Disusun oleh :
2. Homeostasis
Homeostasis sangat penting dikarenakan sel dan jaringan tubuh hanya akan
tetap hidup dan berfungsi secara efisien apabila kondisi internal dapat
dipertahankan dengan baik. Sistem kontrol homeostatik dikelompokkan menjadi
2 kelas kontrol yaitu sebagai berikut (Chalik, 2016);
Manusia sebagai makhluk yang holistik merupakan makhluk yang utuh terdiri
dari aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual atau sering kali disebut
dengan makhluk biopsikososialspiritual. Sebagai makhluk biologis manusia
terdiri dari sistem organ tubuh yang digunakan untuk mempertahankan
hidupnya, mulai dari lahir, tumbuh kembang hingga meninggal. Sebagai
makhluk psikologis manusia mempunyai struktur kepribadian, tingkah laku
sebagai manifestasi kejiwaan, kemampuan berpikir serta kecerdasan. Sebagai
makhluk sosial manusia hidup bersama orang lain, saling membutuhkan satu
sama lainnya untuk keberlangsungan hidup yang dijalani. Sebagai makhluk
spiritual manusia memiliki keyakinan, pandangan hidup serta dorongan hidup
yang sejalan dengan keyakinan yang diyakininya. Dimana pada keempat unsur
tersebut tidak dapat dipisahkan, gangguan pada salah satu aspek maka
ancaman terhadap aspek lainnya. Manusia mempunyai beberapa kebutuhan
dasar yang harus terpenuhi apabila ingin dalam keadaan sehat dan seimbang.
Kebutuhan dasar manusia adalah unsur-unsur yang dibutuhkan untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis dan psikologis yang memiliki tujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Kasiati dan Rosmalawati,
2016).
1. Kebutuhan Fisiologis
A. Sistem Saraf Kranial
1) Fungsi saraf kranial I (N Olvaktorius)
Pastikan rongga hidung tidak tersumbat oleh apapun dan cukup
bersih. Lakukan pemeriksaan dengan menutup sebelah lubang hidung
klien dan dekatkan bau-bauan seperti kopi dengan mata tertutup klien
diminta menebak bau tersebut. Lakukan untuk lubang hidung yang
satunya.
2) Fungsi saraf kranial II (N. Optikus)
Catat kelainan pada mata seperti katarak dan infeksi sebelum
pemeriksaan. Periksa ketajaman dengan membaca dan diberi jarak.
3) Fungsi saraf kranial III, IV, VI (N. Okulomotoris, Troklear dan
Abdusen)
Pada mata diobservasi apakah ada odema palpebra, hiperemi
konjungtiva, dan ptosis kelopak mata. Pada pupil diperiksa reaksi
terhadap cahaya, ukuran pupil, dan adanya perdarahan pupil Pada
gerakan bola mata diperiksa enam lapang pandang (enam posisi
cardinal) yaitu lateral, lateral ke atas, medial atas, medial bawah lateral
bawah. Minta klien mengikuti arah telunjuk pemeriksa dengan
bolamatanya
4) Fungsi saraf kranial V (N. Trigeminus)
Fungsi sensorik diperiksa dengan menyentuh kulit wajah daerah
maxilla, mandibula dan frontal dengan menggunakan kapas. Minta
klien mengucapkan ya bila merasakan sentuhan, lakukan kanan dan
kiri. Diameter pupil normal kira-kira 3 – 4 mm.
Pemeriksaan motorik dilakukan dengan mengatupkan rahang dan
merapatkan gigi periksa otot masester dan temporalis kiri dan kanan
periksa kekuatan ototnya, minta klien melakukan gerakan mengunyah
dan lihat kesimetrisan gerakan mandibula.
5) Fungsi saraf kranial VII (N. Fasialis)
Fungsi sensorik dengan mencelupkan lidi kapas ke air garam dan
sentuhkan ke ujung lidah, minta klien mengidentifikasi rasa ulangi
untuk gula dan asam Fungsi motorik dengan meminta klien tersenyum,
bersiul, mengangkat kedua alis berbarengan, menggembungkan pipi.
