OLEH :
KELOMPOK : VI (ENAM)
KELAS :C
ASISTEN : FITRI ANGGUN SOLEHAH MARZUKI
Nilai
Nama NIM Tugas Nilai Diskusi
Dokumen
Sandra Dwi Juliana G70119138 Preformulasi
Jusriani G70119068 Formulasi
Mega Pratiwi Basir G70119044 Evaluasi
Nurhafifah Wulandari
G70119097 Evaluasi
Kassa
Nurul Fatiah Fitriana G70119018 Kemasan
PALU
2021
I. FORMULA ASLI
Tiap 5 ml mengandung :
Diphenhydramin Hydrochloridum 12,5 mg
Ammonii Chloridum 125 mg
Natrii Citras 60 mg
Acidum Citricum 40 mg
Saccharum album 3,6 mg
Aethanolum 90% 250 μl
Mentholum 1 mg
Sorbitolum solutio 70% 375 μl
Aqua destillata hingga 5 ml
Amonium Klorida
1. Amonium klorida digunakan dalam pengobatan alkalosis metabolik
yang parah untuk menjaga urin pada pH asam dalam pengobatan
beberapa gangguan saluran kemih atau diuresis. Ia juga digunakan
sebagai ekspektoran dalam obat batuk. (HPE.2009)
2. Amonium klorida adalah garam pembentuk asam yang dianggap
mengarahkan efek ekspektoran dengan melonggarkan dahak.(Billing.S.
et all. 2017)
3. Menurut FI edisi III (1979), amonium klorida memiliki khasiat untuk
meredakan batuk berdahak (ekspektoran).
IV.3 Alasan Pemilihan Bahan Tambahan (min. 3 pustaka tiap bahan)
Asam sitrat
1. Asam sitrat (asam 2-hidroksi-1,2,3-propanetrikarboksilat, C6H8O7)
adalah zat acidulant (pengasam), pengawet, pengemulsi, penyedap,
sequestrant, dan buffering yang banyak digunakan di banyak industri
terutama di makanan, minuman, farmasi, nutraceutical dan produk
kosmetik (Ciriminna, et all. 2017).
2. Asam sitrat adalah pengawet yang baik dan rasanya asam. Asam sitrat
dapat dengan mudah dibuat dan mudah larut. Asamm sitrat digunakan
dalam zat penyedap dan peningkatan stabilitas (Kanse, et all. 2017).
3. Contoh eksipien pengatur pH yang dapat digunakan untuk
meningkatkan laju disolusi lemah obat-obatan dasar termasuk asam
organik (misalnya asam sitrat, asam tartarat, dan asam karbonat).
Setelah disintegrasi dalam bentuk sediaan padat, asam organik larut
dalam cairan lambung di sekitarnya dan menurunkan pH dari lapisan
difusi stagnan yang mengelilingi setiap partikel obat (Merwe, et all.
2020).
Natrium benzoat
1. Sodium benzoat digunakan sebagai pengawet (Sumantri, I., et al.,
2020).
2. Sodium benzoat adalah garam yang berasal dari asam benzoat dan
termasuk antimikroba yang digunakan sebagai pengawet
(Bhattacharjee, M., 2020).
3. Sodium benzoat digunakan sebagai alternative dari asam benzoat
karena keduanya memiliki sifat kimia yang sama dan digunakan sebagai
pengawet (Anusha, V., et al., 2019).
Sukrosa
1. Sukrosa adalah karbohidrat disakarida yang terdiri dari glukosa dan
fruktosa yang ditemukan secara alami dalam buah-buahan dan sayuran
yang digunakan sebagai pemanis yang biasanya digunakan dalam
sediaan farmasi. Kebanyakan sirup mengandung 60-80% sukrosa.
Sukrosa juga telah dilaporkan sebagai gula paling kariogenik (Humaid
J.A. 2018).
