Anda di halaman 1dari 30

JURNAL FORMULA TFS 1

SIRUP DIPHENHYDRAMIN + NH4Cl

OLEH :
KELOMPOK : VI (ENAM)
KELAS :C
ASISTEN : FITRI ANGGUN SOLEHAH MARZUKI

Nilai
Nama NIM Tugas Nilai Diskusi
Dokumen
Sandra Dwi Juliana G70119138 Preformulasi
Jusriani G70119068 Formulasi
Mega Pratiwi Basir G70119044 Evaluasi
Nurhafifah Wulandari
G70119097 Evaluasi
Kassa
Nurul Fatiah Fitriana G70119018 Kemasan

PALU
2021
I. FORMULA ASLI
Tiap 5 ml mengandung :
Diphenhydramin Hydrochloridum 12,5 mg
Ammonii Chloridum 125 mg
Natrii Citras 60 mg
Acidum Citricum 40 mg
Saccharum album 3,6 mg
Aethanolum 90% 250 μl
Mentholum 1 mg
Sorbitolum solutio 70% 375 μl
Aqua destillata hingga 5 ml

II. RANCANGAN FORMULA


Tiap 60 ml Difenklorida Syrup® mengandung :
Diphenhydramin 150 mg
Amonium klorida 1.500 mg
Asam sitrat 1%
Natrium benzoat 0,1 %
Sukrosa 67%
Menthol 0,005%
Sorbitol 15%
Fast Green fcf q.s
Etanol q.s
Aquades ad 60 ml

III. MASTER FORMULA


Nama Produk : Difenklorida Syrup®
Nama Pabrik : PT. Ikatan Cinta Pharma
Jumlah Produk :3
Tanggal Formula Asli : 08 Maret 2021
Tanggal Rencana produksi : 24 Maret 2021
No. Registrasi : DTL212237A1
No. Batch : 1103001
Jumlah Jumlah
No. Komposisi Fungsi
perwadah perbatch
1. Diphenhydramin Zat aktif 150 mg 450 mg
2. Amonium klorida Zat aktif 1.500 mg 4.500 mg
3. Asam sitrat Pendapar 0,6 mg 1,8 mg
4. Natrium benzoat Pengawet 0,06 mg 0,18 mg
5. Sukrosa Pemanis 40,2 mg 120,6 mg
6. Menthol Pengaroma 0,003 mg 0,009 mg
7. Sorbito Anticaplocking 9 mg 27 mg
8. Fast Green fcf Pewarna q.s q.s
9. Etanol Pelarut q.s q.s
10. Aquades Pelarut / solvent q.s q.s

IV. DASAR FORMULASI


IV.1 Alasan Pembuatan Sediaan (minimal 3 pustaka)
1. Sirup adalah cairan oral kental yang mungkin mengandung satu atau
lebih bahan aktif dalam larutan. Sukrosa adalah komponen utama
dalam sirup. Zat lain dapat ditambahkan ke sirup untuk meningkatkan
rasa atau memperlambat kristalisasi sukrosa. Dalam sirup berbahan
dasar gula, formulasinya terutama dibuat dari zat jenis selulosa yang
ditambahkan pemanis buatan untuk pengayaan rasa (Al-Achi & Kanade,
2019).
2. Sirup adalah sediaan encer pekat dari gula atau pengganti gula dengan
atau tanpa zat penyedap dan bahan obat. Sirup dibuat agar
memudahkan atau menyenangkan orang yang akan mengkonsumsi
obat baik itu anak-anak ataupun orang tua yang kesusahan dalam
proses menelan bentuk sediaan padat. Zat yang akan ditambahkan
dalam formula pembuatan sirup adalah zat yang mengandung agen
terapeutik (Allen and Ansel, 2014).
3. Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa.
Kecuali jika dinyatakan lain, kadar sakarosa, C 12H22O11, tidak kurang dari
64,0% dan tidak lebih dari 66,0% (FI III,1979).
IV.2 Alasan pemilihan bahan aktif (minimal 3 pustaka)
Difenhidramin
1. Diphenhidramine hydrochloride (diphenylmethoxy) -N, N-dimethyl-
hydrochloride adalah antihistamin generasi pertama yang biasa
digunakan untuk mengobati gejala alergi. Diphenhidramine Ini juga
bertindak sebagai antiemetik, hipnotik dan sedatif, yang digunakan
untuk premedikasi dalam prosedur gigi, oftalmologi dan endoskopi.
Dalam beberapa tahun terakhir, DH telah digunakan dalam
kombinasi dengan obat lain untuk pengobatan komprehensif, dan
tersedia secara komersial sebagai sirup atau tablet oral. Kristalisasi
solusi adalah langkah terakhir dan penting dalam pembuatan DH.
Beberapa kelarutan DH dalam air telah dievaluasi dengan
kalorimetri pemindaian diferensial (DSC). Mengingat kelarutannya
yang tinggi dalam air, air bukanlah pelarut yang cocok untuk
kristalisasi. Namun, sedikit perhatian telah diberikan pada kelarutan
DH dalam pelarut organik (Salfo, et all. 2018).
2. Difenhidramin pada konsentrasi 12.5 mg/5 mL berfungsi untuk
mengontrol batuk karena masuk angin atau alergi (Allen and Ansel,
2014).
3. Diphenhydramine telah terbukti menghambat batuk yang diinduksi
asam sitrat dan mengurangi relatif batuk kronis patologis.
diphenhydramine, di klasifikasikan sebagai antitusif oleh FDA dan
merupakan komponen dari berbagai obat batuk dan pilek (Peter.V.
et all. 2015).