Lihat kesimetrisan kanan dan kiri. Periksa kekuatan otot bagian atas
dan bawah, minta klien memejamkan mata kuat-kuat dan coba untuk
membukanya, minta pula klien utnuk menggembungkan pipi dan tekan
dengan kedua jari.
6) Fungsi saraf kranial VIII (N. Vestibulokoklear)
Test pendengaran menggunakan weber test dan rhinne test Cabang
choclear dengan romberg test dengan cara meminta klien berdiri tegak,
kedua kaki rapat, kedua lengan disisi tubuh, lalu observasi adanya
ayunan tubuh, minta klien menutup mata tanpa mengubah posisi, lihat
apakah klien dapat mempertahankan posisi.
Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan
tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera
pindahkan garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita
menanyakan kepada pasien apakah bunyi garputala didepan meatus
akustikus eksternus lebih keras dari pada dibelakang meatus skustikus
eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika pasien mendengar
didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne
negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus
lebih lemah atau lebih keras dibelakang.
7) Fungsi saraf kranial IX dan X (N. Glosofaringeus dan Vagus)
Minta klien mengucapkan aa lihat gerakan ovula dan palatum,
normal bila uvula terletak di tengan dan palatum sedikit terangkat.
Periksa gag refleks dengan menyentuh bagian dinding belakang faring
menggunakan aplikator dan observasi gerakan faring. Periksa aktifitas
motorik faring dengan meminta klien menelan air sedikit, observasi
gerakan menelan dan kesulitan menelan. Periksa getaran pita suara saat
klien berbicara.
8) Fungsi saraf kranial XI(N. Asesoris)
Periksa fungsi trapezius dengan meminta klien menggerakkan
kedua bahu secara bersamaan dan observasi kesimetrisan gerakan.
Periksa fungsi otot sternocleidomastoideus dengan meminta klien
menoleh ke kanan dan ke kiri, minta klien mendekatkan telinga ke bahu
kanan dan kiri bergantian tanpa mengangkat bahu lalu observasi
rentang pergerakan sendi Periksa kekuatan otot trapezius dengan
menahan kedua bahu klien dengan kedua telapak tangan dan minta
klien mendorong telapak tangan pemeriksa sekuat-kuatnya ke atas,
perhatikan kekuatan daya dorong. Periksa kekuatan otot
sternocleidomastoideus dengan meminta klien untuk menoleh kesatu
sisi melawan tahanan telapak tangan pemeriksa, perhatikan kekuatan
daya dorong
9) Fungsi saraf kranial XII (N. Hipoglosus)
Periksa pergerakan lidah, menggerakkan lidah kekiri dan ke kanan,
observasi kesimetrisan gerakan lidah Periksa kekuatan lidah dengan
meminta klien mendorong salah satu pipi dengan ujung lidah, dorong
bagian luar pipi dengan ujung lidah, dorong kedua pipi dengan kedua
jari, observasi kekuatan lidah, ulangi pemeriksaan sisi yang lain.
