Anda di halaman 1dari 40

PENENTUAN RUTE BUS KARYAWAN MENGGUNAKAN

PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER

ZIL’ARIFAH

DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PENENTUAN RUTE BUS KARYAWAN MENGGUNAKAN
PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER

ZIL’ARIFAH
G54050899

DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ABSTRAK

ZIL’ARIFAH. Penentuan Rute Bus Karyawan Menggunakan Pemrograman Linear Integer.


Dibimbing oleh PRAPTO TRI SUPRIYO dan FARIDA HANUM.

Tulisan ini memberikan formulasi masalah penentuan rute bus karyawan menggunakan
pemrograman linear integer. Rute setiap bus berawal dan berakhir di suatu tempat (depot) untuk
menjemput karyawan melalui beberapa pos. Setiap pos dikunjungi tepat sekali oleh suatu bus
dengan memperhatikan kapasitas setiap bus dan jarak tempuh maksimum setiap bus sehingga
dapat dipastikan bahwa bus sampai depot (tempat kerja) sebelum jam kerja dimulai. Fungsi
objektif masalah ini adalah meminimumkan biaya operasional seluruh bus yang dioperasikan.
Biaya operasional setiap bus diasumsikan sepadan dengan biaya perawatan tetap dan biaya
penggunaan yang sesuai dengan jarak perjalanan bus tersebut. Pada contoh studi kasus dengan
menggunakan data hipotetik dalam karya ilmiah ini, biaya yang paling minimum diperoleh jika
digunakan 4 unit bus. Total jarak yang ditempuh oleh keempat unit bus dalam menjemput atau
mengantar karyawan adalah 247 km. Total biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya operasional
bus karyawan per harinya adalah 894000 rupiah.
ABSTRACT

ZIL'ARIFAH. Employee Bus Route Determination Using Integer Linear Programming.


Supervised by PRAPTO TRI SUPRIYO and FARIDA HANUM.

This paper gives formulation of the problem in determining an employee bus route using
integer linear programming. Each bus route begins and ends in one place (depot) to pick some
postal employees. Each post will be visited once by a bus according to the capacity and maximum
mileage of each bus, so it can be ascertained that the bus arrives before work begins. Objective
function of this problem is to minimize operating costs of all of the buses. The result of case study
using hypothetical data shows that the minimum cost is obtained when four buses are used. The
total distance traveled by the four buses is 247 km with total daily operating costs 894,000 rupiahs.
PENENTUAN RUTE BUS KARYAWAN MENGGUNAKAN
PEMROGRAMAN LINEAR INTEGER

ZIL’ARIFAH
G54050899

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Matematika

DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul: Penentuan Rute Bus Karyawan Menggunakan Pemrograman Linear
Integer
Nama : Zil’Arifah
NIM : G54050899

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Prapto Tri Supriyo, M.Kom. Dra. Farida Hanum, M.Si.


NIP. 19630715 199002 1 002 NIP. 19651019 199103 2 002

Mengetahui:
Ketua Departemen

Dr. Berlian Setiawaty, M.S.


NIP. 19650505 198903 2 004

Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat, karunia, izin, dan
pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Penentuan
Rute Bus Karyawan Menggunakan Pemrograman Linear Integer”. Karya ilmiah ini merupakan
syarat untuk menyelesaikan studi pada Departemen Matematika, Fakultas Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Sang pencipta, Tuhan semesta alam Allah SWT, atas maha karya-Nya,
2. Nabi besar Muhammad SAW sebagai penutup para nabi,
3. Bapak dan Ibu tercinta; Drs. Ermasdi dan Brata Graha, atas segala dukungan, motivasi,
pembelajaran, masukan, dan segala kasih sayang yang diberikan kepada penulis, juga adik-
adikku tersayang, Rozaanah, Fauzan Aziman, dan Hanifatul Khairiyah, atas segala kasih
sayangnya dan keceriaannya,
4. Bapak Drs. Prapto Tri Supriyo, M. Kom dan Ibu Dra. Farida Hanum, M.Si, selaku dosen
pembimbing, atas segala kesabaran dan masukan serta doanya selama membimbing penulis,
tak lupa kepada Bapak Drs. Siswandi, M. Si selaku penguji yang telah memberikan ilmu, saran,
dan doanya,
5. semua dosen Departemen Matematika, terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan,
6. staf Departemen Matematika: Bapak Yono, Bapak Hery, Bapak Deni, Ibu Ade, Bapak Epul,
Bapak Bono dan Ibu Susi atas semangat dan doanya,
7. keluarga besar Ibu Sulastri, Mama El, Mama Af, Etek Am, Om Eri, Etek Pit, Etek Ira, Etek Eda,
Etek Nel, Etek Adek, Pa Etek Razak, Pa Etek Am, dan Pa Etek Fadly,
8. keluarga besar Bapak M. Yusuf, terutama Ibu Maemunah, Mamang Sabeni, Bibi Lilis, Uwa
Isah, Siska, Syukri, dan Fajar,
9. keluarga besar Bapak Mardani, terutama Ibu Hj. Masna Ulyanah Mardani, Aa Dicky, Mas
Risyad, Aa Fikri, Kang Ade, Wildan, dan Algifari,
10. Chandra yang selalu mendampingi serta memberikan semangat, dukungan, dan doanya,
11. Afat yang selalu memberikan semangat, dan doanya,
12. sahabat-sahabatku tersayang yang selalu memberi semangat; Kiky, Warno, Mega, Dhani, dan
Aa Dede, atas segala tawa dan tangis, manis dan pahit, suka dan duka selama persahabatan kita,
13. teman-teman mahasiswa angkatan 42: Riyu, Ricken, Agnes, Hikmah, Dian, Titi, Mira, Octa,
Rita, Vita, Vera, Gita, Luri, Rima, Hesti, Ayu, Nyoman, Lisda, Ida, Achi, Dewi, Septiwi, Erlin,
Eyyi, Hapsari, Jane, Lela, Lina, Mega, Niken, Nola, Nofi, Oby, Ocoy, Pipit, Siti, Tia, Vino,
Yuni, Ety, Yudi, Danu, Sapto, Dendi, Ardy, Septian, Awi, Eko, Rendy, Boy, Jawa, Arif,
Makinun, Ridwan, Yusep, Bima, Ilyas, Iput, Fachri, Warno, Heri, Acuy, dan Bayu, atas
segenap dukungan, suka duka dan keceriaan selama penulis menempuh studi di Departemen
Matematika IPB,
14. kakak-kakak mahasiswa matematika angkatan 40, terutama kak Rusli, atas segala bantuannya
dalam mengajarkan Lingo; kakak-kakak mahasiswa angkatan 41, terutama kak Aji, atas
bantuannya; adik-adik mahasiswa angkatan 43, terutama Slamet atas bantuannya dan Faizal
yang telah bersedia menjadi pembahas, dan adik-adik mahasiswa angkatan 44,
15. keluarga besar BEM FMIPA IPB angkatan 2006-2007 dan angkatan 2007-2008, atas segenap
dukungan, doa, dorongan semangat, dan warna warni dalam kebersamaan kita,
16. keluarga besar pengurus Gumatika IPB, atas dukungan dan doanya,
17. pembimbing dan asisten pengajar Kumon Taman Yasmin; bu Yani, pak Bambang, mbak Berti,
mbak Eka, mbak Era, mbak Sri, mbak Iis, mbak Nining, mbak Mira, mbak Tina, mbak Titi,
mbak Oy, Susi, Roby, Mia, Dwi, Wiwi, Eyyi, dan Riska,
18. teman-teman penghuni Maharlika Depan; Vina, Ayu, Veza, Yuyun, Icha, Ninu’, Almira dan
Isna,
19. semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Bogor, Februari 2012

Zil’Arifah
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batusangkar pada 23 September 1986 dari pasangan Drs. Ermasdi dan
Brata Graha. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Pada tahun 1999 penulis lulus dari SD Negeri 22 Batusangkar kemudian tahun 2002 lulus dari
SLTP Negeri 1 Batusangkar. Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Padang Panjang dan
pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi
Masuk IPB). Pada tahun 2006, penulis memilih Mayor Matematika dan Minor Statistika Industri,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, di antaranya pada
tahun 2006-2007 menjabat sebagai staf Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa dan
pada tahun 2007-2008 sebagai staf Departemen Sosial Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (BEM FMIPA) IPB. Selain itu, penulis juga terlibat
dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM) sebagai staf
Dewan Penasehat IPMM tahun 2006-2007 dan tahun 2007-2008. Penulis juga terlibat dalam
organisasi Ikatan Mahasiswa Serambi Makkah dan Pagaruyung (IMASEREMPAG) sebagai
sekretaris pada tahun 2007-2008 dan tahun 2008/2009, serta mengikuti kepanitiaan dari beberapa
kegiatan selama rentang waktu 2006-2008. Pada tahun 2008 penulis pernah mengajar di SMK
IZZATA Depok dan pada tahun 2009 penulis pernah mengajar di SMK Wira Buana Citayam dan
asisten PT KIE Indonesia (Kumon).
DAFTAR ISI

Halaman 

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1

II LANDASAN TEORI
2.1 Fungsi Linear dan Pertidaksamaan Linear 1
2.2 Pemrograman Linear 1
2.3 Pemrograman Integer (Integer Programming) 3
2.4 Relaksasi Pemrograman Linear 3
2.5 Graf 3
2.6 Masalah Path Terpendek 4
2.7 Traveling Salesman Problem (TSP) 5
2.8 Metode Branch-and-Bound 6

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH


3.1 Deskripsi Masalah Rute Bus Karyawan 9
3.2 Model Masalah Rute Bus Karyawan 9

IV STUDI KASUS 12

V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan 15
5.2 Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 16

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jarak antarpos penjemputan bus karyawan 12


2 Banyaknya karyawan yang dijemput pada setiap pos 13
3 Rute solusi optimal untuk bus Pertama 14
4 Rute solusi optimal untuk bus kedua 14
5 Rute solusi optimal untuk bus ketiga 14
6 Rute solusi optimal untuk bus keempat 14

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1 Graf G = (V, E) 3
2 Graf G’ = (V, E) 4
3 Graf berbobot G’ =(V,A) 4
4 Contoh rute dalam traveling salesman problem (TSP) 5
5 Input dari sebuah VRP 5
6 Solusi yang mungkin dari VRP pada Gambar 5 dengan tiga kendaraan 6
7 Daerah fisibel untuk PL-relaksasi dan IP (2.7) 7
8 Daerah fisibel untuk Subproblem 2 dan Subproblem 3 dari IP (2.7) 8
9 Seluruh pencabangan pada metode branch-and-bound untuk menyelesaikan IP (2.7) 9
10 Perjalanan bus yang berupa subrute 11
11 Perjalanan bus yang berupa rute 11
12 Solusi rute perjalanan 14

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1 Syntax Program LINGO 8.0 untuk Menyelesaikan Masalah Pemrograman Linear dengan
Metode Branch-and-Bound Beserta Hasil yang Diperoleh 17
2 Syntax Program LINGO 8.0 untuk Menyelesaikan Masalah Rute Bus Karyawan 21
3 Hasil Komputasi Program pada Lingo 8.0 untuk Menyelesaikan Masalah Rute Bus Karyawan
23
 

viii
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dilewatinya setelah melengkapi rute


