Anda di halaman 1dari 14

JURNAL FORMULA TFS 1

SIRUP ELIXIR TEOFILIN

OLEH :

KELOMPOK : II (DUA)

KELAS :B

ASISTEN : I Putu Sanjaya

Nama NIM Tugas Nilai Nilai


dokume diskusi
n
Qofifah G70118013 Preformulasi
Rani Purwanti G70118098 Formulasi
Mutmainah G70118113 Kemasan
Nur Fadilah G70118197 Evaluasi

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2020
I. FORMULA ASLI
Elixir Teofilin

II. RANCANGAN FORMULA


Tiap 60 mL asthimfilin mengandung:
Teofilin 1200 mg = 1,2 gram
Asam sitrat 0,5%
Sirup simpleks 30%
Propilenglikol 30,45%
Etanol 5%
Sorbitol 15%
Aquadest ad 60 mL

III. MASTER FORMULA


Nama Produk : Asthimfilin
Nama Pabrik : PT. Kasih dan sayang Farma
Jumlah Produk :3
Tanggal Formula Asli : 20 Februari 2020
Tanggal Rencana produksi : 28 Februari 2020
No. Registrasi : DKL02202012513234A1
No. Batch : 0102001

No Komposisi Jumlah Wadah Jumlah Batch Fungsi


1. Teofilin 1200 mg= 1,2 3600 mg= 3,6 Zat Aktif
gram gram
2. Asam sitrat 0.3 mL 0.9 mL Sebagai pengawet
3. Sirup simpleks 18 mL 54 mL Sebagai pemanis
4. Propilenglikol 18,27 mL 54 mL Sebagai kosolven
5. Etanol 3 mL 9 mL Sebagai pelarut
6. Sorbitol 9 mL 27 mL Sebagai pemanis
7. Aquadest ad 60 mL Sebagai
pelarut/pembawa

IV. DASAR FORMULASI


IV.1 Alasan pembuatan sediaan
1. Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap,
selain obat mengandung juga zat bahan seperti gula atau zat pemanis lain,
zat warna, zat pewangi dan zat pengawet, dan digunakan sebagai obat
dalam. Sebagai pelarut utama eliksir adalah etanol yang dimaksudkan
mempertinggi kelarutan obat. Dapat menambahkan gliserol, sorbitol dan
propilenglikol. Sirop gula dapat digunakan sebagai pengganti gula. Eliksir
supaya disimpan dalam wadah tertutup rapat. Mixtura dan Solutio tidak ada
perbedaan prinsip dalam pengertian, hanya dikatakan larutan (Solutio)
apabila zat yang terlarut hanya satu dan disebut Mixtura apabila zat yang
terlarut adalah banyak (Anief, 2015).
2. Eliksir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang
larut dalam air maupun alkohol (Aininazah, 2015)
3. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air yang karena bahan-bahannya, cara
peracikan dan penggunaan tidak dimasukkan kedalam golongan produk
lainnya (Ambari, 2018).

IV.2 Alasan pemilihan bahan aktif


1. Teofilin diabsorbsi dengan baik sekitar 90-95% walaupun diberikan secara
oral. Tetapi memiliki laju absobsi yang berbeda-beda, tergantung pada
formulasinya. Dalam bentuk elixir, teofilin mempunyai kerja yang cepat
yang mencapai efek puncak dengan waktu 60 menit dibandingkan dengan
injeksi maupun suppositoria (Rasmin, 2016).
2. Berdasarkan kelarutan, menurut FI III 1979 Teofilin larut dalam lebih
kurang 180 bagian air, lebih mudah larut dalam air panas, larut dalam lebih
kurang 120 bagian etanol (95%) p, mudah larut dalam larutan
alkalihidroksida dan ammonia encer.
3. Karena teofilin bersifat hidroalkohol yang dapat menjaga stabilitas obat baik
larut dalam air maupun alcohol dalam larutan elixir (Ardian dkk, 2010).

IV.3 Alasan Pemilihan Bahan Tambahan

1. Etanol
a. Sebagai pelarut karena pelarut utama elixir digunakan 90% untuk
mempertinggi kelarutan ( Fornas edisi II, 1998 )
b. Sebagai kosolven, karena elixir merupakan larutan oral yang
mengandung etanol (Direktorat Jendral POM, 1995).
c. Penambahan etanol pada sediaan elixir dimaksudkan untuk
mempertinggi kelarutan obat (Anief, 2015).