B. Sistem Muskuloskeletal
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan meliputi:
a. Kepala dan Leher
1. Palpasi sendi tempomandibular ketika pasien membuka dan
menutup rahang
2. Palapsi tulang belakang servikalis
3. Uji batas gerak leher dalam Fleksi, ekstensi, rotasi, dan
membengkokan kepala kea rah lateral
b. Pergelangan tangan dan tangan
1. Membuat kepalan pada setiap tangan dan melurkan jari-jari
2. Fleksi-ekstensi pergelangan tangan
3. Membalikan tangan kearah lateral dan medial
4. Ekstensi tangan dan pergelangan tangan
5. Palpasi sendi Interfalang distal dan proksimal, sendi
metakarpofalangeal, dan sendi pergelangan tangan
c. Siku
1. Fleksi dan Ekstensi Siku
2. Pronasi dan supinasi telapak tangan
3. Inspeksi dan palpasi:
a) Prososus olekranon
b) Lekukan di senci siku
c) Epikondile medial dan lateral
d) Permukaan ekstensor dan ulna
d. Bahu
1. Mengangkat kedua tangannya ke arah vertikal
2. Abduksi dan adduksi eksternal
3. Rotasi internal
4. Inspeksi bahu dan pangkal bahu dari depan dan belakang
5. Palpasi terhadap nyeri tekan
e. Pergelangan Kaki Dan Tungkai
1. Inspeksi sendi pergelangan kaki
2. Palpasi setiap sendi
3. Raba sepanjang tendon achiles
4. Tekan sendi metatarsalsofalangeus, palpasi setiap sendi antara ibu
jari dan jari klien
5. Kaji batas gerak
a) Dorsefleksi dan plantarfleksi terhadap pergelangan
b) Stabilkan pergelangan kakidengan satu tangan dan putar
kedalam dan keluar tumit
c) Stabilkan tumit dan putar ke dalam dan keluar telapak
kakidepan
d) Fleksikan jari-jari kaki terhadap sendi metatarsofa angeus
f. Lutut dan Pinggul
1. Inspeksi dan palpasi masing-masing lutut
2. Area kantung suprapatelar
3. Rongga pada masing-masing sisi patela
4. Kaji kompartemen patelofemolar
a) Tekan pada patela gerakan terhadap femur yang mendasarinya
b) Tekan patela ke arah cistal dan minta klien untuk
mengencangkan lutut terhadap meja
c) Dengar lutut pasien difleksikan 90-, palpasi sendi tibiofemolar
g. Priksa Rentang Gerak
1. Fleksi pacla pinggul dan lutut
2. Rotasi di pinggul baik internal maupun eksternal
3. Abduksi pada pinggul
h. Palpasi area berikut:
1. Sendi pinggul dan bursa ileopektineal, latteral terhadap denyut
femoralis
2. Bursa trokanterik, pada trokantor mayor dari femur
3. Bursa ikstial, superfisial terhadap tuberositas iskial
4. Amati tiap deformitas lutut dan kaki ketika klien berdiri
i. Tulang Belakang
Langkah inspeksi:
1. Pemeriksaan batang tubuh dari pandangan posterior, anterior, dan
lateral.
2. Perawat berdiri dibelakang pasien
3. Perhatikan setiap perbedaan tinggi bahu dan Krista silica,
kesimetrisan bahu dan pinggul,kelurusan tinggi tulang belakang.
j. Cara Berjalan
Cara berjalan dikaji dengan meminta pasien untuk berjalan dan perawat
mengamati cara berjalan mengenai kehalusan dan iramanya. Kasus
yang sering ditemukan:
1. Pincang biasa terjadi karena nyeri akibat menyangga beban tubuh
atau salah satu ekstermitas lebih pendek dari yang lain.
2. Kondisi neurologis seperti spastic pada pasien hemiparesis stroke,
selangkah selagkah pada pasien lower motor neuron, dan cara
berjalan bergetar pada pasien Parkinson.
C. Sistem Integumen
Pemeriksaan fisik pada sistem integument:
a. Kulit
Menurut Smith, Duell, & Martin (2008), inti dari pemeriksaan
integritas kulit adalah dengan melakukan:
1. Mengkaji tanda kerusakan kulit dan adanya erupsi lesi;
2. Mengkaji warna kulit;
3. Memeriksa penurunan turgor kulit;
4. Mengevaluasi adanya keluhan gatal dan mati rasa,
5. Mengevaluasi tekstur kulit:
6. Mengkaji higenilas secara umum:
7. Melakukan observasi peningkatan atau penurunan pigmentasi dan
perubahan warna.