2. Sukrosa adalah gula yang paling sering digunakan dalam sirup,
meskipun dalam keadaan khusus, dapat diganti seluruhnya atau
sebagian oleh gula atau zat lain sepert sorbitol, gliserin, dan propilen
glikol (Allen and Ansel, 2014).
3. Sirup sukrosa banyak digunakan sebagai bahan dasar dalam bentuk
cairan oral untuk meningkatkan palatabilitas atau untuk meningkatkan
viskositas (HPE,2009).
Menthol
1. Mentol banyak digunakan dalam produk farmasi, kembang gula, dan
perlengkapan mandi sebagai agen penyedap atau penambah bau.
Selain rasa peppermint yang khas dan muncul secara alami, mentol
juga memberikan sensasi sejuk atau menyegarkan yang dieksploitasi
dalam banyak sediaan topikal (HPE, 2009).
2. Menthol digunakan selama berabad-abad untuk mengobati batuk dan
masuk angin, Memiliki bau menyengat yang memberikan kesejukan
dan menenangkan efek di mulut dan tenggorokan. Mentol juga telah
dilaporkan menghambat sensitivitas refleks batuk dibandingkan dengan
plasebo. (Birring.S. et all. 2017).
3. Mentol adalah senyawa yang bersifat anti-tusif. Ini biasanya
ditambahkan ke sirup obat batuk untuk menekan batuk. (Paul.M.
2012).
Sorbitol
1. Dalam sirup, sorbitol efektif mencegah kristalisasi di sekitar tutup botol.
Untuk mencegah caplocking dalam sirup dan elixir, sorbitol digunakan
sebanyak 15-30 % (Prasanna, et all. 2016).
2. sorbitol dapat berfungsi sebagai penghambat kristalisasi untuk sistem
gula cair. dalam larutan pekat padatan murni atau sistem suspensi,
kristalisasi dapat terjadi. ketika kristalisasi dilokalisasi pada utas
botol,tutupnya mungkin menjadi sulit atau tidak mungkin untuk
dilepas.Kondisi tersebut dikenal sebagai caplocking. sorbitol membantu
menghilangkan kristalisasi dan efek tidak diinginkannya dengan
mengembangkan sistem padatan yang lebih kompleks dalam sirup yang
membuatnya kurang mudah dikristalisasi (Carlin. B. 2018).
3. Sorbitol sebagai bahan anti caplocking. Anti caplocking berguna untuk
mencegah kristalisasi gula di dalam botol (Syakri S & Putra D.N, 2017).
Etanol
1. Etanol adalah eksipien yang banyak digunakan dalam berbagai
formulasi farmasi. Etanol dapat berfungsi sebagai pelarut pendamping
untuk meningkatkan kelarutan obat, dan sebagai pengawet karena
aktivitas antimikrobanya. etanol sering digunakan sebagai pelarut
ekstraksi untuk mendapatkan konstituen yang diperlukan, Kandungan
etanol dalam produk farmasi bervariasi dalam formulasi yang berbeda;
konsentrasi etanol yang lebih tinggi paling sering digunakan dalam
cairan untuk mulasi seperti sirup, larutan dan suspensi. (Manish.G.et
all. 2017)
2. Etanol adalah zat umum yang terjadi dalam berbagai formulasi farmasi.
Itu sangat sering digunakan sebagai pelarut. Penambahan etanol
mungkin juga diterapkan untuk meningkatkan kelarutan beberapa
bahan yang kurang larut dalam air. Yang lain Fungsi etanol adalah
sebagai pengawet terhadap serangan mikroba (Elzbieta.Z and Alicja.W.
2013)
3. Etanol digunakan baik untuk meningkatkan kelarutan beberapa bahan
dan sebagai pengawet karena aktivitas antimikroba (Lilian.R.B. 2020)
Aqua destillata
1. Menurut FI edisi III (1979) merupakan zat tambahan yang paling utama
digunakan untuk sebuah larutan sebagai pelarut utama (solvent).