Amonium Klorida
1. Amonium klorida digunakan dalam pengobatan alkalosis metabolik
yang parah untuk menjaga urin pada pH asam dalam pengobatan
beberapa gangguan saluran kemih atau diuresis. Ia juga digunakan
sebagai ekspektoran dalam obat batuk. (HPE.2009)
2. Amonium klorida adalah garam pembentuk asam yang dianggap
mengarahkan efek ekspektoran dengan melonggarkan dahak.(Billing.S.
et all. 2017)
3. Menurut FI edisi III (1979), amonium klorida memiliki khasiat untuk
meredakan batuk berdahak (ekspektoran).
IV.3 Alasan Pemilihan Bahan Tambahan (min. 3 pustaka tiap bahan)
Asam sitrat
1. Asam sitrat (asam 2-hidroksi-1,2,3-propanetrikarboksilat, C6H8O7)
adalah zat acidulant (pengasam), pengawet, pengemulsi, penyedap,
sequestrant, dan buffering yang banyak digunakan di banyak industri
terutama di makanan, minuman, farmasi, nutraceutical dan produk
kosmetik (Ciriminna, et all. 2017).
2. Asam sitrat adalah pengawet yang baik dan rasanya asam. Asam sitrat
dapat dengan mudah dibuat dan mudah larut. Asamm sitrat digunakan
dalam zat penyedap dan peningkatan stabilitas (Kanse, et all. 2017).
3. Contoh eksipien pengatur pH yang dapat digunakan untuk
meningkatkan laju disolusi lemah obat-obatan dasar termasuk asam
organik (misalnya asam sitrat, asam tartarat, dan asam karbonat).
Setelah disintegrasi dalam bentuk sediaan padat, asam organik larut
dalam cairan lambung di sekitarnya dan menurunkan pH dari lapisan
difusi stagnan yang mengelilingi setiap partikel obat (Merwe, et all.
2020).

Natrium benzoat
1. Sodium benzoat digunakan sebagai pengawet (Sumantri, I., et al.,
2020).
2. Sodium benzoat adalah garam yang berasal dari asam benzoat dan
termasuk antimikroba yang digunakan sebagai pengawet
(Bhattacharjee, M., 2020).
3. Sodium benzoat digunakan sebagai alternative dari asam benzoat
karena keduanya memiliki sifat kimia yang sama dan digunakan sebagai
pengawet (Anusha, V., et al., 2019).

Sukrosa
1. Sukrosa adalah karbohidrat disakarida yang terdiri dari glukosa dan
fruktosa yang ditemukan secara alami dalam buah-buahan dan sayuran
yang digunakan sebagai pemanis yang biasanya digunakan dalam
sediaan farmasi. Kebanyakan sirup mengandung 60-80% sukrosa.
Sukrosa juga telah dilaporkan sebagai gula paling kariogenik (Humaid
J.A. 2018).
2. Sukrosa adalah gula yang paling sering digunakan dalam sirup,
meskipun dalam keadaan khusus, dapat diganti seluruhnya atau
sebagian oleh gula atau zat lain sepert sorbitol, gliserin, dan propilen
glikol (Allen and Ansel, 2014).
3. Sirup sukrosa banyak digunakan sebagai bahan dasar dalam bentuk
cairan oral untuk meningkatkan palatabilitas atau untuk meningkatkan
viskositas (HPE,2009).

Menthol
1. Mentol banyak digunakan dalam produk farmasi, kembang gula, dan
perlengkapan mandi sebagai agen penyedap atau penambah bau.
Selain rasa peppermint yang khas dan muncul secara alami, mentol
juga memberikan sensasi sejuk atau menyegarkan yang dieksploitasi
dalam banyak sediaan topikal (HPE, 2009).
2. Menthol digunakan selama berabad-abad untuk mengobati batuk dan
masuk angin, Memiliki bau menyengat yang memberikan kesejukan
dan menenangkan efek di mulut dan tenggorokan. Mentol juga telah
dilaporkan menghambat sensitivitas refleks batuk dibandingkan dengan
plasebo. (Birring.S. et all. 2017).
3. Mentol adalah senyawa yang bersifat anti-tusif. Ini biasanya
ditambahkan ke sirup obat batuk untuk menekan batuk. (Paul.M.
2012).

Fast Green FCF


1. Fast Green FCF, sebuah aditif warna biokompatibel yang aman (Yang,
J., et al., 2019).
2. Fast Green FCF adalah aditif warna triphenylmethane yang digunakan
untuk mewarnai makanan, obat-obatan, dan kosmetik (Xu, F., et al.,
2018).
3. Fast Green FCF digunakan untuk mewarnai bahan makanan (Sawant,
S., et al., 2017).

Sorbitol
1. Dalam sirup, sorbitol efektif mencegah kristalisasi di sekitar tutup botol.
Untuk mencegah caplocking dalam sirup dan elixir, sorbitol digunakan
sebanyak 15-30 % (Prasanna, et all. 2016).
2. sorbitol dapat berfungsi sebagai penghambat kristalisasi untuk sistem
gula cair. dalam larutan pekat padatan murni atau sistem suspensi,
kristalisasi dapat terjadi. ketika kristalisasi dilokalisasi pada utas
botol,tutupnya mungkin menjadi sulit atau tidak mungkin untuk
dilepas.Kondisi tersebut dikenal sebagai caplocking. sorbitol membantu
menghilangkan kristalisasi dan efek tidak diinginkannya dengan
mengembangkan sistem padatan yang lebih kompleks dalam sirup yang
membuatnya kurang mudah dikristalisasi (Carlin. B. 2018).
3. Sorbitol sebagai bahan anti caplocking. Anti caplocking berguna untuk
mencegah kristalisasi gula di dalam botol (Syakri S & Putra D.N, 2017).