8. Mengevaluasi kondisi klien untuk menentukan apakah
kemungkinan memerlukan bantuan peralatan yang sesuai atau
model bed atau kasur khusus.
Periksa seluruh permukaan kulit dibawah cahaya yang baik lalu
Inspeksi dan palpasi setiap area. Perhatikan :
1. Warna kulit
Normal: Saat di inspeksi kulit nampak lembab, Jika ditemukan
kemerahan itu merupakan hal yang disebabkan kulit sering terpapar
cahaya matahari yang berlebihan sehingga berpigmen elek
vasodilatasi yang ditimbulkan oleh demam sengatan matahari dan
inflamasi yang menimbulkan bercak kemerahan pada kulit.
Abnormal:
2. Tekstur kulit
Palpasi tekstur kulit dengan cara mengelus secara lembut dengan
ujung jari. Normal: Lembut dan elastis pada orang dewasa dan anak
anak, untuk orang tua umumnya kulit keriput karena kekurangan
kolagen, lemak, subkutan, dan kelenjar keringat.
3. Turgor
Diukur dengan tekan berapa lama kulit dan jaringan dibawahnya
kembali ke bentuk awal setelah ditarik kembali ke bentuk awal
setelah ditarik. Normalnya kembali < 3 detik. Abnormal: Nampak
tegang karena odema dan adanya atrofi.
4. Kelainan/lesi kulit
Normal : Tidak terdapat lesi
Abnormal: Terdapat lesi kulit, tentukan :
a. Bentuk Lesi
1) Lesi Primer : Bulla, macula, papula, plaque, nodula, pigmentasi,
hypopigmentasi, pustula.
2) Lesi Sekunder : Tumor, crusta, fissura, erosi, vesikel,
eskoriasi,lichen.likası, scar, ulceratif.
b. Distribusi dan konfigurasinya : General, Unilateral, Soliter,
Bergerombol.
5. Temperatur
Dikaji dengan dursal tangani.
Normal. Saat diraba hangat secara keseluruhan. Bila ada hipertermi
atau hipotermi, bandingkan dengan bagian opposite.
Abnormal: kulit teraba dingin (kurang oksigen atau sirkulasi tidak
adekuat), temperature meningkat (tanda infeksi)
6. Bau
Pada kulit normal, kulit bebas dari bau yang tidak mengenakan.
Bau yang lajar secara nonnal akan ditemukan pada peningkatan
produksi keringat pada area aksila dan lipat paha atau bau yang
disebabkan karena adanya luka terbuka ataupun kurangnya
perawatan hygiene dari pasien.
7. Kelembapan kulit
Kulit normal: halus dan kering
Palpasi unung jari dengan tangan kosong untuk merasakan adanya
kekeringan dan adanya tampilan flacking (butiran seperti ketombe
ketika kulit digosok ringan). Hal ini menandakan kulit terlalu
kering
8. Suhu
Palpasi menggunakan punggung tangan
Normalnya kulit terasa hangat
9. Pemeriksaan luka
Perawat dapat melakukan pemeriksaan luka dengan metode
inspeksi dan palpasi untuk mendapatkan data tentang luka yang
meliputi:
a. Perdarahan
b. Proses inflamasi (kemerahan & pembengkakan)
c. Proses granulasi jaringan (yaitu menurunnya reaksi inflamasi
pada saat pembekuan berkurang)
d. Jaringan parut atau bekas luka (scar) akibat fibroblas dalam
jaringan granulasi mengeluarkan kolagen yang membentuknya
serta berkurangnya ukuran parut yang merupakan indikasi
terbentuknya keloid.
e. Benda asing atau bahan2 pengontaminasi pada luka, misal:
tanah, pecahan kaca atau benda asing lain.
f. Ukuran, kedalaman dan lokasi luka.
g. Drainase, pembengkakan, bau yang kurang sedap dan lokasi
nyeri pada daerah luka.
b. Kuku
Pemeriksaan kuku dilakukan dengan melakukan inspeksi terhadap
warna, hentuk, dan keadaan kuku. Adanya jari tubuh (clubbed fingers)
dapat menunjukkan penyakit pernafasan kronis, atau penyakit jantung.