Masalah penentuan rute bus karyawan perjalanannya tetapi bus mengakhiri
mendapat perhatian dari para peneliti selama perjalanannya di depot, serta banyaknya
lebih kurang 30 tahun belakangan ini. karyawan pada setiap bus tidak melebihi
Masalah optimisasi rute bus karyawan secara kapasitas bus.
matematis termasuk dalam kelas Tulisan ini akan membahas bagaimana
permasalahan yang disebut Vehicle Routing mengoptimalkan biaya yang berhubungan
Problem (VRP). Bentuk dasar VRP berkaitan dengan pengangkutan karyawan dengan
dengan masalah penentuan suatu himpunan menggunakan PLI (pemrograman linear
rute kendaraan (vehicle) yang melayani suatu integer) sedemikian sehingga kendala-
himpunan pelanggan. kendalanya dipenuhi. Model penentuan rute
Dalam kehidupan sehari-hari banyak bus karyawan pada karya ilmiah ini
ditemukan terapan VRP, antara lain berdasarkan pada artikel berjudul “Solving
pendistribusian barang hasil produksi oleh school bus routing problems through integer
produsen ke konsumen, pengambilan surat programming” yang ditulis oleh T Bektas dan
dari kotak-kotak pos yang tersebar di seluruh Seda Elmastas tahun 2007.
kota, pengantaran dan penjemputan anak
sekolah dengan bus sekolah. 1.2 Tujuan
Karakteristik khusus yang diperhatikan Tujuan penulisan ini adalah memodelkan
dalam masalah bus karyawan di antaranya, dan menyelesaikan masalah penentuan rute
bus tidak kembali ke pos yang sudah bus karyawan dengan PLI.

II LANDASAN TEORI

Untuk membuat model penentuan rute bus Sebagai gambaran, f ( x1 , x 2 ) = 2 x1 + x 2


karyawan dan teknik-teknik pemecahan yang merupakan fungsi linear, sementara
digunakan dalam karya tulis ini, diperlukan f ( x1 , x 2 ) = x1 x 2 bukan fungsi linear.
2

pemahaman teori pemrograman linear (PL),


Pemrograman Linear Integer (PLI) atau Definisi 2 (Pertidaksamaan dan Persamaan
Integer Linear Programming (ILP), dan Linear)
metode branch-and-bound. Untuk sembarang fungsi linear
f ( x1 , x 2 ,..., x n ) dan sembarang bilangan b,
2.1Fungsi Linear dan Pertidaksamaan pertidaksamaan f ( x1 , x 2 ,..., x n ) ≤ b dan
Linear f ( x1 , x 2 ,..., x n ) ≥ b adalah pertidaksamaan
Fungsi linear dan pertidaksamaan linear
merupakan salah satu konsep dasar yang harus linear; sedangkan f ( x1 , x 2 ,..., x n ) = b
dipahami terkait dengan konsep pemrograman merupakan persamaan linear.
linear. (Winston 2004)

Definisi 1 (Fungsi Linear) 2.2 Pemrograman Linear


Misalkan f ( x1 , x 2 ,..., x n ) menyatakan Menurut Winston (2004), pemrograman
suatu fungsi dalam variabel-variabel linear (PL) adalah suatu masalah optimisasi
yang memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai
x1 , x2 ,..., xn . Fungsi f ( x1 , x 2 ,..., x n ) dikatakan
berikut.
linear jika dan hanya jika untuk suatu a) Tujuan masalah tersebut adalah
himpunan konstanta c1 , c 2 ,..., c n , fungsi f memaksimumkan atau meminimumkan
dapat dituliskan sebagai suatu fungsi linear dari sejumlah variabel
f ( x1 , x 2 ,..., x n ) = c1 x1 + c 2 x 2 + ... + c n x n . keputusan. Fungsi yang akan
(Winston 2004) dimaksimumkan atau diminimumkan ini
disebut fungsi objektif.
2

b) Nilai variabel-variabel keputusannya harus variabel basis dan x N adalah vektor variabel
memenuhi suatu himpunan kendala. Setiap nonbasis, maka Ax = b dapat dinyatakan
kendala harus berupa persamaan linear
⎛x ⎞
atau pertidaksamaan linear. sebagai Ax = ( B N ) ⎜ B ⎟
c) Ada pembatasan tanda untuk setiap ⎝ xN ⎠
variabel dalam masalah ini. Untuk = Bx B + Nx N = b. (2.2)
sembarang variabel x i , pembatasan tanda Karena matriks B adalah matriks taksingular,
menentukan x i harus taknegatif ( xi ≥ 0) maka B memiliki invers, sehingga dari (2.2)
atau tidak dibatasi tandanya (unrestricted xB dapat dinyatakan sebagai:
in sign). xB = B-1b – B-1NxN. (2.3)

Suatu PL mempunyai bentuk standar seperti Definisi 4 (Daerah Fisibel)


yang didefinisikan sebagai berikut. Daerah fisibel suatu PL adalah himpunan
semua titik yang memenuhi semua kendala
Definisi 3 (Bentuk Standar PL) dan pembatasan tanda pada PL tersebut.
Pemrograman linear (Winston 2004)
min z = cTx
terhadap Ax = b Definisi 5 (Solusi Basis)
x≥0 (2.1) Solusi dari suatu PL disebut solusi basis
jika memenuhi syarat berikut:
dikatakan PL dalam bentuk standar, dengan x i. solusi tersebut memenuhi kendala
dan c vektor-vektor berukuran n, vektor b pesamaan pada PL,
berukuran m, dan A matriks berukuran m × n ii. kolom-kolom dari matriks kendala yang
yang disebut sebagai matriks kendala, dengan berpadanan dengan komponen taknol dari
m ≤ n. solusi tersebut adalah bebas linear.
(Nash & Sofer 1996) (Nash & Sofer 1996)

Sebagai catatan, yang dimaksud dengan Definisi 6 (Solusi Fisibel Basis)


vektor berukuran n adalah vektor yang Solusi fisibel basis adalah solusi basis
memiliki dimensi (ukuran) n × 1. pada PL yang semua variabel-variabelnya
taknegatif.
Solusi Pemrograman Linear (Winston 2004)
Suatu masalah PL dapat diselesaikan
dalam berbagai teknik, salah satunya adalah Definisi 7 (Solusi Optimal)
metode simpleks. Metode ini dapat Untuk masalah maksimisasi, solusi
menghasilkan suatu solusi optimal bagi optimal suatu PL adalah suatu titik dalam
masalah PL dan telah dikembangkan oleh daerah fisibel dengan nilai fungsi objektif
Dantzig sejak tahun 1947, dan dalam terbesar. Untuk masalah minimisasi, solusi
perkembangannya merupakan metode yang optimal suatu PL adalah suatu titik dalam
paling umum digunakan untuk menyelesaikan daerah fisibel dengan nilai fungsi objektif
PL. Metode ini berupa metode iteratif untuk terkecil.
menyelesaikan PL berbentuk standar. (Winston 2004)
Pada masalah PL (2.1), vektor x yang
memenuhi kendala Ax = b disebut solusi PL Ilustrasi solusi basis dan solusi fisibel basis
diberikan dalam Contoh 1.
(2.1). Misalkan matriks A dapat dinyatakan
sebagai A = ( B N ) , dengan B adalah Contoh 1
matriks berukuran m × m yang elemennya Misalkan diberikan PL (2.4) berikut:
berupa koefisien variabel basis dan N min z = −2x1 – 3x2
merupakan matriks berukuran m × (n − m) terhadap −2x1 + x2 + x3 = 4
yang elemen-elemennya berupa koefisien
variabel nonbasis pada matriks kendala. −x1 + 2x2 + x4 = 11 (2.4)
Dalam hal ini matriks B disebut matriks x1 + x5 = 5
basis untuk PL (2.1).
Misalkan x dapat dinyatakan sebagai x1, x2, x3, x4, x5 ≥ 0
⎛x ⎞ Dari PL (2.4) diperoleh:
vektor x = ⎜ B ⎟ , dengan xB adalah vektor
⎝ xN ⎠
3

⎛ −2 1 1 0 0 ⎞ ⎛4⎞ 2.4 Relaksasi Pemrograman Linear


⎜ ⎟ ⎜ ⎟ Konsep relaksasi pemrograman linear atau
A = ⎜ −1 2 0 1 0 ⎟ , b = ⎜ 11⎟ .
⎜ 1 0 0 0 1⎟ ⎜5⎟ relaksasi-PL diberikan dalam definisi berikut
⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ini.
Misalkan dipilih
xB = ( x3 x5 ) dan xN = ( x1 x2 ) , Definisi 8 (Relaksasi Pemrograman Linear)
T T
x4
Pemrograman linear relaksasi atau sering
disebut relaksasi-PL merupakan suatu
maka matriks basisnya adalah pemrograman linear yang diperoleh dari suatu
⎛1 0 0⎞ IP dengan menghilangkan kendala integer
⎜ ⎟
B = ⎜0 1 0⎟ . atau kendala 0-1 pada setiap variabelnya.
⎜0 0 1⎟ Untuk masalah maksimisasi, nilai optimal
⎝ ⎠
fungsi objektif relaksasi-PL lebih besar atau
sama dengan nilai optimal fungsi objektif IP,
Dengan menggunakan matriks basis di atas sedangkan untuk masalah minimisasi, nilai
didapatkan optimal fungsi objektif relaksasi-PL lebih
x N = ( 0 0 ) , x B = B −1b = ( 4 11 5 ) . (2.5)
T T
kecil atau sama dengan nilai optimal fungsi
Solusi (2.5) merupakan solusi basis, objektif IP.
karena memenuhi kendala pada PL (2.4) dan (Winston 1995)
kolom-kolom pada matriks kendala yang
berpadanan dengan komponen taknol dari 2.5 Graf
(2.5), yaitu B , bebas linear. Solusi (2.5) juga Konsep graf yang digunakan dalam karya
merupakan solusi fisibel basis, karena nilai- ilmiah ini meliputi definisi-definisi berikut ini.
nilai variabelnya lebih dari atau sama dengan
nol. Definisi 9 (Graf)
Suatu graf G adalah pasangan terurut (V,
PL (2.1) dapat dinyatakan dalam bentuk E) dengan V himpunan takkosong dan
xB dan x N sebagai berikut berhingga yang anggota-anggotanya disebut
simpul (node/vertex) dan E merupakan
min z = c TB x B + c TN x N himpunan berhingga garis yang
terhadap Bx B + Nx N = b (2.6) menghubungkan simpul-simpul anggota V
x ≥ 0, yang disebut dengan sisi (edge). Sisi yang
dengan cB vektor koefisien variabel basis pada menghubungkan simpul i dengan simpul j
fungsi objektif dan cN vektor koefisien dinyatakan dengan {i, j}.
variabel nonbasis pada fungsi objektif. Jika (Foulds 1992)
persamaan (2.3) disubstitusikan ke dalam
fungsi objektif PL (2.6) maka akan didapat Graf seperti disebutkan pada definisi di
atas disebut juga graf tak berarah. Ilustrasi
z = cTB (B−1b − B−1 NxN ) + cTN xN graf tak berarah dapat dilihat pada Gambar 1
= cTB B−1b + (cTN − cTB B−1 N)xN . berikut:
G:
1
(Winston 2004)
4
2.3 Pemrograman Integer (Integer
2
Programming)
pemrograman integer (PI) atau Integer 5 
programming (IP) adalah suatu model 3
pemrograman linear dengan variabel yang
digunakan berupa bilangan bulat (integer). Gambar 1 Graf G = (V, E)
Jika semua variabel harus berupa integer,
maka masalah tersebut dinamakan pure Pada Gambar 1 di atas diperlihatkan bahwa
integer programming. Jika hanya sebagian V = {1, 2,3, 4,5} dan
yang harus berupa integer, maka disebut
mixed integer programming. IP dengan semua E = {{1, 2},{1, 3},{1, 4},{2, 3},{3, 4},{3, 5}}.
variabelnya harus bernilai 0 atau 1 disebut 0-1
IP. Definisi 10 (Graf Berarah)
(Garfinkel & Nemhauser 1972) Dalam suatu graf, jika sisi yang
menghubungkan simpul-simpulnya berarah
4

maka graf tersebut dinamakan graf berarah Definisi 14 (Path Berarah)