Etanol
1. Etanol adalah eksipien yang banyak digunakan dalam berbagai
formulasi farmasi. Etanol dapat berfungsi sebagai pelarut pendamping
untuk meningkatkan kelarutan obat, dan sebagai pengawet karena
aktivitas antimikrobanya. etanol sering digunakan sebagai pelarut
ekstraksi untuk mendapatkan konstituen yang diperlukan, Kandungan
etanol dalam produk farmasi bervariasi dalam formulasi yang berbeda;
konsentrasi etanol yang lebih tinggi paling sering digunakan dalam
cairan untuk mulasi seperti sirup, larutan dan suspensi. (Manish.G.et
all. 2017)
2. Etanol adalah zat umum yang terjadi dalam berbagai formulasi farmasi.
Itu sangat sering digunakan sebagai pelarut. Penambahan etanol
mungkin juga diterapkan untuk meningkatkan kelarutan beberapa
bahan yang kurang larut dalam air. Yang lain Fungsi etanol adalah
sebagai pengawet terhadap serangan mikroba (Elzbieta.Z and Alicja.W.
2013)
3. Etanol digunakan baik untuk meningkatkan kelarutan beberapa bahan
dan sebagai pengawet karena aktivitas antimikroba (Lilian.R.B. 2020)

Aqua destillata

1. Menurut FI edisi III (1979) merupakan zat tambahan yang paling utama
digunakan untuk sebuah larutan sebagai pelarut utama (solvent).
2. Aquadest digunakan sebagai bahan tambahan yang berperan sebagai
pelarut (HPE. 2009)
3. Aquadest digunakan sebagai pelarut. (Kusuma.H. et all. 2019)
V. INFORMASI BAHAN AKTIF & BAHAN TAMBAHAN
V.1. Uraian Farmakologi Bahan aktif
1. Diphenhydramine
Indikasi : Anti alergi, antiemetik. Parkinsonisme, reaksi
ekstrapiramidal karena obat (Medical Mini
Notes, 2019).
Kontraindikasi : Bayi baru lahir atau premature; menyusui
(Medical Mini Notes, 2019).
Efek Samping : Sedasi, gangguan saluran cerna, efek anti
muskarinik; retensi urin, mulut kering,
pandangan kabur, mempengaruhi sistem
kardiovaskular dan sistem saraf pusat, kelainan
darah (Medical Mini Notes, 2019).
Dosis : Dewasa : 25-50 mg 3 atau 4 kali sehari. Max.
300 mg sehari.
Anak-anak : 2-6 tahun 6,25 mg 4-6 jam; 6-12
tahun 12,5-25 mg 4-6 jam; >12 tahun sama
dengan dosis dewasa (MIMS, 2020)
Rute pemberian : Oral
Farmakokinetik : (MIMS, 2020)
Absorption:
Diserap dengan baik dari saluran pencernaan.
Ketersediannya 42-62%. Waktu untuk mencapai
konsentrasi plasma puncak, kira-kira 1-4 jam.
Distribution:
Volume distribusi 17 L/kg. Pengikatan protein
plasma 98,5%.
Metabolism:
Dimetabolisme secara ekstensif di hati.
Excretion:
Melalui urin.
Perhatian : Glaukoma sudut sempit, tukak lambung,
abstruksi piloroduodenal, gejala hipertrofi
prostat atau abstruksi struktural kandung
kencing; riwayat asma bronkial, kenaikan
tekanan intraokuler, hipertiroid, penyakit
kardiovaskular atau hipertensi; hamil; hindari
mengemudi dan menjalankan mesin (Medical
Mini Notes, 2019).
Interaksi : Alkohol, depresan SSP, penghambat MAO
(Medical Mini Notes, 2019).
Mekanisme Kerja : Antagonis reseptor histamine H1 dari sel efektor
di saluran pernapasan, pembuluh darah, dan
otot polos GI (Medscape, 2020).

2. Amonium Klorida
Indikasi : Ekspektoran
Kontraindikasi : Gagal ginjal akut (MIMS, 2020).
Efek Samping : Demam, ruam kulit, sakit kepala, kebingungan,
kantuk, nyeri, iritasi atau pembengkakan pada
lokasi suntik
Dosis : 300 mg (5 ml) tiap 2-4 jam (Medical Mini Notes,
2019).
Rute pemberian : Oral
Farmakokinetik : (MIMS, 2020)
Absorption:
Diserap dengan cepat dari saluran pencernaan
setelah pemberian oral.
Distribution:

Metabolism:
Dimetabolisme di hati untuk membentuk urea
dan asam klorida.
Excretion:
Melalui urine.
Perhatian : Insufisiensi paru, edema jantung, gagal ginjal
akut (jangan berikan NH4Cl saja jika terjadi
kehilangan Na bersamaan) (Medscape, 2020).
Interaksi : Ammonium klorida menurunkan kadar
dekstroamfetamin dengan meningkatkan
pembersihan ginjal (Medscape, 2020).
Mekanisme Kerja : Meningkatkan keasaman dengan meningkatkan
jumlah konsentrasi ion hydrogen (Medscape,
2020).
V.2 Sifat Fisika & Kimia Bahan Aktif
1. Sifat Fisika & Kimia Difenhidramina hidroklorida (FI. Edisi III, 1979)

Nama Resmi : DIPHENHYDRAMINI HYDROCHLORIDUM


Sinonim : Difenhidramin
RM / BM : C17H21NO.HCl
Rumus Struktur :

Kegunaan : Zat aktif

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau; rasa pahit,


disertai rasa tebal
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan
dalam kloroform P ; sangaat sukar larut dalam
eter P ; agak sukar larut dalam aseton P.

