Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK II

PERCOBAAN II
KINETIKA REAKSI DARI FeCl3 dan KI

OLEH :

NAMA : NANGGITA KARINI PRATIWI

NIM : A1L118023

KELOMPOK : IV (EMPAT)

ASISTEN : LA ODE MUH. ALIBONTO, S.Pd

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah diperiksa secara teliti dan disetujui oleh Asisten Pembimbing

Praktikum Kimia Fisik II Percobaan II “Kinetika Reaksi dari FeCl3 dan KI“ yang

dilakukan pada :

Hari / Tanggal : Kamis / 21 Mei 2020

Waktu : 09.00 WITA–selesai

Tempat : Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Kendari, Mei 2020


Menyetujui,
Asisten pembimbing

LA ODE MUH. ALIBONTO, S.Pd


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kinetika kimia merupakan bagian dari ilmu kimia fisika. Dimana pada

kinetika kimia ini mempelajari mengenai kecepatan reaksi-reaksi kimia dan

mekanisme reaksi-reaksinya. Tidak semua reaksi kimia yang ada dapat dipelajari

secara kinietik, misalnya reaksi yang sangat lambat seperti pengkaratan, dan juga

reaksi yang berjalan sangat cepat seperti reaksi-reaksi ion atau pembakaran.

Reaksi seperti ini tidak dapat dipelajari secara kinetik. Diantara kedua jenis reaksi

ini banyak reaksi-reaksi yang kecepatannya dapat diukur. Kecepatan reaksi

bergantung dari jenis zat pereaksi, temperatur reaksi dan konsentrasi zat pereaksi.

Suatu reaksi kimia akan terjadi pemutusan atau pengikat ikatan antara

atom-atom, jadi laju reaksi tergantung pada macam ikatan yang terlibat dalam

reaksi kimia, yakni kemudahan Pemutusan dan penggabungan ikatan. Contohnya

bensin terbakar lebih cepat dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang

berlangsung sangat cepat, seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan,

dan yang sangat lambat adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan

tentang kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini

dikemukakan cara menentukan laju reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya.

Laju reaksi sering kali terukur, sering kali sebanding dengan konsentrasi

reaktan suatu pangkat. Contohnya, mungkin saja itu sebanding dengan konsentrasi

dua reaktan A dan B.


Secara eksperimen, laju reaksi bergantung pada zat yang spesifik yang

mengadakan reaksi atau yang bereaksi. Dalam proses reaksi kimia ini ada

beberapa vaktor yang dapat mepengaruhi kecepatanya, diantaranya dalah

konsentrasinya. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan suatu

reaksi, maka perlu kita adakan suatu percobaan.

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan pada praktikum ini, yaitu:

1. Menentukan tingkat reaksi pada FeCl3+

2. Menentukan tingkat terhadap I-

3. Menentukan tingkat reaksi terhadap FeCl3+ dan I-

4. Menentukan tetapan kecepatan reaksi

5. Menentukan tetapan kecepatan reaksi antara FeCl3+ dan I-

1.3 Prinsip Percobaan

Percobaan ini didasarkan pada proses termodinamika dan kinetika suatu

reaksi untuk menunjukkan arah reaksi berlangsung dan tingkat reaksi yang

menyatakan hubungan antara kepekatan reaksi terhadap kecepatan reaksi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinetika Reaksi

Kinetika reaksi merupakan cabang ilmu yang mempelajari reaksi kimia

secara kuantitatif dan juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Beberapa faktor yang mempegaruhi kinetika reaksi adalah temperatur reaksi :

temperatur dapat mempengaruhi laju reaksi, yang dimana pada umumnya apabila

temperatur dinaikkan maka reaksi akan berlangsung lebih cepat, kecepatan

pengadukan : kecepatan pengadukan akan berpengaruh terhadap laju reaksi, hal

ini disebabkan karena pengadukan akan mempercepat terjadinya tumbukan antar

partikel reaktan sehingga memaksimalkan laju reaksi, dan konsentrasi reaktan:

konsentrasi dapat mempengaruhi laju reaksi (Saputra, 2016).