Bentuk kuku yang cekung atau cembung menunjukkan adanya cedera
defisiensi besi, atau infeksi. Inspeksi dan palpasi kuku jari tangan dan
kaki. Perhatikan:
1. Warna: Sianosis, pucat. Ikterik.
2. Bentuk: Jari tubuh (clubbing)
3. Adanya lesi: Paronkia, anikolisis
c. Rambut
Dalam keadaan normal, bulu halus (vclus) menutupi semua bagian
tubuh kecuali telapak tangan dan kaki, serta permukaan labia dalam.
Rambut yang kering. rapuh, dan kekurangan pigmen dapat
menunjukkan adanya kekurangan gizi. Rambut yang jarang atau
tumbuh kurang subur dapat menunjukkan adanya malnutrisi. Penyakit
hipotiroidisme, elek obat dan lain-lainnya. Inspeksi dan palpasi rambut:
1. kuantitas: Tipis, tebal
2. Distribusi : Alopesia sebagian atau tota.
3. Tekstur: Ilalus, kasar.
D. Sistem Respirasi
Inspeksi yang biasa ditemui pada masalah respirasi ialah Mata:
xantelasma, arkus kornea, konjuntiva pucat atau sianosis, terdapat pelekta
di konjungtiva. Mulut dan bibir: membrane mukosa sianosis, bernafas
dengan mulut. Vena di leher: distensi. Dada: Retraksi, tidak simetris. Kulit:
sianosis, turgor kulit berkurang, edema dependen atau periorbital. Ujung
jari dan bantalan kuku: sianosis, hemoragi pada tulang matakarpal, jari
tabuhObservasi pergerakan dada untuk menilai kekuatan pasien saat
melakukan inspirasi dan ekspirasi. Normalnya pergerakan antara dada
kanan dan kiri sama dan tidak ada keterlambatan. Selain itu, perlu
dilakukan pengkajian mengenai cara bernafas pasien misalnya melalui
hidung, mulut, atau adanya penggunaan otot bantu pernafasan. Normalnya
seseorang akan melakukan pernafasan menggunakan hidung. Inspeksi
Perkusi dilakukan untuk mengetahui bunyi paru apakah ada
permasalahan seperti ada efusi pleura atau permasalahan lain. Pada perkusi
thorax dilakukan di semua lapang paru dan bunyi normal yang dihasilkan
adalah suara sonor.
Auskultasi digunakan untuk menentukan suara nafas paru normal
apabila dilakukan pengkajian menggunakan pemeriksaan fisik akan
terdengar suara seperti vesikuler pada bagian seluruh lapang paru,
trakeal pada bagian trakea, bronkial pada bagian manubrium,
pneumonia lobaris, dan bronkoverikuler pada bagian ruang ICS I dan
II baik kanan maupun kiri serta pada area interscapula bagian belakang
yang mana terdapat ovelap antara parenkim paru dengan bronkus besar.
E. Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan kardiovaskuler dilakukan pada beberapa area misalnya
aorta, apeks, katup tricuspid di ventrikel kanan, dan epigastric. Hal yang
dilakukan pertama kali adalah dengan menilai bentuk precordium, denyut
nadi pada dada, denyut vena, dan iktus kordis. Normalnya belah dada
(precordium) adalah simetris tdak cekung atau menggembung. Denyut nadi
pada dada dapat kita lihat dengan memperhatikan pericordium di samping
sternum yang bergerak secara teratur naik dan turun untuk menemukan
adanya kelainan pada ventrikel. Denyut vena normalnya tidak dapat
ditemukan pada bagian dada depan atau belakang apabila kita inspeksi.
Iktus kordis dapat ditemukan apabila seseorang duduk atau tidur terlentang
di ruang ICS V. Pada keadaan normal iktus kordis dapat terlihat berupa
tonjolan kecil dan local (Bella, 2018).