2. Aquadest digunakan sebagai bahan tambahan yang berperan sebagai
pelarut (HPE. 2009)
3. Aquadest digunakan sebagai pelarut. (Kusuma.H. et all. 2019)
V. INFORMASI BAHAN AKTIF & BAHAN TAMBAHAN
V.1. Uraian Farmakologi Bahan aktif
1. Diphenhydramine
Indikasi : Anti alergi, antiemetik. Parkinsonisme, reaksi
ekstrapiramidal karena obat (Medical Mini
Notes, 2019).
Kontraindikasi : Bayi baru lahir atau premature; menyusui
(Medical Mini Notes, 2019).
Efek Samping : Sedasi, gangguan saluran cerna, efek anti
muskarinik; retensi urin, mulut kering,
pandangan kabur, mempengaruhi sistem
kardiovaskular dan sistem saraf pusat, kelainan
darah (Medical Mini Notes, 2019).
Dosis : Dewasa : 25-50 mg 3 atau 4 kali sehari. Max.
300 mg sehari.
Anak-anak : 2-6 tahun 6,25 mg 4-6 jam; 6-12
tahun 12,5-25 mg 4-6 jam; >12 tahun sama
dengan dosis dewasa (MIMS, 2020)
Rute pemberian : Oral
Farmakokinetik : (MIMS, 2020)
Absorption:
Diserap dengan baik dari saluran pencernaan.
Ketersediannya 42-62%. Waktu untuk mencapai
konsentrasi plasma puncak, kira-kira 1-4 jam.
Distribution:
Volume distribusi 17 L/kg. Pengikatan protein
plasma 98,5%.
Metabolism:
Dimetabolisme secara ekstensif di hati.
Excretion:
Melalui urin.
Perhatian : Glaukoma sudut sempit, tukak lambung,
abstruksi piloroduodenal, gejala hipertrofi
prostat atau abstruksi struktural kandung
kencing; riwayat asma bronkial, kenaikan
tekanan intraokuler, hipertiroid, penyakit
kardiovaskular atau hipertensi; hamil; hindari
mengemudi dan menjalankan mesin (Medical
Mini Notes, 2019).
Interaksi : Alkohol, depresan SSP, penghambat MAO
(Medical Mini Notes, 2019).
Mekanisme Kerja : Antagonis reseptor histamine H1 dari sel efektor
di saluran pernapasan, pembuluh darah, dan
otot polos GI (Medscape, 2020).
2. Amonium Klorida
Indikasi : Ekspektoran
Kontraindikasi : Gagal ginjal akut (MIMS, 2020).
Efek Samping : Demam, ruam kulit, sakit kepala, kebingungan,
kantuk, nyeri, iritasi atau pembengkakan pada
lokasi suntik
Dosis : 300 mg (5 ml) tiap 2-4 jam (Medical Mini Notes,
2019).
Rute pemberian : Oral
Farmakokinetik : (MIMS, 2020)
Absorption:
Diserap dengan cepat dari saluran pencernaan
setelah pemberian oral.
Distribution:
Metabolism:
Dimetabolisme di hati untuk membentuk urea
dan asam klorida.
Excretion:
Melalui urine.
Perhatian : Insufisiensi paru, edema jantung, gagal ginjal
akut (jangan berikan NH4Cl saja jika terjadi
kehilangan Na bersamaan) (Medscape, 2020).
Interaksi : Ammonium klorida menurunkan kadar
dekstroamfetamin dengan meningkatkan
pembersihan ginjal (Medscape, 2020).
Mekanisme Kerja : Meningkatkan keasaman dengan meningkatkan
jumlah konsentrasi ion hydrogen (Medscape,
2020).
