Anda di halaman 1dari 2

Bukan sebuah kebetulan bila hari ini ibu kota ramai

Sementara aku menikmati langit di kota lain yang permai

Aku mendengar dari balik kaca yang bergerak

Berganti-ganti orang, berjubah cerah, sedang teriak

Memelikkan perubahan di seantero jalan

Atas nama kesucian

Hari keramat

Tanggal tepat

Di langit luas awan-awan berbaris. Udara penuh gerimis

Aku menengadah seolah hari ini segala keinginan layak

Disemogakan. Membayangkan Indonesia tersenyum bagai

Kanak tanpa dosa. Setiap penduduknya bernyanyi lagu

Syahdu, buka lagu sendu. Tanpa harus menukar sesuatu

Untuk kebahagiaan yang sementara

Menakar nasin yang tak tentu

Sebab bukan sebuah keetulan bila hari ini

Langit hujan tak henti-henti

Dan sekem=lompok awan berbaris di jalanan ibu kota

Sementara aku menikmati secangkir kopi hampa

Menafsirkan angka demi angka

Kenapa sajak yang kubaca tak terlihat taringnya?

Kenapa kata-kata yang kutemu tak kurasakan detaknya?

Sudahkah aku mati rasa?


Oh Chairil…

Bagaimana aku bias merasakan tajamnya kata-kata?

Oh Rendra….

Bagaimana aku bias menghidupka jiwa dengan kata-kata?

Oh Yang Maha

Tunjukkan

Di mana jalan bijak itu?

Dimana arak baik itu?

Di aman sumber pelik itu?

Lama aku kehilangan

Yang kupelajakri dari kitab Firman

Hilang perlahan

Anda mungkin juga menyukai