Palpasi dilakukan pada apeks jantung untung menilai pulsasi jantung.
Normalnya luas pulsasi tidak lebih dari 1-2 cm. Palpasi juga dilakukan
untuk mengetahui kuat tidaknya iktus kordis. Pada keadaan normal iktus
kordis ditemukan pada ICS V kiri sedikit ke arah medial (Bella, 2018).
Perkusi dilakukan untuk menilai batas jantung. Suara batas kiri dan kanan
jantung normal berubah dari sonor ke redup.
Auskultasi dilakukan pada area mitral (ICS V midklavikula), tricuspid
(ICS IV sternalis kiri), pulmonal (ICS II sternalis kiri), dan aorta (ICS II
sternalis kanan).
- Kandung kemih
Pertama lakukan perkusi pada area diatas kandung kemih, dimulai
dari 5cm diatas simfisis, kemudian untuk mendeteksi perbedaan
bunyi, perkusi kearah dasar kandung kemih, apanila berisi urin
maka akn menghasilkan bunyi pekak.
6) Auskultasi
Teknik mendengarkan suara pada bagian abdomen menggunakan alat
stetoskop disebut auskultasi. Auskultasi bagian atas sudur
kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Apabila terdengar bunyi
bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi
adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis).
G. Sistem Pencernaan
Pemeriksaan fisik abdomen, pada pemeriksaan abdomen auskultasi
dilakukan sebelum melakukan palpasi dan perkusi agar hasil pemeriksaan
auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan manipulasi pada
bagian abdomen. Apabila dilakukan palpasi dan perkusi terlebih dahulu,
maka dapat mengubah frekuensi dan karakter bising usus.
a) Inspeksi
Pemeriksaan inspeksi dilakukan pada pasien dengan posisi tidur
telentang dan diamati dengan seksama pada bagian dinding abdomen,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Keadaan kulit pasien, warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman),
elastisitasnya (menurun pada orang tua dan seseorang yang mengalami
dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites), dan adanya bekas-bekas
garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut
(tentukan lokasinya), striae (gravidarum/cushing syndrome), pelebaran
pembuluh darah vena (obstruksi vena kaca inferior dan kolateral pada
hipertensi portal).
- Kemudian lihat besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau
scaphoid (cekung).
- Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local, gerakan dinding
abdomen pada perionitis terbatas.
- Pembesaran organ atau tumot, dilihat dari lokasinya dapat diperkirakan
organ apa atau tumor apa?
- Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus,
terlihat pada dinding abdomen dan bentuk usus juga terlihat.
- Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering
memberikan gambaran pulsasi di daerah epigastrium umnilical.
- Kemudian perhatikan juga gerakan pasien:
a. Pasien sering mengubah posisi, indikasi adanya obstruksi usus
b. Pasien sering menghindari gerakan, indikasi adanya iritasi
peritoneum generalisata.
c. Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen
berkurang/relaksasi, indikasi adanya peritonitis.
d. Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur
pada saat nyeri, indikasi adanya pankrearitis parah
b) Auskultasi
Kegunaan auskultasi yaitu untuk mendengarkan suara peristaltik usus
dan bising pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit.
1. Mendengarkan suara peristaltik usus. Diafragma stetoskop
diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan ke seluruh
bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya
gerakan cairan dan udara dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-
34 kali/ menit.
- Bila terdapat obstruksi usus, peristaltik meningkat disertai rasa
sakit (borborigmi).
- Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak membesar dan
tegang, peristaltik lebih tinggi seperti dentingan keping uang
logam (metallic-sound).
- Bila terjadi peritonitis, peristaltik usus akan melemah,
frekuensinya lambat, bahkan sampai hilang.