V.2 Sifat Fisika & Kimia Bahan Aktif
1. Sifat Fisika & Kimia Difenhidramina hidroklorida (FI. Edisi III, 1979)
Stabilitas : -
2. Sifat Fisika & Kimia Amonium klorida (FI. Edisi III, 1979)
: Zat tambahan
Kegunaan Hablur berbentuk jarum ataau prisma ; tidak
: Berwarna; bau tajam seperti minyak permen;
Pemerian rasa panas dan aromatic diikuti rasa dingin
Sukar larut dalam air, sangat mudah larut
: dalam Etanol (95%), dalam kloroform dan
Kelarutan dalam eter P ; mudah larut dalam parafin
cair P dan dalam minyak atsiri.
: Formulasi yang mengandung mentol 1% w/w
Stabilitas dalam krim berair, stabil hingga 18 bulan bila
disimpan pada suhu kamar. mentol harus
disimpan dalam wadah tertutup baik pada
suhu tidak melebihi 25O C, karena mudah
menyublim
3. Sifat Fisika & Kimia Natrium Benzoat(FI. Edisi IV, 1995 dan HPE, 2009)
Nama resmi : NATRII BENZOAS
Sinonim : Garam natrium asam benzoat; sodabenzoat;
natriibenzoas; natrium benzoicum.
RM/BM : C7H14NaO2/144,11
Rumus :
struktrur
Kegunaan : Zat pengawet
Pemerian : Butiran atau serbuk hablur; putih; tidak
berbau atau hampir tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air dan dalam 90
bagian etanol (95%) P.
Stabilitas : Larutan berair dapat disterilkan dengan
autoklaf atau filtrasi.
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan senyawa kuaterner,
gelatin, garam besi, garam kalsium, dan
garam logam berat, termasuk perak, timah,
dan merkuri. Aktivitas pengawet dapat
dikurangi dengan interaksi dengan kaolin2
atau surfaktan nonionik.
Inkompatibilitas
6. Sifat Fisika & Kimia Sukrosa (FI. Edisi IV, 1995) dan (HPE, 2009)
Nama Resmi : SUCROSUM
Sinonim : Sakarosa, sukrosa
RM / BM : C12H12O11/342,30
Rumus Struktur :
7. Sifat Fisika & Kimia Asam sitrat (FI. Edisi III, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM CITRICUM
Sinonim : Asam sitrat
RM / BM : C6H8O7.H2O/210,14
Rumus Struktur :
Inkompatibilitas : -
VI. RANCANGAN PENGEMASAN DAN SPESIFIKASI SEDIAAN
VI.1.1 Alasan Pemilihan Wadah (Kemasan Primer)
1. Kemasan farmasi dianggap sebagai bagian integral dari pengembangan
formulasi di industri dan memberikan dampak yang besar terhadap
stabilitas obat selama masa simpan produk. Bahan pengemas farmasi
harus memiliki karakteristik seperti berikut. 1) Harus melindungi
produk obat dari kondisi lingkungan seperti cahaya, gas reaktif, 2)
harus kompatibel dengan bentuk sediaan dan tidak boleh berinteraksi
dengan komponennya untuk menghasilkan perubahan yang tidak
diinginkan, 3) ini harus tidak beracun dan 4) harus disetujui FDA
(Raina, H dan Anil, 2017).
2. Produk pediatrik dosis oral cair seperti sirup, larutan dan suspensi
biasanya dikemas dalam presentasi botol kaca. Wadah kaca dianggap
sebagai wadah yang paling lembam dan kedap air jika dibandingkan
dengan bahan konstruksi lainnya seperti plastik. Formulasi berbahan
dasar cairan siap pakai (sirup, suspensi dan larutan) dan bubuk
biasanya dikemas dalam botol kaca (kuning atau bening) dengan tutup
tahan anak HDPE. Penutupan untuk meminimalkan risiko bahan yang
dapat diekstraksi dan dapat larut dari wadah kemasan dan/atau untuk
melindungi produk obat dari cahaya (Campbell, G dan Erick, 2015).