2. Aquadest
a. Sebagai pengencer, karena pengencer larutan oral dengan air (FI edisi
IV, 1995)
b. Alasan digunakan aquadest adalah sebagai pelarut pembawa pada
pembuatan obat dan sediaan farmasi (Rowe, 2009).
c. Bentuk sediaan larutan digolongkan menurut cara pemberiannya,
misalnya larutan oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau
tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air
atau campuran kosolven air. Aquadest digunakan sebagai pembawa
dan pelarut untuk bahan-bahan pemberi rasa atau bahan aktif obat
(Isriany, 2011).
3. Propilenglikol
a. Sebagai kosolven karena dapat bercampur dengan air dan etanol (95%)
P (FI edisi III, 1979)
b. Penambahan propilen glikol dapat dapat mengurangi kadar etanol yang
dibutuhkan untuk pelarut (Syamsuni, 2013).
c. Penambahan kosolven propilenglikol dapat meningkatkan konsentrasi
zat terlarut dalam sediaan (Noviza dkk,2019).

4. Asam sitrat
a. Agen pengasam karena asam sitrat memiliki fungsi sebagai agen
pengasam, antioksidan, penambah rasa dan pengawet (Rowe, 2009).
b. Umumnya ditambahkan antimikroba (asam sitrat) untuk mencegah
bakteri, jamur dan ragi (Voight, 1995).
c. Asam sitrat mempunyai kapasitas memadai dalam kisaran pH yang
diinginkan. Mempunyai sedikit atau tidak mempunyai efek merusak
terhadap stabilitas produk akhir. Memberikan rasa dan warna yang
dapat diterima oleh produk (Lachman, 2009).

5. Sirup Simpleks
a. Karena zat aktif yang digunakan (teofilin) memiliki rasa yang pahit maka
sebagai pemanis dalam formula ini digunakan sirup simpleks. (Fickri D.,
2018)
b. Penambahan bahan pemanis digunakan untuk membantu menutupi
rasa pahit dari zat aktif. (Ivana, 2016)

c. Pemanis yang biasa digunakan pada eliksir adalah gula atau pemanis
lain sebagai pengganti gula dapat digunakan sirupus simpleks (Syakri
dan Putra D., 2017).

6. Sorbitol
a. Berkhasiat sebagai pemanis, sorbitol memiliki rasa yang
menyenangkan, dingin, manis dan memiliki sekitar 50-60% dari rasa
manis sukrosa (Rowe, 2009).
b. Rasa manis, sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol
(95%),sehingga dapat digunakan sebagai pemanis (FI III, 1979).
c. Sebagai bahan pemanis buatan pada sediaan elixir digunakan untuk
penderita diabetes (Syamsuni, 2013).
V. INFORMASI BAHAN AKTIF & BAHAN TAMBAHAN

V.1 Informasi bahan aktif

1. Teofilin

a. Indikasi
Obstruksi saluran napas reversibel, asma akut berat (POM RI, 2000).

b. Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap interaksi obat (Medscape, 2020)
Hipersensitivitas terhadap teofili dan derivat xanthi lainnya. Porphyria
(Mims Indonesia, 2020).

c. Efek Samping
Mual, muntah, sakit kepala, diare, insomnia, papitasi, takikardi, aritmia
ventricular ( Mims Indonesia)

d. Dosis dan kekuatan sediaan


DL 100 mg/ 5 ml
Kekuatan sediaan = tablet = 150 mg; 100 tablet
Sirup = 150 mg/15 ml ; 100 ml
Elixir = 50 mg / 15 ml ; 60 ml, 100 ml
DM = - (Daftar Obat Indonesia, 2008)

e. Rute pemberian dan aturan pakai


Rute pemberian oral merupakan rute yang paling sesuai untuk berbagai
macam obat karena pemberiannya mudah sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan pasien serta merupakan terapi dengan biaya yang relatif murah
(Waranti, 2015)

