Irene F1319031 Chapter 11 & Chapter 12
Irene F1319031 Chapter 11 & Chapter 12
NIM : F1319031
Kelas / Fakultas : A / Ekonomi dan Bisnis
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian I
BAB XI
PENGUKURAN VARIABEL: DEFINISI OPERASIONAL DAN SEKALA
Orang lain bisa menggunakan ukuran yang serupa, sehingga memungkinkan pengulangan
atau peniruan (replicability). Tetapi, perlu disadari bahwa semua definisi operasional sangat
mungkin:
a. meniadakan beberapa dimensi dan elemen penting yang terjadi karena kelalaian
mengenali atau mengonsepkannya, dan
b. menyertakan beberapa segi yang tidak relevan, yang secara keliru dianggap relevan.
Mendefinisikan konsep secara operasional adalah cara terbaik untuk mengukurnya. Tetapi,
benar-benar mengobservasi dan memperhitungkan seluruh prilaku individu dalam cara tertentu,
bahkan jika hal tersebut cukup praktis, akan selalu sulit dilakukan dan memakan waktu. Jadi,
daripada benar-benar mengobservasi perilaku individu, kita bisa meminta mereka menceritakan
pola perilaku mereka sendiri dengan mengajukan pertanyaan yang tepat yang bisa direspon pada
sekala tertentu yang telah disusun.
Menilustrasikan cara yang mungkin untuk mengukur variabel terkait dengan wilayah
subjektif dari sikap, perasaan dan persepsi orang dengan pertama-tama mendefinisikan konsep
secara operasional. Definisi operasional disusun dengan mereduksi konsep dari level abstraksi,
dengan menguraikannya kedalam dimensi dan elemen. Dengan menentukan perilaku yang
berhubungan dengan sebuah konsep, kita dapat mengukur variabel. Tentu saja, pertanyaan akan
mengundang respon pada beberapa skala yang dilekatkan padanya (seperti “sangat sedikit” atau
“sangat banyak”).
Ada empat tipe skala dasar dalam penelitian yakni skala nominal, skala ordinal, skala
interval dan skala rasio. Tingkat kerumitan akan meningkat secara progresif yang bergerak dari
arah skala nominal ke rasio. Artinya, informasi mengenai variabel dapat diperoleh secara lebih
rinci jika menggunakan skala interval dan rasio jika dibandingkan dengan menggunakan skala
nominal dan skala ordinal.
1. Skala Nominal
Skala nominal (nominal scale) adalah skala yang memungkinkan peneliti untuk
menempatkan subyek pada kategori atau kelompok tertentu. Digunakan untuk
mengklasifikasikan obyek baik individu maupun kelompok misalnya berdasarkan kategori
gender (laki-laki dan perempuan), agama, pekerjaan, area geografis dan lain-lain. Dalam
mengidentifikasi kategori digunakan simbol simbol berupa angka sebagai label kategori
sederhana tanpa nilai intrinsik. Contoh kategori pria diberi kode nomor 1 dan wanita dengan
kode nomor 2 untuk kategori gender. Informasi yang didapat dari skala nominal adalah untuk
menghitung persentase (atau frekuensi) laki-laki dan perempuan dalam sampel responden.
Contoh sederhana misalnya apabila kita mempunyai kuesioner sebanyak 100 buah
dimana sebanyak 55 orang mengisi kode nomor 1 untuk laki-laki dan 45 mengisi kode nomor 2
yang berarti perempuan maka analisis data akhir survei menunjukkan bahwa dari 100 responden
ternyata menunjukkan 55 orang laki-laki atau 55% dan 45 orang adalah perempuan atau
45%. Skala ini adalah skala dasar, kategorial dan mentah serta memberikan informasi lain
mengenai kedua kelompok.
2. Skala Ordinal
Skala ordinal (ordinal scale) tidak hanya mengkategorikan variabel-variabel yang
menunjukkan perbedaan di antara berbagai kategori, tetapi juga mengurutkannya ke dalam
beberapa cara. Skala ini memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik berbeda yang
dimiliki oleh obyek atau individu tertentu. Apabila jawaban pertanyaan dalam kuesioner berupa
peringkat berupa simbol 1 untuk sangat tidak setuju, simbol 2 untuk tidak setuju, simbol 3 untuk
netral, simbol 4 untuk setuju dan simbol 5 untuk sangat setuju. Simbol angka 1 sampai dengan 5
hanyalah merupakan peringkat tidak mengekspresikan jumlah. Biasanya jawaban kuesioner
menggunakan skala Likert yang digunakan untuk mengukur sikap.