3. Pilihan bahan pengemas untuk sirup dibuat dengan 3 batch formulasi
yang disimpan dalam 3 jenis kemasan berbeda (botol kaca amber,
botol plastik transparan, botol plastik amber) dan disimpan selama
dua (02) tahun (Salfo, et all. 2018).
VI.1.2 Rancangan Label, Leaflet dan Kemasan Sekunder
1. Rancangan label
Komposisi : Netto 60 ml
Tiap ml mengandung
Diphenhydramine………..13 mg Dosis :
Amonium klorida…….…100 mg Anak-anak
Zat tambahan…………………q.s Umur 6-12 tahun :
- Sekali = 1 sendok teh
Indikasi : - Sehari = 3 x 1 sendok te
Anti alergi dan Antiemetik - Umur 6 tahun ke bawah: Sesuai petunjuk dokter.
Komposisi :
Tiap sendok takar (5 ml) mengandung
Diphenhydramine………..13 mg
Amonium klorida…….…100 mg
Zat tambahan…………………q.s
Indikasi :
Anti alergi dan Antiemetik
Kontra Indikasi :
Bayi baru lahir atau premature; menyusui, gagal ginjal akut
Efek Samping :
Sedasi, demam, ruam kulit, sakit kepala, kebingungan, kantuk,
nyeri, gangguan saluran cerna, efek anti muskarinik; retensi urin,
mulut kering, pandangan kabur, mempengaruhi sistem
kardiovaskular dan sistem saraf pusat, kelainan darah.
Dosis :
Anak-anak
- Umur 2 tahun ke atas : ½-1 sendok takar (2,5 ml) 3-4 sehari
- Umur 2 tahun ke bawah: Sesuai petunjuk dokter.
Dosis :
Komposisi : Anak-anak
Efek samping :
Sedasi, demam, ruam kulit, sakit kepala,
Peringatan dan Perhatian!
- Jangan mengendarai kendaraan bermotor
kebingungan, kantuk, nyeri, gangguan saluran selama mengonsumi obat ini.
cerna, efek anti muskarinik; retensi urin, mulut - Tidak dianjurkan untuk anak-anak usia 2
tahun ke bawah, kecuali atas petunjuk atau
kering, pandangan kabur, mempengaruhi sistem
izin dokter.
kardiovaskular dan sistem saraf pusat, kelainan
darah.
VIII. PERHITUNGAN
1) Perhitungan Bahan
1. Zat Aktif
12,5 𝑚𝑔
Diphenhydramin = x 60 ml = 150 mg = 0,150 gr
5 𝑚𝑙
𝑚 𝑚 0,150 𝑔𝑟
Ρ= → v= = 0,1 𝑔/𝑐𝑚3 = 1,5 mL
𝑣 𝜌
125 𝑚𝑔
Amonium Klorida = x 60 ml = 1.500 mg = 1,5 gr
5 𝑚𝑙
𝑚 𝑚 1,5 𝑔𝑟
Ρ= → v= = = 15 mL
𝑣 𝜌 0,1 𝑔/𝑐𝑚3
2. Zat Tambahan
1
Asam sitrat 1% = 100 x 60 ml = 0,6 mg
0,1
Natrium benzoat = 100 x 60 ml = 0,06 mg
67
Sukrosa = x 60 ml = 40,2 mg
100
0,005
Menthol = x 60 ml = 0,003 mg
100
15
Sorbitol = x 60 ml = 9 mg
100
Untuk 3 wadah = 3 x 9 mg = 27 Mg
2) Perhitungan Dosis
Diphenhydramin
1. Pemakaian orang dewasa
DM Sekali = 25 mg – 50 mg
DM Sehari = 300 mg
Pemakaian berdasarkan resep
1 𝑥 5𝑚𝑙
Sekali = 60 𝑚𝑙
𝑥 156 𝑚𝑔 = 12,99 𝑚𝑔 < 25 𝑚𝑔 − 50 𝑚𝑔
3 𝑥 5𝑚𝑙
Sehari = 𝑥 156 𝑚𝑔 = 39 𝑚𝑔 < 300 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙
Persentase pemakaian
12,99 𝑚𝑔
Sekali = 25 𝑚𝑔−50 𝑚𝑔 𝑥 100% = 51,96 mg – 25,98 mg (TOD)
39 𝑚𝑔
Sehari = 𝑥 100% = 13% < 100% (TOD)