2.2 Laju Reaksi

Setiap reaksi kimia berlangsung dengan laju tertentu dan membutuhkan

kondidi tertentu pula. laju reaksi didefenisian sebagai laju pengurangan reaktan

tiap satuan waktu atau jika ditinjau dari produknya, maka laju reaksi adalah laju

pembentukan produk tiap satuan waktu. banayak faktor yang mempengaruhi laju

suatu reaksi. pengetahuan tentang faktor-faktor ini akan berguna dfalam mengatur

laju suatu reaksi. hala ini sangat penting terutama untuk mengontrol proses-proses

kimia dalam industri. pengontrolan terhadapa faktor-faktor yang mempengaruhi

laju reaksi akan dapat meningkatkan nilai ekonomis. faktor-faktor yang


mempengaruhi laju reaksi yang meliputi konsentrasi pereaksi, luas permukaan

pereaksi dan penggunaan katalisator dalam reaksi kimia (Endang, 2005).

2.3 Proses Laju Reaksi

Laju suatu reaksi kimia di dalam larutan encer sebanding dengan

konsentrasi berbagai macam pereaksi yang masing-masingnya dipangkatkan

dengan jumlah mol pereaksi di dalam persamaan kimia yang setara. hal ini

kedengarannya terlaklu mudah, dan pada kenyataannya memang demikian. dalam

praktiknya, laju suatu reaksi kimia hanya bergantung pada beberapa konsentrasi,

dan jumlah perpengkatan konsentrasi ini di istilakan dengan order reaksi. Hal ini

dikarenakan reaksi kimia terjadi dalam beberapa langkah atau tahap (disebut

mekanisme) dan laju keseluruhan reaksi sering ditentukan oleh laju tahap yang

paling lambat (tidak mengherankan bila disebut dengan tahap penentu laju).

meskipun setiap tahap reaksi kimia lainnya terjadi dengan segera , laju reaksi

secara keseluruhan tidak dapat melebihi laju dari tahap yang paling tersebut

(Haryono, 2017).

2.4 Na-tiosulfat

Natrium tiosulfat (Na2S2O3) digunakan karena merupakan pereduksi yang

kuat untuk besi dan pereduksi ini mudah didapat. Diketahui bahwa natrium

tiosulfat (Na2S2O3) memiliki kemampuan yang lebih baik yakni dapat mereduksi

besi sebesar 77,95% daripada K2C2O4 yang mereduksi besi sebesar 72,77%

(Pangastuti, 2017).
2.4 KI

Iodium merupakan salah satu unsur penting dalam makanan yang sebagian

besar terdapat dalam bentuk senyawa kalium iodida (KI) dan kalium iodat (KIO3).

Senyawa KI merupakan senyawa yang stabil dan tidak mudah rusak. Kadar iodida

dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri berdasarkan reaksi reduksi-

oksidasi dan pembentukan kompleks Iod-amilum, dimana akan reaksi oksidasi

iodida menjadi iodium dengan menggunakan oksidator persulfat (Nisa, 2013).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Fisik II “Kinetika Kimia” yang dilaksanakan pada hari

Kamis, 21 Mei 2020, pukul 09:00 WITA sampai selesai. Bertempat di

Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Halu Oleo Kendari.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini gelas kimia 50 mL, labu takar

100 mL, pipet ukur 24 mL, tabung reaksi, filler, botol semprot, gelas ukur 25 mL,

stopwatch, botol semprot.

