Modul Praktikum Kimia Dasar II
Modul Praktikum Kimia Dasar II
Modul Praktikum Kimia Dasar II
KIMIA DASAR II
FKIP Universitas Jember
ii
Modul Praktikum Kimia Dasar II
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penyusun mampu menyelesaikan
petunjuk praktikum Biokimia untuk membantu mahasiswa yang menempuh mata
kuliah Biokimia.
Penyusun menyadari bahwa buku petunjuk ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat penyusun harapkan.
Penyusun berharap semoga buku petunjuk ini dapat bermanfaat dan membantu
mahasiswa khususnya yang menempuh mata kuliah Biokimia.
Tim Penyusun
iii
Modul Praktikum Kimia Dasar II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM DARING..............................................................iv
ACARA 1. KINETIKA KIMIA..............................................................................1
ACARA 2. KESETIMBANGAN KIMIA..............................................................4
ACARA 3. LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT....................8
ACARA 4. REAKSI REDOKS............................................................................10
ACARA 5. KOLOID............................................................................................11
iv
Modul Praktikum Kimia Dasar II
ACARA I
KINETIKA KIMIA
I. Dasar Teori
II. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan proses sains sederhana terkait dengan
kinetika kimia (membedakan laju reaksi antara dua garam yang
memiliki luas permukaan yang berbeda)
III. Alat dan bahan
a. Alat
- beaker glass
- timbangan (gr)
- stopwatch
- pengaduk
b. Bahan
- garam kasar
- garam halus
- aquades
IV. Link Praktikum
2
Modul Praktikum Kimia Dasar II
V. Prosedur Kerja
1. Menimbang Garam kasar masing-masing 1,3,5,7 dan 9 gram
kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml
2. Masing-masing garam pada beaker glass dilarutkan dengan aquadest
40 ml
3. Mengaduk garam keras yang sudah berada di beaker glass terisi
aquades 40 ml tadi dengan menggunakan stopwatch, adukan ke
berapa kali garam dan air menyatu secara homogen dan catat waktu
yang dibutuhkan untuk tercampur secara homogen.
4. Mengulangi langkah 1-3 pada garam halus
5. Mencatat hasil pada tabel
2.
3.
4.
5.
2) Garam Halus
No. V (NaCL)
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Musta, R., & Nurliana, L. (2019). Studi Kinetika Efektifitas Minyak Daun
Cengkeh (Syzigium
aromaticum) Sebagai Antifungi Candida albicans. Indonesian Journal of
Chemical
Research, 6(2), 107-114.
Hasan, M. (Ed.). (2020). Kinetika Kimia. Banda Aceh : Syiah Kuala University
Press.
Kurniawati, D., Musta, R., Kadir, L. A., Dewi, F., & Nurjana, S. (2020). Tinjauan
Kinetika
Kimia Daya Hambat Minyak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum)
dan Hasil
Mikroenkapsulasinya Terhadap Eschericia coli. Indonesian Journal of
Chemical Research, 7(2), 151-158.
4
Modul Praktikum Kimia Dasar II
ACARA II
KESETIMBANGAN KIMIA
I. Dasar Teori
Laju reaksi adalah studi tentang kecepatan (speed) atau laju (rate) reaksi
kimia. Salah satu tujuan utama mempelajari kinetika kimia adalah untuk
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kimia. Laju reaksi
kimia merupakan perubahan konsentrasi zat tiap satuan waktu. Faktor-
faktor tersebut adalah:
a) Konsentrasi zat-zat yang bereaksi. Bila dua buah molekul beraksi satu
dengan yang lain, maka kedua molekul tersebut harus bertemu atau
bertumbukan. Antar molekul untuk bertumbukan di dalam sistem
homogen (satu jenis fasa, biasanya gas atau larutan) makin besar jika
konsentrasi makin besar.
b) Di dalam sistem reaksi heterogen, dimana pereaksi berada pada fasa
terpisah, kecepatan reaksi tergantung pada luas kontak antar fasa.
