Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN LENGKAP

TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI II


SEDIAAN SEMI SOLIDA
PERCOBAAN
FORMULASI SUSPENSI PIRANTEL PAMOAT

OLEH :
KELOMPOK II
FARMASI B
ASISTEN : FARADHIBA AMRIANI, S.Farm

JURUSAN FARMASI
LABOLATORIUM FARMASETIKA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA-GOWA
2017
A. Formula Asli
R/Pirantel Pamoat

B. Rancangan Formula

Nama Produk : DELTAMOAT®Suspensi

Jumlah produk : 100 botol @ 10 ml

Tanggal formulasi : 26 Oktober 2017

Tanggal produksi : 26 Oktober 2018

Nomor registrasi : DTL 1700100233A1

Nomor bets : R833002


Komposisi : Tiap 10 ml mengandung :

Pirantel Pamoat 125 mg


Na-CMC 1%
Gliserin 3%
Sorbitol 20%
Essens jeruk q.s
Aquadest ad 10 ml

C. Master Formula
Diproduksi Tanggal Tanggal Dibuat
Disetujui Oleh
Oleh Formulasi Produksi Oleh
PT.ZASMIC 26 Oktober 26 Oktober Kelompok Faradhiba
FARMA 2017 2018 II Amriani, S.Farm
Kode
Nama Bahan Fungsi Perdosis Perbets
Bahan
Pirantel
01 – PP Zat aktif 250 mg 15000 mg
Pamoat
Suspending
02 – NC Na-CMC 0,1 g 10 g
agent
03 – GL Gliserin Wetting agent 0,3 g 30 g
04 – SB Sorbitol Pemanis 2g 200 g
Perasa dan
05 – EJ Essens jeruk q.s q.s
pewarna
06 – AQ Aquadest Pembawa 1 ml 100 ml

D. Alasan Pembuatan Produk

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang

terdispersi dalam fase cair (FI IV, 1995). Beberapa suspensi tersedia dalam bentuk

siap pakai, yaitu telah terdispersi diseluruh pembawa cair dengan atau tanpa bahan

penstabil dan bahan tambahan lain (Ansel, 2013 : 404).

Terdapat beberapa dasar pada pembuatan suspensi. Contohnya pada obat tertetu

tidak stabil secara kimia dalam larutan tetapi stabil bila disuspensikan. Bentuk sediaan

cair lebih disukai dibandingkan bentuk sediaan padat karena lebih mudah untuk

menelan cairan dan fleksibilitas penggunaan rentang dosis (Ansel, 2013 : 405).

Obat antelmintika atau obat cacing adalah obat yang dapat memusnahkan

cacing pada tubuh manusia. Pirantel pamoat merupakan obat antelmintika yang sering

digunakan dalam pengobatan, dan merupakan obat terpilih untuk askariasis,

ankiloskomiasis serta enterobiasis. Pemberian pirantel pamoat tidak menimbulkan efek

yang serius, sehingga obat ini dapat dijual bebas di Indonesia (Bagus, 2010 : 1).

Pirantel pamoat terutama digunakan untuk memberantas cacing gelang, cacing

kremi dan cacing tambang. Pirantel pamoat dan analognya menimbulkan depolarisasi

pada obat cacing dan meningkatkan frekuensi impuls sehingga cacing mati dalam
keadaan spastis, pirantel pamoat juga berefek menghambat enzim kolinetoose (Sulistia,

2001 : 530).

Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yaitu bahan

obat yang mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air tetapi diperlukan

dalam bentuk sediaan cair, mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan

untuk menelan, untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan obat.

Penggunaan dalam bentuk suspensi bila dibandingkan dengan larutan sangatlah efisien

sebab dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air (Voight, 1995

: 446).

E. Alasan Penambahan Bahan

1. Zat Aktif

Pirantel pamoat digunakan untuk memberantas cacing kremi, cacing gelang,

dan cacing tambang. Pirantel pamoat dan analognya menimbulkan depolarisasi pada

otot cacing dan meningkatkan frekuensi impuls, sehingga cacing mati dalam keadaan

spastis (Sulistia, 2001 : 530).

Antilmintika (obat cacing) adalah obat yang digunakan untuk memberantas

cacing dalam lemen usus atau jaringan tubuh. Beberapa jenis obat antilmintika yang

direkomendasikan dalam pedoman pengendalian kecacingan Depkes RI 2012 antara

lain pirantel pamoat (Team medical, 2017 : 252).