3.2 2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu kanji 0,5%, Natriumtio

Sulfat (Na2S2O3), Ammonium Peroksodisulfat (NH4)2S2O8 0,03 M, 0,04 M, 0,05

M, dan larutan Kalium Iodida (KI) 0,2 M, 0,3 M, 0,4M, dan 0,5 M

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pengukuran waktu reaksi ammonium peroksodisulfat

Dibilas semua alat menggunakan aquades. Kemudian masing-masing gelas

kimia diberi label A, B,dan C. Setelah itu, pada gelas kimia A dimasukkan 15 mL
ammonium peroksodisulfat 0,03 M, gelas kimia B 0,04, dan gelas kimia C 0,05

M. Kemudian pada masing-masing gelas kimia ditambahkan 1 mL kanji 0,5%, 5

mL natrium tiosulfat 0,01 M dan 15 mL Kalium Iodida 0,2 M. Setelah, itu

dihidupkankan stopwatch dan dihitung waktu yang dibutuhkan pada saat

pencampuran hingga terbentuk warna kecoklatan pada larutan.

3.3.2 Pengukuran waktu reaksi KI

Dibilas semua alat menggunakan aquades. Kemudian masing-masing gelas

kimia diberi label A, B,dan C. Setelah itu, pada masing-masing gelas kimia A, B,

dan C dimasukkan 15 mL Ammonium Peroksodisulfat 0,02 M, 1 mL kanji 0,5%,

5 mL natriumtio sulfat 0,01 M. Kemudian ditambahkan 15 mL Kalium Iodida 0,3

M pada gelas kimia A, 15 mL Kalium Iodida 0,4 M, dan 15 Kalium Iodida 0,5 M

Setelah, itu dihidupkankan stopwatch dan dihitung waktu yang dibutuhkan pada

saat pencampuran hingga terbentuk warna kecoklatan pada larutan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Data Pengukuran Waktu Reaksi Ammonium Peroksodisulfat


Volume Volu
[(NH4)2S
Volu Volume Na2S2O3( me [KI]
Percoba 2O8)] t
me KI (NH4)2S2 mL) Kanji awal
an awal (sekon)
(mL) O8 (mL) 0,5 % (M)
(M)
(mL)
1 15 15 5 1 0.2 0.03 207
2 15 15 5 1 0.2 0.04 149
3 15 15 5 1 0.2 0.05 124

4.1.2 Data Pengukuran Waktu Reaksi KI


Volume Volu
Volume Na2S2O3 me [KI] t
Percob Volume [(NH4)2S2O8)]
(NH4)2S2O8 (mL) Kanji awal (seko
aan KI (mL) awal (M)
(mL) 0,5 % (M) n)
(mL)
1 15 15 5 1 0.3 0.02 230
2 15 15 5 1 0.4 0.02 126
3 15 15 5 1 0.5 0.02 82

4.2 Pembahasan

Proses kinetika kimia yaitu proses yang berhubungan dengan reaksi kimia

yang dapat berlangsung dengan laju atau kecepatan yang berbeda-beda. Karena

reaksi berlangsung ke arah pembentukan hasil maka laju reaksi tak lain dari

pengurangan dari jumlah pereaksi persatuan waktu, atau penambahan jumlah hasil

reaksi persatuan waktu dan biasanya dimensi untuk waktu digunakan Laju reaksi

kimia secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sifat dari

konsentrasi suatu pereaksi, suhu, permukaan pereaksi dan katalisator menit atau

detik.
Pada kebanyakan laju reaksi diukur sebagai laju berkurangnya pereaksi atau

laju bertambahnya produk atau hasil reaksi yang biasa dinyatakan sebagai

persamaan laju atau hukum laju. Persamaan laju sangat sulit diperkirakan dari

persamaan reaksi sehingga perlu ditentukan melalui percobaan di laboratorium.

Dalam percobaan ini, hal yang dilakukan adalah metentukan tingkat reaksi

terhadap Fe3+ dalam FeCl3 dan menentukan tingkat reaksi terhadap I- dalam KI.