Karena luas permukaan makin besar bila ukuran partikel makin
kecil, maka penurunan ukuran partikel akan menaikkan kecepatan reaksi.
c) Pengaruh temperatur. Hampir semua jenis reaksi kimia berlangsung lebih
cepat bila temperaturnya dinaikkan.
d) Pengaruh zat lain yang disebut katalis. Kecepatan beberapa reaksi kimia,
termasuk hampir semua reaksi biokimia, dipengaruhi oleh zat yang
disebut katalis. Secara keseluruhan selama reaksi, katalis tidak
mengalami perubahan atau pengurangan dan menurunkan energy
aktivasi (Ea) untuk mempercepat reaksi.
Konsentrasi pereaksi diperbesar. Zat yang konsentrasinya besar
mengandung jumlah partikel yang lebih banyak, sehingga
partikelpartikelnya tersusun lebih rapat disbanding zat yang konsentrasinya
rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat, akan lebih sering
bertumbukan dibanding dengan partikel yang susunannya renggang,
sehingga kemungkinan terjadinya reaksi makin besar.
Luas Permukaan. Salah satu syarat agar reaksi dapat berlangsung
adalah zat-zat pereaksi harus bercampur atau bersentuhan. Pada campuran
pereaksi yang heterogen, reaksi hanya terjadi pada bidang batas campuran.
Dengan memperbesar luas bidang sentuh, reaksi akan berlangsung lebih
cepat.
Temperatur. Setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan
temperatur, energi gerak atau energi kinetik partikel bertambah, sehingga
tumbukan lebih sering terjadi. Dengan frekuensi tumbukan yang semakin
besar, maka kemungkinan terjadinya tumbukan efektif yang mampu
menghasilkan reaksi juga semakin besar. Suhu atau temperatur ternyata juga
memperbesar energi potensial suatu zat. Zat- zat yang energi potensialnya
5
Modul Praktikum Kimia Dasar II
V. Prosedur Kerja
a. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
Ambil satu butir cangkang telur kemudian pecah menjadi 2 bagian
yang kira-kira sama.
Gerus salah satu cangkang telur hingga menjadi serbuk, dan 1 bagian
lain menjadi serpihan-serpihan.
Masukkan masing-masing 4 sendok asam cuka ke dalam 2 botol
gelas kemudian tambahkan 100 ml air.
Berilah tanda pada botol gelas dengan menulisakan angka 1 dan 2.
Masukkan serbuk cangkang telur ke dalam botol gelas 1 dan
serpihan cangkang telur ke dalam botol gelas 2 secara bersamaan
selama 5 menit.
Catatlah hasil yang diperoleh dari kedua botol gelas tersebut!
b. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Ambil satu butir cangkang telur kemudian pecah menjadi 3 bagian
yang kira-kira sama. Kemudian pecahkan cangkang telur menjad
serpihan-serpihan.
Berilah tanda pada botol gelas dengan menulisakan angka 1, 2 dan
3.
6
Modul Praktikum Kimia Dasar II
VII. Diskusi
ACARA III
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengamati larutan elektrolit dan Non-elektrolit.
2. Mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri larutan elektrolit dan Non-
elektrolit.
3. Mahasiswa dapat menganalisis larutan dikehidupan sehari-hari terkait
sifat keelektrolitannya.
B. Dasar Teori
Larutan elektrolit ialah larutan yang bisa menimbulkan lampu
menyala serta ada gelembung gas di dekat elektrode. Larutan yang bisa
menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit. Larutan ini memberikan
gejala berupa menyalanya lampu ataupun munculnya gelembung gas dalam
larutan. Larutan elektrolit mengandung partikel- partikel yang bermuatan(
kation dan anion). Berlandaskan percobaan yang dilakukan oleh Michael
Faraday, diketahui bahwa bila arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit
akan terjadi proses elektrolisis yang menghasilkan gas. Gelembung gas ini
terbentuk karena ion positif mengalami respon reduksi serta ion negatif
hadapi oksidasi.