(directed graph/digraph). Sisi yang Path berarah pada graf berarah G’ adalah
menghubungkan simpul i dengan simpul j suatu walk berarah yang semua simpulnya
berarah dinyatakan dengan {i, j}. berbeda.
(Foulds 1992) (Foulds 1992)

Ilustrasi graf berarah dapat dilihat pada Ilustrasi walk dan path berarah diberikan
gambar berikut sebagai berikut. Pada graf berarah G ' yang
G ' :  terdapat dalam Gambar 2, contoh walk
berarah adalah 1,3, 2,1, 4,3,5 , dan contoh
1
path berarah adalah 2,1, 4,3,5 .
4

2 Definisi 15 (Graf Berbobot)


5 Suatu graf G = (V, E) atau graf berarah
3  G ' = (V , A) dikatakan berbobot jika terdapat
fungsi w : E → ℜ atau l : A → ℜ (dengan
Gambar 2 Graf G ' = (V , A). ℜ himpunan bilangan real) yang
memberikan bobot pada setiap elemen E atau
Pada Gambar 2 diperlihatkan bahwa A.
V = {1, 2,3, 4,5} dan (Foulds 1992)
A = {(1, 2), (1, 3), (1, 4), (2,1), (3, 2), (3, 5), (4,3)}.
Ilustrasi graf berbobot diberikan dalam
Gambar 3.
Definisi 11 (Walk)
Suatu walk pada graf G = (V, E) adalah G':
1 2 
suatu barisan simpul dan sisi dari G dengan
bentuk: 1 4
v1 , {v1 , v2 } , v2 , {v2 , v3 } ,..., {vn −1 , vn } , vn ,
0
2 3 
atau ditulis dengan ringkas : ‐2 3 5 
v1 , v2 ,..., vn atau v1 , v2 ,..., vn . Walk tersebut 0 

menghubungkan simpul v1 dengan simpul Gambar 3 Graf berbobot G ' = (V , A).


vn .
(Foulds 1992) Misalkan diberikan l : A → ℜ untuk graf
berbobot G ' = (V , A) pada Gambar 3, maka
Definisi 12 (Path) l((4,3)) = 3 atau dapat pula ditulis
Path pada suatu graf G adalah suatu walk
l 4,3 = 3; l 2,1 = 1; l 1,3 = l 3,5 = 0; l 3, 2 = − 2;
dengan semua simpulnya berbeda.
(Foulds 1992) l 1, 4 = 2.

Ilustrasi walk dan path diberikan sebagai 2.6 Masalah Path Terpendek
berikut. Pada graf G yang terdapat dalam Masalah penentuan rute perjalanan dengan
Gambar 1, salah satu contoh walk adalah biaya minimum merupakan aplikasi dari
1, 2,3,4,3,5 , sedangkan 1,2,3,5 adalah masalah penentuan path terpendek dalam
salah satu contoh path. suatu graf berbobot. Didefinisikan panjang
untuk sembarang path berarah dalam suatu
Definisi 13 (Walk Berarah) network sebagai jumlah biaya semua sisi
Walk berarah pada suatu graf berarah berarah dalam path tersebut. Dalam masalah
G ' = (V , A) adalah suatu barisan terurut ini akan dicari suatu path terpendek, yakni
path berarah dari suatu simpul asal ke simpul
simpul dan sisi pada G ' yang berbentuk
tujuan dengan panjang terkecil.
v0 , a1 , v1 ,...,an , vn , dengan setiap sisi Dalam bab ini, juga dijelaskan tentang
berarah ai menghubungkan simpul-simpul vi-1 traveling salesman problem (TSP) yang
dan vi secara berurutan. merupakan dasar dari vehicle routing problem
(Foulds 1992) (VRP), kemudian akan diperlihatkan
5

penggunaan pemrograman linear integer (PLI) Konsumen


untuk mencari solusi dari kasus VRP.

2.7 Traveling Salesman Problem (TSP)


Dalam TSP, seorang salesman harus
mengunjungi seluruh kota yang ada dan
diharuskan kembali ke kota awal pada akhir
perjalanannya. Tujuan dari TSP adalah Rute
menetukan rute perjalanan yang fisibel
sedemikian sehingga jarak tempuh yang
melalui rute tersebut minimum. Depot

Definisi 16 (m-TSP) Gambar 4 Contoh rute dalam traveling


m-TSP adalah salah satu variasi dari TSP. salesman problem (TSP).
Dalam m-TSP terdapat m salesman
mengunjungi seluruh kota tetapi setiap kota Vehicle Routing Problem (VRP)
hanya dapat dikunjungi oleh tepat satu VRP merupakan masalah pendistribusian
salesman saja. Setiap salesman berangkat dari setiap kendaraan yang terletak di depot untuk
suatu depot dan pada akhir perjalanannya juga memenuhi permintaan para pelanggan yang
harus kembali ke depot tersebut. Tujuan dari tersebar di banyak tempat. Masalah utama
m-TSP adalah meminimumkan total jarak dari dari VRP adalah membuat rute yang fisibel
setiap rute. dengan biaya yang rendah untuk setiap
Masalah m-TSP dikenal juga sebagai kendaraan dengan ketentuan bahwa setiap
vehicle routing problem (VRP). Dalam kendaraan memulai dan mengakhiri
masalah tersebut, sebuah kota diasosiasikan perjalanan dari depot.
sebagai konsumen dan tiap kendaraan Misalkan V’ adalah himpunan pelanggan
memiliki kapasitas tertentu. Total jumlah yang harus dilayani. Fungsi objektif dari
permintaan dalam suatu rute tidak boleh sebuah VRP adalah mencari sebanyak m buah
melebihi kapasitas dari kendaraan yang rute kendaraan dengan total biaya yang
beroperasi. minimum sehingga setiap pelanggan di V’
(Larsen 1999) dikunjungi oleh tepat satu kendaraan. Sebuah
Contoh solusi dari TSP dapat dilihat pada rute Ri dikatakan fisibel jika setiap pelanggan
Gambar 4. dikunjungi tepat satu kali oleh sebuah
kendaraan.
Gambar berikut mencoba menjelaskan
input dari sebuah VRP dan solusi yang
mungkin terjadi.

+ + + Pelanggan

+ + +

+ + + +

Depot +

+
+ +
Gambar 5 Input dari sebuah VRP.
6

Rute kendaraan

+ + +

+ + +

+ + + +

+
Depot

+ +

Gambar 6 Solusi yang mungkin dari VRP pada Gambar 5 dengan tiga kendaraan.

Tujuan dari VRP adalah menentukan Prinsip dasar metode branch-and-bound


sejumlah rute untuk melakukan pengiriman adalah memecah daerah fisibel dari masalah
pada setiap konsumen, dengan mengikuti relaksasi-PL dengan membuat subproblem-
beberapa ketentuan antara lain : subproblem. Terdapat dua konsep dasar dalam
1. setiap rute berawal dan berakhir di depot, algoritme branch-and-bound.
2. setiap konsumen dikunjungi tepat satu
kali oleh tepat satu kendaraan, • Branch (Cabang)
3. jumlah permintaan tiap rute tidak Branching (pencabangan) adalah proses
melebihi kapasitas kendaraan, membagi permasalahan menjadi subproblem-
4. meminimumkan biaya perjalanan, subproblem yang mungkin mengarah ke
(Cordeau et al. 2002) solusi fisibel.

Definisi 17 (Capacitated Vehicle Routing • Bound (Batas)


Problem) Bounding (pembatasan) adalah suatu proses
Capacitated Vehicle Routing Problem untuk mencari atau menghitung batas atas
(CVRP) merupakan salah satu variasi dari (dalam masalah minimisasi) dan batas bawah
masalah VRP dengan penambahan kendala (dalam masalah maksimisasi) untuk solusi
kapasitas kendaraan. Setiap kendaraan yang optimum pada subproblem yang mengarah ke
melayani konsumen disyaratkan memiliki solusi.
batasan kapasitas sehingga banyaknya (Taha 1975)
konsumen yang dilayani oleh setiap
kendaraan dalam satu rute bergantung pada Metode branch-and-bound diawali dari
kapasitas kendaraan. CVRP bertujuan menyelesaikan relaksasi-PL dari suatu
meminimumkan waktu tempuh rute pemrograman linear integer. Jika semua nilai
perjalanan kendaraan dalam mendistribusikan variabel keputusan solusi optimal sudah
barang dari tempat produksi yang dinamakan berupa integer, maka solusi tersebut
dengan depot ke sejumlah konsumen dan merupakan solusi optimal PLI. Jika tidak,
memenuhi batasan kapasitas. dilakukan pencabangan dan penambahan
batasan pada relaksasi-PLnya kemudian
2.8 Metode Branch-and-Bound diselesaikan.
Dalam karya ilmiah ini, untuk Winston (2004) menyebutkan bahwa
memperoleh solusi optimum dari masalah PLI untuk masalah maksimisasi nilai fungsi
digunakan software LINGO 8.0, yaitu sebuah objektif optimum untuk PLI ≤ nilai fungsi
program yang dirancang untuk menentukan objektif optimum untuk relaksasi-PL,
solusi model linear, taklinear, dan optimisasi sehingga nilai fungsi objektif optimum
integer. Software LINGO 8.0 ini relaksasi-PL merupakan batas atas bagi nilai
menggunakan metode branch-and-bound fungsi objektif optimum untuk masalah PLI.
untuk menyelesaikan masalah PLI. Diungkapkan pula oleh Winston (2004) untuk
7