Yang masing-masing terdiri atas komposisi yang berbeda-beda. S2O82- dan I-

terbagi atas tiga wadah, untuk S2O82 terbagi atas wadah A, B dan C. Setelah itu,

pada gelas kimia A dimasukkan 15 mL ammonium peroksodisulfat 0,03 M, gelas

kimia B 0,04, dan gelas kimia C 0,05 M. Kemudian pada masing-masing gelas

kimia ditambahkan 1 mL kanji 0,5%, 5 mL natriumtio sulfat 0,01 M dan 15 mL

Kalium Iodida 0,2 M. Perbedaan warna yang didapat disebabkan karena

perbedaan volume yang digunakan pada masing-masing wadah.

Ketika dilakukan pencampuran larutan mengalami perubahan semua wadah,

yang dominan pertama adalah warna kuning dari S2O82- Ketika beberapa detik

larutan kembali menjadi bening. Hal ini disebabkan karena konsentrasi ion S2O82-

mulai berkurang. Perubahan warna ini juga disebabkan karena di dalam campuran

terjadi reaksi antara kecepatan reaksi Secara fisik, terlihat jelas bahwa waktu

yang diperlukan setiap campuran hingga terbentuk warna bevariasi, sehingga laju

reaksi setiap campiran pun bervariasi hal ini di akibatkan karena perbedaan

konsentasi yang di berikan pada setiap campuran. Pengaruh konsentrasi sangat

menentukan dalam laju suatu reaksi dimana konsentrasi yang tinggi maka laju

semakin cepat. berbeda-beda. Lamanya waktu yang digunakan untuk bereaksi


pada pada masing-masing larutan sampel terjadi warna biru kehitaman yang

disebabkan oleh perbedaan konsentrasi dari masing-masing larutan.

Untuk penentuan tingkat reaksi terhadap I-, perlakuannya sama dengan

penentuan tingkat reaksi terhadap Fe3+, tetapi perbedaan konsentrasi divariasikan

kembali. Waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi pada wadah C lebih cepat

dibandingkan dengan wadah yang lainnya. Perbedaan waktu ini disebabkan oleh

pengaruh perbedaan konsentrasi. Pada percobaan ini dapat dilihat bahwa semakin

tinggi suhu maka semakin cepat terjadi reaksi.

Pengaruh konsentrasi sangat menentukan dalam laju suatu reaksi dimana

konsentrasi yang tinggi maka laju semakin cepat. Perubahan yang kehitaman

dalam setiap wadah akibat adanya penambahan kanji/ amilum. Kanji merupakan

indikator untuk memberikan warna pada ion-ion yang akan dideteksi. Suatu

larutan dengan konsentrasi yang besar diikuti volume yang besar pula

mengandung partikel yang lebih rapat, jika dibandingkan dengan konsentrasi yang

kecil. Di dalam konsentrasi yang besar mengandung partikel yang lebih rapat

yang menyebabkan lebih mudah dan lebih sering partikel-partikel tersebut

bertumbukan, sehingga laju reaksi yang dihasilkan juga lebih besar dibandingkan

dengan konsentrasi yang kecil. Katalisator juga merupakan salah satu faktor yang

dapat mempercepat laju reaksi dan pada percobaan ini yang bertindak sebagai

katalisator adalah Na2S2O3.

Dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh konsentrasi akhir dari

masing – masing komponen berkurang dari konsentrasi awalnya, tingkat reaksi

pada S2O82- akhir adalah 0,004, 0,006 dan 0,007. Tingkat terhadap I - akhir adalah
0,13, 0,17 dan 0,21. Tingkat reaksi terhadap S2O82- dan I- adalah 218,5, 137,5 dan

103. Tetapan kecepatan reaksi adalah 0,0537. Tetapan kecepatan reaksi antara

S2O82- dan I- adalah 1,5.