Pirantel pamoat akan melumpuhkan cacing dengan jalan menghambat

penerusan impuls neuromuskuler lalu parasit dikeluarkan oleh peristaltik usus tanpa

memerlukan laksans. Resorpsinya dari usus ringan 50% zat diekskresikan dalam
keadaan utuh bersama metabolitnya melalui tinja dan lebih kurang 7% dikeluarkan

melalui air seni (Tjay, 2007 : 204).

a. Aspek Farmakologi

Indikasi : Askariasis, antilostomiasis, enterobiasis

Kontraindikasi : Kehamilan, anak <2 tahun, gangguan hati

Peringatan : Efek samping ringan, dan bersifat sementara misalnya

keluhan saluran cerna, demam dan sakit kepala.

Interaksi Obat : Memiliki efek kerja berlawanan dengan piperazine

sehingga tidak dapat dikonsumsi bersamaan.

Mekanisme kerja : Pirantel pamoat bekerja dengan cara menimbulkan

depolarisasi pada obat cacing dan meningkatkan

frekuensi impuls sehingga cacing mati dalam keadaan

spastik.

(Team Medical, 2017 : 25)

Dosis : 10 mg/kg BB (dosis tunggal)

(Sweetman, 2009 : 155)

b. Aspek Farmakologi

Absorpsi : Hanya sebagian kecil dosis pirantel diabsorpsi pada sistem

gastrointestinal

Metabolisme : Sistem gastrointestinal


Eliminasi : 50% zat diekskresikan dalam keadaan utuh bersama metabolitnya

melalui tinja dan lebih kurang 7% dikeluarkan melalui air seni

(Sulistia, 2001 : 530).

2. Zat Tambahan

a. Sorbitol

Sorbitol terkenal digunakan sebagai bahan tambahan pada formulasi

farmasi. Sorbitol juga digunakan secara luas pada produk makanan dan kosmetik.

Untuk sediaan berupa larutan, sorbitol digunakan sebagai pembawa rasa manis

pada formula dan sebagai penstabil untuk obat, vitamin, dan asam suspensi (Rowe,

2009 : 679).

Sorbitol memiliki beberapa keunggulan dibanding gula lainnya. Rasa cukup

manis namun tidak merusak gigi. Sorbitol resisten terhadap metabolisme bakteri

oral yang melepaskan asam dari reaksi penguraian gula dan pati. Asam ini dapat

mengerosi email/enamel gigi (Williams, 2006).

Sorbitol cukup aman dipakai sebagai gula pengganti pada penderita

diabetes melitus, karena penyerapannya lebih lambat daripada glukosa (Wilkins,

2006).

b.Gliserin

Gliserin merupakan humektan atau pelembab yang mampu mengikat air

dari udara dan dapat melembabkan kulit pada kondisi atmosfer sedang atau

kondisi kelembaban tinggi : Mekanisme kerja dari humektan yaitu menjaga

stabilitas sediaan dengan cara mengabsorbsi kelembaban dari lingkungan dan

mengurangi penguapan air dari sediaan (Murphy, 1978 : 56).


Gliserin akan membantu proses ekskresi, mengeluarkan cacing melalui

feses. Gliserin dapat mendukung efek dari terapi pirantel pamoat yang

melumpuhkan cacing diusus, tapi absorpsinya rendah untuk merangsang

neuromuscular agar terjadi spasmus diusus (Ansel, 2005).

Gliserin digunakan dalam berbagai macam formulasi farmasi termasuk

oral, lotion, suspensi dan topikal. Gliserin digunakan terutama untuk sifat

humektan dan emoliennya (Rowe, 2009 : 283).

Gliserin dapat digunakan dalam zat pembasah (15-30%), desinfektan

humektan dan sediaan topikal konsentrasi 15% (Bagus, 2013 : 4).

Zat pembasah yang sering digunakan dalam pembuatan suspensi adalah

air, alkohol dan gliserin (Ansel, 1989 : 171).

c. Aquadest

Aquadest adalah larutan yang mudah menyerap dan melarutkan

berbagai macam jenis partikel halus yang bermuatan racun dan dapat mencegah

pencernaan pada kualitas air sehingga air tersebut dapat diminum setiap saat

dengan aman (Robert, 2014 : 71).