____Aceh ____Jambi
____Riau ____Bengkulu
Skala ordinal membantu peneliti untuk menentukan persentase responden yang sangat
tidak menyetujui sampai sangat menyetujui suatu pernyataan. Pengetahuan tersebut akan sangat
berguna dalam membantu mendesain kebijakan yang lebih dapat diterima oleh semua pihak.
Dari contoh sederhana di atas dapat kita lihat bahwasanya skala ordinal menyediakan
lebih banyak informasi jika dibandingkan dengan skala nominal. Kalau skala nominal hanya
membedakan kategori untuk mendapatkan informasi, maka skala ordinal melangkah lebih jauh
dengan cara mengurutkan tingkatannya walaupun skala ini tidak memberi petunjuk apapun
mengenai besaaran perbedaan antar tingkatan.
3. Skala Interval
Skala interval (interval scale), adalah skala yang mempunyai karakteristik seperti yang
dimiliki skala nominal dan ordinal ditambah dengan interval yang tetap yang memungkinkan kita
melakukan operasi aritmatika tertentu terhadap data yang dikumpulkan dari responden. Skala
interval menentukan perbedaan, urutan dan kesamaan besaran perbedaan dalam variabel. Oleh
karena itu skala interval lebih kuat dibandingkan dengan dua skala sebelumnya yakni skala
nominal dan skala ordinal dan bisa diukur tendensi sentralnya (central tendency) dengan
perhitungan rata-rata aritmatika. Ukuran dispersinya adalah kisaran (range), standar deviasi
(standart deviation) dan varians (variance). Skala interval digunakan jika respon untuk berbagai
macam item pertanyaan yang mengukur suatu variabel bisa dihasilkan dengan skala yang kita
tetapkan (bisa lima point, tujuh point atau lainnya) yang kemudian dapat diterapkan pada seluruh
item.
Contoh aplikasi dalam kuesioner: Berikut ada beberapa pernyataan tentang seberapa
penting motivasi bekerja ini buat anda. Beri jawaban 1 bila anda sangat tidak setuju; 2 bila anda
tidak setuju; 3 bila anda tidak berpendapat; 4 bila anda setuju, dan; 5 bila anda sangat setuju.
tidak
sangat tidak sangat
berpendapa
tidak setuju setuju Setuju setuju
t
1 2 4 5
3
Berikut ada beberapa pernyataan tentang seberapa penting motivasi bekerja ini buat anda.
a Menghidupi
keluarga dengan 1 2 3 4 5
rejeki yang halal
b Sudah dicita-citakan
1 2 3 4 5
sejak kecil
c Sarana
mengengembangkan 1 2 3 4 5
kreatifitas
d Sarana aktualisasi
1 2 3 4 5
diri
4. Skala Rasio
Sifat Pokok
Titik Ukuran Beberapa
Perbedaa Ukuran
Skala Urutan Jarak Awal Tendensi Uji
n Dispersi
Khas Sentral Signifikansi
Nominal Ya Tidak Tidak Tidak Modus - X2
Kisaran
Korelasi
Tidak semi
Ordinal Ya Ya Tidak Median urutan
antarkuarti
tingkatan
l
Standar
deviasi,
Mean
Interval Ya Ya Ya Tidak varians, t,F
Aritmatik
koefisien
variansi
Standar
deviasi
Mean
atau
Aritmatik
Rasio Ya Ya Ya Ya varians t,F
atau
atau
geometrik
koefisien
variansi
Catatan: Titik awal skala interval bisa dengan 1 atau angka apa saja (arbitary), skala rasio
mempunyai titik awal 0, yang memiliki arti.
PENGUKURAN: PENSKALAAN, KEANDALAN, VALIDITAS
Skala Peringkat
1. Skala Dikotomi
Skala dikotomi digunakan untuk memperoleh jawaban Ya atau Tidak.
2. Skala Kategori
Skala kategori menggunakan banyak item untuk mendapatkan respons tunggal.
3. Skala Likert
Skala likert didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan
pernyataan pada skala 5 titik.
5. Skala Numerikal
Skala numerikal mirip dengan skala difensial semantik, dengan perbedaan dalam hal
nomor pada skala 5 titik atau 7 titik disediakan, dengan kata lain sifat berkutub dua pada
ujung keduanya.
