Anda di halaman 1dari 7

RANFOL SIRUP

A. FORMULA ASLI
R/ Parasetamol
B. RANCANGAN FORMULA
Dalam 60 ml sirup,Tiap 5 ml mengandung:
R/ Parasetamol 120 mg
Sukralosa 0.03% pemanis
Natrium Benzoat 0.1% pengawet
Asam sitrat 0.2% pendapar/buffer
Esens stroberi 0.1% perasa
Akuades Ad 100% Pelarut

C. MASTER FORMULA
1.Nama produk
2.Jumlah produksi : 100 botol
3.Tanggal formulasi: 30 oktober 2022
4.Tanggal produksi :30 oktober 2023
5. Nomor registrasi: GBL 2268211637A1
6. No Batch: 10233701
D. ALASAN PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN
● Sirup adalah larutan oral yangmengandung sukrosa ataugula lain yangberkadar
tinggi sehingga sediaan ini relatifbisa diterima oleh kebanyakan konsumen baik
dari anak-anak maupun lansia ( Pratinasari dan Novena,2018).
● Sirup parasetamol sering digunakan sebagai antipiretik buat anak-anak, bahkan
sebagian orang menyediakannya sebagai stok dirumah untuk menjaga jika anak
mereka demam ( Rosalina,2018).
● Umumnya obat dalam bentuk cair lebih disukai untuk anak-anak daripada bentuk
padat karena mudahnya menelan cairan dan kemudahan dalam pemberian dosis
dan kemudahan absorbsi ( Ulfa dan Irawan,2019).
E. ZAT AKTIF
1. Alasan pemilihan zat aktif
● Paracetamol merupakan obatanalgesik dan antipiretik yang
populerdigunakan. Salah satu sediaan dari parasetamol yang banyak digunakan
adalah sediaan sirup. ( Pratinasari dan Novena,2018).
● Penggunaan sirup parasetamol hanya mengobati gejala, sehingga tidak diminum
hingga habis. Hal ini menyebabkan obat masih tersisa banyak dan konsumen
cenderung untuk menyimpan sisa dari obat tersebut. Sebagian tetap menyimpan
disuhu kamar sebagian lagi menyimpan didalam lemari
pendingin ( Rosalina,2018).
● Parasetamol sebagai obat
golongan analgetik-antipiretik yang banyak digunakan oleh masyarakat. Parasetamol
dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman. Umumnya obat dalam bentuk cair
lebih disukai untuk anak-anak daripada bentuk padat karena mudahnya menelan
cairan dan kemudahan dalam pemberian dosis ( Ulfa dan Irawan,2019).
2. Alasan pemilihan konsentrasi zat aktif
● Sediaan sirup dalam satu kemasan
berisi 60 ml dengan kadar 120 mg dalam 5 ml ( Fickri,2018).
● Dosis 120 mg dimana pada pemberian Oral dosis 0,5 - 1 gram setiap 4 kali sehari
selama 4-6 jam ( MIMS,2021).
● Sediaan yang didapat berupa parasetamol sirup dengan kadar 120 mg dalam 5 ml
untuk setiap kemasan ditujukan untuk usia 6-12 tahun, dan berkhasiat untuk
meredakan demam ( MIMS,2021).
F. FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK
1. Farmakokinetik
● Penyerapan:Diserap dengan baik setelah pemberian oral dan rektal. Terutama
diserap di usus kecil dengan penyerapan minimal dari lambung. Penurunan tingkat
penyerapan dengan makanan. Waktu untuk konsentrasi plasma puncak: Kira-kira 30
menit sampai 2 jam (oral); kira-kira 2-3 jam (rektal); sekitar 15 menit (IV).
Distribusi: Didistribusikan secara luas ke sebagian besar jaringan tubuh kecuali
lemak. Melintasi plasenta; memasuki ASI (dalam jumlah kecil). Volume distribusi:
Kira-kira 1 L/kg. Ikatan protein plasma: 10-25%.
Metabolisme: Dimetabolisme terutama di hati menjadi konjugat sulfat dan
glukuronida, sementara sejumlah kecil dimetabolisme oleh CYP2E1 menjadi
metabolit hidroksilasi minor, N - asetil- p-benzoquinone imine (NAPQI), yang
terkonjugasi dengan cepat oleh glutathione dan diinaktivasi menjadi konjugat sistein
dan asam merkapturat yang tidak beracun. Mengalami metabolisme lintas pertama
(oral).
Ekskresi: Terutama melalui urin (60-80% sebagai metabolit glukuronida; 20-30%
sebagai metabolit sulfat; sekitar 8% sebagai metabolit sistein dan asam merkapturat;
<5% sebagai obat yang tidak berubah). Waktu paruh eliminasi: Kira-kira 1-4 jam (
MIMS,2021).
2. Farmakodinamik
● Parasetamol bekerja dengan menghambat prostaglandin yang lemah pada jaringan (
Asmara dan Taufik,2017).