F. Farmakokinetika
Beberapa formulasi tidak berefek dengan adanya makanan komposisi dan
kandungan cairan pada makanan terlihat penting dan cepat melepaskan
teofilin telah terjadi pada beberapa formulasi setelah makan salah satunya
dengan kandungan lemak tinggi diet tinggi protein dan rendah karbohidrat
diketahui dapat meningkatkan pengeluaran teofilin Sementara diet rendah
protein dan tinggi karbohidrat mengurangi pengeluaran teofilin konsumsi
methylxanthine terutama Kafein pada diet dapat mengurangi pengeluaran
teofilin (Sweetman, 2009)

g. Perhatian
Penyakit jantung, hipertensi, hipertiroidisme, tukak lambung, gangguan
fungsi hati, epilepsi, kehamilan, menyusui, lansia, demam, hindari pada
porfiria (POM RI, 2000).
h. Interaksi
Peningkatan konsentrasi plasma/allopurinol, beberapa antiarrhythmics,
cimetidine,disulfiram, fluvoxamine, interferon alfa, macrolide antibiotic,
quinolones, OCS, tiabendazole,viloxazine, pelindung saluran Ca. penurunan
konsentasi plasma/phenytoin dan antiepilepsi,ritonavir, rifampicin,
sulfipyrazone,aminoglutethimide, bariturat, carbamazine (Mims Indonesia,
2020)

i. Mekanisme Kerja
Teofilin bekerja sebagai bronkodilator dengan menghambat secara
kompetitif enzim siklik nukleotida fosfodiesterase menghasilkan
peningkatan kadar cAMP sehingga terjadi relaksasi langsung terhadap otot
polos ( Siswandono, 2016 )

V. 2 Sifat Fisika & Kimia Bahan Aktif

1. Teofilin (FI V 2014 : 1250)

Nama resmi : THEOPHYLLINUM


Sinonim : Teofilin
Rm/Bm : C7H8N4O2.H2O/198,18
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur; tidak berbau; pahit; mantap


diudara
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 180 bagian air; lebih
mudah dalam air panas; larut dalam lebih kurang
120 bagian etanol (95%) P, mudah larut dalam
larutan alkali hidroksida dan dalam amonia encer
P.
Stabilitas : Dengan berbagai pH meskipun terurai pada pH
rendah dan tinggi
Inkompatibilitas : Memperpendek waktu pengosongan lambung
dan menurunkan motilitas G1, sehingga
menyebabkan peningkatan laju absorbsi
V.3 Sifat Fisika & Kimia Bahan Tambahan
1. Aquadest (FI III 1979 : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Aquadest/Air suling
Rm/Bm : H2O/18,02
Rumus struktur :

Kegunaan : Sebagai pelarut


Pemerian : Cairan Jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa
Kelarutan : -
Metode sterilisasi : -
Konsentrasi : -
Stabilitas : Air secara kimiawi stabil di semua keadaan fisik
(es, cair, dan uap air). Air meninggalkan sistem
pemurnian farmasi dan memasuki tangki
penyimpanan harus memenuhi persyaratan
khusus. Target ketika merancang dan
mengoperasikan sistem penyimpanan dan
distribusi untuk menjaga agar air tidak melebihi
batas yang diizinkan selama penyimpanan. Di
khususnya, sistem penyimpanan dan distribusi
harus memastikan hal itu air dilindungi terhadap
kontaminasi ionik dan organik, yang akan
menyebabkan peningkatan konduktivitas dan total
karbon organik, masing-masing. Sistem juga harus
dilindungi terhadap fisik masuknya partikel asing
dan mikroorganisme sehingga mikroba
pertumbuhan dicegah atau diminimalkan. Air
untuk keperluan tertentu harus disimpan dalam
wadah yang sesuai (Rowe, 2009).
Inkompabilitas : Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi
dengan obat-obatan dan eksipien lain yang rentan
terhadap hidrolisis (dekomposisi dalam
keberadaan air atau uap air) pada lingkungan dan
tinggi suhu. Air dapat bereaksi dengan keras
dengan logam alkali dan dengan cepat
logam alkali dan oksida mereka, seperti kalsium
oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi
dengan garam anhidrat untuk terbentuk hidrat
berbagai komposisi (Rowe, 2009).
2. Etanol (FI III 1979 : 65)

Nama resmi : AETHANOLUM


Sinonim : Alkohol
Rm/Bm : C2H6O /46,06
Rumus struktur :

Kegunaan : Sebagai pelarut


Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P,
dan dalam eter P.
Metode sterilisasi : Disterilkan dengan cara autoklaf atau dengan
filtrasi dan harus disimpan dalam wadah kedap
udara, di tempat yang dingin (Rowe, 2009).
Konsentrasi : 5-10% (Rowe, 2009).
Stabilitas : Larutan etanol berair dapat disterilkan dengan cara
autoklaf atau dengan filtrasi dan harus disimpan
dalam wadah kedap udara, ditempat yang dingin
(Rowe, 2009).