300 𝑚𝑔
= 4,16 mg – 12,5 mg
Sehari =-
Sehari =-
Persentase pemakaian
12,99 𝑚𝑔
Sekali = 12,5 𝑚𝑔 𝑥 100% = 103,92 % (OD)
12,99 𝑚𝑔
= 𝑥 100% = 51,96% (TOD)
25 𝑚𝑔
Sehari =-
IX. SKEMA KERJA
- Dikalibrasi
Botol Cokelat
- Ditimbang
- Diphenhydramin
- Amonium Klorida
- Sukrosa
- Asam benzoat
- Sorbitol
- Dimasukkan
Gelas Kimia
- Dimasukkan
Wadah Primer (Botol
Cokelat 60 ml)
- Aquadest ad 60 ml
- dimasukkan
XI. PERALATAN
1. Lumpang alu
2. Lap kasar
3. Lap halus
4. Cawan porselin
5. Neraca analitik
6. Sendok tanduk
7. Gelas ukur
8. Batang pengaduk
9. Pipet tetes
10. Gelas kimia
11. Botol coklat
12. Kaca arloji
13. Botol semprot
14. Sudip
15. Corong kaca
Anusha, V. H., Bindu Shree, N., Pavithran, G., Anitha, B. R., & Praveena, B. (2019).
Effect og Potassium-Bi-Sulphate as Food Preservativve- A Review. Oct. Jour.
Env. Res. Vol. 7(4): 156-159.
Kanse, et all. (2017). A Review On Citric Acid Production And Its Applications.
International Journal of Current Advanced Research Volume 6; Issue 9.
Loyd V. Allen, Jr., Howard C. Ansel. (2014). Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms
and Drug Delivery Systems Tenth Edition. Wolters Kluwer Health : United
States of America
Merwe, et all. (2020). The Role of Functional Excipients in Solid Oral Dosage Forms to
Overcome Poor Drug Dissolution and Bioavailability. North-West University :
Centre of Excellence for Pharmaceutical Sciences (Pharmacen™),
Paul, M. (2012). Sweet Taste And Menthol increase cought reflex thresholds.
Pulmonary Pharmacology & Therapeutics Volume 25, Issue 3, June 2012,
Pages 236-241
Sawant, S., Lalge, K., Labade, S., Khengre, N., & Burungale, A. (2017). Effective
Removal and Recovery of Fast Green FCF Dye from Wastewater using Green
Adsorbent. International Journal of Applied Chemistry, 13(2), 341-351.
Sumantri, I., Buchori, L., & Anggoro, D. D. (2020). Inhibitory effect of Sodium
Benzoate as Preservative Material in the Biogas Production in a Batch
Anaerobic Digestion Process. Journal of Ecological Engineering, 21(8), 120-128.
Xu, F., Yang, J., Lu, F., Liu, R., Zheng, J., Zhang, J., ... & Chen, J. (2018). Fast Green FCF
Alleviates Pain Hypersensitivity and Down-regulates The Levels Of Spinal P2X4
Expression and Pro-inflammatory Cytokines in a Rodent Inflammatory Pain
Model. Frontiers in pharmacology, 9, 534.
Yang, J., Liu, R., Lu, F., Xu, F., Zheng, J., Li, Z., ... & Chen, X. (2019). Fast Green FCF
Attenuates Lipopolysaccharide-induced Depressive-like Behavior and
Downregulates TLR4/Myd88/NF-κB Signal Pathway in The Mouse
Hippocampus. Frontiers in pharmacology, 10, 501.