masalah maksimisasi bahwa nilai fungsi • Langkah 2


objektif optimal untuk suatu kandidat solusi Dipilih salah satu variabel xj dengan nilai
merupakan batas bawah nilai fungsi objektif optimumnya adalah xj* yang tidak memenuhi
optimum untuk masalah PLI asalnya. Suatu batasan integer dalam solusi PL(i). Bidang [xj*]
kandidat solusi diperoleh jika solusi dari suatu < xj < [xj*] + 1 disingkirkan dengan membuat
subproblem sudah memenuhi kendala integer dua subproblem PL yang berkaitan menjadi
pada masalah PLI, artinya fungsi objektif dan dua subproblem yang tidak dapat dipenuhi
semua variabelnya sudah bernilai integer. secara bersamaan, yaitu
Sebelumnya akan dibahas terlebih dulu xj ≤ [xj*] dan xj ≥ [xj*] + 1,
pengertian subproblem yang terukur. Menurut dengan [xj*] didefinisikan sebagai integer
Winston (2004), suatu subproblem dikatakan terbesar yang kurang dari atau sama dengan
terukur (fathomed) jika terdapat situasi xj*. Jika PL(i) masih tidak terukur, maka
sebagai berikut: kembali ke Langkah 1.
a. Subproblem tersebut takfisibel, sehingga (Taha 1996)
tidak dapat menghasilkan solusi optimum
untuk PLI. Untuk memudahkan pemahaman metode
b. Subproblem tersebut menghasilkan suatu branch-and-bound diberikan contoh sebagai
solusi optimum dengan semua variabelnya berikut.
bernilai integer. Jika solusi optimum ini
mempunyai nilai fungsi objektif yang Contoh 3 (Metode Branch-and-Bound)
lebih baik daripada solusi fisibel yang Misalkan diberikan integer programming
diperoleh sebelumnya, maka solusi ini (IP) berikut:
menjadi kandidat solusi optimum dan nilai maks z = 5x1 + 4x2
fungsi objektifnya menjadi batas bawah
terhadap x1 + x2 ≤ 5
(dalam masalah maksimisasi) dan batas
atas (dalam masalah minimisasi) nilai 10x1 + 6x2 ≤ 45 (2.7)
fungsi objektif optimum bagi masalah PLI
x1, x2 ≥ 0
pada saat itu, bisa jadi subproblem ini
menghasilkan solusi optimum untuk x1, x2 integer.
masalah PLI.
Solusi optimal relaksasi-PL dari masalah
c. Nilai fungsi objektif optimum untuk
subproblem tersebut tidak melebihi batas IP (2.7) adalah x1 = 3.75, x2 = 1.25, dan
bawah saat itu (untuk masalah z = 23.75 (yang dapat dilihat di Lampiran 1).
maksimisasi), maka subproblem ini dapat Batas atas nilai optimal fungsi objektif
dieliminasi. masalah ini adalah z = 23.75. Daerah fisibel
masalah (2.7) ditunjukkan pada Gambar 7.
Berikut ini adalah langkah-langkah
penyelesaian suatu masalah maksimisasi
dengan metode branch-and-bound.
• Langkah 0
Didefinisikan z sebagai batas bawah dari nilai
fungsi objektif (solusi) PLI yang optimum.
Pada awalnya ditetapkan z = −∞ dan i = 0.
• Langkah 1
Subproblem PL(i) dipilih sebagai bagian
masalah berikutnya untuk diteliti. Subproblem
PL(i) diselesaikan dan diukur dengan kondisi
yang sesuai.
a) Jika PL(i) terukur, batas bawah z
diperbarui jika solusi PLI yang lebih baik Gambar 7 Daerah fisibel untuk relaksasi-PL
ditemukan. Jika tidak, bagian masalah dari IP (2.7).
(subproblem) baru i dipilih dan langkah 1 Keterangan :
diulangi. Jika semua subproblem telah = solusi optimal relaksasi-PL IP (2.7)
diteliti, maka proses dihentikan. = titik-titik fisibel bagi IP (2.7)
b) Jika PL(i) tidak terukur, proses dilanjutkan
ke langkah 2 untuk melakukan Langkah berikutnya adalah memartisi
pencabangan PL(i). daerah fisibel relaksasi-PL menjadi dua
bagian berdasarkan variabel yang bernilai
8

pecahan (non-integer). Karena nilai dari dengan aturan LIFO (Last In First Out).
kedua variabel yang diperoleh bukan integer, Dengan adanya aturan ini berarti dipilih
maka dipilih salah satu variabel untuk dasar Subproblem 4 atau Subproblem 5. Karena
pencabangan. Misalkan dipilih x1 sebagai Subproblem 4 takfisibel (lihat pada Lampiran
dasar pencabangan. Jika masalah relaksasi-PL 1), maka subproblem ini tidak dapat
diberi nama Subproblem 1, maka menghasilkan solusi optimal, yang tersisa
pencabangan tersebut menghasilkan 2 adalah Subproblem 3 dan Subproblem 5.
subproblem, yaitu: Karena aturan LIFO, dipilih Subproblem
• Subproblem 2: Subproblem 1 ditambah 5, yang kemudian menghasilkan solusi
kendala x1 ≥ 4; optimal x1 = 4.5, x2 = 0, dan z = 22.5 (lihat
• Subproblem 3: Subproblem 1 ditambah pada Lampiran 1). Karena x1 = 4.5 bukan
kendala x1 ≤ 3. integer, maka dilakukan kembali pencabangan
Hal ini diilustrasikan secara grafis pada atas x1, sehingga diperoleh:
Gambar 8. • Subproblem 6: Subproblem 5 ditambah
kendala x1 ≥ 5;
• Subproblem 7: Subproblem 5 ditambah
kendala x1 ≤ 4.
Misalkan dipilih Subproblem 6. Ternyata
subproblem ini juga takfisibel (lihat pada
Lampiran 1), sehingga tidak dapat
Subproblem 2
menghasilkan solusi optimal. Dengan
demikian subproblem-subproblem yang
Subproblem 3
belum diselesaikan adalah Subproblem 3 dan
Subproblem 7. Karena aturan LIFO, dipilih
Subproblem 7. Subproblem ini kemudian
menghasilkan solusi optimal x1 = 4, x2 = 0,
dan z = 20 (lihat pada Lampiran 1). Dapat
Gambar 8 Daerah fisibel untuk Subproblem 2
dan Subproblem 3 dari IP (2.7). dilihat bahwa solusi optimal subproblem ini
semuanya berupa integer, sehingga
Setiap titik (solusi) fisibel dari IP (2.7) merupakan kandidat solusi untuk IP (2.7).
termuat dalam daerah fisibel Subproblem 2 Nilai z pada kandidat solusi ini merupakan
atau Subproblem 3. Setiap subproblem ini batas bawah bagi nilai optimal IP.
saling lepas. Subproblem 2 dan Subproblem 3 Penyelesaian Subproblem 3 menghasilkan
dikatakan dicabangkan oleh x1. solusi optimal x1 = 3, x2 = 2, dan z = 23
Sekarang dipilih subproblem yang belum (lihat pada Lampiran 1). Batas bawah yang
diselesaikan. Misalkan dipilih Subproblem 2, ditetapkan dari solusi optimal Subproblem 7
kemudian diselesaikan. Solusi optimal untuk terlalu lemah dan tidak lebih baik dari nilai
Subproblem 2 ini adalah x1 = 4, x2 = 0.83, solusi optimal yang dihasilkan oleh
dan z = 23.33 (lihat Lampiran 1). Karena Subproblem 3. Dengan demikian, nilai solusi
solusi optimal yang dihasilkan Subproblem 2 optimal Subproblem 3, yakni z = 23 menjadi
bukan solusi integer, maka dipilih batas bawah yang baru. Semua solusi optimal
pencabangan pada Subproblem 2 atas x2 , telah berupa integer dan tidak perlu lagi
dilakukan pencabangan, sehingga solusi
sehingga diperoleh dua subproblem lagi, optimal dari Subproblem 3 merupakan solusi
yakni:
optimal IP (2.7), yakni x1 = 3, x2 = 2, dan
• Subproblem 4: Subproblem 2 ditambah
kendala x2 ≥ 1; z = 23. Pohon pencabangan yang
menunjukkan penyelesaian masalah IP (2.7)
• Subproblem 5: Subproblem 2 ditambah secara keseluruhan ditunjukkan pada Gambar
kendala x2 ≤ 0. 9.
Saat ini subproblem yang belum
diselesaikan adalah Subproblem 3, 4, dan 5.
Salah satu subproblem dipilih, misalnya
9

Subproblem 1
x1 = 3.75, x2 = 1.25, z = 23.75
t=1
Batas atas = 23.75
x1 ≥ 4 x1 ≤ 3

Subproblem
Subproblem2 2 Subproblem 3*
x1 = 4, x2 = 0.83, z = 23.33 x1 = 3, x2 = 2, z = 23
t=2 x1 = 4, x2 = 0.83, z = 23.33 t =7
Batas bawah = 23
Solusi Optimal
x2 ≥ 1  x2 ≤ 0
 
Subproblem 4
t=3
takfisibel Subproblem 55
Subproblem
x1 = 4.5, x2 = 0, z = 22.5 t=4
x1 = 4.5, x2 = 0, z = 22.5

x1 ≥ 5 x1 ≤ 4

Subproblem 6 Subproblem 7*
t=5 x1 = 4, x2 = 0, z = 20
takfisibel t=6
Batas bawah = 20
Kandidat Solusi

Gambar 9 Seluruh pencabangan pada metode branch-and-bound untuk


menyelesaikan IP (2.7).
 

Pada Gambar 9, solusi Subproblem 3 dan dari Subproblem 3 merupakan solusi optimum
Subproblem 7 adalah kandidat solusi terbaik untuk masalah IP pada Contoh 3. Tanda (*)
karena semua variabelnya bernilai integer. pada Subproblem 3 dan Subproblem 7
Namun, karena nilai z untuk Subproblem 3 menyatakan kandidat solusi untuk masalah IP
lebih besar dari Subproblem 7 maka solusi tersebut.

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH

3.1 Deskripsi Masalah Rute Bus Karyawan 3.2 Model Masalah Rute Bus Karyawan
Masalah rute bus karyawan adalah Dalam model ini, rute untuk menjemput
masalah penentuan rute bus untuk menjemput karyawan dari pos-pos menuju perusahaan
karyawan dari pos-pos yang sudah ditentukan dan rute untuk mengantarkan karyawan dari
menuju perusahaan dan mengantarkan perusahaan ke pos-pos, diasumsikan sama
karyawan dari perusahaan ke pos-pos, karena pos-pos penjemputan dan pengantaran
kemudian bus tersebut kembali ke tempat karyawan adalah sama.
asalnya, yaitu perusahaan (depot), dengan Masalah penentuan rute bus karyawan
biaya yang minimum sehingga kendala sangat berhubungan dengan VRP dan graf.
kapasitas atau kendala waktu tempuh Secara matematis VRP dapat dinyatakan
terpenuhi. sebagai suatu digraf G = (V, A) dengan V =
Untuk meminimumkan biaya operasional {0, 1, ... , n} adalah himpunan simpul yang
bus, hal yang harus dipertimbangkan adalah menunjukkan pos-pos antar-jemput karyawan
biaya perjalanan setiap bus dan biaya tetap dan A={(i, j) | i, j ∈ V, i ≠ j} yaitu himpunan
untuk mengirimkan bus. sisi berarah yang menyatakan jalan
penghubung antarpos. Pos 0 menunjukkan
10

depot, yaitu tempat menyimpan bus yang Kendala-kendala :