● Mekanisme kerjanya yaitu menghambat kerja enzim siklooksigenase, dengan
demikian akan mengurangi produksi prostaglandin (Patel, 2008).
G. EKSIPIEN
a. Alasan Pemilihan Eksipien
1. Sukralosa
● Sukralosa memiliki tingkat
kemanisan 600 kali lebih manis dari
sukrosa. Sebuah studi menunjukan bahwa sukralosa tidak menimbulkan efek rasa
pahit seperti pemanis buatan lainnya. Sukralosa sangat stabil pada temperatur yang
panas dan pH yang rendah. Sukralosa banyak digunakan untuk industri makanan
dan minuman karena kestabilannya tersebut ( Rianto dkk,2018).
● Sucralose memiliki faktor kemanisan yang lebih tinggi yaitu sebesar 600 kali lipat
dibandingkan dengan Sukralosa. Sucralose tidak dipecah dalam tubuh dan oleh
karena itu dianggap pemanis non kalori membuat sucralose sangat diinginkan untuk
penderita diabetes karena tidak mempengaruhi kadar insulin. Sucralose tidak
menyebabkan gigi berlubang, sangat stabil pada suhu tinggi dan pada kisaran nilai
pH yang luas. Dibandingkan dengan agen pemanis buatan lainnya seperti aspartam,
sorbitol, dan sakarin, sucralose menunjukkan paling banyak kesuksesan komersial
karena stabilitas, keamanan, dan rasanya (Alayoubi, dkk., 2016).
● Sukralosa digunakan sebagai agen pemanis dalam minuman, makanan, dan aplikasi
farmasi. Ini memiliki kekuatan pemanis sekitar 300-1000 kali lipat dari Sukralosa dan
tidak memiliki aftertaste. Ini tidak memiliki nilai gizi, nonkariogenik, tidak
menyebabkan karies gigi, dan tidak menghasilkan respons glikemik (Rowe
dkk.,2009).
2. Pengawet Natrium benzoat
● Natrium Benzoat termaksud dalam bahan pengawet organik golongan benzoat yang
efektif bekerja sebagai pengawet antimikroba pada ph rendah. Kaidkrena pada ph
rendah proporsi asam yang tidak terdiosisasi meningkat dan asam yang tidak
terdiosisasi merupakan penentu utama peranan pengawet (Sholihatunnisa, 2015).
● Natrium benzoat menurut permenkes No.33 tahun 2012 dan EFSA (European Food
Safety Autority) dinyatakan aman apabila digunakan sebagai bahan tambahan
makanan preservatif, bukti-bukti menunjukan, pengawet ini mempunyai viskosistas
sangat rendah terhadap hewan maupun manusia, hingga saat ini benzoat dipandang
tidak memiliki efek teratogenik (Khurniaty, 2015).
● Bahan pengawet tersebut digunakan
untuk mencegah pertumbuhan dan membunuh berbagai mikroorganisme seperti
kapang, khamir, dan bakteri. Mekanisme penghambatan mikroba oleh benzoat yaitu
mengganggu
permeabilitas membran sel, struktur sistem genetik mikroba dan
mengganggu enzim intraselule. (hestidkk.,2016).
3. Asam sitrat
● Sebagai zat pendapar digunakan asam sitrat digunakan untuk menstabilkan pH
sediaan dalam rentan 4 – 5, digunakan dapar asam sitrat karena memiliki 3 nilai Pka
dan rentang pH cukup panjang 2,1 –7,4( Fickri,2018).
● Penggunaan asam sitrat berfungsi sebagai pendapar yang bersifat menstabilkan pH
yaitu ± 4 sehingga warna sirup stabil dalam penyimpanan suhu tinggi ( sayuti dan
winarso,2014).
4. Esens stobery
● Penggunaa essense strawberry agar didapatkan sediaan yang dapat menutupi rasa
yang tidak enak (Wardani dan Itsna, 2017).
● Pada uji organoleptis digunakan untuk mengetahui hasil fisik dari suatu supensi yang
meliputi bentuk, bau, warna dan rasa. Essense strawberry dapat menutupi rasa tidak
enak pada sediaan (Pujiharti dkk., 2015).
● Peningkatan dari cita rasa sediaan farmasi sangat penting artinya pada sediaan cair
untuk penggunaan oral, untuk menutupi rasa tidak menyenangkan dari obat, untuk
itu digunakan strawberry essence sebagai perasa (Agoes, 2012).
5. Aquades pelarut
● Air merupakan pelarut yang paling aman bagi manusia, ntuk itu air digunakan
sebagai medium pembawa (Suena, 2015).
● jika pembawa yang digunakan adalah air, maka berat jenis yang dihasilkan
umumnya lebih besar dari pada berat jenis pembawanya dan merupakan sifat yang
diharapkan (Fitriani, dkk., 2015).