8. Skala Stapel
Skala stapel secara simultan mengukur arah dan intensitas sikap terhadap item yang
dipelajari. Skala ini memberikan ide mengenai seberapa dekat atau jauh respons individu
terhadap stimulus. Karena skala ini tidak memiliki titik nol absolut, skala ini adalah skala
interval.
Skala Ranking
Skala ranking digunakan untuk mengungkap preferensi antara dua atau lebih objek atau item.
Tetapi, ranking semacam itu mungkin tidak memberi petunjuk yang pasti mengenai jawaban
yang dicari. Berikut metode alternatif yang dapat dipakai:
1. Perbandingan Berpasangan
Skala perbandingan berpasanagan digunakan ketika di antara sujumlah kecil objek,
responden diminta untuk memilih antara dua objek pada suatu waktu. Perbandingan
berpasangan merupakan metode yang baik jika jumlah stimulus yang diberikan sedikit.
3. Skala Komparatif
Skala komparatif memberikan standar atau poin referensi untuk menilai sikap terhadap
objek, kejadian, atau situasi saat ini yang diteliti.
Ketepatan Pengukuran
Untuk menelaah bagaimana dapat memastikan bahwa ukuran yang dibuat adalah baik secara
logis. Hal pertama yang dilakukan adalah menganalisis item terhadap respons atas pertanyaan
yang mengungkap variabel, dan kemudian keandalan dan validitas ukuran dilakukan.
Analisis Item
Analisis item dilakukan untuk melihat pakah item dalam instrumen memang sudah seharusnya
berada dalam instrumen atau tidak. Tiap item diuji kemampuannyauntuk membedakan antara
subjek yang total skornya tinggi, dan yang rendah. Dalam analisis item, mean antara kelompok
skor tinggi dan kelompok skor rendah diuji untuk menemukan perbedaan signifikan melalui
nilai-t.
Keandalan
Keandalan suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias dan
karena itu menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam
instrumen.
1. Stabilitas Pengukuran
Kemampuan suatu pengukuran untuk tetap sama sepanjang waktu meskipun terdapat kondisi
pengujian yang tidak dapat dikontrol atau keadaan responden itu sendiri merupakan indikasi dari
stabilitas dan kerentanannya yang rendah untuk berubah dalam situasi. Dua uji stabilitas adalah
keandalan tes ulang dan keandalan untuk paralel.
1. Validitas Isi
Validitas isi memastikan bahwa pengukuran memasukkan sekumpulan item yamg
memadai dan mewakili yang mengungkap konsep.
3. Validitas Konsep
Validiatas konsep menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan
cocok dengan teori yang mendasari desain tes. Hal tersebut dinilai melalui validitas
konvergen dan validitas diskriminan. Validitas konvergen terpenuhi jika skor yang
diperoleh dengan dua instrumen berbeda yang mengukur konsep yang sama
menunjukkan korelasi tinggi. Validitas diskriminan terpenuhi jika, berdasarkan teori, dua
variabel diprediksi tidak berkorelasi, dan skor yang diperoleh dengan mengukurnya
benar-benar secara empiris membuktikan hal tersebut.
BAB XII
Keandalan dan Kesahihan Pengukuran
Dua karakteristik alat ukur dan pengukuran yang amat penting yakni keandalan
(reabilitas) dan kesahihan (validitas). Kedua karakteristik itu harus selalu diperhitungkana dalam
tiap proses pengukuran. Harus dipahami bahwa tidak pernah ada satu pengukuran pun yang
memiliki keandalan dan kesahihan yang sempurna. Untuk penilaian akurasi hasil suatu
pengukuran dilakukan informasi tentang populasi penelitian, periode observasi, teknik atau cara
pengukuran, penilaian hasil dan keandalan serta kesahihan pengukurannya.
1. Keandalan
Istilah lain untuk keandalan adalah keterandalan, reabilitas, reprodusibilitas, presisi atau
ketepatan pengukuran. Suatu pengukuran disebut andal apabila ia memberikan nilai yang
sama ataupun hamper sama pada pemeriksaan yang dilakukan berulang-ulang. Kateter
intrakardiak member nilai tekanan ruang jantung yang lebih kurang tetap (keandalannya
baik), sedangkan uisioner untuk mengukur kualitas hidup sering memberikan nilai yang
berbeda bila dilakukan berulang-ulang (keandalannya kurang). Ketepatan alat ukur sangat
berpengaruh pada kekuatan penelitian. Pengukuran yang makin tepat pada besar sampel
tertentu mempunyai nilai yang makin baik untuk memperkirakan nilai rerata (mean) serta
untuk menguji hipotesis.