digunakan untuk mengangkut karyawan dan 1. Setiap rute perjalanan bus berawal dari
merupakan tempat dimulainya suatu rute bus. depot dengan pembatasan bahwa paling
Intermediate node (simpul penghubung) banyak k bus yang meninggalkan pos 0
menunjukkan pos ke-i yang dilewati oleh menuju pos i
setiap bus untuk menjemput
mengantarkan karyawan. Misalkan banyaknya
dan ∑ x0i ≤ k
i∈I
bus yang tersedia di depot adalah k dengan
kapasitas setiap bus diasumsikan sama, yaitu 2. Setiap rute perjalanan bus berakhir di
Q, dan jarak tempuh maksimum setiap bus depot dengan pembatasan bahwa paling
adalah T. Permasalahannya ialah menentukan banyak k bus yang meninggalkan pos i
rute yang fisibel (yang mungkin dapat dilalui) menuju depot
sehingga biaya dari setiap bus yang melalui
rute tersebut adalah minimum.
∑ xi 0 ≤ k
i∈I
Toth dan Vigo (2002) memformulasikan
VRP dalam bentuk ILP dengan tujuan 3. Setiap pos hanya dapat dikunjungi tepat
meminimalkan total biaya atau total jarak satu kali oleh satu bus
tempuh dari rute perjalanan. ∑ xij = 1 ∀i ∈ I
Untuk mendefinisikan masalah rute bus j ∈I , j ≠ i

karyawan, dimisalkan: ∑ xij = 1 ∀j ∈ I


Q = kapasitas bus i∈ I , i ≠ j

T = jarak tempuh maksimum dari setiap bus


V = himpunan pos yang dilalui oleh bus 4. Kendala kapasitas
I = himpunan intermediate node (simpul ui − uj + Qxij ≤ Q − qj (3.1)
penghubung) ∀ i ≠ j ∈I
k = banyaknya bus yang tersedia ui ≥ q i , ∀i ∈ I (3.2)
f = biaya tetap untuk setiap pengiriman satu ui − qix0i + Qx0i ≤ Q ∀i ∈ I
bus per hari (3.3)
qi = banyaknya karyawan yang harus
dijemput di pos i Variabel xij dan xji hanya akan terdefinisi
ui = banyaknya karyawan di bus tepat setelah jika qi + qj ≤ Q. Jika xij = 0 maka kendala
pos i ui – uj + Qxij ≤ Q − qj akan menunjukkan
dij = jarak tempuh dari pos i ke pos j bahwa ui + qj ≤ Q + uj. Jika xij = 1 maka
vi = total panjang perjalanan bus dari depot kendala tersebut menunjukkan bahwa uj ≥
sampai pada pos i ui + qj.
cij = biaya dari pos i ke pos j Formulasi (3.1) dan (3.2) memastikan
α = biaya yang dikeluarkan tiap-tiap bus per bahwa tidak terdapat subrute pada setiap
kilometer rute yang terbentuk, karena kapasitas bus
Variabel keputusan : sangat mempengaruhi rute yang ada.
Formulasi (3.3) menunjukkan kapasitas
⎧1 ; jika bus berangkat dari pos i ke pos j
xij = ⎨ bus yang dimulai dari depot ke pos
⎩0 ; jika selainnya pertama dalam rute perjalanannya.
Formulasi kendala (4) pada intinya
Fungsi objektif dari permasalahan ini adalah menekankan pada batasan subrute yaitu
meminimumkan biaya yang dikeluarkan oleh mengeliminasi subrute supaya tidak
pengelola bus karyawan. Setiap bus yang terdapat subrute pada rute-rute yang
dijadwalkan berangkat dari depot ke pos-pos terbentuk yang dikaitkan dengan batasan
yang sudah ditentukan, akan dikenakan biaya kapasitas bus. Perjalanan yang memuat
sesuai dengan jauhnya perjalanan bus suatu subrute merupakan solusi yang
ditambah dengan biaya tetap untuk semua bus tidak fisibel. Variabel keputusan hanya
yang dikirim sehingga dimodelkan sebagai akan terdefinisi jika banyaknya karyawan
berikut: min z = ∑ ∑ cij xij + f .k yang dijemput pada pos i dan pos j tidak
i∈V ' j∈V ' melebihi kapasitas bus.
dengan cij = αdij dan V’ = V U {0}. Dalam
model ini, yang dipakai hanya rute Ilustrasi :
penjemputan saja karena diasumsikan bahwa
rute penjemputan karyawan sama dengan rute Misalkan diberikan pos 1, 2, 3, 4, dan 5
pengantaran karyawan. yang akan dilalui oleh satu bus karyawan,
11

dan perjalanan bus yang diberikan seperti 1 3


gambar berikut:

1 3
2 4

4
5
2 5
Gambar 11 Perjalanan bus yang berupa
Gambar 10 Perjalanan bus yang berupa rute.
subrute.
Dari Gambar 11 diasumsikan bahwa
Gambar 10 merupakan subrute yang pos 1 merupakan pos pertama dari
terdiri atas (1-2-1) dan (1-3-4-5-1), dan perjalanan bus (pada akhirnya semua pos
diasumsikan bahwa pos 1 adalah depot. akan dikunjungi). Misalkan ui =
Pada Gambar 10, nilai x13 = x34 = x45 = banyaknya karyawan di bus tepat setelah
x51 = x12 = x21 = 1. Misalkan diambil pos i dan qi = banyaknya karyawan yang
subrute (1-2-1) dengan q1 = 0, q2 = 15, q3 harus dijemput di pos i.
= 10, q4 = 21, q5 = 8, dengan Q = 40. q3 + Sebagai gambaran, akan
q4 + q5 = 10 + 21 + 8 = 39. Sedangkan q2 dipertimbangkan rute yang diperoleh dari
= 15, sehingga q3 + q4 + q5 + q2 = 10 + Gambar 11, yaitu 1-3-4-5-2-1, kemudian
21 + 8 +15 = 54 > 40 (kapasitas bus). dipilih q1 = 0, q2 = 15, q3 = 10, q4 = 21,
Akibatnya dari pos 5, bus harus kembali q5 = 8, dengan Q = 40 sehingga x13 = x34
lagi ke depot untuk menurunkan = x45 = x52 = x21 = 1.
karyawan terlebih dahulu baru Dengan pemilihan tersebut akan
menjemput karyawan lagi. Rute bus dibuktikan pertidaksamaan (4) terpenuhi.
seperti ini tidak diinginkan, sehingga Pertama, pemilihan tersebut sesuai
harus dieliminasi. untuk sebuah sisi berarah dengan xij = 1.
Representasi pertaksamaan kendala (4) Sebagai contoh, pembatasan untuk x34
terhadap sisi berarah dalam subcycle ini adalah u3 – u4 + 40 x34 ≤ 40 – q4 dengan
adalah : u3 = 10 dan u4 = 31 sehingga
u1 − u2 + Qx12 ≤ Q − q2 (1) 10 − 31 + 40 x34 ≤ 40 – 21
10 − 31 + 40 (1) ≤ 40 − 21
dan
19 ≤ 19
u2 − u1+ Qx21≤ Q − q1 (2) Kedua, pemilihan rute di atas juga
memenuhi kendala xij = 0. Sebagai contoh
sehingga dari (1) dan (2) didapat :
untuk untuk x34 adalah u3 – u4 + 40 x34 ≤
Q(x12 + x21) ≤ 2Q − q2 − q1 (3)
40 – q4 dengan u3 = 10 dan u4 = 31
sehingga
Hasil (3) bertentangan dengan
10 – 31 + 40 x34 ≤ 40 – 21
x12 = x21 = 1
10 – 31 + 40 (0) ≤ 40 − 21
yaitu, Q(1 + 1) ≤ 2Q − q2 – q1
31 ≤ 71
2Q ≤ 2Q − q2 – q1
80 ≤ 80 – 15 – 0
5. Kendala Jarak
80 ≤ 65
vi − vj + (T − di0 − d0j + dij) xij + (T − di0 −
Berdasarkan hasil di atas perjalanan d0j − dji) xji ≤ T − dio − doj ∀i≠j ∈ I
yang memuat suatu subrute merupakan vi − d0i x0i ≥ 0, ∀i∈ I
solusi yang tidak fisibel. vi − d0i x0i + T x0i ≤ T, ∀i∈ I

Ilustrasi : dengan d0i + dij + dj0 ≤ T bagi setiap


pasangan (i, j).
Misalkan diberikan pos 1, 2, 3, 4, dan 5 Jika xij = 1 dan xji = 0, maka kendala
yang akan dilalui oleh satu bus karyawan, tersebut menunjukkan bahwa vi – vj + dij
dan perjalanan bus yang diberikan seperti ≤ 0 sehingga vi + dij ≤ vj. Jika xji = 1 dan
gambar berikut: xij = 0, maka kendala ini menunjukkan
12

bahwa vi − vj − dji ≤ 0 sehingga vi ≤ vj + Jarak sangat menentukan dalam


dji. menentukan waktu yang dibutuhkan
Formulasi model pada kendala (5) untuk mengantarkan dan menjemput
memastikan bahwa panjang perjalanan karyawan ke perusahaan. Semakin jauh
bus tidak melebihi jarak tempuh jarak yang ditempuh, semakin lama
maksimumnya sehingga dapat dipastikan waktu yang dibutuhkan bus dalam
bahwa bus akan kembali ke depot tepat menjemput karyawan. Sebaliknya,
sebelum jam kerja dimulai. Variabel semakin dekat jarak yang ditempuh,
keputusan hanya akan terdefinisi jika semakin sedikit waktu yang dibutuhkan
jauhnya perjalanan bus yang dimulai dari bus dalam menjemput karyawan.
pos i ke pos j tidak melebihi jarak tempuh
maksimum yang ditempuh oleh setiap 6. Variabel keputusan xij adalah integer
bus. biner.
xij ∈ {0, 1}, ∀ i, j ∈ V’

IV STUDI KASUS

Studi kasus berikut berdasarkan data 8. Biaya tetap untuk setiap pengiriman satu
hipotetik dengan kendala-kendala sebagai bus per hari adalah 100000 rupiah.
berikut: 9. Biaya yang dikeluarkan tiap-tiap bus per
1. Setiap pos hanya dikunjungi satu kali oleh kilometer adalah 2000 rupiah.
satu bus. Pengelola bus karyawan tersebut telah
2. Setiap bus mengangkut karyawan sesuai melakukan survei ke beberapa tempat yang
dengan batasan kapasitasnya. Setiap bus dianggap strategis untuk dijadikan pos
mempunyai kapasitas maksimum 40 sehingga semua karyawan dapat menjangkau
orang. pos tersebut dengan mudah. Pos-pos ini yang
3. Setiap rute bus berawal dari perusahaan. nantinya menjadi tempat bus untuk
4. Setiap rute bus berakhir di perusahaan. menjemput karyawan. Pos dibagi menjadi:
5. Setelah menjemput karyawan dari pos, bus Pos A, Pos B, Pos C, Pos D, Pos E, Pos F, Pos
akan meninggalkan pos tersebut. G, Pos H, Pos I, dan Pos J. Setiap pos hanya
6. Tidak terdapat subrute pada setiap rute dikunjungi oleh satu bus. Data jarak antarpos
yang ada. dan jarak dari perusahaan ke setiap pos
7. Jarak maksimum yang ditempuh oleh diberikan pada Tabel 1 (dalam kilometer).
setiap bus adalah 100 km.

