Nim : 1907511171
Absen : 23
Matkul : Ekonomi Oranye
Jawaban :
1 ) Ekonomi orange atau Orange Economy merupakan suatu kekuatan baru yang menggerakkan
perekonomian berdasarkan kekuatan dan potensi budaya. Dimana kekuatan dan potensi budaya
tersebut berada pada kristalisasi inovasi. Orange Economy merupakan paham ekonomi dengan
banyak istilah, dimana masing-masing istilah tersebut mempunyai definisi yang banyak dan
beraneka ragam. Ada kalanya Orange Economy disamakan dengan Industri Kreatif ataupun
Ekonomi Kreatif dan lainnya.
Orange economy memiliki banyak istilah, beberapa diantaranya adalah industri budaya,
industri kreatif, industri rekreasi, industri hiburan, industri konten, industri yang terproteksi hak
cipta, ekonomi budaya dan ekonomi kreatif (Restrepo dan Marques, 2015:34). Pada sumber yang
sama juga disampaikan bahwa sangat penting adanya kata sepakat untuk tidak sepakat, mengingat
begitu banyak definisi tentang Orange Economy. Walaupun memiliki banyak istilah namun perlu
disepakati bahwa kesemuanya merujuk pada satu tujuan yaitu ide atau gagasan yang ada pada tiga
persoalan yaitu Budaya-Kreativitas-Ekonomi.
Ekosistem ekonomi
Ekosistem ekonomi orange adalah proses kultural dan ekonomi yang mengubah “konten
simbolis” menjadi barang dan jasa untuk masyarakat, mengalami perkembangan terus menerus.
Teknologi digital telah mempercepat laju evolusi tersebut, membuat dinamika ini menjadi sulit untuk
dipahami pada saat kita sangat perlu memahaminya.
Ada tiga perspektif analitis untuk memahami ekosistem ekonomi orange, antara lain ekologi
(hubungan antara penawaran dan permintaan serta wilayah), rantai nilai (model konseptual untuk
proses siklis yang berangkat dari penciptaan konten sampai pengonsumsiannya, dan sebaliknya), dan
kreatopolis (peranan sentral kota dalam pembangunan ekonomi orange).
1. Ekologi
Adapun ekologi dapat dijabarkan menjadi tiga dimensi yang berimbang dan pada titik
pertemuan dari tiga dimensi ini terletak hak atas kekayaan intelektual, antara lain:
Keterlibatan, merupakan dimensi yang menguji validitas konten kreatif melalui pembelanjaan,
konsumsi, transformasi, transaksi, dan lain sebagainya.
Kreasi, pada dimensi ini pihak-pihak seperti para seniman dan individu kreatif serta pengusaha
menyetir interaksi antara ide dan model bisnis yang tepat.
Lingkungan, lingkungan tempat ekonomi orange beroperasi adalah sebuah “medan pertempuran”
dari regulasi institusi publik, asosiasi industri “konsensus” internasional, dan sebagainya.
2. Rantai Nilai
Rantai nilai ekonomi kreatif ditampilkan dengan cara yang sangat sederhana, urut-urutan
konten ditransformasikan ke dalam barang dan jasa. Rantai nilai tersebut menunjukan alur
perjalanan dari penawaran ke permintaan yang dimulai dari penciptaan, ke produksi, ke
distribusi, ke komersialisasi, dan akhirnya ke konsumsi.
3. Kreatopolis
Istilah kreatopolis berasal dari bahasa Latin creare (kreasi), bahasa Yunani polis (kota
mandiri), dan penggunaan to yang membuatnya terdengar keren. Kreatopolis merupakan seuah
konsep dalam proses pembuatan, diciptakan untuk mendefinisikan visi masa depan dalam
membangun Orange Economy yang bergairah dengan ide bahwa “mindfracture” menjadi lebih
penting daripada manufaktur.
Sebagai perlindungan hukum kepada pencipta, juga terhadap hasil cipta karya serta nilai
ekonomis yang terkandung di dalamnya. Juga sebagai sebuah perlindungan akan aset
berharga yang dipunyai perorangan ataupun kelompok dalam bentuk hasil karya.
Mengantisipasi adanya pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual orang lain.
Meningkatkan kompetisi dan juga memperluas pangsa pasar, khususnya dalam hal
komersialisasi kekayaan intelektual. Hal ini mungkin timbul, karena dengan adanya
HaKI, akan memberikan motivasi kepada para pencipta, industri dan masyarakat luas
untuk dapat berkarya dan berinovasi, serta mendapatkan apresiasi dari ciptaannya
tersebut.
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi penelitian, industri dan juga
usaha di Kawasan Indonesia.
Sistem Paten akan memperkaya pengetahuan masyarakat dan melahirkan penemu -
penemu baru.
Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman suku / etnik dan budaya serta
kekayaan di bidang seni, sastra dan budaya serta ilmu pengetahuan dengan
pengembangannya memerlukan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang lahir
dari keanekaragaman tersebut.
Setelah Budi Utomo sekitar tahun 1911, Serikat Dagang Islam (SDI) dipimpin oleh
H.Samanhudi dan H.O.S Cokroaminoto mempropagandakan cita-cita toko koperasi
(sejenis waserda KUD), hal tersebut bertujuan untuk mengimbangi dan menentang
politik pemerintah kolonial belanda yang banyak memberikan fasilitas dan
menguntungkan para pedagang asing. namun pelaksanaan baik koperasi yang dibentuk
oleh Budi Utomo maupun SDI tidak dapat berkembang dan mengalami kegagalan, hal
ini karena lemahnya pengetahuan perkoperasian, pengalaman berusaha, kejujuran dan
kurangnya penelitian tentang bentuk koperasi yang cocok diterapkan di Indonesia.
Upaya pemerintah kolonial belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan rakyat
Indonesia ternyata tidak sebatas pada bidang politik saja, tapi kesemua bidang termasuk
perkoperasian. Hal ini terbukti dengan adanya undang-undang koperasi pada tahun 1915,
yang disebut “Verordening op de Cooperative Vereenigingen” yakni undang-undang
tentang perkumpulan koperasi yang berlaku untuk segala bangsa, jadi bukan khusus
untuk Indonesia saja. Undang-undang koperasi tersebut sama dengan undang-undang
koperasi di Nederland pada tahun 1876 (kemudian diubah pada tahun 1925), dengan
perubahan ini maka peraturan koperasi di indonesia juga diubah menjadi peraturan
koperasi tahun 1933 LN no.108. Di samping itu pada tahun 1927 di Indonesia juga
mengeluarkan undang-undang no.23 tentang peraturan-peraturan koperasi, namun
pemerintah belanda tidak mencabut undang-undang tersebut, sehingga terjadi dualisme
dalam bidang pembinaan perkoperasian di Indonesia.
Pengukuran kinerja perlu dilakukan agar koperasi memiliki tujuan dan arah yang
jelas, adanya standar yang telah ditetapkan dapat memotivasi pengelola dalam mencapai
tujuan tersebut serta pengawasan untuk mencegah terjadinya penyelewengan .Selain itu
dengan adanya pengukuran kinerja diharapakan dapat meningkatkan usaha koperasi
sehingga kesejahteraan anggota dapat tercapai.