Stabilitas : -

Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan amfoterisin B, cefalotin,


hidrokortison Na suksinat, barbiturat terlarut,
media kontras, dan asam kuat atau larutan
alkali.

2. Sifat Fisika & Kimia Amonium klorida (FI. Edisi III, 1979)

Nama Resmi : AMMONII CHLORIDUM


Sinonim : Amonium klorida
RM / BM : NH4Cl
Rumus Struktur :

Kegunaan : Zat aktif


Serbuk butir atau hablur ; putih ; tidak
Pemerian : berbau; Rasa asin dan dingin ; higroskopik
Mudah larut dalam air dan dalam gliserol P ;
Lebih mudah larut dalam air mendidih ; agak
Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%) P.

Amonium klorida stabil secara kimiawi.


Stabilitas : Terurai sepenuhnya pada 338o C untuk
membentuk ammonia dan asam klorida.
Simpan di tempat kedap udara wadah di
tempat yang sejuk dan kering

Tidak cocok dengan alkali, karbonat dan


Inkompatibilitas : dengan timbal dan garam perak.

V.3 Sifat Fisika & Kimia Bahan Tambahan


1. Sifat Fisika & Kimia Etanol (FI. Edisi IV, 1995 dan HPE, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Sinonim : Alkohol, Etanol
RM/BM : C2H5OH/46,07
Rumus struktrur :

Kegunaan : Zat pelarut.


Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
menguap dan mudah bergerak, bau khas,
rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Stabilitas : Larutan etanol berair dapat disterilkan
dengan autoklaf atau dengan penyaringan
dan harus disimpan dalam wadah kedap
udara, di tempat yang dingin.
Inkompatibilitas : Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat
bereaksi keras dengan bahan
pengoksidasi. Campuran dengan alkali
dapat berwarna gelap karena reaksi
dengan jumlah residu aldehida.
2. Sifat Fisika & Kimia Menthol (FI. Edisi III 1979 dan HPE, 2009)
Nama resmi : MENTHOLUM
Sinonim : Mentol
RM/BM : C10H20O/156,30
Rumus :
struktrur

: Zat tambahan
Kegunaan Hablur berbentuk jarum ataau prisma ; tidak
: Berwarna; bau tajam seperti minyak permen;
Pemerian rasa panas dan aromatic diikuti rasa dingin
Sukar larut dalam air, sangat mudah larut
: dalam Etanol (95%), dalam kloroform dan
Kelarutan dalam eter P ; mudah larut dalam parafin
cair P dan dalam minyak atsiri.
: Formulasi yang mengandung mentol 1% w/w
Stabilitas dalam krim berair, stabil hingga 18 bulan bila
disimpan pada suhu kamar. mentol harus
disimpan dalam wadah tertutup baik pada
suhu tidak melebihi 25O C, karena mudah
menyublim

: Butil kloral hidrat, kamfer, kloral hidrate,


Inkompatibilitas kromium trioksida, β naftol, fenol, kalium
permanganat, pirogarol, resorsinol, dan
timol.

3. Sifat Fisika & Kimia Natrium Benzoat(FI. Edisi IV, 1995 dan HPE, 2009)
Nama resmi : NATRII BENZOAS
Sinonim : Garam natrium asam benzoat; sodabenzoat;
natriibenzoas; natrium benzoicum.
RM/BM : C7H14NaO2/144,11

Rumus :
struktrur
Kegunaan : Zat pengawet
Pemerian : Butiran atau serbuk hablur; putih; tidak
berbau atau hampir tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air dan dalam 90
bagian etanol (95%) P.
Stabilitas : Larutan berair dapat disterilkan dengan
autoklaf atau filtrasi.
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan senyawa kuaterner,
gelatin, garam besi, garam kalsium, dan
garam logam berat, termasuk perak, timah,
dan merkuri. Aktivitas pengawet dapat
dikurangi dengan interaksi dengan kaolin2
atau surfaktan nonionik.

4. Sifat Fisika & Kimia Aquadest (FI. Edisi IV, 1995)


Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Air SULING
RM/BM : H2O/18,02
Rumus : O
struktrur
HH
: Zat pelarut
Kegunaan : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
Pemerian tidak mempunyai rasa.
: -
Kelarutan : -
Stabilitas : -

Inkompatibilitas

5. SIfat Fisika & Kimia Sorbitol (FI Edisi III, 1979)


Nama Resmi : SORBITOL
Sinonim : Sorbitol
RM/BM : C6H14O6/182,17
Rumus Struktur :

Kegunaan : Zat penyangga


Pemerian : Serbuk, butiran atau kepingan; putih; rasa
manis,; higroskopik
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sukar larut
dalam etanol (95%) P, dalam methanol P dan
asam asetat.
Stabilitas : Sorbitol secara kimiawi relative lembab Dan
kompatibel dengan kebanyakan eksipien.
Stabil di udara tanpa adanya katalis dan
dingin, encerkan asam dan basa. Sorbitol tidak
membusuk di suhu tinggi atau dengan adanya
amina. Ini tidak mudah terbakar, tidak korosif,
dan tidak mudah menguap.
Inkompatibilitas : Sorbitol akan membentuk kelat yang larut
dalam air dengan banyak divalen dan ion
logam trivalent dalam kondisi sangat asam
dan basa. Penambahan propilen glikol cair ke
dalam larutan sorbitol, dengan agitasi yang
kuat, menghasilkan gel lilin yang larut dalam
air dengan titik leleh 35-40o C. larutan sorbitol
juga bereaksi dengan besi oksida menjadi
berubah warna.