b. Alasan pemilihan Konsentrasi

1. Sukralosa
● Konsentrasi Sukralosa yang digunakan sebagai pemanis adalah 0,03-0,24% (Rowe
dkk., 2009).
● Konsentrasi sukralosa yang digunakan sebagai pemanis pada sediaan suspense
adalah 0,03% (Wiraandini dkk., 2019)
● Konsentrasi sukralosa yang digunakan sebagai pemanis adalah 0,03% (Damayanthi
dkk., 2012)
2. Natrium benzoat
● Natrium benzoat terutama digunakan sebagai pengawet pada kosnentrasu
0.02-0,5%, dalam obat oral 0,5%,dalam produk parenteral 0.1-0,5% dan dalam
konsemtik ( Rowe,2009).
● Umumnya, natrium benzoat digunakan sebagai pengawet pada konsentrasi 0,1% -
0,5 % (Chipley 2005).
● Penelitian sebelumnya, juga pernah melakukan penelitian dengan mengunakan
natrium benzoate sebagai pengawet, dengan judul penelitian mutu sirup buah
pedada (sonneratia caseolaris) selama penyimpanan dengan penambahan natrium
benzoate. Hasil optimum
pada penelitian ini diperoleh dari konsentrasi natrium benzoat 0,1 % b/v dengan
masa simpan 42 hari ( Nurman dkk,2018).
3. Asam Sitrat
● Asam sitrat 0.2% digunakan untuk menstabilkan pH sediaan dalam rentan 4 – 5,
digunakan dapar asam sitrat karena memiliki 3 nilai Pka dan rentang pH cukup
panjang 2,1 –7,4 (Martindale ed 28) .
● Konsentrasi asam sitrat yang di gunakan sebagai pendapar atau buffer adalah
sekitar 0.1-2% ( Rowe,2009).
4. Esens stroberi
● Pada jurnal media farmasi Indonesia, digunakan essens strawberry dengan
konsentrasi 0,1% dan menghasilkan bau, aroma dan warna yang hampir sama serta
bentuk sediaan yang disukai karena terdapat warna cukup menarik, bau khas
strawberry dan rasa yang manis (Rosa, S.A., dkk., 2019).
● Konsentrasi strawberry essence yang biasa digunakan, yaitu dibawah 1%.
Digunakan sebagai bahan perasa agar sediaan memiliki rasa yang enak (Rowe dkk.,
2009).
5. Akuades
● Konsentrasi aquadest sebagai larutan pembawa adalah ad 60 ml (Fatmawati, 2018).
● Nilai spesifik dari air yang digunakan untuk aplikasi tertentu dalam konsentrasi
tertentu hingga 100% (Rowe, dkk., 2009).
● Konsentrasi aquadest sebagai larutan pembawa adalah ad 60 ml (Pujiharti, R., dkk.,
2015).
H. URAIAN ZAT AKTIF
● parasetamol ( ditjen Pom,2020).
nama resmi : ACETAMINOPHEN
nama lain: parasetamol
RM/BM : C8H9NO2/ 151,16 g/mol
Rumus struktur:
Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit
Kelarutan: larut dalam air mendidih dan dalam Nyariin hidroksida 1 N, mudah larut
dalam etanol
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya, simpan
pada suhu ruang dan terlindubg dari cahaya dan panas
Inkompatibilitas: Tidak bercampur dengan
I. URAIAN EKSIPIEN
● Natrium benzoat
J. PERHITUNGAN
K. METODE
● metode pembuatan dengan menggunakan pemanasan karena sifat zat aktif yang
mudah larut dalam air mendidih ( Ditjen Pom, 2020).
● Proses pembuatan sediaan sirup