Tabel 1 Jarak antarpos penjemputan bus karyawan

POS 0 A B C D E F G H I J

0 0 23 25 17 23 19 21 24 24 23 25
A 23 0 15 8 13 13 14 14 18 15 15
B 25 15 0 10 12 14 17 18 18 17 17
C 17 8 10 0 10 16 16 10 18 15 13
D 23 13 12 10 0 11 12 12 16 13 11
E 19 13 14 16 11 0 12 12 16 13 11
F 21 14 17 16 12 12 0 9 13 14 15
G 24 14 18 10 12 12 9 0 14 11 11
H 24 18 18 18 16 16 13 14 0 11 11
I 23 15 17 15 13 13 14 11 11 0 12
J 25 15 17 13 11 11 15 11 11 12 0
13

Tabel 2 Banyaknya karyawan yang dijemput pada setiap pos

POS Banyaknya karyawan yang dijemput di pos i

A 10
B 12
C 13
D 14
E 15
F 16
G 17
H 18
I 19
J 20

Formulasi model PLI dari data pada Tabel i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10


1 adalah sebagai berikut: j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Minimumkan ∑ ∑ cij xij + f .k
i∈V ' j∈V ' 5. Kendala Jarak
terhadap kendala berikut: vi − vj + (T − di0 − d0j + dij) xij + (T − di0 −
1. Setiap rute perjalanan bus berawal dari d0j − dji) xji ≤ T − dio − doj ∀i≠j ∈ I
depot dengan pembatasan bahwa paling vi – d0i x0i ≥ 0, ∀i∈ I
banyak k bus yang meninggalkan pos 0 vi – d0i x0i + T x0i ≤ T, ∀i∈ I
menuju pos i
∑ x0i ≤ k
i∈I
i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
6. Variabel keputusan xij merupakan integer
2. Setiap rute perjalanan bus berakhir di biner.
depot dengan pembatasan bahwa paling
banyak k bus yang meninggalkan node i ⎧1 ; jika bus berangkat dari pos i ke pos j
xij = ⎨
menuju depot ⎩0 ; jika selainnya
∑ xi 0 ≤ k Model dalam bentuk integer linear
i∈I programming selanjutnya diselesaikan
i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 menggunakan software LINGO 8.0 dengan
metode branch and bound (lihat Lampiran 2),
3. Setiap pos hanya dapat dikunjungi tepat sehingga dihasilkan rute kendaraan untuk
satu kali oleh satu bus menjemput dan mengantar karyawan yang
∑ xij = 1 ∀i ∈ I meminimumkan total jarak tempuh. Setelah
j ∈I , j ≠ i melakukan beberapa kali iterasi dengan
∑ xij = 1 ∀j ∈ I mengganti nilai k, biaya yang paling
i∈ I , i ≠ j minimum diperoleh jika digunakan 4 unit bus
i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 untuk dapat menjemput karyawan dengan rute
j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 setiap bus diberikan pada Tabel 3, Tabel 4,
Tabel 5, Tabel 6, dan Gambar 12.
4. Kendala Kapasitas
ui − uj + Qxij ≤ Q − qj
∀ i ≠ j ∈I
ui ≥ q i , ∀i ∈ I
ui − qix0i + Qx0i ≤ Q ∀i ∈ I
14

Tabel 3 Rute solusi optimal untuk bus Tabel 5 Rute solusi optimal untuk bus ketiga
pertama Pos i Banyaknya karyawan yang dijemput di
Pos i Banyaknya karyawan yang dijemput di pos i
pos i 0 0
0 0 H 18
C 13 J 20
B 12 0 0
E 15
0 0 Tabel 6 Rute solusi optimal untuk bus
keempat
Tabel 4 Rute solusi optimal untuk bus kedua Pos i Banyaknya karyawan yang dijemput di
Pos i Banyaknya karyawan yang dijemput di pos i
pos i 0 0
0 0 I 19
F 16 G 17
D 14 0 0
A 10
0 0

B
C F

D
Depot (0)
E Keterangan :
A Bus 1
Bus 2
G J Bus 3
Bus 4
I H

Gambar 12 Solusi rute perjalanan.

Rute yang dilalui bus pertama berawal dari Sedangkan rute yang dilalui oleh bus keempat
depot, pos C, pos B, pos E, lalu kembali ke meliputi depot, pos I, pos G, dan kembali ke
depot dengan total jarak tempuh 60 km dan depot dengan total jarak tempuh 58 km dan
mengangkut karyawan sejumlah 40 orang. mengangkut karyawan sejumlah 36 orang. 
Rute yang dilalui oleh bus kedua adalah Total jarak yang ditempuh oleh keempat
meliputi depot, pos F, pos D, pos A, kemudian unit bus tersebut dalam menjemput atau
kembali ke depot dengan total jarak tempuh mengantar karyawan adalah 247 km. Total
69 km dan mengangkut karyawan sejumlah 40 biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya
orang. Rute yang dilalui oleh bus ketiga operasional bus karyawan per harinya adalah
meliputi depot, pos H, pos J, dan kembali ke 894000 rupiah.
depot dengan total jarak tempuh 60 km dan
mengangkut karyawan sejumlah 38 orang.
15

V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan karyawan dengan menggunakan PLI sangat


Dalam karya ilmiah ini telah diperlihatkan fleksibel, di mana pengguna dapat dengan
masalah penentuan rute bus karyawan. mudah menambahkan data maupun kendala-
Masalah ini dipandang sebagai masalah PLI kendala baru yang diperlukan.
dengan fungsi objektif meminimumkan biaya .
operasional bus. 5.2 Saran
Rute yang diperoleh sangat bergantung Tulisan ini dapat dikembangkan untuk
pada kapasitas bus dan jarak antarpos menyelesaikan masalah penentuan rute bus
penjemputan karyawan. Penentuan rute bus dengan mempertimbangkan kendala waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Bektas T, Elmastas S. 2007. Solving school Taha HA. 1975. Integer Programming:
bus routing problems through integer Theory, Applications, and
programming. Journal of Operational Computations. Academic Press, New
Research Society 58: 1599-1604. York.

Cordeau JF, Gendreau M, Laporte, Potvin JY, Taha HA. 1996. Pengantar Riset Operasi.
Semet F. 2002. A guide to vehicle Alih Bahasa: Daniel Wirajaya.
routing heuristics. Journal of Binarupa Aksara, Jakarta. Terjemahan
Operational Research Society 53: 512- dari: Operations Research.
522.
Toth P, Vigo D. 2002. An overview of vehicle
Foulds LR. 1992. Graph Theory Applications. routing problems. Di dalam: Toth P,
Springer-Verlag, New York. Vigo D, editor. The Vehicle Routing
Problem. Philadelphia: Siam. Hlm. 1-
Garfinkel RS, Nemhauser GL. 1972. Integer 26.
Programming. Jo Ghn Wiley & Sons,
New York. Winston WL. 1995. Introduction to
Mathematical Programming 2nd ed.
Larsen J. 1999. Vehicle routing with times Duxbury, New York.
windows [Ph. D Thesis]. Denmark :
Department of Mathematical Winston WL. 2004. Operations Research
Modelling, University of Denmark. Applications and Algorithms 4th ed.
Duxbury, New York.
Nash SG, Sofer A. 1996. Linear and
Nonlinear Programming. McGraw-
Hill, New York.
 

LAMPIRAN
17 
 

Lampiran 1.

Syntax Program LINGO 8.0 untuk Menyelesaikan Masalah Pemrograman Linear dengan Metode
Branch-and-Bound Beserta Hasil yang Diperoleh

1) PL‐relaksasi masalah (2.7)
max=5*x1+4*x2;
x1+x2<=5;
10*x1+6*x2<=45;
x1>=0;
x2>=0;

Hasil yang diperoleh :


Global optimal solution found at iteration: 4
Objective value: 23.75000

Variable Value Reduced Cost


X1 3.750000 0.000000
X2 1.250000 0.000000

Row Slack or Surplus Dual Price


1 23.75000 1.000000
2 0.000000 2.500000
3 0.000000 0.2500000
4 3.750000 0.000000
5 1.250000 0.000000
2) Subproblem 2:
max=5*x1+4*x2;
x1+x2<=5;
10*x1+6*x2<=45;
x1>=4;
x2>=0;

Hasil yang diperoleh :


Global optimal solution found at iteration: 5
Objective value: 23.33333

Variable Value Reduced Cost


X1 4.000000 0.000000
X2 0.8333333 0.000000

Row Slack or Surplus Dual Price


1 23.33333 1.000000
2 0.1666667 0.000000
3 0.000000 0.6666667
4 0.000000 -1.666667
5 0.8333333 0.000000

3) Subproblem 4 :
max=5*x1+4*x2;
x1+x2<=5;
10*x1+6*x2<=45;
x1>=4;
x2>=1;
18 
 

hasil yang diperoleh: takfisibel, sebagaimana ditunjukkan di bawah ini

4) Subproblem 5:
max=5*x1+4*x2;
x1+x2<=5;
10*x1+6*x2<=45;
x1>=4;
x2<=0;

Hasil yang diperoleh :


Global optimal solution found at iteration: 3
Objective value: 22.50000

Variable Value Reduced Cost


X1 4.500000 0.000000
X2 0.000000 0.000000

Row Slack or Surplus Dual Price


1 22.50000 1.000000
2 0.5000000 0.000000
3 0.000000 0.5000000
4 0.5000000 0.000000
5 0.000000 1.000000
19 
 

5) Subproblem 6:
max=5*x1+4*x2;
x1+x2<=5;
10*x1+6*x2<=45;
x1>=5;
x2<=0;

hasil yang diperoleh: takfisibel, sebagaimana ditunjukkan di bawah ini

6) Subproblem 7:
max=5*x1+4*x2;
x1+x2<=5;
10*x1+6*x2<=45;
x1<=4;
x1>=4;
x2<=0;
20 
 

Hasil yang diperoleh :


Global optimal solution found at iteration: 2
Objective value: 20.00000

Variable Value Reduced Cost


X1 4.000000 0.000000
X2 0.000000 0.000000

Row Slack or Surplus Dual Price


1 20.00000 1.000000
2 1.000000 0.000000
3 5.000000 0.000000
4 0.000000 5.000000
5 0.000000 4.000000

7) Subproblem 3:
max=5*x1+4*x2;
x1+x2<=5;
10*x1+6*x2<=45;
x1<=3;
x2>=0;

Hasil yang diperoleh :


Global optimal solution found at iteration: 3
Objective value: 23.00000

Variable Value Reduced Cost


X1 3.000000 0.000000
X2 2.000000 0.000000

Row Slack or Surplus Dual Price


1 23.00000 1.000000
2 0.000000 4.000000
3 3.000000 0.000000
4 0.000000 1.000000
5 2.000000 0.000000
21 
 

Lampiran 2.