Keandalan suatu pengukuran dipengaruhi oleh kesalahan acak (random error); bila
kesalahannya makin besar, berarti pengukuran tersebut kurang andal. Dalam proses
pengukuran terdapat 3 jenis variabilitas yang berperan yakni variabilitas pengamat,
variabilitas subyek dan variabilitas instrument.
Variabilitas pengamat menunjukkan variabilitas pada pemeriksa misalnya pemilihan kata
pada wawancara atau keterampilan tangan seseorang dalam mengoperasikan alat ukur.
Variabilitas subyek merujuk pada variasi biologis, misalnya fluktuasi emosi, tekanan
darah dsb. Variabilitas instrument merujuk pada hal-hal yang mempengaruhi ketepatan,
misalnya perubahan sensitivitas alat, suhu kamar atau derajat kebisingan sekitar.
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap
konsisten bila diukur beberapa kali dengan alat ukur yang sama. Misalnya kita ingin
mengukur jarak. Alat ukur pertama yang kita gunakan adalah meteran logam, dan alat
ukur lainnya adalah dengan menghitung langkah kaki. Pengukuran dengan meteran
logam akan mendapatkan hasil yang sama kalau pengukurannya diulang dua kali atau
lebih. Namun sebaliknya jika pengukuran dengan tapak kaki, besar kemungkinan akan
didapatkan hasil yang berbeda kalau pengukurannya diulang dua kali atau lebih.Jadi
dapat disimpulkan bahwa pengukuran dengan meteran logam lebih reliabel dibandingkan
dengan kaki.
Sumber : http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/vadilitas-dan-reliabilitas/
2. Pelatihan pengukur
Pelatihan yang memadai selalu memberikan hasil yang lebih baik bagi para
pengukur. Bila perlu dapat diberikan sertifikat yang menunjukkan bahwa yang
bersangkutan telah dilatih dan cakap untuk melakukan pengukuran.
3. Penyempurnaan Instrumen
Banyak peralatan mekanis atau elektrik dapat diatur untuk mengurangi
variabilitas pengukuran. Demikian pula kuesioner atau bahan wawancara perlu
ditulis dengan jelas agar dapat menghindarkan ketidakpastian makna.
4. Automatisasi
Variasi pada pemeriksaan secara bermakna dapat dikurangi bila instrument dapat
dibuat automatis. Harus selalu diingat bahwa automatisasi tersebut sangat
mengandalkan presisi pada saat dilakukan, sehingga hasil yang diperoleh lebih
baik daripada bila dilakukan oleh manusia.
5. Pengulangan Pengukuran
Kesalahan acak dapat dikurangi bila dilakukan pengulangan pengukuran ; tentu
dengan konsekuensi adanya tambahan biaya, waktu, serta pelaksana penelitian
yang harus diperhitungkan oleh peneliti. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat
suatu fenomena statistika yang disebut regression to the mean, yang dapat
dijelaskan dengan ilustrasi berikut ini.
Apabila seorang pasien diukur tekanan darahnya dan hasilnya tinggi, maka pada
pengukuran ulangan nilai tekanan darah tersebut akan cenderung lebih rendah ,
mendekati nilai rerata populasi. Demikian pula sebaliknya, nilai pengukuran
pertama yang rendah apabila diulang hasilnya cenderung lebih tinggi, mendekati
nilai normal.
2. Kesahihan
Istilah kesahihan, disebut pula sebagai validitas, menunjukkan berapa dekat alat
ukur menyatakan apa yang seharusnya diukur. Contoh yang ekstriem untuk
menyatakan kesahihan adalah : Timbangan merupakan alat yang sahih untuk
mengukur berat badan, namun volume mata air bukan alat ukur yang sahih untuk
menyatakan kesedihan.
Sumber : Buku
Validitas merupakan kesesuaian antara definisi operasional dengan konsep yang
mau diukur. Alat ukur yang tidak reliabel pasti tidak valid sedangkan alat ukur
yang reliabel belum tentu valid.
Sumber : Neuman, W. Lawrence. (2003). Social Research Methods: Qualitative
and Quantitative Approaches. Fifth Edition. Singapore: Allyn and Bacon.