6. Sifat Fisika & Kimia Sukrosa (FI. Edisi IV, 1995) dan (HPE, 2009)
Nama Resmi : SUCROSUM
Sinonim : Sakarosa, sukrosa
RM / BM : C12H12O11/342,30
Rumus Struktur :

Kegunaan : Zat tambahan


Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, massa
hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk
hablur putih; tidak berbau; rasa manis; stabil
di udara. Larutannya netral terhadap lakmus
Kelarutan :

Stabilitas : Sukrosa adalah bahan yang relative stabil.


Dalam larutan air, di kondisi sangat asam (pH
<3), dan pada suhu tinggi (≤35o C),
dihidrolisis sampai batas tertentu,
menghasilkan 4-kloro-4-deoxygalactose dan
1,6-dichloro-1,6-dideoxyfructose. Paling
stabil pada pH 5-6, sukrosa harus disimpan
dalam wadah tertutup baik di tempat yang
sejuk, tempat kering, pada suhu tidak
melebihi 21o C. jika dipanaskan pada suhu
tinggi, dapat rusak dengan pelepasan karbon
dioksida, karbon monoksida, dan sejumlah
kecil hidrogen klorida
Inkompatibilitas : Sukrosa tidak cocok dengan bahan aktif
misalnya asam askorbat.

7. Sifat Fisika & Kimia Asam sitrat (FI. Edisi III, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM CITRICUM
Sinonim : Asam sitrat
RM / BM : C6H8O7.H2O/210,14
Rumus Struktur :

Kegunaan : Zat tambahaan

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih ;


tidak berbau ; rasa sangat asam ; agak
higroskopik, merapuh dalam udara kering
Kelarutan dan panas.
: Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan
dalam 1,5 bagian etanol (95%) P ; sukar larut
dalam eter P
Stabilitas : -

Inkompatibilitas : -
VI. RANCANGAN PENGEMASAN DAN SPESIFIKASI SEDIAAN
VI.1.1 Alasan Pemilihan Wadah (Kemasan Primer)
1. Kemasan farmasi dianggap sebagai bagian integral dari pengembangan
formulasi di industri dan memberikan dampak yang besar terhadap
stabilitas obat selama masa simpan produk. Bahan pengemas farmasi
harus memiliki karakteristik seperti berikut. 1) Harus melindungi
produk obat dari kondisi lingkungan seperti cahaya, gas reaktif, 2)
harus kompatibel dengan bentuk sediaan dan tidak boleh berinteraksi
dengan komponennya untuk menghasilkan perubahan yang tidak
diinginkan, 3) ini harus tidak beracun dan 4) harus disetujui FDA
(Raina, H dan Anil, 2017).
2. Produk pediatrik dosis oral cair seperti sirup, larutan dan suspensi
biasanya dikemas dalam presentasi botol kaca. Wadah kaca dianggap
sebagai wadah yang paling lembam dan kedap air jika dibandingkan
dengan bahan konstruksi lainnya seperti plastik. Formulasi berbahan
dasar cairan siap pakai (sirup, suspensi dan larutan) dan bubuk
biasanya dikemas dalam botol kaca (kuning atau bening) dengan tutup
tahan anak HDPE. Penutupan untuk meminimalkan risiko bahan yang
dapat diekstraksi dan dapat larut dari wadah kemasan dan/atau untuk
melindungi produk obat dari cahaya (Campbell, G dan Erick, 2015).
3. Pilihan bahan pengemas untuk sirup dibuat dengan 3 batch formulasi
yang disimpan dalam 3 jenis kemasan berbeda (botol kaca amber,
botol plastik transparan, botol plastik amber) dan disimpan selama
dua (02) tahun (Salfo, et all. 2018).
VI.1.2 Rancangan Label, Leaflet dan Kemasan Sekunder
1. Rancangan label

Komposisi : Netto 60 ml
Tiap ml mengandung
Diphenhydramine………..13 mg Dosis :
Amonium klorida…….…100 mg Anak-anak
Zat tambahan…………………q.s Umur 6-12 tahun :
- Sekali = 1 sendok teh
Indikasi : - Sehari = 3 x 1 sendok te
Anti alergi dan Antiemetik - Umur 6 tahun ke bawah: Sesuai petunjuk dokter.

- Dewasa : 1-2 sendok takar (5-10 ml) sebanyak 3-4


Efek samping, Peringatan-Perhatian, kali/hari.
kontra Indikasi
Lihat Brosur Simpan di bawah suhu 300C
Batas Kadaluarsa Setelah Kemasan dibuka : 3 bulan
Diphenhydramine + Amonium Klorida
No. Reg : DTL212237A1
No. Batch : 1103001
KOCOK TERLEBIH DAHULU
Ikatan Cinta Pharma Exp. Date : 05042024
PT. Ikatan Cinta Pharma
PALU INDONESIA
2. Rancangan leaflet

Komposisi :
Tiap sendok takar (5 ml) mengandung
Diphenhydramine………..13 mg
Amonium klorida…….…100 mg
Zat tambahan…………………q.s

Cara Kerja Obat :


Definklorida merupakan golongan antagonis reseptor histamine
h1 dari sel efektor di saluran pernapasan, pembuluh darah, dan
otot polos GI. Meningkatkan keasaman dengan meningkatkan
jumlah konsentrasi ion hydrogen.

Indikasi :
Anti alergi dan Antiemetik

Kontra Indikasi :
Bayi baru lahir atau premature; menyusui, gagal ginjal akut

Efek Samping :
Sedasi, demam, ruam kulit, sakit kepala, kebingungan, kantuk,
nyeri, gangguan saluran cerna, efek anti muskarinik; retensi urin,
mulut kering, pandangan kabur, mempengaruhi sistem
kardiovaskular dan sistem saraf pusat, kelainan darah.

Dosis :
Anak-anak

- Umur 2 tahun ke atas : ½-1 sendok takar (2,5 ml) 3-4 sehari
- Umur 2 tahun ke bawah: Sesuai petunjuk dokter.

