Anda di halaman 1dari 1

Ayo Bersedekah

Langit mendung menyelimuti hari ini. Dinginnya udara tak membuat semangatku mengayuh sepeda
pergi mencari tetesan embun yang sengaja dijatuhkan oleh Allah untuk kita nikmati sebagai
penyambung hidup dari hari ke hari. Setiap langkah kaki ini menyuarakan tasbih sebagai tanda
kekaguman akan kesempurnaan alam semesta sebagai ciptaan-Nya. Lisan selalu berucap istighfar
menemani langkah kaki setelah sepedaku parkir.

Hari itu, ya hari itu...

Hari ketika kulihat sekelompok teman-temanku mengeong kelaparan, menyusuri tepi-tepi jalan demi
mendapat sesuap makan. Di tengah ramainya lalu lintas, mereka mengais makan. Mobil dan sepeda
motor lalu lalang menuju tempat yang menjadi tujuan mereka. Kucoba untuk mencari celah di
simpang jalan. Lampu, ketika menyala merah tak pernah diharapkan oleh para pengendara demi
cepat tercapainya tujuan mereka. Beda denganku, justru lampu menyala merah itulah yang menjadi
peluang bagiku untuk berusaha mencari nafkah. Kumainkan alat musik yang setia menjadi
pendamping hidup dalam kelelahan. Satu, dua atau bahkan terkadang tidak ada diantara para
pengendara yang rela memberikan sebagian hartanya untuk anak hina sepertiku.

Penghasilan hari demi hari berusaha untuk kusisihkan setiap harinya. Kuyakin, setiap apa yang
kudapat terdapat sebagian harta yang kudapat bukan milik saya. Allah selalu melihat apa yang saya
perbuat dan memberiku rejeki sesuai usaha dan kebutuhanku. Keyakinan untuk selalu bersyukur
atas apa yang kudapat selalu kutanam dalam hati. Tujuanku hanya satu, selalu berusaha menjalani
apa yang sudah diskenariokan oleh Allah dalam hidupku.

Anda mungkin juga menyukai