dibagi menjadi dua yatu, cara pemanasan dan cara agitasi. Apabila mnggunakan
cara pemanasan,cepat merupakan salah satu kelebihan dari pembuatan sirup
dengan cara pemanasan. Cara agitasi dimaksudkan untuk memberikan ruang
kepada bahan-bahan pada proses agitasi (pengocokan), kelebihan cara ini adalah
tercapainya stabilitas maksimum dan digunakan untuk bahan yang tidak stabil
pemanasanya ( Fickri,2018).
● Prinsip pembuatan sirup bahwa yang
harus dilakukan pertama (1) penimbangan zataktif dan bahanpembantu yg
diperlukan, kemudian (2) zat aktif dan bahan pembantu berbentuk serbuk
dihaluskan dalam mortar,(3) melarutkan zat aktif dengan cara penambahan zat aktif
sedikit-sedikit ke dalam sejumlah volme pelarut, sambil diaduk sampai larut
sempurna, (4) bahan pembantu dilarutkan
dengan cara yang sama ke dalam sebagian pelarut yang diperlukan, (5) volume
pelarut ditentukan berdasarkan kelarutan
eksipien yang ditambahkan, (6) campurkan bahan-bahan yang sudah larut satu per
satu, dan aduk sampai homogeny,(7) Penambahan flavour dam colouris dalam
keadaan terlarut dalam pelarut yang dapat bercampur dengan pelarut yang
digunakan, (8) Tambahkan sisa pelarut sampai volume sediaan yang dibuat, (9)
Masukkan ke dalam botol coklat yang
telah ditara sebelumnya, penambahan
volume larutan yang ditara di dalam botol disesuaikan dengan kekentalan larutan
yang dibuat. Botol sediaan diberi etiket, brosur, dikemas dan disimpan di tempat
yang terlindung dari cahaya ( Fickri,2019).
L. EVALUASI
● 1. Uji organoleptis dilakukan dengancaramenyajikan sampel sirup pada
beberapaformula, kemudian panelis diminta untukmemberikan penilaian
berupaskoringterhadap rasa, warna, aroma dan kekentalandari masing-masing
sirup. Pengujiandilakukan setiap minggu sampai minggu kke-4
2.Uji pH Sirup
Sirup dengan beberapa formula diujipH nya masing-masing menggunakan
pHindikator. Ambil sedikit sirup, kemudianmasukkan kertas pH ke dalam
sirup, tunggusampai terjadi perubahan warna pada kertasindikator. Cocokkan
dengan angka yangterdapat pada pH indikator. Pengujiandilakukan
setiapminggu sampai mingguke-4, untuk mendapatkan data stabilitas pH
darimasing-masing formula sirup
3. Kerapatan Jenis
Penentuan kerapatan jenis terhadapmasing-masing formula sirup
dilakukandengan menggunakan piknometer.Timbangpiknometer yang bersih dan
kering denganseksama. Isi piknometer dengan siruphingga penuh, lalu
rendam dalam air es,sehingga suhunya ± 2ºC di bawah suhupercobaan
(25ºC)
4. uji Viskositas Sirup
Viskositas masing-masing formulasirup ditentukan dengan
menggunakanviskosimeter Ostwald. Sirup dimasukkandalam viskosimeter.
Hisap sirup denganpompa sampai diatas batas tanda pipakapiler. Cairan
dibiarkan mengalir kebawahdancatatwaktu yang diperlukan untukmencapai
tanda batas dengan menggunakanstopwatch
( Pratinasari dan Novena,2018).