2. Mendengarkan suara pembuluh darah. Bising dapat terdengar pada
fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase. Misalnya pada
aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada
hipertensi portal, terdengar adanya bising vena (venous hum) di
daerah epigastrium.
c) Palpasi
a. Inspeksi
c. Perkusi
d. Auskultasi
signifikan, seperti
pada pasien
yang mengalami
iritasi peritoneum,
iskemia usus atau
organ perut
(testis, ovarium,
limpa), pemeriksa
harus
menggunakan
pendekatan yang
lebih lembut
(Perry Poter,
2009).
Rectal Toucher 1. Perdarahan saluran 1. Jika pasien
cerna bagian bawah. mengalami
2. Hemorrhoid, gangguan sistem
prolaps rekti. kekebalan yang
3. Ca Recti, Tumor berisiko infeksi
anus dan berpotensi
4. Ileus Obstruktif dan mengancam serta
ileus paralitik. dicurigai adanya
5. Peritonitis. infeksi prostat,
BPH & Ca maka pemeriksaan
prostat. ditunda karena
dapat
menyebabkan
penyebaran
bakteri di aliran
darah.
2. Pasien yang
mengalami
imunosupresi
(penurunan reaksi
antibodi akibat
kerusakan organ)
3. Anus
imperforate
(kelaian
kognital yang
menyebabkan
anus tak
terbentuk
sempurna)
4. Prolaps wasir
internal trombosis
5. Penyempitan anus
15. timah
1. Alat
a. Sarung tangan
c. Kaca mulut
e. Stetoskop
Stetoskop digunkan pada saat melakukan auskultasi.
Alat sendok dipakai pada saat meletakan rasa untuk mengecek indra
pengecap.
h. Penggaris
Untuk mengukur nilai JVP
i. Kasa
j. Klem Kelly
k. Refllex Hammer
2. Bahan
a. Gula
d. Kopi
1) Rambut
Tujuan :
a) Untuk mengetahui warna, tekstur, dan percabangan pada rambut;
b) Untuk mengetahui kebersihan rambut, dan
c) Untuk mengetahui kekuatan akar rambut
Tindakan :
a) Inspeksi
Lakukan dengan melihat rambut kotor atau tidak, warna rambut,
dan kebersihan kulit kepala.
b) Palpasi di
Lakukan dengan memegang rambut, mudah rontok/tidak, tekstur
kasar/halus.
Normal :
1. Rambut bersih
4. Tekstur halus.
2) Kulit
Tujuan :
3) Kuku
Tujuan :
b. Pemeriksaan Kepala
Tujuan :
Normalnya:
1) Bentuk simetris dan tidak ada kelainan
Tujuan :
2) Pupil normal akan terlihat sama antara mata kanan dan kiri
3) Apabila diberikan rangsangan menggunakan penlight pupil akan
mengalami miosis untuk pupil normal.
Tujuan :
Tujuan :
1) Melihat kemungkinan adanya inflamasi, trauma, dan
ketidaksimetrisan pengembangan hidung.
2) Mengetahui adanya nyeri atau benjolan, sputum, polip, dan tumor.
Tindakan :
1) Inspeksi permukaan anterior dan inferior hidung untuk melihat
kemungkinan adanya inflamasi, trauma, dan kesimetrisan
pengembangan hidung.
3) Konka eutrofi
Tujuan :
7) Palpasi trachea dilakukan dengan cara ujung jari telunjuk dan jari
manis menekan pada daerah m. sternocleidomastoideus kanan dan
kiri dan pasien diminta untuk menelan ludah.
h. Pemeriksaan Dada
Tujuan :
Normal :
i. Pemeriksaan Paru
Tujuan :
1) Mengetahui frekuensi nafas, irama, dan kedalaman nafas.
Normal :
j. Pemeriksaan Jantung
Tujuan :
1) Mengetahui batas kanan jantung, kiri jantung, dan batas jantung
dengan lambung.
2) mengetahui nilai dari irama jantung, denyut jantung, dan bunyi
jantung satu serta dua.