Larutan non elektrolit merupakan larutan yang tidak bisa menyalakan
lampu serta tidak ada gelembung gas di dekat elektrodanya pada alat uji
elektrolit, apabila dicermati lebih lanjut ternyata larutan ini merupakan
campuran homogen antara senyawa kovalen non polar dengan air, senyawa
tersebut apabila dilarutkan dalam air tidak terionisasi, sehingga tidak bisa
menghantarkan arus listrik. Sifat- sifat yang ada pada larutan elektrolit ialah
bisa menghantarkan arus listrik, terjadi proses ionisasi, lampu bisa menyala
secara terang ataupun redup, serta terdapatnya gelembung gas. Sebaliknya
sifat larutan non- elektrolit ialah tidak bisa menghantarkan listrik, tidak
terjadi proses ionisasi, serta tidak terdapat gelembung gas.
7. Soda Putih
ACARA IV
REAKSI REDOKS
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengamati berbagai proses reaksi redoks.
2. Mahasiswa dapat mempelajari sifat reduktor vitamin c untuk iodin.
3. Mahasiswa dapat menggambarkan kimia redoks pada reaksi iodat-iodid
B. Dasar Teori
Reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan reaksi reduksi dan oksidasi
dalam satu persamaan reaksi. Konsep reaksi redoks dapat ditinjau dari tiga konsep,
yaitu penggabungan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron,
serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. Reduktor merupakan zat
pereduksi (mereduksi zat lain) dan mengalami reaksi oksidasi. Sedangkan oksidator
merupakan zat pengoksidasi (mengoksidasi zat lain) dan mengalami reaksi reduksi.
Peristiwa reaksi redoks dapat kita amati dengan mudah. Salah satu
contohnya yaitu dengan melakukan percobaan pada vitamin C. Vitamin C
merupakan asam askorbat, senyawa kimia yang larut dalam air (Perricone,
2007:117). Dalam pengujian ini menggunakan betadine sebagai indikator
keberadaan vitamin C. Pada kemasan betadine tertera bahwa betadine mengandung
povidone iodine 10% yang setara dengan iodine 1%. Iodine ini lah yang akan
menjadi indikator, karena akan terjadi reaksi antara asam askorbat dalam vitamin C
dengan iodine tersebut.
ACARA V
KOLOID
I. Dasar Teori
Campuran dapat dibedakan menjadi larutan, koloid dan suspensi.
Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil,
sehingga tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi.
Koloid adalah suatu campuran homogen antara 2 zat atau lebih dimana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar merata
dalam zat lain (medium pendispersi). Koloid ini merupakan sistem dispersi
yang terletak diantara suspensi dan larutan. Suspensi adalah sistem dispersi
dengan ukuran partikel relatif besar tersebar merata dalam medium
pendispersinya. Suspensi bersifat heterogen dan tidak kontinu, sehingga
merupakan sistem 2 fase. Ukuran partikel tersuspensi lebih besar dari 100
nm.
sendiri tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa, namun beberapa koloid
dapat dideteksi dengan mikroskop elektron.
Penggolongan Koloid
Beberapa sistem koloid adalah reversible, sedang yang lainnya tidak
reversible. Berdasarkan sifat-sifat ini maka sistem koloid cairan dapat
dibagi dalam dua kelompok yaitu:
1. Koloid liofil (senang pada pelarut), merupakan sol yang tidak stabil
dan tidak mengalami koagulasi oleh larutan garam. Koloid liofil
adalah koloid yang reversible.
2. Koloid liofob (tak suka pelarut), merupakan koloid yang tidak
reversible.
Bahan
1. Aquades
2. Susu
3. Gula
4. Pasir
V. Prosedur Kerja
a. Larutan Gula
1. Siapkan aquades dan gula
2. Letakkan kertas dibagian samping gelas berisi aquades
3. Laser aquades sebelum dicampurkan gula
4. Amati sinar yang terbentuk pada kertas
5. Masukkan gula kedalam gelas yang berisi aquades, aduk
homogen
6. Letakkan kertas disebelah gelas
7. Laser larutan tersebut
13
Modul Praktikum Kimia Dasar II
VII. Diskusi
Melakukan diskusi dengan kelompok terkait hasil video praktikum.