M. KEMASAN

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G., 2012, Farmasi liquida semisolida, Bandung: ITB.

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Ditjen POM, 2020, Farmakope Indonesia Edisi VI, Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Fickri, D. Z. (2018). Formulasi Dan Uji Stabilitas Sediaan Sirup Anti Alergi Dengan Bahan
Aktif Chlorpheniramin Maleat (CTM). Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika
(J-PhAM), 1(1), 16-24.

Ikatan Apoteker Indonesia, 2015, ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume
492015 s/d 2016. Jakarta : PT ISFI Penerbitan.

Lachman, L., H. A. Lieberman dan J. L. Kanig., 1987, Teori Dan Praktik Farmasi Industri
Edisi 2, Penerbit UI Press: Jakarta

MIMS multichannel acces, 2021. MIMS petunjuk konsultasi. PT Mediata Indonesia : Jakarta.

Nurman, S., Muhajir, N., & Muhardina, V. (2018). Pengaruh konsentrasi natrium benzoat dan
lama penyimpanan terhadap mutu minuman sari nanas (Ananas comosus L.). Jurnal
Penelitian Pascapanen Pertanian, 15(3), 140.

Pujiharti, R., Metta D., Nengah D., 2015, Pengaruh Perbedaan Pembuatan Dengan Metode
Dispersi dan Presipitasi pada Karakteristik Fisik dan Rasio Kekeruhan Suspensi
Kloramfenikol, Jurnal Farmasetis, Vol. 4 (1)

Rianto, J. (2018). Pengaruh Konsumsi Produk yang Mengandung Pemanis Buatan Rendah
Kalori terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa dan Gangguan Toleransi Glukosa pada Tikus
Galur Wistar. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, 4(1).

Rizka, S. R., Susanti, S., & Nurwantoro, N. (2019). Pengaruh Jenis Pemanis Yang Berbeda
Terhadap Viskositas dan Nilai pH Sirup Ekstrak Daun Jahe (Zingiber Officinale). Jurnal
Teknologi Pangan, 3(1), 152-154.

Rosa, S.A., Nabilla A., Hesti R dan Rina W., 2019, Formulasi Emulsi Tipe O/W Kombinasi
Cangkang Rajungan (Portunus pelagicus) Dan Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) Sebagai Antihiperkolesterol Beserta Uji Sifat Fisik, Media Farmasi
Indonesia, Vol. 13 No 2

Rowe, R.C., Paul J.S., and Marian E.Q. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th
Edition. USA: Pharmaceutical Press

Rosalina, V. (2018). Analisis Kadar Sedian Parasetamol Syrup Pada Anak Terhadap Lama
Penyimpanan Dan Suhu Penyimpanan. WARTA BHAKTI HUSADA MULIA: Jurnal
Kesehatan, 5(1).

Sayuti, NA, & ​Winarso, A. (2014). Stabilitas fisik dan mutu sirup dari bahan temulawak
(Curcuma xanthorrhiza roxb.). Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik , 11 (1), 47-53.

Ulfa, DM, & Irawan, D. (2019). Pengujian Sirup Parasetamol Pada Suhu Penyimpanan Yang
Berbeda Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Sanitas , 10 (1), 72-80.

Anda mungkin juga menyukai