Syntax Program LINGO 8.0 untuk Menyelesaikan Masalah Rute Bus Karyawan

SETS:
NODE/1..11/:KRWN,CAP,V;
LINK(NODE,NODE):DIST,X,C;
ENDSETS
DATA:
DIST =
0 23 25 17 23 19 21 24 24 23 25
23 0 15 8 13 13 14 14 18 15 15
25 15 0 10 12 14 17 18 18 17 17
17 8 10 0 10 16 16 10 18 15 13
23 13 12 10 0 11 12 12 16 13 11
19 13 14 16 11 0 12 12 16 13 11
21 14 17 16 12 12 0 9 13 14 15
24 14 18 10 12 12 9 0 14 11 11
24 18 18 18 16 16 13 14 0 11 11
23 15 17 15 13 13 14 11 11 0 12
25 15 17 13 11 11 15 11 11 12 0
;
KRWN=
0
10
12
13
14
15
16
17
18
19
20
;
ALPHA = 2000;F = 100000;K = 4 ;T = 100;Q= 40;

ENDDATA

MAX = @SUM(LINK(I,J)|I#NE#J:C(I,J)*X(I,J))+ F*K;


!BIAYA;
@FOR(LINK(I,J)|I#NE#J:C(I,J) = ALPHA * DIST(I,J));
!KENDALA
!SETIAP RUTE BERAWAL DAN BERAKHIR DI DEPOT;
@FOR(NODE(I)|I#EQ#1:@SUM(NODE(J)| J#GT#1 : X(I,J))<=K);
@FOR(NODE(J)|J#EQ#1:@SUM(NODE(I)| I#GT#1 : X(I,J))<=K);
!SETIAP POS HANYA DAPAT DIKUNJUNGI TEPAT SATU KALI OLEH SATU BIS;
@FOR(NODE(I)|I#GT#1:@SUM(NODE(J) |I#NE#J: X(I,J))=1);
@FOR(NODE(J)|J#GT#1:@SUM(NODE(I) |J#NE#I: X(I,J))=1);
!VARIABEL KEPUTUSAN;
@FOR(LINK:@BIN(X));
!KAPASITAS;
@FOR(LINK(I,J)|I#GT#1 #AND# J#GT#1 #AND# I#NE#J:CAP(I)-CAP(J)+Q*X(I,J)<=Q-
KRWN(J));
22 
 

@FOR(NODE(I)|I#GT#1 : CAP(I) >= KRWN(I));


@FOR(LINK(I,J)|I#EQ#1 #AND# J#GT#1 : CAP(I)- KRWN(I)*X(I,J)+Q*X(I,J)<=Q);
@FOR(LINK(I,J)| I #NE# J : KRWN(I)+ KRWN(J)<=Q );
!JARAK;
@FOR(LINK(I,J)|I#GT#1 #AND# J#GT#1 #AND# I#NE#J: V(I)-V(J)+(T-DIST(I,1)-
DIST(1,I)+DIST(I,J))*X(I,J)+(T-DIST(I,1)-DIST(1,I)-DIST(J,I))*X(J,I)<=T-
DIST(I,1)-DIST(1,J));
@FOR(NODE(I)|I#GT#1 :V(I)-DIST(1,I)*X(1,I)>=0);
@FOR(NODE(I)|I#GT#1 :V(I)-DIST(1,I)*X(1,I)+T*X(1,I)<=T);
@FOR(LINK(I,J)|I#GT#1 #AND# J#GT#1 #AND#
I#NE#J:DIST(1,J)+DIST(I,J)+DIST(I,1)<=T);

END
23 
 

Lampiran 3

Hasil Komputasi Program pada LINGO 8.0 untuk Menyelesaikan Masalah Bus Karyawan

Global optimal solution found at iteration: 13357043


Objective value: 894000.0

Variable Value Reduced Cost


ALPHA 2000.000 0.000000
F 100000.0 0.000000
K 4.000000 0.000000
T 100.0000 0.000000
Q 40.00000 0.000000
KRWN( 1) 0.000000 0.000000
KRWN( 2) 10.00000 0.000000
KRWN( 3) 12.00000 0.000000
KRWN( 4) 13.00000 0.000000
KRWN( 5) 14.00000 0.000000
KRWN( 6) 15.00000 0.000000
KRWN( 7) 16.00000 0.000000
KRWN( 8) 17.00000 0.000000
KRWN( 9) 18.00000 0.000000
KRWN( 10) 19.00000 0.000000
KRWN( 11) 20.00000 0.000000
CAP( 1) 0.000000 0.000000
24 
 

CAP( 2) 40.00000 0.000000


CAP( 3) 25.00000 0.000000
CAP( 4) 13.00000 0.000000
CAP( 5) 30.00000 0.000000
CAP( 6) 40.00000 0.000000
CAP( 7) 16.00000 0.000000
CAP( 8) 17.00000 0.000000
CAP( 9) 40.00000 0.000000
CAP( 10) 22.00000 0.000000
CAP( 11) 40.00000 0.000000
V( 1) 0.000000 0.000000
V( 2) 48.00000 0.000000
V( 3) 35.00000 0.000000
V( 4) 17.00000 0.000000
V( 5) 35.00000 0.000000
V( 6) 43.00000 0.000000
V( 7) 21.00000 0.000000
V( 8) 24.00000 0.000000
V( 9) 35.00000 0.000000
V( 10) 23.00000 0.000000
V( 11) 36.00000 0.000000
DIST( 1, 1) 0.000000 0.000000
DIST( 1, 2) 23.00000 0.000000
DIST( 1, 3) 25.00000 0.000000
DIST( 1, 4) 17.00000 0.000000
DIST( 1, 5) 23.00000 0.000000
DIST( 1, 6) 19.00000 0.000000
DIST( 1, 7) 21.00000 0.000000
DIST( 1, 8) 24.00000 0.000000
DIST( 1, 9) 24.00000 0.000000
DIST( 1, 10) 23.00000 0.000000
DIST( 1, 11) 25.00000 0.000000
DIST( 2, 1) 23.00000 0.000000
DIST( 2, 2) 0.000000 0.000000
DIST( 2, 3) 15.00000 0.000000
DIST( 2, 4) 8.000000 0.000000
DIST( 2, 5) 13.00000 0.000000
DIST( 2, 6) 13.00000 0.000000
DIST( 2, 7) 14.00000 0.000000
DIST( 2, 8) 14.00000 0.000000
DIST( 2, 9) 18.00000 0.000000
DIST( 2, 10) 15.00000 0.000000
DIST( 2, 11) 15.00000 0.000000
DIST( 3, 1) 25.00000 0.000000
DIST( 3, 2) 15.00000 0.000000
DIST( 3, 3) 0.000000 0.000000
DIST( 3, 4) 10.00000 0.000000
DIST( 3, 5) 12.00000 0.000000
DIST( 3, 6) 14.00000 0.000000
DIST( 3, 7) 17.00000 0.000000
DIST( 3, 8) 18.00000 0.000000
DIST( 3, 9) 18.00000 0.000000
DIST( 3, 10) 17.00000 0.000000
DIST( 3, 11) 17.00000 0.000000
DIST( 4, 1) 17.00000 0.000000
DIST( 4, 2) 8.000000 0.000000
DIST( 4, 3) 10.00000 0.000000
25 
 

DIST( 4, 4) 0.000000 0.000000


DIST( 4, 5) 10.00000 0.000000
DIST( 4, 6) 16.00000 0.000000
DIST( 4, 7) 16.00000 0.000000
DIST( 4, 8) 10.00000 0.000000
DIST( 4, 9) 18.00000 0.000000
DIST( 4, 10) 15.00000 0.000000
DIST( 4, 11) 13.00000 0.000000
DIST( 5, 1) 23.00000 0.000000
DIST( 5, 2) 13.00000 0.000000
DIST( 5, 3) 12.00000 0.000000
DIST( 5, 4) 10.00000 0.000000
DIST( 5, 5) 0.000000 0.000000
DIST( 5, 6) 11.00000 0.000000
DIST( 5, 7) 12.00000 0.000000
DIST( 5, 8) 12.00000 0.000000
DIST( 5, 9) 16.00000 0.000000
DIST( 5, 10) 13.00000 0.000000
DIST( 5, 11) 11.00000 0.000000
DIST( 6, 1) 19.00000 0.000000
DIST( 6, 2) 13.00000 0.000000
DIST( 6, 3) 14.00000 0.000000
DIST( 6, 4) 16.00000 0.000000
DIST( 6, 5) 11.00000 0.000000
DIST( 6, 6) 0.000000 0.000000
DIST( 6, 7) 12.00000 0.000000
DIST( 6, 8) 12.00000 0.000000
DIST( 6, 9) 16.00000 0.000000
DIST( 6, 10) 13.00000 0.000000
DIST( 6, 11) 11.00000 0.000000
DIST( 7, 1) 21.00000 0.000000
DIST( 7, 2) 14.00000 0.000000
DIST( 7, 3) 17.00000 0.000000
DIST( 7, 4) 16.00000 0.000000
DIST( 7, 5) 12.00000 0.000000
DIST( 7, 6) 12.00000 0.000000
DIST( 7, 7) 0.000000 0.000000
DIST( 7, 8) 9.000000 0.000000
DIST( 7, 9) 13.00000 0.000000
DIST( 7, 10) 14.00000 0.000000
DIST( 7, 11) 15.00000 0.000000
DIST( 8, 1) 24.00000 0.000000
DIST( 8, 2) 14.00000 0.000000
DIST( 8, 3) 18.00000 0.000000
DIST( 8, 4) 10.00000 0.000000
DIST( 8, 5) 12.00000 0.000000
DIST( 8, 6) 12.00000 0.000000
DIST( 8, 7) 9.000000 0.000000
DIST( 8, 8) 0.000000 0.000000
DIST( 8, 9) 14.00000 0.000000
DIST( 8, 10) 11.00000 0.000000
DIST( 8, 11) 11.00000 0.000000
DIST( 9, 1) 24.00000 0.000000
DIST( 9, 2) 18.00000 0.000000
DIST( 9, 3) 18.00000 0.000000
DIST( 9, 4) 18.00000 0.000000
DIST( 9, 5) 16.00000 0.000000
26 
 

DIST( 9, 6) 16.00000 0.000000


DIST( 9, 7) 13.00000 0.000000
DIST( 9, 8) 14.00000 0.000000
DIST( 9, 9) 0.000000 0.000000
DIST( 9, 10) 11.00000 0.000000
DIST( 9, 11) 11.00000 0.000000
DIST( 10, 1) 23.00000 0.000000
DIST( 10, 2) 15.00000 0.000000
DIST( 10, 3) 17.00000 0.000000
DIST( 10, 4) 15.00000 0.000000
DIST( 10, 5) 13.00000 0.000000
DIST( 10, 6) 13.00000 0.000000
DIST( 10, 7) 14.00000 0.000000
DIST( 10, 8) 11.00000 0.000000
DIST( 10, 9) 11.00000 0.000000
DIST( 10, 10) 0.000000 0.000000
DIST( 10, 11) 12.00000 0.000000
DIST( 11, 1) 25.00000 0.000000
DIST( 11, 2) 15.00000 0.000000
DIST( 11, 3) 17.00000 0.000000
DIST( 11, 4) 13.00000 0.000000
DIST( 11, 5) 11.00000 0.000000
DIST( 11, 6) 11.00000 0.000000
DIST( 11, 7) 15.00000 0.000000
DIST( 11, 8) 11.00000 0.000000
DIST( 11, 9) 11.00000 0.000000
DIST( 11, 10) 12.00000 0.000000
DIST( 11, 11) 0.000000 0.000000
X( 1, 1) 0.000000 0.000000
X( 1, 2) 0.000000 46000.00
X( 1, 3) 0.000000 50000.00
X( 1, 4) 1.000000 34000.00
X( 1, 5) 0.000000 46000.00
X( 1, 6) 0.000000 38000.00
X( 1, 7) 1.000000 42000.00
X( 1, 8) 1.000000 48000.00
X( 1, 9) 0.000000 48000.00
X( 1, 10) 1.000000 46000.00
X( 1, 11) 0.000000 50000.00
X( 2, 1) 1.000000 46000.00
X( 2, 2) 0.000000 0.000000
X( 2, 3) 0.000000 30000.00
X( 2, 4) 0.000000 16000.00
X( 2, 5) 0.000000 26000.00
X( 2, 6) 0.000000 26000.00
X( 2, 7) 0.000000 28000.00
X( 2, 8) 0.000000 28000.00
X( 2, 9) 0.000000 36000.00
X( 2, 10) 0.000000 30000.00
X( 2, 11) 0.000000 30000.00
X( 3, 1) 0.000000 50000.00
X( 3, 2) 0.000000 30000.00
X( 3, 3) 0.000000 0.000000
X( 3, 4) 0.000000 20000.00
X( 3, 5) 0.000000 24000.00
X( 3, 6) 1.000000 28000.00
X( 3, 7) 0.000000 34000.00
27 
 