Inkompabilitas : Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi


dengan kuat bahan pengoksidasi. Campuran
dengan alkali dapat berwarna lebih gelap karena
reaksi dengan jumlah residu aldehida. Larutan
etanol juga tidak sesuai dengan aluminium wadah
dan dapat berinteraksi dengan beberapa obat
(Rowe, 2009).

3. Propilenglikol (FI III 1979 : 543)

Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM


Sinonim : Propilenglikol
Rm/Bm : C3H8O2 /76,10
Rumus struktur :

Kegunaan : Sebagai pelarut


Pemerian : Cairan kental, jernih tidak berwarna, tidak berbau,
rasa agak manis, higroskopik.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%)
P dengan kloroform P, larut dalam 6 bagia eter P,
tidak dapat bercampur dengan eter minyak tanah P
dan dengan minyak lemak.

Metode sterilisasi : Propilenglikol secara kimiawi stabil saat dicampur


dengan etanol 95% P, gliserin atau air, larutan
berair biasa disterilkan dengan autoklaf (Rowe,
2009).
Konsentrasi : 10-25% (Rowe, 2009).
Stabilitas : Pada suhu dingin , propilenglikol stabil pada ruang
tertutup tapi pada suhu tinggi ditempat terbuka,
cenderung mengoksidasi menimbulkan produk
seperti propinaldehide, asam laktat, derivat asam
dan asam asetat. Propilenglikol secara kimiawi
stabil saat dicampur dengan etanol 95% P, gliserin
atau air, larutan berair bias disterilkan dengan
autoklaf (Rowe, 2009).
Inkompabilitas : Propilenglikol tidak sesuai dengan reagen
pengoksidasi seperti kalium permanganat (Rowe,
2009).

4. Sukrosa (FI V 2014 : 1120)

Nama resmi : SAKAROSA


Sinonim : Sukrosa
Rm/Bm : C12H22O11 /342,30
Rumus struktur :

Kegunaan : Sebagai pemanis


Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur
atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih,
tidak berbau, rasa manis, stabil diudara. Larutannya
netral terhadap lakmus
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut
dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol; tidak
larut dalam kloroform dan dalam eter
Metode sterilisasi : Larutan sukrosa encer dapat dikenakan
fermentasi oleh mikroorganisme tetapi tahan
dekomposisi pada tingkat yang lebih tinggi
konsentrasi. Larutan dapat disterilkan dengan
autoklaf atau filtrasi (Rowe, 2009).
Konsentrasi : 67% (Rowe, 2009).
Stabilitas : Memiliki stabilitas yang baik pada suhu kamar dan
pada kelembapan relatif sedang. Ini menyerap
hingga 1 % kelembaban, yang dilepaskan saat
pemanasan pada 90°C. Sukrosa dikaramelisasi saat
dipanaskan diatas suhu 1608°C (Rowe, 2009).
Inkompabilitas : Sukrosa bubuk mungkin terkontaminasi logam
berat, menyebabkan ketidakcocokan dengan bahan
aktif misalnya asam askorbat (Rowe, 2009).

5. Asam Sitrat (FI V 2014 : 164)


Nama resmi : CITRICUM ACIDUM
Sinonim : Asam sitrat
RM/BM : C6H8O7/192,13
Rumus Struktur :

Kegunaan : Sebagai pengawet


Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur
granul sampai halus; putih; tidak berbau atau
praktis tidak berbau; rasa sangat asa. Bentuk
hidrat mekar dalam udara kering.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, agak sukar larut dalam eter
Metode sterilisasi :
Konsentrasi : 0.5% (Rowe,2009).
Stabilitas : Asam sitrat monohidrat kehilangan air kristalisasi
di udara kering atau ketika dipanaskan hingga
sekitar 408°C itu meleleh diudara lembab. Larutan
asam sitrat encer dapat berfermentasi sendiri
(Rowe, 2009)
Inkompabilitas : Alkali tanah karbonat dan bikarbonat, asetat dan
sulfida. Inkompatibilitas termasuk agen
pengoksidasi, basa, pengurangan agen dan nitrat.
Berpotensi meledak jika dikombinasikan dengan
nitrat logam. Pada penyimpanan, sukrosa dapat
mengkristal dari sirup adanya asam sitrat (Rowe,
2009).