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Tingkat reaksi pada S2O82- akhir adalah 0,004, 0,006 dan 0,007

2. Tingkat terhadap I- akhir adalah 0,13, 0,17 dan 0,21

3. Tingkat reaksi terhadap S2O82- dan I- adalah 218,5, 137,5 dan 103

4. Tetapan kecepatan reaksi adalah 0,0537

5. Tetapan kecepatan reaksi antara S2O82- dan I- adalah 1,5

5.2. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan dari percobaan ini yaitu


DAFTAR PUSTAKA

Endang, W. 2005. Pengaruh katalisator terhadap laju reaksi. Universitas Negeri


Yokyakarta. Yokyakarta
Haryono, 2017. Analisa Kinetika Reaksi Pembentukan Kerak CaCO 3-CaSO4
dalam Pipa Beraliran Laminar pada Suhu 300C dan 400C
Menggunakan Persamaan Arrhenius. Traksi. 17 (2).
Nisa Z. A., Sulistyarti H., Atikah, 2013. Penentuan Kadar Iodida Secara
Spektrofotometri Berdasarkan Pembentukan Kompleks Iod-amilum
Menggunakan Oksidator Persulfat. Kimia Student Journal. 1 (1).
Pangastuti D. D., Sugiarso K. S. D. R., Kurniawan F., 2017. Perbandingan
Kondisi Optimum Pereduksi Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) dan
Hidroksilamin Hidroklorida (NH2OH.HCl) Pada Analisis Kadar Total
Besi Secara Spektrofotometri UVVis. Jurnal Sains dan Seni ITS. 6 (1).
Saputra F., Fadli A., Amri A., 2016. Kinetika Reaksi pada Sintesis Hidroksiapatit
dengan Metode Presipitasi. Jom FTEKNIK. 3 (1).
LAMPIRAN I

ANALISIS DATA

1. Penentuan Tingkat Reaksi pada S2O82-

a. Penentuan [S2O82-] akhir

diketahui : volume awal = 5 mL, pada gelas kimia A

volume total = 36 mL

[S2O82-] awal = 0,03 M

volumeawal
[S2O82-] akhir = ׿
volumetotal

5 mL
= × 0,03 M
36 mL

= 0,004 M

Dengan cara yang sama, [S2O82-] akhir untuk konsetrasi kedua, ketiga,

dapat ditentukkan. Data disajikan pada tabel 1.

b. Penentuan laju reaksi S2O82-

pada gelas kimia A

Diketahui : [S2O82-]mula-mula = 0,03 M

[S2O82-]akhir = 0,004 M

trata-rata = 207 s

Reaksi yang terjadi adalah penguraian S2O82- menjadi produk sehingga

persamaan lajunya adalah:

- d ¿¿¿
-d ¿ ¿ ¿ = -0,00013

r1 = 0,00013 M/s

Dengan cara yang sama penentuan r2dan r3dapat ditentukan. data disajikan

pada tabel 1.

Tabel 1. Data [S2O82-]akhir dan harga laju reaksinya

No Vawal Vakhir [S2O82-]awal [S2O82-]akhir trat (s) r (M/s)


(mL) (mL) (M) (M)
1. 5 36 0,03 0,004 207 0,00013
2. 5 36 0,04 0,006 149 0,00023
3. 5 36 0,05 0,007 124 0,00035
2. Perhitungan pada I-

a. Penentuan [I-] akhir

Diketahui : volume awal = 15 mL

volume total = 36 mL

[I-] awal = 0,3 M

volumeawal
[I-] akhir = ׿
volumetotal

15 mL
= × 0,3 M
36 mL

= 0,13 M

Dengan cara yang sama, [I-] akhir untuk konsetrasi kedua, ketiga, keempat,

dna kelima dapat ditentukan. Data disajikan pada tabel 2.

b. Penentuan laju reaksi terhadap I-


Pada gelas kimia B

Diketahui : [I-] mula-mula = 0,3 M

[I-] akhir = 0,13 M

trata-rata = 230 s

Reaksi yang terjadi adalah reaksi penguraian I- menjadi produk sehingga

persamaan lajunya adalah:

- d ¿¿¿

-d ¿ ¿ ¿ = -0,00074 M/s

r1 = 0,00074 M/s

Dengan cara yang sama, penentuan r2 dan r3dapat ditentukan. Data

disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Data [I-]akhir dan harga lajunya.