Dewasa : 1-2 sendok takar (5-10 ml) sebanyak 3-4 kali/hari.

Peringatan dan Perhatian :


- Jangan mengendarai kendaraan bermotor selama mengonsumi obat ini.
- Tidak dianjurkan untuk anak-anak usia 2 tahun ke bawah, kecuali atas petunjuk atau
izin dokter.
- Jangan digunakan bersamaan dengan amfetamin, benzefetamin,dekstroamfetamin,
lisdeksamfetamin, metamfetamin.
- Amonium klorida dapat mengurangi kadar obat tersebut dalam darah, yang dapat
membuat obat kurang efektif dalam mengobati kondisi Anda.
- Jika terjadi reaksi alergi setelah menggunakan definklorida, segera temeui dokter.

Batas kadaluarasa setelah kemasan dibuka : 3 bulan


Dikocok Terlebih Dahulu

Kemasan : Dus, Botol @60 ml


No. Reg : DTL212237A1

Simpan Pada suhu di bawah 300C

Ikatan Cinta Pharma


PT. Ikatan Cinta Pharma
PALU INDONESIA
3. Desain Kemasan Sekunder

Dosis :
Komposisi : Anak-anak

Tiap ml mengandung Umur 6-12 tahun :


Diphenhydramine………..13 mg - Sekali = 1 sendok teh
- Sehari = 3 x 1 sendok te
Amonium klorida…….…100 mg - Umur 6 tahun ke bawah: Sesuai petunjuk
Netto 60 ml Zat tambahan…………………q.s Netto 60 ml dokter.

- Dewasa : 1-2 sendok takar (5-10 ml) sebanyak


Indikasi : 3-4 kali/hari.
Anti alergi dan Antiemetik
Dapat dikonsumsi dengan atau
Kontraindikasi : tanpa makanan
Bayi baru lahir atau premature;
menyusui, gagal ginjal akut Atau sesuai petujuk dokter

Efek samping :
Sedasi, demam, ruam kulit, sakit kepala,
Peringatan dan Perhatian!
- Jangan mengendarai kendaraan bermotor
kebingungan, kantuk, nyeri, gangguan saluran selama mengonsumi obat ini.
cerna, efek anti muskarinik; retensi urin, mulut - Tidak dianjurkan untuk anak-anak usia 2
tahun ke bawah, kecuali atas petunjuk atau
kering, pandangan kabur, mempengaruhi sistem
izin dokter.
kardiovaskular dan sistem saraf pusat, kelainan
darah.

TUTUP BOTOL RAPAT-RAPAT


Diphenhydramine + Batas kadaluarasa setelah kemasan Diphenhydramine +
KOCOK TERLEBIH DAHULU
Amonium Klorida dibuka : 3 bulan Amonium Klorida
Simpan di tempat kering dan sejuk
Keterangan Lebih
Lanjut Lihat Brosur

Ikatan Cinta Pharma Ikatan Cinta Pharma


PT. Ikatan Cinta Pharma No. Reg : DTL212237A1 PT. Ikatan Cinta Pharma
PALU INDONESIA HET : Rp. 36.500,- PALU INDONESIA No. Batch : 1103001
Exp. Date : 05042024
VII. Dasar pemilihan Metode sterilisasi Produk
-

VIII. PERHITUNGAN
1) Perhitungan Bahan
1. Zat Aktif
12,5 𝑚𝑔
Diphenhydramin = x 60 ml = 150 mg = 0,150 gr
5 𝑚𝑙
𝑚 𝑚 0,150 𝑔𝑟
Ρ= → v= = 0,1 𝑔/𝑐𝑚3 = 1,5 mL
𝑣 𝜌

Untuk 3 wadah = 3 x 0,150 gr = 0,45 gr

125 𝑚𝑔
Amonium Klorida = x 60 ml = 1.500 mg = 1,5 gr
5 𝑚𝑙
𝑚 𝑚 1,5 𝑔𝑟
Ρ= → v= = = 15 mL
𝑣 𝜌 0,1 𝑔/𝑐𝑚3

Untuk 3 wadah = 3 x 1,5 gr = 4,5 gr

2. Zat Tambahan
1
Asam sitrat 1% = 100 x 60 ml = 0,6 mg

Untuk 3 wadah = 3 x 0,6 mg = 1,8 mg

0,1
Natrium benzoat = 100 x 60 ml = 0,06 mg

Untuk 3 wadah = 3 x 0,06 mg = 0,18 mg

67
Sukrosa = x 60 ml = 40,2 mg
100

Untuk 3 wadah = 3 x 40,2 mg = 120,6 mg

0,005
Menthol = x 60 ml = 0,003 mg
100

Untuk 3 wadah = 3 x 0,003 mg = 0,009 mg

15
Sorbitol = x 60 ml = 9 mg
100
Untuk 3 wadah = 3 x 9 mg = 27 Mg

Fast Green fcf q.s


Etanol q.s
Aqua destilata ad 60 mL

2) Perhitungan Dosis
Diphenhydramin
1. Pemakaian orang dewasa
DM Sekali = 25 mg – 50 mg
DM Sehari = 300 mg
 Pemakaian berdasarkan resep
1 𝑥 5𝑚𝑙
Sekali = 60 𝑚𝑙
𝑥 156 𝑚𝑔 = 12,99 𝑚𝑔 < 25 𝑚𝑔 − 50 𝑚𝑔
3 𝑥 5𝑚𝑙
Sehari = 𝑥 156 𝑚𝑔 = 39 𝑚𝑔 < 300 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙

 Persentase pemakaian
12,99 𝑚𝑔
Sekali = 25 𝑚𝑔−50 𝑚𝑔 𝑥 100% = 51,96 mg – 25,98 mg (TOD)
39 𝑚𝑔
Sehari = 𝑥 100% = 13% < 100% (TOD)
300 𝑚𝑔

2. Pemakaian pada anak-anak (6-12 tahun)


DM Sekali = 12,5 mg – 25 mg
DM Sehari = -
 Perhitungan berdasarkan umur
𝑛
Sekali = 𝑛+12 𝑥 𝐷𝑀
6−12 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= (6−12 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)+12 𝑥 12,5 mg – 25 mg

= 4,16 mg – 12,5 mg

Sehari =-

 Perhitungan berdasarkan resep


1 𝑥 5𝑚𝑙
Sekali = 𝑥 156 𝑚𝑔 = 12,99 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙

Sehari =-
 Persentase pemakaian
12,99 𝑚𝑔
Sekali = 12,5 𝑚𝑔 𝑥 100% = 103,92 % (OD)
12,99 𝑚𝑔
= 𝑥 100% = 51,96% (TOD)
25 𝑚𝑔

Sehari =-
IX. SKEMA KERJA

Alat dan Bahan

- Dikalibrasi

Botol Cokelat
- Ditimbang

- Diphenhydramin
- Amonium Klorida
- Sukrosa
- Asam benzoat
- Sorbitol

- Dimasukkan
Gelas Kimia

- Dilarutkan dengan Aquades


- Diaduk hingga homogen
Menthol
- Ditimbang
- Dimasukkan kedalam cawan porselin
- Dilarutkan dengan alkohol hingga
homogen
- Dimasukkan larutan menthol kedalam
gelas kimia yang berisi seluruh larutan
yang telah dicampur
Fast Green fcf
- Ditambahkan kedalam gelas kimia
yang berisi campuran larutan syrup
Larutan Syrup

- Dimasukkan
Wadah Primer (Botol
Cokelat 60 ml)
- Aquadest ad 60 ml
- dimasukkan

Wadah Sekunder (Dos


Sediaan)
X. PARAMETER KRITIS
Menurut farmakope edisi V (2014), parameter kritis pada sediaan farmasi yaitu,
oksidasi, dekomposisi fotokimi, efek pH, kompatibilitas, suhu serta
penyimpanan.

Formulasi cair menawarkan banyak keuntungan, dari kemudahan dalam dosis


hingga kemudahan dalam administrasi (mudah ditelan), dan berbagai
kemungkinan sistem penghantaran obat yang inovatif. Salah satu fitur formulasi
cair yang paling diinginkan, terutama bentuk larutan adalah pertimbangan
ketersediaan hayati yang relatif lebih rendah, karena molekul obat sudah dalam
fase terdispersi, menghilangkan banyak langkah yang membatasi laju dalam
absorbsi obat. (HPE. 2009)
Sirup adalah sediaan encer pekat dari gula atau pengganti gula dengan atau
tanpa zat penyedap dan bahan obat. Sirup dibuat agar memudahkan atau
menyenangkan orang yang akan mengkonsumsi obat baik itu anak-anak ataupun
orang tua yang kesusahan dalam proses menelan bentuk sediaan padat. Zat yang
akan ditambahkan dalam formula pembuatan sirup adalah zat yang
mengandung agen terapeutik. Sirup obat disiapkan secara komersial dari bahan
awal, yaitu oleh menggabungkan masing-masing komponen individu sirup,
seperti sukrosa, air murni, zat penyedap, zat pewarna, zat terapeutik, dan bahan
lain yang diperlukan dan diinginkan. Sirup obat alami digunakan dalam terapi
untuk nilai agen obat yang ada dalam sirup (Allen and Ansel, 2014).

XI. PERALATAN
1. Lumpang alu
2. Lap kasar
3. Lap halus
4. Cawan porselin
5. Neraca analitik
6. Sendok tanduk
7. Gelas ukur
8. Batang pengaduk
9. Pipet tetes
10. Gelas kimia
11. Botol coklat
12. Kaca arloji
13. Botol semprot
14. Sudip
15. Corong kaca

XII. SYARAT DAN SPESIFIKASI SEDIAAN


No. Syarat / spesifikasi Alasan Pustaka
1. Pewarna Pewarna atau zat pewarna Allam, K. V,.
terutama digunakan untuk Kumar, G. P,.
memberikan suatu ciri khas (2011).
penampilan bentuk sediaan Colorants-The
farmasi. Karena estetika Cosmetics For
bentuk sediaan bisa The
ditingkatkan dengan Pharmaceutical
menggunakan pewarna yang Dosage Forms.
sesuai. Keanggunan dan International
daya tarik mata dari produk Journal of
berwarna sangat Pharmacy and
bermanfaat, terutama untuk Pharmaceutical
anak-anak yang sering SciencesVol 3
diolah dalam bentuk sediaan Suppl 3.
sirup, tablet, atau kapsul
(Allam and Kumar, 2011)
2. Viskositas Agen suspensi memberikan Mulla, et all.
viskositas, dan dengan (2015).
demikian dapat Formulation of
memperlambat sedimentasi Multicomponent
partikel (Mulla, et all. 2015) Cold and Cough
Syrup. Volume 4
Issue 6.
3. Pengawet Kontaminasi mikrobiologis Mulla, et all.
menimbulkan bahaya (2015).
kesehatan yang signifikan Formulation of
dalam cairan oral. Karena Multicomponent
itu, Penggunaan bahan Cold and Cough
pengawet menjadi hal yang Syrup. Volume 4
dapat digunakan untuk Issue 6.
mencegah pertumbuhan
mikroorganisme selama
proses pembuatan produk
dan masa penyimpanan
(Mulla, et all. 2015)
4. Stabilitas Karena menggunakan Roque, et all.
wadah multi dosis, maka (2013).
perlu untuk menentukan Development
stabilitas persiapan setelah and Stability
wadah dibuka (Roque, et all. Assessment of
2013) Liquid Paediatric
Formulations
Containing
Sildenafil Citrate.
Brazilian Journal
of
Pharmaceutical
Sciences
Vol. 49 No 2
DAFTAR PUSTAKA

Al-Achi and Kanade, AY. (2019). Determining Sucrose Concentration in Syrups by


Pharmaceutical Methods. Clin Pharmacol Biopharm Volume 8 Issue 1.