Tidakan :
1) Inspeksi jantung dari sebelah kiri untuk mengamati gerakan iktus
kordis.
2) Palpasi apeks jantung dengan cara pemeriksa berdiri di sisi kanan
pasien.
3) Kemudian pasien diminta duduk lalu terlentang.
2) Batas jantung kanan ada pada ICS, ICS 3, ICS 4 linea sternalis
sinistra.
3) Batas jantung kiri ada pada ICS 3 linea parasternalis sinistra, ICS 4
linea para sternalis sinistra, sedikit ke lateral, dan ICS 5 linea
midklavikularis sinistra.
4) Pada ICS 2 lebih terdengar suara bunyi jantung 2
Tujuan :
1) Inspeksi
e) Perhatikan pada kulit apakah terdapat luka atau bekas luka, parut,
striae, dilatasi vena, perubahan warna, deformitas, atau lesi
lainnya.
f) Perhatikan kontur abdomen, apakah datar, buncit, skafoid, atau
terdapat benjolan pada lokasi tertentu.
g) Perhatikan pada umbilikus apakah terdapat bulging yang dicurigai
ke arah hernia, atau adanya tanda-tanda inflamasi.
h) Perhatikan apakah nampak gerakan peristaltik, dan pulsasi aorta
pada epigastrium.
Normal:
1. simetris pada bagian kiri dan kanan perut,
2. warna sama dengan warna kulit lain,
3. tidak ikterik
4. tidak terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena,
kelainan umbilicus.
2) Auskultasi
Normal:
Timpani. Bila hepar dan limfa membesar, bunyi redup. Apabila banyak
cairan akan hipertimpani
4) Palpasi
f) Palpasi limfa :
1. Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada
bawah interkosta kiri
2. minta pasien mengambil nafas dalam
3.
Normal:
l. Pemeriksaan Genitalia
Tujuan :
1. Bagian dorsal, ada corpus cavernosum penis, teraba lunak, tidak keras.
2. Tidak ada nyeri tekan dan perubahan suhu.
Tujuan :
4) Oleskan lubricating gel pada area anus dan ujung jari telunjuk
kemudian mulai masukkan ujung jari secara perlahan untuk
mengetahui adanya kemungkinan nyeri, indurasi, nodul, dan lesi pada
tonus sfingter ani.
5) Masukkan jari telunjuk pada rectum lalu putar searah jarum jam dan
berlawanan arah untuk meraba seluruh area rectum. Tujuannya untuk
mengetahui adanya kemungkinan nyeri, benjolan, atau indurasi.
6) Pada laki-laki lakukan palpasi prostat dengan cara memasukkan jari
telunjuk lebih dalam hingga dapat meraba permukaan kelenjar prostat
untuk menilai ukuran, bentuk, dan konsistensinya.
n. Pemeriksaan Ekstremitas
Normal :
a) Refleks Patella
b) Reflex Achilles
Normal :
Physical Assessment
Skills Checklist
Aulia, S. (2013). Pengkajian kebutuhan dasar manusia menurut maslow pada pasien
diabetes melitus di poli penyakit dalam.
Herrero, J. A. V., Abdussalam, A., & Kasi, A. (2020). Rectal Exam. In StatPearls
[Internet]. StatPearls Publishing.
Ni’am, U., Sobirin, M. A., & Ropyanto, C. B. (2020). Pemeriksaan Tekanan Vena
Jugularis (JVP) pada Pasien Gagal Jantung: Konsep Analisis. The Shine
Cahaya Dunia Ners, 5(1), 45-53.
Potter, P. A., Perry, A. G. E., Hall, A. E., & Stockert, P. A. (2009). Fundamentals of
nursing. Elsevier mosby
Bella, A., et al. 2018. Pengkajian pada Sistem Kardiovaskuler. Makalah. Dalam :
Seminar Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.
1. https://youtu.be/yKoK4kEWkbU
2. https://youtu.be/RhZ4pOuhkFs