No Vawal (mL) Vakhir [I-]awal [I-]akhir trat (s) r (M/s)


(mL) (M) (M)
1. 15 36 0,3 0,13 230 0,00074
2. 15 36 0,4 0,17 126 0,00183
3. 15 36 0,5 0,21 82 0,00354

3. Penentuan Orde Reaksi S2O82-dan I- dengan laju rata-rata S2O82-terhadap

I-

a. Penentuan laju reaksi rata-rata (rrata-rata)

r ¿
rrata-rata 1 = 1 S2 O
2−¿
+
r1 I
−¿

¿
8
2

0,00013+0,00074
=
2

= 0,00044 M/s
Dengan cara yang sama, rrata-rata data selanjutnya dapat ditentukan. Data

disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Data rrata-rataS2O82-dengan I-


No r I- r S2O82- rrat (M/s)
(M/s) (M/s)
1. 0,00074 0,0001 0,00044
3
2. 0,00183 0,0002 0,00103
3
3. 0,00354 0,0003 0,00195
5

b. Penentuan trata-rata antara S2O82-dan I-

Waktu rata-rata ditentukan dengan menjumlahkan waktu rata-rata S2O82-

dan I- dibagi banyaknya data yang digunakan. Data ini digunakan untuk

menentukan orde reaksi S2O82-dan I-.

diketahui : trata-rata 1 S2O82- = 207 s

trata-rata 1 I- = 230s

−¿
I
2−¿+t rat ¿
trata-rata reaksi = t S O 2
¿
rat 2 8

207+230
=
2

= 218,5s

Dengan cara yang sama, trat reaksi selanjutnya dapat ditentukan. Data

disajikan pada tabel 4.


Tabel 4. Data rrata-rata reaksi S2O82-dan I-

No trata-rata trata-rata I- trata-rata reaksi


S2O82- (s) (s) S2O82-dan I- (s)
1. 207 230 218,5
2. 149 126 137,5
3. 124 82 103

c. Penentuan orde reaksi S2O82-

Diketahui: trata-rata 1 = 218,5 s [I-]akhir 1 = 0.13 M

trata-rata 3 = 103s [I-]akhir 3 = 0.21 M

[S2O82-]akhir 1 = 0,004M

[S2O82-]akhir 3 = 0,007M

Dengan menggunakan data 1 dan 3 untuk trata-rata, [S2O82-]akhir, dan [I-]akhir

maka orde reaksi dapat ditentukan.

t1
= ¿¿
t3

218,5 0.007 x 0.21 y

103
=
0.004
×(0.13 ) ( )
2,121 = (1,75)x × (1,62)y

log 2,121 = x log 1,75 + y log 1,62

0,33 = 0,24x + 0.21y……………(persamaan 1)

Persamaan 2 ditentukan pada data 2 dan 1.


diketahui: trata-rata 1 = 218,5 s [I-]akhir 1 = 0.13 M

trata-rata 2 = 137,5s [I-]akhir 2 = 0.17 M

[¿ ¿]akhir 1 = 0.004 M

¿ ¿]akhir 2 = 0.006 M

t1
= ¿¿
t2

218,5 0.006 x 0.17 y


= (
137,5 0.004
×
0.13 ) ( )
1,59 = (1,5)x × (1,3)y

log 1,59 = x log 1,5 + y log 1,3

0,2 = 0,18x + 0,11y……………………(persamaan 2)

Eliminasi persamaan 1 dan 2:

0,33 = 0,24x + 0.21y ………..1 × 3

0,2 = 0,18x + 0,11y ………..2 - × 4

0,99 = 0,72x + 0,63y

0,8 = 0,72x + 0,44 y –

0,19 = 0 + 0,19y

0,19y = 0.19
y=1

Dengan y merupakan orde reaksi dari I- sehingga orde reaksinya adalah 1.

