ketidakkonsistenan ini akan berakibat pada kebingungan


siswa dalam berperilaku sehingga tak jarang mereka
mencoba-coba membolos lagi. Jika penyebab banyaknya
perilaku membolos adalah faktor tersebut, maka
penanganan dapat dilakukan dengan melakukan
penegakan disiplin sekolah. Peraturan sekolah harus
lebih jelas dengan sangsi-sangsi yang dipaparkan secara
eksplisit, termasuk peraturan mengenai presensi siswa
sehingga perilaku membolos dapat diminimalkan.

Selanjutnya, faktor lain yang perlu diperhatikan pihak


sekolah adalah kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung di sekolah. Dalam menghadapi siswa yang
sering membolos, pendekatan individual perlu dilakukan
oleh pihak sekolah. Selain terkait dengan permasalahan
pribadi dan keluarga, kepada siswa perlu ditanyakan
pandangan mereka terhadap kegiatan belajar di sekolah,
apakah siswa merasa tugas-tugas yang ada sangat mudah
sehingga membosankan dan kurang menantang atau
sebaliknya sangat sulit sehingga membuat frustasi.

Tugas pihak sekolah dalam membantu menurunkan


perilaku membolos adalah mengusahakan kondisi
sekolah hingga nyaman bagi siswa-siswanya. Kondisi ini
meliputi proses belajar mengajar di kelas, proses
administratif serta informal di luar kelas.

Dalam seting sekolah, guru memiliki peran penting pada


perilaku siswa, termasuk perilaku membolos. Jika guru
tidak memperhatikan siswanya dengan baik dan hanya
berorientasi pada selesainya penyampaian materi
pelajaran di kelas, peluang perilaku membolos pada
siswa semakin besar karena siswa tidak merasakan
menariknya pergi ke sekolah.

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk


memperhatikan siswa sehingga mereka tertarik datang
dan merasakan manfaat sekolah adalah dengan
melakukan pengenalan terhadap apa yang menjadi minat
tiap siswa, apa yang menyulitkan bagi mereka, serta
bagaimana perkembangan mereka selama dalam proses
pembelajaran.

Dengan perhatian seperti itu siswa akan terdorong untuk


lebih terbuka terhadap guru sehingga jika ada
permasalahan, guru dapat segera membantu. Dengan
suasana seperti itu siswa akan tertarik pergi ke sekolah
dan perilaku membolos yang mengarah pada kenakalan
remaja dapat dikurangi.

Tentu saja, pendekatan dari pihak sekolah ini hanya


menjadi salah satu faktor saja. Faktor lainnya seperti
faktor personal dan faktor keluarga juga tak kalah
penting dan memberi kontribusi besar dalam perilaku
membolos, sehingga pencarian mengenai penyebab yang
pasti dari perilaku membolos perlu dilakukan terlebih
dahulu sebelum kita menetapkan pihak mana yang layak
melakukan intervensi.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Jadi membolos adalah kegiatan meaninggalkan sekolah,


meski jam sekolah belum menunjuk kan waktu pulang.
Dan kebiasaan buruk ini terjadi karna berbagai faktor,
seperti Faktor personal yang berkaitan dengan dengan
menurunnya motivasi atau hilangnya minat akademik
siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena
kenakalan remaja seperti konsumsi alkohol dan minuman
keras. Sedangkan faktor keluarga meliputi pola asuh
orang tua atau kurangnya partisipasi orang tua dalam
pendidikan anak .

faktor sekolah, personal, serta keluarga. Faktor sekolah


yang berisiko meningkatkan munculnya perilaku
membolos pada remaja antara lain kebijakan mengenai
pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim
antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru
yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang
menantang bagi siswa.
Membolos adalah hal kecil yang akan berdapak besar
bagi remaja sekarang. Dan hal terpenting adalah
memberantas kebiasaan buruk ini, agar masa depan
negara dapat cerah.

3.2 SARAN

untuk menjadi insan yang berguna untuk Agama,nusa


dan bangsa. Maka kita harus selalu berusaha untuk
menjadi yang terbaik di bumi pertiwi ini, kita disini
sedang belajar dan mengais ilmu yang masi berceceran di
sekolah ini. Serta satu pesanku “Kita disini masih belajar,
pastinya kita akan menemui sebuah kejenuhan, namun
jalani semua itu dengan penuh keikhlasan dan penuh
tanggung jawab. Agar tanah air ini dapat menjadi bangga
karna melahirkan insan seperti kita. Be Your Self In Your
World jadilah dirimu sendiri dan sebaik-baiknya kita
kerjakan amanah yang telah di berikan kepada kita
dengan sebaik-baiknya.”

Anda mungkin juga menyukai