Aquadest banyak digunakan sebagai pelarut karena aquadest mampu

melarutkan kemudian menetralkan bahan kimia yang bersifat racun didalam

sediaan (Luma, 2007 : 4).

Penggunaan aquadest sangat sering ditemukan pada bidang industri.

Pada bidang kimia aquadest banyak digunakan untuk pencampuran pelarut

bahan-bahan kimia (Jurnal Kelarutan Nasional Vol.612).

d. Na-CMC
Na-CMC digunakan sebagai bahan pensuspensi, pengikat tablet,

pengental dan penstabil suspensi (Rowe, 2009 : 118).

Derivat selulosa yang digunakan sebagai zat pensuspensi adalah na-

cmc, golongan ini bersifat nontoksik dan aman digunakan sebagai zat

pensuspensi. Na-CMC dapat mudah larut dalam air panas atau dingin

membentuk larutan kental (Arief, 2000 : 180).

Konsentrasi na-CMC dalam sediaan suspensi antara 0,5-2% (Weller dan

Wode, 1994 : 67). Suspending agent na-CMC memiliki pengaruh terhadap fisik

suspensi pirantel pamoat, dapat dilihat dari hasil uji stabil, uji berat jenis, uji

viskositas dengan konsentrasi 1% (Bagus, 2010 : 3).

e. Essens Jeruk

Pemilihan warna biasanya dibuat konsisten dengan rasa. Untuk warna

kuning diberi rasa jeruk (essens orange) sesuai dengan rasa dan warna yang

dibuat (Aulton, 1989 : 127).

Essens orange adalah bahan perasa alami yang diperoleh selama

peningkatan air dalam jeruk (Rouself, 2003 : 1).

Essens jeruk sebagai perasa dan pewarna pada sediaan suspensi

diberikan secukupnya (Bagus, 2010 : 2).


H. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dikalibrasi botol yang akan digunakan

3. Ditimbang semua bahan

4. Dibasahkan pirantel pamoat dengan gliserin (campuran I)

5. Dilarutkan na-CMC dalam air panas secukupnya (campuran II)

6. Dicampurkan campuran I dan campuran II dalam satu bagian

7. Ditambahkan sorbitol dan essens jeruk secukupnya

8. Dimasukkan ke botol cokelat

9. Dicukupkan dengan aquadest

10. Diberi EWB (etiket, wadah, brosur)

(Khatima, 2014 : 18)


I. Evaluasi
1. Penetapan Bobot Jenis
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot
jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada
perbandingan bobot zat diudara pada suhu 25°C terhadap bobot air dengan volume
dan suhu yang sama.
2. Penetapan Bobot per Mililiter
Bobot per ml zat cair ditetapkan dengan membagi bobot zat cair diudara yang
dinyatakan dalam 2 dari sejumlah cairan yang mengisi piknometer pada suhu yang
telah ditetapkan dengan kapasitas piknometer yang dinyatakan dalam ml pada suhu
yang sama. Bobot 1 liter air pada suhu yang telah ditetapkan bila ditimbang terhadap
bobot kuningan diudara dengan kerapatan 0,0012 g/ml seperti tertera dalam tabel
berikut.
SUHU BOBOT PER LITER AIR
20 997,18
25 996,02
30 994,62
3. Homogenitas
Suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran
partikel yang relative hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel
suspensi dikocok terlebih dahulu.
4. Volume Terpindahkan
Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan
selanjutnya ikuti prosedur untuk bentuk sediaan tersebut. Larutan oral, suspensi oral,
dan sirup dalam wadah dosis ganda, kocok isi 10 wadah satu persatu.
(Farmakope Indonesia Edisi IV : 1995)
J. Daftar Pustaka
Anief.M.Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta : UGM Press. 2000
Ansel.C.Howard. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Jakarta : UI Press.2013
Aulton. Pharmaceutics. The Scene of Dosage Form Design. London, 1989
Bagus, Ade. Pengaruh Perbandingan Na-CMC, Karbomer dan Tragakan sebagai
Suspending Agent terhadap sifat Fisik Suspensi Pirantel Pamoat. Tegal : Politeknik
Harapan, 2010
Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.1995

Anda mungkin juga menyukai