VI. RANCANGAN PENGEMASAN DAN SPESIFIKASI BAHAN


1. Alasan pemilihan wadah (kemasan primer)
a. Wadah sediaan obat adalah sarana yang menahan sediaan obat, yang dapat
langsung ataupun tidak langsung bersentuhan (kontak) dengan sediaan obat
lain (Amalia dkk, 2004).
b. Pengemasan, suhu, dan lama waktu penyimpanan, kandungan metabolic
sekunder dan kapasistas antioksidan produk minuman merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan. Untuk mengetahui jenis kemasan botol dan
suhu penyimpanan terhadap kandungan metabolic sekunder, kapasitas
antioksidan dan cemaran mikroba pada minuman (Saputra dkk, 2018)
c. Berbagai bentuk obat disiapkan telah disimpan dalam botol kaca yang dapat
memberikan perlindungan terhadap cahaya dan pada 40 0, 500, 60 ° C selama
empat bulan (Jawad. F, 2010).

VII. PERHITUNGAN
Sediaan teofilin = 100 mg/5 ml
Sediaan yang dibuat = 60 ml
KD Etanol = 25, 7
KD Propilenglikol = 33,0
KD Aquadest = 80,4
% Etanol = 5%
% Air = 100 - 5 – X
% Propilenglikol =X

100 mg
Teofilin = x 60 mL = 1200 mg = 1,2 gr
5 ml

Kelarutan Teofilin
Dalam air = Sukar larut (100 – 1000)
Dalam etanol = Agak sukar larut (30 – 100)
% etanol yang digunakan cukup 5% saja, sebab obat ini mau diberikan kepada
anak-anak maka diberikan sesuai ketentuan yaitu 5%, tidak boleh melebihi 10%
sebab akan menyebabkan iritasi pada tenggorokkan.

KD teofilin =
( KD Propilenglikol x % Propilenglikol ) + ( KD etanol ) +(KD air x % air)
100
( 33 x ) + ( 25,7 x 5 )+(80,4 (100−5−X ))
63,23 =
100
33 x +128,5+(80,4( 95− X))
63,23 =
100
33 x +128,5+(7638−80,4 x )
63,23 =
100
33 x +1.285+(76,38−80,4 x )
63,23 =
100
-33,0 + 80,4x = 1,285 + 76,38 – 63,23
47,4x = 14,435
14,435
X =
47,4
= 0,3045 x 100%
= 30,45 %
% Propilenglikol = 30,45 %
% Air = 95 – 30,45 %
= 64,55 %
30,45
% Propilenglikol = x 60 mL=18,27 mL
100
64,55
% Air = X 60 mL=38,73 mL
100

1. Teofilin
Dosis oral elixir 100 mg/5 mL
100 mg
X 60 m L = 1,2 g
5 mL
1,2 g x 3 =3,6 g

2. Propilenglikol 30,45%
30,45
x 60 m L = 18,27 m L
100
18,27 m L x 3 = 54 m L

3. Alkohol 5%
5
x 60 m L=3 m L x 3 = 9 m L
100

4. Sorbitol 15%
15
X 60 m L=9 mL x 3=27 mL
100

5. Sirup Simpleks 30%


30
X 60 m L=18 m L X 3=54 m L
100

6. Asam sitrat 0,5%


0,5
X 60 m L=0,3 m L x 3=0,9 m L
100

7. Aquadest add 60 mL
VIII. SKEMA KERJA

Alat dan Bahan


- Digerus
- Dipanaskan air suling

Teofillin
- Dimasukkan air suling panas
- Dimasukkan teofilin sedikit demi
sedikit sambal diaduk

Gelas Kimia

- Diaduk hingga homogen, ditambahkan


alcohol
- Ditambahkan

Propilen glikol,
Sorbitol dan Syrup
Simplex

- Dihomogenkan dan ditambahkan


aquadest
- Di masukkan

Botol Coklat
- Di ad

Aquadest 60 mL

Anda mungkin juga menyukai