Dengan menggunakan persamaan 1 maka nilai x atau nilai orde reaksi

S2 O 82−¿ ¿dapat ditentukan dengan subtitusi nilai y.

0,33 = 0,24x + 0.21y

0,33 = 0,24x + 0.21 (1)

0,33 = 0,24x + 0.21

0,33 - 0.21 = 0,24x

0,12 = 0,24x

x = 0,5

Orde total reaksi antara S2 O 82−¿ ¿dan I- yaitu:

Orde total = x + y

= 0,5 + (1)

= 1,5

d. Penentuan harga tetapan laju reaksi

Dengan menggunakan data nomor 1 pada tabel 3 untuk rtotal, [S2 O 82−¿ ¿]akhir,

dan [I-]akhir.

r1 = k [S2 O 82−¿ ¿]x × [I-]y

0,00044 = k (0.004)0,5 × (0.13)1

0,00044= k 0,06325 × 0.13


0,00044= k 0,0082

k = 0,0537
LAMPIRAN II

DIAGRAM ALIR

1. Pengukuran waktu reaksi ammonium peroksodisulfat

5 mL Na2S2O3 0,01 M + 15 mL
Kalium Iodida 0,2 M + 1 mL kanji
5%

Gelas kimia Gelas kimia Gelas kimia


A B C

- Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan

15 mL (NH4)2S2O8 15 mL (NH4)2S2O8 15 mL (NH4)2S2O8


0,03 M 0,04 M 0,05 M

- Dicatat waktu yang dibutuhkan


tiap campuran sampai terbentuk
warna kecoklatan

Warna larutan
kecoklatan
2. Pengukuran waktu reaksi KI

5 mL Na2S2O3 0,01 M + 15 mL
(NH4)2S2O8 0,02 M + 1 mL kanji
5%

Gelas kimia Gelas kimia Gelas kimia


A B C

- Ditambahkan - Ditambahkan - Ditambahkan

15 mL KI 0,3 M 15 mL KI 0,4 M 15 mL KI 0,5 M

- Dicatat waktu yang dibutuhkan


tiap campuran sampai terbentuk
warna kecoklatan

Warna larutan
kecoklatan
LAMPIRAN III

REAKSI KIMIA

(NH4)2S2O8 +  KI + Na2S2O3 → (NH4)2S2O3 + 2NaI + K2S2O8


LAMPIRAN IV

TUGAS RESPON

1. Jelaskan pengertian dari kinetika kimia.

2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

3. Bagaimana peranan energy aktifasi terhadap laju reaksi.

4. Jelaskan beberapa kegiatan berikut pada percobaan:

a. Penambahan natriumtio sulfat

b. Penambahan larutan kanji

5. Jelaskan metode yang digunakan dalam menentukan ordereaksi.

Jawaban :

1. Kinetika kimia adalah salah satu cabang ilmu kimia yang mengkaji

mengenai seberapa cepat suatu reaksi kimia berlangsung. Dari berbagai

jenis reaksi kimia yang telah dipelajari para ilmuwan, ada yang

berlangsung dalam waktu yang sangat singkat (reaksi berlangsung cepat),

seperti reaksi pembakaran gas metana. Di sisi lain, ada pula reaksi yang

berlangsung dalam waktu yang lama (reaksi berlangsung lambat), seperti

reaksi perkaratan (korosi) besi. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dapat

dinyatakan dalam besaran laju reaksi.