Anusha, V. H., Bindu Shree, N., Pavithran, G., Anitha, B. R., & Praveena, B. (2019).
Effect og Potassium-Bi-Sulphate as Food Preservativve- A Review. Oct. Jour.
Env. Res. Vol. 7(4): 156-159.

Bhattacharjee, M. A. (2020). Review of Some Commonly Used Antimicrobial Food


Preservatives. Daaprtement of Botany: India.

Birring S. J Brew. A Kilbourn. V Edwards. R Wilson. A H Morice. (2017). Rococo


Study: A Real-World Evaluation Of An Over-The-Counter Medicine In Acute
Cough (A Multicentre, Randomised, Controlled Study). BMJ Open
2017;7:e014112. doi:10.1136/bmjopen-2016-014112

Campbell, G dan Erick. (2015). Primary Packaging Considerations in Developing


Medicines for Children: Oral Liquid and Powder for Constitution. Journal Of
Pharmaceutical Sciences 104:52–62.

Ciriminna, et all. (2017). Citric acid: emerging applications of key biotechnology


industrial product. Ciriminna et al. Chemistry Central Journal (2017) 11:22

Elzbieta, H. And Alicja, W. (2013). Determination Of Ethanol Content In Medicated


Syrups By Static Headspace Gas Chromatography. Acta Poloniae
Pharmaceutica - Drug Research, Vol. 70 No.1 pp : 41-46, 2013.
Humaid, J.A. (2018). Sweetener content and cariogenic potential of pediatric oral
medications: A literature. International Journal of Health Sciences Vol. 12,
Issue 3 (May - June 2018).

Kanse, et all. (2017). A Review On Citric Acid Production And Its Applications.
International Journal of Current Advanced Research Volume 6; Issue 9.

Loyd V. Allen, Jr., Howard C. Ansel. (2014). Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms
and Drug Delivery Systems Tenth Edition. Wolters Kluwer Health : United
States of America

Manish, G. Ming, S. N. Shraddha, M. G. Tahir, M. K. (2017). Quantification of Ethanol


Content in Traditional Herbal Cough Syrups. Pharmacogn J, Vol 9, Issue 6, Nov-
Dec, 2017

Merwe, et all. (2020). The Role of Functional Excipients in Solid Oral Dosage Forms to
Overcome Poor Drug Dissolution and Bioavailability. North-West University :
Centre of Excellence for Pharmaceutical Sciences (Pharmacen™),

Paul, M. (2012). Sweet Taste And Menthol increase cought reflex thresholds.
Pulmonary Pharmacology & Therapeutics Volume 25, Issue 3, June 2012,
Pages 236-241

Peter. R. (2012). Alternative Sweeteners. Amerika Serikat: CRC Press

Peter V. Dicpinigaitis. Sean,D . Amber, J. Yvonne, G. John, B. Wilson Caparros-


Wanderley. (2015). Inhibition of cough reflex sensitivity by diphenhydramine
during acute viral respiratory tract infection. Int J Clin Pharm (2015) 37:471–
474
Prasanna, et all. (2016). Formulation & Evaluation Of Anti Inflammatory Cream By
Using Nsaid’s Drug With Herbal Extract Of Withania Somnifera For The
Treatment Of Rheumatoid Arthrities. World Journal of Pharmaceutical
Research Volume 5, Issue 4, 1858-1929.

Raina, H dan Anil. (2017). Packaging of Non-Injectable Liquid Pharmaceuticals: A


Review. Journal of Applied Pharmaceutical Science Vol. 7 (02), pp. 248-257

Salfo, et all. (2018). Formulation and Evaluation of a Syrup Based on Balanites


aegyptiaca L. Delile. Journal of Pharmaceutical Research International Vol
23(3): 1-9.

Sawant, S., Lalge, K., Labade, S., Khengre, N., & Burungale, A. (2017). Effective
Removal and Recovery of Fast Green FCF Dye from Wastewater using Green
Adsorbent. International Journal of Applied Chemistry, 13(2), 341-351.

Sumantri, I., Buchori, L., & Anggoro, D. D. (2020). Inhibitory effect of Sodium
Benzoate as Preservative Material in the Biogas Production in a Batch
Anaerobic Digestion Process. Journal of Ecological Engineering, 21(8), 120-128.

Xu, F., Yang, J., Lu, F., Liu, R., Zheng, J., Zhang, J., ... & Chen, J. (2018). Fast Green FCF
Alleviates Pain Hypersensitivity and Down-regulates The Levels Of Spinal P2X4
Expression and Pro-inflammatory Cytokines in a Rodent Inflammatory Pain
Model. Frontiers in pharmacology, 9, 534.

Yang, J., Liu, R., Lu, F., Xu, F., Zheng, J., Li, Z., ... & Chen, X. (2019). Fast Green FCF
Attenuates Lipopolysaccharide-induced Depressive-like Behavior and
Downregulates TLR4/Myd88/NF-κB Signal Pathway in The Mouse
Hippocampus. Frontiers in pharmacology, 10, 501.

Anda mungkin juga menyukai