X( 3, 8) 0.000000 36000.00
X( 3, 9) 0.000000 36000.00
X( 3, 10) 0.000000 34000.00
X( 3, 11) 0.000000 34000.00
X( 4, 1) 0.000000 34000.00
X( 4, 2) 0.000000 16000.00
X( 4, 3) 1.000000 20000.00
X( 4, 4) 0.000000 0.000000
X( 4, 5) 0.000000 20000.00
X( 4, 6) 0.000000 32000.00
X( 4, 7) 0.000000 32000.00
X( 4, 8) 0.000000 20000.00
X( 4, 9) 0.000000 36000.00
X( 4, 10) 0.000000 30000.00
X( 4, 11) 0.000000 26000.00
X( 5, 1) 0.000000 46000.00
X( 5, 2) 1.000000 26000.00
X( 5, 3) 0.000000 24000.00
X( 5, 4) 0.000000 20000.00
X( 5, 5) 0.000000 0.000000
X( 5, 6) 0.000000 22000.00
X( 5, 7) 0.000000 24000.00
X( 5, 8) 0.000000 24000.00
X( 5, 9) 0.000000 32000.00
X( 5, 10) 0.000000 26000.00
X( 5, 11) 0.000000 22000.00
X( 6, 1) 1.000000 38000.00
X( 6, 2) 0.000000 26000.00
X( 6, 3) 0.000000 28000.00
X( 6, 4) 0.000000 32000.00
X( 6, 5) 0.000000 22000.00
X( 6, 6) 0.000000 0.000000
X( 6, 7) 0.000000 24000.00
X( 6, 8) 0.000000 24000.00
X( 6, 9) 0.000000 32000.00
X( 6, 10) 0.000000 26000.00
X( 6, 11) 0.000000 22000.00
X( 7, 1) 0.000000 42000.00
X( 7, 2) 0.000000 28000.00
X( 7, 3) 0.000000 34000.00
X( 7, 4) 0.000000 32000.00
X( 7, 5) 1.000000 24000.00
X( 7, 6) 0.000000 24000.00
X( 7, 7) 0.000000 0.000000
X( 7, 8) 0.000000 18000.00
X( 7, 9) 0.000000 26000.00
X( 7, 10) 0.000000 28000.00
X( 7, 11) 0.000000 30000.00
X( 8, 1) 0.000000 48000.00
X( 8, 2) 0.000000 28000.00
X( 8, 3) 0.000000 36000.00
X( 8, 4) 0.000000 20000.00
X( 8, 5) 0.000000 24000.00
X( 8, 6) 0.000000 24000.00
X( 8, 7) 0.000000 18000.00
X( 8, 8) 0.000000 0.000000
X( 8, 9) 0.000000 28000.00
28 
 

X( 8, 10) 0.000000 22000.00


X( 8, 11) 1.000000 22000.00
X( 9, 1) 1.000000 48000.00
X( 9, 2) 0.000000 36000.00
X( 9, 3) 0.000000 36000.00
X( 9, 4) 0.000000 36000.00
X( 9, 5) 0.000000 32000.00
X( 9, 6) 0.000000 32000.00
X( 9, 7) 0.000000 26000.00
X( 9, 8) 0.000000 28000.00
X( 9, 9) 0.000000 0.000000
X( 9, 10) 0.000000 22000.00
X( 9, 11) 0.000000 22000.00
X( 10, 1) 0.000000 46000.00
X( 10, 2) 0.000000 30000.00
X( 10, 3) 0.000000 34000.00
X( 10, 4) 0.000000 30000.00
X( 10, 5) 0.000000 26000.00
X( 10, 6) 0.000000 26000.00
X( 10, 7) 0.000000 28000.00
X( 10, 8) 0.000000 22000.00
X( 10, 9) 1.000000 22000.00
X( 10, 10) 0.000000 0.000000
X( 10, 11) 0.000000 24000.00
X( 11, 1) 1.000000 50000.00
X( 11, 2) 0.000000 30000.00
X( 11, 3) 0.000000 34000.00
X( 11, 4) 0.000000 26000.00
X( 11, 5) 0.000000 22000.00
X( 11, 6) 0.000000 22000.00
X( 11, 7) 0.000000 30000.00
X( 11, 8) 0.000000 22000.00
X( 11, 9) 0.000000 22000.00
X( 11, 10) 0.000000 24000.00
X( 11, 11) 0.000000 0.000000
C( 1, 1) 0.000000 0.000000
C( 1, 2) 46000.00 0.000000
C( 1, 3) 50000.00 0.000000
C( 1, 4) 34000.00 0.000000
C( 1, 5) 46000.00 0.000000
C( 1, 6) 38000.00 0.000000
C( 1, 7) 42000.00 0.000000
C( 1, 8) 48000.00 0.000000
C( 1, 9) 48000.00 0.000000
C( 1, 10) 46000.00 0.000000
C( 1, 11) 50000.00 0.000000
C( 2, 1) 46000.00 0.000000
C( 2, 2) 0.000000 0.000000
C( 2, 3) 30000.00 0.000000

C( 2, 4) 16000.00 0.000000
C( 2, 5) 26000.00 0.000000
C( 2, 6) 26000.00 0.000000
C( 2, 7) 28000.00 0.000000
C( 2, 8) 28000.00 0.000000
C( 2, 9) 36000.00 0.000000
C( 2, 10) 30000.00 0.000000
29 
 

C( 2, 11) 30000.00 0.000000


C( 3, 1) 50000.00 0.000000
C( 3, 2) 30000.00 0.000000
C( 3, 3) 0.000000 0.000000
C( 3, 4) 20000.00 0.000000
C( 3, 5) 24000.00 0.000000
C( 3, 6) 28000.00 0.000000
C( 3, 7) 34000.00 0.000000
C( 3, 8) 36000.00 0.000000
C( 3, 9) 36000.00 0.000000
C( 3, 10) 34000.00 0.000000
C( 3, 11) 34000.00 0.000000
C( 4, 1) 34000.00 0.000000
C( 4, 2) 16000.00 0.000000
C( 4, 3) 20000.00 0.000000
C( 4, 4) 0.000000 0.000000
C( 4, 5) 20000.00 0.000000
C( 4, 6) 32000.00 0.000000
C( 4, 7) 32000.00 0.000000
C( 4, 8) 20000.00 0.000000
C( 4, 9) 36000.00 0.000000
C( 4, 10) 30000.00 0.000000
C( 4, 11) 26000.00 0.000000
C( 5, 1) 46000.00 0.000000
C( 5, 2) 26000.00 0.000000
C( 5, 3) 24000.00 0.000000
C( 5, 4) 20000.00 0.000000
C( 5, 5) 0.000000 0.000000
C( 5, 6) 22000.00 0.000000
C( 5, 7) 24000.00 0.000000
C( 5, 8) 24000.00 0.000000
C( 5, 9) 32000.00 0.000000
C( 5, 10) 26000.00 0.000000
C( 5, 11) 22000.00 0.000000
C( 6, 1) 38000.00 0.000000
C( 6, 2) 26000.00 0.000000
C( 6, 3) 28000.00 0.000000
C( 6, 4) 32000.00 0.000000
C( 6, 5) 22000.00 0.000000
C( 6, 6) 0.000000 0.000000
C( 6, 7) 24000.00 0.000000
C( 6, 8) 24000.00 0.000000
C( 6, 9) 32000.00 0.000000
C( 6, 10) 26000.00 0.000000
C( 6, 11) 22000.00 0.000000
C( 7, 1) 42000.00 0.000000
C( 7, 2) 28000.00 0.000000
C( 7, 3) 34000.00 0.000000
C( 7, 4) 32000.00 0.000000
C( 7, 5) 24000.00 0.000000
C( 7, 6) 24000.00 0.000000
C( 7, 7) 0.000000 0.000000
C( 7, 8) 18000.00 0.000000
C( 7, 9) 26000.00 0.000000
C( 7, 10) 28000.00 0.000000
C( 7, 11) 30000.00 0.000000
C( 8, 1) 48000.00 0.000000
30 
 

C( 8, 2) 28000.00 0.000000
C( 8, 3) 36000.00 0.000000
C( 8, 4) 20000.00 0.000000
C( 8, 5) 24000.00 0.000000
C( 8, 6) 24000.00 0.000000
C( 8, 7) 18000.00 0.000000
C( 8, 8) 0.000000 0.000000
C( 8, 9) 28000.00 0.000000
C( 8, 10) 22000.00 0.000000
C( 8, 11) 22000.00 0.000000
C( 9, 1) 48000.00 0.000000
C( 9, 2) 36000.00 0.000000
C( 9, 3) 36000.00 0.000000
C( 9, 4) 36000.00 0.000000
C( 9, 5) 32000.00 0.000000
C( 9, 6) 32000.00 0.000000
C( 9, 7) 26000.00 0.000000
C( 9, 8) 28000.00 0.000000
C( 9, 9) 0.000000 0.000000
C( 9, 10) 22000.00 0.000000
C( 9, 11) 22000.00 0.000000
C( 10, 1) 46000.00 0.000000
C( 10, 2) 30000.00 0.000000
C( 10, 3) 34000.00 0.000000
C( 10, 4) 30000.00 0.000000
C( 10, 5) 26000.00 0.000000
C( 10, 6) 26000.00 0.000000
C( 10, 7) 28000.00 0.000000
C( 10, 8) 22000.00 0.000000
C( 10, 9) 22000.00 0.000000
C( 10, 10) 0.000000 0.000000
C( 10, 11) 24000.00 0.000000
C( 11, 1) 50000.00 0.000000
C( 11, 2) 30000.00 0.000000
C( 11, 3) 34000.00 0.000000
C( 11, 4) 26000.00 0.000000
C( 11, 5) 22000.00 0.000000
C( 11, 6) 22000.00 0.000000
C( 11, 7) 30000.00 0.000000
C( 11, 8) 22000.00 0.000000
C( 11, 9) 22000.00 0.000000
C( 11, 10) 24000.00 0.000000
C( 11, 11) 0.000000 0.000000

Anda mungkin juga menyukai