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu:

a. Konsentrasi Reagen
Konsentrasi memainkan peran yang sangat penting dalam laju reaksi,

karena dengan meningkatnya konsentrasi reagen, tumbukan terjadi lebih

sering dan dengan demikian laju reaksi lebih cepat. Semakin rendah

konsentrasi reagen, semakin rendah tumbukan antar partikel, sehingga laju

reaksi lebih rendah.

b. Temperatur

Temperatur juga berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Jika

temperatur dalam suatu reaksi terus meningkat, partikel bergerak lebih

aktif, sehingga tumbukan terjadi lebih sering dan laju reaksi meningkat.

Sebaliknya, jika suhu diturunkan, partikel menjadi kurang aktif, sehingga

laju reaksi lebih lambat.

c. Tekanan

Banyak reaksi adalah reagen dalam bentuk gas. Kecepatan reagen

semacam itu juga dipengaruhi oleh tekanan. Dengan menambahkan

tekanan dengan mengurangi volume, konsentrasi meningkat, sehingga

meningkatkan laju reaksi.

d. Katalisator

Katalis adalah zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu

tanpa mengalami perubahan atau digunakan oleh reaksi itu sendiri. Katalis

berperan dalam reaksi, tetapi bukan sebagai reaktan atau produk. Katalis

memungkinkan reaksi yang lebih cepat atau suhu reaksi yang lebih rendah

karena perubahan yang disebabkan oleh reagen. Katalis menyediakan jalur


yang disukai dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis

mengurangi energi yang dibutuhkan untuk reaksi.

e. Sentuh permukaan

Permukaan kontak memainkan peran yang sangat penting dalam laju

reaksi, karena semakin besar tumbukan, yang terjadi lebih sering, semakin

besar luas permukaan kontak antara partikel, di mana laju reaksi lebih

cepat. Semakin kecil luas permukaan bidang kontak, semakin kecil

benturan yang terjadi antara partikel, sehingga kecepatan reaksi lebih

rendah.

3. Peranan energy aktifasi terhadap laju reaksi yaitu:

Energi aktivasi yang tinggi membuat reaksi sulit terjadi dan laju reaksi

rendah. Sementara energi aktivasi rendah (seperti aibat pengaruh katalis)

membuat reaksi lebih mudah terjadi dan laju reaksi meningkat. Energi

aktivasi dari suatu reaksi merupakan batas energi yang diperlukan dalam

suatu tumbukan antara partikel-partikel pereaksi, agar bisa menjadi

tumbukan efektif dan menyebabkan pereaksi diubah menjadi produk

reaksi.  Energi aktivasi menjelaskan kenapa bahan di sekitar kita tidak

semua langsung bereaksi ketika bersentuhan. Hal ini karena tumbukan

molekul yang terlalu rendah dibandingkan energi aktivasi. Suhu

menentukan energi kinetik dan kecepatan tumbukan partikel. Sehingga

dengan suhu tinggi, energi ini meningkat melebihi energi aktivasi, yang

membuat laju reaksi meningkat pada suhu tinggi. Dengan menurunkan


energi aktifasi, semakin banyak tumbukan yang menghasilkan reaksi dan

semakin cepat pula akhirnya laju reaksi terjadi.

4. beberapa kegiatan berikut pada percobaan:

a. Penambahan natriumtio sulfat

Penambahan natriumtio sulfat digunakan sebagai pereaksi pembatas

dengan mereaksikannya I3-. Selain itu juga berfungsi untuk mencegah

terbentuknya ion kompleks sehingga tidak mengganggu reaksi

selanjutnya.

b. Penambahan larutan kanji

Penambahan larutan kanji berfungsi untuk mengetahui adanya ion I 3-

dalam larutan apabila terbentuk warna biru pada larutan. Dalam hal ini

penggunaan amilum (kanji) dikarenakan ion tiosulfat dalam hal ini

lebih kuat pereaksinya dibandingkan dengan amilum tersebut dapat

menyebabkan warna larutan kembali seperti warna semula.

5. Metode yang digunakan dalam menentukan orde reaksi yaitu:

a. Metode integral

b. Metode grafik
LAMPIRAN V

JURNAL

Anda mungkin juga menyukai